Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SEJARAH INDONESIA
LAHIRNYA KOLONIALISME-IMPERIALISME EROPA
Guru : Grace

KELOMPOK 2 :
Amir Mukhtarrahman H
Anisa
Diandra
Muhammad Farrell Hafizh
Muhammad Hammam
Nova Aura
Rania Zakia
Salsabila Fatiha
Salsabila Rohadatul
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................4
A. Sejarah Kolonialisme-Imperialisme di Eropa.......................................................................4
B. Jatuhnya Konstatinopel 1453................................................................................................6
C. Teknologi Pelayaran di era Kolonialisme-Imperialisme......................................................6
D. Sistem Merkantilisme di Eropa............................................................................................8
E. Sejarah Gold, Gospel, Glory.................................................................................................9
BAB III PENUTUP......................................................................................................................11
A. Kesimpulan.........................................................................................................................11
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Lahirnya
Kolonialisme-Imperialisme Eropa.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah mata pelajaran Sejarah dapat memberikan
manfaatnya untuk khalayak banyak dan dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Jakarta, 20 Agustus 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengetahuan mengenai kolonialisme dan Imperialisme merupakan studi penting, karena
dalam hal ini untuk menghindari hal-hal yang belum begitu terang khususnya untuk dunia
politik. Sebenarnya kedua paham ini tidak terlahir ke dunia sebab banyak menimbulkan
kekuatan-kekuatan jahat dari Negara yang besar untuk menekan dan menguasai Negara kecil
hanya untuk memenuhi ambisinya. Afghanistan adalah suatu Negara yang strategis,
sehingga tidak heran apabila menjadi rebutan. Bahkan tidak sedikit yang ingin
menguasainya.
Afghanistan walaupun bagian utaranya daerah pegunungan, namun merupakan pintu
gerbang menuju ke Pakistan/India atau sebaliknya. Terdapatnya pengaruh timbale balik
antara sejarah Afghanistan dengan sejarah sungai Indus dan Gangga. Kemakmuran Indus
dan Gangga itu menarik perhatian bangsa asing, untuk itu bangsa asing harus melewati atau
menguasai Afghanistan. Namun kondisi sebaliknya juga terjadi bagi bangsa Arya yang lebih
dulu datang ke Afghanistan, yaitu mereka jugs ingin mempertahan Afghanistan. Dengan
demikian Afghanistan menjadi korban dari kedua kubu baik dari bangsa asing maupun dari
bangsa Arya dari India.
Nampaknya ketertarikan bangsa barat ini menuai realisasi karena dunia barat pada waktu
itu telah mengenal pengetahuan yang lebih di bandingkan dengan bangsa timur. Ide-ide yang
muncul perihal dunia timur menunjukkan faham kolonialisme dan Imperialisme barat.
Selain itu disebabkan karena runtuhnya konstantinopel ke tangan Turki Usmani sehingga
memaksa mereka untuk melakukan perdagangan ke dunia timur.
Kalahnya barat dengan Islam karena perang salib, masih menimbulkan dendam diantara
meraka, sehingga mereka juga ingin membalas dendam dengan cara menyebarkan nasrani di
dunia timur. Dengan cara seperti inilah dapat menekan pertumbuhan islam. Mereka
melakukan ini dengan melalui jalan perdagangan. Menurutnya perdagangan ini adalah cara
praktis dan efektif untuk mendoktrin atau memasukkan paham-paham barat kepada orang-
orang timur. Penjelajahan untuk menemukan dunia timur dimulai hingga sampai ke
Afghanistan. Di Afghanistan ini mencolok kekuasaan barat yaitu Inggris dan Russia yang
tentunya berdampak besar sekali pada Afghanistan. Sehingga membawa Afghanistan ke
dalam jurang Imperialisme yang memang menjadi agenda bangsa barat untuk menguasai
dunia baik dalam wilayah administratif maupun perekonomiannya. Dengan begitu, Negara
induk mendapat keuntungan lebih, selain mudah dalam akses perluasan pahamnya tetapi
juga memperlancar hubungan dengan pihak lain.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kolonialisme-imperialisme di Eropa?
2. Bagaimana jatuhnya Konstatinopel pada tahun 1453?
3. Bagaimana teknologi pelayaran pada era kolonialisme-imperialisme?
4. Bagaimana system Merkantilisme di Eropa?
5. Apa yang dimaksud dengan Gold, Gospel, Glory?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Kolonialisme-Imperialisme di Eropa

