Anda di halaman 1dari 3

BELUT NENEK SAWITTO

Cerita rakyat kabupaten pinrang ini disusun oleh Asriadi Abbas

Disuatu desa hiduplah dua orang pemuda yang terlahir dari sepasang suami istri yaitu
Labaco dan Ibecce. Mereka mempunyai dua orang anak semua laki-laki. Anak yang pertama diberi
nama puang pakki, sedangkan anak yang kedua diberi nama puang kalimpo. Jarak usia mereka hanya
berpaut satu tahun. Sehingga pada saat mereka kecil, orang mengira mereka kembar, ya kembar tapi
beda karena perbedaannya sangat mencolok. Karakternya sangat bertolak belakang demikian pula
bentuk fisiknya yakni satu putih satu hitam, satu tampan yang satu berantakan.

Karena bentuk fisik yang beda itu, orang tua mereka memperlakukannya berbeda atau tidak
adil. Yang adik puang kalimpo yang kulitnya putih dan tampan diperlakukan secara istimewa, semua
permintaannya dituruti dan dimanja. Puang pakki diperlakukan sebaliknya, tidak diurus dan
dibiarkan hidup apa adanya.

Terbiasa dimanja sejak kecil karena bentuk fisiknya yang hampir sempurna sampai besar
terbawa menjadi orang yang manja, anak yang harus selalu diikuti kemauannya. Akhirnya sampai
dewasa ia tidak mandiri. Pernah suatu saat mereka berdua pergi kehutan untuk berburu, dengan
membawa bekal yang lumayan banyak. Semua bekal dipikul puang pakki, sementara puang kalimpo
hanya berjalan mengiringinya tanpa membawa apa-apa kecuali alat untuk berburu.

Tiba dihutan mereka berburu, mula-mula mereka melihat rusa langsung mereka
memanahnya bersamaan. Tapi karena puang pakki lihai dalam memanah, anak panahnya mengenai
rusa tersebut, namun puang kalimpo mengaku kalau dialah yang mengenai rusa tersebut. Padahal
anak panah yang mengenai anak rusa tersebut adalah milik puang pakki.

‘’hai saudaraku puang pakki, aku memang jago memanah, buktinya anak panahku yang mengenai
rusa itu”.

“ Tidak adinda puang kalimpo, itu tanda anak panahku, buktinya ada kain merah yang menancap
didada rusa itu’’

‘’hai kanda puang kalimpo kau harus mengaku pada ayah dan bunda setiba dirumah, nanti kalau
tidak awas’’

Karena takut dimarahi, puang pakki mengalah kepda puang kalimpo. Biasanya, walaupun
salah puang kalimpo, tetap juga puang pakki yang salah. Hal itulah yang menyebabkan karakter dan
tabiat kedua orang bersaudara itu sangat berbeda. Puang pakki adalah seorang kakak yang
karakternya sangat baik, suka menolong siapapun yang membutuhkan pertolongan baik dari
keluarganya sendiri ataupun orang lain. Dia taat beribadah, rajin bekerja dan bertanggung jawab
terhadap keluarga. Pokoknya ia adalah icon father pada saat itu dan disukai oleh semua orang.

Bentuk fisik puang pakki sangat berbeda dengan puang kalimpo, puang pakki bentuk
tubuhnya pendek, kecil, cebol kulitnya hitam, bentuk mukanya berantakan. Sedangkan puang
kalimpo mempunyai bentuk fisik yang sempurna, kulitnya putih, mulus, tinggi dan sangat tampan.
Karakternya sangat berbeda, berbanding terbalik dengan ketampanannya. Dia malas dan tidak
bertanggung jawab, pemabuk, penjudi, tukang main perempuan, boros, suka melalaikan kewajiban
terutama shalat lima waktu. Setelah mereka sama-sama telah menikah dan mempunyai keluarga
masing-masing. Mereka tinggal terpisah namun dalam kampung yang sama. Puang pakki mempunyai
istri yang sangat cantik dan rupawan dari kalangan masyarakat biasa. Sebaliknya istri puang kalimpo
biasa saja, tidak cantik tapi tidak jelek juga, namun dari kalngan bangsawan. Perangainya sangat
mulia dan sabar, penuh perhatian pada suami walau suami tidak mempunyai pekerjaan tetap.

Puang pakki adalah penyedot nira atau pembuat tuak yang terkenal dikampung itu. Tuaknya
sangat manis dan gurih. Seluruh masyarakat sawitto pasti mengenal dan memujinya. Dia bisa
menghidupi keluarganya dari tuak tersebut. Kehidupan keluarganya sangat baik kesejahteraannya,
rumahnya besar dan bagus. Namun kadang tuak pakki hilang entah siapa yang memngambilnya.
Mendengar puang pakki selalu dipuja-puja orang, puang kalimpo cemburu dan sangat kesal. Dalam
hati ia berkata ‘’ dasar jelek,banyak rejeki, suatu saat kau harus mengakui bahwa akulah yang hebat
bukan kamu’’.

