Anda di halaman 1dari 9

Nama : Mayfatul Firdausi D.

Nim : 10617069
Fakultas Kedokteran Gigi 2017
GIGI TIRUAN JEMBATAN SEMENTARA
1. Definisi gigi tiruan jembatan
Gigi tiruan jembatan atau yang lebih sering dikenal sebagai bridge adalah suatu mahkota
tiruan yang dibuat untuk menggantikan satu atau lebih gigi yang hilang, sebuah gigi tiruan cekat
yang menggantikan kehilangan gigi yang tidak dapat dilepas oleh pasien dan dokter gigi dengan
mudah karena dipasang secara permanen dengan semen pada gigi atau akar gigi asli yang telah
dipersiapkan.

2. Indikasi dan Kontraindikasi Gigi Tiruan Jembatan


a. Indikasi gigi tiruan jembatan:
- Usia 20-50 tahun
a. < 20 Tahun : Foramen apikal yang masih terbuka dan bisa fraktur, Saluran akar
masih lebar sehingga preparasi terbatas, proses pertumbuhan masih aktif dapat dilihat
pertumbuhan gigi dengan rontgen dapat menghambat pertumbuhan tulang.
b. > 50 Tahun : Sudah terjadi resesi gingiva dan terlihat servikal gigi, terjadi
perubahan jaringan pendukung & resobsi tulang alveolar secara fisiologis, kelainan
jaringan yang bersifat patologis
- Kondisi periodontal gigi penyangga baik
- Ruang pulpa sempit pada gigi abutment
- Kemiringan gigi penyangga ≤15ᵒ
- Mahkota klinis gigi penyangga tidak pendek (perbandingan mahkota:akar adalah 1:2)
b. Kontraindikasi gigi tiruan jembatan:
- Pasien yang tidak kooperatif
- Pasien yang masih muda karena ruang pulpanya masih besar.
- Pasien yang tidak bisa dilakukan anestesi lokal (e.g. hipertensi, gangguan jantung,
dll.). Apabila masih memungkinkan gunakan obat yang tidak memakain epinefrin.
- Pasien yang memiliki risiko karies tinggi serta penyakit periodontal.
- Pasien yang memerlukan pontik gigi dalam jumlah besar, membuat length of span
tinggi dan menyebabkan beban GTJ makin besar, terutama pada jaringan periodontal
dan gigi penyangganya.
- Gigi penyangga mengalami rotasi/tilting – tidak dalam satu bidang sejajar.

3. Komponen Gigi Tiruan Jembatan


Bagian-bagian dari gigi tiruan jembatan, antara lain :
1. Gigi penyangga / abutment adalah gigi yang dapat memberikan dukungan, kestabilan,
penjangkaran, atau retensi pada suatu protesa baik yang cekat maupun lepasan, berfungsi
untuk mendukung dan menopang protesa.
Gigi abutment harus dipersiapkan supaya betul-betul dapat memberi dukungan yang kuat
pada GTC. Untuk menentukan banyaknya gigi abutment sebaiknya disesuaikan dengan
Hukum Ante. Hukum ini mengatakan : seluruh luas ligamen perodonsium gigi penyangga
harus paling sedikit sama, atau melebihi seluruh luas ligamen periodonsium gigi yang
diganti.
2. Retainer, yaitu bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan gigi tiruan dengan
gigi penyangga (abutment teeth), yang berfungsi untuk menjaga agar gigi tiruan tetap
stabil dan untuk menyalurkan beban kunyah ke gigi tetangga.
a) Retainer ekstrakorona : retainer yang retensinya berada diluar permukaan luar
mahkota gigi penyangga. Contohnya adalah Mahkota selubung penuh, Mahkota
tuang penuh, Mahkota Jaket, Mahkota Pigura / Berlapis, Mahkota ¾.
b) Retainer intrakorona : retainer yang retensinya berada di bagian dalam mahkota gigi
penyangga. Contohnya adalah inlay MOD, inlay klas II, Uplay, dan onlay.
c) Retainer dobel crown : retainer yang retensinya berupa pasak yang telah disemenkan
ke saluran akar yang telah dirawat dengan sempurna. Contoh: Mahkota Richmond,
nucleus pin crown.
Gambar: a) Retainer ekstrakorona,b) Retainer intrakorona,c) Retainer doblecrown
3. Pontik, yaitu bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi asli yang hilang,
berfungsi untuk mengembalikan fungsi stomatognatik dengan memperhatikan hubungan
dengan gigi penyangganya dan gigi antagonisnya.