Kolonialisme dan imperialisme mulai berkembang sekitar abad ke-15 yang diawali
dengan adanya gejala pembaruan di Eropa di bidang ekonomi, politik, sosial, maupun
budaya dalam bentuk gerakan Renaisans dan Humanisme yang berpikiran maju.
1. Faktor - Faktor Pendorong Munculnya Imperialisme dan Kolonialisme:
a. Adanya semangat penaklukan (reconquista) terhadap orang - orang yang beragama
islam.
b. Jatuhnya Kontantinople, ibu kota Imperium ke tangan Dinasti Usmani Turki.
c. Adanya keinginan mengetahui lebih jauh mengenai rahasia alam semesta, keadaan
geografi, dan bangsa - bangsa yang tinggal di belahan bumi lain.
d. Adanya keinginan untuk mendapatkan rempah - rempah.
e. Kisah penjelajahan Marcopolo (1254-1324), seorang pedagang dari Venesia, Italia
ke Cina yang dituang dalam buku Book of Various Experience.
f. Ingin memperoleh keuntungan / kekayaan yang sebanyak - banyaknya.
g. Adanya teori Copernicus dan Galileo Galilei.
h. Ambisi 3G (Gold, Glory dan Gospel).

2. Penjelajahan Bangsa Portugis :


 Vasco da Gama (1497-1498) berlayar menuju ke Hindia Timur melalui
Kepulauan Tanjung Verde, mengitari Tanjung Harapan.
 Bartholomeuz Diaz (1486) belayar menuju ke arah selatan menyelusuri pantai
barat Afrika sampai daerah Pantai Emas.
 Pedro Alvares Cabra (1500) berlayar kearah barat dan berlabuh di Amerika
Selatan pada tahun 22 April 1500, dengan mengibarkan bendera Protugis dan
menyatakan daerah baru itu milik protugis.
 Alfonso de Albuquerque (1505) Pada tahun 1505, Alfonso d’Albuquerques
mengacaukan jalur perdagangan Arab dan india, serta mnduduki pelabuhan
penting Afrika Timur dan Teluk Persia, Alfonso d’Albuquerques juga berhasil
menaklukan pelabuhan Goa di Asia Tenggara.
 Fransiscus Xaverius (1550) Seorang pendeta yang pernah berada di Maluku
selama satu tahun.

3. Penjelajahan Bangsa Spanyol :
 Columbus ( 1492 ) melakukan penjelajahan dunia dan menjadi pelopor
kolonialisme, dia berlayar dari Polos, Spanyol menyeberangi laut Atlantik sampai
di kepulauan Bahama dan mendarat pada 1492 di India. Antar 1492 - 1502 dia
sudah 4 kali melakukan pelayaran.
 Ferdinand Magellan ( 1480-1521 ) pelayarannya diawali dari pesisir barat benua
Amerika, ujung Amerika Selatan, dan memasuki selat yang menghubungkan laut
Atlatik dengan laut pasifik yang di kenal selat Magellan.
4. Penjelajahan Bangsa Belanda :
Bangsa belanda awalnya mendapatkan informasi perjalanan yang di bukukan
berjudul Itinerario, Voyage ofte Schipvert naer Oost ofte Portugaels Indiens ( Catatan
perjalanan ke Timur atau Hindia Portugis ), Akhirnya dengan buku tersebut Cornelis
de Houtman memimpin ekspedisi dengan Empat buah kapal berawak 249 Orang dan
64 Meriam berlayar ke Asia.

