Anda di halaman 1dari 120

PENANAMAN NILAI-NILAI ANTI KORUPSI DALAM

PEMBELAJARAN PAI DI SEKOLAH


(Studi Kasus di Sekolah Menengah Atas Negeri 03 Semarang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat


Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
dalam Ilmu Tarbiyah

Oleh :
ABDULLOH HADZIQ
NIM : 3 1 0 4 0 2 1

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2009
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tanggal Tanda Tangan

Drs. Mahfudz Junaedi, M. Ag .................... ......................


NIP. 19631312 7000001 000

Prof. DR. H. Ibnu Hadjar, M. Ed ..................... ......................


NIP. 19580507 1984021 002
DEPARTEMEN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULAS TARBIYAH
Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka Telp. (024) 7601295 Semarang 50185

NASKAH PENGESAHAN

H. Mursid, M.Ag. ..................... .......................


Ketua Sidang

Drs. Hj. Nur Asiyah, M.Si ...................... ........................


Sekretaris Sidang

DR. H. Raharjo, M.Ed. St. ....................... ........................


Penguji I

DR. Hj. Sukasih, M.Pd ........................ .........................


Penguji II
DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan


bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh
orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi
satupun pikiran-pikiran orang lain. Kecuali informasi yang terdapat
dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 29 Desember 2009


Deklarator,

ABDULLOH HADZIQ
NIM.3104021
ABSTRAK

Abdulloh Hadziq : 3104021, 2009. Penanaman Nilai-nilai Anti Korupsi dalam


Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Studi Kasus di SMAN 03
Semarang).

Pendidikan Islam merupakan bagian integral dari pendidikan Indonesia


tentunya mempunyai peranan penting dalam mengembangkan nilai antikorupsi.
Pendidikan Islam bisa dijadikan sebagai sarana upaya preventif dan antisipatif
dalam mengembangkan nilai antikorupsi untuk pencegahan dan pemberantasan
korupsi. Oleh karena harus sejak dini nilai-nilai anti korupsi perlu ditanamkan
kepada penerus bangsa, pelajar, agar nantinya dapat mengurangi bahkan
mencegah timbulnya korupsi di berbagai kehidupan di Negara ini.
Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana penanaman
nilai-nilai anti korupsi serta problem dan solusi yang di hadapi dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 03 Semarang ?. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana nilai-nilai anti korupsi ditanamkan serta
mengetahui problem dan solusi yang dihadapi dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam di SMAN 03 Semarang. Manfaat yang bisa dipetoleh dari penelitian
ini adalah memberikan manfaat kepada para pembaca berupa informasi mengenai
problematika kontemporer, serta hal- hal yang berkaitan dengannya, terutama
konsep kependidikan terkait dengan problematika korupsi. Sehingga mampu
membuat pemikir/pendidik pendidikan islam bersikap aktif untuk mengarahkan
agar peserta didik mampu mengaktualisasikan nilai-nilai pendidikan islam dan
memerangi kejahatan korupsi sebagai wujud perlawanan terhadap penyakit
masyarakat /kemungkaran sosial.
Penelitian ini dilakukan di SMAN 03 Semarang. Teknik pengunpulan data
dilakukan dengan metode dokumentasi, observasi,dan wawancara.
Selanjutnya setelah dilakukan penelitian diperoleh hasil bahwa penanaman
nilai anti korupsi melalui pembelajaran PAI di Sekolah, meliputi: Pertama:
Pembelajaran kelas, penanaman nilai ini terutama dilakukan oleh guru agama.
Materi-materi yang disampaikan di antaranya membiasakan sifat-sifat terpuji
(jujur,adil, Qona’ah, dll), meneladani perilaku Nabi SAW, menjahi sifat-sifat
tercela, serta bersikap ikhlas di setiap kali melakukan sesuatu. Kedua,
Keteladanan. Di samping memberikan nasehat kepada peserta didik, guru juga
melaksanakan apa yang sudah dinasehatkan. Ketiga, Kejujuran. Peserta didik
ditanamkan untuk jujur pada diri sendiri dan jujur kepada orang lain. Bentuknya
adalah dengan memberikan peluang peserta didik untuk melakukan aktifitas
sehari-hari dengan menjunjung tinggi kejujuran, seperti halnya di kantin SMAN
03 Semarang, semua dilakukan oleh peserta didik, dia mengambil sendiri,
menghitung sendiri, membayar dan mengambil pengembalian sendiri tanpa
dilayani pengelola kantin, kecuali mereka menginginkan untuk dilayani; Keempat,
Peran orang tua, Sekolah juga perlu melibatkan peran keluarga, dalam hal ini
orang tua peserta didik untuk membantu merealisasikan penanaman nilai agama di
lingkungan keluarga mereka.
MOTTO

tbqçHs>÷ès? öNçFRr&ur ¨,ysø9$# (#qãKçGõ3s?ur È@ÏÜ»t7ø9$$Î/ Yysø9$# (#qÝ¡Î6ù=s? Ÿwur

”Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan
janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu Mengetahui. (Q.S Al
Baqarah : 42)” *

*
DEPAG RI, Al Qur an dan Terjemahannya, (Semarang : CV. AL WA’AH : 1989), hlm.
16
Persembahan:

Ku persembahkan karya tulis ini kepada:


v Bapak dan Ibu tercinta
v Ade’ – Ade’Q dan seluruh keluarga tersayang
v Sahabat - sahabati yang saya banggakan
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillâhi rabill ‘aalamin. Segenap puja dan puji syukur peneliti
panjatkan ke hadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan petunjuk, bimbingan
dan kekuatan lahir batin kepada diri peneliti, sehingga penelitian hasil dari sebuah
usaha ilmiah yang sederhana ini guna menyelesaikan tugas akhir kesarjanaan
terselesaikan dengan sebagaimana mestinya.
Sholawat dan salam semoga dilimpahkan oleh-Nya kepada junjungan kita
Nabi Besar Muhammad SAW, sosok historis yang membawa proses transformasi
dari masa yang gelap gulita ke zaman yang penuh peradaban ini, juga kepada para
keluarga, sahabat serta semua pengikutnya yang setia disepanjang zaman.
Penelitian yang berjudul PENANAMAN NILAI-NILAI ANTI KORUPSI
DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SEKOLAH ( Studi kasus Sekolah
menengah Atas 03 Semarang ) ini pada dasarnya disusun untuk memenuhi
persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Karya ini merupakan salah satu sudut
pandang bagi kita dalam melihat suatu fenomena yang ada dalam masyarakat,
Karena dengan media ini penulis telah banyak belajar, berfikir, berimajinasi,
mencurahkan segenap kemampuan dalam hal pemikiran, kreativitas dan ketelitian
untuk memenuhi kebutuhan kurioritas (rasa ingin tahu) penulis atas problematika
korupsi.
Usaha dalam menyelesaikan skripsi ini memang tidak bisa lepas dari
berbagai kendala dan hambatan, akan tetapi dapat penulis selesaikan juga
walaupun masih banyak kekurangan yang ada. oleh karena itu izinkan peneliti
ingin mengucapkan terima kasih kepada hamba-hamba Allah yang membantu
peneliti sehingga karya sederhana ini bisa menjadi kenyataan, bukan hanya angan
dan keinginan semata, diantaranya kepada :
1. Prof. DR. H Abdul Jamil, M. A Rektor IAIN Walisongo Semarang
2. Prof. DR. H. Ibnu Hadjar, M. Ed., Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
semarang.
3. Ahmad Muthohar, M. Ag. Kepala Jurusan dan Drs. Nasirudin, M.Ag. selaku
Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo yang telah
membantu dalam kelancaran pembuatan skripsi ini.
4. Drs. Mahfudz Junaedi, M. Ag. Dosen Pembimbing I dan Prof. DR. H. Ibnu
Hadjar. M. Ed., selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, pengarahan dan motivasi kepada penulis sampai skripsi ini selesai.
5. Bapak Anwari, S. Ag dan ibu Asomah, S. Ag., Guru PAI SMAN 03
Semarang, yang telah membimbing, meluangkan tenaga dan waktunya
sehingga penulis mampu melaksanakan penelitian demi menyelesaikan skripsi
ini.
6. Bapak Muslih, M.A dosen wali studi penulis dan seluruh Bapak/Ibu Dosen,
karyawan, pegawai IAIN Walisongo, yang telah memberikan ilmunya kepada
penulis, serta kepada seluruh civitas akademika Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
7. Bapak/ibuku tercinta (Bpk. Tamziz dan Ibu Siti Aminah) yang telah berjuang
dan tiada henti-hentinya selalu mendoakan dengan tulus selama penulis studi.
8. Ade’2q (M. Muhyiddin dan Umi Hamdanah) yang saya sayangi dan saya
banggakan, semoga kalian menjadi anak yang sholeh dan solehah sehingga
menjadi generasi bangsa yang berguna bagi agama, orang tua, bangsa dan
Negara.
9. Simbah putri (Karsipah) yang selalu mendoakan penulis dan memberi uang
saku di saat penulis berangkat untuk studi. Selalu penulis ingat sebuah kata
“Ini buat umbal motor yo nang, simbah ora biso nge’i opo2, mugo2 dadi wong
pinter ojo koyok mbah” betapa ikhlas beliau dalam mendidik seorang
cucunya.
10. Semua keluargaku di Botosiman - Dempet – Demak yang senantiasa
mendo’akanku dengan ikhlas, terima kasih semuanya.
11. Abah Isma’il Outman sekeluarga yang merupakan keluarga kedua bagi
penulis di semarang yang senantiasa membimbing dan mengarahkan penulis
di saat penulis lupa dengan ajaran sang khaliq
12. Kawan – kawan mahasiswa senasib seperjuangan dalam perjalanan panjang
nan melelahkan yang bergerak bersama membangun peradaban kampus IAIN,
Kawan-kawan di Tarbiyah 2004, kawan-kawan PAI paket A 2004 terima
kasih atas bantuan dan kerja samanya yang tak akan dilupakan.
13. Kawan – kawan DEMA IAIN Walisongo Semarang 2008 yang tak bisa
penulis sebutkan nama2y, perjuangan takkan berhenti “Bergerak utk
perlawanan atau diam tertindas, sebuah keinginan berharap kesejahtraan kaum
marginal, sahabat adalah kawan pergerakan. “ itulah yang sering kawan-
kawan dengungkan. sukses selalu semoga cita-cita kalian tercapai
14. Serta berbagai pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu hanya
ucapan terima kasih dari lubuk hati yang terdalam penulis haturkan dan
semoga amal dan jasa baik sahabat-sahabat akan dicatat sebagai amal
kebajikan dan dibalas sesuai amal perbuatan oleh Allah SWT.
Akhirnya, penulis sadar bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan. Namun, terlepas dari kekurangan yang ada, kritik dan saran
yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan
datang. Besar harapan penulis skripsi ini dapat dapat bermanfaat bagi diri sendiri
maupun orang lain.
Semarang, 29 Desember 2009
Penulis

ABDULLOH HADZIQ
NIM: 3 1 0 4 0 2 1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ....................................................... iii

HALAMAN DEKLARASI ............................................................................ iv

HALAMAN ABSTRAK ................................................................................ v

HALAMAN MOTTO..................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................. xi

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii

BAB I : PENDAHULUAN ................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ..…………. …………………….. 1

B. Penegasan Istilah ..………………………………………… 4

C. Rumusan Masalah ..……………………………………….. 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..………………………….. 8

E. Telaah Pustaka ..…………………………………………… 9

F. Metodologi Penelitian .......………………………………… 10

BAB II : PENANAMAN NILAI ANTI KORUPSI PERSPEKTIF

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM .................................................... 16

A. Nilai-nilai Anti Korupsi dalam Pendidikan Agama Islam ..…….. 16


1. Nilai – nilai anti korupsi …………………………………….. 18

2. Pandangan Islam terhadap korupsi ………………………….. 23

B. Makna dan konsep Korupsi ………………………………..…… 30

1. Definisi Korupsi …………………………………………….. 31

2. Model-model Korupsi ………………………………………. 33

3. Sebab dan Motif Korupsi …………………………………… 35

4. Pengaruh korupsi terhadap masyarakat …………………….. 39

5. Penyelesaian Kasus-kasus Korupsi ………………………… 40

C. Penanaman Nilai Anti Korupsi di Sekolah .................................. 43

1. Pendekatan Penanaman Nilai Anti Korupsi ........................... 47

2. Strategi Penanaman Nilai Anti Korupsi ................................. 49

3. Metode Penanaman Nilai Anti Korupsi .................................. 50

4. Teknik Penanaman Nilai Anti Korupsi .................................. 51

BAB III : PENANAMAN NILAI ANTI KORUPSI MELALUI

PEMBELAJARAN PAI DI SMAN 03 KOTA SEMARANG ...... 53

A. Sekilas Tentang SMAN 03 Semarang ………………………….. 53

1. Sejarah SMAN 03 Semarang.................................................... 53

2. Visi Misi…………………………………………………….. 53

3. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan………………. 55

4. Keadaan Peserta Didik……………………………………… 56

5. Struktur Organisasi ………………………………………… 57

B. Pembelajaran PAI di SMAN 03 Semarang…………………….. 58

1. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam……………………. 58


2. Kurikulum PAI di SMAN 03 Semarang……………………. 59

C. Penanaman Nilai Anti Korupsi Melalui Pembelajaran PAI di SMAN

03 Semarang…………………………………………………….. 67

1. Nilai-nilai Anti korupsi dalam Pembelajaran PAI ………….. 67

2. Penanaman Nilai–nilai Anti Korupsi dalam Pembelajaran PAI

.................................................................................................. 69

D. Kendala Implementasi Penanaman Nilai Anti Korupsi dalam

Pembelajaran PAI di Sekolah ………………………………….. 77

1. Pembelajaran di Dalam Kelas ............................................... 77

2. Pembelajaran di Luar Kelas ………………………………… 79

BAB IV : PEMBAHASAN......................................................................... 80

A. Penanaman Nilai Anti Korupsi dalam Pembelajaran PAI di SMAN

03 Semarang ................................................................................ 80

1. Pembelajaran di Kelas ……………………………………… 83

2. Pembelajaran di Luar Kelas ………………………………… 86

B. Kendala Implementasi Penanaman Nilai Anti Korupsi dalam

Pembelajaran PAI ………………………………………………. 89

1. Pembelajaran di Kelas …………………………………. 89

2. Pembelajaran di Luar Kelas .................................................... 92

C. Solusi yang Ditawarkan …..…………………………………….. 93

BAB V: PENUTUP .................................................................................... 97

A. Kesimpulan …………………………………………………….. .97

B. Saran-Saran …………………………………………………….. 99
C. Rekomendasi …………………………………………………… 100

D. Penutup ………………………………………………………… 100

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 101

LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Silabus ...................................................................................... 105

Lampiran 2. UU Tipikor No 31 Tahun 1999 …………………………………. 106


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Daftar Golongan Tenaga Pendidik dan Karyawan SMAN 03 Semarang

....................................................................................................... 55

Tabel 3.2. Daftar Jenjang Pendidikan Tenaga Pendidik dan Karyawan SMAN 03

Semarang ........................................................................................ 56

Tabel 3.3. Rekap Daftar Peserta Didik SMAN 03 Semarang Tahun Pelajaran

2009/2010....................................................................................... 56
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Susunan Pengurus SMAN 03 Semarang......................................... 57


BAB I
PENANAMAN NILAI-NILAI ANTI KORUPSI DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
( Studi Kasus di SMAN 03 Semarang )

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Berbagai ungkapan terlontar untuk mendeskripsikan betapa
parahnya korupsi di negeri ini. Pelaku ini tidak hanya berjangkit dikalangan
pejabat eksekutif, tetapi juga merambah dikalangan legislatif dan yudikatif,
dari pusat sampai ke daerah. Ibarat penyakit, praktik korupsi di Indonesia
sudah demikian akut dan menyelusup hampir ke seluruh sendi-sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sudah sewajarnya ketika sejumlah lembaga juga mengakui bahwa
Indonesia adalah bangsa korup. Begitu korupnya, sampai pengamat sosial
politik J. Kristiadi, mengatakan korupsi telah menjadi kultur bangsa
Indonesia. † Pelbagai macam upaya dilakukan pemerintah untuk
memberantas praktik-praktik korupsi yang sangat parah terjadi di negeri ini.
Aksen plan yang dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
misalnya, untuk memberantas korupsi sampai perlu dibuat Instruksi
Presiden (Inpres) No 5/2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.
Kini muncul wacana dan kesadaran moral bahwa untuk
memberantas korupsi yang sudah menggurita ke segala lini kehidupan
masyarakat negeri ini, selain melalui mekanisme hukum, juga membangun
filosofi baru berupa penyemaian nalar dan nilia-nilai baru bebas korupsi
melalui pendidikan formal‡. Hal itu dilakukan karena pendidikan§ memiliki


A. S. Burhan dkk, Memerangi Korupsi ; Geliat Agamawan atas Problem Korupsi di
Indonesia. (Jakarta : Kemitraan Partnership & P3M, 2004). hal. 172.

Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah
jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang. Sedangkan, Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
Lebih lanjut baca UU no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
§
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
posisi sangat vital dalam menyemai pendidikan dan sikap antikorupsi.
Melalui pembelajaran sikap mental dan nilai-nilai moral bebas korupsi di
sekolah, generasi baru Indonesia diharapkan memiliki pandangan dan sikap
yang keras terhadap segala bentuk praktik korupsi.
Ketua MPR Hidayat Nurwahid berpendapat bahwa pendidikan
perlu dielaborasi dan diinternalisasikan dengan nilai-nilai antikorupsi sejak
dini. Pendidikan antikorupsi yang diberikan di sekolah diharapkan dapat
menyelamatkan generasi muda agar tidak menjadi penerus tindakan-
tindakan korup generasi sebelumnya.**
Menurut Prof. Dr. H. Jalaluddin, M. A. dalam pendekatan
pendidikan, manusia disebut sebagai makhluk eksploratif. Maksudnya
manusia memiliki potensi untuk berkembang dan dikembangkan. Beberapa
teori pendidikan cenderung menyepakati bahwa untuk mengembangkan
potensi manusia diperlukan intervensi dari luar dirinya. Adapun upaya yang
di nilai paling efektif untuk mengembangkan potensi tersebut adalah melalui
aktivitas yang disebut pendidikan. †† Wacana di lingkungan pendidikan di
indonesia akhir-akhir ini yang santer di cuatkan oleh para analis pendidikan
adalah tentang perlunya pendidikan nilai dimasukkan dalam sistem
pendidikan.‡‡
Banyak kalangan yang mempertanyakan keberhasilan pendidikan
agama di sekolah. Hal ini dikarenakan beberapa alasan : (1) rendahnya
minat dan kemauan untuk belajar agama, (2) rendahnya kesadaran
mengamalkan ibadah, (3) rendahnya kemampuan baca tulis al-Quran, (4)
berprilaku bertentangan dengan ajaran agama yang dianut seperti melakukan

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, Kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Lihat selengkapnya
dalam UU Sisdiknas RI No. 20 tahun 2003, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, Cet. 2. hlm.2
**
Syarif S, Sabiqul Khair, Pendidikan Antikorupsi di Sekolah, http://www. freelists.
org/post/list_indonesia/ppiindia-Pendidikan-Antikorupsi-di-Sekolah,8, acces, 19 Juli 2009
††
Prof. Dr. H. Jalaluddin, M. A. Peran Lembaga Pendidikan Dalam Upaya
Pemberantasan Korupsi, dalam Suyitno (ed), Korupsi, Hukum &Moralitas Agama ;
Mewacanakan Fiqih Anti Korupsi. (Yogyakarta : Gama Media bekerjasama (LKHI) Fak.Syari’ah
IAIN R. Fatah, 2006), hal. 183
‡‡
Drs. Ahmad Arifi, M. A., Politik Pendidikan Islam , Menelusuri Ideologi dan
aktualisasi Pendidikan Islam di Tengah Arus Globalisasi, (Yogyakarta : TERAS, 2009), hlm. 108
tindak kriminal, anarkhis, premanisme, perkelahian antar pelajar, konsumsi
minuman keras, narkoba, dan lain-lain, (5) masih meluasnya korupsi, kolusi,
dan nepotisme di semua sektor kemasyarakatan. Bahkan terjadinya krisis
multidimensional yang dialami bangsa Indonesia sesungguhnya berpangkal
pada krisis akhlak atau moral. Krisis ini oleh sementara pihak dianggap
sebagai kegagalan pendidikan agama.
Secara Umum hubungan antara nilai dengan pendidikan dapat
dilihat dari tujuan pendidikan itu sendiri. Seperti yang terdapat dalam tujuan
pendidikan nasional, pengembangan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa,
berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab mengandung sejumlah nilai
yang penting bagi pembangunan karakter bangsa.
Pendidikan Islam perlu mengembangkan nilai antikorupsi. Sebab
dalam sistem§§ pendidikan nasional, baik dalam kurikulum 1994, Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) maupun Kurikulum tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) belum dimuat materi mengenai permasalahan korupsi di Indonesia
secara langsung. Pendidikan dapat berperan dalam memberantas korupsi
secara tidak langsung melalui pengaitan materi pembelajaran secara
kontekstual dengan pesan-pesan yang ingin disampaikan berkenaan dengan
korupsi. Sehingga dalam pembelajaran, peserta didik tidak hanya di
tekankan pada aspek kognitif saja dan pendidikan agama islam harus
dikembangkan ke arah internalisasi nilai (afektif) yang tentunya diimbangi
dengan aspek kognitif, sehingga peserta didik timbul dorongan yang kuat
untuk mengamalkan ajaran dan nilai-nilai dasar agama yang telah
terinternalisasikan dalam diri peserta didik.
Pendidikan Islam sebagai bagian integral dari pendidikan
Indonesia tentunya mempunyai peranan penting dalam mengembangkan
nilai antikorupsi. Pendidikan Islam bisa dijadikan sebagai sarana upaya
§§
Sistem adalah suatu kesatuan unsure yang saling berinetaraksi secara fungsional yang
memperoleh masukan menjadi keluaran. Baca DR. Hamzah B. Uno, M. Pd dalam bukunya
Perencanaan Pembelajaran. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2008). hlm. 11
preventif dan antisipatif dalam mengembangkan nilai antikorupsi untuk
pencegahan dan pemberantasan korupsi. Untuk mengetahui lebih jauh,
apakah pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Menengah
Atas (SMA) pada saat ini sudah relevan dengan tuntutan masyarakat untuk
mampu menumbuhkembangkan sikap antikorupsi pada anak didiknya, maka
dalam skripsi ini penulis mengadakan penelitian dengan menggunakan judul
”PENANAMAN NILAI-NILAI ANTI KORUPSI DALAM
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH
(Studi Kasus di SMAN 03 Semarang)”

B. PENEGASAN ISTILAH
Kesalahpahaman dalam memahami dan mendapatkan pemahaman
yang komprehensif sangat dibutuhkan agar pembaca dapat menghindarinya,
OLeh karena itu, penulis memandang perlu untuk membatasi istilah yang
digunakan dalam skripsi ini, yaitu sebagai berikut :

1. Penanaman Nilai
Penanaman berasal dari kata “tanam” yang mengandung arti
memberikan dasar, benih, atau bibit, dalam hal ini agama. Sehingga
mengandung arti menaburkan faham ajaran dan sebagainya. ***
Sedangkan “penanaman” sendiri berarti proses, cara melakukan sesuatu
perbuatan, menanamkan sesuatu ke dalam diri manusia yang disebut
pendidikan.††† Dan yang dimaksud sebagai dasar di sini adalah nilai-
nilai ajaran Islam.
Nilai adalah daya pendorong dalam hidup, yang memberi makna
dan pengabsahan pada tindakan seseorang. ‡‡‡ Sedangkan menurut
Milton Roceach dalam Kartawisastra (1980: 1) Nilai adalah Suatu tipe
kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan,
***
W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
1982), hlm.1008
†††
Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Umum Bahasa Indonesia Kontempore,. (Jakarta
: Modern English Press, 1991), hlm. 1035
‡‡‡
EM. K. Kaswardi, Pendidikan nilai Memasuki tahun 2000. (Jakarta : PT. Grasindo,
1993). hlm. 24-25
dimana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan atau
mengenai suatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan, dimiliki dan
dipercayai. §§§
Jadi, dari pengertian di atas nilai**** merupakan sifat yang melekat
pada sesuatu yang berhubungan dengan subyek/manusia (dalam hal ini
manusia selaku pemberi nilai). Sehingga penanaman nilai dapat
diartikan sebagai wujud aplikasi dari apa yang di peroleh dari
pendidikan yang kemudian di transformasikan secara sadar ke dalam
sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
2. Anti Korupsi
Menurut Andi Hamzah Korupsi berasal dari bahasa latin corruptio
atau corruptus. Coruptio berasal dari kata corrumpere, suatu kata latin
yang lebih tua. Dari bahasa latin itulah turun ke bahasa eropa, seperti
inggris yaitu, corruption, corrupt ; prancis yaitu corruption; dan belanda
yaitu corruptie, korruptie. Dari bahasa belanda inilah kata itu turun ke
bahasa Indonesia yaitu korupsi.††††
Kata ”korup” berarti buruk atau rusak, suka memakai barang
(uang) yang dipercayakan kepadanya dapat disogok/suap (memakai
kekuasaannya untuk kepantingan pribadi) dan korupsi adalah
penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara untuk keuntungan
pribadi atau orang lain. ‡‡‡‡ Sedangkan Poerwadarminta, mengatakan
korupsi adalah perbuatan yang buruk (penggelapan uang, penerimaan
uang sogok).§§§§

§§§
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), hlm.
16.
****
Nilai bila di lihat dari sumbernya terdapat 2 Jenis : nilai ilahiyah & nilai insaniyah,
niali ilahiyah adalah nilai yang bersumber dari agama (wahyu Allah) sedangkan nilai insaniyah
yaitu nilai yang di ciptakan manusia atas dasar kriteria yang diciptakan oleh manusia pula. Baca.
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 19
††††
Arya Maheka, Mengenali dan memberantas KORUPSI, ( KPK ). Hlm. 12
‡‡‡‡
DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka, 2005 ).
Hlm. 597
§§§§
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahas Indonesia, edisi III ( Jakarta : Balai Pustaka,
2006). Hlm. 616
Poerwadarminta dalam “Kamus Umum Bahasa Indonesia” :
Korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti pengertian penggelapan
uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya. Sedangkan berdasarkan
pemahaman pasal 2 UU No. 31 th. 1999 sebagaimana yang diubah
dengan UU No. 20 th 2001, korupsi adalah perbuatan secara melawan
hukum dengan maksud memperkaya diri sendiri/orang lain
(perseorangan/korporasi) yang dapat merugikan keuangan atau
*****
perekonomian Negara. Dalam pembahasan kali ini anti korupsi
dimaknai sebagai nilai-nilai yang berlawanan dengan sikap korupsi, atau
dapat dikatakan nilai yang bertentangan dengan sikap korupsi yang
selama ini dijadikan sebagai penyakit yang dapat merusak tatanan
masyarakat khususnya terkait dengan perilaku atau moral bangsa.
3. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan dalam bahasa Arab berarti Ta dib yang tekanannya
tidak hanya pada unsur-unsur ilmu pengetahuan ( ilm) dan pengajaran
(ta lim) belaka, tetapi lebih menitik beratkan pada pendidikan diri
manusia seutuhnya (tarbiyatu nafs wal akhlaq).†††††
Zakiah Daradjat mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam
ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan
ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way
of life).
Pendidikan agama Islam juga diartikan sebagai usaha sadar untuk
menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan
mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan/atau latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati

*****
Arya Maheka, Op.Cit. hlm. 14
†††††
M. Basyaruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta : Ciputat
Pers, 2002), hlm. 45.
‡‡‡‡‡
Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta ; PT. Bumi Aksara, Cetakan
kelima, 2004), hlm. 86.
agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. §§§§§
Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan sebutan yang
diberikan pada salah satu subjek pelajaran yang harus dipelajari oleh
siswa Muslim dalam menyelesaikan pendidikannya pada tingkat
tertentu. Ia merupakan bagian tak terpisahkan dari kurikulum suatu
sekolah, sehingga merupakan alat untuk mencapai salah satu aspek
tujuan sekolah yang bersangkutan. Karena itu, subjek ini diharapkan
dapat memberi keseimbangan dalam kehidupan anak kelak, yakni
manusia yang memiliki “kualifikasi tertentu, tetapi tidak lepas dari
nilai-nilai agama Islam.******
4. Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaktif yang berlangsung antara
guru dan siswa dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan,
ketrampilan, atau sikap serta memantapkan apa yang dipelajarinya
itu.††††††
Jadi, pelaksanaan pembelajaran disini yaitu merupakan suatu
proses pembelajaran yang dilaksanakan guru untuk membelajarkan
siswa dalam belajar bagaimana memperoleh, memproses pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, dalam hal ini mencakup pembelajaran
pendidikan agama islam. Dimana dalam pelaksanaan pembelajaran
disini meliputi materi, metode, serta evaluasi penanaman nilai anti
korupsi yang digunakan di SMAN 03 Semarang yang dalam praktek
pelaksanaan kesehariannya disesuaikan dengan SKH (Satuan Kegiatan
Harian) yang sudah dibuat oleh guru sesuai tema yang sudah dipilih.