Tipe pontik dibedakan atas :


A. Pontik yang berkontak dengan residual ridge
a) Saddle ridge-lappontic, merupakan pontik yang berkontak bidang dengan
edentulous ridge. Bagian labial kontak dengan mukosa, Bagian Palatinalnya
menjauhi mukosa. Bagian yang menghadap gingiva membulat supaya mudah
dibersihkan. Dipakai terutama untuk daerah anterior, premolar & molar RA dan
premolar RB.
b) Modified ridge-lap pontic, merupakan kombinasi antar pontik tipe saddle dengan
hygienic. Memiliki permukaan fasial yang menutupi residual ridge dan bagian
lingual tidak berkontak dengan ridge, sehingga estetiknya bagus dan mudah
dibersihkan.
c) Conical pontic, merupakan pontik yang hanya memiliki satu titik kontak pada
titik tengah residual ridge, sehingga mudah dibersihkan.
d) Ovate pontic, merupakan pontik yang sangat elastis, dasar pontik membulat dan
masuk kedalam cekungan (concavity) residual ridge, sehingga mudah
dibersihkan.

a. b. c.
Gambar: a)ridge lap pontic; b)sanitary pontic; c)conis pontic

B. Pontik yang tidak berkontak dengan residual ridge


a) Sanitary / hygienic pontic, merupakan pontik yang mudah dibersihkan karena
tidak berkontak dengan edentulous ridge. Mesiodistal dan fasiolingualnya
berbentuk cembung, serta dasar pontik berbentuk bulat, tidak rata/flat sehingga
mencegah terjadinya retensi makanan.
b) Modified sanitary (hygienic) pontic / perel pontic, merupakan modifikasi sanitary
pontic. Permukaan dasar pontik melengkung kearah mesiodistal dan fasiolingual.
Konektor yang menghubungkan pontik ini dengan retainer ketebalan maksimal,
sehingga konektor lebih dapat menahan tekanan.
4. Konektor, yaitu bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan pontik dengan
retainer, retainer dengan retainer, pontik dengan pontik, berfungsi sebagai splinting dan
penyalur beban kunyah.
a) Konektor rigid, konektor yang tidak memungkinkan tejadinya pergerakan pada
komponen GTJ. Konektor rigid dapat dibuat dengan cara casting, soldering, dan
welding.
b) Konektor nonrigid, konektor yang memungkinkan pergerakan terbatas pada
komponen GTJ. Konektor nonrigid bertujuan untuk mempermudah pemasangan dan
perbaikan (dovetail) GTJ. Contohnya adalah dovetail dan male and female.

Gambar: Komponen-komponen gigi tiruan jembatan 1) Gigi abutment,


2) Retainer, 3) Pontik, 4) Konektor

4. Syarat Gigi Tiruan Jembatan


Suatu gigi tiruan jembatan harus memenuhi :
1. Persyaratan Mekanis
Gigi-gigi penyangga harus mempunyai sumbu panjang yang sejajar atau hampir sejajar
satu sama lain, atau sedemikian rupa sehingga dapat dibuat sejajar tanpa membahayakan
vitalitas pulpa. Suatu pontik harus mempunyai bentuk mendekati bentuk anatomi gigi asli
yang diganti dan harus sedemikian kuatnya sehingga dapat menahan/ memikul daya kunyah
tanpa patah atau bengkok.
2. Persyaratan Fisiologis
Gigi tiruan jembatan tidak boleh mengganggu kesehatan gigi-gigi penyangga dan
jaringan-jaringan pendukung lainnya.
3. Persyaratan Hygiene
Pada gigi tiruan jembatan tidak boleh terdapat bagian-bagian yang dapat menyangkut dan
menimbulkan sisa-sisa makanan. Di antara pontik-pontik atau pontik dan retainer, harus ada
sela-sela (embrasure) yang cukup besar sehingga dapat dibersihkan dengan mudah.
4. Persyaratan Estetik
Tiap gigi tiruan jembatan terutama yang mengganti gigi-gigi depan, harus dibuat
sedemikian rupa sehingga menyerupai gigi asli.