5. Penjelajahan Bangsa Perancis


Pelaut perancis memulai penjelajahan samudera dari Eropa dan kemudian
melintasi Samudra Atlantik menuju Kanada, serta daerah lembah Missisippi.
Sejarah kolonialisme Prancis di tanah Jawa yang hanya berlangsung selama tujuh
bulan saja. Alasan Perancis meninggalkan Indonesia, karena Perancis kalah dalam
Perang Lipzig melawan Inggris.

6. Penjelajahan Bangsa Inggris


Kemampuan berpikir yang berhaluan maju ini kemudian menghasilkan banyak
penemuan-penemuan baru seperti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, sosial-
ekonomi, dan kebudayaan.
a. Di Bidang Ilmu Pengetahuan
Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan ditandai dengan munculnya teori
Heliosentris (tata surya) oleh Nicolaus Copernicus, seorang ahli ilmu pasti dan
astronomi dari Polandia. Ajaran Copernicus yang muncul pada tahun 1543
menjelaskan bahwa matahari sebagai pusat dari seluruh benda-benda antariksa
dan ia menyatakan pula bahwa bentuk bumi adalah bulat seperti bola. Pernyataan
Copernicus ini sesungguhnya pernah muncul jauh sebelumnya, yakni bersumber
dari pengalaman Marco Polo yang melakukan perjalanan dari Venesia (Italia)
melalui jalur darat ke negeri Cina antara tahun 1271 - 1292 hingga kembali ke
tempat asalnya.
b. Di Bidang Teknologi
Selain di bidang ilmu pengetahuan, Nicolaus Copernicus juga mampu
mengembangkan teknologi dengan cara membuat kompas yang dapat digunakan
untuk menunjukkan arah dalam pelayaran. Pada tahun 1610, muncul ilmuwan
baru dari Italia bernama Galileo yang mendukung dan memperjelas pokok-pokok
ajaran Heliosentris dari Copernicus. Pada saat itu, Galileo telah mampu
mengembangkan teknologi dengan cara membuat teropong jauh (teleskop).
c. Di Bidang Sosial Ekonomi
Pada tahun 1453, bangsa Turki Usmani berhasil merebut wilayah
Konstantinopel (terutama Bandar Bizantium yang biasa digunakan sebagai bandar
penghubung perdagangan antara Asia dan Eropa). Peristiwa itu mengakibatkan
terputusnya jalur perdagangan antara Asia dan Eropa sehingga para pedagang
sulit untuk mendapatkan rempah-rempah. Kondisi sosial ekonomi para pedagang
Eropa menurun akibat krisis lalu lintas perdagangan ini, dan memaksa mereka
untuk mencari jalan lain dalam menemukan daerah penghasil rempah-rempah dan
membelinya secara langsung dengan cara berlayar menjelajahi samudera.