§§§§§
Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam, (Bandung : Rosdakarya, 2002. 75-76.
******
Ibnu Hadjar, Pendekatan Keberagamaan Dalam Pemilihan Metode Pengajaran
Pendidikan Agama Islam, dalam buku Chabib Thoha, dkk., (tim perumus), Metodologi
Pengajaran Agama, ( Yogyakarta : PT. Pustaka Pelajar & Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang , 1999), hlm. 4.
††††††
S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), hlm. 102.
Proses pembelajaran harus diupayakan dan selalu terikat dengan
tujuan (goal based). Oleh karenanya, segala interaksi, metode dan
kondisi pembelajaran harus direncanakan dan mengacu pada tujuan
pembelajaran yang dikehendaki.

C. RUMUSAN MASALAH
Berangkat dari uraian di atas peneliti mengambil rumusan masalah
yang akan dikembangkan dalam penelitian ini, yaitu:
a. Bagaimana penanaman nilai-nilai anti korupsi dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMAN 03 Semarang ?
b. Bagaimana problem dan solusi yang di hadapi dalam penanaman nilai-
nilai anti korupsi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
SMAN 03 Semarang ?

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


1. Tujuan Penelitian
Penulisan skripsi ini bukan sekedar bertujuan untuk mengesahkan
asumsi penulis, namun lebih pada tujuan awal dari penelitian itu sendiri,
yaitu :
a. Mengetahui bagaimana nilai-nilai anti korupsi ditanamkan dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 03 Semarang?
b. Mengetahui problem dan solusi yang dihadapi dalam penanaman
nilai-nilai anti korupsi dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
di SMAN 03 Semarang
2. Manfaat Penelitian
c. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
dalam dunia pendidikan khususnya di bidang Pendidikan Agama
Islam. Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai
pedoman di dalam menyampaikan materi atau pengajaran dalam
Pendidikan Agama Islam serta mengkritisi proses pembelajaran yang
dilakukan di berbagai lembaga pendidikan dalam perannya sebagai
proses internalisasi nilai-nilai antikorupsi.
d. Secara praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada para pembaca berupa informasi mengenai problematika
kontemporer, serta hal- hal yang berkaitan dengannya, terutama
konsep kependidikan terkait dengan problematika korupsi. Sehingga
mampu membuat pemikir/pendidik pendidikan islam bersikap aktif
untuk mengarahkan agar peserta didik mampu mengaktualisasikan
nilai-nilai pendidikan islam dan memerangi kejahatan korupsi
sebagai wujud perlawanan terhadap penyakit masyarakat
/kemungkaran sosial.

E. TELAAH PUSTAKA
Karya yang terkait dengan tema pendidikan anti korupsi
sebenarnya telah cukup banyak diulas. Sehingga membuat penulis merasa
tertarik untuk melanjutkan apa yang sekiranya belum diteliti. Karya yang
cukup penting Pertama: Pendidikan Anti Korupsi di Perguruan Tinggi:
Studi Konteks Kurikulum dan Proses Pembelajaran IAIN Raden Fatah
Palembang, yang ditulis oleh Afriantoni, mahasiswa S2 progam pasca
sarjana IAIN Raden Fatah Palembang, dalam buku Suyitno (ed), Korupsi,
Hukum dan Moralitas Agama; mewacanakan fikih anti korupsi,
(Yogyakarta : Gama Media, 2006).
Dalam buku tersebut merupakan refleksi terhadap persoalan
keseharian yang dihadapi oleh umat manusia, yang perlu diperhatikan,
dalam tulisan tersebut mencoba untuk kritis menyoroti persoalan
fundamental dalam perguruan tinggi khususnya IAIN Raden Fatah, seperti
korupsi di birokrasi kampus, lembaga kemahasiswaan, dosen dan bahkan
mahasiswa.
Titik tekan dalam buku ini lebih pada kurikulum perguruan tinggi
sebagai obyek penelitian. Dengan demikian terkait dengan kurikulum yang
ada di sekolah belum ada pembahasan.
Kedua : Masruh (3102188), Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, dalam skripsinya “Penanaman Nilai-Nilai Life Skill Keagamaan
Santri Pondok Pesantren Al-Ishlah Mangkang Kulon Semarang”
menjelaskan bahwa penanaman nilai-nilai life skill keagamaan yang
harmonis (sempurna) diperlukan kesinambungan antara kebiasaan suatu
kegiatan dan penanaman nilai-nilai keagamaan pada santri, di perlukan
aturan-aturan kepesantrenan, diantara nilai-nilai life skill keagamaan yang di
kembangkan adalah keimanan, ketaatan, dan ketakwaan.
Ketiga : Skripsi saudara Ahyani, NIM : 3197012, Jurusan
Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang, dengan Judul : “Relevansi Kurikulum Pendidikan Agama Islam
(PAI) Sekolah Menengah Umum (SMU) dengan Pengembangan Religiusitas
Siswa”. Dalam skripsi ini peneliti mencoba untuk mengetahui relevansi dari
Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Menengah Atas (SMA)
dengan pengembangan religiusitas siswa.
Atas dasar itu, maka penulis merasa perlu untuk melacak dan
melihat kembali kurikulum yang ada di sekolah khususnya SMA, sebagai
upaya menginternalisasikan nilai-nilai anti korupsi dalam kurikulum KTSP
Pendidikan Agama Islam.

F. METODOLOGI PENELITIAN
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa metode.
Adapun penjelasan lebih lanjut mengenai metode-metode tersebut sebagai
berikut :
1. Fokus Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis lebih menekankan pada penanaman nilai-
nilai anti korupsi dalam Pendidikan Agama Islam, maka fokus penelitian
kali ini adalah pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 03
Semarang. Dipilihnya SMAN 03 Semarang sebagai subyek penelitian ini
disebabkan karena keberadaan SMAN 03 Semarang itu sendiri yang
memiliki kelebihan di bandingkan dengan sekolah yang lain, mulai dari
budaya dan tradisi pendidikannya serta merupakan sekolah favorit di Kota
Semarang.
2. Jenis Penelitian.
Skripsi dengan judul ”Penanaman Nilai-Nilai Anti Korupsi dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Studi Kasus di SMAN
03 Kota Semarang)” merupakan jenis penelitian kualitatif (Qualitative
Research). Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan
manusia dalam kawasanya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang
‡‡‡‡‡‡
tersebut dan dalam peristiwanya. Sementara itu Bogdan dan Taylor
mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati§§§§§§
3. Pendekatan Penelitian
Sesuai dengan topik yang akan dibahas dan dikaji dalam skripsi ini, maka
penelitian ini mempergunakan pendekatan sosiologis. Pendekatan
sosiologis digunakan dalam membahas wacana dan fenomena sosial yang
menjadi permasalahan dalam pembahasan penelitian ini, serta melihat
pengalaman (empiric) dalam menerapkan pendidikan antikorupsi.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, dalam
penelitian ini tidak ada kata lain kecuali menjadikan peneliti sebagai
instrumen utama. Peneliti sebagai instrumen mengantarkan kepada
pembentukan sikap yang menuntut agar diri sendiri memiliki kemampuan
menyesuaikan diri dengan berbagai macam realitas yang tidak dapat
dikerjakan oleh instrumen selain manusia, yakni mampu menangkap

‡‡‡‡‡‡
Lexy J. moleong, Metode penelitian kualitatif (edisi revisi), ( Bandung; Remaja
Rosda Karya, 1995 ). Hlm 3
§§§§§§
Margono. Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta; Rieneka Cipta, Cet I, 1997). hlm
36.
makna, berinteraksi yang momot nilai, lebih-lebih untuk menghadapi nilai-
nilai lokal yang berbeda.*******
5. Sumber data
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh
peneliti (atau petugas-petugasnya) dari sumber pertamanya.†††††††
Secara sederhana data ini disebut juga data asli, data primer dapat
diperoleh peneliti dengan melakukan wawancara secara langsung
(direct interview) serta observasi secara langsung dan mendalam di
lokasi penelitian
b. Sumber Data sekunder
Sumber data sekunder adalah merupakan sumber yang tidak
langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat
orang lain atau lewat dokumen.‡‡‡‡‡‡‡
Data sekunder untuk skripsi ini diperoleh dari buku-buku atau
majalah sebagai penunjang dari data primer. Sumber ini biasanya
berbentuk dokumen-dokumen, seperti; data tentang demografis suatu
daerah, data tentang persediaan pangan suatu daerah, data jumlah
penduduk dan lain sebagainya
6. Metode Pengumpulan Data
a. Metode Observasi, Observasi diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada
obyek.§§§§§§§ Dalam definisi yang lain observasi adalah pengumpulan
data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki.********

*******
Noeng Muhadjir, Metodologi Pene;litian Kualitatif, (Yogyakarta : Rake Serasin,
1996), hlm. 109.
†††††††
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
1995) cet. XI. hlm. 84-85
‡‡‡‡‡‡‡
Sugiyono, Op. Cit. hlm. 62
§§§§§§§
Margono. Ibid. hlm 158
********
Soetrisno Hadi., Metodologi Research, (Yogyakarta; Yayasan Penerbitan Fakultas
Psikologi, Jilid I, 1980). hlm 136.
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data tentang situasi
secara umum Lembaga pendidikan di SMAN 03 Semarang, meliputi
letak geografis, sarana prasarana dan fasilitas lainnya. Adapun jenis
observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
partisipan (Participant Observation)†††††††† dan observasi non
partisipan (Non-Participant Observation).‡‡‡‡‡‡‡‡
Adapun instrumen observasi dapat berupa instrumen teknis dan
instrumen non teknis. Instrumen teknis dapat berupa alat-lat elektronik
seperti tape recorder, tustel dan lain sebagainya sedangkan instrumen
non teknis berupa field note (guide line) tentang apa saja yang akan di
observasi. Penggunaan metode ini bertujuan untuk mengamati secara
langsung tentang bagaimana pembelajaran PAI yang ada di SMAN 03
Semarang dan mencoba menganalisis sejauhmana kontribusinya
terhadap pendidikan antikorupsi.
b. Metode Dokumentasi
Metode Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya.§§§§§§§§
Metode ini dilakukan untuk mengetahui alat/benda yang dianggap
penting untuk menunjang penelitian misalnya surat keputusan, surat
instruksi, Silabus, dll.
c. Metode Wawancara
Metode wawancara (interview) adalah bentuk komunikasi langsung
antara peneliti dengan responden.********* Dalam metode ini dapat

††††††††
Observasi ini sering digunakan dalam penelitian ekploratif . yang dimaksud dalam
obserfasi partisipan adalah apabila observasi (orang yang melakukan observasi) turut ambil bagian
atau berada dalam keadaan obyaek yang di observasi (disebut observes), apabila observasi
partisipan tetapi unsur partisipan sama sekali ada pada observer dalam kegiatannya maka disebut
observasi non partisipan. Lihat Metodologi penelitian, Abu Ahmadi, Bumi Aksara, Jakarta, 1997
hlm 72
‡‡‡‡‡‡‡‡
Djoko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta; Rineka
Cipta, , 1997). hlm. 63.
§§§§§§§§
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, edisi Revisi
VI ( Jakarta : Rineka Cipta, 2006 ), hlm. 231
*********
W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta : PT. Gramedia, 2004), hlm. 119.
dikatakan bahwa terjadi pertemuan dua orang untuk bertukar informasi
dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
dalam suatu topik tertentu, sehingga dapat melengkapi data-data yang
dibutuhkan, melalui wawancara lisan maupun tertulis. Wawancara juga
dapat dilakukan dengan bentuk formal maupun informal.
Wawancara dilakukan tanpa menggunakan pedoman wawancara, tetapi
peneliti senantiasa berusaha mengembangkan wawancara di sekitar
peranan, sikap dan harapan-harapan para informan dalam berbagai
peristiwa, persoalan dan perubahan. Wawancara akan peneliti arahkan
di sekitar persoalan atau pernyataan yang pernah dikemukakan
informan yang terekam melalui pengamatan.
Para informan di pilih secara purposif dengan sasaran memperoleh
data yang maksimal dari orang–orang yang memiliki peranan penting
di sekolah atau memiliki banyak informasi mengenai persoalan-
persoalan penanaman nilai di sekolah, seperti masalah peran kepala
sekolah, peran guru, murid proses pembelajarannya. Wawancara
seperti itu selalu direkam dan atau di catat, untuk di dengar kembali
pada waktu lain.
Selain wawancara formal, wawancara informal juga dilakukan dalam
berbagai kesempatan. Bentuk wawancara ini menyerupai obrolan dan
bisa dengan sejumlah warga sekolah (guru, murid, kepala sekolah,
karyawan,dan lain-lain), pembicaraan yang relevan dengan penelitian
ini diingat dan dicatat pada kesempatan lain.
7. Metode Analisis Data
Analisis Data adalah proses mencari, menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-bahan
lain, sehingga dapat mudah difahami.†††††††††
a. Analisis deskriptif, yang dimaksud dengan metode deskriptif adalah
penelitian yang di maksudkan untuk memotret fenomena individual,

†††††††††
Sugiyono, Ibid, hlm. 88
situasi atau kelompok tertentu yang terjadi secara kekinian.‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Langkah–langkah dalam metode ini dapat dilakukan dengan cara
mengidentifikasi masalah, mendefinisikan, merumuskan,
mengumpulkan dan menganalisis data kemudian menyusun. Jadi,
maksud dari metode ini yaitu berusaha untuk mendeskripsikan,
membahas dan menggali gagasan-gagasan pokok yang selanjutnya di
tarik pada satu kasus baru. Dalam hal ini ide pokok yang menjadi dasar
penelitian adalah nilai-nilai antikorupsi sebagai strategi pencegahan
korupsi melalui sektor pendidikan formal.
b. Analisis Komparasi, Yaitu suatu penyelidikan deskriptif yang berusaha
mencari pemecahan melalui analisa tentang hubungan-hubungan sebab
akibat yaitu meneliti faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan
situasi dan fenomena yang diselidiki yang membandingkan faktor yang
satu dengan faktor yang lain (Suharsimi Arikunto, 1998: 247). Jadi,
maksud dari metode ini adalah mencoba untuk mendeskrisikan dan
mengaitkan landasan teori yang ada dengan data yang ada di lapangan
yang kemudian di tarik dalam sebuah kesimpulan.

‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Prof. DR. Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : Pustaka
Setia, 2002), hlm. 41
BAB II
PENANAMAN NILAI ANTI KORUPSI PERSPEKTIF PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM

A. NILAI-NILAI ANTI KORUPSI DALAM PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM
Berbicara tentang nilai, Milton Rokeach dan James Bank
mengemukakan bahwa nilai adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam
ruang lingkup sistem kepercayaan dalam mana seseorang bertindak atau
menghinndari suatu tindakan atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak
pantas di kerjakan.§§§§§§§§§
Sedangkan EM. K. Kaswardi, berpendapat bahwa nilai adalah daya
pendorong dalam hidup, yang memberi makna dan pengabsahan pada
tindakan seseorang.********** Nilai merupakan realitas yang bersifat abstrak
yang dirasakan manusia sebagai daya pendorong atau prinsip-prinsip yang
menjadi pedoman dalam hidup. Jadi, dari pengertian diatas nilai merupakan
sifat yang melekat pada sesuatu yang berhubungan dengan subyek/manusia
(dalam hal ini manusia selaku pemberi nilai).
Penanaman nilai dapat diartikan sebagai wujud aplikasi dari apa
yang diperoleh dari pendidikan yang kemudian ditransformasikan secara sadar
ke dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Penanaman nilai yang dimaksud
dalam hal ini adalah mendorong lahirnya generasi yang mampu
memperbaharui sistem nilai yang sedang berjalan dan melawan beberapa arus
yang kini mulai menggerogoti budaya bangsa, khususnya korupsi.
Penanaman nilai antikorupsi tentu sangat relevan sebagai upaya
edukatif mendidik generasi muda yang berkarakter jujur dan bermoral baik.
Tujuan pokoknya, mencegah berlanjutnya siklus korupsi di masa mendatang.

§§§§§§§§§
H. M. Chabib Toha, Kapita SelektaPendidikan Islam, ( Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 1996) cet. I hlm. 60
**********
EM. K. Kaswardi, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. (Jakarta : PT.
Grasindo, 1993). hlm. 24-25
Asumsinya, peserta didik yang menjadi sasaran program tersebut merupakan
generasi masa depan yang diharapkan tidak meneruskan kebiasaan korupsi.
Program ini saja tidak cukup untuk tujuan menghapus korupsi
maupun menyiapkan generasi antikorupsi. Korupsi di Indonesia telah menjadi
masalah akut dan kompleks. Korupsi tak semata terkait buruknya sistem,
tetapi juga memudarnya nilai-nilai kejujuran, kesederhanaan, kepedulian,
kegigihan, kedisiplinan, keberanian dan tanggung jawab dalam masyarakat
dan lingkungan pemerintahan.
Secara normatif tujuan yang ingin di capai dalam proses aktualisasi
nilai-nilai agama Islam, meliputi tiga dimensi atau aspek kehidupan yang
harus di bina dan dikembangkan oleh pendidikan. Pertama dimensi spiritual,
yaitu iman, taqwa dan akhlak mulia yang tercermin dalam bentuk ibadah dan
mu’amalah. Kedua dimensi budaya yaitu kepribadian yang manta dan
mandiri, tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Ketiga dimensi
kecerdasan yang membawa kepada kemajuan yaitu cerdas , kreatif, terampil,
disiplin, etos kerja, profesional, inovatif dan produktif. Dimensi kecerdasan
ini berimplikasi bagi pemahaman nilai nilai alqur’an dalam
pendidikan.††††††††††
Sistem nilai dalam pendidikan Islam bermuara pada pembentukan
pribadi yang bertaqwa kepada allah SWT. Dengan jalan mengembangkan
segenap dimensi secara menyeluruh yang tidak hanya terkait dengan
kehidupan pribadi seseorang dengan masyarakat, namun juga mengarahkan
manusia kepada pribadi yang di ridhoi Allah SWT.
Pendidikan nilai tidak berhenti pada pengenalan nilai-nilai, ia masih
berlanjut ke pemahaman nilai-nilai, penghayatan dan ke pengamalan nilai.
Hanya dengan siklus yang bulat seperti ini dapat diharapkan pendidikan nilai
akan dapat membawa bangsa ke kemampuan memperbaharui diri.

††††††††††
Said Agil Husin Al Munawar, Aktualisasi Nilai-Nilai Islam, Al-Qur an dalam
sistem Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2005), cet.ii hlm. 7-10
1. Nilai – nilai Anti korupsi
Nilai-nilai anti korupsi merupakan sikap anti dengan budaya
korupsi, melalui pendidikan nilai diharapkan mampu menjadi solusi atas
permasalahan bangsa terkait dengan korupsi. Dalam konteks pendidikan
anti korupsi ini yang penting untuk ditekankan ialah pendidikan nilai
bukan memupuk kemandirian beretorika tentang nilai-nilai atau tentang
suatu ideologi. Akan tetapi menggunakan pengetahuan tentang dan
ketaatan terhadap nilai-nilai untuk memupuk kemampuan membimbing
bangsa ke pembaruan cara hidup (way of life) sesuai realitas yang ada serta
aspirasi tentang masa depan yang masih hidup dalam diri bangsa.
Sedangkan nilai-nilai dalam Islam yang selaras dengan semangat
anti korpsi, diantaranya adalah :
a) Amanah
Kata Al Amanah, yang secara etimologis berarti jujur dan
lurus” mempunyai arti terminologis syar’i sesuatu yang harus dijaga
dan disampaikan kepada yang berhak menerimanya‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Karena
pada dasarnya amanah adalah sesuatu yang diserahkan kepada orang
lain disertai dengan rasa aman dari pemberinya, karena kepercayaan
bahwa apa yang diamanatkan itu akan aman dan dipelihara dengan
baik serta keberadaannya aman ditangan yang diberi amanat itu.
Amanah merupakan suatu tanggung jawab yang wajib dijaga
dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, termasuk yang bersifat fisik,
seperti harta dan jabatan.§§§§§§§§§§ Maka orang yang diberi amanah
harta wajib menyampaikan kepada yang berhak menerimanya dan
orang yang diberi amanah jabatan wajib melaksanakannya dengan
sebaik-baiknya. Oleh karena itu, agar tidak terjadi penyalahgunaan dan
pengkhianatan, maka prinsip profesionalisme dan kualifikasi lainnya
sebagai penerima amanah harus dilakukan secara ketat. Hal ini
menginagt firman Allah SWT :
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
M. Quraish Shihab, Wawasan Al Qur an, (Bandung : Mizan 1996), hlm. 209
§§§§§§§§§§
Prof. DR. Syamsul Anwar, M. A.,dkk., Fiqih Anti Korupsi Perspektif Ulama
Muhammadiyyah, (Jakarta : PSAP, 2006), hlm. 40
‘“Èqs)ø9$# |Nö•yfø«tGó™$# Ç`tB uŽö•yz žcÎ) ( çnö•Éfø«tGó™$# ÏMt/r'¯»tƒ $yJßg1y‰÷nÎ) ôMs9$s%

***********
( : ) ßûüÏBF{$#

Artinya : Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), Karena
Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil
untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang Kuat lagi dapat
dipercaya".(Q. S. Al Qashas : 26)

Ayat diatas dengan tegas menjelaskan pentingnya azaz


profesionalisme atau kemampuan seseorang secara kualitatif (Al
Quwwah) dan integritas moral yang luhur (Al Amin) sebagai syarat
mutlak merekrut pekerja atau pegawai.
Nilai amanah atau kejujuran termasuk nilai yang membawa
keteraturan hubungan sosial. Nilai–nilai yang mengandng keteraturan
hubungan sosial antar sesama manusia itu sangat mendapatkan
perhatian dalam dunia Islam. Yang perlu diperjelas lagi bahwa nilai
moralitas itu harus tertanam pada hati nurani seseorang, yang
kemudian ketika di imlementasikan menjadi kebaikan dan kesalehan
sosial. Jadi kejujuran adalah nilai yang harus tertanam di lubuk hati
perorangan, namun realisasi nilai kejujuran itu ada pada
masyarakat.††††††††††† Dengan demikian, perkataan akan menjadi rusak
dengan adanya kebohongan, amal perbuatan akan hancur oleh
pengkhianatan, dan niat akan musnah oleh pengingkaran.
Pengingkaran yang paling keji adalah mengingkari tekad hati yang
diiringi dengan janji.

