SEJARAH INDONESIA
LAHIRNYA KOLONIALISME-IMPERIALISME EROPA
Guru : Grace
KELOMPOK 2 :
Amir Mukhtarrahman H
Anisa
Diandra
Muhammad Farrell Hafizh
Muhammad Hammam
Nova Aura
Rania Zakia
Salsabila Fatiha
Salsabila Rohadatul
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................3
A. Latar Belakang......................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................4
A. Sejarah Kolonialisme-Imperialisme di Eropa.......................................................................4
B. Jatuhnya Konstatinopel 1453................................................................................................6
C. Teknologi Pelayaran di era Kolonialisme-Imperialisme......................................................6
D. Sistem Merkantilisme di Eropa............................................................................................8
E. Sejarah Gold, Gospel, Glory.................................................................................................9
BAB III PENUTUP......................................................................................................................11
A. Kesimpulan.........................................................................................................................11
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Lahirnya
Kolonialisme-Imperialisme Eropa.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah mata pelajaran Sejarah dapat memberikan
manfaatnya untuk khalayak banyak dan dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengetahuan mengenai kolonialisme dan Imperialisme merupakan studi penting, karena
dalam hal ini untuk menghindari hal-hal yang belum begitu terang khususnya untuk dunia
politik. Sebenarnya kedua paham ini tidak terlahir ke dunia sebab banyak menimbulkan
kekuatan-kekuatan jahat dari Negara yang besar untuk menekan dan menguasai Negara kecil
hanya untuk memenuhi ambisinya. Afghanistan adalah suatu Negara yang strategis,
sehingga tidak heran apabila menjadi rebutan. Bahkan tidak sedikit yang ingin
menguasainya.
Afghanistan walaupun bagian utaranya daerah pegunungan, namun merupakan pintu
gerbang menuju ke Pakistan/India atau sebaliknya. Terdapatnya pengaruh timbale balik
antara sejarah Afghanistan dengan sejarah sungai Indus dan Gangga. Kemakmuran Indus
dan Gangga itu menarik perhatian bangsa asing, untuk itu bangsa asing harus melewati atau
menguasai Afghanistan. Namun kondisi sebaliknya juga terjadi bagi bangsa Arya yang lebih
dulu datang ke Afghanistan, yaitu mereka jugs ingin mempertahan Afghanistan. Dengan
demikian Afghanistan menjadi korban dari kedua kubu baik dari bangsa asing maupun dari
bangsa Arya dari India.
Nampaknya ketertarikan bangsa barat ini menuai realisasi karena dunia barat pada waktu
itu telah mengenal pengetahuan yang lebih di bandingkan dengan bangsa timur. Ide-ide yang
muncul perihal dunia timur menunjukkan faham kolonialisme dan Imperialisme barat.
Selain itu disebabkan karena runtuhnya konstantinopel ke tangan Turki Usmani sehingga
memaksa mereka untuk melakukan perdagangan ke dunia timur.
Kalahnya barat dengan Islam karena perang salib, masih menimbulkan dendam diantara
meraka, sehingga mereka juga ingin membalas dendam dengan cara menyebarkan nasrani di
dunia timur. Dengan cara seperti inilah dapat menekan pertumbuhan islam. Mereka
melakukan ini dengan melalui jalan perdagangan. Menurutnya perdagangan ini adalah cara
praktis dan efektif untuk mendoktrin atau memasukkan paham-paham barat kepada orang-
orang timur. Penjelajahan untuk menemukan dunia timur dimulai hingga sampai ke
Afghanistan. Di Afghanistan ini mencolok kekuasaan barat yaitu Inggris dan Russia yang
tentunya berdampak besar sekali pada Afghanistan. Sehingga membawa Afghanistan ke
dalam jurang Imperialisme yang memang menjadi agenda bangsa barat untuk menguasai
dunia baik dalam wilayah administratif maupun perekonomiannya. Dengan begitu, Negara
induk mendapat keuntungan lebih, selain mudah dalam akses perluasan pahamnya tetapi
juga memperlancar hubungan dengan pihak lain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah kolonialisme-imperialisme di Eropa?
