Anda di halaman 1dari 25

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Uji Kompetensi


1. Pengertian
Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku peserta didik pada perguruan tinggi yang

menyelenggarakan program studi Keperawatan (Undang – undang

Keperawatan nomor 38 tahun 2014 pasal 2)


Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku peserta didik pada perguruan tinggi yang

menyelenggarakan pendidikan tinggi bidang Kesehatan

(Permenristekdikti, 2016).
Uji Kompetensi merupakan bagian dari penilaian hasil belajar

mahasiswa di bidang kesehatan dan dibagi dalam dua tahap yaitu uji

tertulis dan uji praktek. Berdasarkan Surat Edaran yang dikeluarkan oleh

Direktorat Jenderal DIKTI, uji kompetensi ini dapat dilaksanakan pada

tahap akhir setelah menyelesaikan seluruh tahap pendidikan sebagai exit

exam dimana hal tersebut harus memperhatikan pentingnya lingkungan

akademik profesional (DIKTI, 2013).


2. Tujuan Penyelenggaraan Uji Kompetensi Nasional
Tujuan dilakukannya Uji Kompetensi terhadap lulusan baru secara

nasional (entry level national examination) berdasarkan DIKTI (2014)

antara lain:
a. Menegakkan akuntabilitas professional perawat dalam menjalankan

peran profesinya.
b. Menegakkan standar dan etik prosesi dalam praktik.
c. Cross check terhadap kompetensi lulusan suatu institusi pendidikan.
d. Melindungi kepercayaan masyarakat terhadap profesi perawat.
11

Berdasarkan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan

Tinggi Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2016 tentang Tata Cara

Pelaksanaan Uji Kompetensi Mahasiswa Bidang Kesehatan, tujuan Uji

Kompetensi ditujukan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang

memenuhi standar kompetensi kerja.


3. Penyelenggaraan Uji Kompetensi Nasional
Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan,

keterampilan, dan perilaku peserta didik pada perguruan tinggi yang

menyelenggarakan pendidikan tinggi bidang Kesehatan. Uji Kompetensi

Nasional diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi bekerja sama dengan

Organisasi Profesi. Penyelenggaraan dilaksanakan oleh Panitia

Penyelenggara yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Riset,

Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Ujian ini ditujukan untuk mencapai

standar kompetensi lulusan yang memenuhi standar kompetensi kerja.

Selain hal tersebut, Uji Kompetensi Nasional dapat dijadikan sebagai

bagian dari penjaminan mutu pendidikan (Permenristekdikti, 2016).


Uji kompetensi merupakan prasyarat untuk mendapatkan sertifikat

kompetensi atau sertifikat profesi yang diikuti oleh mahasiswa bidan

kesehatan pada akhir masa pendidikan. Selain mahasiswa, lulusan

pendidikan tinggi bidang kesehatan yang belum memiliki sertifikat

kompetensi atau sertifikat profesi setelah bulan agustus tahun 2013 dapat

mengikuti uji kompetensi.


Setiap tenaga kesehatan yang akan menjalankan pekerjaan wajib

memiliki STR. Untuk memperoleh STR tenaga kesehatan harus memiliki

ijazah dan sertifikat kompetensi, yang diberikan kepada peserta didik


12

setelah dinyatakan lulus ujian program pendidikan dan uji kompetensi.

Sertifikat kompetensi berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang

selama 5 tahun. Sertifikat kompetensi dipergunakan sebagai dasar untuk

memperoleh STR (Permenkes, 2011).


Berdasarkan Peraturan Menteri Riset, Teknologi, Dan Pendidikan

Tinggi nomor 12 tahun 2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Uji

Kompetensi Mahasiswa Bidang Kesehatan pasal 5:


(1) Uji Kompetensi diselenggarakan oleh perguruan tinggi bekerjasama

dengan organisasi profesi, lembaga pelatihan atau lembaga sertifikasi

yang terakreditasi.
(2) Uji Kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

dengan membentuk panitia uji Kompetensi nasional.


(3) Panitia Uji Kompetensi Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat

(2), terdiri atas unsur:


a. Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi;
b. Kementerian Kesehatan;
c. Perguruan Tinggi; dan
d. Organisasi Profesi/lembaga pelatihan/lembaga sertifikasi.
(4) Panitia Uji Kompetensi Nasional dapat dibantu oleh Panitia Regional.
(5) Panitia Uji Kompetensi Nasional sebagaimana dimaksud dalam ayat

(3) ditetapkan oleh Menteri.


(6) Panitia Regional sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling sedikit

terdiri atas unsur:


a. Perguruan Tinggi; dan
b. Organisasi Profesi.
(7) Panitia Regional sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan oleh

Ketua Panitia Uji Kompetensi Nasional.


Pelaksanaan uji kompetensi dimulai pada H-3, yaitu seluruh

Koordinator Pengawas Pusat (PP) diundang dalam sebuah

rapat/workshop dan briefing yang diselenggarakan oleh Panitia

Penyelenggara untuk menjelaskan pelaksanaan dan berbagai potensi


13

masalahnya, meliputi: proses administrasi soal, akomodasi PP di

tempat/lokasi uji, proses pengawasan uji, pengumpulan kembali Lembar

Jawaban Komputer (LJK) dan soal, penyerahan LJK kepada

PP/Koordinator PP dan proses pemusnahan soal.


a. Briefing Pengawas Pusat (PP)
Briefing PP dilaksanakan pada H-3 oleh Panitia

Penyelenggara. Materi briefing meliputi tugas dan rincian kegiatan

yang harus dilaksanakan oleh PP sejak H-3 sampai pengembalian

atau pemusnahan materi uji ditempat yang telah ditentukan. Setiap PP

wajib hadir dan mengikuti seluruh kegiatan briefing secara lengkap.