***********
Bachtiar Surin, Terjemah &Tafsir al Qur an, (Bandung : Fa. Sumatra, 1978),
hlm. 854
†††††††††††
A. Qodry Azizy, Pendidikan (Agama) Untuk Membangun Etika Sosial
(Semarang : Aneka Ilmu, 2002), hlm. 25
b) Adil
Kata al- adl berasal dari kata adala-ya dilu- adlan menurut
Ibnu Al Atsir kata tersebut dapat dibaca dengan kasrah pada huruf ’ain
: Al Idl yang artinya ”menyamakan”. Sedangkan menurut istilah
syar iyyah sebagian ulama’ berpendapat al adl ialah menjauhkan diri
dari dosa besar dan kecil, sebagian ulama’ yang lain memahaminya
sebagai memperlakukan dua orang yang berperkara dengan perlakuan
yang sama dan tidak mengutamakan salah seorang yang berperkara
tersebut sedikitpun.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Amanah adalah sumber keadilan, dan keadilan adalah sumber
keamanan dan kebahagiaan. §§§§§§§§§§§ Dari situ terlihat jelas ketika
Allah SWT menyuruh seseorang melaksanakan amanah, kemudian hal
yang harus dikerjakan manusia setelah itu adalah berbuat keadilan.
Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya :

( : ) .... 4 ÉAô‰yèø9$$Î/ (#qßJä3øtrB br& Ĩ$¨Z9$# tû÷üt/ OçFôJs3ym #sŒÎ)ur


Artinya : Dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. (Q.S. Al
Nisa’ : 58) ************

Dalam ayat diatas menerangkan, bahwa menegakkan dan


menjunjung tinggi keadilan adalah kewajiban bagin setiap manusia,
apalagi bagi aparat penegak hukum.
Berbicara saja, tentang bagaimana "bersikap adil" itu tidak
mudah, apalagi tentang bagaimana kita mempraktekkan untuk
"bersikap adil" ini jauh lebih sulit lagi. Oleh karena masalah "adil" ini
bukan mengenai masalah sosial atau hukum saja, tetapi ini sudah
sangat menyangkut masalah tanggung jawab moral. Dan, kalau sudah
bicara tentang moral, berarti hal ini sudah berkaitan dengan seberapa

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Prof. DR. Syamsul Anwar, M. A., dkk, Op. Cit. hlm. 45
§§§§§§§§§§§
Ibid. hlm. 44
************
DEPAG RI, Al Qur an dan Tafsirnya, (Jakarta : PT Wihani Corporation,
1993), cet.iii, hlm. 200-202
baik - buruknya manusia dalam bertindak. Maka dari itu, setiap usaha
untuk "bersikap adil" atau "bersikap tidak adil" akan selalu menuntut
"pertanggungjawaban moral", dan ini berkaitan juga dengan hati
nurani. Oleh sebab itu, kita harus merenungkan kembali sikap kita
selama ini, yang menyangkut soal keadilan.
Islam sangat memperhatikan masalah amanah dan keadilan,
sebab amanah adalah sumber keadilan an keadilan adalah sumber
keamanan dan kebahagiaan hidup dalam masyarakat.
c) Sabar
Sabar mengandung arti tabah, tahan menghadapi cobaan,
tenang, tidak tergesa-gesa, dan tidak terburu nafsu.†††††††††††† Dengan
memiliki sifat sabar, seseorang tidak akan lekas marah, putus asa, atau
patah hati dalam menghayati kenyataan hidupnya. Sabar sebagaimana
dikatakan Abu Zakaria Al Anshari, merupakan kemampuan seseorang
dalam mengendalikan diri terhadap sesuatu yang terjadi, baik yang
disenangi atau yang di benci. Sementara Al Ghazali berpendapat
bahwa sabar adalah kondisi jiwa dalam mengendalikan nafsu yang
terjadi karena dorongan agama.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Adapun hakekat sabar adalah suatu sikap utama dari perangai
kejiwaan yang dapat menahan perilaku tidak baik dan tidak simpati,
dimana sabar merupakan kekuatan jiwa untuk stabilitas dan baiknya
orang dalam berperan.§§§§§§§§§§§§ Allah menempatkan orang-orang
yang sabar menjadi bagian dari orang-orang yang berbuat kebajikan,
orang-orang yang benar dan orang-orang yang bertaqwa. Allah
berfirman dalam surat Al Baqarah : 177

††††††††††††
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :
Balai Pustaka, 2005), Edisi III, Cet. III, hlm.133
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Supiana, Materi Pendidikan Agama Islam, (bandung : Remaja Rosda Karya,
2001), hlm. 228
§§§§§§§§§§§§
Ibnu Al Qayyin al Jauzy, SABAR dan SYUKUR, Kiat Sukses Menghadapi
Problematika Hidup. (Semarang : Pustaka Nuun, 2005), hlm. 13
Ïä!#§ŽœØ9$#ur Ïä!$y™ù't7ø9$# ’Îû tûïÎŽÉ9»¢Á9$#ur ( (#r߉yg»tã #sŒÎ) öNÏdωôgyèÎ/ šcqèùqßJø9$#ur

: ) tbqà)-GßJø9$# ãNèd y7Í´¯»s9'ré&ur ( (#qè%y‰|¹ tûïÏ%©!$# y7Í´¯»s9'ré& 3 Ĩù't7ø9$# tûüÏnur

(
Artinya : Dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji,
dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan
dan dalam peperangan. Mereka itulah orang yang benar
(imannya) dan mereka itulah orang –orang yang bertaqwa.
(Q.S : Al Baqarah : 177)*************

Menurut Ibnu Qayyim al Jauzy, sabar, dilihat dari variabelnya


terbagi tiga bagian : 1. Kesabaran terhadap perintah dan ketaatan,
hingga itu terlaksana. 2. Kesabaran dari larangan dan penyimpangan,
hingga ia terjatuh ke sana; dan 3. kesabaran menghadapi takdir dan
penentuan, hingga ia tidak marah hati. †††††††††††††
Tiga bentuk kesabaran inilah yang dikatakan Syaikh Abdul
Qadir‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ ”Keharusan bagi hamba terhadap perintah, adalah
melaksanakan terhadapat larangan, adalah menghindar dan terhadap
takdir, adalah bersabar”.
d) Bersyukur
Syukur adalah Memanjatkan pujian kepada sang pemberi
nikmat, atas keutamaan dan kebaikan yang dikarunia kan kepada
kita.§§§§§§§§§§§§§ Realisasi syukur seorang hamba meliputi tiga rukun,
belum dapat disebut syukur kecuali dengan terkumpulnya ketiga rukun
tersebut. Tiga rukun itu ialah, mengakui kenikmatan secara batiniyyah,
mengucapkan secara lahiriyyah dan menggunakannya sebagai motivasi
untuk peningkatan ibadat kepada Allah SWT.**************

*************
Bachtiar Surin, Op. Cit., hlm. 54-55
†††††††††††††
Ibnu Qayyim al Jauzy, Op. Cit. Hlm. 35
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Syaikh abdul qadir seorang sufi yang zuhud, pendiri thariqah qadiriyyah,
wafat thn 561 H, di dalam kitab futuh al ghaib. Lihat Ibnu Qayyin al Jauzy, Ibid.
§§§§§§§§§§§§§
Dr. Ahmad faried, Menyucikan Jiwa Konsep Ulama Salaf. (Surabaya :
Risalah Gusti, 1993), hlm. 103
**************
Ibid.
Sedangkan menurut Ibnu Qayyin Al Jauzy (2005 : 237)
”Syukur berpangkal pada tiga tiang, dimana seseorang tidaklah disebut
sebagi syakur sebelum terpenuhi tiga tiang tersebut : Pertama : Nikmat
itu di akui sebagai nikmat Allah, Kedua : memuji allah atas nikmat itu,
dan Ketiga : Nikmat itu di bawa kepada ridha Allah.”
Di dalam Al Qur’an disebutkan bahwa syukur senantiasa
disertai pula dengan iman dan Allah SWT tidak akan menurunkan azab
kepada para makhluknya, jika mereka mau bersyukur dan beriman,
sebagaimana dalam firman Allah SWT.

( : ) 4 öNçGYtB#uäur óOè?ö•s3x© bÎ) öNà6Î/#x‹yèÎ/ ª!$# ã@yèøÿtƒ $¨B


Artinya : Allah Tidak akan menyiksamu jika kamu bersyukur dan
beriman...(An Nisa’ 147)††††††††††††††

e) Qana’ah
Qana’ah mempunyai makna menerima cukup. Hamka
menjelaskan bahwa sifat qana’ah mengandung lima hal, yaitu :
menerima dengan rela apa yang ada, memohon kepada tuhan tambahan
yang pantas dan berusaha, menerima dengan sabar akan ketentuan
tuhan,bertawakkal kepada tuhan, serta tidak tertarik oleh tipu daya
dunia. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
2. Pandangan Islam terhadp korupsi
Good Governance merupakan salah satu pilar dan pra-syarat bagi
terwujudnya civil society. Civil society atau masyarakat madani itu sendiri
selain menjadi bagian dari masyarakat tetapi juga mengandaikan adanya
kebaikan di lingkungan pemerintahan. Pemerintah yang mendapat amanat
dari rakyat memiliki wewenang untuk mengelola kemajemukan dan
memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui satu sistem hukum.
Penegakan supremasi hukum itulah hak yang diberikan oleh
rakyat kepada pemerintah. Dengan demikian, negara mempunyai posisi

††††††††††††††
DEPAG RI, Op.Cit. hlm. 316-319
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1990), hlm. 228.
yang sangat sentral dan strategis dalam menentukan baik buruknya bangsa.
Karena itu maka good governance sebagai sebuah cita-cita masyarakat
madani perlu ditegakkan. Dan dalam konteks indoneasia, inilah masalah
yang sangat mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu
lemah bahkan tiadanya good governance yang salah satunya adalah
merajalelanya korupsi.
Di dunia pendidikan, ada harapan besar untuk menciptakan
generasi bangsa yang anti korupsi, upaya pemberantasan korupsi pun
sudah mulai digalakkan di ranah lembaga itu, mulai dari mensosialisasikan
korupsi sampai mewacanakan kurikulum berbasis anti korupsi. Di sinilah
dapat terlihat masyarakat sesungguhnya menginginkan peran pendidikan
agama sebagai bagian dari upaya pencegahan dini terhadap merebaknya
bahanya korupsi.
Salah satu dari sekian tekanan moral alqur’an ialah telah
ditemukannya pelarangan korupsi.§§§§§§§§§§§§§§ Karena pendidikan agama
merupakan core pengembangan pendidikan, maka aturan atau kode etik
***************
tersebut harus diwarnai oleh nilai-nilai agama. Sebagai
agama yang sempurna dan universal, Islam tidak hanya mengatur
hubungan antara makhluk dengan sang Khalik (hablum minallah), tetapi
juga mengatur hubungan antar sesama makhluk (hablum minannas),serta
hubungan manusia dengan alam (hablum minal alam). Oleh karenanya,
Islam mengajarkan secara komprehensif beberapa prinsip agar hubungan
antar manusia menjadi harmonis dan beradab. Sesuai dengan firman Allah
SWT.
Terdapat banyak sumber/ayat Al-Qur’an yang mendukung
dilaksanakannya perilaku anti korupsi. Di antaranya adalah firman Allah
SWT:

§§§§§§§§§§§§§§
Hakim Muda Harahap, Ayat-ayat Korupsi, (Yogyakarta : Gama media, 2009),
hlm. 3
***************
H. Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut
Dunia Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 103
a) Term tentang pencurian

3 «!$# z`ÏiB Wx»s3tR $t7|¡x. $yJÎ/ Lä!#t“y_ $yJßgtƒÏ‰÷ƒr& (#þqãèsÜø%$$sù èps%Í‘$¡¡9$#ur ä-Í‘$¡¡9$#ur

( : ) ÒOŠÅ3ym ͕tã ª!$#ur

Artinya : Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri,


potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa
yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah. dan
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al Ma’idah
: 38)†††††††††††††††

Firman Allah SWT :

.... È@ÏÜ»t6ø9$$Î/ Mà6oY÷•t/ Nä3s9ºuqøBr& (#þqè=à2ù's? Ÿw (#qãYtB#uä šúïÏ%©!$# $yg•ƒr'¯»tƒ

( : )
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil...(An
Nisa’ : 29)‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

b) Term tentang penyuapan

÷rr& öNæhuZ÷•t/ Nä3÷n$$sù x8râä!$y_ bÎ*sù 4 ÏMós•¡=Ï9 tbqè=»ž2r& É>É‹s3ù=Ï9 šcqã軣Jy™

|MôJs3ym ÷bÎ)ur ( $\«ø‹x© x8r•ŽÛØo„ `n=sù óOßg÷Ytã óÚÌ•÷èè? bÎ)ur ( öNåk÷]tã óÚÍ•ôãr&

( : ) tûüÏÜÅ¡ø)ßJø9$# •=Ïtä† ©!$# ¨bÎ) 4 ÅÝó¡É)ø9$$Î/ NæhuZ÷•t/ Nä3÷n$$sù

Artinya : Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita


bohong, banyak memakan yang haram (suap)§§§§§§§§§§§§§§§.
jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk
†††††††††††††††
DEPAG RI, Op. Cit., hlm. 419
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid, hlm. 153
§§§§§§§§§§§§§§§
Yang haram/alsuhtu/suap : term al suhtu dalam surat tersebut diatas berasal
dari bentukan kata sahata yang mengandung arti harta hasil dari perbuatan haram. Al Zamarkasyi,
al maraghi, al qurtubi dan ibnu katsir juga memaknai al suhtu sebagai segala usaha untuk memiliki
harta yang haram. Makna al suhtu sebenarnya cenderung bermakna risywah. Sementara risywah
menurut kamus bahasa arab-indonesia artinya sama dengan suap. Sedangkan suap merupakan
bagian dari salah satu ragam korupsi. Lihat Hakim Muda Harahap dalam Ayat-ayat
Korupsi.(Yogyakarta : Gama Media, 2009), Hlm. 67
meminta putusan), Maka putuskanlah (perkara itu) diantara
mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling
dari mereka Maka mereka tidak akan memberi mudharat
kepadamu sedikitpun. dan jika kamu memutuskan perkara
mereka, Maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka
dengan adil, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang adil. (Al Ma’idah : 42)****************

c) Term tentang pengkhianatan.

4’¯ûuqè? §NèO 4 ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# tPöqtƒ ¨@xî $yJÎ/ ÏNù'tƒ ö@è=øótƒ `tBur 4 ¨@äótƒ br& @cÓÉ<oYÏ9 tb%x. $tBur

( : ) tbqßJn=ôàムŸw öNèdur ôMt6|¡x. $¨B <§øÿtR ‘@à2

Artinya : Tidak mungkin seorang nabi berkhianat †††††††††††††††† dalam


urusan harta rampasan perang. barangsiapa yang berkhianat
dalam urusan rampasan perang itu, Maka pada hari kiamat
ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu,
Kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa
yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang
mereka tidak dianiaya. (Ali- Imron : 161)‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Dari ayat-ayat diatas sudah jelas bahwa kita tidak diperbolehkan


mengambil dan memakan harta milik orang lain dengan cara yang tidak
dibenarkan oleh agama, termasuk korupsi. Sebagaimana makna dari pada
korupsi itu sendiri, bahwa ada tiga unsur korupsi§§§§§§§§§§§§§§§§ ,yakni
memperkaya diri atau orang lain, mengambil harta orang lain dengan jalan
tidak sah (penyelewengan, penyalahgunaan kekuasaan), dan melawan
hukum.
Terdapat banyak pesan agama yang menganjurkan umatnya agar
senantiasa melaksanakan kejujuran dan tidak melaksanakan yang
berlawanan dengan kejujuran. Firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah
: 42
****************
DEPAG RI, Op. Cit, hlm. 425
††††††††††††††††
Berkhianat (ghulul) yang dimaksud dengan ghulul dalam ayat ini ialah
mengambil secara sembunyi-sembunyi milik orang banyak. Jadi pengambilan itu sifatnya
semacam mencuri. Lihat : DEPAG RI, Al Qur an dan Tafsirnya, (PT. Wihani Corporation), hlm.
74-75
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid, hlm. 73
§§§§§§§§§§§§§§§§
HakimMuda Harahap, Op. Cit., hlm. 82
tbqçHs>÷ès? öNçFRr&ur ¨,ysø9$# (#qãKçGõ3s?ur È@ÏÜ»t7ø9$$Î/ Yysø9$# (#qÝ¡Î6ù=s? Ÿwur

Artinya : ”Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang
bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang
kamu Mengetahui. (Q.S Al Baqarah : 42)” *****************

Dari ayat diatas terdapat dua pengertian, yaitu : Pertama dilarang


menyamarkan keburukan dengan promosi kebaikan. Kedua
†††††††††††††††††
menyembunyikan kebaikan. Sehingga dalam setiap
persoalan kita di tuntut untuk tidak menyelewengkan perkara.
Hadist yang diceritakan Ibnu Mas ud RA, Rasulullah SAW
bersabda:

. .
.
. . .
.
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
( )

Artinya : Hendaklah kalian berkata jujur, sebab jujur membawa kebaikan


dan ekebaikan membawa kepada syurga. Bila seseorang berkata
jujur dan selalu menjaga kejujuran ia pasti ditulis di sisi Alla
sebagai orang jujur, Hendakanya kalian menghindari berkata
bohong, sebab kebohongan membawa kepada kejahatan dan
kejahatan mebawa ke neraka. Bila seseorang berbohong dan
selalu melakukan kebohongan, ia pasti aka di tulis di sisi allah
sebagi pembohong. (H.R. Muslim)

Dalam hadist di atas terdapat suatu isyarat bahwa orang selalu


memperhatikan kejujuran dalam perkataannya maka kejujuran itu akan
menjadi sifatnya, dan akan membawa kebahagiaan baik di dunia maupun
di akhirat. Sebaliknya, orang yang sengaja berbohong dan selalu

*****************
Imam Fahruddin Ar Rozy, Tafsir Al Kabir Mafatihul Ghoib, (Lebanon :
Darul al Kitab, 1990), hlm. 41
†††††††††††††††††
Ibid hlm. 41-42
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Sayyid Ahmad Al-Hasyimy, Muhtar Al-Ahadis An-Nabawiyyah,
(Semarang: Al Alawiyyah, 2000), hlm. 99.
melakukan kebohongan maka kebohongan itu juga akan menjadi sifatnya,
dan membawa pelakunya pada kehancuran dan kehinaan di dunia dan
akhirat.
Lebih jauh, Islam melalui kitab suci al-Qur’an telah
memerintahkan kepada seluruh umat Islam untuk menjalankan ajaran
Islam secara keseluruhan. Hal tersebut mengandung unsur universalitas
Islam dalam seluruh aspek kehidupan, sebagaimana dalam firman Allah
SWT :

ÅVºuqäÜäz (#qãèÎ6®Ks? Ÿwur Zp©ù!$Ÿ2 ÉOù=Åb¡9$# ’Îû (#qè=äz÷Š$# (#qãZtB#uä šúïÏ%©!$# $yg•ƒr'¯»tƒ

( : ) ×ûüÎ7•B Ar߉tã öNà6s9 ¼çm¯RÎ) 4 Ç`»sÜø‹¤±9$#

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam


keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (Q. S. Al-
baqarah/2: 208)§§§§§§§§§§§§§§§§§

Korupsi dapat terjadi dikarenakan para pelaku tidak menjalankan


Islam secara keseluruhan. Terlebih dalam hal materi yang sangat
dianjurkan oleh Islam untuk tidak berlebih- lebihan. Lalu berbagai asumsi
pun muncul, bagaimana sebetulnya Islam menyikapi hakikat dan
problematika korupsi.
Dalam kasus-kasus korupsi, sesungguhnya para pelakunya tak
hanya mengkorupsi uang, tetapi lebih dari itu ia telah melakukan korupsi
moral. Sebab, dengan perilaku korupnya, ia sesungguhnya telah
melakukan destruksi dan kontaminasi atas keluhuran nilai-nilai moral dan
hati nurani yang diwariskan para pendahulu yang luhur budi
Adapun lembaga perserikatan bangsa-bangsa (PBB), United
Nations Office on Drugs and Crime (2004) mencatat ada beberapa jenis
dan bentuk korupsi , yaitu : Suap/sogok(bribery), penggelapan

§§§§§§§§§§§§§§§§§
UII, Al Qur an dan Terjemahnya, (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf,
1990), hlm. 346
(embezzlement), pemalsuan (fraud), pemerasan (extortion),
penyalahgunaan jabatan (abuse of power), pertentangan kepentingan usaha
sendiri (internal trading), pilih kasih (favoritisme), nepotisme, menerima
komisi (commision), kontribusi /sumbangan ilegal(illegal
contribution).******************
Dari segi hukum Undang-undang, seseorang dianggap sebagai
pelaku tindak pidana korupsi bila telah memenuhi dua kriteria: Pertama,
melawan secara hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara. Kedua, dengan tujuan menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan
yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara (Pasal
2 dan 3 UU No.31 Tahun 1999). Dengan demikian, tidak diragukan lagi
bahwa Islam pasti antikorupsi, oleh sebab itu korupsi harus diperangi.
Istilah perang mengindikasikan bahwa kita harus menggunakan secara
maksimal segenap potensi yang kita miliki untuk menghentikan korupsi
yang sudah menjadi epidemi di negeri kita ini. Dalam bahasa agama,
korupsi masuk dalam kategori kemungkaran yang harus dihentikan oleh
siapa pun yang menyaksikannya.

B. MAKNA DAN KONSEP KORUPSI


Korupsi yang dilakukan secara serentak oleh pejabat publik saat ini
merupakan cerminan dari rusaknya lembaga pendidikan. ††††††††††††††††††
Mereka semua bisa jadi merupakan pelajar terbaik dari sekolahnya, tapi
menjadi pelayan publik yang terburuk yang didapatkan oleh rakyat. Korupsi
di Indonesia bagaikan sebuah penyakit yang menular ke semua sendi-sendi
kehidupan hingga menjadi permasalahan yang sistemik. Oleh korupsi pula
bangsa ini dibuat rusak, hancurnya tatanan ekonomi dan politik, mahalnya
******************
Prof. DR. Syamsul Anwar,M. A. dkk., Op.Cit. hlm. 19-20
††††††††††††††††††
Eko Prastyo, Orang Miskin dilarang Sekolah, (Yogyakarta : Resist Book,
2008), cet. V, hlm. 191
biaya pendidikan serta semakin tidak terjangkaunya layanan kesehatan dan
kebutuhan pokok oleh masyarakat.
Perlu disadari, dimanapun di dunia ini korupsi tidak pernah bisa di
hapus secara mendadak. Penyusutan, pemudaran, dan pelumpuhan korupsi
dari suatu bangsa selalu berangsur-angsur dalam kasus indonesia mungkin
diperlukan 15-20 tahun sebelum kita bisa merasakan, korupsi benar-benar
terkandalikan dalam kehidupan kita. Melihat kompleknya masalah korupsi
dan sulitnya membasmi penyakit ini, semua pihak yang masih memiliki akal
sehat, hati nurani, dan kesetiaan kepada ajaran agama sudah selayaknya
menyatakan perang (berjihad) melawan korupsi. Tentunya gerakan tersebut
dilakukan dengan sistematis dan dilandasi oleh nilai-nilai ketuhanan agar
tidak mudah di belokkan oleh kepentingan sesaat.
Pendidikan anti korupsi merupakan bagian dari upaya preventif
dalam rangka pemberantasan korupsi. Dalam pendidikan anti korupsi
diharapkan dapat mengupayakan pembinaan dan pembentukan moral, mental
serta semangat anti korupsi bagi anak-anak indonesia sehingga pada masa
mendatang akan lahir generasi anti korupsi, untuk lebih jelasnya dibawah ini
akan coba peneliti bahas beberapa persoalan tentang korupsi itu sendiri dan
keterkaitannya dengan pendidikan nilai yang menjadi dasar utama pendidikan
anti korupsi di sekolah.
1. Definisi Korupsi
Korupsi secara etimologis berasal dari bahasa latin, corruptio atau
corruptus yang berarti merusak, tidak jujur, dapat disuap. Korupsi juga
mengandung arti : kejahatan, kebusukan, tidak bermoral dan kebejatan.
Korupsi diartikan pula sebagai perbuatan yang buruk seperti penggelapan
uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Korupsi
berarti buruk atau rusak, suka memakai barang (uang) yang dipercayakan
kepadanya dapat di sogok/suap (memakai kekuasaannya untuk

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Prof. DR. Syamsul Anwar, M. A.,dkk., Op. Cit., ( Jakarta : PSAP, 2006),
hlm. 11
kepantingan pribadi), dan korupsi adalah penyelewengan atau
penyalahgunaan uang negara untuk keuntungan pribadi atau orang
lain.§§§§§§§§§§§§§§§§§§ Poerwadarminta dalam kamusnya mengatakan korupsi
adalah perbuatan yang buruk (penggelapan uang, penerimaan uang
sogok).*******************
Masyarakat pada umumnya menggunakan istilah korupsi untuk
merujuk kepada serangkaian tindakan-tindakan terlarang atau melawan
hukum dalam rangka mendapatkan keuntungan dengan merugikan orang
lain. Hal yang paling mengidentikkan perilaku korupsi bagi masyarakat
umum adalah penekanan pada penyalahgunaan kekuasaan atau jabatan
publik untuk keuntungan pribadi.
Dalam kamus lengkap Ohio University (A comprehensive
Indonesian-inggris) korupsi di definisikan sebagai “ Scrapying money
from the people for one’s own benefit” yaitu mengambil uang dari
seseorang untuk kepentingan/keuntungan pribadi. ††††††††††††††††††† Definisi
ini hampir serupa dengan apa yang digunakan oleh Sudaryono, korupsi
yaitu Penyelewengan atau penggelapan uang Negara / perusahaan sebagai
tempat seseorang bekerja untuk keuntungan pribadi atau orang
lain.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Sedangkan berdasarkan pemahaman pasal 2 UU no. 31 th. 1999
sebagimana yang diubah dengan UU no. 20 th 2001, korupsi adalah
perbuatan secara melawan hukum dengan maksud memperkaya diri
sendiri/orang lain (perseorangan/korporasi) yang dapat merugikan
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
keuangan atau perekonomian Negara. Sehingga dari sini

§§§§§§§§§§§§§§§§§§
DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta : Balai Pustaka,
2005 ). Hlm. 597
*******************
Poerwadarminta, Kamus Umum Bahas Indonesia edisi III ( Jakarta :
Balai Pustaka, 2006). Hlm. 616
†††††††††††††††††††
Alan M. Stevens & A. Ed. Schmidgall-Tellings, A Comprehensive
Indonesian-Inggris, ( Athena : Ohio University, 2004 ). Hlm. 521
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Drs. Sudaryono, S. H. Kamus Hukum, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1992 ).
Hlm. 231
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Arya Maheka, Mengenali & Memberanta Korupsi, (KPK). hlm. 14
ada beberapa unsur yang harus dipenuhi agar suatu perbuatan dapat
dianggap sebagai korupsi, yaitu :
1. Secara Melawan Hukum.
2. Memperkaya diri sendiri/orang lain
3. “Dapat” merugikan keuangan /perekonomian Negara.
Dalam konteks ajaran Islam yang lebih luas, korupsi merupakan
tindakan yang bertentangan dengan prinsip keadilan (al-`adalah),
akuntabilitas (al-amanah), dan tanggung jawab. Korupsi dengan segala
dampak negatifnya yang menimbulkan berbagai distorsi terhadap
kehidupan negara dan masyarakat dapat dikategorikan termasuk perbuatan
fasad, kerusakan di muka bumi, yang juga amat dikutuk Allah
swt********************
Dari beberapa definisi tersebut juga terdapat beberapa unsur yang
melekat pada korupsi. Pertama, tindakan mengambil, menyembunyikan,
menggelapkan harta negara atau masyarakat. Kedua, melawan norma-
norma yang sah dan berlaku. Ketiga, penyalahgunaan kekuasaan atau
wewenang atau amanah yang ada pada dirinya. Keempat, demi
kepentingan diri sendiri, keluarga, kerabat, korporasi atau lembaga instansi
tertentu. Kelima, merugikan pihak lain, baik masyarakat maupun negara.
Diantara penyebab kurangnya mobilitas peran masyarakat dalam
upaya pemberantasan korupsi dikarenakan ketidaktahuan tentang makna,
hakikat dan kategorisasi korupsi, yang semakin berkembang dan rumit.
Secara lughowiyah (kebahasaan), definisi korupsi memiliki makna yang
jelas dan tegas. Namun secara praktis makna korupsi berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Selain itu juga definisi korupsi selalu berkembang,
baik secara normatif maupun secara sosiologis.
Dengan melihat beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
korupsi adalah menyalahgunakan kewenangan, jabatan, atau amanah
(trust) secara melawan hukum untuk memperoleh keuntungan atau
********************
Lexy Zulkarnaen Hikmah, Korupsi Perspektif Hadist,
http://kommabogor.wordpress.com/2008/01/13/korupsi-perspektif-hadis/ di ambil tanggal 30
Agustus 2009.
manfaat pribadi dan atau kelompok tertentu yang dapat merugikan
kepentingan umum.
2. Model-model Korupsi
Banyak ragam definisi tentang korupsi. Korupsi seringkali
didefinisikan sebagai prilaku yang menyimpang dari aturan etis formal
yang menyangkut tindakan seseorang dalam posisi otoritas publik yang
disebabkan oleh motif pertimbangan pribadi, seperti kekayaan dan
kekuasaan/status.
Sementara dari ragamnya, korupsi sebagaimana dinyatakan oleh Y
Meny,†††††††††††††††††††† ada empat macam. Pertama, korupsi jalan pintas.
Banyak dipraktekkan dalam kasus penggelapan uang negara, perantara
ekonomi dan politik, sektor ekonomi membayar untuk keuntungan politik.
Bila masuk dalam kategori ini kasus para pengusaha menginginkan agar
UU Perburuhan tertentu diberlakukan; atau peraturan-peraturan yang
menguntungkan usaha tertentu untuk tidak direvisi. Lalu partai-partai
politik mayoritas memperoleh uang sebagai balas jasa.
Kedua, korupsi-upeti. Bentuk korupsi yang dimungkinkan karena
jabatan strategis. Berkat jabatan tersebut seseorang mendapatkan
persentase dari berbagai kegiatan, baik dalam bidang ekonomi, politik,
budaya, bahkan upeti dari bawahan, kegiatan lain atau jasa dalam suatu
perkara, termasuk di dalamnya adalah upaya mark up. Jenis korupsi yang
pertama dibedakan dari yang kedua karena sifat institusional politiknya
lebih menonjol. Money politics masuk dalam kategori yang pertama meski
pertukarannya bukan langsung dari sektor ekonomi.
Ketiga, Korupsi-kontrak. Korupsi ini tidak bisa dilepaskan dari
upaya mendapatkan proyek atau pasar; masuk dalam kategori ini adalah
usaha untuk mendapatkan fasilitas pemerintah. Keempat, korupsi-
pemerasan. Korupsi ini sangat terkait dengan jaminan keamanan dan