B. Jatuhnya Konstatinopel 1453

Perang Salib berlangsung sejak abad ke-11 dicetuskan oleh orang-orang Kristen di Eropa
Barat. Orang-orang Kristen berusaha menghadapi ekspansi tentara Muslim yang merebut
wilayah-wilayah dan kota-kota suci Kristen di Mediterania Timur. Orang-orang Kristen
berusaha untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh kerajaan-
kerajaan Kristen yang direbut oleh orang-orang Islam. Saat meletusnya perang Salib
Pertama, banyak dari orang-orang Kristen Latin terusir dari wilayah mereka di Suriah pada
1291.
Mereka kemudian berusaha mempertahankan dan merebut kembali wilayah-wilayah
mereka, termasuk mempertahankan kota suci Yerussalem dan Konstantinopel dari ekspansi
tentara Muslim. Kampanye militer besar-besaran digaungkan dan seruan untuk ikut dalam
peperangan dilakukan kepada seluruh rakyat Eropa sebagai pengampunan dosa. Orang-
orang Kristen Eropa menganggap bahwa ini adalah perang melawan orang-orang kafir yang
berusaha menaklukan wilayah mereka.
Pada tahun 1453 M, 80.000 tentara Kesultanan Turki Utsmani di bawah komando Sultan
Mehmed II berhasil menaklukan Konstantionpel. Pengepungan yang berlangsung sejak 6
April–29 Mei 1453 ini dianggap sebagai pukulan yang sangat besar bagi gereja. Jatuhnya
Konstantonpel kepada Turki Utsmani, membuat Paus Nicholas V menyatakan perang suci
atau yang sering disebut sebagai perang salib kepada Turki Utsmani untuk merebut kembali
Konstantionpel. Namun deklarasi tersebut kurang mendapatkan respon yang baik dari
kerajaan-kerajaan Eropa.
Jatuhnya Konstantinopel memberikan kerugian yang sangat besar bagi kerajaan kerajaan
Eropa. Penaklukan ini semakin membuka lebar jalan bagi Turki Utsmani untuk melakukan
ekspansi ke wilayah daratan Eropa. Bukan hanya memberikan kerugian yang sangat dalam
bidang politik, namun juga dalam bidang ekonomi. Jatuhnya Konstantinopel mengakibatkan
ditutupnya jalur perdagangan antara Eropa dengan Asia. Komoditas barang seperti rempah
rempahan semakin sulit untuk didapatkan oleh bangsa Eropa. Ditambah lagi dengan
minimnya informasi tentang bagaimana dan dari mana komoditas tersebut berasal, membuat
perekonomian Eropa menurun.
Namun, seperti sebuah teori yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang membuat
manusia berkembang adalah karena adanya tantangan. Jatuhnya Konstantinopel disebut
sebut sebagai akhir dari zaman kegelapan yang menyelimuti Eropa. Ilmuwan ilmuwan
Yunani yang berhasil meloloskan diri dari Konstantinopel akhirnya sampai di kerajaan
kerajaan Eropa Barat dengan membawa ilmu, buku buku ilmiah dan berbagai manuskrip.
Inilah salah satu faktor yang membuat munculnya semangat untuk kembali ke ajaran
Yunani dan Romawi (renaisans) untuk mengejar ketertinggalan bangsa Barat dari umat
Islam baik di Asia maupun di Afrika dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

