a. PENGANTAR. Dalam lingkungan masyarakat, guru adalah salah satu pekerjaan yang sudah lama dikenal dan tetap akan dibutuhkan terutama masyarakat yang sudah semakin maju, yang ditandai dengan sifat rasional dalam berkarya, mengutamakan efisiensi, menuntun disiplin sosial dan kemampuan kerja sama atau berorganisasi yang tinggi diantara warganya, serta menuntut warganya untuk menguasai ilmu dan teknologi untuk dapat meningkatkan hidupnya. Dengan demikian masyarakat modern semakin merasakan mutlaknya jasa guru. Dalm kondisi masyarakat modern jelas bahwa orang tua tidak mampu membimbing anaknya dalam semua persiapan hidupnya. Di dalam masyarakat guru adalah warga yang di inginkan sebagai pemberi inspirasi, penggerak dan pelatihan dalam pengusaan kecakan tertentu bagi anak warga agar siap membangun hidup beserta lingkungan sosialnya. Guru sebagai jabatan dan/atau pekerjaan sudah diakui sebagai profesi di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang dinyatakan secara tegas dan jelas pada Undang-Undang (UU) Nomor 14 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang mewajibkan setiap pengembangan nya harus memenuhi kriteria dan/atau persyaratan-persyaratan tertentu diantaranya adalah (1) Memiliki kualifikasi akademik, (2) Memiliki kompetensi, (3) Memiliki sertifikat pendidik, (4) Sehat jasmani dan rohani, (5) Memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. b. PENGERTIAN PROFESIONAL Secara etimologis istilah profesi berasal dari bahasa inggris “profession” yang berakar dari bahasa latin “profeus” yang artinya mengakui atau menytaka mampu atau ahli dalam satu bentuk pekerjaan. Scara semantik profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dar para anggotanya. Artinya pekerjaan atau jabatan tersebut hanya dapat dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian yang dituntut oleh pekerjaan itu. Keahlian yang dimaksud bukan hanya sekedar keterampilan semata melainkan menyangkut kemampuan, sikap, kecakapan, dan kemampuan yang diperoleh melalui proses dan latihan tertentu. c. CIRI-CIRI PROFESI Beberapa ciri profesi di tinjau dari beberapa segi : 1. Segi fungsi dan signifikansi sosial; suatu profesi merupakan pekerjaan fungsi sosial yang penting. 2. Segi keahlian dan keterampilan; untuk mewujudkan fungsi ini dituntut derajat keahlian dan keterampilan tertentu. 3. Memperoleh keahlian dan keterampilan yang dilakukan secar rutin, serta bersifat pemecahan masalah atau menangani situasi kritis melaui teori dan metode ilmiah. 4. Batang tubuh ilmu; artinya profesi didasarkan pada suatu disiplin ilmu yang jelas, sistematis dan eksplisit. 5. Kode etik tertentu dalam memberikan pelayanan kepada masyarkat. Ciri profesi yang dikemukakan diatas adalah cir umum, artinya ciri yang berlaku untuk semua jenis profesi seperti : dokter, guru, psikolog, pengacar hukum dan sebagainya. d. GURU SEBAGAI JABATAN PROFEISONAL. Istilah kompetensi merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan kemampuan yang dimiliki seseorang. Menurut Purwadarminta dalam KBBI (1990), Konpetensi adlah kewenangan atau kekuasaaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. Kompetensi yang ada dalam bahsa inggris adalah competency atau competence merupakan kata benda menurut William D. Powell dalam aplikasi Linguist Version 1.0 (1997) diartikan : (1) Kecakapan, kemampuan dan kompetensi (2) Wewenag. Kata sifat dari competency adalah competent yang berarti cakap, mampu dan tangkas. Guru sebagai jabatan dituntut memiliki tiga kompetensi : kompetensi sosial, kompetensi personal dan kompetensi professional. B. CIRI-CIRI PROFESIONAL GURU. 1. Ciri-Ciri Profesional Guru. Untuk abad 21 argumen yang dapat diberikan tentang ciri-ciri keprofesionalan guru adalah : 1. Mengusai kandunga kurikulum. 2. Memiliki kemahiran dan keterampilan pedagogic. 3. Memahami perkembangan peserta dididk. 