††††††††††††††††††††
Suyitno, ed. Korupsi Hukum dan Moralitas Agama, Mewacanakan Fiqih
Anti Korupsi, (Yogyakarta : Gama Media, 2006), hlm. 214-215
urusan-urusan gejolak intern maupun dari luar; perekrutan perwira
menengah Tentara Nasional Indonesia (TNI) atau polisi menjadi manajer
Human Recources Departement atau pencantuman nama perwira tinggi
dalam dewan komisaris perusahaan. Penggunaan jasa keamanan seperti di
Exxon Mobil di Aceh atau Freeport di Papua adalah contoh yang
mencolok. Termasuk dalam kategori ini juga adalah membuka kesempatan
pemilikan saham kepada “orang kuat” tertentu.
Dengan penyebutan ragam yang hampir sama, Amien Rais,
membagi jenis korupsi yang harus diwaspadai dan dinilainya telah
merajalela di Indonesia ke dalam empat tipe. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Pertama,
korupsi ekstortif (extortive corruption). Korupsi ini merujuk pada situasi
di mana seseorang terpaksa menyogok agar dapat memperoleh sesuatu
atau mendapatkan proteksi atas hak dan kebutuhannya. Sebagai misal,
seorang pengusaha terpaksa memberikan sogokan (bribery) pada pejabat
tertentu agar bisa mendapa ijin usaha, perlindungan terhadap usaha sang
penyogok, yang bisa bergerak dari ribuan sampai miliaran rupiah.
Kedua, korupsi manipulatif (manipulative corruption). Jenis
korupsi ini merujuk pada usaha kotor seseorang untuk mempengaruhi
pembuatan kebijakan atau keputusan pemerintah dalam rangka
memperoleh keuntungan setinggi-tingginya. Sebagai misal, seorang atau
sekelompok konglomerat memberi uang pada bupati, gubernur, menteri
dan sebagainya agar peraturan yang dibuat dapat menguntungkan mereka.
Bahwa kemudian peraturan-peraturan yang keluar akan merugikan rakyat
banyak, tentu bukan urusan para koruptor tersebut.
Ketiga, korupsi nepotistik (nepotistic corruption). Korupsi jenis ini
merujuk pada perlakuan istimewa yang diberikan pada anak-anak,
keponakan atau saudara dekat para pejabat dalam setiap eselon. Dengan
preferential treatment itu para anak, menantu, keponakan dan istri sang
pejabat dapat menangguk untung yang sebanyak-banyaknya. Korupsi
nepotistik pada umumnya berjalan dengan melanggar aturan main yang

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Prof. DR. Syamsul Anwar, M. A. OP. Cit. hlm. 17-18
sudah ada. Namun pelanggaran-pelanggaran itu tidak dapat dihentikan
karena di belakang korupsi nepotistik itu berdiri seorang pejabat yang
biasanya merasa kebal hukum.
Keempat, korupsi subversif. Korupsi ini berbentuk pencurian
terhadap kekayaan negara yang dilakukan oleh para pejabat negara.
Dengan menyalahgunakan wewenang dan kekuasaannya, mereka dapat
membobol kekayaan negara yang seharusnya diselamatkan. Korupsi ini
bersifat subversif atau destruktif terhadap negara karena negara telah
dirugikan secara besar-besaran dan dalam jangka panjang dapat
membahayakan eksistensi negara
3. Sebab dan motif korupsi
Jika kita sepakat mengatakan bahwa korupsi merupakan penyakit,
yakni penyakit pelanggaran moral, maka setiap penyakit tentu ada
penyebab. Seorang dokter sebelum mengatasi suatu penyakit biasanya
dicari penyebabnya terlebih dahulu. Dengan demikian, maka untuk
mengatasi korupsi terlebih dahulu harus dicari akar penyebabnya.
Menurut Prof. DR H. Abudin Nata,M. A., bahwa penyebab
terjadinya korupsi adalah§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§ :
a) Tekanan sosial yang menyebabkan manusia melakukan pelanggaran
terhadap norma-norma. Sistem sosial yang menyebabkan timbulnya
tekanan yang mengakibatkan banyak orang yang tidak mempunyai
akses atau kesempatan di dalam struktur tersebut, karena pembatasan-
pembatasan atau diskriminasi rasial, etnis, kekurangan keterampilan,
kapital, dan sumber-sumber lainnya;
b) Karena adanya sikap partikularisme (perasaan kewajiban untuk
membantu, membagi-bagi sumber kepada pribadi-pribadi yang dekat
pada seseorang), nepotisne (sikap loyal terhadap kewajiban
partikularistik) yang merupakan ciri dari suatu masyarakat prakapitalis

§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Abudin Nata, Pendidikan Tinggi Islam dan Upaya Anti Korupsi,
http://www.uinjkt.ac.id/ diambil tanggal 09 Agustus 2009
atau masyarakat feodal. Partikularisme ini bertentangan dengan
universalisme (komitmen untuk bersikap sama terhadap yang lain);
c) Sikap mental yang meremehkan mutu;
d) Sikap mental yang suka menerabas;
e) Sikap tak percaya pada diri sendiri;
f) Sikap tak berdisiplin murni, dan
g) Sikap mental yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh
Dari ketujuh macam penyebab terjadinya korupsi tersebut di atas,
sesungguhnya dapat dikategorikan menjadi dua sebab. Pertama sebab yang
bersifat sistem, yakni sistem sosial yang menekan dan diskriminatif, dan
yang kedua adalah sebab yang bersifat sikap mental.
Pendapat senada juga dikatakan oleh Prof. DR. J Suyuthi
Pulungan, M.A. Bahwa faktor penyebab tindakan korupsi ini bisa bersifat
internal dan eksternal. Faktor internal bisa meliputi sifat tamak yang ada
dalam diri manusia, moral yang tidak kuat menahan godaan yang terbuka
didepan mata, penghasilan yang kurang memadai, sifat malas tidak mau
kerja keras, kurang memahami nilai-nilai ajaran agama yang di anut, dan
konsumtif. Sedangkan penyebab eksternal adalah situasi lingkungan atau
adanya peluang, dan kesempatan yang sangat
*********************
mendudkung.
Korupsi merupakan penyelewengan terhadap wewenang publik
yang timbul karena kurangnya kontrol terhadap kekuasaan yang dimiliki
dan terbukanya kesempatan untuk menyelewengkan kekuasaan tersebut.
Di samping itu motif-motif pribadi juga turut mendorong terjadinya
tindakan korupsi, seperti halnya ingin cepat kaya, dan memperoleh
pengakuan akan status sosial.
Sedangkan menurut Arya Maheka, ada beberapa faktor terkait
dengan penyebab terjadinya tindakan korupsi†††††††††††††††††††††,
diantaranya adalah :

*********************
Suyitno, Op. Cit. 205
†††††††††††††††††††††
Arya Maheka, Op.Cit., hlm. 23-24
a) Penegakan hukum tidak konsisten ; penegakan hukum hanya sebagai
make-up politik, sifatnya sementara, selalu berubah setiap berganti
pemerintahan.
b) Penyalahgunaan kekuasaan / wewenang, takut dianggap bodoh kalau
tidak menggunakan kesempatan.
c) Langkanya lingkungan yang anti korup; system dan pedoman anti
korupsi hanya dilakukan sebatas formalitas.
d) Rendahnya pendapatan penyelenggara Negara. Pendapatan yang
diperoleh harus memenuhi kebutuhan penyelenggara Negara , mampu
mendorong penyelenggara Negara untuk berprestasi dan memberikan
pelayanan terbaik bagi masyarakat.
e) Kemiskinan, keserakahan : Masyarakat kurang mampu melaksaakan
korupsi karena kesulitan ekonomi. Sedangkan mereka yang
berkecukupan melakukan korupsi karena serakah, tidak pernah puas
dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan keuntungan.
f) Budaya memberi upeti, imbalan jas dan hadiah.
g) Konsekwensi bila ditangkap lebih rendah daripada keuntungan
korupsi: saat tertangkap bisa menyuap penegak hukum sehingga
dibebaskan atau setidaknya diringankan hukumannya.
h) Budaya permissive / serba membolehkan, tidak mau tahu: menganggap
biasa apabila ada korupsi, karena sering terjadi. Tidak peduli orang
lain, asal kepentingan sendiri terlindungi.
i) Gagalnya pendidikan agama dan etika : Ada benarnya pendapat franz
magniz suseno bahwa agama telah gagal membendung moral bangsa
dalam mencegah korupsi karena perilaku masyarakat yang memeluk
agama hanya berkutat pada masalah bagaimana cara beribadah saja.
Sehingga agama nyaris tidak berfungsi dalam memaikan peran sosial.
Menurut franz, sebenarnya agama bisa memainkan peran yang lebih
besar dalam konteks kehidupan sosial dibandingkan institusi lainnya.
Sebab, agama memiliki relasi atau hubungan emosional dengan para
pemeluknya. Jika diterapkan dengan benar kekuatan relasi emosional
yang dimiliki agama bisa menyadarkan umat bahwa korupsi bisa
membawa dampak yang sangan buruk.
Sedangkan dilihat dari motifnya, Abdulloh Hehamahua, 2005
membedakan korupsi menjadi 5, .yaitu :‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
a. Korupsi karena kebutuhan
b. Korupsi karena ada peluang
c. Korupsi karena ingin memperkaya diri
d. Korupsi karena ingin menjatuhkan pemerintahan,dan
e. Korupsi karena ingin menguasai suatu negara.
4. Pengaruh korupsi
Persoalan korupsi di indonesia ibarat sebuah ”lingkaran setan”
yang tidak diketahui ujung pangkalnya, dari mana mengurai dan
bagaimana mencegahnya. Korupsi melibatkan hampir semua orang dan
kian merajalela ibarat penyakit ia sudah terlanjur kronis bahkan sudah
sampai pada stadium akut. Secara selintas orang bisa mengatakan korupsi
dapat memberikan keuntungan – keuntungan tertentu. Namun hanya
beberapa pihak tetentu saja yang dapat menikmatinya. Pada bagian ini
akan dibicarakan mengenai pengaruh korupsi dalam berbagai aspek
kehidupan.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
1. Perekonomian
Pengaruh yang terjadi ketika proses korupsi di negara ini berlangsung
diantaranya, adalah ;
Ø Pemusatan ekonomi pada elit kekuasaan
Ø Diskriminasi kebijakan
Ø Pembangunan yang tidak transparan
Ø Terlambatnya pertumbuhan ekonomi
Ø Ekonomi biaya tinggi

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Prof. DR. Syamsul Anwar, M. A. OP. Cit. hlm. 26 - 37
2. Politik dan keamanan
Dalam masyarakat uyang permisif terhadap korupsi, sistem politik
juga akan terkena dampak yang dahsyat, misalnya : dalam ranah
pemilu saja mulai dari money politic, penggelembungan suara, dll.
Pada dasarnya korupsi telah menyisakan sebuah proses yang tidak
transparan kepada publik sehingga yang terjadi adalah sebagai berikut:
Ø Lemahnya pelayanan publik
Ø Diskriminasi kebijakan
Ø Legalisasi produk kebijakan yang korup

3. Moral Masyarakat
Dampak yang paling nyata dari korupsi adalah munculnya perubahan
moral masyarakat. Dari masyarakat yang suka menolong menjadi
masyarakat yang selalu pamrih atas setiap bantuan yang diberikan. Di
antara pengaruh korupsi bagi moral masyarakat adalah :
Ø Menciptakan moral masyarakat yang munafik.
Ø Menyuburkan budaya menjilat.
Ø Mendidik masyarakat menjadi penipu.
5. Penyelesaian Kasus-kasus Korupsi
Setiap pemerintahan baru selalu berjanji akan memberantas
korupsi. Akan tetapi, setelah kekuasaan itu berjalan, korupsi tidak juga
berkurang, bahkan ada kecenderungan terjadi peningkatan. Bung Hatta
pernah mengkonstatir bahwa di era pemerintahan Orde Baru, korupsi di
Indonesia sudah sampai pada tahap membudaya. Pernyataan tersebut
meski memperoleh tanggapan beragam dalam masyarakat, tetapi
kebenarannya tidak terbantahkan.
Seperti halnya presiden SBY pada saat kampanye pernah berkata, ”
Jika korupsi dapat kita tekan serendah mungkin atau korupsi bisa kita
hapus di negeri ini yakinlah tak akan ada lagi rakyat miskin di negeri
ini.********************** Artinya jika pemasukan negara benar-benar bersih
dan di salurkan secara bersih pula, niscaya kebutuhan masyarakat akan
terpenuhi.
Gerakan pemberantasn korupsi sebenarnya sudah ada pada saat itu,
KPKPN (Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara) adalah
salah satu dari beberapa lembaga yang di bentuk untuk memonitoring
lembaga –lembaga pemerintah, kini di muncul lembaga yang di anggap
lebih ”bergigi” dalam hal pemberantasan korupsi yaitu KPK (Komisi
Pemberantasan korupsi), usaha untuk memperkuatnya di bentuklah
peradilan khusus yang bernama pengadilan tindak pidana korupsi
(TIPIKOR). Akan tetapi yang namanya korupsi tetap saja terjadi,
menghapus 100% tentu tak mungkin.
Berdasarkan hasil jajak pendapat lembaga riset yang berbasis di
Hongkong, The Political and Economic Risk Consultanty (PERC) tahun
2008, Dari 13 negara Asia yang diriset, PERC melakukan pemeringkatan
dalam bidang ekonomi kaitannya dengan korupsi mulai dari paling bersih
sampai paling buruk. Skor dihitung pada skala 0-10, di mana angka 0
merupakan skor terbaik. Singapura dan Hong Kong masing-masing
menempati urutan pertama dan kedua dengan skor 1,13 dan 1,8.
Sedangkan urutan terakhir ditempati Filipina dengan skor 9 dan di
bawahnya ada Thailand dengan skor 8. Sedangkan peringkat ketiga diraih
Indonesia dengan skor 7,98 Indonesia bersama tiga negara Asia lainnya
merupakan negara dengan aktivitas ekonomi terkorup di Asia.
††††††††††††††††††††††
Oleh karena itu, di butuhkan peran semua pihak terkait
dengan pemberantasan korupsi di negeri ini, karena mau tidak mau
korupsi adalah bagian dari permasalahan yang komplek yang merusak
tatanan pemerintahan kita.
Pemberantasan korupsi adalah serangkaian tindakan untuk
mencegah dan menanggulangi korupsi (melalui upaya koordinasi,
**********************
Suyitno, Op. Cit. hlm. 233
††††††††††††††††††††††
http://randikurniawan.blogspot.com/ di ambil tanggal 22 Agustus
2009
supervisi, monitor, penyelidikan‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡, penyidikan,dan
pemeriksaan di sidang pengadilan) dengan peran serta masyarakat
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan uraian
tersebut dapat kita pahami bahwa pemberantasn korupsi terdapat 3 unsur
pembentuk yaitu pencegahan (preventif / anti korupsi), penindakan
(represif / penanggulangan / kontrakorupsi) dan peran serta masyarakat.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§

1. Pencegahan (Anti Korupsi atau Preventif)


Anti korupsi merupakan kebijakan untuk mencegah dan
menghilangkan peluang bagi berkembangnya korupsi. Pencegahan
yang dimaksud adalah bagaimana meningkatkan kesadaran individu
untuk tidak melakukan korupsi dan bagaimana menyelamatkan uang
dan aset negara. Peluang bagi berkembangnya korupsi dapat
dihilangkan dengan melakukan perbaikan sistem (sistem hukum,
sistem kelembagaan) dan perbaikan manusiannya (moral dan
kesejahteraan)
2. Penindakan (Represif/Penanggulangan/Kontrakorups )
Kontra korupsi adalah kebijakan dan upaya-upaya yang
menitik beratkan aspek penindakan. Proses penindakan sifatnya bisa
dipaksakan. Akan tetapi supaya tidak terjadi penyalahgunaan
kewenangan yang membahayakan hak-hak dan kebebasan masyarakat
maka dalam pelaksanaannya, kontra korupsi bersifat sementara dan
terbatas.

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari
dan menemukan peristiwa yang di duga sebagai tindak pidana, mencari dan mengumpulkan bukti
permulaan yang cukup (sekurang-kurangnya 2 alat bukti) guna menentukan dapat tidaknya
dilakukan penyidikan. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mencari dan
mengumpulkan bukti yang membuat terang tindak pidana yang terjadi dan menemukan tersangka.
Penuntutan adalah serangkaian tindakan penuntut untuk menyusun dan melengkapi berkas perkara
pidana dan melimpahkan ke pengadilan yang berwenang agara dapat diperiksa dan diputus oleh
hakim di pengadilan. Baca Arya Maheka , Memerangi &Memberantas Korups i (Jakarta : KPK),
hlm. 26
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Arya Maheka, Op. Cit. 26
3. Peran serta masyarakat
Korupsi di berbagai bidang pemerintahan menyebabkan
kepercayaan rakyat dan dukungan terhadap pemerintahan menjadi
minim, padahal tanpa dukungan rakyat progam perbaikan dalam
bentuk apapun tak akan pernah berhasil. Oleh karena itu, setiap orang
berhak mencari, memperoleh dan memberikan informasi tentang
dugaan korupsi serta menyampaikan saran dan pendapat maupun
pengaduan kepada penegak hukum (Polisi, jaksa, Hakim) atau kepada
KPK. Oleh karena itu, perlu dihidupkan kembali nilai-nilai sosio-
kultural masyarakat yang pernah menjadi identitas positif selama ini,
yang telah dicampakkan akibat perilaku korupsi. Hal-hal yang dapat
dilakukan dalam konteks ini adalah:***********************
- Menciptakan dan memasyarakatkan budaya malu dikalangan
warga bangsa khususnya yang terkait dengan kasus
penyalahgunaan kekuasaan/korupsi.
- Mengasingkan dan menolak keberadaan koruptor serta tidak
memilih pejabat atau pemimpin yang terlibat korupsi.
- Melakukan pengawasan dan mendukung terciptanya lingkungan
yang antikorupsi, misalnya melalui media olahraga yang dengan
menjunjung tinggi sportifitas/fairplay
- Melaporkan gratifikasi bila ada penyelewengan
- Konsekwen dan berani bertanggung jawab dalam menggunakan
hak dan kewajibannya di dalam hukum.

C. PENANAMAN NILAI ANTI KORUPSI DI SEKOLAH


”Tiada ruang tanpa korupsi ” demikian ungkapan aktifis LSM anti
korupsi KP2KKN semarang, Bonyamin saat diskusi yang diselenggarakan
wartawan Pokja Pemprov Jateng. Sebelumnya, sejumlah lembaga juga
mengakui bahwa indonesia adalah bangsa yang korup. Begitu korupnya

***********************
Prof. DR. Syamsul Anwar, dkk. Op. Cit., hlm. 130-131
sampai pengamat sosial J. Kristiadi, mengatakan, korupsi teelah menjadi
kultur bangsa indonesia.†††††††††††††††††††††††
Realitas tersebut tentu saja sangat menyedihkan, dan akan lebih
menyedihkan jika kita mengingat sindiran bung hatta, bahwa abad besar ini
telah menjadikan bangsa indonesia sebagai bangsa yang kerdil (imannya).
Walaupun agak bernada pesimis, terbukti akhir-akhir ini banyak generasi yang
hanya ”gandrung” akan budaya pragmatis, hedonis dan lain sebagainya,
sehingga menyebabkan carut marutnya pemerintahan yang disebabkan karena
korupsi. Kalau dilihat dari struktur masayarakat kita, mestinya korupsi sulit
masuk di negara kita yang notabene disebut bangsa yang religius, artinya
bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan.
Saat ini kita lihat sistem sosial dan budaya masyarakat telah
berkembang sedemikian rupa sehingga membuat praktik korupsi makin subur.
Apalagi demoralisasi individu telah berkembang ke arah makin parah.
Fenomena korupsi memberi pelajaran bahwa pemberdayaan SDM melalui
pendidikan internal (dari, oleh dan untuk diri sendiri/otodidak) maupun
eksternal (melalui lembaga pendidikan formal dan non-formal) harus segera
dicarikan dan dilakukan dengan paradigma baru.
Dalam menanggulangi korupsi harus ada upaya pendekatan dan
strategi integral termasuk melakukan reformasi disegala bidang. Salah satu
upaya yang hendaknya ditempuh adalah upaya preventif atau pencegahan.
Upaya itu adalah melaksanakan pendidikan anti korupsi dengan melaksanakan
pembelajaran berdasarkan pengalaman tentang nilai-nilai anti korupsi.
Mendidik sendiri pada umumnya dipahami sebagai suatu cara untuk
menyiapkan dan membantu seseorang untuk mencapai suatu tujuan hidup,
yaitu menjadi manusia utuh, sempurna dan bahagia.
Sekolah dipercaya sebagai tempat strategis untuk menyosialisasikan
perilaku antikorupsi karena di sanalah penanaman nilai diberikan secara jelas

†††††††††††††††††††††††
A. S. Burhan, dkk., Memerangi Korupsi ;Geliat Agamawan atas
Problem Korupsi di Indonesia. (Jakarta : Kemitraan Partnership & P3M, 2004), hlm. 172
dan terarah. Lewat sekolah, anak didik bisa menyerap banyak materi tentang
bentuk-bentuk korupsi serta bahayanya.
Pembelajaran sekaligus penanaman nilai-nilai itu, diharapkan bisa
tercetak sumber daya manusia yang memiliki kesadaran hukum tinggi
sekaligus menggugah, kesadaran mereka untuk menghindari perbuatan berbau
korup. Lebih jauh lagi, pendidikan antikorupsi diharapkan marrfpu memutus
mata rantai tindak pidana korupsi yang sudah sebegitu mengakar di Indonesia
(lihat tabel). Namun, tentu saja, upaya ini tak hanya ditujukan bagi anak didik.
Agar berjalan efektif, para pendidik juga harus berperan serta memberikan
teladan bagi peserta didik dengan menerapkan budaya antikorupsi dalam
kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran yang efektif menurut M. Sobry Sutikno adalah suatu
pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan
mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan pembelajaran sesuai dengan
harapan.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Dalam buku Educational Psychology dinyatakan
bahwa learning is an active process that needs to be stimulated and guided
toward desirable outcomes.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§ (Pembelajaran adalah proses
aktif yang membutuhkan rangsangan dan tuntunan untuk menghasilkan hasil
yang diharapkan). Pada dasarnya pembelajaran merupakan interaksi antara
guru dan peserta didik, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih
baik.
Proses pembelajaran harus diupayakan dan selalu terikat dengan
tujuan (goal based). Oleh karenanya, segala interaksi, metode dan kondisi
pembelajaran harus direncanakan dan mengacu pada tujuan pembelajaran
yang dikehendaki. Menurut E. Mulyasa bahwa proses pembelajaran pada
hakekatnya merupakan proses interaksi para peserta didik dengan
lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku yang baik. Dalam interaksi
tersebut banyak diketahui oleh faktor internal yang dipengaruhi oleh diri

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
M. Sobry Sutikno, Pembelajaran Efektif: Apa dan Bagaimana
mengupayakannya? (Mataram: NTP Press, 2005), hlm. 37
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Lester D. Crow and Alice Crow, Educational Psychology, New York:
American Book Company, 1958), hlm. 225
sendiri maupun faktor eksternal yang berasal dari lingkungan pembelajaran,
tugas seorang guru yang utama adalah mengkondisikan lingkungan agar
menunjang perubahan perilaku peserta didik.************************
Menurut Mochtar Buchori, terkait dengan korupsi, yaitu ada tiga hal
yang harus di lakukan :†††††††††††††††††††††††† Pertama, korupsi hanya dapat
dihapuskan dari kehidupan kita secara berangsur-angsur. Kedua, pendidikan
untuk membasmin korupsi sebaiknya sebaiknya berupa persilangan
(intersection) antara pendidikan watak dan pendidikan kewarganegaraan.
Ketiga, Pendidikan untuk mengurangi korupsi harus berupa pendidikan nilai,
yaitu pendidikan untuk mendorong setiap generasi menyusun kembali sistem
nilai yang diwarisi. Dengan demikian, diharapkan indonesia mampu untuk
keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan ini, dan memberikan
kesejahteraan kepada rakyatnya. Itu semua tidak akan maksimal ketika tanpa
peran serta dari masyarakat, termasuk halnya lembaga pendidikan harus
bekerja sama untuk membangun kekuatan bersama.
Pendidikan nilai agama di lingkungan sekolah merupakan sesuatu
yang sangat penting. Hal ini karena disebabkan karena adanya pergeseran dan
perubahan sistem nilai maupun nilai-nilai itu sendiri dalam masyarakat.
Perubahan-perubahan itu diantaranya ditandai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi, perubahan suasana di dalam masyarakat,
perubahan perkembangan hukum dan perubahan cara berfikir
masyarakat.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu dari sekian banyak
mata pelajaran yang diharapkan mampu menjadi kontrol bagi setiap individu
yang konsekuen dan kokoh dalam perannya sebagai makhluk sosial. Nilai-
nilai Antikorupsi yang integrative-inklusif dalam pendidikan agama Islam
secara aplikatif lebih berkedudukan sebagai pendekatan dalam pembelajaran