2. Bagaimana jatuhnya Konstatinopel pada tahun 1453?
3. Bagaimana teknologi pelayaran pada era kolonialisme-imperialisme?
4. Bagaimana system Merkantilisme di Eropa?
5. Apa yang dimaksud dengan Gold, Gospel, Glory?
BAB II
PEMBAHASAN
Kolonialisme dan imperialisme mulai berkembang sekitar abad ke-15 yang diawali
dengan adanya gejala pembaruan di Eropa di bidang ekonomi, politik, sosial, maupun
budaya dalam bentuk gerakan Renaisans dan Humanisme yang berpikiran maju.
1. Faktor - Faktor Pendorong Munculnya Imperialisme dan Kolonialisme:
a. Adanya semangat penaklukan (reconquista) terhadap orang - orang yang beragama
islam.
b. Jatuhnya Kontantinople, ibu kota Imperium ke tangan Dinasti Usmani Turki.
c. Adanya keinginan mengetahui lebih jauh mengenai rahasia alam semesta, keadaan
geografi, dan bangsa - bangsa yang tinggal di belahan bumi lain.
d. Adanya keinginan untuk mendapatkan rempah - rempah.
e. Kisah penjelajahan Marcopolo (1254-1324), seorang pedagang dari Venesia, Italia
ke Cina yang dituang dalam buku Book of Various Experience.
f. Ingin memperoleh keuntungan / kekayaan yang sebanyak - banyaknya.
g. Adanya teori Copernicus dan Galileo Galilei.
h. Ambisi 3G (Gold, Glory dan Gospel).
Perang Salib berlangsung sejak abad ke-11 dicetuskan oleh orang-orang Kristen di Eropa
Barat. Orang-orang Kristen berusaha menghadapi ekspansi tentara Muslim yang merebut
wilayah-wilayah dan kota-kota suci Kristen di Mediterania Timur. Orang-orang Kristen
berusaha untuk merebut kembali wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh kerajaan-
kerajaan Kristen yang direbut oleh orang-orang Islam. Saat meletusnya perang Salib
Pertama, banyak dari orang-orang Kristen Latin terusir dari wilayah mereka di Suriah pada
1291.
Mereka kemudian berusaha mempertahankan dan merebut kembali wilayah-wilayah
mereka, termasuk mempertahankan kota suci Yerussalem dan Konstantinopel dari ekspansi
tentara Muslim. Kampanye militer besar-besaran digaungkan dan seruan untuk ikut dalam
peperangan dilakukan kepada seluruh rakyat Eropa sebagai pengampunan dosa. Orang-
orang Kristen Eropa menganggap bahwa ini adalah perang melawan orang-orang kafir yang
berusaha menaklukan wilayah mereka.
Pada tahun 1453 M, 80.000 tentara Kesultanan Turki Utsmani di bawah komando Sultan
Mehmed II berhasil menaklukan Konstantionpel. Pengepungan yang berlangsung sejak 6
April–29 Mei 1453 ini dianggap sebagai pukulan yang sangat besar bagi gereja. Jatuhnya
Konstantonpel kepada Turki Utsmani, membuat Paus Nicholas V menyatakan perang suci
atau yang sering disebut sebagai perang salib kepada Turki Utsmani untuk merebut kembali
Konstantionpel. Namun deklarasi tersebut kurang mendapatkan respon yang baik dari
kerajaan-kerajaan Eropa.