2. Prosedur Pembuatan Gigi Tiruan Jembatan


a. Preparasi daerah oklusal dan insisal
Gigi anterior rahang atas
- Membuat keratan pada permukaan labial, sejajar dan berjarak 1,5 mm (ketebalan
preparasi/pengasahan gigi tergantung dari macam bahan restorasi yang akan digunakan)
dari tepi incisal.
- Permukaan incisal diambil sesuai pedoman preparasi.
- Pengambilan bersudut 45° terhadap bidang horizontal ke arah palatal dan dilakukan 2
tahap, pertama sebagian mesial dan kemudian sebagian distalnya
- ALAT : Diamond wheel bur dan Cylindrical diamond stone bur

Gigi anterior rahang bawah


- Permukaan incisal diambil membentuk sudut 45° terhadap bidang horizontal ke arah
labial.
Gigi posterior
- Dibuat keratan sebagai pedoman pada groove sedalam 1-1,5 mm (ketebalan
preparasi/pengasahan gigi tergantung dari macam bahan restorasi yang akan digunakan)
mengikuti anatomi permukaan oklusal gigi.
- Permukaan oklusal diambil sesuai dengan pedoman preparasi dalam tahap-tahap bagian
bukal, kemudian bagian lingual.
- Alat : Wheel diamond bur dan Cylindrical diamond stone.

b. Preparasi daerah bukal / labial


- Pembuatan 3 keratan dilakukan dengan : cylindrical diamond stone yang mempunyai
diameter 1-1,5 mm.
- Alat : Diamond wheel dan cylindrical diamond stone untuk 2/3 incisal.
Taper cylindrical diamond stone untuk 1/3 cervical.
- Ketebalan pengasahan permukaan labial tergantung bahan restorasi, kecembungan gigi,
besar gigi.
- Pengambilan permukaan labial/bukal sebanyak 1-1,5 mm, 1/3 bagian cervical preparasi
sejajar terhadap sumbu gigi (untuk menghilangkan undercut), 2/3 bagian incisal
mengikuti anatomi permukaan labial gigi.
- Preparasi / pengasahan dinding bukal / labial sampai batas mesial distal transitional line
angle.
- Batas pengambilan permukaan labial adalah gingival crest.
Pedoman preparasi :
- Dibuat sebelum preparasi: berupa beberapa keratan pada permukaan labial/bukal sedalam
1-1,5 mm, sesuai ketebalan yang diinginkan.

c. Preparasi daerah lingual / palatal


- Pengambilan permukaan lingual dan palatal 1- 1,5 mm
- Preparasi dibagi 2 tahap:
- Bagian cingulum ke incisal : Pengambilan sejajar dengan anatomi permukaan gigi.
- Bagian cingulum ke cervical gigi : Pengambilan sejajar dengan permukaan kecuali 1/3
cervical dibuat sejajar dengan sumbu gigi.
- Pada gigi posterior, seperti pengambilan permukaan bukal.
- Dibuat pedoman preparasi berupa keratan sedalam 0,5-1,5 mm dengan cylindrical
diamond stone.
- Alat : dari cingulum ke incisal menggunakan Wheel diamond stone, Cylindrical diamond
stone. Sedangkan dari cingulum ke cervical menggunakan Wheel diamond stone,
Tappered Cylindrical diamond stone
d. Preparasi daerah proksimal
- Pada permukaan mesial dan distal yang sejajar dengan sumbu gigi yang normal atau
membentuk sudut 5° - 6ͦ konvergen ke arah insisal atau oklusal.
- Dimulai dari gingival margin dan berjarak 1-1,5 mm dari titik kontak.
- Preparasi / pengasahan daerah permukaan proksimal menggunakan short thin tapered
diamond bur dari sisi bukal,
- Preparasi / pengasahan dinding aksial membentuk kemiringan dengan sudut 6 ͦ
- Daerah akhiran servikal dipreparasi menggunakan mata bur silindris atau tapered
dengan ujung flat atau round sesuai kebutuhan dan perhatikan posisinya. Hindari
terjadinya trauma berlebih pada jaringan lunak (servikal gingival)
- Banyaknya pengambilan tergantung dari bahan yang akan dipakai, bentuk dan besar gigi