************************
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), hlm. 100
††††††††††††††††††††††††
Mochtar Buchori, Pendidikan Anti Korupsi, lihat : ( Kompas, Rabu,
21-02-2007 / http: //home.kompas.co.id )
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
EM. K Kaswardi, Op. Cit., hlm. 20
berbasis kontekstual, sehingga dapat melekat pada dirinya dan menjadi
kepribadian bagi peserta didik.
Proses penanaman nilai-nilai budi pekerti menurut Mochtar Buchori,
ada lima fase yang harus dilakukan peserta didik untuk memiliki moral atau
karakter. Pertama Knowing, yaitu mengetahui nilai-nilai. Kedua
comprehending yaitu memahami nilai-nilai. Ketiga Accepting yaitu menerima
nilai-nilai.Keempat Internalizing yaitu mejadikan nilai sebagai sikap dan
kenyakinan. Kelima Implementing yaitu mengamalkan nilai-
nilai.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
1. Pendekatan penanaman nilai anti korupsi
Pada hakekatnya Pendekatan adalah suatu cara memandang terhadap
suatu hal. ************************* Dengan demikian pendekatan dalam
pendidikan yang secra mikro adalah kegiatan belajar mengajar
mengandung makna bagaimana kita memandang proses belajar mengajar
itu.
Pada pelaksanaanya pendekatan pada penanaman nilai anti korupsi
pada pembahasan kali ini, perlu dijabarkan ke dalam pembelajaran PAI,
yaitu : †††††††††††††††††††††††††
a. Pendekatan Pembiasaan
Pendekatan ini dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk senantiasa mengamalkan ajaran agamanya.
b. Pendekatan emosional
Pendekatan ini merupakan usaha untuk menggugah perasaan dan
emosi peserta didik dalam menyakini, memahami, dan menghayati
akidah Islam serta memberi motivasi agar peserta didik ikhlas

§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Drs. Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai Perkembangangan
Moral Keagamaan Mahasiswa PTAIN, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008). hlm. xi
*************************
H. M. Chabib Toha, PBM-PAI Eksistensi dan proses belajar
mengajar Pendidikan Agama Islam,(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 197
†††††††††††††††††††††††††
Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya
Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001),
hlm. 174
mengamalkan ajaran agamanya, khususnya yang berkaitan dengan
akhlakul karimah.
Pendekatan emosional salah satu bentuk proses dimana
seorang guru membimbing meridnya. Menurut Robert L. Gibson
bimbingan adalah "The process of assisting individuals in making life
adjustmen. It is needed in the home, school, community, and in all
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
other phases of the individual's environment"
(bimbingan dapat dikatakan sebagai proses pengarahan individu untuk
membuat sebuah penyesuaian hidup, hal ini diperlukan di rumah,
sekolah, komunitas dan seluruh fase lingkungan individu.). Jadi,
pendekatan emosional sangat dibutuhkan pendidik untuk melakukan
upaya mengarahkan, memotivasi peserta didik dalam kehidupannya
baik di rumah, sekolah maupun lingkungannya agar dapat menerima
apa yang seharusnya dilakukan dengan optimal.
c. Pendekatan rasional
Yakni usaha untuk memberikan kepada rasio atau akal dalam
memahami dan menerima kebenaran ajaran agama. Informasi-
informasi tentang nilai baik dan benar akan doiolah secara psikologis
yang melahirkan sikap efektif terhadap obyek nilai tersebut. Apabila
kesadaran rasionalnya menerima suatu obyek ilai sebagai kebenara,
maka sikap efektifnya akan memberikan dorongan untuk menyenangi,
menyetujui, dan menghargai terhadap nilai
tersebut.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
d. Pendekatan fungsional
Yaitu usaha menyajikan ajaran agama Islam dengan menekankan
kepada segi kemanfaatannya bagi peserta didik dalam kehidupan
sehari-hari sesuai dengan tingkat perkembangannya

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Robert L. Ginson and Marianne H. Mitchell, Introduction to
Guidance, (United States of America: Macmillan publishing Co., Inc., 1981), hlm 14.
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
HM. Chabib Toha, Kepeta Selekta,....Op. Cit., hlm. 83
e. Pendekatan keteladanan
Pendekatan ini dilakukan dengan menyuguhkan keteladanan, baik
yang langsung melalui penciptaan kondisi pergaulan yang akrab antara
personal sekolah, perilaku pendidik dan tenaga kependidikan yang
mencerminkan akhlak terpuji maupun tidak langsung melalui suguhan
ilustrasi berupa kisah-kisah keteladanan.
Dengan melihat dan mengamati kepribadian seseorang yang memiliki
konsistensi dan keteladanan yang dapatr diandalkan, akan tumbuh
kesadaran peserta didik untuk menerima nilai-nilai tersebut sebagai
nilai yang baik dan benar.
2. Strategi penanaman nilai anti korupsi
Strategi sebenarnya berasal dari istilah kemiliteran yaitu usaha untuk
mendapatkan posisi yang menguntungkan dengan tujuan mencapai
kemenangan/kesuksesan.**************************
Jika strategi ini dimasukkan dalam dunia pendidikan secara makro
dan skala global, strategi merupakan kebijakan-kebijakan yang mendasar
dalam pengembangan pendidikan sehingga tercapai tujuan pendidikan
secara lebih terarah, lebih efektif dan efisien.††††††††††††††††††††††††††
Menurut Noeng Muhadjir, sebagaimana dikutip oleh Chabib Toha,
ada beberapa strategi yang bisa digunakan dalam pembelajaran nilai,
yaitu:‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
a. Strategi tradisional.
Yaitu dengan jalan memberikan nasehat atau indoktrinasi. Strategi ini
ditempuh dengan jalan memberitahukan secara langsung nilai-nilai
mana yang baik dan yang kurang baik.
b. Strategi bebas

**************************
Drs. H. Djamaluddin darwis, M. A., Strategi Belajar
Mengajar,dalam bukunya H. M. Chabib Toha, PBM-PAI Eksistensi dan proses belajar mengajar
Pendidikan Agama Islam,(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998), hlm. 195
††††††††††††††††††††††††††
Ibid, hlm. 196
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
HM. Chabib toha, Kapeta Selekta... Op. Cit, hlm. 77-78
Yaitu peserta didik diberi kebebasan sepenuhnya untuk memilih dan
menentukan nilai mana yang akan diambilnya karena nilai yang baik
belum tentu baik pula bagi peserta didik itu sendiri
c. Strategi reflektif
Yaaitu dengan jalan mondar mandir antara menggunakan pendekatan
teoritik ke pendekatan empirik, atau pendekatan deduktif dan induktif.
d. Strategi transinternal
Yaitu guru dan peserta didik sama-sam terlibat dalam proses
komunikasi aktif, yang tidak hanya melibatkan komunikasi verbal dan
fisik tapi juga melibatkan komunikasi batin (kepribadian) antara
keduanya. Strategi ini merupakan cara untuk membelajarkan nilai
dengan jalan melakukan transformasi nilai, dilanjutkan dengan
transaksi dan transinternalisasi.
3. Metode penanaman nilai anti korupsi
Banyak di antara kita yang habis kesabaran saat menyaksikan
berbagai usaha menghapus korupsi tidak menunjukkan kemajuan berarti.
Kita seperti lari di tempat, secepat apapun larinya kita selalu menemukan
diri di tempat yang sama. Bisa dikatakan metode pendidikan dlam
pendidikan nilai masih memiliki kelemahan karena dikonsentrasikan pada
pengembangan otak kiri /kognitif yang cirinya adalah hanya mewajibkan
peserta didik untuk mengetahui dan menghafal konsep dan kebenaran
tanpa menyentuh perasaan, emosi dan nuraninya.
Oleh karena itu, Pendekatan di atas kemudian dijabarkan ke dalam
beberapa metode pembelajaran PAI yang berorientasi pada penanaman
nilai. Metode tersebut antara lain : §§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
a. Metode dogmatik
Metode ini merupakan metode untuk mengajarkan nilai kepada peserta
didik dengan jalan menyajikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang
harus diterima apa adanya tanpa mempersoalkan hakikat itu sendiri

§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Muhaimin, dkk. Paradigma Pendidikan Islam, ....Op. Cit. hlm. 174-
176
b. Metode deduktif
Metode ini menyajikan nilai-0nilai kebenran dengan jalan
mengiuraikan konsep-knsep kebenaran itu agar dipahami oleh peserta
didik.
c. Metode Induktif
Yaitu membelajarkannilai yang di mulai dengan mengenalkan kasus-
kasus dalam kehidupan sehari-hari, kemudian ditarik maknanya secara
hakiki tentang nilai-nilai kebenaran yang berada dlam kehidupan
tersebut.
d. Metode reflektif
Metode ini merupakan gabungan dari penggunaan metode deduktif dan
induktif, yaitu membelajarkan nilai-nilai dengan jalan mondar-mandir
antara melihat kasus–kasus kehidupan sehari-hari, kemudian
dikembalikan kepada konsep teoritiknya yang umum atau sebaliknya.
4. Tekhnik penanaman nilai anti korupsi
Tekhnik pembelajaran PAI yang berorientasi pada nilai (afektif) ada
beberapa macam, diantaranya :***************************
a. Tekhnik Indoktrinasi
Prosedur tekhnik ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu Pertama,
tahap brainswashing, yakni pendidik memulai pendidikan nilai dengan
jalan merusak tata nilai yang sudah mapan dalam pribadi peserta didik
untuk dikacaukan, sehingga mereka tidak mempunyai pendirian lagi.
Kedua, Tahap menanamkan fanatisme, yakni pendidik menanamkan
ide-ide baru yang dianggap benar sehingga nilai –nilai yang
ditanamkan masuk kepada peserta didik tanpa melalui pertimbangan
rasional yang mapan. Ketiga, Tahap penanaman doktrin, pada saat
penanaman doktrin ini hanya dikenal adanya satu nilai kebenaran yang
disajikan, dan tidak ada alternatif lain.

***************************
HM. Chabib Toha, Kappita Selekta., .......Op. Cit., hlm. 87-94
Tekhnik indoktrinasi dipergunakan untuk strategi tradisional,
pendekatan doktriner dan otoritatif, sedangkan metode yang digunakan
adalah metode dogmatik.
b. Tekhnik Klarifikasi
Tekhnik ini merupakan suatu cara untuk membantu peserta didik untuk
mnentukan nilai-nilai yang akan dipilih. Dalam tekhnik terdapat
beberapa tahap yang dilalui, yaitu tahap pemberian contoh, tahap
mengenali kelebihan dan kekurangan nilai, dan tahap
mengorganisasikan tata nilai pada diri peserta didik.
c. Tekhnik moral reasoning
Tekhnik ini sama dengan penggunaan problem solving dalam proses
belajar mengajar. Peserta didik dihadapkan pada penyajian nilai moral
yang dilematis untuk dinilai dan dievaluasi oleh peserta didik,
kemudian mereka diminta memilih niali-nilai yang baik dan benar
untuk di ikuti.
d. Tekhnik meramalkan konsekuensi
Tekhnik merupakan penerapan dari pendekatan rasional dalam
mengajarkan nilai, dalam arti mengandalkan kemampuan berfikir
peserta didik untuk membuat proyeksi tentang hal-hal yang akan
terjadi dalam penerapan satu sistem nilai tertentu.
e. Tekhnik menganalisis nilai
Tekhnik merupakan penerapan dari pendekatan rasional dalam
mengajarkan nilai kepada pesrta didik. Pengguanaan tekhnik ini
bertujuan memberikan wawasan yang lkuas kepada peserta didik
dalam memilih nilai agar mereka yakin benar bahwa nilai yang dipilih
didasarkan atas kebenaran yang di dapat dipertanggung jawabkan
f. Tekhnik internalisasi nilai
Sasaran tekhnik ini adalah sampai padda tahap pemilikan nilai yang
menyatu dalam kepribadian peserta didik, atau sampai pada taraf
karakterisasi atau mewatak.
Tahapan tekhnik ini terdiri dari ; 1. Transformasi nilai, guru sekedar
menginformasikan nilai-nilai yang baik dan yang kurang baik kepada
peserta didik, semata-mata merupakan komunikasi verbal. 2. Transaksi
nilai, tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi dua
arah, atau interaksi yang bersifat timbal balik. 3. Trasinternalisasi,
tahap ini jauh lebih dalam dari sekedar transaksi, komunikasi yang
terjadi adalah komunikasi dua kepribadian yang masing-masing
terlibat secara aktif. †††††††††††††††††††††††††††

†††††††††††††††††††††††††††
Muhaimin, dkk. Paradigma Pendidikan,... Op. Cit., hlm. 178
BAB III
PENANAMAN NILAI ANTI KORUPSI MELALUI PEMBELAJARAN PAI
DI SMAN 03 KOTA SEMARANG

A. SEKILAS TENTANG SMAN 03 SEMARANG


1) Sejarah SMAN 03 Semarang
SMU 3 Semarang berdiri sejak tanggal 1 November tahun 1877.
Terletak di Jalan Bodjong 149 (Jl. Pemuda 149). Mula-mula adalah HBS
(Hogere Bunger School). Pada tahun 1930 dipergunakan untuk untuk HBS
dan AMS (Algemene Meddelbare School), kemudian tahun 1937 HBS
pindah di jalan Oei Tong Ham (sekarang Jl Menteri Supeno No. 1 / SMU
1 Semarang), sedangkan bangunan di jalan Bodjong dipergunakan untuk
AMS dan MULO.Pada zaman pendudukan Jepang bangunan ini
dipergunakan untuk SMT (Sekolah Menengah
Tinggi).‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Saat zaman republik tahun 1950, oleh pemerintah RI berubah
menjadi SMA A/C lalu dipisah dua tahun kemudian menjadi SMA Negeri
A dan SMA Negeri C. SMA Negeri A selanjutnya menjadi SMA III dan
SMA Negeri C menjadi SMA IV Semarang, tetapi masih menempati
gedung yang sama. Pada tahun 1971, oleh Kepala Perwakilan Dep. P dan
K Prop. Jateng digabungkan menjadi SMA III – IV. Tujuh tahun
kemudian, tepatnya tahun 1978 SMA III – IV, dipisah lagi, SMA IV
menempati gedung baru di Banyumanik, sedangkan SMA III tetap
menempati gedung di jalan Pemuda 149 Semarang.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
2) Visi Misi
Untuk merespon kebijakan pemerintah di era reformasi yaitu
Otonomi Daerah dibidang pendidikan yang diberlakukan di seluruh
Indonesia, SMA Negeri 3 Semarang menetapkan visi sekolah "Unggul

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Dokumentasi SMAN 03 Semarang, lebih jelasnya liat dalam profil
SMAN 03 Semarang, terlampir
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Ibid
dalam mutu, kepribadian berpijak pada budaya bangsa"
****************************

Berdasarkan pada visi sekolah di atas, segenap warga SMAN 03


Semarang diharapkan mempunyai gambaran yang jelas tentang
keberadaannya dimasa depan yang harus disertai dengan peningkatan
dedikasi dan loyalitas, kerjasama yang baik antara segenap tenaga
kependidikan, siswa dan masyarakat, maka ditetapkanlah misi yang jelas
sebagai berikut :
1. Melaksanakan pembelajaran multi metode dan media berbasis
Information and Communication Technology (ICT) serta
melaksanakan bimbingan secara efektif sehingga setiap peserta didik
berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.
2. Mendorong dan membantu setiap peserta didik untuk mengenali
potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal dan
memiliki kecakapan hidup.
3. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan
beretika moral yang luhur sehingga menjadi sumber kearifan dan
kebijakan dalam bertindak.
4. Menumbuhkan budaya kompetitif dengan semangat keunggulan secara
intensif kepada seluruh warga sekolah.
5. Mendorong warga sekolah untuk mengembangkan kemampuan
berbahasa Inggris, budaya gemar membaca dan menulis
6. Menerapkan manajemen pertisipatif dengan melibatkan seluruh warga
sekolah dan stakeholder sekolah, dalam rangka menuju peningkatan
kualitas pendidikan.
7. Mendorong warga sekolah untuk mengembangkan komunikasi yang
efektif agar tercipta budaya organisasi yang kondusif.
8. Menumbuhkan apersepsi dan apresiasi seni dan budaya bangsa menuju
terbentuknya sikap dan perilaku yang santun dalam
bermasyarakat.††††††††††††††††††††††††††††

****************************
Ibid
Pada proses penerimaan peserta didik, SMAN 03 Semarang
menggunakan empat jalur, yaitu : jalur olimpiade, jalur PSSB, jalur
reguler, dan jalur akselerasi. Jalur olimpiade diperuntukkan bagi calon
peserta didik yang pernah menjuarai peringkat 1 s.d 3 Olimpiade Sains
Nasional (OSN) semua mata pelajaran.
Jalur penerimaan PSSB dibuka sebelum jalur penerimaan
regular dengan mekanisme, setiap SMP mengajukan beberapa calon
peserta didik yang berminat dan dilengkapi dengan data pendukung,
kemudian SMA Negeri 3 melakukan seleksi lebih lanjut. Jalur reguler
dibuka secara bersamaan dengan penerimaan peserta didik di sekolah
negeri lain. Jalur akselerasi dilakukan setelah calon peserta didik
dinyatakan diterima melalui jalur regular, kemudian akan dilakukan
wawancara dan tes bagi yang ingin masuk ke kelas akselerasi.
3) Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan
a) Keadaan pendidik
Jumlah keseluruhan dari tenaga pendidik adalah 81 guru, dengan
rincian sebagai berikut; guru tetap berjumlah 81 orang dan guru tidak
tetapa berjumlah 21 orang, 7 orang guru berijazah S.2, 66 orang guru
berijazah S.1 dan 8 orang guru berijazah D. 3. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Untuk lebih jelasnya lihat tabel 3.1.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Tabel 3.1. Daftar Golongan Tenaga Pendidik dan Karyawan SMAN 03
Semarang
I II III IV
Golongan Jml
A B C D A B C D A B C D A B C
Kepala 1 1
Guru 6 3 3 9 59 80
TU 2 4 2 2 2 2 14
b) Keadaan tenaga kependidikan
Sedangkan Tenaga Kependidikan (karyawan) seluruhnya
berjumlah 14 orang, dengan rincian 1 orang berijazah S1, 6 orang

††††††††††††††††††††††††††††
Ibid
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid
§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Ibid
berijazah SLTA, 6 orang berijazah SLTP dan 1 orang berijazah SD.
Lebih jelasnya lihat rincian tabel 3.2. :*****************************
Tabel 3.2. Daftar Jenjang Pendidikan Tenaga Pendidik dan Karyawan
SMAN 03 Semarang
SLT SLT SM/D.
Pendidikan SD S.1 S.2 Jml
P A 3
Guru Tetap / PNS 8 66 7 81
TU / PNS 1 6 6 1 14

4) Keadaan Peserta Didik


Jumlah peserta didik SMAN 03 Semarang mengalami
peningkatan tiap tahunnya, hal ini sebanding dengan kualitas peserta didik.
Dapat dilihat dari orientasi jurusan yang mana lebih dari 70% masuk ke
program jurusan IPA sedangkan sisanya masuk ke program jurusan IPS.
Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik SMAN 03 Semarang
mempunyai IQ tinggi maupun di atas rata-rata. Karena sesuai tes IQ
bahwa yang cocok masuk ke program jurusan IPA adalah peserta didik
yang mempunyai IQ tinggi atau di atas rata-rata. †††††††††††††††††††††††††††††
Tabel 3.3. Rekap Daftar Peserta Didik SMAN 03 Semarang Tahun Pelajaran
2009/2010
KELAS L P LP
X 185 277 462
XI – Ilmu Alam 182 240 422
XI – Ilmu Sosial 30 37 67
XI 212 277 489
XII – Ilmu Alam 161 244 405
XII – Ilmu Sosial 40 66 106
XII 201 308 509
X – AKSEL 10 10 20
XI – AKSEL 11 8 19
AKSELERASI 21 18 39

*****************************
Ibid
†††††††††††††††††††††††††††††
Ibid
JUMLAH TOTAL 619 880 1499
5) Struktur Organisasi
Untuk memperlancar mekanisme kerja suatu lembaga, termasuk
di SMAN 03 Semarang, sangat dibutuhkan adanya kejelasan struktur
kewenangan di dalam organisasinya. Pembagian struktur yang jelas pada
masing-masing bidang memudahkan ruang kerja berdasarkan tugas dan
kewajiban serta dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab untuk
menjalin kerjasama yang efektif
Secara struktural susunan pengurus SMAN 03 Semarang dapat
digambarkan dalam bagan berikut :‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

KEPALA SEKOLAH
Drs. Hadi Waluyo

KOMITE KA. TATA USAHA


Suratman, S.Pd

WAKASEK WAKASEK WAKASEK WAKASEK


UR. KURIKULUM UR. KESISWAAN UR. SA.PRAS UR. KER DAN KOM

Drs. Kamta Agus, S Soleh Amin, S. Pd Dra. Prillantini S. Drs. H.Didik


Soleh Amin, S.Pd Pradigdo
Wali Kelas

Guru

Murid
Gambar 1: Susunan Pengurus SMAN 03 Semarang

B. PEMBELAJARAN PAI DI SMAN 03 KOTA SEMARANG


1) Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
a) Guru
Guru di SMAN 03 Semarang, khususnya PAI diharapkan
mampu memenuhi standar profesionalisme seorang guru. Berbagai
cara sudah ditempuh dengan standar minim seorang guru PAI di
SMAN 03 Semarang adalah S.1 dengan kemampuan sesuai dengan

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Ibid
kompetensi jurusan masing-masing. Dari jumlah 4 orang guru PAI
yang ada di SMAN 03 Semarang, 2 orang berijazah S.1 dan 2 orang
berijazah S.2 membuktikan profesionalisme menjadi faktor penting
dalam proses belajar mengajar.§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
b) Metode pembelajaran
Untuk menyampaikan materi PAI kepada peserta didik, guru
SMAN 03 Semarang mempunyai beberapa metode. Adapun metode-
metode yang digunakan antara lain :******************************
Ø Metode Ceramah
Suatu penyampaian materi secara lisan oleh pengajar di depan
kelas, dan warga belajar sebagai penerima pesan, mendengarkan,
memperhatikan dan mencatat materi yang dirasa penting.
Ø Metode Tanya Jawab
Penyajian materi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
dan siswa memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberi
kesempatan bertanya dan guru menjawab.
Ø Metode Diskusi
Dengan memperdebatkan suatu masalah yang timbul dan saling
mengadu argumen secara rasional dan objektif
Ø Problem Solving
Dalam metode ini, para peserta didik, dipersilahkan untuk
memaparkan masalah yang berkaitan dengan individu mereka,
kemudian dari permasalahan yang sudah mereka sampaikan,
pengajar berusaha membantu mencari problem solving secara
bersama-sama, dan beberapa metode lain yang digunakan sesuai
dengan kebutuhan peserta didik

§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Hasil wawancara dengan guru PAI SMAN 03 Semaramng Bpk
Anwari pada tanggal 07 November 2009
******************************
Hasil wawancara dengan guru PAI SMAN 03 Semaramng Ibu
Ashomah pada tanggal 07 November 2009
c) Sarana prasarana
Untuk mendapatkan hasil maksimal dalam pembelajaran PAI
di SMAN 03 Semarang, guru dan pihak sekolah yang terkait mencoba
memberikan fasilitas atau sarana – prasarana sebagai penunjang proses
belajar mengajar khususnya dalam penanaman nilai anti korupsi di
sekolah, diantaranya : kantin kejujuran, Mushola, alqur’an dan buku-
buku keagamaan.††††††††††††††††††††††††††††††
2) Kurikulum PAI di SMAN 03 Semarang
a) Kurikulum
Kurikulum‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ merupakan seperangkat
dan pengaturan mengenai isi bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman untuk menggunakan aktivitas belajar
mengajar.
Kurikulum dipandang program pendidikan yang direncanakan
dan dilaksanakan dalam mencapai tujuan pendidikan. Oleh karenanya,
kedudukan kurikulum dalam aktivitas belajar mengajar sangat krusial.
Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 19.
Dalam hal ini, SMAN 03 Semarang menerapkan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), di mana dalam pelaksanaannya
dalam pembelajaran diserasikan dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini
juga sesuai dengan perkembangan kurikulum di dunia pendidikan kita.
KTSP tersebut disusun berdasarkan Standar Kompetensi yang telah
ditentukan oleh Departemen pendidikan Nasional, berdasarkan

††††††††††††††††††††††††††††††
Ibid
‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡
Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu
curir yang berarti ”berlari” dan curere yang artinya ”tempat berpacu”. Dengan demikian istilah
kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang mengandung
pengertian jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis finish. Selanjutnya,
istilah kurikulum ini digunakan dalam dunia pendidikan dan mengalami perubahan makna sesuai
sesuai dengan perkembangan dan dinamika yang ada pada dunia pendidikan. Lihat Dr. Abdullah
Idi, M. Ed, Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik, (Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2007), hlm.
184.
kompetensi guru dan peserta didik dalam mengembangkan ilmu
(pelajaran).
Pada hakikatnya, ruang lingkup atau luas mendalamnya bahan
Pendidikan Agama Islam (PAI), tergantung pada jenis dan jenjang
pendidikan yang bersangkutan. Semakin tinggi jenjang pendidikan,
maka ruang lingkup kajiannya menjadi lebih luas dan mendalam. Pada
tingkat Sekolah Dasar (SD) penekanan diberikan kepada empat unsur
pokok, yaitu keimanan, ibadah, Al-Qur’an dan akhlak. Sedangkan
pada tingkat SLTP dan SMU, disamping empat unsur pokok tersebut,
maka unsur pokok mu’amalah dan syari’ah semakin dikembangkan,
dan unsur tarikh diberikan secara seimbang pada setiap satuan
pendidikan.
Adapun deskripsi tentang kurikulum Pendidikan Agama Islam
(PAI) di Sekolah menengah Umum (SMU), terkait dengan unsur-
unsur pokok dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) tersebut, adalah
sebagai berikut : §§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
1. Aqidah
Aqidah atau keimanan merupakan salah satu unsur wajib
dalam kurikulum PAI. Pada tingkat SMA, unsur pokok keimanan,
penekanan diberikan pada peningkatkan keimanan kepada Allah
melalui pemahaman sifat-sifatNya dalam Asmaul Husna dan
Meningkatkan keimanan kepada Malaikat. Adapun deskripsi
tentang materi keimanan dalam pelajaran PAI Sekolah Menengah
Atas adalah sebagai berikut:
a. Kelas X
Pada semester pertama/ganjil materi aqidah lebih kepada
pemahaman tentang asma’ul husna mulai dari menjelaskan,
memahami dan mempraktikan perilaku yang mencerminkan
keimanan terhadap 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna.
Pada semester kedua/genap materi aqidah menjelaskan tentang
pemahaman untuk mengetahui dan menyakini sifat-sifat
malaikat Allah SWT.

§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§§
Silabus mata pelajaran PAI SMAN 03 Semarang kelas I, II dan
III
b. Kelas XI
Pada semester pertama/ganjil materi aqidah tentang
meningkatkan keimanan kepada Rasul-rasul Allah yaitu
menjelaskan tanda –tanda beriman, menjelaskan contoh
beriman serta menampilkan perilaku yang mencerminkan
keimanan kepada Rasul-rasul Allah dalam kehidupan sehari-
hari.
Semester dua /genap materi aqidah tantang meningkatkan
keimanan kepada Kitab-kitab Allah, yaitu ; menampilkan
perilaku dan menerapkan hikmah beriman kepada Kitab-kitab
Allah
c. Kelas XII
Semester pertama materi aqidah tentang meningkatkan
keimanan kepada Hari Akhir yaitu : menampilkan perilaku
yang mencerminkan keimanan terhadap Hari Akhir serta
menerapkan hikmah beriman kepada hari akahir.
Semester dua/ genap materi aqidah tentang meningkatkan
keimanan kepada Qadha’ dan Qadar yaitu : Menjelaskan tanda-
tanda keimanan kepada qadha’ dan qadar dan menerapkan
hikmah beriman kepada qadha’ dan qadar.