PP yang berhalangan hadir segera diganti dengan PP yang lain atas

persetujuan Panitia Penyelenggara.


1) Agenda briefing adalah :
a) Penjelasan mengenai tugas dan tanggungjawab PP.
b) Penjelasan mengenai peraturan tata tertib bagi Pengawas

Pusat (PP), Pengawas Lokal (PL), Penangung Jawab Lokasi

(PJL), dan peserta uji dan cara mengerjakan soal.


c) Penjelasan langkah-langkah atau prosedur kerja PP/PL/PJL.
d) Penjelasan mengenai keamanan dan kerahasiaan soal uji.
e) Penjelasan isi paket materi uji.
f) Penjelasan strategi penanganan masalah terkait dengan hal-

hal yang terjadi dalam pelaksanaan UK.


g) Pembagian lokasi tugas PP, PL dan PJL.
h) Penjelasan mengenai keamanan dan kerahasiaan soal uji.
i) Demo pelaksanaan uji dengan metode Computer Based Test

(CBT).
j) Penyerahan perangkat uji dari Panitia Penyelenggara

kepada masing-masing PP dan


k) Penyerahan tanda pengenal (name tag) kepada PP.
l) Pengecekan perangkat uji oleh PP.
m) Penandatanganan pakta integritas oleh PP.
n) Penjelasan tata cara administrasi keuangan.
14

2) Pada akhir briefing PP akan menerima:


Berkas administrasi pelaksanaan Uji Kompetensi (UK) yaitu :
a) Daftar nama peserta uji masing-masing Tempat Uji

Kompetensi (TUK).
b) Daftar nama PP dan PL pada masing-masing TUK.
c) Formulir Berita Acara pembukaan materi uji.
d) Instrumen monitoring.
e) Formulir Berita Acara Pelaksanaan UK.
f) Name tag komponen uji.
g) Daftar hadir peserta UK masing-masing TUK.
h) Tata tertib PP, PL dan peserta uji.
i) Bahan presentasi PP kepada PL dan peserta uji berupa

soft/hard copy dalam file Power Point (PPt).


b. Pemberangkatan Pengawas Pusat
1) Pada H-2 (sesuai jarak/waktu tempuh ke TUK), PP berangkat ke

TUK
2) PP menuju penginapan dan langsung berkoordinasi dengan

PL/PJL/Koordinator CBT terkait mekanisme pelaksanaan briefing

di lokasi uji pada H-1.

c. Briefing Komponen Uji Kompetensi


1) Pada H-1, PP menyelenggarakan briefing di setiap TUK.

Briefing ini dihadiri oleh PJL/ Koordinator CBT, PL dan IT

Lokal (untuk metode CBT).


2) Agenda briefing adalah sebagai berikut:
a) PP mengecek kelengkapan administrasi pakta integritas

seluruh komponen uji. PP harus memastikan seluruh

komponen uji sudah menandatangani pakta integritas.


b) Penjelasan mengenai tugas dan tanggungjawab masing-masing

komponen uji.
c) Penjelasan mengenai peraturan tata tertib bagi seluruh

komponen uji dan peserta uji.


15

d) Menjelaskan langkah-langkah atau prosedur kerja seluruh

komponen uji mulai dari H-1 sampai dengan hari H.


e) Pembagian lokasi tugas PL dan PJL.
f) Penjelasan mengenai keamanan dan kerahasiaan soal uji.
g) Penjelasan mengenai pembukaan bungkusan buku soal.
h) Penjelasan tentang pembagian buku soal dan LJK kepada

peserta.
i) Penjelasan strategi penanganan masalah terkait dengan hal-

hal yang terjadi dalam pelaksanaan UK.


j) Penyerahan tanda pengenal (name tag) kepada seluruh

komponen uji.
k) PP bersama PL dan PJL/Koordinator CBT memeriksa

TUK berkaitan sarana dan prasarana, dll.


l) Pengaturan tempat uji, yaitu pengaturan ruang uji,

pengaturan penempatan kursi, meja peserta, dan peralatan

lainnya yang dibutuhkan di TUK.


m) Penempelan tanda pengenal peserta uji di kursi/meja peserta.
n) Menempelkan petunjuk lokasi TUK dan fasilitas lain seperti

toilet, dan lain-lain.


o) PP melakukan pengecekan seluruh persiapan Sumber Daya

Manusia (SDM), sarana, prasarana, peralatan ruang uji dan

harus yakin bahwa persiapan sudah dilakukan dengan baik.


d. Briefing Peserta dan Persiapan Tempat Uji Kompetensi
1) Pada hari H-1, PP dibantu oleh PJL/ Koordinator CBT dan PL

menyelenggarakan briefing bagi peserta uji di ruang briefing yang

telah ditentukan.
2) Agenda briefing adalah sebagai berikut :
a) Menjelaskan tata tertib peserta uji dan menjelaskan cara

mengerjakan soal uji, menjelaskan apa yang boleh dan

tidak boleh dilakukan oleh peserta uji. Juga dijelaskan

supaya peserta mempersiapkan secara fisik dan mental. Peserta


16

uji dapat minta keterangan apabila penjelasan yang

disampaikan PP kurang/tidak jelas, atau minta keterangan lain

yang diperlukan.
b) Penyerahan kartu peserta kepada peserta uji.
3) Dalam satu TUK dilakukan briefing kepada peserta uji

sekaligus dalam satu ruang yang berbeda dengan ruang uji.