4. memahami konseling pembelajaran 5. Mahir menggunakan teknologi terkini. Supriadi (1999) mengamati laporan Education Leadership Edisi Maret 1993 mengatak bahwa menjadi professional seorang guru dituntut untuk memiliki lima hal : Pertama, guru mempunyai komitmen kepada siswa dan proses belajarnya. Kedua, guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkan kepada para siswa. Ketiga, Gur bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melaui berbagai teknik evaluasi. Keempat, guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang akan dilakukan. Kelima, guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya misalnya kalau di Indonesia, PGRI dan organisasi profesi lainnya. 2. Kriteria dan Kompetensi Guru Profesional. Kriteria utama menjadi guru professional meliputi tiga (Sahertian 1994) yaitu harus ahli (expert), bertanggung jawab (responsibility),cbaik bertanggung jwaba intelektual maupun moral dan memiliki rasa kesejawatan. Kompetensi guru professional yang ditetapkan dalam UU No. 14Tahun 2005 tersebut dapat dikemukakan anatar lain : a) Kompetensi Pedagogik, b) Kompetensi Kepribadian c) Kompetensi Profesional dan d) Kompetensi Sosial. 3. Peran dan Tantangan Guru Guru Abad 21 pada revolusi industry 4.0 Guru pada abad 21 adalah guru yang harus siap melakukan transformasi pembelajaran yang mampu menjadikan peserta didik sebagai titik pusat proses pendidkan dan pembelajaran. Guru berubah peran dari penceramah dunia menjadi fasilitator, tutor dan pembelajar bagi peserta didik. peserta didik harus dilayani dan menjadikan sebagi periset, problem solver, perancang strategi dan bukan sebagai pengingat pesan. Dalam hal ini melalui penerapan kurikulum nasional 2013 oleh guru dilatih pengimplementasian pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran.
BAB II PROFESIONALISASI JABATAN GURU
A. Pengertian Profesionalisasi Kata profesionalisasi mengacu pada kata proses. Kata proses mengandung arti runtutan perubahan (peristiwa) di perkembangan sesuatu, kemajuan sosial berjalan terus, rangkaian tindakan, perbuatan atau pengelolaan yang menghasilkan produk (KBBI, 1999) yang dapat diartikan sebagai pergerakan dari sesuatu yang bergerak terus menerus aturan yang lazim atau harus dijalankan. Proses yang harus dialami atau dijalani seseorang yang memilk niat menjadi guru lalu meemasuki lembaga pendidkan (baik formal, non-formal dan informal) untuk mengalami proses pendidikan dan latihan dalam kurun waktu tertentu kemudian memperoleh pengakuan sebagai seorang guru yang professional (dapat ijazah, dapat sertifikat sebagai guru). B. Profesionalisasi Jabatan Guru. Seseorang yang punya niat untuk menjadi guru (pendidikan) tidak dapat langsung menjadi guru yang professional jika tidak mengikuti proses pendidikan dan latihan dalam waktu yang relatif lama mulia dari pendidkan tingkat dasar (PAUD/SD), lalu melanjutkan ketingkat pendidikan menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA), lau melanjut ke tingkat perguruan tinggi (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan-LPTK). JIka telah berhasil menamatkan pendidkan hingga perguruan tinggi dengan dinyatakan lulus dan diwisuda dengan memegang ijasah S1 kependidikan dan keguruan , tidak secara otomatis dinyatakan telah menjadi guru yang professional. Lulusan LPTK yang sudah sudah dinyatakn berhasil menyandang gelar atau predikat “tenaga pendidik professional” tidak serta merta langsung lulus menjadi guru di sekolah (lembaga pendidikan) C. Pengembangan Kinerja Guru Kinerja gurumerupakan salah satu indicator penetu ketercapaian tujuan pendidikan dan pembelajaran yang baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Banyak factor yang dapat dijadikan sebagai indicator untuk untuk menentukan tingkat keberhasilan pelaksanaan program pendidikan dan pembelajaran seperti kebermutuan raw-input, kebermutuan instrumentalia pendidian, kebermutuan envirmrntalia pendidkan keprofesional tenaga pendidk dan tenaga kependidikan (instrumentalia). D. Faktor Penentu dan Penilaian Kinerja Guru Kinerja guru ditentukan oleh beberapa factor yang satu sama lain saling berkaitan seperti kepemimpinan kepala sekolah, fasilitas kerja, rekan guru, karyawan maupun anak didik. Menurut Pidarta (1986) bahwa ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya yaitu kepemimpinan kepala sekolah, fasilitas kerja, harapan-harapan dan kepercayaan kinerja personalia.