2. Akhlaq
Materi akhlak pada kurikulum Pendidikan Agama Islam
(PAI) SMA, ditekankan tidak hanya sebagai sekumpulan aturan
tentang etiket (budi pekerti), akan tetapi akhlak sebagai
kepribadian muslim. Oleh karena itu, materi kurikulum selain
membicarakan adab, maka yang lebih penting adalah mengenai
kualitas kepribadian yaitu sifat-sifat terpuji seperti husnuddzon,
berperilaku sopan dsb.
a. Kelas X
Pada sesmester pertama/ganjil materi akhlak menerangkan
pembiasakan perilaku terpuji mulai dari pengertian
husnuddzon, dan mempraktikkan sifat-sifat husnuddzon dalam
keseharian
Sedangkan semester dua/genap materi akhlak masih pada
pembahasan perilaku terpuji dengan materi pengertian adab
dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan atau
menerima tamu serta dapat memahami sekaligus
mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kelas XI
Semester pertama /ganjil materi akhlak tentang membiasakan
berperilaku terpuji yaitu menjelaskan pengertian, menampilkan
contoh serta membiasakan perilaku bertaubat dan raja` dalam
kehidupan sehari hari.
Semester dua/genap materi akhlak tentang meningkatkan
keimanan kepada Kitab-kitab Allah yaitu ; menampilkan
perilaku yang mencerminkan iman kepada kitab-kitab Allah
serta menerapkan hikmah beriman kepada Kitab-kitab Allah
c. Kelas XII
Semester pertama/ganjil materi akhlak tentang membiasakan
perilaku terpuji yaitu ; menjelaskan pengertian, menampilkan
contoh serta membiasakan perilaku adil, ridha, dan amal shaleh
dalam kehidupan sehari-hari
Semester dua/genap materi akhlak tentang membiasakan
perilaku terpuji dan menghindari perilaku tercela yaitu:
menjelaskan pengertian, menampilkan contoh serta
membiasakan perilaku persatuan dan kerukunan dalam
kehidupan sehari-hari dan menjelaskan pengertian,
menjelaskan contoh serta menghindari perilaku isyraf, tabzir,
ghibah, dan fitnah dalam kehidupan sehari-hari
3. Fiqih
Fiqih adalah segala aturan yang ditetapkan Allah SWT untuk
kepentingan hamba-Nya, yang disampaikan oleh para Nabi dan
oleh Nabi kita Muhammad SAW, baik berkenaan dengan
perbuatan lahir manusia yang disebut amaliah praktis dan
kemudian disusun menjadi ilmu fiqh. Adapun deskripsi tentang
materi syari’ah dalam bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI)
Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah sebagai berikut :
a. Kelas X
Pada semester pertama/ganjil materi fiqih terkait dengan
sumber hukum Islam, hukum taklifi, dan hikmah ibadah yaitu
tentang pengertian, kedudukan dan fungsi Al Qur’an, Al
Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam, sekaligus
memahami dan mempraktikkan dalam kehidupannya.
Semester kedua/genap materi fiqih terkait dengan memahami
hukum Islam tentang zakat, haji dan wakaf yaitu menjelaskan,
mencontohkan dan menerapkan ketentuan perundang-undangan
tentang pengelolaan zakat, haji dan wakaf
b. Kelas XI
Semester pertama/ganjil materi fiqih tentang memahami hukum
Islam tentang Mu’amalah yaitu ; menjelaskan asas-asas
trnsaksi, memberikan contoh dan menerapkan transaksi
ekonomi Islam dalam kehidupan sehari-hari
Semester dua/genap materi fiqih tentang memahami khutbah,
tabligh dan dakwah yaitu ; menjelaskan pengertian,
menjelasakan tata cara dan memperagakan khutbah, tabligh,
dan dakwah
c. Kelas XII
Semester pertama/ganjil materi fiqih tentang memahami hukum
Islam tentang Hukum Keluarga yaitu ; menjelaskan hukum,
hikmah dan menjelaskan ketentuan perkawinan menurut
perundang-undangan di Indonesia
Semester dua /genap materi fiqih tentang memahami hukum
Islam tentang Waris yaitu : memnjelaskan ketentuan-ketentuan
dan Menjelaskan contoh pelaksanaan hukum waris
4. Al Qur’an
Al-Qur’an merupakan pedoman hidup dan petunjuk bagi
manusia, khususnya umat Islam, dan merupakan sumber hukum
Islam yang pertama. Oieh karena itu, al-Qur’an ini perlu
dimasukkan sebagai salah satu unsur pokok dalam bidang studi
Pendidikan Agama Islam (PAI). Adapun materi dalam alqur’an
sebagaimana berikut :
a. Kelas X
Pada semester pertama/ganjil materi alqur’an yaitu ;
memahami ayat-ayat Al-Quran tentang keikhlasan dalam
beribadah seperti membaca dan menulis QS Al An’am: 162-
163 dan Al-Bayyinah: 5 serta mengartikan ayat-ayat dan
menampilkan perilkau ikhlas dalam beribadah.
Semester dua/ genap materi alqur’an yaitu ; Memahami ayat-
ayat Al-Qur’an tentang Demokrasi yang meliputi membaca
dan menulis QS Ali Imran: 159 dan QS Asy Syura: 38 serta
mengartikan ayat-ayat dan menampilkan perilaku hidup
demokratis.
b. Kelas XI
Semester pertama / ganjil materi al qur’an tentang memahami
ayat-ayat Al-Qur’an tentang kompetisi dalam kebaikan dan
perintah menyantuni kaum dhuafa yaitu terkait dengan
membaca menulis,mengartikan serta menampilkan perilaku
berkompetisi dalam kebaikan seperti terkandung dalam QS Al
Baqarah: 148 dan QS Fatir: 32 dan membaca, menjelaskan arti
serta menampilkan perilaku menyantuni kaum du’afa seperti
terkandung dalam QS Al-Isra: 26-27 dan QS Al Baqarah: 177
Semester kedua /genap materi al qur’an tentang memahami
ayat-ayat Al Qur’an tentang perintah menjaga kelestarian
lingkungan hidup yaitu ; membaca, menjelaskan arti dan
membiasakan perilaku menjaga kelestarian lingkungan hidup
seperti terkandung dalam QS Ar Rum: 41- 42, QS Al-A’raf:
56-58, dan QS Ash Shad: 27
c. Kelas XII
Semester pertama /ganjil materi al Qur’an tentang memahami
ayat-ayat al-Qur’an tentang anjuran bertoleransi yaitu :
membaca, menulis menjelaskan arti dan membiasakan perilaku
bertoleransi seperti terkandung dalam QS Al-Kafiruun, QS
Yunus: 40-41, dan QS Al-Kahfi: 29
Semester dua / genap materi al qur’an tentang memahami ayat-
ayat al Quran tentang pengembangan IPTEK yaitu ; membaca,
menjelaskan arti dan melakukan pengembangan iptek seperti
terkandung dalam QS Yunus: 101 dan QS Al-Baqarah: 164

5. Tarikh dan Kebudayaan Islam


Tarikh merupakan salah satu bidang studi dalam pendidikan
agama. Sedangkan dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) di
Sekolah Menengah Umum (SMU), tarikh merupakan salah satu
materi atau unsur pokok dari kurikulum PAI tersebut. Materi tarikh
atau sejarah, dimasukkan dalam kurikulum PAI dengan harapan
sebagai pemberi petunjuk dan suri tauladan yang utama dari
tingkah laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan pribadi
maupun kehidupan sosialnya. Adapun materi tarikh dan
kebudayaan islam sebagaimana berikut :
a. Kelas X
Pada semester pertama/ ganjil dan dua/genap materi tarikh dan
kebudayaan islam tentang memahami keteladanan Rasulullah
dalam membina umat periode Makkah yaitu ; menceritakan dan
mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Rasulullah
SAW periode Makkah.
b. Kelas XI
Semester pertama/ganjil materi tarikh dan kebudayaan islam
tentang memahami perkembangan Islam pada abad
pertengahan ( 1250 – 1800 ) yaitu ; menjelaskan dan
menyebutkan contoh peristiwa perkembangan Islam pada abad
pertengahan.
Sedangkan semester dua/genap materi tarikh dan kebudayaan
islam tentang memahami perkembangan Islam pada masa
modern (1800 – sekarang) yaitu : menjelaskan dan
Menyebutkan contoh peristiwa perkembangan Islam masa
modern
c. Kelas XII
Semester satu/ganjil materi tarikh dan kebudayaan islam
tentang memahami perkembangan Islam di Indonesia yaitu :
menjelaskan, menampilkan contoh dan Mengambil hikmah dari
perkembangan Islam di Indonesia
Semester dua /genap materi tarikh dan kebudayaan islam
tentang memahami perkembangan Islam di dunia yaitu :
menjelaskan, menampilkan contoh dan mengambil hikmah dari
perkembangan Islam di dunia
b) Tenaga pendidik
Jumlah keseluruhan dari tenaga pendidik PAI di SMAN 03
Semarang adalah 4 guru, dengan rincian sebagai berikut; 2 orang
dengan ijazah S1, dan 2 orang berijazah S.2 dengan peserta didik
dengan waktu 90 menit/pertemuan dalam satu minggu.*

*
Wawancara dengan guru PAI SMAN 03 Semarang bapak Anwari pada tanggal 07
November 2009
C. PENANAMAN NILAI ANTI KORUPSI MELALUI PEMBELAJARAN
PAI DI SMAN 03 SEMARANG
1) Nilai-nilai Anti korupsi dalam pembelajaran PAI
Ada banyak materi yang disampaikan dalam pembelajaran PAI
di sekolah guna menunjang penanaman nilai-nilai anti korupsi pada
peserta didik, materi-materi tersebut diantaranya adalah : †
a. Aqidah Akhlaq
Nilai-nilai anti korupsi dalam dalam materi aqidah akhlak
menjadi salah satu motor penggerak penanaman nilai anti korupsi di
sekolah, dalam materi akhlak peserta didik di beri pelajaran bagaimana
bersikap dan bertingkah laku dalam sehari-hari khususnya sifat-sifat
terpuji seperti amanah (jujur), adil, qona’ah dll.‡
Aqidah atau keimanan merupakan bagian dari upaya pendidik
menanamkan nilai-nilai anti korupsi di sekolah, keimanan secara tidak
langsung dapat membuat peserta didik dengan sendirinya akan
berperilaku jujur, adil, dsb.§ Sehingga peserta didik setelah
mendapatkan materi tersebut bisa menanamkan dalam dirinya untuk
berperilaku anti korupsi dalam sehari-hari.
b. Al Qur’an
Dalam materi al qur’an peserta didik di harapkan mampu
memahami dalil sekaligus melaksanakan sesuai dengan ketentuan
ajaran islam yang ada di al qur’an dan sunnah nabi, khususnya yang
terkait dengan sifat-sifat terpuji. Sehingga peserta didik mampu
membaca, memahami dan mengetahui dalil-dalil tentang ajaran islam
khususnya yang terait dengan nilai-nilai anti korupsi, seperti jujur, adil
dsb. **


Dokumen Silabus PAI kelas I, II dan III SMAN 03 Semarang

Silabus PAI kelas I, II, dan III SMAN 03 Semarang
§
Hasil wawancara dengan guru PAI SMAN 03 Semarang Ibu Ishomah, pada tanggal 07
November 2009
**
Silabus PAI kelas I, II, dan III SMAN 03 Semarang
c. Fiqih
Fiqih adalah segala aturan yang ditetapkan Allah SWT untuk
kepentingan hamba-Nya, yang disampaikan oleh para Nabi dan oleh
Nabi kita Muhammad SAW, baik berkenaan dengan perbuatan lahir
manusia yang disebut amaliah praktis dan kemudian disusun menjadi
ilmu fiqh. Dalam materi fiqih, dapat di ambil pelajaran bagaimana
manusia bertindak, berinteraksi dengan sesama khusunya masalah
mu’amalah. ††
d. Tarikh nabi
Materi tarikh atau sejarah, dimasukkan dalam kurikulum PAI
dengan harapan sebagai pemberi petunjuk dan suri tauladan yang
utama dari tingkah laku manusia yang ideal, baik dalam kehidupan
pribadi maupun kehidupan sosialnya. Sifat amanah, adil, Qona’ah dll
dari seorang nabi atau para sahabatnya, merupakan inti dari pelajaran
ini yang kemudian di harapkan peserta didik mampu mengikuti sifat
dan tindakan nabi dan para sahabatnya walaupun tidak harus sama
persis.‡‡
2) Penanaman nilai –nilai anti korupsi dalam pembelajaran PAI
Ada banyak materi yang disampaikan dalam pembelajaran PAI
di sekolah guna menunjang penanaman nilai-nilai anti korupsi pada
peserta didik, materi-materi tersebut diantaranya adalah : §§
a. Pembelajaran di dalam kelas
Penanaman nilai antikorupsi di sekolah merupakan cara yang
baik untuk mencegah terjadinya tindakan korupsi sejak dini.
Keberadaan mata pelajaran PAI dengan teorinya adalah usaha dari
pada SMAN 03 dalam penanaman nilai anti korupsi di sekolah. Peserta
didik menerima teori-teori di dalam kelas, baik teori tentang
pembelajaran agama atau pembelajaran moral. Ada beberapa hal yang

††
Ibid
‡‡
Ibid
§§
Dokumen Silabus PAI kelas I, II dan III SMAN 03 Semarang
harus diperhatikan dalam penanman nilai-nilai anti korupsi di kelas,
diantaranya :
v Kurikulum
Dalam kurikulum pendidikan agama Islam SMAN 03
Semarang, pendidikan anti korupsi sebenarnya belum menjadi
materi inti atau sub pokok dalam mata pelajaran PAI. Akan tetapi,
secara implisit nilai-nilai moral khusus untuk anti korupsi sub
pokok pembahasan sifat-sifat terpuji (mulai dari kejujuran, syukur,
adil, dll.), sudah menjadi konsumsi peserta didik saat proses
belajar-mengajar mata pelajaran PAI dilaksanakan.
Upaya menanamkan nilai-nilai moral pun dalam
kurikulum tidak harus dengan materi yang bersangkutan dalam hal
ini kejujuran atau keadilan, semisal dalam materi jual beli antara
penjual dan pembeli tidak diperkenankan untuk berbohong atau
merugikan salah satu pihak karena hal ini akan menceridai azaz
kejujuran dan keadilan.
Seperti yang di ungkapkan salah seorang guru : “Materi
jual beli bisa juga bisa melatih siswa jujur dalam aqad jual beli
antara penjual dan pembeli diperkenankan untuk saling terbuka
dengan barang yang akan diperjualbelikan.”*** Seperti yang di
ungkapkan Eryana, “Di dalam kelas kita mencoba untuk simulasi
nilai-nilai anti korupsi seperti jujur, adil dll. sehingga kita dapat
mengetahui lebih jelas tentang korupsi, penyebab dan cara
mengatasinya”†††
Dari persoalan di atas, penanaman nilai-nilai moral di
sekolah khususnya kejujuran/keadilan tidak lagi harus dengan
materi kejujuran, semua materi mempunyai kesempatan yang sama
untuk menerangkan dan menjelaskan sesuai dengan disiplin ilmu

***
Hasil wawancara dengan ibu Ashomah guru SMAN 03 Semarang, pada tanggal 07
November 2009
†††
Wawancara dengan Eryana siswi kelas XII IPA SMAN 03 Semarang, pada tanggal 15
Desember 2009.
yang di ajarkan dengan menggunakan perspektif mata pelajaran
masing-masing.
v Guru
Guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang kerap
kali berhadapan dengan peserta didik dalam proses pendidikan.
Oleh karena guru merupakan tenaga kependidikan, maka guru pun
bertanggungjawab atas terselenggaranya pembinaan kesiswaan di
sekolah secara umum dan secara khusus terpadu dalam setiap mata
pelajaran yang menjadi tanggung jawab masing-masing. Dengan
demikian, setiap guru sebagai pendidik seyogianya memahami,
menguasai, dan menerapkan kompetensi bidang pembinaan
kesiswaan.
Profesionalisme sangat penting kaitannya dalam
pembelajaran PAI terlebih dalam menanamkan nilai anti korupsi di
sekolah, selain guru sebagai seorang pendidik dia harus bisa
menjadi suritauladan bagi peserta didik. Di SMAN 03 Semarang
ada 4 guru agama 2 guru lulusan S.1 dan 2 lagi lulusan S.2,
pendidik agama di SMAN 03 Semarang dianggap cukup karena
guru fokus dengan mata pelajaran sesuai dengan
‡‡‡
kemampuannnya.
Keteladanan dari seorang guru adalah kunci pokok peserta
didik akan mengikuti apa yang kita nasihatkan. Di samping guru
memberi nasihat kepada peserta didik guru harus mampu
menjalankan apa yang di nasihatkan. Semisal, guru sering
menyarankan peserta didik untuk saling tolong - menolong antar
sesama. Seorang guru harus mampu membuktikan kepada peserta
didik bahwa dia melaksanakan apa yang disarankan baik antar
sesama guru atau terhadap pesrta didik yang sedang membutuhkan
pertolongan.

‡‡‡
Hasil wawancara dengan guru SMAN 03 Semarang, Bpk Anwari pada tanggal 07
November 2009
Seperti yang diungkapkan salah seorang guru agama :
“Dalam pemberian nilai ujian saya lebih apresiasi dengan peserta
didik yang jujur tapi mendapatkan nilai pas-pasan dibanding
peserta didik yang mendapat nilai bagus tapi hasil contekan”.§§§
Senada dengan apa yang di ungkapkan oleh seorang guru,
salah seorang siswi berkata : “Ada rasa puas di dalam hati ketika
soal tugas atau ujian dikerjakan sendiri, apalagi kalau mendapat
nilai bagus” . **** Disini terlihat seorang guru mencoba
memberitahukan kepada peserta didik bahwasanya kejujuran
sangatlah penting dalam kehidupan dan tidak akan merugikan diri
sendiri.
v Peserta didik
Peserta didik di SMAN 03 Semarang dituntut untuk
melatih kesadarannya, ini terlihat ketika jam masuk kelas peserta
didik mencari ruangan yang akan digunakan dalam proses belajar
mengajar sedangkan guru menunggu di dalam kelas, kemudian
peserta didik melakukan absensi lewat komputer.
Proses yang demikian, adalah bagian dari pada melatih
peserta didik agar sadar, mandiri serta tangung jawab dengan
perannya sebagai peserta didik. Sehingga dalam setiap kali
pembelajaran peserta didik tidak akan mengalami kejenuhan
dengan suasana yang baru.
Proses pembelajaran moral di SMAN 03 Semarang,
terutama pendidikan anti korupsi dilakukan terhadap peserta didik.
Proses ini dilakukan oleh guru agama kepada peserta didik. Di
antara materi yang disampaikan dalam kelas, antara lain : ††††

§§§
Hasil wawancara dengan guru agama SMAN 03 Semarang Ibu Ashomah, pada tangal
07 November 2009
****
Wawancara dengan Eryana siswi kelas XII IPA SMAN 03 Semarang, pada tanggal
15 Desember 2009.
††††
Silabus mata pelajaran PAI kelas X-XII SMAN 03 Semarang
1. Membiasakan perilaku terpuji
Perilaku terpuji disini diharapkan peserta didik mampu
untuk membiasakan berbuat sesuatu yang tidak merugikan
dirinya dan orang lain. Semisal jujur, adil, husnuddhon, ikhlas.
dll
2. Menghindari perilaku tercela
Disamping perilaku terpuji peserta didik harus
mewaspadai perilaku tercela, yang mana perilaku ini akan
dapat mengakibatkan bahaya baik untuk dirinya maupun orng
lain. Seperti ; riya’, sombong, dll.
3. Meneladani perilaku rasulullah / nabi
Untuk memiliki akhlak yang mulia, peserta didik
dianjurkan selain untuk mempelajari, memahami sifat-sifat
rasulullah, peserta didik dianjurkan meneladani sifat-sifat
rasulullah SAW, yaitu ; sidiq, amanah, dll., walaupun tidak
harus sama persis.
4. Menampilkan perilaku ikhlas
Dalam kehidupan sehari-hari peserta didik dituntut
untuk beribadah atau menjalankan syari’at dengan didasari
keikhlasan. Dengan perilaku ikhlas orang tidak akan mudah
terpancing untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan
orang lain.
v Media Pembelajaraan
Media pembelajaran juga diperlukan dalam proses belajar
mengajar. Dengan media, pesan yang terkandung dalam
pembelajaran dituangkan dalam komunikasi verbal (kata-kata dan
tulisan) dan non verbal (gambar visual). Media pembelajaran
sangat bermanfaat agar penyampaian pesan pembelajaran dapat
lebih terstandar,
Pembelajaran dapat lebih menarik, meningkatkan
interaktif siswa dalam menerapkan teori belajar, mempersingkat
waktu pembelajaran dan kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan.
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan
bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Dalam proses pembelajaran PAI terdapat beberapa
fasilitas sebagai penunjang pembelajaran PAI di sekolah sebagai
upaya untuk menanamkan nilai-nilai anti korupsi di sekolah,
diantaranya : ‡‡‡‡
1. Kelas
Kelas salah satu bagian terpenting dalam pembelajaran peserta
didik di SMA 3 Semarang, ada 2 kelas untuk proses belajar
mengajar PAI dan satu kelas terdapat 2 guru agama.
2. Internet
Internet merupakan alat penunjang pembelajaran PAI yang ada
di kelas, diharapkan dengan adanya internet informasi yang
terkait dengan mata pelajaran dapat di akses dengan cepat agar
guru dan peserta didik mampu melihat dan memberikan
tanggapan atas situasi kekinian.
3. LCD
Dengan adanya LCD diharapkan guru dan peserta didik dapat
melihat informasi yang ada di internet secara bersamaan.
Sehingga memudahkan pembeljaran yang ada di kelas.
4. Mushola
Mushola sebagai penunjang pembelajaran PAI di sekolah
selain menjadi tempat ibadah mushola di SMAN 03 Semarang
dijadikan sebagai kelas bagi peserta didik.

‡‡‡‡
Observasi di kelas agama SMAN 03 Semarang
v Metode
Untuk menyampaikan materi PAI kepada peserta didik,
guru SMAN 03 Semarang mempunyai beberapa metode. Adapun
metode-metode yang digunakan antara lain : §§§§
1. Metode Ceramah
Suatu penyampaian materi secara lisan oleh pengajar di depan
kelas, dan warga belajar sebagai penerima pesan,
mendengarkan, memperhatikan dan mencatat materi yang
dirasa penting.
2. Metode Tanya Jawab
Penyajian materi dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan dan siswa memberikan jawaban, atau sebaliknya
siswa diberi kesempatan bertanya dan guru menjawab.
3. Metode Diskusi
Dengan memperdebatkan suatu masalah yang timbul dan saling
mengadu argumen secara rasional dan objektif
4. Problem Solving
Dalam metode ini, para peserta didik, dipersilahkan untuk
memaparkan masalah yang berkaitan dengan individu mereka,
kemudian dari permasalahan yang sudah mereka sampaikan,
pengajar berusaha membantu mencari problem solving secara
bersama-sama.
Suatu ketika ada kasus seorang murid mencuri, guru
jangan sampai memberikan hukuman langsung kepada kepada
peserta didik tanpa mendengarkan alasannya, walaupun sekolah
akan memberikan tindakan yang tegas terhadap pelaku. Disini
sosok guru diuji bagaimana dia bisa menjadi seorang tua yang
*****
tidak akan rela melihat anaknya di hukum. Dari sini dapat
dijadikan pengalaman guru harus bisa menjadi teman, sahabat,
§§§§
Hasil wawancara dengan guru PAI SMAN 03 Semaramng Ibu Ashomah pada
tanggal 07 November 2009
*****
Ibid
orang tua, sehingga peserta didik tidak akan merasa takut atau
terkucilkan setiap kali mengikuti pelajaran.
b. Pembelajaran di luar kelas
v Kantin Kejujuran
Di dalam proses pembelajaran PAI peserta didik
ditanamkan untuk jujur pada diri sendiri dan jujur pada orang lain,
ini terkait dengan sifat-sifat terpuji yang harus dilaksanakan peserta
didik yang notabene diciptakan sebagai makhluk individu
sekaligus makhluk sosial.
Penanaman nilai anti korupsi bukan hanya dilaksanakan
pada saat pembelajaran PAI, akan tetapi sudah merambah ke
lingkungan sekolah. Selain di kelas kantin adalah tempat yang
paling representatif untuk mengetahui sejauh mana kejujuran
peserta didik di SMAN 03 Semarang. Di kantin ini peserta didik
ditanamkan untuk jujur pada diri sendiri dan jujur pada orang lain,
diantaranya pada saat makan peserta didik diberi kebebasan
mengambil sendiri jajan dan makanan dan sejenisnya tanpa
dilayani.
Di kantin kejujuran SMAN 03 Semarang misalnya, peserta
didik pada saat jajan diberi kebebasan untuk mengambil sendiri
makanan yang diinginkan kemudian membayar sesuai dengan tarif
yang ditentukan pengelola kantin.
Penjual (pengelola katin) tidak mengawasi berapa jajanan
yang di ambil atau yang di makan, semua dilakukan sendiri oleh
siswa (mengambil sendiri, menghitung sendiri, membayar dan
mengambil kembalian sendiri).†††††
Seperti yang di katakan sampaikan peserta didik :
“Di kantin ini peserta didik membayar sesuai dengan apa
yang dia ambil, dan sudah disediakan 2 kotak satu untuk
pembayaran dan satunya lagi untuk pengembalian.