4. Syarat Tempat Uji Kompetensi
a. Metode Paper Based Test (PBT)
1) Syarat TUK dengan menggunakan metode PBT meliputi:
a) Institusi pendidikan yang memiliki program studi di

bidang kesehatan atau diklat atau tempat lain yang memenuhi

syarat.
b) Mampu menampung minimum 150 peserta.
c) Ruang ujian berada dalam satu gedung.
d) Memiliki ruangan yang dapat menampung minimum 25

peserta atau kelipatanya per ruang uji dengan kriteria jarak

antar kursi peserta masing-masing 1 meter.


e) Tidak ada pekerjaan atau aktifitas disekitar yang

berpotensi menggangggu peserta selama ujian berlangsung.


f) Ruangan dapat digunakan sejak H-1 untuk setting dan

pengecekan.
g) Syarat lain :
1. Lokasi uji dapat dicapai dengan mudah oleh peserta uji
2. Ruang uji harus tenang dan memiliki pencahayaan yang

cukup terang.
3. Ruang uji dilengkapi sarana pendingin ruangan dan/

atau ventilasi yang cukup.


4. Ruang uji yang besar harus dilengkapi dengan sarana

audio untuk membacakan pengumuman kepada peserta

uji.
5. Tempat duduk harus cukup nyaman duduk selama 3 jam

dan memiliki meja untuk peserta mengisi lembar jawaban.


17

6. Tersedia penunjuk waktu yang bisa dilihat oleh seluruh

peserta serta papan tulis atau flipchart untuk menuliskan

hal-hal yang diperlukan.


7. Terdapat penunjuk arah menuju ruang uji yang

informatif dan dapat dipahami peserta uji.


8. Terdapat kamar kecil/toilet di dekat ruang uji.
9. Terdapat tempat yang cukup luas di ruang uji untuk

menyimpan barang pribadi peserta.


10. Tersedia ruangan untuk briefing kepada peserta yang

terpisah dari ruang uji.


2) Penetapan TUK: TUK PBT yang digunakan pada Uji

Kompetensi ditetapkan sesuai dengan kebutuhan dengan

memperhatikan efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan ujian.

Penetapan TUK yang akan dipakai dilakukan oleh Panitia

disertai dengan surat ke pimpinan institusi yang akan menjadi

TUK. TUK PBT yang baru kelayakannya diverifikasi oleh

Kopertis bekerjasama dengan AIP Regional atau Korwil AIP atau

Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP).


3) TUK yang telah digunakan namun tidak direkomendasikan

oleh Pengawas Pusat, maka tidak akan direkomendasikan untuk

pemakaian pada ujian selanjutnya.


4) Pengaturan ruang dan kursi dilakukan dengan cara :
a) Kursi peserta uji diatur sedemikian rupa dengan jarak minimal

satu meter ke depan, belakang dan ke samping kiri dan kanan.


b) Kursi diberi nomor berurutan secara mengular
5) Tersedia ruang untuk briefing peserta uji (pada hari H-1) yang

mampu menampung seluruh peserta uji. Ruang briefing terpisah


18

dari ruang uji dan harus berada di lokasi TUK (lokasi tidak terpisah

dengan lokasi ruang uji).


6) Penanggung jawab TUK PBT disebut Penanggung Jawab Lokasi

(PJL)
b. Metode Computer Based Test (CBT Center)
1) Syarat untuk menjadi CBT Center adalah:
a) Institusi pendidikan yang memiliki program studi di bidang

kesehatan.
b) Memiliki ruangan yang mampu menampung sekurang-

kurangnya 50 work station dengan jarak antar tepi meja

computer sekurang - kurangnya 50 cm.


c) Memiliki server dan jaringan intranet sesuai spesifikasi yang

ditentukan.
d) Memiliki cadangan suplai tenaga listrik dalam bentuk Genset

dan UPS.
e) Memiliki tenaga IT yang terlatih dan mampu mengelola

perangkat keras dan lunak uji sejumlah 1 orang untuk setiap

50 peserta.
f) Fasilitas dapat digunakan sejak H-1.
2) Penetapan TUK CBT:
TUK Uji Kompetensi adalah CBT center yang telah digunakan

untuk Uji Kompetensi Dokter, Uji Kompetensi Dokter Gigi dan

Uji Coba Uji Kompetensi Ners Indonesia yang memenuhi

persyaratan dan telah ditetapkan oleh LPUK-Nakes sebagai

CBT Center melalui visitasi.


3) Tersedia ruang untuk briefing peserta uji (pada hari H-1) yang

mampu menampung seluruh peserta uji. Ruang briefing terpisah

dari ruang CBT dan harus berada di lokasi TUK (lokasi tidak

terpisah dengan lokasi CBT).