BAB III PERAN ORGANISASI DAN PENYIKAPAN PROFESI KEPENDIDIKAN.
A. Organisasi Profesi Keguruan 1. Konsep dasar dan peranan organisasi professional keguruan. Organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan orang yang memiliki suatu keahlian khusus yang merupakan ciri khas dari bidnag keahlina tertentu. Etika profesi meliputi ketanpa-pamrihan dalam mementingkan masyarakat secara keseluruhan dan solidaritas yang tinggi sesame rekan sprofesi. Persyaratan dan nilai etos akan menuntut rincian kriteria keabsahan dan merupakan keterandakan sebuah profesi. Organisasi professional bertujuan mengikat, mengawasi dan kesejahteraan para anggotanya. 2. Analisis Peranan Organisasi Profesionalisasi Keguruan. Bagi profesi kependidikan UU tentang SPN mempunyai arti yang sangat penting karena dalam undang undang ini profesi kependidikan telh jelas dasar hukumnya bahkan pekerjaan guru secara tegas telah dilindungi keberadaan nya Insan-insan pendidikan (Tenaga Kependidikan dan Guru) dilindungi secara hukum dan mempunyai hak-hak disamping kewajibannya. Selain itu ada juga kode etik, kode etik berfungsi sebagai alat meminimalisir setiap anggota agar mawas diri dengan penuh kesadaran berusaha melakukan berbagai usaha peningkatan dan pengembangan profesionalnya. 3. Pengawasan terhadap Pelaksanaan Kode Etik Keguruan PGRI telah mengeluarkan sebuah kode etik guru yang pada dasarnya mengatur perilaku etis guru melindungi profesi dan individu guru mengatur bats kewenangan guru dan mempertahankan kesejahteraan guru. Kode etik terdiri dari dua bagian yaitu : kode etik guru Indonesia dank ode etik jabatan guru. Kedua kode etik guru tersebut berkenaan dengan karakteristik perilaku yang baik secara umum perilaku yang standar yang seharusnya ditampilkan oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya. B. Sikap Profesional kependidikan 1. Rasional Sikap Profesional Kependidkan. Tanaga professional pada dasarnya menuntut dalam sejumlah dimensi, baik pendidikan prajabatan maupun standar mutu kinerja atau sering disebut Standar Pelayanan Minimal (SPM) Standar pendidkan dibentuk dalam bentuk undang undang seperti yang tertuang dalam undang-unang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 35 ayat (1), sedangkan standar mutu kinerja umumnya ditentukan oleh steakholder atau pengguna lulusan, bisa masyarakat lugas atau bisa juga instansi pemakai lulusan seperti instansi pemerintah atau swasta. 2. Pengertian sikap professional Guru sebagai pendidik akan diakui masyarakat apabila dalam melaksanakan pekerjaanya mampu menunjukkan citra dan reputasi sebagai seorang guru professional. Guru selain tugas utamanya sebagai pengajar, juga guru adalah seorang yang dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak dijadikan panutan atau yang memberikan contoh teladan pada masyarakat sekitarnya, baik dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat tempat tinggalnya. 3. Sasaran Sikap Profesional Kependidikan. Dalam rangka menyikapi peraturan-peraturan dan perundang-undangan yang ada serta untuk meningkatkan mutu pendidikan sebagai mans diatur dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) maka pola tingkah laku gur yang professional harus bersikap komitmen yang utuh terhadap (1) Peraturan Perundang-undangan, (2) Organisasi profesi, (3) Teman sejawat, (4) Peserta didik, (5) Profesi guru, (6) Pemimpin dan (7) Pekerjaan. BAB IV PERANAN GURU DALAM MANAJEMEN PENDIDIKAN A. Hakikat Manajemen Pendidikan 1. Pengertian Manajemen Pendidikan Kata manajemen berasal dari bahasa inggris dengan istilah dan/atau kata dasar “manage” yang berarti pengelolaan yang berarti penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan pengeloalaan merupakan proses yang memberikan proses terhadap semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan dan pencapaian tujuan. Suwarno (dalam P. Pangaribua, 2006) menganalisis bebarapa pandangan tentang manajemen, diantaranya adalah sebagai berikut : a. Manajemen sebagai satu sistem b. Manajemen sebagai suatu fungsi c. Manajemen sebai suatu proses d. Manajemen sebagai suatuilmu pengetahuan e. Manajemen sebagai kumpulan orang f. Manajemen sebagai kegiatan yang terpisah g. Manajemen sebagai bidang pekerjaan atau bidang keahlian tertentu 2. Fungsi Manajemen Pendidikan Manajemen pendidikan merupakn suatu proses. Pengertian proses mengacu pada serangkaian kegiatan yang dimulai dari penentuan sasaran (tujuan) samapai berakhirnya sasaran/tercapainya tujuan. Rangkaian kegiatan tersebut diawali dengan perumusan tujuan-perencanaan lalu dilanjutkan dengan pelaksanaan dan selama pelaksanaan dilakukan pengawasan dan penilaian dan diakhiri dengan pemebrian umpan balik atau tindak lanjut (follow up) Rangkaian kegiatan tersebut sering disebut dengan fungsi manajemen atau proses manajemen. Fungsi atau kegiatan atau tugas-tugas yang harus dikerjakan dalam usaha mencapai tujuan, dan hal ini juga digunakan dalam manajemen pendidikan.