C. Teknologi Pelayaran di era Kolonialisme-Imperialisme


Kekuatan kolonial utama bangsa eropa pada saat itu adalah Perancis, Inggris, Belanda,
Portugis, dan Spanyol. Bangsa-bangsa ini begitu tertinggak, sehingga baru pada tahun 1350
mereka bisa melayari laut Tengah dan ujung barat di Spanyol dan ujung timur di Turki.
Padahal, orang-orang Romawi telah melakukan hal yang sama lebih dari 1000 tahun
sebelumnya. Bahkan pada abad ke-15, orang-orang Eropa hanya tahu sedikit tentang
permukaan bumi. Peta dunia dibuat pada tahun 1511 oleh Vessente Maggioli, masih
berdasarkan pada teori bumi sebagai tanah yang sambung menyambung. Teori yang sudah
usang ini diciptakan pada abad ke-2 oleh Ptolomeus, orang Yunani-Mesir. Akibat anggapan
tentang bumi yang salah. Maggioli menggambarkan Amerika sebagai kelanjutan dari Asia.
Dia tidak tahu bahwa beberapa benua dipisahkan oleh laut.
Untunglah para pelaut eropa tidak menunggu peta yang tepat untuk pergi berlayar.
Mereka melakukan pelayaran dengan peta seadanya. Mengapa mereka begitu nekad
Berlayar dengan peta yang buruk? Rupaya mereka cukup percaya diri karena menguasai
teknologi peayaran dan persenjataan. Selain itu, mereka sangat bernafsu untuk mendapatkan
kekayaan, seperti emas dan rempah-rempah yang mahal.
Teknologilah yang memungkinkan bangsa-bangsa Eropa melakukan penjelajahan dunia.
Selai kapal laut, Eropa Barat telah menyempurnakan meriam. Senjata ini mengeluarkan
dentuman yang menakutkan. Pelurunya bisa merusah benteng kayu bahkan kota. Kisah
keberhasilan Sultan Muhammad II menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 adalah
bukti kedahsyatan meriam. Sang sultan sangat beruntung, karena para insinyur Eropa mau
diupah untuk membuat 56 peluru meriam kecil dan 1 pucuk meriam raksasa yang mampu
melontarkan peluru seberat 800 pon (363,2 Kg).
Teknologi meriam sangat membantu para pelaut karena mereka kekurangan prajurit
untuk melindungi kapal. Kala itu, Eropa baru saja dilanda wabah kematian yang disebut
"Black Death". Selain kekurangan prajurit, mereka juga kekurangan pendayung yang
biasanya menggunakan para budak atau orang-orang terpidana.
Keberhasilan menempatkan meriam di kapal akan percuma apabila para pembuat kapal
tidak menemukan cara memanfaatkan tenaga angin untuk menggantikan tenaga pendayung.
Semula, kendaraan perang di laut hanyalah perahu besar terbuka berawak puluhan
pendayung dan tenara. Kapal-kapal berlambung tertutup dan digerakan angin yang
ditangkap layar pada tiang, berhasil mengatasi masalah kekurangan pendayung dan
keseimbangan akibat tambahan bobot meriam dan hempasan ombak besar. Walau lebih
lamban daripada kapal dayung, kapal layar ini memuat lebih banyak barang dan lebih lincah.
Pada abad ke-15, para pelaut Eropa mulai mengenal kompas yang dibawa para pedagang
muslim dari Cina. Kompas sangat membantu untuk menentukan arah pelayaran. Orang-
orang Islam telah menemukan astrolobe pada abad ke-12, juga berjasa bagi para pelaut
Eropa. Alat itu dapat mengukur ketinggian matahari dan benda langit lainnya. Dengan
demikian, para pelaut dapat mengetahui letak kapal dari gais khatulistiwa. Peralatan navigasi
ini lambat laun membantu menyempurnakan peta.
Jika teknologi membantu pelayaran para penjelajah Eropa, apakah yang mendorong
mereka menempuh bahaya mengarungi lautan yang ganas, berkumpul dengan saingan
penduduk pribumi yang primitif? Pada dasarnya mereka mencari keuntungan material. Para
penjelajah itu terus terang mengakui motif itu. Bartholomeus Diaz berkata motif utamanya
adalah untuk menjadi kaya. Pelaut lainnya, Vasco da Gama, motif utamanya adalah untuk
menyebarkan agama dan mencari rempah-rempah. Para pelaut dan penjelajah itu religius
sebagaimana orang zaman pertengahan, nyatanya perilaku mereka tergolong modern dan
materialistik.
Beberapa penjelajahan terkenal telah berhasil menemukan pengganti jalur darat yang
dikuasai Sultan Turki. Mereka adalah Bartholomeus Diaz, Vasco da Gama, dan Alfonso de
Albuquerque dari Portugis. Sedangkan Spanyol Mengutus Christopher Columbus, pelau
Genoa (Italia), dan Ferdinand Magellan.
Ada beberapa faktor yang mendorong bangsa Eropa melakukan pelayaran dan
penjelajahan samudra. Di bawah ini akan dijelaskan perkembangan ilmu pengetahuan,
eknomi, politik, dan idealisme masyarakat Eropa pada abad pertengahan.