†††††
Wawancara dengan pengelola kantin SMAN 03 Semarang ibu Tri Ambawani pada
tanggal 15 Desember 2009
Misalnya saya beli jajan harganya Rp 500 dan saya
membawa uang Rp 1000, saya tinggal masukkan uang saya
pada kotak pembayaran dan ambil uang di kotak
pengembalian. Pada saat evaluasi hasilnya lumayan bagus
walaupun kadang – kadang untung kadang-kadang rugi
”‡‡‡‡‡
Pernah ada kasus seperti disampaikan salah seorang
pengelola kantin :
“Bahkan ada juga yang sudah makan dan lupa bayar tapi
ketika ia ingat pada saat perjalanan pulang naik angkutan,
dia turun dan balik lagi ke sini untuk membayar makanan
itu, maaf bu, aku baru ingat waktu mau pulang jadi balik
lagi kesini walaupun tidak ada ukuran yang jelas dengan
adanya kantin kejujuran ini sudah memberikan bukti siswa
di SMAN 03 Semarang membiasakan diri dengan sifat
jujurnya”§§§§§

v Keluarga
Sekolah meminta peran keluarga lebih bisa meluangkan
waktunya untuk mendampingi anaknya. Hal ini berdasarkan waktu
yang relative sedikit dimiliki guru, khususnya guru agama.
Sehingga tidak bisa mengontrol dan mengawasi lansung peserta
didik setelah pulang dari sekolah.
Keluarga merupakan kunci utama pendidikan anak. Dengan
perhatian dan pendampingan yang penuh dari keluarga, anak
terbiasa baik di rumah, di sekolah pun tidak ada masalah yang
berarti. Upaya melibatkan peran orang tua ini dilakukan jika ada
kasus peserta didik yang nakal.******

‡‡‡‡‡
Wawancara dengan Eryana siswi kelas XII IPA SMAN 03 Semarang, pada tanggal
15 Desember 2009.
§§§§§
Wawancara dengan ibu Tri Ambawani pengelola kantin kejujuran di SMAN 03
Semarang pada tanggal 15 desember 2009
******
Wawancara guru PAI SMAN 03 Semarang bapak Anwari, pada tanggal 07
November 2009
D. KENDALA IMPLEMENTASI PENANAMAN NILAI ANTI KORUPSI
DALAM PEMBELAJARAN PAI DI SEKOLAH
1) Pembelajaran di Dalam Kelas
a. Kurikulum
Kurikulum adalah bagian terpenting dalam pembelajaran yang
menjadi landasan berpijak setiap kali melakukan proses belajar
mengajar akan tetapi dalam penanaman nilai-nilai anti korupsi di
sekolah terdapat persoalan terkait dengan kurikulum, diantaranya :
pertama, materi PAI mulai dari kelas X –XII di SMAN Semarang
terlalu banyak sehingga murid belum bisa memahami, dan
melaksanakan ilmu secara maksimal. Kedua, materi yang disuguhkan
belum mengkhususkan pada pendidikan anti korupsi, sehingga
pembahasan dan persoalan yang terkait dengan korupsi tidak
seutuhnya.
b. Guru
Proses pembelajaran moral di SMAN 03 Semarang khususnya
nilai-nilai antikorupsi yang dilakukan di dalam kelas adalah bagian
dari usaha sekolah menanamkan nilai-nilai anti korupsi pada generasi
yang akan datang. Akan tetapi ada beberapa persoalan ketika ini
dilakukan oleh guru agama saja, dengan jumlah jam yang hanya
sembilan puluh menit dalam satu minggu, menjadi kesulitan tersendiri
bagi pelaksanaan penanaman nilai antikorupsi. Selain itu, antara guru
dan peserta didik terkadang menjadi hambatan tersendiri ketika
keduanya sudah keluar dari lingkungan sekolah, ini menyebabkan guru
tidak mampu mengontrol dan mengawasi pesera didik dengan
maksimal.
c. Peserta didik
Keberadaan peserta didik sangat penting guna menunjang
suksesnya gerakan anti korupsi di sekolah, namun ada beberapa
catatan yang membuat peserta didik sulit atau bahkan tidak
menanamkan nilai anti korupsi dalam keseharian-nya, yaitu pertama
waktu yang relatif sedikit di sekolah menjadikan peserta didik tidak
maksimal dalam menanamkan nilai-nilai anti korupsi. Kedua,
lingkungan yang salah akan menjadikan peserta didik rawan dengan
situasi dan kondisi yang fatal bagi proses kehidupannya, ketiga konflik
kaluarga sangat berpengaruh terhadap psikologis bagi peserta didik
saat di sekolah.
d. Manajemen kelas
Dari sisi manajemen, memang sudah ada pembagian terkait
dengan kelas akan tetapi dengan banyaknya peserta didik dengan
hanya 2 kelas agama sehingga sering terjadi benturan jam pelajaran
yang menyebabkan peserta didik dan guru mencari tempat terdahulu
sebelum melaksanakan proses belajar mengajar.

2) Pembelajaran di Luar Kelas


a. Kantin Kejujuran
Dalam pelaksanaan kantin kejujuran SMAN 03 Semarang bukan
berarti tanpa kendala, dibutuhkan pengelolaan yang lebih baik dan
profesional untuk mencapai hasil maksimal. Banyak yang harus
diperbaiki dalam pelaksanaan penanaman nilai-nilai anti korupsi di
kantin kejujuran SMAN 03 Semarang, mulai dari Manajemen
pengelolaan, pengawasan dan kurang lengkapnya sarana prasarana
kantin itu sendiri, sehingga menyebabkan hasil yang kurang maksimal
dalam pengelolaan baik untuk sekolah, pengelola maupun peserta
didik sendiri.
b. Peran Keluarga
Keluarga dari peserta didik kebanyakan dari kalangan ekonomi
menengah ke atas, yang notabene merupakan orang yang sibuk dengan
pekerjaannya. Ini menyebabkan peserta didik kurang mendapatkan
perhatian yang serius dari keluargannya, sehingga banyak anak yang
lepas dari peran dan tanggung jawab keluarga. Mereka hidup dengan
dunia yang sekiranya dapat membuat peserta didik tersebut enjoy
walaupun sebenarnya lingkungan masyarakat ada yang baik dan
adapula yang buruk. Oleh karena itu, keluarga harus bisa kerjasama
dengan semua pihak baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat
untuk menciptakan generasi yang anti korupsi.k
BAB IV
PEMBAHASAN

A. PENANAMAN NILAI ANTI KORUPSI DALAM PEMBELAJARAN


PAI DI SMAN 03 SEMARANG
Penanaman nilai dapat diartikan sebagai wujud aplikasi dari apa
yang diperoleh dari pendidikan yang kemudian ditransformasikan secara sadar
ke dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Penanaman nilai yang dimaksud
dalam hal ini adalah mendorong lahirnya generasi yang mampu
memperbaharui sistem nilai yang sedang berjalan dan melawan beberapa arus
yang kini mulai menggerogoti budaya bangsa, khususnya korupsi.
Bangsa Indonesia akhir-akhir ini tengah menghadapi berbagai
permasalahan yang cukup pelik seputar krisis multi-dimensional serta problem
lain yang menyangkut tatanan nilai yang sangat menuntut adanya upaya
pemecahan secara mendesak. Problematika yang menyangkut tatanan nilai
dalam masyarakat salah satunya adalah problematika korupsi yang tak
kunjung usai. Karena semakin akutnya permasalahan tersebut, sebagian orang
menganggap korupsi di Indonesia sudah menjadi budaya dan epidemi bahkan
virus yang harus segera diperangi bersama.
Fenomena korupsi yang sudah membudaya bagi masyarakat
indonesia, ditambah akhir-akhir ini banyak generasi yang hanya ”gandrung”
akan budaya pragmatis, hedonis, dll., yang menyebabkan carut marutnya
pemerintahan, berbanding terbalik jika dilihat dari struktur masayarakat kita,
mestinya korupsi sulit masuk di negara kita yang notabene disebut bangsa
yang religius, artinya bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan.
Korupsi dapat membuat orang kaya dalam sesaat, korupsi
merupakan tindakan yang merugikan orang lain. Korupsi berarti mengambil
jatah orang lain, atau dapat diartikan mengeksploitasi orang lain untuk
keuntungan pribadinya. untungnya korupsi adalah tidak dikategorikan ke
dalam kategori PEKAT (penyakit masyarakat) sehingga pejabat yang korup
tidak pernah takut terkena razia dari kelompok-kelompok yang anti Pekat atau
FPI (Fron Pembela Islam) yang sering dikategorikan ke dalam Pekat dan
harus dirazia hanyalah pekerja seks, minuman keras, dan judi. Inilah
untungnya menjadi koruptor di Indonesia: sudah pasti kaya dan tidak perlu
takut dirazia oleh warga yang lain. Warga yang lain tidak pernah merasa resah
bila ada seorang pejabat atau anggota DPR yang memiliki rumah dan mobil
mewah melampaui takaran gajinya sebagai pejabat public. Tapi cepat
tersentak bila melihat warung remang-remang tempat mangkalnya pekerja
seks komersial (PSK) atau main kartu.
Konsekuensi dari pandangan masyarakat yang ambivalen melihat
masalah korupsi itu adalah sampai sekarang korupsi masih dianggap sebagai
persoalan hukum semata, tidak pernah dianggap sebagai bentuk kejahatan
yang merugikan masyarakat luas sehingga harus diperangi secara serius. Hal
itu tampak jelas dari opini yang muncul di media massa, baik cetak maupun
elektornik yang menyatakan bahwa pemberantasan korupsi tergantung pada
proses penegakan hukum yang dilakukan oleh pemerintah.
Kini muncul wacana dan kesadaran moral bahwa untuk
memberantas korupsi yang sudah menggurita ke segala lini kehidupan
masyarakat negeri ini, selain melalui mekanisme hukum, juga membangun
filosofi baru berupa penyemaian nalar dan nilia-nilai baru bebas korupsi
melalui pendidikan formal. Hal itu dilakukan karena pendidikan memiliki
posisi sangat vital dalam menyemai pendidikan dan sikap antikorupsi. Melalui
pembelajaran sikap mental dan nilai-nilai moral bebas korupsi di sekolah,
generasi baru Indonesia diharapkan memiliki pandangan dan sikap yang keras
terhadap segala bentuk praktik korupsi.
Pendidikan dapat berperan dalam memberantas korupsi secara tidak
langsung melalui pengaitan materi pembelajaran secara kontekstual dengan
pesan-pesan yang ingin disampaikan berkenaan dengan korupsi. Sehingga
dalam pembelajaran, peserta didik tidak hanya di tekankan pada aspek
kognitif saja dan pendidikan agama islam harus dikembangkan ke arah
internalisasi nilai (afektif) yang tentunya diimbangi dengan aspek kognitif,
sehingga peserta didik timbul dorongan yang kuat untuk mengamalkan ajaran
dan nilai-nilai dasar agama yang telah terinternalisasikan dalam diri peserta
didik.
Banyak kalangan yang mempertanyakan keberhasilan pendidikan
agama di sekolah. Hal ini dikarenakan beberapa alasan : (1) rendahnya minat
dan kemauan untuk belajar agama, (2) rendahnya kesadaran mengamalkan
ibadah, (3) rendahnya kemampuan baca tulis al-Quran, (4) berprilaku
bertentangan dengan ajaran agama yang dianut seperti melakukan tindak
kriminal, anarkhis, premanisme, perkelahian antar pelajar, konsumsi minuman
keras, narkoba, dan lain-lain, (5) masih meluasnya korupsi, kolusi, dan
nepotisme di semua sektor kemasyarakatan. Bahkan terjadinya krisis
multidimensional yang dialami bangsa Indonesia sesungguhnya berpangkal
pada krisis akhlak atau moral. Krisis ini oleh sementara pihak dianggap
sebagai kegagalan pendidikan agama
Kalau kita menilik pada sistem pendidikan nasional yang bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.†††††† Nilai-nilai tersebut mengharuskan adanya usaha
sungguh-sungguh untuk memberikan pendidikan agama yang sebaik-baiknya
kepada generasi muda. Sasaran yang ingin dicapai bukan hanya lahirnya anak
Indonesia yang sekedar kuat penalarannya dan sehat jasmaninya, tetapi
manusia utuh yang kuat pribadinya dan berakhlak mulia. Tujuan ini akan
dapat tercapai jika pendidikan agama dapat diberikan secara tepat dan benar.
Oleh karena itu, penghayatan dan pengamalan ajaran agama menjadi tuntutan
serius, dan sekaligus menjadi ukuran berhasil atau tidaknya praktek
pendidikan agama. ‡‡‡‡‡‡
Dengan demikian, Penanaman nilai antikorupsi tentu sangat relevan
sebagai upaya edukatif mendidik generasi muda yang berkarakter jujur dan
bermoral baik. Tujuan pokoknya, mencegah berlanjutnya siklus korupsi di
††††††
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (pasal 3)
‡‡‡‡‡‡
A. Qodri Azizy, Pendidikan (Agama) Untuk Membangun Etika Sosial,
(Semarang: Aneka Ilmu, 2002), him. 143
masa mendatang. Asumsinya, peserta didik yang menjadi sasaran program
tersebut merupakan generasi masa depan yang diharapkan tidak meneruskan
kebiasaan korupsi.
Implementasi penanaman nilai di SMAN 03 Semarang, terutama
penanaman nilai anti korupsi melalui pembelajaran PAI, terdapat beberapa hal
yang perlu dicermati. Beberapa hal tersebut sesuai hasil observasi antara lain:
1. Pembelajaran di kelas
Penyelenggaraan pendidikan salah satunya melalui jalur
pendidikan formal, yaitu sekolah. Sekolah merupakan tempat belajar yang
diselenggarakan melalui prasarana yang di lembagakan. Sekolah sebagai
organisasi kerja terdiri dari beberapa kelas, baik yang bersifat paralel
maupun berjenjang. Setiap kelas merupakan unit kerja yang berdiri sendiri
dan berkedudukan sebagai sub sistem yang menjadi bagian dari sebuah
sekolah sebagai total sistem. Pengembangan sekolah sebagai total sistem
atau satu kesatuan organisasi sangat tergantung pada penyelengaraan dan
pengelolaan kelas, baik lingkungan masing-masing sebagai unit kerja yang
berdiri sendiri maupun dalam hubungan kerja antara kelas yang satu
dengan yang lain.
Tugas guru dalam kelas adalah membelajarkan siswa dengan
menciptakan kondisi belajar yang optimal, kondisi belajar yang optimal
dapat dicapai jika guru dapat mengatur siswa. Sarana pelajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai
tujuan pelajarannya.
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya
lingkungan (kondisi) belajar yang kondusif. Kondisi belajar tersebut
dipengaruhi oleh berbagai komponen yang saling mempengaruhi,
komponen - komponen itu misalnya tujuan pembelajaran, materi yang
akan diajarkan guru, siswa, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana
belajar mengajar yang tersedia.
Dengan demikian untuk menciptakan situasi yang kondusif demi
untuk memperoleh hasil yang efektif dalam proses belajar mengajar
tidaklah cukup ditunjang oleh penguasaan materi saja, tetapi guru juga
harus mempunyai keterampilan dasar yang diharapkan akan dapat
membantu dalam menjalankan tugas dalam interaksi edukatif.
Keterampilan mengajar merupakan faktor dasar yang harus dimiliki oleh
seorang guru untuk meningkatkan mutu pengajaran, di antaranya adalah
keterampilan pengelolaan kelas yang penting diperhatikan oleh seorang
guru dalam menghadapi murid atau anak didiknya.
Penanaman nilai terutama nilai anti korupsi melalui proses
pembelajaran di kelas di SMAN 3 Kota Semarang, sebagian besar
dilakukan oleh guru agama. Diantara materi yang disampaikan pada
proses pembelajaran di kelas adalah membiasakan sifat-sifat terpuji,
meneladani perilaku Nabi SAW, menghindari sifat-sifat tercela,
membiasakan perilaku ikhlas, , dll., itu semua masuk materi PAI SMA
dalam pokok pembahasan ; aqidah, akhlak, fiqih, Qur’an dan tarikh
kebudayaan islam. §§§§§§
Namun, tata nilai religius yang dilembagakan di sekolah
idealnya mampu membentuk sikap dan perilaku individu warga, sekolah
yang religius pula. Selanjutnya aktualisasi nilai religius mampu
memproduk masyarakat sekolah yang religius.
Guru agama merupakan motor penggerak pendidikan agama,
karena dia adalah pribadi berakhlak yang dicerminkan dalam dirinya
dengan disiplin tinggi, berwibawa, cerdas, gemar belajar, menguasai
metode dan memiliki kepemimpinan. Dia harus tekun bekerja memeriksa
semua penugasan kepada murid, sekaligus memberikan bimbingan,
teguran. dan sanksi karena guru agama yang hanya datang untuk
mengajar, tidak memiliki ikatan emosional dengan siswanya, tidak
berwibawa, adalah awal kegagalan pendidikan agama di sekolah.*******
Walaupun demikian, guru agama 4 orang tidaklah mempunyai
cukup kesempatan untuk mendampingi peserta didik secara maksimal.
§§§§§§
Silabus MAPEL PAI Kelas X – XII SMAN 03 Semarang.
*******
Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam Di Indonesia (Jakarta : Logos wacana
Ilmu , 2004) hlm. 40
Pada prakteknya, tugas mengajar yang dibebankan kepada seorang, guru
agama secara umum hanya sembilan puluh menit. Waktu yang tersedia
tidaklah cukup bagi guru agama untuk mengajarkan pelajaran agama
sekaligus menanamkan nilai kepada para peserta didik.
Oleh karena itu, pembelajaran nilai agama sebenarnya tidak
hanya harus dilaksanakan oleh guru yang mengajarkan mata pelajaran
tertentu, yang dalam hal ini guru agama. Pembelajaran tersebut idealnya
dilakukan bersamaan dengan diajarkannya berbaaai mata pelajaran di
sekolah, karena masing-masing mata pelajaran juga mengandung nilai-
nilai tertentu yang terkait, baik secara langsung maupun tidak, dengan
agama.
Ibnu Miskawaih misalnya, sebagaimana yang dikutip oleh
Muhaimin,††††††† menekankan pentingnya menuntut ilmu matematika,
bukan hanya untuk membina kecerdasannya, tetapi agar si anak terbiasa
dengan kejujuran, mampu menanggung beban pikiran, menyukai
kebenaran, menghindari perbuatan batil dan membenci kebohongan.
Nilai-nilai tersebut juga merupakan pesan pendidikan agama yang
sekaligus dapat mencegah budaya korupsi.
Guru mata pelajaran ekonomi tidak hanya membina peserta
didik agar mampu memahami asas-asas produksi, distribusi, dan
pemakaian barang serta kekayaan, tetapi juga membina mereka memiliki
nilai-nilai hidup yang efisien dan manusiawi. Guru mata pelajaran IPA
membina peserta didik agar memiliki nilai-nilai hidup yang rasional-etik,
guru mata pelajaran IPS mengembangkan dan inendidikkan nilai-nilai
hidup sosial kekeluargaan, kemasyarakatan, persatuan, persaudaraan, dan
lain-lain.
Semua nilai hidup yang disampaikan oleh masing-masing guru
mata pelajaran tersebut harus dikonsultasikan dengan nilai-nilai agama
atau nilai ilahi sebagai nilai tertinggi yang bersumber dari Allah, Tuhan

†††††††
Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Pendidikan
Islam (Jakarta : raja grafindo , 2006) hlm. 104
Yang Maha Esa. Dengan kata lain, ia menjadi sumber atau pusat
konsultasi dari mata pelajaran-mata pelajaran lainnya, karena pendidikan
agama yang memuat nilai-nilai ilahi tersebut memiliki kedudukan vertikal
yang lebih tinggi daripada nilai-nilai hidup lainnya.‡‡‡‡‡‡‡
Pendidikan agama hendaknya dapat mewarnai kepribadian
anak, sehingga agama itu benar-benar menjadi bagian dari pribadinya
yang akan menjadi pengendali dalam hidupnya di kemudian hari. Untuk
tujuan pembinaan pribadian itu, maka hendaknya diberikan oleh guru
yang benar-benar tercermin agama itu dalam sikap, tingkah laku, gerak-
gerik, cara berpakaian, cara berbicara, cara menghadapi persoalan dan
dalam keseluruhan pribadinya.§§§§§§§
Dari sini jelas bahwa sebenarnya dalam setiap mata pelajaran
yang diajarkan oleh guru mengandung nilai-nilai yang dapat mencegah
merebaknya budaya korupsi. Dengan demikian, upaya pembinaan nilai
idealnya bukan hanya menjadi tanggung jawab dari guru pendidikan
agama saja, tetapi para guru dan tenaga kependidikan lainnya juga ikut
bertanggung jawab melalui upaya pembinaan nilai sesuai dengan
bidangnya masing-masing.
2. Pembelajaran di luar kelas
Proses pembelajaran yang menyenangkan adalah cara terbaik
untuk mengajak anak didik belajar lebih baik. Proses pembelajaran itu bisa
dilakukan lewat sebuah permainan yang mendidik atau praktik langsung di
lapangan dan dapat diterapkan pada hampir semua mata pelajaran.
Bahkan, bukan tidak mungkin kita bisa menggabungkan dua mata
pelajaran sekaligus dalam suatu pembelajaran. Misalnya antar pelajaran
PAI dan Penjaskes. Misalkan saja pengamatan terhadap gerakan sholat.
Dari sisi PAI bisa dipelajari mengenai syarat dan rukunnya sholat
sedangkan dari sisi penjaskes di setiap gerakan sholat mengandung makna
kesehatan bagi anggota tubuh.
‡‡‡‡‡‡‡
Ibid. hlm. 184-185
§§§§§§§
Prof. DR. Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : PT Bulan Bintang, 1991),
hlm. 107
Selain mengadakan pembelajaran rutin di dalam kelas (classical
class), tak terkecuali pembelajaran di luar kelas (outdoor class) sering
dilakukan oleh siswa SMAN 03 Semarang dengan dibimbing oleh guru.
Seperti yang diungkapkan seorang guru : “Kami sering melakukan jam
kelas di mushola, selain memperoleh suasana baru peserta didik juga dapat
mempraktikkan teori yang dipelajari di dalam kelas seperti berwudlu,
sholat, dll.”********
Peserta didik terlihat antusias dan asyik dalam melakukan tugas
pengamatan dan mempraktikkan yang harus mereka lakukan, sementara
guru dapat memberikan arahan dan bimbingan. Perlu disiapkan sebaik-
baiknya dalam menyelanggarakan outdoor class ini agar proses belajar
mengajar nantinya bisa berjalan lancar, efektif, efisien dan tujuan
pembelajaran tercapai sempurna.
Sedangkan, di kantin kejujuran SMAN 3 Kota Semarang ini
para siswa ditanamkan untuk jujur pada diri sendiri dan jujur kepada
orang lain serta memiliki kesadaran akan sesama. Melatih kejujuran dan.
Kesadaran peserta didik ini terlihat pada aktifitas yang terjadi sehari-hari
di kantin. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang peserta didik :
"Kita mengambil makanan sendiri, mbayar sendiri. Habis
makan langsung bayar, ada yang besok baru bayar. Kalau ada yang bon
dia nyatat sendiri. Kalau mau bayar ya kita tinggal bilang, bu, kemarin
kita makan ini dan ini, uangnya sekian, ini".†††††††† Senada dengan peserta
didik di atas diungkapakan oleh temannya, "Tidak apa-apa. Yang jelas
membayar. Kasihan dong. Sudah ada keringanan, masak tidak
dibayar".‡‡‡‡‡‡‡‡
Salah seorang pengelola kantin mengatakan tentang peserta
didik yang tidak membayar setelah makan, "Tentunya ada, pak. Mungkin

********
Hasil wawancara dengan guru Agama SMAN 3 Semarang ibu Ashomah, pada
tanggal 15 Desember 2009
††††††††
Hasil wawancara dengan Eryana, siswa kelas XII-IPA SMAN 3 Semarang. 15
Desember 2009
‡‡‡‡‡‡‡‡
Hasil wawancara dengan Nadya, siswa kolas XII IPA SMAN 3 Semarang, 07
November 2009
karena lupa atau sengaja, tentu ada. Itu yang sulit pak. Bagaimana
mungkin kita bisa mengamati sekian banyak pengunjung ini berapa
gorengan yang dia makan misainya. Atau yang lainnya".§§§§§§§§
Dari beberapa kasus tersebut memang bisa diasumsikan bahwa
kejujuran dan kesadaran peserta didik sudah terlatih, tapi ketika
menghadapi kasus-kasus "kenakalan" tertentu, pengelola tidak memiliki
cara yang tepat untuk mengatasinya. Karena pengelola tidak mempunyai
cara untuk mengetahui secara pasti dan untuk mengatasi problem tersebut,
maka pengelola pun tidak melaporkan problem itu ke pihak sekolah.
Begitu juga, sekolah tetap memegang asumsinya bahwa perjalanan kantin
kejujuran masih baik-baik saja, karena selama ini tidak ada keluhan atau
laporan dari para pengelola kantin.
Dengan demikian, semua potensi yang ada di sekolah dapat
bersinergi bersama dalam mendukung keberhasilan penanaman nilai
agama, terutama nilai anti korupsi di SMAN 3 Kota Semarang melalui
pembelajaran pendidikan agama islam.

B. KENDALA IMPLEMENTASI PENANAMAN NILAI ANTI KORUPSI


DALAM PEMBELAJARAN PAI
1. Pembelajaran dalam kelas
a. Kurikulum
Kurikulum merupakan semua pengalaman belajar yang akan
diperoleh anak guna mencapai tujuan perkembangan secara optimal
sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Oleh karena itu, kurikulum
yang telah dirancang akan diimplementasikan di kelas. Ini berarti
bahwa kelas bukan hanya tempat berkumpulnya anak dan guru
melainkan lebih dari itu yaitu, suatu tempat berlangsungnya aktifitas
pembelajaran yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa rangkaian

§§§§§§§§ Wawancara dengan ibu Tri Ambawani pengelola kantin kejujuran di SMAN 03
Semarang pada tanggal 15 desember 2009
aktifitas pembelajaran yang terjadi di kelas dipengaruhi oleh
kurikulum yang telah disusun.
Kurikulum adalah bagian terpenting dalam pembelajaran yang
menjadi landasan berpijak setiap kali melakukan proses belajar
mengajar akan tetapi dalam penanaman nilai-nilai anti korupsi di
sekolah terdapat persoalan terkait dengan kurikulum, diantaranya :
pertama, materi PAI mulai dari kelas X –XII di SMAN Semarang
terlalu banyak sehingga murid belum bisa memahami, dan
melaksanakan ilmu secara maksimal. Kedua, materi yang disuguhkan
belum mengkhususkan pada pendidikan anti korupsi, sehingga
pembahasan dan persoalan yang terkait dengan korupsi tidak
seutuhnya.
Apabila dianalisis sifat dari masyarakat dan kebudayaan,
dengan sekolah sebagai institusi sosial dalam melaksanakan
operasinya, maka dapat ditentukan paling tidak tiga peranan kurikulum
yang sangat penting, yakni peranan konservatif, peranan
kritis/evaluatif dan peranan kreatif. Ketiganya sangat penting dan perlu
dilaksanakan secara seimbang.*********
b. Guru
Proses pembelajaran moral di SMAN 03 Semarang terutama
antikorupsi dilakukan juga di dalam kelas. Proses ini terutama
dilakukan oleh guru agama, dengan jumlah jam yang hanya sembilan
puluh menit dalam satu minggu, menjadi kesulitan tersendiri bagi
pelaksanaan penanaman nilai antikorupsi.
Penanaman nilai anti korupsi idealnya didukung oleh semua
potensi yang ada di sekolah. Dalam hal penyampaian nilai tersebut di
kelas, semua guru mata pelajaran tentunya bisa menyampaikan nilai-
nilai itu dalam perspektif mata pelajaran mereka masing-masing.