Gambar Preparasi / pengasahan pada sisi proksimal.

e. Preparasi daerah cervical


- SHOULDER PREPARASI :
Suatu bentuk preparasi yang mempunyai sudut 90 terhadap permukaan axial gigi,
kadang-kadang dibuat bevel pada tepi dari cervical dan disebut BEVELED SHOULDER
- Alat: Cylindrical diamond stone dan Fissure bur dari tungsteen carbite.

(a) Knife edge; (b) bevel; (c) chamfer; (d) shoulder; (e) bevelled
shoulder.

- Chamfer preparation :Suatu jenis cervical preparasi yang bulat (tidak bersudut)
- ALAT:Round end cylindrical diamond stone
- Shouldering Preparation: Suatu jenis preparasi yang tidak mempunyai bahu:
Feather edge: suatu jenis shoulderless preparasi yang berbentuk lurus dimana tidak
mempunyai batas yang jelas dengan bagian gigi yang tidak dipreparasi.
- Alat untuk Feather edge: pointed tapered cylindrical diamond stone.
Knife edge/chisel edge: suatu jenis shoulderless seperti bentuk pisau/pahat dan memberi
batas yang lebih jelas.
- Alat untuk Knife edge:pointed tapered diamond stone dengan sudut yang lebih besar.

f. Tinggi dari servikal preparasi


- Setinggi gingival crest:Pada penderita dengan kelainan gingiva (perdarahan pada
preparasi), penderita dengan gangguan sistemik. Kerugian : mudah terjadi karies
- Di dalam sulcus. Keuntungan: Memberikan estetis yang lebih baik dimana batas
tidak tampak, memberikan retensi dan resistensi lebih besar, sebab preparasi axial
lebih panjang, dan menghindari karies.
- Di atas gingival crest: Kekurangannya adalah retensi dan resistensi kurang dan
mudah karies. Keuntungan: Mudah dibersihkan dengan sikat gigi. Pembulatan sudut
yang tajam dan penghalusan preparasi pada permukaan labial, incisal dan proksimal.
Tujuan: Agar tidak terjadi fraktur pada bagian yang tajam dan untuk mendapatkan
restorasi yang baik (fit). Alat: Taper cylindrical diamond stone yang halus atau
dengan sand paper disc yang halus.
3. Penyemenan dan Instruksi Post Penyemenan
a. Tahapan penyemenan
- Melepas gigi tiruan sementara dengan membuka daerah margin gigi tiruan sementara
dengan crown retractor dan memberi semprotan air dan udara pada daerah margin
- Pembersihan gigi penyangga dengan semprotan air dan udara kemudian
mengeringkan dengan cotton roll
- Melakukan control saliva pada mulut penderita
- Menyiapkan perbandingan powder dan liquid semen perekat (Fregeunol) pada
papper pad sesuai aturan pabrik dan mengaduk dengan agate spatula
- Melakukan pelapisan adonan semen pada permukaan bagian dalam gigi tiruan secara
merata
- Insersikan gigi tiruan
- Instruksikan pasien menggigit handle kaca mulut sampai semen keluar lewat margin
gigi tiruan
- Membersihkan sisa semen yang keluar dengan sonde, wooden stick, dental floss
b. Instruksi post sementasi gigi tiruan tetap
- Jaga kebersihan mulut dengan membersihkan daerah gigi tiruan yang menghadap ke
gusi pakai benag gigi/dental floss
- Lakukan control plak rutin
- Kontrol secara periodik ke dokter gigi 6 bulan sekali

Anda mungkin juga menyukai