D. Sistem Merkantilisme di Eropa

Merkantilisme (Inggris: merchant yang berarti 'pedagang') adalah nama yang diberikan
untuk suatu aliran dan praktik ekonomi yang berlangsung selama 250 tahun (antara tahun
1500 dan 1750). Merkantilisme menyatakan bahwa kesejahteraan suatu negara ditentukan
oleh banyaknya aset atau modal yang dimiliki serta besarnya volume perdagangan global
suatu Negara
Merkantilisme lahir di Inggris dan Prancis. Lahirnya merkantilisme tidak terlepas dan
bahkan sangat dipengaruhi oleh alam pikiran Renaisans, yang oleh banyak ahli menandai
dimulainya zaman modern. Zaman ini ditandai oleh kepercayaan akan kemampuan manusia,
hasrat intelektual, serta penghargaan atas disiplin intelektual. Oleh karena itu, gerakan
kebangkitan kembali secara maksimal potensi manusia sangat ditekankan pada zaman ini,
dan orang-orang yang memusatkan perhatian pada gerakan itu disebut kaum humanis. Itulah
buah dari revolusi kesadaran atau revolusi berpikir sejak zaman Renaisans.
Cara pandang yang radikal terhadap peran sentral manusia dalam sejarah dicirikan oleh
satu hal penting, yaitu "subjektivitas". Subjektivitas ini dimaksudkan bahwa manusia
menyadari dirinya sebagai subjektum, yaitu sebagai pusat realitas yang menjadi ukuran
segala sesuatu. Lewat modernisasi yang dimulai di Italia di zaman Renaisans, manusia lebih
menyadari dirinya sebagai individu.
Pengakuan atas peran penting subjek berarti juga pengakuan terhadap kebebasan untuk
berpikir, bertindak, serta untuk menggembangkan diri. Pada Abad Pertengahan, zaman yang
mendahului era Renaisans atau zaman modern, pengembangan potensi setiap individu nyaris
tidak mendapat tempat. Hal ini disebabkan kuatnya otoritas Gereja atau tradisi yang
memandang kehidupan di akhirat lebih penting untuk dikejar daripada kehidupan di dunia.
Hal ini diperkuat lagi dominasi tuan-tuan tanah feodal atas rakyat jelata. Dominasi Gereja,
tuan-tuan tanah, serta tradisi yang begitu kuat membuat individu tidak mempunyai banyak
ruang gerak atau kebebasan untuk berpikir lain, apalagi mengubah kenyataan yang ada
(status quo).
Kebebasan individu ini melahirkan transformasi yang besar dalam kehidupan politik,
ekonomi, dan kebudayaan. Orang-orang mulai memikirkan cara-cara baru untuk mengubah
dunia. Fokus perhatian banyak orang sejak zaman Renaisans adalah bagaimana supaya
manusia sejahtera hidup di bumi dan tidak menunggu di akhirat. Setiap manusia harus bebas
memaksimalkan potensi terbaiknya. Namun, agar kebebasan memaksimalkan potensi diri itu
tidak bertabrakan dengan hak serta kepentingan orang lain, dibutuhkan negara. Negara akan
bertindak untuk memaksakan norma dan ketertiban demi keamanan semua warga negara.
Lahirnya negara-negara serta bersatunya beberapa wilayah kecil yang relatif otonom untuk
membentuk negara baru yang lebih besar tidak terlepas dari cara berpikir semacam ini.
Tidaklah mengherankan jika kehidupan masyarakat kemudian mengalami transformasi
yang luar biasa, tak terkecuali dalam bidang ekonomi, khususnya perdagangan (exchange
economy). Dampak yang langsung terasa adalah munculnya merchants (pedagang), bank,
profesi akuntan, yang semuanya berorientasi keuntungan atau laba. Fungsi uang juga
berubah : tidak lagi hanya sebagai alat tukar, tetapi menjadi komoditas yang
diperjualbelikan, seperti nyata dalam bentuk peminjaman uang untuk mendapatkan bunga
(interest) dan bahkan riba (usury). Alhasil, terjadi perubahan. Pada masa sebelumnya,
perdagangan internasional hanya didominasi kota-kota di Italia, seperti Genoa, Venesia, dan
Florence. Sejak masa Renaisans, berkembang banyak kota baru di seluruh Eropa, seperti di
Inggris dan Prancis, yang mengandalkan perdagangan sebagai penggerak utama
perekonomian. Pada saat yang bersamaan, pertanian sebagai penopang utama perekonomian
mulai digantika oleh industri-industri manufaktur. Selanjutnya, semakin banyaknya industri
manufaktur serta ramainya perdagangan internasional mendorong berkembangnya teknologi
pelayaran. Di sisi lain, otoritas negara perlahan-lahan menggantikan otoritas tradisional yang
didominasi oleh Gereja dan tuan-tuan tanah.
Para pedagang (Inggris, Prancis, dan lain-lain) yang terlibat dalam perdagangan
internasional itu terlibat persaingan yang sengit dan tak jarang berujung konflik. Oleh karena
itu, para pedagang yang lahir sebagai akibat dari revolusi budaya itu (Renaisans), kemudian
membutuhkan perlindungan negara. Di sisi lain, negara juga membutuhkan pedagang-
pedagang agar perekonomiannya tumbuh dan berkembang melalui tarif retribusi serta pajak
yang diperoleh dari para pedagang. Beda halnya dengan di Prancis, negara mengendalikan
secara langsung seluruh aktivitas perdagangan dengan luar negeri (sentralisasi), negara-
negara lain terutama Inggris menerapkan kebijakan perdagangan yang terdesentralisasi yang
artinya menyerahkannya kepada pedagang-pedagang swasta di bawah pengawasan negara.
Ini kemudian berkembang menjadi serikat dagang dan sebagai imbalannya, negara
mendapatkan pajak.
Praktik exchange economy itu terus berevolusi sampai pada suatu titik muncul
pemahaman bahwa perekonomian suatu negara akan lebih berkembang jika negara tersebut
mengekspor sebanyak mungkin dan mengimpor sedikit mungkin. Inilah yang kemudian
disebut neraca perdagangan surplus, ketika ekspor lebih banyak daripada impor.
Selanjutnya, muncul juga kesadaran bahwa sumber daya yang diperdagangkan itu bersifat
terbatas, dan karena itu negara harus berupaya mencari dan mendapatkan sebanyak mungkin
sumber daya yang terbatas itu demi ketahanan ekonomi negara. Bahkan ukuran kemakmuran
dan kekuatan (power) suatu negara dilihat dari seberapa banyak negara tersebut berhasil
mengumpulkan sumber-sumber daya yang terbatas itu. Pada waktu itu, sumber daya yang
sangat bernilai di pasaran dunia dan jumlahnya terbatas itu adalah emas dan perak.
Hal inilah mendorong negara-negara Eropa mencari sumber-sumber emas dan perak (dan
kemudian rempah-rempah) ke negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika, yang disebut
dengan era kolonialisme dan imperialisme. Selain untuk mendapatkan emas dan perak
sebanyak-banyaknya, daerah-daerah baru yang dikuasai itu (koloni-koloni) juga
dimaksudkan sebagai pasar bagi hasil-hasil industri dalam negeri negara penjajah. Inilah
yang disebut merkantilisme. Kebijakan merkantilisme pula yang mengakhiri kolonialisme
Inggris di Amerika. Dalam perkembangannya, kebijakan merkantilisme ikut
melatarbelakangi lahirnya Revolusi Industri di Inggris sekitar tahun 1750.
E. Sejarah Gold, Gospel, Glory