BAB V HAKEKAT SUPERVISI PENDIDIKAN
Secara umum supervisi berarti upaya pemebrian bantuan kepada guru agar dapat memebantu peserta didik belajar menjadi lebih baik. Konsep supervisi jika dipandang dari arti katanya yang berarti supervision (inggris) yang terdiri dari dua suku kata, yaitu : super dan vision. Kata super bebrarti padanan dari kata atas, lebih, hebatsedangkan vision berarti melihat. Sehingga kata supervision berarti “melihat dari atas atau melihat kelebihan”. Dengan demikian kata supervisi tidak sama dengan kata mengawasi yang dalam bahasa inggris disebut sebagai “controlling”. Dalam kehidupan sehari-hari guru, supervise ini sering disamakan dengan kata pengawasan, sehingga pengawas pendidikan disebut sebagai supervisor, padahal pengawas tidak secara otomatis dapat disebut sebagai supervisor. Menurut Glickman (1981) untuk membantu guru-guru belajar bagimana meningkatkan kemampuan dan kapasitasnya agar murid-muridnya dapat mewujudkan tujuan belajar yang telah ditetapkan. Sahertian dan Mataheru (1981) mengemukakan bahwa tujuan supervise pengajaran (1) membantu para guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan, (2) membantu para guru dalam membimbing pengalaman belajar, (3) membantu para guru menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar, (4) membantu para guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid dan terkhir (5) membantu para guru dalam menggunakan alat- alat metode dan model mengajar. BAB VI BIMBINGAN KONSELING DAN PERAN GURU Bimbingan konseling di sekolah merupakan salah satu aktivitas pendidkan yang tidak boleh lepas dari perhatian administrator, manajer, dan guru di sekolah. Saat ini kata bimbingan sudah ditinggalkan dan disosialisasikan kata “konseling”. Merujuk pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebutan untuk guru pembimbing dimantapkan menjadi ‘konselor’ . Keberadaan koselor dalam pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidk, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong pelajar, tutor, widyaiswar, fasilitator dan instruktur (UU No. 20/2003, pasal 1 ayat 6) Sifat-sifat konseling diantaranya : 1. Pertolongan diarahkan ke penibgkatan kemampuan dalam menghadapi hidup dengan segala persoalannya 2. Pertolongan yang continue diberikan atas dasar perencanaan dan pemikiran yang ilmiah 3. Pertolongan yang proses pemecahannya dari persoalan yang membutuhkan aktivitas dan tanggung jawab bersama antar yang menolong dengan yang ditolong 4. Pertolongan yang isi, bentuk dan caranya disesuaikan dengan kebutuhan tiap-tiap masalah 5. Pertolongan yang berusaha menolong tiap anak/yang dibimbing agar ia dapat mencapai kehidupan yang layak dan bahagia di dalam masyarakat. Secara khusus pelayanan konseling di sekolah bertujuan agar siswa dapat : a. Memahami dirinya dengan baik, yaitu mengenal segala kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya berkenaan dengan bakat, kemampuan, minat sikap dan perasaannya. b. Memahami lingkungna dengan baik yang meliputi lingkungan pendidikan lingkungna pekerjaan dan lingkungan sosial. Masyarakat dari segi lingkungan pendidikan siswa hendaknya dapat memahami baik sekolah yang diikutinya sekrang maupun sekolah yang akan di masukinya kelak. c. Membuat pilihan dan keputusan yang bijaksana yaitu keputusan-keputusan yang dibuat atas pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri dan lingkungannya. d. Mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari baik disekolah maupun di luar sekolah.