Jatuhnya Konstantinopel memberikan kerugian yang sangat besar bagi kerajaan kerajaan
Eropa. Penaklukan ini semakin membuka lebar jalan bagi Turki Utsmani untuk melakukan
ekspansi ke wilayah daratan Eropa. Bukan hanya memberikan kerugian yang sangat dalam
bidang politik, namun juga dalam bidang ekonomi. Jatuhnya Konstantinopel mengakibatkan
ditutupnya jalur perdagangan antara Eropa dengan Asia. Komoditas barang seperti rempah
rempahan semakin sulit untuk didapatkan oleh bangsa Eropa. Ditambah lagi dengan
minimnya informasi tentang bagaimana dan dari mana komoditas tersebut berasal, membuat
perekonomian Eropa menurun.
Namun, seperti sebuah teori yang mengatakan bahwa salah satu faktor yang membuat
manusia berkembang adalah karena adanya tantangan. Jatuhnya Konstantinopel disebut
sebut sebagai akhir dari zaman kegelapan yang menyelimuti Eropa. Ilmuwan ilmuwan
Yunani yang berhasil meloloskan diri dari Konstantinopel akhirnya sampai di kerajaan
kerajaan Eropa Barat dengan membawa ilmu, buku buku ilmiah dan berbagai manuskrip.
Inilah salah satu faktor yang membuat munculnya semangat untuk kembali ke ajaran
Yunani dan Romawi (renaisans) untuk mengejar ketertinggalan bangsa Barat dari umat
Islam baik di Asia maupun di Afrika dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Merkantilisme (Inggris: merchant yang berarti 'pedagang') adalah nama yang diberikan
untuk suatu aliran dan praktik ekonomi yang berlangsung selama 250 tahun (antara tahun
1500 dan 1750). Merkantilisme menyatakan bahwa kesejahteraan suatu negara ditentukan
oleh banyaknya aset atau modal yang dimiliki serta besarnya volume perdagangan global
suatu Negara
Merkantilisme lahir di Inggris dan Prancis. Lahirnya merkantilisme tidak terlepas dan
bahkan sangat dipengaruhi oleh alam pikiran Renaisans, yang oleh banyak ahli menandai
dimulainya zaman modern. Zaman ini ditandai oleh kepercayaan akan kemampuan manusia,
hasrat intelektual, serta penghargaan atas disiplin intelektual. Oleh karena itu, gerakan
kebangkitan kembali secara maksimal potensi manusia sangat ditekankan pada zaman ini,
dan orang-orang yang memusatkan perhatian pada gerakan itu disebut kaum humanis. Itulah
buah dari revolusi kesadaran atau revolusi berpikir sejak zaman Renaisans.
Cara pandang yang radikal terhadap peran sentral manusia dalam sejarah dicirikan oleh
satu hal penting, yaitu "subjektivitas". Subjektivitas ini dimaksudkan bahwa manusia
menyadari dirinya sebagai subjektum, yaitu sebagai pusat realitas yang menjadi ukuran
segala sesuatu. Lewat modernisasi yang dimulai di Italia di zaman Renaisans, manusia lebih
menyadari dirinya sebagai individu.
Pengakuan atas peran penting subjek berarti juga pengakuan terhadap kebebasan untuk
berpikir, bertindak, serta untuk menggembangkan diri. Pada Abad Pertengahan, zaman yang
mendahului era Renaisans atau zaman modern, pengembangan potensi setiap individu nyaris
tidak mendapat tempat. Hal ini disebabkan kuatnya otoritas Gereja atau tradisi yang
memandang kehidupan di akhirat lebih penting untuk dikejar daripada kehidupan di dunia.
Hal ini diperkuat lagi dominasi tuan-tuan tanah feodal atas rakyat jelata. Dominasi Gereja,
tuan-tuan tanah, serta tradisi yang begitu kuat membuat individu tidak mempunyai banyak
ruang gerak atau kebebasan untuk berpikir lain, apalagi mengubah kenyataan yang ada
(status quo).