4) Penanggung jawab CBT Center adalah Koordinator CBT.
19

5) Syarat CBT Center yang dapat digunakan sebagai TUK :


a) Memiliki fasilitas komputer work station minimal 50 unit

plus dan 10% cadangan yang terhubung dengan Local Area

Network (LAN) atau Wide Area Network (WAN).


b) Dapat dicapai dengan mudah oleh peserta uji dengan

mempertimbangkan jarak dan waktu tempuh peserta mencapai

lokasi uji serta ketersediaan sarana dan prasarana untuk

mencapainya.
c) Memiliki sarana listrik yang memadai dan dapat memfasilitasi

workstation untuk bekerja secara optimal untuk

penyelenggaraan computer based test.


d) Memiliki fasilitas pembangkit listrik alternatif, berupa UPS

dan Genset beserta bahan bakar dan penunjang lainnya,

yang dapat memfasilitasi work station dalam keadaan tidak

tersedianya fasilitas listrik reguler.


e) Institusi yang ditunjuk bersedia menjadi lokasi uji dengan

dibuktikan surat kesediaan dari pimpinan institusi tersebut,

berkomitmen penuh untuk melaksanakan uji secara optimal

sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.


6) Syarat Ruang CBT Center :
a) Ruang uji harus cukup luas sesuai jumlah peserta uji, dan

pengawas dapat mengawasi jalannya uji tanpa ada halangan

pandangan.
b) Kapasitas ruang uji sekurang-kurangnya mampu menampung

50 peserta uji.
c) Ruang uji dapat dicapai dengan mudah dan baik oleh

peserta uji dengan mempertimbangkan jarak dan waktu

tempuh peserta mencapai ruang uji serta ketersediaan


20

prasarana yang ada seperti koridor, jalan setapak, tangga, lift

dan lain-lain.
d) Ruang yang akan digunakan untuk uji harus bisa

dipersiapkan paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum hari H.


e) Tidak ada pekerjaan konstruksi atau aktifitas yang

dilakukan di sekitar ruang ujian yang dapat mengganggu

pelaksanaan uji kompetensi.


f) Tidak ada kegiatan yang dilakukan di sekitar ruang uji pada

hari uji yang dapat menimbulkan keributan serta mengganggu

konsentrasi peserta uji.


g) Petugas ruangan harus ada pada saat persiapan ruangan

serta pada saat pelaksanaan uji.


h) Ruang uji memiliki pencahayaan yang cukup terang dan

tenang.
i) Ruang uji dilengkapi dengan sarana pendingin ruangan dan

ventilasi yang dapat diatur pada saat uji.


j) Ruang uji dilengkapi/difasilitasi oleh pembangkit listrik

alternatif selain persediaan listrik reguler, khususnya UPS

pada komputer server.


k) Tempat duduk harus cukup nyaman dan memiliki meja yang

cukup lebar untuk peserta menjawab soal uji.


l) Tempat duduk peserta uji disusun dalam jarak minimal 1

meter baik ke depan, ke belakang dan ke samping dari tempat

duduk peserta lainnya, sehingga tidak memungkinkan dan

menghindari peserta untuk saling berkomunikasi.


m) Ruang uji dilengkapi dengan sarana audio untuk

membacakan pengumuman kepada peserta uji.


21

n) Terdapat penunjuk waktu yang bisa dilihat oleh semua peserta

serta papan tulis atau flip chart untuk menuliskan waktu

dimulai dan berakhirnya uji.


o) Terdapat penunjuk arah menuju ruang uji yang informatif dan

dapat dipahami oleh peserta uji.


p) Terdapat kamar kecil atau toilet di dekat ruang uji.
q) Tersedia ruang karantina bila uji dilakukan lebih dari satu sesi.
r) Terdapat ruangan yang cukup aman atau lemari untuk

penyimpanan barang pribadi peserta.


s) Ruang uji harus siap digunakan pada hari uji serta telah

ditempelkan kartu uji.


7) Persyaratan Work Station
Work station adalah perangkat komputer dalam bentuk

personal computer/PC yang merupakan inventaris milik institusi

pendidikan terdiri dari Central Procesing Unit (CPU), layar

monitor, keyboard dan mouse serta terhubung dengan internet

yang memenuhi persyaratan minimal dalam menunjang

pelaksanaan uji kompetensi dengan metode CBT yang terstandar.


8) Jalur Komunikasi Permintaan Penggunaan CBT Center.
a) Panitia Penyelenggara mengajukan surat permohonan

kepada institusi pendidikan pemilik CBT center untuk

digunakan sebagai tempat uji kompetensi.


b) Surat persetujuan dari institusi pendidikan pemilik CBT

center untuk menggunakan CBT center disampaikan oleh

pimpinan institusi yang bersangkutan ke Panitia

Penyelenggara dengan tembusan ke Koordinator CBT.


c) Berdasarkan surat persetujuan dari institusi, Panitia

Penyelenggara menetapkan TUK dan berkoordinasi dengan

Koordinator CBT. (Panduan Pelaksanaan Uji Kompetensi Bagi


22

Mahasiswa Program Diploma III Kebidanan, Diploma III

Keperawatan Dan Profesi Ners, 2015)