*********
Prof. DR. H. Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum,
(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008 ), hlm. 11
Tentunya untuk mengambil nilai-nilai agama, yang sesuai dengan
mata pelajaran tertentu, bisa dikomunikasikan dengan guru agama.
Kalau dihitung secara matematis berdasarkan jumlah jam tatap
muka yang ada, memang guru agama tidak mempunyai cukup waktu
dan kesempatan untuk menanamkan nilai kepada peserta didik secara
maksimal selain waktu yang relatif singkat, guru juga dihadapkan
dengan lingkungan peserta didik yang dimungkinkan bisa menjadi
salah satu faktor pendukung peserta didik melakukan tindakan asusila
dan kriminal.
c. Peserta didik
Keberadaan peserta didik sangat penting guna menunjang
suksesnya gerakan anti korupsi di sekolah, namun ada beberapa
catatan yang membuat peserta didik sulit atau bahkan tidak
menanamkan nilai anti korupsi dalam keseharian-nya, yaitu : Pertama,
jumlah peserta didik yang banyak dengan karakter dan lingkungan
berbeda. Kedua, waktu yang relatif sedikit di sekolah menjadikan
peserta didik tidak maksimal dalam menanamkan nilai-nilai anti
korupsi. Ketiga, Lingkungan yang salah akan menjadikan peserta
didik rawan dengan situasi dan kondisi yang fatal bagi proses
kehidupannya. Keempat, konflik keluarga sangat berpengaruh
terhadap psikologis bagi peserta didik saat di sekolah. Kelima, faktor
negatif dari progam pembeljaran di sekolah, faktor negatif itu
diantaranya ; a). Kelemahan pengajaran, b). Kurangnya komunikasi
kelas., c). Hukuman yang diberikan oleh guru, d). Sikap guru yang
negatif., e). Kurangnya bimbingan guru dan f). Kurikulum yang tidak
mendukung.
Persoalan peserta didik yang sering muncul adalah ketika guru
atau orang yang sekiranya dapat dijadikan suritauladan, ternyata
melakukan tindakan yang melanggar di depan matanya yang
menyebabkan ketidakpercayaan akan apa yang telah dikatakan guru
tersebut kepadanya. Ini menyebabkan peserta didik melakukan
tindakan – tindakan yang dilarang, misalnya minum-minuman keras,
nge-PIL, tawuran, mencuri, dsb. Sehingga dampak yang jelas dari
persoalan ini adalah peserta didik menjadi sosok yang dikucilkan baik
dikalangan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
d. Media Pembelajaran
Upaya mewujudkan pengelolaan kelas yang efektif akan
dipengaruhi oleh ketersediaan dan keadaan sarana prasarana kelas
serta segala fasilitas yang dimiliki oleh sekolah. Akan tetapi ada
beberapa hal yang menjadi perhatian sehingga menyebabkan kurang
maksimalnya proses belajar mengajar yanga ada di dalam kelas,
diantaranya : a. Ruang kelas agama yang hanya ada 2 ruangan dengan
peserta didik banyak menyebabkan proses belajar mengajar yang
seringkali benturan jam. b. Ukuran ruangan yang terlalu kecil untuk
ukuran peserta didik dengan jumlah kurang lebih 40-an anak. c. Kursi
dan meja kelas yang sudah tua sehingga menyebabkan
ketidaknyamanan waktu pembelajaran.
2. Pembelajaran di luar kelas
a. Kantin Kejujuran
Dalam pelaksanaan kantin kejujuran SMAN 03 Semarang bukan
berarti tanpa kendala, dibutuhkan pengelolaan yang lebih baik dan
profesional untuk mencapai hasil maksimal. Ada beberapa hal yang
harus diperbaiki dalam pelaksanaan penanaman nilai-nilai anti korupsi
di kantin kejujuran SMAN 03 Semarang, khususnya terkait dengan
fasilitas. seperti yang di ungkapkan salah seorang siswi :
“Kantin kejujuran cukup efektif dalam penanaman nilai-nilai
anti korupsi, walaupun kadang saat evaluasi hasilnya ada yang minus,
agar mendapatkan hasil yang maksimal fasilitas kantinnya harus
dilengkapi lagi”††††††††† Sistem pengelolaan kantin yang tidak secara
langsung dilaksanakan oleh pihak sekolah menjadikan koordinasi

†††††††††
Hasil wawancara dengan Nadya siswi kelas XII – IPA SMAN 03 Semarang,
pada tanggal 07 November 2009
pelaksanaan implementasi penanaman nilai anti korupsi menjadi
kurang maksimal. Ini terbukti dengan tidak adanya hubungan
struktural antara kantin dan sekolah. Tidak ada bagian yang secara.
khusus mempunyai kewenangan menangani kantin. Dengan kata lain,
kantin tidak ada hubungannya dengan sekolah.
Dari sisi manajemen, hal ini sangat tidak menguntungkan bagi
pelaksanaan suatu program. Apalagi yang terjadi biasanya pihak
sekolah hanya akan berkoordinasi dengan pengelola kantin jika terjadi
kasus-kasus tertentu, misalnya ada peserta didik yang nakal tidak mau
membayar biaya makan kantin. Dipandang tidak menguntungkan
karena yang terjadi selama ini pihak sekolah akan berkoordinasi
dengan pengelola kantin jika terjadi masalah saja, sementara pihak
pengelola kantin belum pernah melaporkan atau mengeluhkan masalah
mereka.
b. Peran keluarga
Pendidikan bukanlah urusan sekolah saja sedangkan keluarga
angkat tangan yang pada gilirannya hanya menyalahkan sekolah ketika
terjadi kegagalan pada anaknya. Masa depan anak-anak adalah
tanggung jawab bersama antara sekolah dan keluarga.
Keluarga dari peserta didik kebanyakan dari kalangan ekonomi
menengah ke atas, yang notabene merupakan orang yang sibuk dengan
pekerjaannya. Ini menyebabkan peserta didik kurang mendapatkan
perhatian yang serius dari keluargannya, sehingga banyak anak yang
lepas dari peran dan tanggung jawab keluarga. Mereka hidup dengan
dunia yang sekiranya dapat membuat peserta didik tersebut enjoy
walaupun sebenarnya lingkungan masyarakat ada yang baik dan
adapula yang buruk. Oleh karena itu, keluarga harus bisa kerjasama
dengan semua pihak baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat
untuk menciptakan generasi yang anti korupsi
C. SOLUSI YANG DITAWARKAN
Generasi yang anti korupsi adalah tujuan daripada penanaman nilai
anti korupsi di sekolah, agar penanaman nilai anti korupsi dapat berjalan
dengan baik, maka diperlukan profesionalisme guru serta pengelolaan yang
baik dan optimal segala fasilitas yang menunjang penanaman nilai anti
korupsi, khususnya kantin kejujuran. Penanaman nilai agama, yang termasuk
di dalamnya nilai anti korupsi, tidak hanya menjadi tanggung jawab guru
agama saja. Guru-guru mata pelajaran lain hendaknya dilibatkan secara aktif
dalam menanamkan nilai tersebut.
Keterlibatan potensi-potensi yang lain juga perlu diikutsertakan,
tentunya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Demikian juga mengenai
peran keteladanan, semua guru bahkan semua potensi yang ada di sekolah
seharusnya bisa dijadikan panutan oleh peserta didik. Pendidik atau guru
harus bisa menjadi uswatun hasanah bagi peserta didik, karena mau tidak mau
guru akan menjadi panutan peserta didik secara langsung maupun tidak
langsung. Jangan disalahkan ketika peserta didik melakukan tindakan-
tindakan yang tidak baik/buruk ketika gurunya sendiri masih melakukan hal
yang serupa. Guru selain menjadi pendidik harus bisa menjadi orang tua,
sahabat dan temen bagi peserta didik, sehingga peserta merasa nyaman saat,
diskusi, curhat atau sharing baik persoalan sekolah, keluarga maupun pribadi.
Berkaitan dengan mengelola kelas guru harus Pertama memiliki
kemampuan untuk menata ruang kelas sebagai tempat berlangsungnya
aktifitas pembelajaran. Kedua mampu menciptakan iklim pembelajaran
berdasarkan hubungan manusiawi yang harmonis. Dalam perannya sebagai
pengelola kelas guru hendaknya mampu mengelola kelas dapat menjadi
lingkungan yang baik untuk melakukan kegiatan pembelajaran.
Lingkungan kelas yang baik untuk belajar ialah bersifat menantang
dan merangsang anak untuk belajar, serta memberikan rasa aman dan
kepuasan dalam pmencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan kemampuan guru
dalam menciptakan iklim pembelajaran berdasarkan hubungan manusiawi
berkaitan dengan bagaimana guru menampilkan peran sebagai orang dewasa
yang profesional sehingga penampilannya menyenangkan bagi peserta didik.
Persoalan kurikulum yang diajarkannya pun perlu adanya evaluasi,
materi PAI mulai dari kelas X –XII di SMAN Semarang terlalu banyak
sehingga murid belum bisa menangkap ilmu secara maksimal, kemudian
materi yang di suguhkan belum mengkhususkan pada pendidikan anti korupsi,
sehingga pembahasan dan persoalan yang terkait dengan korupsi tidak
seutuhnya. Oleh karena itu, materi khusus pendidikan anti korupsi harus
direalisasikan walaupun tidak menjadi mata pelajaran baru dapat juga
dijadikan sebagai integrat-kurikulum sehingga peserta didik dapat memahami
secara detail tentang korupsi itu sendiri.
Perilaku mengganggu aktifitas dalam pembelajaran yang
dimunculkan peserta didik perlu dipahami oleh seorang guru sebagai orang
dewasa yang profesional. Di samping itu, gurus harus menyadari keunikan
dari peserta didik yang berangkat dari basic yang berbeda sehingga
memunculkan perilaku yang berbeda pula. Oleh karena itu, seorang guru
harus mampu menjadi teman, sahabat sekaligus orang tua bagi peserta didik
tersebut agar dapat mengontrol emosi yang muncul dalam sesaat dari peserta
didik.
SMAN 3 Kota Semarang dalam pengelolaan kantin sekiranya perlu
membentuk atau memberi kewenangan bidang yang sudah ada yang
bertanggung jawab mengadakan koordinasi dan komunikasi secara langsung
kepada pihak pengelola kantin. Hal ini agar komunikasi antara pengelola
kantin dan sekolah berjalan lancar.
Pengelola kantin tidak merasa sungkan atau "ewuh pakewuh" untuk
mengungkapkan keluhan-keluhannya pada sekolah. Koordinasi dengan
lembaga-lembaga yang terkait langsung dengan peresmian kantin kejujuran
laboratorium pernbeiajaran moral juga perlu diperjelas, agar peresmian
tersebut tidak terkesan sekedar formalitas. Meskipun pada kenyataannya
kebiasaan dan budaya yang ada di kantin, sudah terbangun lama sebelum ada
peresmian. lbaratnya tanpa diresmikan pun kantin di SMAN 3 Kota Semarang
sudah menjadi "kantin kejujuran". Di samping itu, perhatian dalam bentuk
monitoring dan evaluasi sebaiknya dilakukan oleh lembaga-lembaga yang
terlibat dalam peresmian kantin kejujuran. Ini merupakan bentuk tanggung
jawab baik moral maupun institusional kenegaraan. Demikian juga, kesan
lepas tangan begitu saja atau lepas tanggung jawab tidak akan dituduhkan
kepada lembaga-lembaga tersebut.
Bentuk perhatian lain yang mungkin dilakukan lembaga-lembaga
adalah berupa memberikan bantuan pengembangan kapasitas pengelolaan
kantin kejujuran, baik kepada pihak pengelola kantin maupun pihak sekolah,
berupa bantuan fasilitas atau penambahan modal. Bantuan tersebut sangat
menunjang peningkatan kualitas pelayanan kantin kepada para peserta didik.
Sekolah juga perlu melibatkan peran keluarga, dalam hal ini orang
tua peserta didik untuk membantu merealisasikan penanaman nilai agama di
lingkungan keluarga mereka. Untuk mengatasi hal itu, sekolah perlu
memanfaatkan kesempatan ketika para orang tua peserta didik dapat hadir di
sekolah, seperti di awal atau akhir setiap tahun pelajaran. Karena,
bagaimanapun program ini tidak hanya dimaksudkan untuk terlaksana di
sekolah saja. Akan tetapi penanaman nilai ini bertujuan membekali peserta
didik agar menjadi manusia yang jujur, manusia yang anti korupsi
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka kesimpulan yang dapat diambil


antara lain :
1. Penanaman nilai anti korupsi melalui pembelajaran PAI, meliputi:
Pertama: Pembelajaran kelas, penanaman nilai ini terutama dilakukan oleh
guru agama. Materi-materi yang disampaikan di antaranya membiasakan
sifat-sifat terpuji (jujur,adil, Qona’ah, dll), mencontoh kejujuran Nabi
SAW, menghindari memakan yang haram, membudayakan rasa malu, dan
menjaga nama baik keluarga; Kedua, Keteladanan. Di samping
memberikan nasehat kepada peserta didik, guru juga melaksanakan apa
yang sudah dinasehatkan. Ketiga, Kejujuran. Peserta didik ditanamkan
untuk jujur pada diri sendiri dan jujur kepada orang lain. Bentuknya adalah
dengan memberikan peluang peserta didik untuk melakukan aktifitas
sehari-hari dengan menjunjung tinggi kejujuran, seperti halnya di kantin
SMAN 03 Semarang, semua dilakukan oleh peserta didik, dia mengambil
sendiri, menghitung sendiri, membayar dan mengambil pengembalian
sendiri tanpa dilayani pengelola kantin, kecuali mereka menginginkan
untuk dilayani; Keempat, Kesadaran. Upaya menumbuhkan kesadaran
peserta didik ini dilakukan dengan cara memberikan toleransi kepada
mereka untuk membayar setelah makan atau tidak membayar pada saat itu.
Mereka diperbolehkan membayar satu atau dua hari berikutnya tanpa ada
catatan hutang dan daftar makanan yang dihabiskan.

2. Kendala yang dihadapi dalam penanaman nilai anti korupsi melalui kantin
kejujuran adalah: Pertama, Pelaksana atau Guru. Proses pembelajaran
moral di SMAN 3 Kota Semarang yang hanya dilakukan oleh guru agama
berlangsung kurang maksimal. Dengan jumlah jam tatap muka yang hanya
sembilan puluh menit dalam satu minggu menjadi kesulitan tersendiri bagi
pelaksanaan penanaman nilai anti korupsi. Kedua, Pembinaan peserta
didik, peserta didik merupakan generasi bangsa yang diharapkan memiliki
semangat anti korupsi dikemudian hari sebagai bekal menjadi manusia
yang beradab, namun ada beberapa catatan yang membuat peserta didik
sulit atau bahkan tidak menanamkan nilai anti korupsi dalam keseharian-
nya, yaitu : (1) Jumlah peserta didik dengan yang bayak dengan karakter
dan lingkungan berbeda. (2) Waktu yang relatif sedikit di sekolah
menjadikan peserta didik tidak maksimal dalam menanamkan nilai-nilai
anti korupsi. (3) Lingkungan yang salah akan menjadikan peserta didik
rawan dengan situasi dan kondisi yang fatal bagi proses kehidupannya. (4)
Konflik keluarga sangat berpengaruh terhadap psikologis bagi peserta
didik saat di sekolah. Ketiga, Pengelolaan kantin. Sistem pengelolaan
kantin kejujuran tidak secara langsung dilaksanakan oleh pihak sekolah,
tapi dilaksanakan oleh penyewa. Karena secara struktural kantin tidak ada
hubungannya dengan sekolah, maka komunikasi antara pihak sekolah
dengan pengelola kantin pun kurang maksimal. Keernpat, Keluarga.
Meskipun hanya sebagian peserta didik yang mempunyai kategori nakal,
namun ini merupakan problem bagi berjalannya proses penanaman nilai.
Beberapa anak yang nakal biasanya berasal dari keluarga yang mempunyai
banyak kesibukan sehingga tidak mempunyai cukup waktu untuk
mendampingi putra putri mereka. Pelaksanaan penanaman nilai anti
korupsi melalui pembelajaran PAI dirasa masih belum cukup efektif
karena masih ada anak yang melakukan tindakan asusila tersebut. Untuk
membantu efektifitas penanaman nilai tersebut dilakukan beberapa
langkah: Pertama, Profesionalisme guru, guru harus mampu membedakan
mana kepentingan pribadi mana kepentingan umum, seorang guru harus
dapat menjadi uswatun hasanah bagi peserta didik, selain itu guru harus
bisa menjadi sahabat, teman dan bapak bagi peserta didik. Ini
dimaksudkan agar peserta didik akan berbuat yang lebih baik sesuai
dengan apa yang telah di nasehatkan atau di ajarkan oleh guru. Kedua,
pembinaan peserta didik. Ini dilakukan jika terjadi kasus-kasus tertentu
yang memerlukan penanganan. Ketiga. pengelolaan kantin, kantin
kejujuran adalah bagian dari sarana penunjang penanaman nilai anti
korupsi di sekolah yang cukup efektif karena peserta didik dapat langsung
mempraktekkan seberapa jauh kesadaran dan kejujuran yang di miliki.
Oleh karena itu, dibutuhkan manajemen pengelolaan yang lebih baik agar
harapan untuk menanamkan nilai dapat berlangsung secara maksimal.
Keempat, Sekolah juga perlu melibatkan peran keluarga, dalam hal ini
orang tua peserta didik untuk membantu merealisasikan penanaman nilai
agama di lingkungan keluarga mereka.

B. SARAN-SARAN
1. Dalam proses penanaman nilai agama, yang termasuk di dalamnya nilai
anti korupsi, hendaknya tidak hanya menjadi tanggung jawab guru agama
saja. Keterlibatan semua guru mata pelajaran dan potensi-potensi yang
lain juga perlu diikutsertakan, tentunya sesuai dengan bidangnya masing-
masing, serta mengoptimalkan peran keluarga sebab keluarga merupakan
kunci utama pendidikan anak.

2. Pihak sekolah baik kepala sekolah, pendidik, pegawai, karyawan harus


bisa menjadi teladan bagi peserta didik dalam tindak lakunya, khususnya
saat di lingkungan sekolah, dan bisa menjadi orang tua sekaligus sahabat
bagi peserta didik.

3. Pengelola pendidikan perlu menyiapkan manajemen pengelolaan kantin


yang lebih baik.

4. Pihak sekolah (kepala sekolah, guru, pegawai dan karyawan) harus


menjalin komunikasi yang inten dengan keluarga peserta didik baik
secara formal maupun non formal.

5. Hendaknya SMAN 3 Kota Semarang, berkoordinasi dengan lembaga-


lembaga yang terlibat secara langsung, baik Departemen Pendidikan
Nasional, Kejaksaan Agung maupun pihak-pihak lain untuk mencapai
target yang maksimal dalam penanaman nilai anti korupsi di sekolah..
C. REKOMENDASI
1. Pemerintah dalam hal ini DEPDIKNAS maupun DEPAG perlu
mempertimbangkan pelaksanaan penanaman nilai anti korupsi dalam
bentuk kurikulum di sekolah, khususnya untuk materi PAI.

2. Pemerintah dalam hal ini Kejaksaan Agung, komisi pemberantasan


korupsi (KPK) dan Departemen Pendidikan Nasional perlu melakukan
pembinaan (monitoring dan evaluasi) terhadap pelaksanaan program
kantin kejujuran dalam rangka mensukseskan pendidikan anti korupsi di
Indonesia.

D. PENUTUP.
Demikian laporan penelitian ini dibuat, dan hal-hal yang belum
dicantumkan dalam laporan ini akan disempurnakan kemudian. Wallahul
Muwaafiq ilaa Aqwamit Thaariq, Wr. Wb
DAFTAR PUSTAKA

A. S. Burhan dkk, Memerangi Korupsi ; Geliat Agamawan atas Problem Korupsi


di Indonesia. (Jakarta : Kemitraan Partnership & P3M, 2004)

Abdullah Idi, M. Ed, Dr., Pengembangan Kurikulum Teori & Praktik,


(Yogyakarta: Ar Ruzz Media, 2007)

Abudin Nata, Pendidikan Tinggi Islam dan Upaya Anti Korupsi,


http://www.uinjkt.ac.id/ diambil tanggal 09 Agustus 2009

Ahmad Arifi, M. A., Drs. Politik Pendidikan Islam , Menelusuri Ideologi dan
aktualisasi Pendidikan Islam di Tengah Arus Globalisasi,
(Yogyakarta : TERAS, 2009)

Ahmad faried, Dr., Menyucikan Jiwa Konsep Ulama Salaf. (Surabaya : Risalah
Gusti, 1993)

Al Munawar, Said Agil Husin Aktualisasi Nilai-Nilai Islam, Al-Qur an dalam


sistem Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Press, 2005), cet.ii

Alan M. Stevens & A. Ed. Schmidgall-Tellings, A Comprehensive Indonesian-


Inggris, ( Athena : Ohio University, 2004 )

Al-Hasyimy, Sayyid Ahmad Muhtar Al-Ahadis An-Nabawiyyah, (Semarang: Al


Alawiyyah, 2000)

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, edisi Revisi


VI ( Jakarta : Rineka Cipta, 2006 )

Arya Maheka, Mengenali & Memberanta Korupsi, (KPK)

Azizy, A. Qodri, Pendidikan (Agama) Untuk Membangun Etika Sosial,


(Semarang: Aneka Ilmu, 2002)

DEPAG RI, Al Qur an dan Tafsirnya, (Jakarta : PT Wihani Corporation, 1993),


cet.iii,

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta :


Balai Pustaka, 2005), Edisi III, Cet. III

Djamaluddin Darwis, M. A., Drs. H. Strategi Belajar Mengajar,dalam bukunya


H. M. Chabib Toha, PBM-PAI Eksistensi dan proses belajar
mengajar Pendidikan Agama Islam,(Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
1998)
Djoko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta; Rineka
Cipta, , 1997)
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2004)

Eko Prastyo, Orang Miskin dilarang Sekolah, (Yogyakarta : Resist Book, 2008),
cet. V

EM. K. Kaswardi, Pendidikan nilai Memasuki tahun 2000. (Jakarta : PT.


Grasindo, 1993)

H. M. Chabib Toha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, ( Yogyakarta : Pustaka


Pelajar, 1996) cet. I

..........,..........,.... PBM-PAI Eksistensi dan proses belajar mengajar Pendidikan


Agama Islam,(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998)

H. Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia


Pendidikan, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2006)

...................., ...., Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut


Pendidikan Islam (Jakarta : raja grafindo , 2006)

Hakim Muda Harahap, Ayat-ayat Korupsi, (Yogyakarta : Gama media, 2009)

Hamka, Tasawuf Modern, (Jakarta : Pustaka Panjimas, 1990)

Hamzah B. Uno, M. Pd, DR. dalam bukunya Perencanaan Pembelajaran.


(Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2008)

http://randikurniawan.blogspot.com/ di ambil tanggal 22 Agustus 2009

Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam Di Indonesia (Jakarta : Logos wacana
Ilmu , 2004)

Ibnu Al Qayyin al Jauzy, SABAR dan SYUKUR, Kiat Sukses Menghadapi


Problematika Hidup. (Semarang : Pustaka Nuun, 2005)

Ibnu Hadjar, Pendekatan Keberagamaan Dalam Pemilihan Metode Pengajaran


Pendidikan Agama Islam, dalam buku Chabib Thoha, dkk., (tim
perumus), Metodologi Pengajaran Agama, ( Yogyakarta : PT.
Pustaka Pelajar & Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri
Walisongo Semarang , 1999)
Imam Fahruddin Ar Rozy, Tafsir Al Kabir Mafatihul Ghoib, (Lebanon : Darul al
Kitab, 1990)

Jalaluddin, M. A. Prof. Dr. H., Peran Lembaga Pendidikan Dalam Upaya


Pemberantasan Korupsi, dalam Suyitno (ed), Korupsi, Hukum
&Moralitas Agama ; Mewacanakan Fiqih Anti Korupsi. (Yogyakarta
: Gama Media bekerjasama (LKHI) Fak.Syari’ah IAIN R. Fatah,
2006)
Lester D. Crow and Alice Crow, Educational Psychology, New York: American
Book Company, 1958)

Lexy J. moleong, Metode penelitian kualitatif (edisi revisi), ( Bandung; Remaja


Rosda Karya, 1995 )

Lexy Zulkarnaen Hikmah, Korupsi Perspektif Hadist,


http://kommabogor.wordpress.com/2008/01/13/korupsi-perspektif-
hadis/ di ambil tanggal 30 Agustus 2009.

Lubis, Mawardi, Drs. Evaluasi Pendidikan Nilai Perkembangangan Moral


Keagamaan Mahasiswa PTAIN, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008)

Lubis, Mawardi, Evaluasi Pendidikan Nilai. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008)


M. Sobry Sutikno, Pembelajaran Efektif: Apa dan Bagaimana
mengupayakannya? (Mataram: NTP Press, 2005),

Margono. Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta; Rieneka Cipta, Cet I, 1997)

Mochtar Buchori, Pendidikan Anti Korupsi, lihat : ( Kompas, Rabu, 21-02-2007 /


http: //home.kompas.co.id )

Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan


Agama Islam di Sekolah, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001)

Noeng Muhadjir, Metodologi Pene;litian Kualitatif, (Yogyakarta : Rake Serasin,


1996)

Oemar Hamalik, Prof. DR. H. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum,


(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008 )

Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Umum Bahasa Indonesia Kontempore,.
(Jakarta : Modern English Press, 1991)

Poerwadarminta, Kamus Umum Bahas Indonesia edisi III ( Jakarta : Balai


Pustaka, 2006)
Robert L. Ginson and Marianne H. Mitchell, Introduction to Guidance, (United
States of America: Macmillan publishing Co., Inc., 1981),

S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bina Aksara, 1989)

Shihab, M. Quraish, Wawasan Al Qur an, (Bandung : Mizan 1996)

Soetrisno Hadi., Metodologi Research, (Yogyakarta; Yayasan Penerbitan Fakultas


Psikologi, Jilid I, 1980)

Sudarwan Danim, Prof. DR., Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung : Pustaka


Setia, 2002)

Sudaryono, S. H. Drs. , Kamus Hukum, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1992 )

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,


1995) cet. XI.

Supiana, Materi Pendidikan Agama Islam, (bandung : Remaja Rosda Karya,


2001)

Surin, Bachtiar, Terjemah &Tafsir al Qur an, (Bandung : Fa. Sumatra, 1978)

Suyitno, ed. Korupsi Hukum dan Moralitas Agama, Mewacanakan Fiqih Anti
Korupsi, (Yogyakarta : Gama Media, 2006)

Syamsul Anwar, M. A., Prof. DR. dkk., Fiqih Anti Korupsi Perspektif Ulama
Muhammadiyyah, (Jakarta : PSAP, 2006)

Syarif S, Sabiqul Khair, Pendidikan Antikorupsi di Sekolah, http://www. freelists.


org/post/list_indonesia/ppiindia-Pendidikan-Antikorupsi-di-
Sekolah,8, acces, 19 Juli 2009

UII, Al Qur an dan Terjemahnya, (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Wakaf, 1990)

Usman, M. Basyaruddin, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta :


Ciputat Pers, 2002)

UU Sisdiknas RI No. 20 tahun 2003, Jakarta: Sinar Grafika, 2005, Cet. 2.

W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta : PT. Gramedia, 2004)

Zakiah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta ; PT. Bumi Aksara,
Cetakan kelima, 2004)

Zakiah Darajat, Prof. DR. Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : PT Bulan Bintang, 1991)

Anda mungkin juga menyukai