Bangsa-bangsa Eropa mulai melakukan kolonialisme dan imperialisme sejak abad


pertengahan. Di era ini para bangsa Eropa mulai membuka diri dan keluar dari era
kegelapan. Perkembangan teknologi membuat masyarakat Eropa bergerak mencari daerah
baru untuk diburu. Setidaknya ada 3 motif utama dalam kolonialisme yaitu gold (mencari
kekayaan), glory (mencari kekuasaan) dan gospel (menyebarkan agama).

1. Gold
Pelayaran bangsa Eropa tentu didasari motif ekonomi yakni kegiatan perdagangan
global dalam rangka mencari komoditas yang akan laku di pasar Eropa namun tidak
dihasilkan negara itu sendiri. Komoditas rempah-rempah ternyata sangat laku di pasaran
Eropa karena banyak sekali dibutuhkan orang apalagi buat masakan. Makanya harga
rempah menjadi mahal apalagi jika dibeli dari para pedagang perantara. Hasil dari
ekspedisi Portugis menjadi awal dari ditemukannya pusat rempah-rempah dunia yang
ternyata berasal dari kawasan India dan Nusantara. Semangat gold ini juga didasari
keingian pedagang Eropa untuk memperoleh komoditas penting itu langsung dari
pusatnya jadi harganya bisa lebih murah. Dengan begitu keuntungan akan lebih besar.