B. Tinjauan Tentang Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat

Kelulusan Uji Kompetensi


1. Try Out
Try Out adalah tahapan gladi bersih menjelang pelaksanaan Ujian

Nasional (UN) yang sesungguhnya. Ujian try out pada hakikatnya

merupakan evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan oleh lembaga

pendidikan sebelum menghadapi UN selain itu try out digunakan sebagai

media untuk berlatih soal-soal UN. Semakin banyak berlatih, maka peserta

ujian akan semakin siap. Seperti seorang atlit yang akan menghadapi

pertandingan, maka para siswa itu harus pula dipersiapkan agar mereka

juga siap untuk menghadapi ujian nasional. Semakin banyak berlatih,

maka mereka akan semakin siap. Sebab pada hakekatnya, kesuksesan itu

dimulai dari banyaknya latihan atau persiapan yang matang. Tak ada

kemenangan tanpa latihan terus menerus. (Alvin Abdillah, 2016)


Saat ini, (assosiasi institusi perawat nasional Indonesia) AIPNI

turut bertanggung jawab atas terbangunnya system uji credible, untuk

ujian tersebut AIPNI menyelenggarakan try out uji kompetensi secara

mandiri. Try out online ini juga merupakan alat pembinaan anggota AIPNI

dalam meningkatkan presentasi kelulusan dan tidak ada unsur paksaan.

Sesuai dengan jadwal yang di sepakati di lembaga pengembangan uji

kompetensi (LPUK).
Sesuai dengan pasal 16 UU No. 38 tahun 2014, mahasiswa

keperawatan pada akhir proses pendidikannya harus mengikuti Uji


23

Kompetensi Nasional. Salah satu komponen penting yang sangat

diperlukan dalam kegiatan tersebut adalah soal yang berkualitas baik.

Salah satu proses yang harus dilalui adalah uji validitas dan realibitas

setelah melalui proses pengembangan soal secara terstruktur dan terukur

sesuai dengan kaidah pengembangan soal sebagai alat uji. Untuk itu maka

perlu dilaksanakan try out bagi para calon lulusan perawat.

2. Gaya Belajar
Setiap mahasiswa memiliki keunikan pribadi yang berbeda dengan

mahasiswa yang lainnya. Setiap mahasiswa berbeda dalam tingkat kinerja,

kecepatan belajar, dan gaya belajar. Perbedaan cara belajar ini

menunjukkan cara termudah mahasiswa untuk menyerap informasi selama

belajar. Cara termudah dan tercepat seseorang dalam belajar dikenal

sebagai gaya belajar (Hamzah, 2010).


Menurut Prashign (2007), dalam Jeanete Ophilia Papilaya, (2016)

mengatakan bahwa kunci menuju keberhasilan dalam belajar dan bekerja

adalah mengetahui gaya belajar atau bekerja yang unik dari setiap orang,

menerima kekuatan sekaligus kelemahan diri sendiri dan sebanyak

mungkin menyesuaikan preferensi pribadi dalam setiap situasi

pembelajaran, pengkajian maupun pekerjaan. Dengan demikian, gaya

belajar merupakan kunci keberhasilan siswa dalam belajar.


Di dalam mengikuti proses pembelajaran, setiap mahasiswa

memiliki gaya belajar yang berbeda-beda antara mahasiswa yang satu

dengan yang lainnya. Dosen dalam mengajar harus memperhatikan gaya

belajar mahasiswa. Ini dikarenakan dalam setiap mengajar efektifitasnya


24

akan sangat bergantung pada cara atau gaya belajar mahasiswa, disamping

sifat pribadi dan kemampuan intelektualnya.


Gaya belajar dari mahasiswa bisa diamati dari kecerdasan majemuk

yang mereka miliki dan setiap mahasiswa memiliki kecerdasan masing-

masing yang lebih dominan. Pentingnya dosen mengetahui gaya belajar

seluruh mahasiswanya didasarkan pada kurang efektifnya pembelajaran di

kelas. Musrofi dalam Pratiwi, (2014) mengatakan hanya 30% mahasiswa

yang berhasil mengikuti pembelajaran di kelas karena mereka mempunyai

gaya belajar yang sesuai dengan gaya mengajar yang diterapkan dosen di

dalam kelas. Sisanya, sebanyak 70% mahasiswa mengalami kesulitan

dalam mengikuti pembelajaran di kelas karena mereka memiliki gaya

belajar lain, yang tidak sesuai dengan gaya mengajar yang diterapkan di

dalam kelas. Artinya, 70% gaya mahasiswa tidak terakomodasi oleh gaya

mengajar dosen dalam pembelajaran.


Menurut Penelitian yang dilakukan Buali, Balaha dan Muhaidab

(2013) dalam Jeanete Ophilia Papilaya (2016), menghasilkan ada

perbedaan yang signifikan gaya belajar antara siswa laki-laki dan siswa

perempuan. Siswa laki-laki lebih cenderung gaya belajar konvergen,

sedangkan siswa perempuan lebih cenderung gaya belajar divergen.


Menurut De Poter & Hernacki dalam Jeanete Ophilia Papilaya,

(2016), menjelaskan secara umum gaya belajar manusia dibedakan ke

dalam tiga kelompok besar, yaitu gaya belajar visual, gaya belajar

auditorial dan gaya belajar kinestetik.


Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat,

mengamati, memandang, dan sejenisnya. Kekuatan gaya belajar ini


25

terletak pada indera penglihatan. Bagi orang yang memiliki gaya ini, mata

adalah alat yang paling peka untuk menangkap setiap gejala atau stimulus

(rangsangan) belajar. Ciri-Ciri individu yang memiliki tipe gaya belajar

visual yaitu menyukai kerapian dan ketrampilan, jika berbicara cenderung

lebih cepat, suka membuat perencanaan yang matang untuk jangka

panjang, sangat teliti sampai ke hal-hal yang detail sifatnya,

mementingkan penampilan baik dalam berpakaian maupun presentasi,

lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar.


Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar dengan cara mendengar.

Individu dengan gaya belajar ini, lebih dominan dalam menggunakan

indera pendengaran untuk melakukan aktivitas belajar. Individu mudah

belajar, mudah menangkap stimulus atau rangsangan apabila melalui alat

indera pendengaran (telinga). Individu dengan gaya belajar auditorial

memiliki kekuatan pada kemampuannya untuk mendengar. Ciri-Ciri

individu yang memiliki tipe gaya belajar audiotorial yaitu saat bekerja

sering berbicara pada diri sendiri, mudah terganggu oleh keributan atau

hiruk pikuk disekitarnya, sering menggerakkan bibir dan mengucapkan

tulisan dibuku ketika membaca, senang membaca dengan keras dan

mendengarkan sesuatu, dapat mengulangi kembali dan menirukan nada,

birama, dan warna suara dengan mudah, merasa kesulitan untuk menulis

tetapi mudah dalam bercerita, pembicara yang fasih, lebih suka musik

daripada seni yang lainnya, lebih mudah belajar dengan mendengarkan dan

mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat, suka berbicara,


26

berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar, dan lebih

pandai mengeja dengan keras dari pada menuliskannya.


Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak,

bekerja, dan menyentuh. Maksudnya ialah belajar dengan mengutamakan

indera perasa dan gerakan-gerakan fisik. Individu dengan gaya belajar ini

lebih mudah menangkap pelajaran apabila bergerak, meraba, atau

mengambil tindakan. Ciri-ciri individu yang memiliki tipe gaya belajar

kinestetik yaitu berbicara dengan perlahan, menyentuh untuk mendapatkan

perhatian, berdiri dekat ketika berbicara dengan orang, selalu berorientasi

dengan fisik dan banyak bergerak, menghafal dengan cara berjalan dan

melihat, menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, banyak

menggunakan isyarat tubuh, tidak dapat duduk diam untuk waktu lama,

memungkinkan tulisannya jelek, ingin melakukan segala sesuatu, dan

menyukai permainan yang menyibukkan.


3. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
Indeks Prestasi (IP) adalah nilai kredit rata-rata yang merupakan

satuan nilai akhir yang menggambarkan nilai proses belajar mengajar

setiap semester atau dapat diartikan juga sebagai besaran atau angka yang

menyatakan prestasi keberhasilan dalam proses belajar mengajar

mahasiswa pada suatu semester. Indeks Prestasi dibedakan menjadi Indeks

Prestasi Semester (IPS) dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).


a. IP semester adalah indeks prestasi yang perhitungannya berdasarkan

mata kuliah yang ditempuh selama satu semester tertentu.


b. Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) adalah indeks prestasi mahasiswa yang

perhitungannya berdasarkan seluruh mata kuliah yang telah ditempuh.


27

Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dihitung dengan mengalikan bobot

Satuan Kredit Semester (SKS) mata kuliah dengan bobot nilai, kemudian

semua mata kuliah dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah SKS yang

diambil.
Mahasiswa program diploma dinyatakan lulus apabila telah

menempuh seluruh beban belajar yang ditetapkan dan memiliki capaian

pembelajaran lulusan yang ditargetkan oleh program studi dengan IPK

lebih besar atau sama dengan 2,76 (dua koma tujuh enam), selain itu

kelulusan mahasiswa dari program diploma dinyatakan dengan predikat

memuaskan, sangat memuaskan, atau pujian dengan criteria:


a. Mahasiswa dinyatakan lulus dengan predikat memuaskan apabila

mencapai indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,00 (Tiga koma nol);


b. Mahasiswa dinyatakan lulus dengan predikat sangat memuaskan

apabila mencapai indeks prestasi kumulatif (IPK) 3,01 (Tiga koma nol

satu) sampai dengan 3,50 (Tiga koma lima nol); atau


c. Mahasiswa dinyatakan lulus dengan predikat pujian apabila mencapai

indeks prestasi kumulatif (IPK) lebih dari 3,50 (Tiga koma lima nol).

Kurikulum Diploma III Keperawatan Indonesia, 2014.


4. Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program

pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga

penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan

diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan.

Kurikulum Pendidikan Tinggi dikembangkan oleh setiap Perguruan Tinggi

dan Program Studi yang mencakup pengembangan kecerdasaran

Intelektual, Akhlak mulia dan keterampilan.


28

Salah satu komponen penting dalam proses pendidikan Diploma III

Keperawatan adalah penataan kurikulum secara terstandar. Kurikulum

Diploma III Keperawatan telah mengalami beberapa kali pengembangan

sejak dikembangkan pada tahun 1984 dengan nama catalog pendidikan

Diploma III Keperawatan tahun 1984 dan terakhir dikembangkan menjadi

kurikulum dengan pendekatan kurikulum berbasis kompetensi yang

diselaraskan dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

yang diharapkan dapat memberikan arah dan pedoman bagi penyelenggara

pendidikan dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk dapat

menghasilkan lulusan yang kompeten dan siap bersaing di pasar kerja

global. Pendidikan yang berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi

bermakna bahwa pendidikan keperawatan selalu mengikuti perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kesehatan dan keperawatan.


