Hanifatul Mufidah - SejarahIPAA
Hanifatul Mufidah - SejarahIPAA
Disusun Oleh :
HANIFATUL MUFIDAH
17312241041
P. IPA A 2017
Yogyakarta, 3 Januari
2020
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan 1
BAB II ISI 2
A. Perkembangan Bidang Astronomi Peradaban Arab 2
B. Tokoh-Tokoh Yang Berperan Dalam Perkembangan Bidang Astronomi Masa
Peradaban Arab 2
BAB III PENUTUP 6
A. Kesimpulan 6
B. Saran 6
DAFTAR PUSTAKA 7
LAMPIRAN 8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejak abad ke-1 H./ 7 M. sampai pada abad ke-7 H. / 13 M. pusat
perkembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan dunia berada di Timur, sampai
Barat wilayah Islam. Ke kota-kota inilah para cendekiawan datang untuk belajar
atau berkonsultasi. Bagdad, Kordoba dan Kairo adalah kota-kota ke khalifahan
Islam. Bagdad adalah tempat kedudukan dinasti ‘Abassiyah (132 H./ 750 M. –
656 H./ 1258 M.), Kordoba ibu kota dinasti Umayyah Barat atau Spanyol (138
H./ 756 M. – 422 H./ 1031 M.) dan Kairo Ibu kota dinasti Fatimiyah (297 H./ 909
M. – 567 H./ 1171 M.).
Bagdad, Kordoba, Kairo dan juga kota-kota lainnya berperan sebagai pusat
pengkajian ilmu pengetahuan karena para khalifah dan sarjana-sarjana muslim
adalah pencinta ilmu. Mereka tidak memusuhi ilmu pengetahuan bahkan
berpendapat mempelajari ilmu pengetahuan adalah salah satu perintah agama.
Tuhan berfirman bahwa jika manusia ingin yakin tentang kebenaranNya, maka
kajilah jagat raya dan segala isinya yang diciptakan, yang semuanya bergerak
dalam satu sistem alam semesta yang teratur. Namun memasuki abad pertengahan
kemajuan peradaban Islam mengalami kemunduran dan pusat-pusat lembaga riset
dan perpustakaan yang penuh dengan kreatifitas para ilmuan muslim pindah dari
Timur ke Barat, setelah kaum muslimin menganggap “pemakruhan” mempelajari
sains yang tidak khas mempelajari agama saja. Mereka kehilangan ruh Islam,
sebab justru agama sendiri menyuruh umatnya mempelajari sains. Satu dari
sekian sains yang cukup urgen dan berumur tua adalah ilmu astronomi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan sains di bidang astronomi pada masa peradaban
Arab?
2. Siapakah tokoh yang berperan dalam perkembangan sains di bidang
astronomi, dan apa peninggalan/temuan yang ditinggalkan pada masa
Peradaban Arab?
C. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan sains di bidang astronomi pada masa Peradaban
Arab.
2. Mengetahui tokoh yang berperan dan peninggalan/temuan tokoh tersebut
pada perkembangan sains di bidang astronomi pada masa Peradaban Arab
1
BAB II
ISI
2
Profil Muhammad Taragai Ulugh Beg
Agama Islam
Ulugh Beg adalah putra tertua Shahrukh, lahir di kota Sultaniyah selama
kampanye kakeknya Timur (Tamerlane) di Iran utara pada tahun 1394. Pada usia
4 tahun ia menemani kakeknya sampai ke Kabul, pada kampanye yang
3
mengambil Delhi. ; hampir segera setelah kampanye India, ia bergabung dengan
kampanye Tamerlane ke barat yang mengakibatkan kekalahan penguasa Ottoman
Bayezid I di Ankara pada 1402. Ketika Tamerlane bersiap-siap untuk menginvasi
Cina, ia merayakan pernikahan beberapa cucunya, di antaranya Ulughbeg (saat itu
berusia 10 tahun), yang juga ditunjuk untuk memerintah sebagian besar
Moghulistan (wilayah yang meliputi bagian dari Pegunungan Tien Shan dan NW
Xinjiang), yang, tentu saja, belum ditaklukkan. Sangat mungkin bahwa Ulugh
Beg adalah salah satu pangeran yang dilihat oleh duta besar Spanyol Clavijo
ketika ia mengunjungi istana Tamerlane pada 1403-1404.
Ulugh Beg, putra Shāhrukh dan cucu sultan Teymūr, menjadi penguasa
Samarkand pada abad ke-9. Ulugh Beg sangat terampil dalam matematika dan
astronomi. Dia mengajar banyak astronom penting; salah satu contoh adalah Ali
Qushji yang terkenal.
Pada masa itu, banyak sekali yang dilakukan Ulul Begh untuk kotanya,
seperti membangun perguruan tinggi, rumah sakit, dan kubah hopiece. Dan
tentunya beliau pada masa itu juga membangun Observatory sebagai bentuk
kecintaan beliau terhadap astronomi.
4
Jamshid Al-Kashi diangkat sebagai direktur pertama observatorium.
Setelah kematian al-Kashi, Qada Zada menjadi direktur observatorium.
Setelah kematian Qadi Zada, Qushji memimpin observatorium sebagai direktur
terakhir dan terakhir. Observatorium Samarkand adalah tempat bagi para
astronom dan ahli matematika untuk bekerja sama dalam menemukan penemuan
baru.
Observatorium Ulugh Beg dibangun sesuai dengan rencana observatorium
Maragha, yang dirancang oleh Nasir al-din al-Tusi . Observatorium Ulugh Beg
termasuk perangkat prinsip kuadran terbesar. Bangunan itu tidak tinggi tetapi
diizinkan ukuran maksimal untuk busur lingkaran. Perangkat ini berorientasi
dengan cermat, dan busur diskalakan dengan sangat akurat. Perangkat ini sangat
fleksibel. Itu bisa secara akurat mengukur matahari dari cakrawala, ketinggian
bintang dan planet lainnya. Durasi tahun, periode planet, dan gerhana diukur
dengan perangkat ini. Pengukuran planet Ulugh Beg terkait erat dengan
pengukuran hari ini, menunjukkan kepada kita akurasi perangkat yang fenomenal
Orang-orang yang mengunjungi observatorium Ulugh Beg saat ini,
mungkin hanya dapat melihat fondasi dan bagian yang terkubur di kuadran
marmer. Itu adalah satu-satunya sisa asli dari observatorium. Sebagian besar
penurunan observatorium dapat dikontribusikan pada kematian Ulugh Beg.
Tidak banyak yang diketahui tentang penurunan observatorium. Namun,
dampak terbesar dari penurunan observatorium bisa jadi dikarenakan oleh
kematian Ulugh Beg. Ulugh Beg meninggal sekitar tahun 1449. Dia dibunuh oleh
putranya sendiri Abd al Latif. Kematian Ulugh Beg menyebabkan kekacauan di
dalam observatorium. Observatorium dihancurkan dan puluhan astronom dan
matematikawan berbakat diusir Kemudian pada tahun 1908, arkeolog Rusia
Vassily Vyatkin mengungkap sisa-sisa Observatory.
5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sejak abad ke-1 H./ 7 M. sampai pada abad ke-7 H. / 13 M. pusat
perkembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan dunia berada di Timur,
sampai Barat wilayah Islam. Pada masa ini ilmuan Arab dan muslim di dalam
Bait al-Hikmah, berhasil menerjemahkan buku astronomi al-Magest karya
Ptolemy dan buku-buku tentang pergerakan bintang-bintang dari bahasa
Yunani ke bahasa Arab, sambil memanfaatkan secara intensif pengetahuan
Persia dan India. Dan setelah itu, astronomi berkemabng pesat seperti
memunculkan karya Zij-I Sahriyaari (Astronomical Table of The King) dll.
2. Banyak sekali ilmuwan-ilmuwan saat itu yang mengembangkan
karya-karyanya dan mendapatkan berbagai bentuk temuan baru dalam
bidang astronomi. Tokoh-tokoh tersebut, diantaranya adalah Musa Al
Khawarizmi dengan karya Zij Al-Shindhind, Abu Al-’Abbas Al-Faraghani,
Thabit Ibnu Qurra, Al-Battani, Al-Bakhi Abu Ma’shar dengan pengamatan
kometnya, Abu’l Wafa Al-Buzjani, Abu Sahl Al-Quhi, Al-Haytham, Al-Sufi,
Abu’l-Hasan ibn Yunus, Abu Ishaq al-Zarqal dengan karyanya The Toledan
Tables, Giyath al-Kayyimi, Sharaf al-Din al-Tusi, Jabir ibn Aflah, Ibnu
Rusyd, Muhammad Taragai Ulugh Beg dengan bangunan fenomenal
Observatory Samarkhand.
B. Saran
Disarankan kepada pembaca untuk sebenar-benarnya dalam menggunakan
makalah ini. Dan tentunya, dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kurangnya. Untuk itu, sangat disarankan kepada pembaca untuk memberikan
kritik maupun saran yang dapat membangun.
6
DAFTAR PUSTAKA
Aydin Sayili, The Observatory in Islam and Its Place in the General History of the
Observatory (Ankara, 1960), Ch. VIII, pp. 260-289.
Kevin Krisciunas, "Ulugh Beg's Zij," in H. B. Paksoy, ed., Central Asian Monuments
(Istanbul, 1992). A professional astronomer's assessment, with extensive
bibliography.
Heiner Schwan, "Die Tabellen von Ulugh Beg: Die Sternkataloge des Ptolemäus,
Ulugh Beg und Tycho Brahe im Vergleich," Sterne und Weltraum, 2002,
Nos. 9-10, pp. 48-51.
7
LAMPIRAN
Pertanyaan