Ia pun merencanakan sebuah strategi yang jitu untuk kenjatuhkan usaha saudaranya rusak
dan tidak ada lagi orang membelinya, suatu sore puang kalimpo pun melaksanakan aksinya, mencuri
tuak puang pakki dikebun. Setelah dicuri kemudian dijual ketempat yang jauh kampung mereka
tinggal. Orang-orang pun heran karena tuak puang kalimpo sama dengan tuak puang pakki. Akhirnya
karena penasaran orang itupun bertanya pada puang kalimpo.

‘’oh anrikku makanjae, tenniaga idi mala lengngi tuakku, nasaba narekko idi mala lengngi tuakku,
dekkada usekkerengki, taillau madeceng i nasaba tetteki ualeng’’.

‘’oh adikku yang gagah dan tampan, apakah kita yang selalu mengambil tuak saya, karena kalau kita
yang mengambil tuak saya, saya tidak melarang, kita minta baik-baik kepada saya, pasti akan saya
berikan’’

‘’Manengkaje iya melo mala leng i tuakta deng’’

‘’kenapakah saya yang mau mengambil tuakmu kandaku’’.

Puang pakki datang subuh-subuh dikebunnya untuk mengetahui siapa sebenarnya pelaku
pencuri tuak tersebut. Dan ternyata puang pakki telah didahului oleh saudara laki-lakinya yaitu
puang kalimpo. Puang kalimpo telah tertangkap basah oleh saudaranya, dia terlihat diatas pohon
tuak, ternyata selama ini yang mencuri tuak puang pakki adalah saudaranya sendiri.

Karena rasa malu yang besar, puang kalimpo menjatuhkan dirinya dari pohon tuak itu, posisi
badannya seperti orang yang terjun atau sedang loncat indah, yang posisi kepalanya dibawah dan
kaki diatas. Puang pakki pun merasa kaget atas tindakan yang dilakukan puang kalimpo, puang pakki
berusaha semaksimal mungkin untuk mengangkat saudaranya dari tanah, namun sebagian dari
kepala sampai pusar telah tertanam sendiri dalam tanah.

Puang pakki pun tetap berusaha, ia mengambil alat penggali untuk menolong saudaranya, ia
menggalih, menggalih dan terus menggalih namun usahanya tidak berhasil, akhirnya seluruh jiwa
dan raga puang kalimpo telah tertanam, kecuali jari ibu kakinya yang masih kelihatan, puang pakki
pun putus asa atas usahanya.
Waktu terus berjalan, mulai dari matahari terbit dari timur sampai terbenam disebelah
barat, tiga hari kemudian semua masyarakat sawitto asli dimimpikan oleh makhluk halus puang
kalimpo yang telah tertanam. Ini semua jarang terjadi didunia, karena mimpi itu dialami oleh banyak
orang. Didalam mimpi tersebut, puang kalimpo mengatakan

‘’idi tau sawitto e aja tamanre lenrong e nasaba iyana mancaji lenrong’’

‘’hai orang sawitto, jangan ada yang memakan belut karena sayalah ( puang kalimpo) yang telah
menjadi belut ‘’

Maka dari itu barang siapa yang memakan sedikit pun belut, jika kita orang asli watang
sawitto kita akan terkena musibah, bukan musibah yang biasanya, yang maksud dari musibah itu
adalah penyakit kulit, contohnya kulit menjadi merah, gatal-gatal dan penyakit tersebut tidak ada
obatnya hingga akhir masa, kata masyarakat asli sawitto.

Keesokan harinya tempat etrjadinya puang kalimpo penuh dengan air dan dipagari oleh
batu-batuan besar yang berwarna hitam polos yang katanya batu itu muncul dengan sendirinya
tanpa bantuan tenaga manusia siapapun. Dn akhirnya yang didapatkan adalah hanya seekor hewan
belut semata, yang artinya mimpi masyarakat sawitto asli itu benar.

Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan dan tahun demi tahun saudara laki-
laki puang kalimpo yaitu puang pakki meninggal dunia. Kuburan puang pakki tidak jauh dari kuburan
puang kalimpo, namun kuburan puang pakki seperti layaknya kuburan manusia, sedangkan kuburan
puang kalimpo berbentuk kolam-kolam persegi empat yang berisikan air layaknya kolam belut.

Banyak yang bertanya, apakah semua belut hanya satu jenis ?. jawabnya, tidak. Belut terbagi
dua yaitu yang pertama belut yang pada umumnya berkulit coklat polos, namun jenis kedua yaitu
kulitnya berbeda terdapat belang-belang pada kulitnya, merupakan belut asli sawitto.

Hingga sekarang kuburan puang pakki dan puang kalimpo masih sering dikunjungi peziarah
yang dominan kalangan orang tua.

Pesan moral yang dapat dipetik dari kisah ini adalah

1. Jangan mencuri, karena mencuri merugikan orang lain dan diri sendri.
2. Tanamkan rasa malu
3. Jika berjanji harus ditepati
4. Bersikap adil
5. Menghargai orang tanpa melihat bentuk fisiknya

Anda mungkin juga menyukai