2. Glory
Glory adalah semangat untuk membangun kembali kejayaan bangsanya dengan
kekuatan sendiri. Dulu bangsa Portugis pernah dikuasai khalifah Islam dibawah Dinasti
Umayyah. Mereka ingin kembali menguasai dunia sehinga setiap Portugis menaklukan
wilayah lain maka akan menancapkan padrao atau prasasti berukuran besar yang memuat
lambang Kerajaan Portugis.

3. Gospel
Gospel adalah motif yang dilandasi keinginan menyebarluaskan agama Kristen ke
seluruh dunia. Tapi gak semua bangsa Eropa melakukan penjelajahan dengan semangat
menyebarkan agama. Contohnya Belanda yang dimotori VOC, mereka hanya fokus di
gold dan glory. VOC membatasi para pendeta protestan di setiap wilayah jajahan.
Pelayanan rohani mereka dibatasi hanya kepada komunitas Eropa yang kecil dan
beberapa wilayah yang telah dikristenkan oleh Portugis seperti Ambon, Manado, dan
Malaka. Selain itu mereka juga tidak berusaha menyebarluaskan bahasa Belanda.
Gospel banyak dilakukan oleh bangsa Portugis dan Spanyol karena mayoritas
Katolik dan raja mereka sangat menaati Paus di Vatikan. Besarnya pengaruh Paus dapat
dilihat saat Paus Alexander VI mengakhiri konflik pereburan wilayah Portugal dan
Spanyol melalui Perjanjian Tordesillas pada 1494 dalam ketetapan berjudul Inter Caetera.
Paus juga menyerukan agar di tiap penjelajahan diikuti oleh kegiatan penyebaran Katolik.
Makanya dalam misi Portugis dan Spanyol selalu menyisipkan misionaris atau pemuka
agama. Buktinya di hampir setiap benteng di Asia yang dibangun Portugis dan Spanyol
selalu ada gereja.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam praktiknya di Eropa, penjajahan terbagi menjadi dua paham, yaitu


kolonialisme dan imperialisme. Kolonialisme adalah suatu usaha perluasan atau
pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas
negaranya. Sedangkan imperialisme adalah usaha perluasan kekuasaan (penjajahan)
secara langsung suatu negara terhadap negara lain.
Kolonialisme dan Imperialisme memiliki persamaan dalam pengertian penjajahan
terhadap suatu wilayah. Dan juga memiliki persamaan dalam hal membuat negara
penjajah menjadi makmur, sementara yang dijajah semakin menderita.
Seperti sekeping mata uang, kolonialisme dan imperialisme merupakan satu
keping mata uang yang sama, namun keduanya tetap memiliki perbedaan, seperti gambar
yang berbeda pada kedua sisi sekeping mata uang. Perbedaan keduanya terlihat dari
sejarah, tujuan, dan hubungan antara penjajah dengan negara atau bangsa yang dijajah.

Faktor - Faktor pendorong munculnya imperialisme dan kolonialisme :


1. Adanya semangat penaklukan (reconquista) terhadap orang - orang yang beragama
islam.
2. Jatuhnya Kontantinople, ibu kota Imperium ke tangan Dinasti Usmani Turki.
3. Adanya keinginan mengetahui lebih jauh mengenai rahasia alam semesta, keadaan
geografi, dan bangsa - bangsa yang tinggal di belahan bumi lain.
4. Adanya keinginan untuk mendapatkan rempah - rempah.
5. Kisah penjelajahan Marcopolo ( 1254-1324), seorang pedagang dari Venesia, Italia
ke Cina yang dituang dalam buku Book of Various Experience.
6. Ingin memperoleh keuntungan / kekayaan yang sebanyak - banyaknya.
7. Adanya teori Copernicus dan Galileo Galilei.
8. Ambisi 3G ( Gold, Glory dan Gospel ).

Anda mungkin juga menyukai