Kurikulum pendidikan dikembangkan berdasarkan tujuan

pendidikan yang diarahkan pada pemenuhan kebutuhan masyarakat dan

pembangunan kesehatan dimasa datang dengan memperhatikan tuntutan

profesi keperawatan. Kurikulum Pendidikan Diploma III Keperawatan

dikembangkan dengan kurikulum inti memuat 70% dan harus ditambahkan

30% kurikulum yang dikembangkan oleh intitusi sesuai kebutuhan dan visi

intitusi yang bersangkutan. (AIPDIKI, 2014)


5. Minat
Minat adalah keinginan yang didorong oleh suatu keinginan setelah

melihat, mengamati dan membandingkan serta mempertimbangkan dengan

kebutuhan yang diinginkannya. Minat adalah kecenderungan hati yang

tinggi terhadap sesuatu. Selanjutnya Kamus Umum Bahasa Indonesia


29

mendefinisikan minat sebagai keinginan untuk memperhatikan atau

melakukan sesuatu (Widyastuti, 2015).


Minat merupakan sebuah motivasi sebagai kekuatan pembelajaran

yang menjadi daya penggerak seseorang dalam melakukan aktivitas

dengan penuh ketekunan dan cenderung menetap, dimana aktivitas

tersebut merupakan proses pengalaman belajar yang dilakukan dengan

penuh kesadaran dan mendatangkan perasaan senang, suka, dan gembira.

Minat belajar merupakan suatu kecenderungan untuk memberikan

perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi

objek dari minat tersebut dengan disertai perasaan senang. Proses belajar

akan berjalan lancar jika disertai dengan minat dan hasil belajar akan

menjadi optimal kalau ada minat dari diri sendiri. Minat belajar mahasiswa

yang rendah ini dapat dipengaruhi masih kurangnya motivasi dan

kecendrungan mahasiswa dalam mengikuti proses belajar dan metode

belajar mahasiswa yang masih belum maksimal dalam mengikuti

pembelajaran (Nurkhasanah, 2013).

6. Lingkungan Praktik
Menurut Nelwati, (2011) dikutip dari Emilia, (2008) mengatakan

bahwa Lingkungan belajar sangatlah penting karena mempengaruhi

pendekatan belajar yang di ambil oleh mahasiswa dan akhirnya akan

mempengaruhi pencapaian kompetensi mahasiswa. Lingkungan belajar

yang baik adalah lingkungan yang menstimulasi rasa ingin tahu dan

kebutuhan untuk mengerti, bukan menstimulasi kegelisahan dan kompetisi

(Nelwati, 2011 dalam Emilia, 2007).


30

Lingkungan klinik kaya akan pengalaman belajar, tetapi

lingkungan yang kurang mendukung akan mematahkan semangat belajar

peserta didik untuk mencari pengalaman dan akibatnya banyak

kesempatan untuk maju hilang. Persepsi mahasiswa terhadap lingkungan

belajar dianggap mempunyai pengaruh yang penting pada kualitas hasil

belajar mahasiswa. Selain itu, persepsi mahasiswa terhadap lingkungan

belajar berubah setiap mereka berpindah ke bagian lain (Nelwati, 2011).


7. Kecemasan
Kecemasan merupakan perasaan yang paling umum dialami oleh

seseorang yang masih dalam masa perkembangan kepribadian (personality

development). Hal ini dialami sejak usia bayi hingga usia 18 tahun

(remaja) dan tergantung dari pendidikan orang tua di rumah, pendidikan di

sekolah, pengaruh lingkungan pergaulan sosialnya serta pengalaman-

pengalaman dalam kehidupannya (Hawari, 2011).


Kecemasan dapat disebut juga dengan perasaan khawatir yang

bersifat subjektif karena tidak terdapat objek yang dapat di identifikasi

sebagai stimulus kecemasan dan hal ini bentuk normal dari seseorang

(Badrya, 2014).
Kecemasan adalah suatu perasaan yang sifatnya umum, di mana

seseorang merasa ketakutan atau kehilangan kepercayaan diri yang tidak

jelas asal maupun wujudnya. kecemasan merupakan hal wajar yang pernah

dialami oleh setiap manusia.Kecemasan sudah dianggap sebagai bagian

dari kehidupan sehari-hari. Individu yang dalam keadaan kecemasannya

tinggi kemudian tidak dapat mencapai tingkat kelulusan dalam uji

kompetensi perawat (Zulkarnain, 2017).


31

Kecemasan dapat timbul dari reaksi ketegangan atau dari sistem

dalam tubuh yang di akibatkan dari suatu dorongan dalam atau luar yang

di kuasai oleh susunan urat saraf otonom (Yuhelrida, dkk, 2016).


Kecemasan yang dialami mahasiswa menghadapi skllis test

keperawatan di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu (dari pengaruh yang

terbesar) sikap pengawas ujian, suasana ujian, ketrampilan mahasiswa,

ujian itu sendiri dan perasaan intern yang dialami oleh mahasiswa itu

sendiri (tidak yakin lulus) (Hawari, 2011).


8. Fasilitas
Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan,

memperlancar pelaksanaan suatu usaha. Fasilitas merupakan segala

sesuatu yang mempermudah seseorang dalam memperoleh manfaat dari

jasa yang di berikan.