Kebebasan individu ini melahirkan transformasi yang besar dalam kehidupan politik,
ekonomi, dan kebudayaan. Orang-orang mulai memikirkan cara-cara baru untuk mengubah
dunia. Fokus perhatian banyak orang sejak zaman Renaisans adalah bagaimana supaya
manusia sejahtera hidup di bumi dan tidak menunggu di akhirat. Setiap manusia harus bebas
memaksimalkan potensi terbaiknya. Namun, agar kebebasan memaksimalkan potensi diri itu
tidak bertabrakan dengan hak serta kepentingan orang lain, dibutuhkan negara. Negara akan
bertindak untuk memaksakan norma dan ketertiban demi keamanan semua warga negara.
Lahirnya negara-negara serta bersatunya beberapa wilayah kecil yang relatif otonom untuk
membentuk negara baru yang lebih besar tidak terlepas dari cara berpikir semacam ini.
Tidaklah mengherankan jika kehidupan masyarakat kemudian mengalami transformasi
yang luar biasa, tak terkecuali dalam bidang ekonomi, khususnya perdagangan (exchange
economy). Dampak yang langsung terasa adalah munculnya merchants (pedagang), bank,
profesi akuntan, yang semuanya berorientasi keuntungan atau laba. Fungsi uang juga
berubah : tidak lagi hanya sebagai alat tukar, tetapi menjadi komoditas yang
diperjualbelikan, seperti nyata dalam bentuk peminjaman uang untuk mendapatkan bunga
(interest) dan bahkan riba (usury). Alhasil, terjadi perubahan. Pada masa sebelumnya,
perdagangan internasional hanya didominasi kota-kota di Italia, seperti Genoa, Venesia, dan
Florence. Sejak masa Renaisans, berkembang banyak kota baru di seluruh Eropa, seperti di
Inggris dan Prancis, yang mengandalkan perdagangan sebagai penggerak utama
perekonomian. Pada saat yang bersamaan, pertanian sebagai penopang utama perekonomian
mulai digantika oleh industri-industri manufaktur. Selanjutnya, semakin banyaknya industri
manufaktur serta ramainya perdagangan internasional mendorong berkembangnya teknologi
pelayaran. Di sisi lain, otoritas negara perlahan-lahan menggantikan otoritas tradisional yang
didominasi oleh Gereja dan tuan-tuan tanah.
Para pedagang (Inggris, Prancis, dan lain-lain) yang terlibat dalam perdagangan
internasional itu terlibat persaingan yang sengit dan tak jarang berujung konflik. Oleh karena
itu, para pedagang yang lahir sebagai akibat dari revolusi budaya itu (Renaisans), kemudian
membutuhkan perlindungan negara. Di sisi lain, negara juga membutuhkan pedagang-
pedagang agar perekonomiannya tumbuh dan berkembang melalui tarif retribusi serta pajak
yang diperoleh dari para pedagang. Beda halnya dengan di Prancis, negara mengendalikan
secara langsung seluruh aktivitas perdagangan dengan luar negeri (sentralisasi), negara-
negara lain terutama Inggris menerapkan kebijakan perdagangan yang terdesentralisasi yang
artinya menyerahkannya kepada pedagang-pedagang swasta di bawah pengawasan negara.
Ini kemudian berkembang menjadi serikat dagang dan sebagai imbalannya, negara
mendapatkan pajak.
Praktik exchange economy itu terus berevolusi sampai pada suatu titik muncul
pemahaman bahwa perekonomian suatu negara akan lebih berkembang jika negara tersebut
mengekspor sebanyak mungkin dan mengimpor sedikit mungkin. Inilah yang kemudian
disebut neraca perdagangan surplus, ketika ekspor lebih banyak daripada impor.
Selanjutnya, muncul juga kesadaran bahwa sumber daya yang diperdagangkan itu bersifat
terbatas, dan karena itu negara harus berupaya mencari dan mendapatkan sebanyak mungkin
sumber daya yang terbatas itu demi ketahanan ekonomi negara. Bahkan ukuran kemakmuran
dan kekuatan (power) suatu negara dilihat dari seberapa banyak negara tersebut berhasil
mengumpulkan sumber-sumber daya yang terbatas itu. Pada waktu itu, sumber daya yang
sangat bernilai di pasaran dunia dan jumlahnya terbatas itu adalah emas dan perak.
Hal inilah mendorong negara-negara Eropa mencari sumber-sumber emas dan perak (dan
kemudian rempah-rempah) ke negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika, yang disebut
dengan era kolonialisme dan imperialisme. Selain untuk mendapatkan emas dan perak
sebanyak-banyaknya, daerah-daerah baru yang dikuasai itu (koloni-koloni) juga
dimaksudkan sebagai pasar bagi hasil-hasil industri dalam negeri negara penjajah. Inilah
yang disebut merkantilisme. Kebijakan merkantilisme pula yang mengakhiri kolonialisme
Inggris di Amerika. Dalam perkembangannya, kebijakan merkantilisme ikut
melatarbelakangi lahirnya Revolusi Industri di Inggris sekitar tahun 1750.
E. Sejarah Gold, Gospel, Glory
1. Gold
Pelayaran bangsa Eropa tentu didasari motif ekonomi yakni kegiatan perdagangan
global dalam rangka mencari komoditas yang akan laku di pasar Eropa namun tidak
dihasilkan negara itu sendiri. Komoditas rempah-rempah ternyata sangat laku di pasaran
Eropa karena banyak sekali dibutuhkan orang apalagi buat masakan. Makanya harga
rempah menjadi mahal apalagi jika dibeli dari para pedagang perantara. Hasil dari
ekspedisi Portugis menjadi awal dari ditemukannya pusat rempah-rempah dunia yang
ternyata berasal dari kawasan India dan Nusantara. Semangat gold ini juga didasari
keingian pedagang Eropa untuk memperoleh komoditas penting itu langsung dari
pusatnya jadi harganya bisa lebih murah. Dengan begitu keuntungan akan lebih besar.
2. Glory
Glory adalah semangat untuk membangun kembali kejayaan bangsanya dengan
kekuatan sendiri. Dulu bangsa Portugis pernah dikuasai khalifah Islam dibawah Dinasti
Umayyah. Mereka ingin kembali menguasai dunia sehinga setiap Portugis menaklukan
wilayah lain maka akan menancapkan padrao atau prasasti berukuran besar yang memuat
lambang Kerajaan Portugis.
3. Gospel
Gospel adalah motif yang dilandasi keinginan menyebarluaskan agama Kristen ke
seluruh dunia. Tapi gak semua bangsa Eropa melakukan penjelajahan dengan semangat
menyebarkan agama. Contohnya Belanda yang dimotori VOC, mereka hanya fokus di
gold dan glory. VOC membatasi para pendeta protestan di setiap wilayah jajahan.
Pelayanan rohani mereka dibatasi hanya kepada komunitas Eropa yang kecil dan
beberapa wilayah yang telah dikristenkan oleh Portugis seperti Ambon, Manado, dan
Malaka. Selain itu mereka juga tidak berusaha menyebarluaskan bahasa Belanda.
Gospel banyak dilakukan oleh bangsa Portugis dan Spanyol karena mayoritas
Katolik dan raja mereka sangat menaati Paus di Vatikan. Besarnya pengaruh Paus dapat
dilihat saat Paus Alexander VI mengakhiri konflik pereburan wilayah Portugal dan
Spanyol melalui Perjanjian Tordesillas pada 1494 dalam ketetapan berjudul Inter Caetera.
Paus juga menyerukan agar di tiap penjelajahan diikuti oleh kegiatan penyebaran Katolik.
Makanya dalam misi Portugis dan Spanyol selalu menyisipkan misionaris atau pemuka
agama. Buktinya di hampir setiap benteng di Asia yang dibangun Portugis dan Spanyol
selalu ada gereja.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan