PENDAHULUAN
1
mengatakan istilah "gojekin aja" pun sudah menjadi kata kerja yang biasa didengar
sehari-hari. Hal ini membuktikan bahwa Gojek telah menjadi aplikasi sehari-hari yang
sebenarnya. Nadiem menegaskan dengan memanfaatkan teknologi menjadi cara yang
paling cepat dalam membantu mengatasi tantangan dalam masyarakat. Baik itu di sisi
mitra maupun konsumen. Dengan menggunakan teknologi, para penyedia jasa dan
pencari jasa memiliki akses langsung, memangkas banyak tantangan. Di sisi mitra,
mereka bisa memiliki akses yang luas kepada pendapatan dan menjangkau pasar yang
lebih luas.
Menurut Nadiem Makarim Gojek sekarang menempati peringkat pertama atau top
of mind di antara konsumen Indonesia saat ditanya merek aplikasi on-demand apa yang
akan mereka gunakan serta dari sisi konsumen pun, kehadiran Gojek membantu mereka
lebih produktif serta dapat memiliki waktu berkualitas dengan keluarga, Keberhasilan
GOJEK mengembangkan platform super-app yang menghubungkan jutaan rakyat
Indonesia telah menjadikan GOJEK salah satu akselerator utama pertumbuhan ekonomi
digital di Indonesia. Berdasarkan laporan Google dan Temasek, ekonomi digital
Indonesia memiliki pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara.
Dalam beberapa tahun bisnis startup yaitu perusahaan GoJek sedang melakukan
ekspansi besar - besaran serta untuk meguasai pangsa pasar dan memenangkan
persaingan dengan kompetitornya sehingga modal perusahaan banyak digunakan untuk
memperoleh jumlah transaksi, jumlah pelanggan, kepuasan pelanggan, ekspansi produk
dan atau jasa yang ditawarkan, investasi teknologi/aplikasi dan SDM sehingga
perusahaan startup mengalami rugi dalam beberapa tahun. Jadi strategi bisnis online
banyak menghabiskan modal “Bakar Uang” untuk memberikan promo langsung ke
pelanggan dan investasi pada aplikasi, SDM, dan menarik sebanyak mungkin pemasok.
Di antara itu semua yang paling menonjol adalah bahwa dana investasi terutama dan
sebagian besar untuk memberikan promo diskon kepada pelanggan. Dana banyak
dihabiskan untuk mendapatkan pelanggan sebanyak mungkin dan loyalitas pelanggan
adalah tepat sekali. Dengan meraih omzet besar ada kesempatan bagi perusahaan
melakukan efisiensi sebesar-besarnya di kemudian waktu sehingga tiba saatnya
2
perusahaan mendapatkan laba yang tinggi. Peraihan pangsa pasar yang besar adalah yang
ingin dicapai oleh bisnis online.
Jadi bisnis online seperti Gojek rentang usahanya sebagai perusahaan ekspedisi
barang, transportasi, supermarket/toko ritel, apotik, perbankan, entertainment (jual
berbagai macam tiket), salon, cleaning service, jasa2 lainnya dan berbagai jenis industry
atau usaha yang akan bertambah terus seiring dengan berlalunya waktu. Dengan
demikian bisnis online adalah suatu bisnis konglomerasi atau portofolio yang memiliki
resiko bisnis kecil. Pelanggan berbondong-bondong menggunakan Gojek, Grab,
Traveloka, Bukalapak, OVO, dll. Para pelanggan berebut karena produk dan jasa yang
ditawarkan sangat murah, mudah dan berkualitas. Di samping itu banyak diskon
diberikan. Sayangnya hanya diskon ini yang disorot secara besar2 an sebagai bakar2
uang. Diskon yang diberikan oleh bisnis online adalah salah satu promosi yang paling
handal karena penerima manfaatnya adalah konsumen akhir atau end user. Kegiatan
promosi bisnis konvensional sering kali ditujukan kepada perantara di samping end user
nya. Bisnis Online tanpa melibatkan perantara. Diskon langsung kepada end user adalah
cara paling efektif mendapatkan data pelanggan dan loyalitas pelanggan. Ini adalah asset
yang sangat berharga sekali bagi perusahaan. Investor rela bakar2 uang sebagai gantinya
dapat banyak pelanggan dan loyalitas pelanggan.
Dilansir Recode, pada kuartal pertama 2017, Uber rugi bersih senilai $0,8 miliar.
Pada kuartal kedua tahun yang sama, rugi bersih mereka meningkat jadi $1,1 miliar. Pada
dua kuartal berikutnya, Uber mengalami rugi bersih $1,5 miliar dan $1,1 miliar. Alih-alih
ditinggalkan investor, pada 2018, Uber memperoleh pendanaan senilai $500 juta dari
Toyota. Uber pun memperoleh utang senilai $2 miliar di tahun tersebut.
Pola serupa dialami Grab. Dalam laporan yang dirilis Vulcan Post, Grab mengaku telah
3
memperoleh pendapatan tahunan senilai $1 miliar. Namun, perusahaan itu mengklaim
masih belum memperoleh keuntungan. Salah satu alasannya: Grab perlu mengucurkan
dana besar untuk mengembangkan lini bisnisnya, khususnya pada sektor financial
technology (fintech).Selain itu, Nadiem juga mengatakan pertumbuhan Gross Transaction
Value (GTV) GOJEK mencapai 13,5 kali lipat hanya dalam kurun waktu 2 tahun terakhir.
Nominalnya mencapai USD 9 miliar dolar (sekitar Rp 127 triliun) pada akhir tahun 2018.
Dengan demikian bisnis online adalah investasi yang menarik menawarkan portofolio berbagai
jenis usaha yang berarti risiko rendah, menyediakan jumlah pemasok dan pelanggan yang
banyak sekali, harga murah dan berkualitas.
Bagi investor bisnis online akan memiliki return yang tinggi. Investasi bukanlah
trading, investasi berarti menanamkan uang dalam jangka waktu Panjang, lebih dari 1
tahun. Return atau penghasilan yang diharapkan atas investasi juga dalam jangka
Panjang. Bila trading menanamkan uang dalam jangka waktu pendek bisa harian atau
bulanan dan langsung dapat untung dalam waktu pendek tersebut. Oleh karenanya
investasi dalam bisnis online tidak diharapkan dapat keuntungan dan kembali modal
dalam jangka pendek. Dalam laporan labarugi perusahaan bisnis startup bisa jadi masih
rugi. Namun investor belum tentu rugi karena investor menilai bukan berdasarkan
laporan labarugi, melainkan menggunakan valuasi. Laporan labarugi perusahaan
berjangka pendek bulanan dan per tahun. Investasi tidak beriorientasi jangka pendek.
Seperti ditunjukkan di atas bahwa valuasi Gojek meningkat terus saat ini sudah mencapai
lebih dari Rp 140 Trilyun. Valuasi perusahaan menilai prospek perusahaan dalam jangka
Panjang yang dinilai adalah transaksi penjualan, jumlah pengguna (pelanggan dan
pemasok), kualitas aplikasi/teknologi, kualitas Tim SDM dan pengaruh
competitor. Dalam beberapa tahun bisnis startup sedang melakukan ekspansi besar2 an
sehingga modal perusahaan banyak digunakan untuk memperoleh jumlah transaksi,
jumlah pelanggan, kepuasan pelanggan, ekspansi produk dan atau jasa yang ditawarkan,
investasi teknologi/aplikasi dan SDM sehingga perusahaan startup mengalami rugi dalam
beberapa tahun. Kini Go-Jek masih jor-joran membakar uang demi user acquisition cost.
Gejala tersebut bukan menunjukkan kegagalan bisnis, melainkan wujud investasi yang
diharapkan berbuah keuntungan. Investor juga nampaknya yakin bahwa, lewat rintisan
ride-sharing yang perlahan menjadi super-app ini, kelak mereka akan memanen laba.
4
laporan yang dipublikasikan TechCrunch mengatakan nilai investasi yang diterima Go-
Jek mencapai 920 juta dollar AS.
2. Astra Internasional Pada Maret 2019, Astra International menyuntikkan dana sebesar
100 juta dollar atau sekitar Rp 1,4 triliun untuk Go-Jek. Pendanaan tersebut merupakan
kedua kalinya dilakukan Astra kepada Go-Jek. Tahun lalu, Astra berinvestasi ke Go-Jek
sebesar 100 juta dollar AS. Adapun otal dana yang dihimpun Gojek dari Astra kini sudah
mencapai 250 juta.
3. Mitsubishi Mitsubishi Motors dan Mitsubishi Corporation kembali menyuntikkan dana
ke Gojek pada Juli 2019. Namun, tidak disebutkan berapa dana yang ditanamkan
Mitsubishi ke perusahaan transportasi online tersebut. Dana investasi yang terkumpul
akan digunakan untuk memperdalam penetrasi pasar di Indonesia serta memperkuat
ekspansi Gojek di kawasan Asia Tenggara. Utamanya setelah peluncuran Gojek di
Singapura, Go-Viet di Vietnam dan GET di Thailand.
4. Siam Commercial Bank Di bulan yang sama, Go-Jek kembali mendapat dana segar.
Kali ini dari bank besar di Thailand, Siam Commercial Bank (SCB). Namun, baik SCB
maupun Gojek tak membeberkan secara rinci nilai investasi tersebut. Investasi ini
menandakan kerja sama SCB dengan afiliasi Go-Jek di Thailand, GET, untuk
mengembangkan sistem pembayaran digital. Kerja sama ini akan memudahkan mitra
pengemudi GET untuk membuka rekening SCB di Pusat Pelatihan Mitra Pengemudi
GET, serta memberikan mereka akses ke beragam layanan keuangan, seperti pinjaman
dana dan asuransi.
Akademisi dan Guru Besar Universitas Indonesia Rhenald Kasali mengatakan,
valuasi Gojek lebih besar karena analisis bisnis di era digital sudah berubah. Saat ini, aset
tak lagi tangible, ada aset intangible yang tak bisa diukur dan dicatat pada balance sheet
akuntansi seperti yang dimiliki Gojek. "Gojek tak punya satu pun motor, tapi valuasinya
melebihi Garuda. Apa asetnya? Intangible, bentuknya seperti brand, skill, inovasi, dan
keterampilan yang akhirnya menciptakan platform berbasis ekosistem," kata Rhenald
Kasali di Jatiwarna, Bekasi, Selasa (13/8/2019). Adapun aset intangible adalah aset yang
tidak bisa dijamin perbankan, tapi melekat di diri seseorang ataupun pelaku usaha, yaitu
keterampilan, inovasi, ide, dan sebagainya. Meski tak bisa dicatat dengan metode
akuntansi, aset ini justru memang digunakan pada bisnis dalam era digital. "Hal inilah
yang menyebabkan teori bisnis lama menjadi usang dan model bisnis tak lagi relevan di
era digital," kata Rhenald. Selain itu, Gojek dinilai lebih tinggi karena memiliki nilai
Network effect yang lebih besar ketimbang perusahaan konvensional yang berdiri sendiri
(stand alone). Network effect itu bisa dilihat pada jejaring super apps-nya yang
menyatukan ekosistem pemilik warung, pengemudi, restoran, dan sebagainya. "Memang
benar, platform tidak untung dan bakar duit terus. Ada yang menuding valuasinya
manipulatif. Pokoknya platform ini dihadang terus sama perusahaan yang stand alone.
5
Tapi mereka (platform) efeknya banyak, melibatkan UKM, membuka lapangan kerja.
Lihat berapa banyak yang terbantu," ucap Rhenald.
Berdasarkan dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Pengaruh membakar uang untuk promosi, Intangible Asset, , dan Network Effect
terhadap Peningkatan Valuasi Perusahaan Gojek ”.
latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini penulis ingin mengidentifikasi
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Valuasi Perusahaan GoJek ini yang terus meningkat padahal bisnisnya terus
merugi., Karena Mereka mengeluarkan dana yang besar “ Membakar Uang ”
untuk promosi demi user experience (pengalaman konsumen), insentif untuk
driver, dan mematahkan pamor para pesaing
2. Terdapat Pengaruh yang signifikan dari signifikan dari intangible asset terhadap
nilai valuasi perusahaan GoJek
3. Terdapat Pengaruh yang signifikan dari Network Effect effect pada jejaring super
appsnya perusahaan gojek terhadap peningkatan valuasi perusahaan GoJek
1. Apakah Valuasi Perusahaan GoJek ini akan terus meningkat padahal bisnisnya
terus merugi., Karena Mereka mengeluarkan dana yang besar “ Membakar Uang ”
untuk promosi demi user experience (pengalaman konsumen), insentif untuk
driver, dan mematahkan pamor para pesaing ?
2. Apakah terdapat pengaruh yang Karena Perusahaan Gojek walau tak punya satu
pun motor serta hanya mengandalkan asset intangiblenya ?
3. Apakah Terdapat Pengaruh yang signifikan dari network effect pada jejaring super
appsnya perusahaan gojek terhadap valuasi perusahaan GoJek ?
6
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui:
1. Bagi Peneliti
b. Sebagai implementasi atas teori yang telah didapat pada perkuliahan dan
menambah wawasan akan dunia bisnis.
2. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan dan gambaran masukan atau perbandingan bagi pihak perusahaan
GO-JEK untuk dijadikan masukan atau saran dalam meningkatkan valuasi
perusahaan berdasarkan pada fakor – faktor seperti Network Effect, Investasi,
Intangible Asset, dan keadaan era bisnis digital saat ini.
3. Bagi Universitas
a. Memberikan tambahan perbendaharaan kepustakaan khususnya yang
berhubungan dengan kepuasan mahasiswa.
7
b.Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan rujukan bagi penelitian
selanjutnya serta sebagai pertimbangan bagi organisasi dan mahasiswa yang
menghadapi masalah serupa.
1.Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang
bersifat deskriptif kuantitatif, dimana prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa gambaran atau pemaparan kenyataan yang diperoleh berdasarkan data
serta fakta yang dikumpulkan atau lisan dari orang-orang yang diperlukan dan dapat
diamati. Penelitian ini digunakan untuk meneliti Valuasi perusahaan Gojek yang terus
meningkat walau bisnisnya merugi yang diakibatkan strategi “ Bakar Duit ” nya.
2.Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan. Pendekatan Kuantitatif, Melalui pendekatan
kuantitaif, penelitian ini diharapkan dapat mengetahui tentang bagaimana Valuasi
perusahaan Gojek yang terus meningkat walau bisnisnya merugi yang diakibatkan
strategi “ Bakar Duit ” nya.
8
memberikan informasi atau keterangan. Pemilihan informasi berdasarkan pertimbangan
pada kemampuan yang memberikan informasi. Untuk mendapatkan informasi tersebut
peneliti melakukan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi
finansial perusahaan tersebut dengan menggunakan sample bertujuan atas dasar tujuan
tertentu. Pada penelitian ini yang akan menjadi sampel adalah pihak karyawan, staff, dan
manajemen perusahaan GoJek.
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang lebih efisien bila peneliti telah
mengetahui dengan pasti variabel yag akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari
responden.
9
untuk promosi demi user experience (pengalaman konsumen), insentif untuk
driver, dan mematahkan pamor para pesaing.
2. Pengaruh dari network effect effect pada jejaring super appsnya perusahaan
gojek terhadap valuasi perusahaan GoJek.
3. Seberapa besar Pengaruh dari intangible Asset perusahaan gojek terhadap
valuasi perusahaan GoJek.
B. Asumsi Dasar
Asumsi atau anggapan dasar menurut adalah suatu pernyataan yang tidak diragukan lagi
kebenarannya. Ruang lingkup masalah diatas tersebut dirumuskan asumsi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Walaupun Perusahaan GoJek terus merugi karena terus merugi., Karena Mereka
mengeluarkan dana yang besar “ Membakar Uang ” untuk promosi demi user experience
(pengalaman konsumen), insentif untuk driver, dan mematahkan pamor para pesaing,
tetapi dengan kemampuan untuk menerjemahkan local insights, yaitu pemahaman
mendalam tentang kebutuhan pasar dan karakter konsumen di Indonesia sehingga
peluang pasarnya sangat luas sekalidan bahkan menjadi kebutuhan dasar masyarakat luas.
dalam inovasi teknologi menjadikan Gojek aplikasi on-demand nomor satu di Tanah Air,
sehingga banyak sekali investor yang mau berinvestasi pada perusahaan GoJeK dan
banyak mitra yang bergabung dengan Perusaaan karena Hal pertama yang dikejar adalah
valuasi. Mereka rela rugi diawal demi keuntungan lebih besar di kemudian hari.
2. network effect pada jejaring super apps-nya perusahaan GoJek beroengaruh signifikan
terhadap peningkatan valuasi perusahaan Gojek karena menyatukan ekosistem pemilik
warung, pengemudi, restoran, dan sebagainya. Sehingga menimbulkan saling
ketergantungan satu sama lain.
3. Intangible Asset yang bentuknya seperti brand, skill, inovasi, dan keterampilan yang
akhirnya menciptakan platform berbasis ekosistem tidak bisa dijamin perbankan, tapi
melekat di diri seseorang ataupun pelaku usaha meski tidak dapat dicatat dengan metode
akuntansi, yaitu keterampilan, inovasi, ide, dan sebagainya sangat berpengaruh terhadap
peningkatan valuasi perusahaan gojek terutam di bisnis digital.
10
11