Berdasarkan panduan pelaksanaan uji kompetensi bagi mahasiswa

program diploma III kebidanan, Diploma III keperawatan dan profesi Ners

tahun 2015, uji kompetensi dilaksanakan dengan menggunakan metode

Computer Based Test (CBT) dan Papers Based Test (PBT). Fasilitas yang

memadai sangat dituntut apabila ingin menyelenggarakan Uji Kompetensi,

mulai dari kuantitas ruang yang digunakan, ketersediaan suplai tegangan

listrik, sampai pada kebutuhan perangkat komputer yang diperlukan.


Ujian Kompetensi metode CBT adalah salah satu alternatif yang

dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan ujian berbasis kertas. Adapun

kelemahan dari ujian berbasis kertas (PBT) menurut PUSPENDIK (2015)

adalah Ujian berbasis kertas mempunyai kelemahan, diantaranya: bentuk

soal yang digunakan pada saat ujian sulit untuk dibuat bervariasi; tampilan

soal terbatas; hanya dua dimensi; diperlukan banyak kertas dan biaya
32

penggandaan yang cukup besar; pengamanan kerahasiaan soal relatif sulit

dan memerlukan biaya cukup besar; pengolahan hasil memerlukan waktu

yang relatif lama.


Tempat Ujian Kompetensi (TUK) PBT yang digunakan pada Uji

Kompetensi ditetapkan sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan

efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan ujian. Penetapan TUK yang akan

dipakai dilakukan oleh Panitia disertai dengan surat ke pimpinan institusi

yang akan menjadi TUK. TUK PBT yang baru kelayakannya diverifikasi

oleh Kopertis bekerjasama dengan AIP Regional atau Korwil AIP atau

MTKP (Panduan Uji Kompetensi tenaga kesehatan, 2015).


C. Kajian Empiris Penelitian Terdahulu
Adapun yang menjadi landasan penelitian ini adalah sebagaimana

hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdilah (2016), yaitu:


1. Gambaran hubungan Try Out terhadap kelulusan UKNI
Hasil uji stastistik dengan uji fisher’s exact test dengan tingkat

kemaknaan 0,05 didapatkan ρ = 0,000 hal ini menunjukkan bahwa ada

hubungan try out terhadap kelulusan uji kompetensi Ners Indonesia.

Mahasiswa yang telah mengikuti try out akan lebih siap mengerjakan soal

ujian karena telah mempunyai gambaran tipe soal serta lebih tenang dalam

proses pengerjaannya sehingga hasilnya akan lebih bagus dari pada

mahsiswa yang tidak mengikuti try out. Dengan mengikuti try out akan

mampu memberikan gambaran mengenai model soal yang akan keluar

pada saat ujian kompetensi nasional yang sebenarnya dan bagi lembaga

dapat memberikan gambaran bahwa sebagian besar mahasiswa profesi

belum melakukan persiapan dengan baik. Hal ini didukung oleh penelitian

yang dilakukan oleh (Rizqa, M 2008) bahwa try out pada siswa yang akan
33

mengikuti ujian akhir nasional dapat meningkatkan kelulusan ujian

nasional sebesar 93,33%.


2. Gambaran hubungan Indeks Prestasi Kumulatif terhadap kelulusan UKNI
Berdasarkan analisa statistik dengan uji fisher’s exact test dengan

tingkat kemaknaan 0,05 didapatkan ρ = 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa

ada hubungan Indeks prestasi kumulatif dengan kelulusan UKNI.

Mahasiswa yang memiliki indeks prestasi kumulatif yang baik pada fase

akhir belajar akan lebih mudah memahami konsep ataupun teori-teori yang

telah didapat dan juga akan lebih mudah mengingat sehingga kemampuan

intelektualnya meningkat disertai dengan kemampuan teknikal yang

meningkat maka dari itu mahasiswa tersebut akan mudah mengerjakan

soal ujian sehingga hasil yang didapat juga akan memuaskan. Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pramana, S (2011) yang

dilakukan pada peserta ujian kompetensi dokter Indonesia (UKDI)

Fakultass kedokteran Universitas Diponegoro yang membuktikan bahwa

ada hubungan secara signifikan antara nilai indek prestasi komulatif (IPK)

PPA dan PPP terhadap nilai Ujian Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI),

dimana nilai IPK berbanding lurus dengan persentase kelulusan UKDI.


3. Gambaran hubungan gaya belajar terhadap kelulusan UKNI
Berdasarkan analisa statistik dengan fisher’s exact test dengan

tingkat kemaknaan 0,05 didapatkan ρ = 0,000 , hal ini menunjukkan bahwa

ada hubungan gaya belajar dengan kelulusan UKNI. Gaya belajar yang

sesuai dengan minat mahasiswa sangat mempengaruhi hasil dari evalusai

pembelajaran, sehingga apabila gaya belajar yang di pilih telah sesuai

dengan minat dan kemapuannya maka hasil pembelajaran yang didapat


34

juga akan bagus sehingga akhirnya mahasiswa tersebut akan mampu

mengerjakan ujian atau tes dengan mudah. Hal ini sesuai dengan teori

yang dijelaskan oleh Emirina, (2009) Gaya Belajar adalah cara atau

pendekatan yang berbeda yang dilakukan oleh seseorang dalam proses

pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai