Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Di era modern ini masyarakat mempunyai aktivitas yang beragam dan untuk
memenuhi aktivitas tersebut masyarakat memerlukan adanya transportasi sebagai alat
penunjang/alat bantu dalam melakukan aktivitasnya, Perkembangan teknologi saat ini
sangat berkembang pesat terutama dibidang transportasi. Transportasi online yang saat
ini sedang berkembang karna biayanya yang terjangkau dan penggunaannya mudah
sehingga sangat digandrungi oleh kaum milineal yang sangat dominan suka terhadap
transportasi baru ini salah satunya GoJek. PT. Gojek Indonesia didirikan pada tahun 2011
oleh Nadiem Makarim dan Michael angelo Moran. Perusahaan ini bergerak di bidang
jasa layanan transportasi sebagai perantara yang menghubungkan antara para pengendara
ojek dengan pelanggan. Pada Januari 2015, perusahaan meluncurkan aplikasi mobile
Gojek berbasis location-based search untuk telepon genggam berbasis android dan iOS
(apple). Melalui aplikasi ini, pengendara ojek dapat melihat order yang masuk dan lokasi
pemesannya untuk ditanggapi, dan pelanggan dapat memantau posisi pengendara ojek
yang menanggapi order dan kini Gojek telah hadir di 204 kota di lima negara Asia
Tenggara. Saat ini Gojek telah memiliki 2 juta mitra pengemudi dan sekitar 400 ribu
pedagang di platformnya. Jasa dan layanan Gojek berkembang tidak hanya sebagai
transportasi orang (transport), tetapi juga dapat digunakan sebagai pengantar barang,
dokumen, ataupun paket (instant courier), sebagai mitra perusahaan online maupun
offline yang membutuhkan pengantaran pada hari yang sama (shopping), bahkan yang
terbaru dapat digunakan sebagai pengantar makanan yang dipesan (food delivery).
GoJek kini sudah jadi aplikasi on-demand nomor satu di Indonesia. Aplikasi ini
paling banyak digunakan oleh konsumen Indonesia, dengan jumlah pengguna aktif
bulanan terbanyak sepanjang 2018 dan lebih tinggi dibandingkan kompetitor. Bahkan
teknologi ini telah menjadi bagian yaang tidak terpisahkan dari masyarakat. Nadiem

1
mengatakan istilah "gojekin aja" pun sudah menjadi kata kerja yang biasa didengar
sehari-hari. Hal ini membuktikan bahwa Gojek telah menjadi aplikasi sehari-hari yang
sebenarnya. Nadiem menegaskan dengan memanfaatkan teknologi menjadi cara yang
paling cepat dalam membantu mengatasi tantangan dalam masyarakat. Baik itu di sisi
mitra maupun konsumen. Dengan menggunakan teknologi, para penyedia jasa dan
pencari jasa memiliki akses langsung, memangkas banyak tantangan. Di sisi mitra,
mereka bisa memiliki akses yang luas kepada pendapatan dan menjangkau pasar yang
lebih luas.
Menurut Nadiem Makarim Gojek sekarang menempati peringkat pertama atau top
of mind di antara konsumen Indonesia saat ditanya merek aplikasi on-demand apa yang
akan mereka gunakan serta dari sisi konsumen pun, kehadiran Gojek membantu mereka
lebih produktif serta dapat memiliki waktu berkualitas dengan keluarga, Keberhasilan
GOJEK mengembangkan platform super-app yang menghubungkan jutaan rakyat
Indonesia telah menjadikan GOJEK salah satu akselerator utama pertumbuhan ekonomi
digital di Indonesia. Berdasarkan laporan Google dan Temasek, ekonomi digital
Indonesia memiliki pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara.
Dalam beberapa tahun bisnis startup yaitu perusahaan GoJek sedang melakukan
ekspansi besar - besaran serta untuk meguasai pangsa pasar dan memenangkan
persaingan dengan kompetitornya sehingga modal perusahaan banyak digunakan untuk
memperoleh jumlah transaksi, jumlah pelanggan, kepuasan pelanggan, ekspansi produk
dan atau jasa yang ditawarkan, investasi teknologi/aplikasi dan SDM sehingga
perusahaan startup mengalami rugi dalam beberapa tahun. Jadi strategi bisnis online
banyak menghabiskan modal “Bakar Uang” untuk memberikan promo langsung ke
pelanggan dan investasi pada aplikasi, SDM, dan menarik sebanyak mungkin pemasok.
Di antara itu semua yang paling menonjol adalah bahwa dana investasi terutama dan
sebagian besar untuk memberikan promo diskon kepada pelanggan. Dana banyak
dihabiskan untuk mendapatkan pelanggan sebanyak mungkin dan loyalitas pelanggan
adalah tepat sekali. Dengan meraih omzet besar ada kesempatan bagi perusahaan
melakukan efisiensi sebesar-besarnya di kemudian waktu sehingga tiba saatnya

2
perusahaan mendapatkan laba yang tinggi. Peraihan pangsa pasar yang besar adalah yang
ingin dicapai oleh bisnis online. 

Jadi bisnis online seperti Gojek rentang usahanya sebagai perusahaan ekspedisi
barang, transportasi, supermarket/toko ritel, apotik, perbankan, entertainment (jual
berbagai macam tiket), salon, cleaning service, jasa2 lainnya dan berbagai jenis industry
atau usaha yang akan bertambah terus seiring dengan berlalunya waktu. Dengan
demikian bisnis online adalah suatu bisnis konglomerasi atau portofolio yang memiliki
resiko bisnis kecil. Pelanggan berbondong-bondong  menggunakan Gojek, Grab,
Traveloka, Bukalapak, OVO, dll. Para pelanggan berebut karena produk dan jasa yang
ditawarkan sangat murah, mudah dan berkualitas. Di samping itu banyak diskon
diberikan.  Sayangnya  hanya diskon ini yang disorot secara besar2 an sebagai bakar2
uang. Diskon yang diberikan oleh bisnis online adalah salah satu promosi yang paling
handal karena penerima manfaatnya adalah konsumen akhir atau end user.  Kegiatan
promosi bisnis konvensional sering kali ditujukan kepada perantara di samping end user
nya. Bisnis Online tanpa melibatkan perantara. Diskon langsung kepada end user adalah
cara paling efektif mendapatkan data pelanggan dan loyalitas pelanggan. Ini adalah asset
yang sangat berharga sekali bagi perusahaan. Investor rela bakar2 uang sebagai gantinya
dapat banyak pelanggan dan loyalitas pelanggan.

Walaupun saat ini start up yaitu perusahaan GoJek belum menghasilkan


keuntungan karena gencarnya perusahaan untuk melakukan promosi menghabiskan
modal “Bakar Uang” tetapi banyak sekali investor yang tertarik menanamkan modalnya
di perusahaan GoJek ini karena dianggap Membeli Masa Depan . Pada 2018, Go-Jek
memiliki total Gross Transaction Value (GTV) lebih dari $19 miliar. GTV bukanlah
pendapatan, melainkan nilai total transaksi yang diproses Go-Jek dari para pengguna
mereka dari layanan Go-Jek, seperti Go-Ride, Go-Food, Go-Pay, dll. Pendapatan adalah
fee yang diterima Go-Jek dari berbagai layanan yang dijalankannya. Sebagian kecil dari
angka GTV itu memang menjadi pendapatan Go-Jek, tetapi mengingat kencangnya
promo, dalam rupa-rupa potongan harga, sangat mungkin startup ini belum benar-benar
memperoleh untung—dalam pemahaman tradisional. Apalagi, seperti diungkap Nadiem,
layanan ride-sharing, masih jauh dari predikat sebagai penghasil laba, karena Dalam
dunia ride-sharing, investor yang menanam modal tak terpaku pada keuntungan,
melainkan pertumbuhan. Mengapa Go-Jek masih terus memperoleh kucuran dana dari
investor, bisa dijawab dengan hal-hal yang terjadi pada Uber dan Grab.

Dilansir Recode, pada kuartal pertama 2017, Uber rugi bersih senilai $0,8 miliar.
Pada kuartal kedua tahun yang sama, rugi bersih mereka meningkat jadi $1,1 miliar. Pada
dua kuartal berikutnya, Uber mengalami rugi bersih $1,5 miliar dan $1,1 miliar. Alih-alih
ditinggalkan investor, pada 2018, Uber memperoleh pendanaan senilai $500 juta dari
Toyota. Uber pun memperoleh utang senilai $2 miliar di tahun tersebut.
Pola serupa dialami Grab. Dalam laporan yang dirilis Vulcan Post, Grab mengaku telah

3
memperoleh pendapatan tahunan senilai $1 miliar. Namun, perusahaan itu mengklaim
masih belum memperoleh keuntungan. Salah satu alasannya: Grab perlu mengucurkan
dana besar untuk mengembangkan lini bisnisnya, khususnya pada sektor financial
technology (fintech).Selain itu, Nadiem juga mengatakan pertumbuhan Gross Transaction
Value (GTV) GOJEK mencapai 13,5 kali lipat hanya dalam kurun waktu 2 tahun terakhir.
Nominalnya mencapai USD 9 miliar dolar (sekitar Rp 127 triliun) pada akhir tahun 2018.
Dengan demikian bisnis online adalah investasi yang menarik menawarkan portofolio berbagai
jenis usaha yang berarti risiko rendah, menyediakan jumlah pemasok dan pelanggan yang
banyak sekali, harga murah dan berkualitas.

Bagi investor bisnis online akan memiliki return yang tinggi. Investasi bukanlah
trading, investasi berarti menanamkan uang dalam jangka waktu Panjang, lebih dari 1
tahun. Return atau penghasilan yang diharapkan atas investasi juga dalam jangka
Panjang. Bila trading menanamkan uang dalam jangka waktu pendek bisa harian atau
bulanan dan langsung dapat untung dalam waktu pendek tersebut. Oleh karenanya
investasi dalam bisnis online tidak diharapkan dapat keuntungan dan kembali modal
dalam jangka pendek. Dalam laporan labarugi perusahaan bisnis startup bisa jadi masih
rugi. Namun investor belum tentu rugi karena investor menilai bukan berdasarkan
laporan labarugi, melainkan menggunakan valuasi. Laporan labarugi perusahaan
berjangka pendek bulanan dan per tahun. Investasi tidak beriorientasi jangka pendek.
Seperti ditunjukkan di atas bahwa valuasi Gojek meningkat terus saat ini sudah mencapai
lebih dari Rp 140 Trilyun. Valuasi perusahaan menilai prospek perusahaan dalam jangka
Panjang yang dinilai adalah transaksi penjualan, jumlah pengguna (pelanggan dan
pemasok), kualitas aplikasi/teknologi, kualitas Tim SDM dan pengaruh
competitor. Dalam beberapa tahun bisnis startup sedang melakukan ekspansi besar2 an
sehingga modal perusahaan banyak digunakan untuk memperoleh jumlah transaksi,
jumlah pelanggan, kepuasan pelanggan, ekspansi produk dan atau jasa yang ditawarkan,
investasi teknologi/aplikasi dan SDM sehingga perusahaan startup mengalami rugi dalam
beberapa tahun. Kini Go-Jek masih jor-joran membakar uang demi user acquisition cost.
Gejala tersebut bukan menunjukkan kegagalan bisnis, melainkan wujud investasi yang
diharapkan berbuah keuntungan. Investor juga nampaknya yakin bahwa, lewat rintisan
ride-sharing yang perlahan menjadi super-app ini, kelak mereka akan memanen laba.

Berdasarkan data CB Insight, beberapa investor telah menyuntikkan dana kepada


Gojek hingga mampu menyandang status decacorn, yang bervaluasi 10 miliar dollar AS
atau setara dengan Rp 142 triliun. Berikut beberapa perusahaan yang menanamkan modal
di Go-Jek selama 2019:
1. Google, JD, Tencent, Mitsubishi Corporation, dan Provident Capital. Di awal tahun,
Go-Jek merampungkan fase pertama dari putaran pendanaan seri F yang dipimpin oleh
Google, JD.com, Tencent, Mitsubishi Corporation dan Provident Capital. Meski begitu,
tak disebutkan berapa modal yang disuntikkan dari pendanaan seri F ini. Namun, sebuah

4
laporan yang dipublikasikan TechCrunch mengatakan nilai investasi yang diterima Go-
Jek mencapai 920 juta dollar AS.
2. Astra Internasional Pada Maret 2019, Astra International menyuntikkan dana sebesar
100 juta dollar atau sekitar Rp 1,4 triliun untuk Go-Jek. Pendanaan tersebut merupakan
kedua kalinya dilakukan Astra kepada Go-Jek. Tahun lalu, Astra berinvestasi ke Go-Jek
sebesar 100 juta dollar AS. Adapun otal dana yang dihimpun Gojek dari Astra kini sudah
mencapai 250 juta.
3. Mitsubishi Mitsubishi Motors dan Mitsubishi Corporation kembali menyuntikkan dana
ke Gojek pada Juli 2019. Namun, tidak disebutkan berapa dana yang ditanamkan
Mitsubishi ke perusahaan transportasi online tersebut. Dana investasi yang terkumpul
akan digunakan untuk memperdalam penetrasi pasar di Indonesia serta memperkuat
ekspansi Gojek di kawasan Asia Tenggara. Utamanya setelah peluncuran Gojek di
Singapura, Go-Viet di Vietnam dan GET di Thailand.
4. Siam Commercial Bank Di bulan yang sama, Go-Jek kembali mendapat dana segar.
Kali ini dari bank besar di Thailand, Siam Commercial Bank (SCB). Namun, baik SCB
maupun Gojek tak membeberkan secara rinci nilai investasi tersebut. Investasi ini
menandakan kerja sama SCB dengan afiliasi Go-Jek di Thailand, GET, untuk
mengembangkan sistem pembayaran digital. Kerja sama ini akan memudahkan mitra
pengemudi GET untuk membuka rekening SCB di Pusat Pelatihan Mitra Pengemudi
GET, serta memberikan mereka akses ke beragam layanan keuangan, seperti pinjaman
dana dan asuransi.
Akademisi dan Guru Besar Universitas Indonesia Rhenald Kasali mengatakan,
valuasi Gojek lebih besar karena analisis bisnis di era digital sudah berubah. Saat ini, aset
tak lagi tangible, ada aset intangible yang tak bisa diukur dan dicatat pada balance sheet
akuntansi seperti yang dimiliki Gojek. "Gojek tak punya satu pun motor, tapi valuasinya
melebihi Garuda. Apa asetnya? Intangible, bentuknya seperti brand, skill, inovasi, dan
keterampilan yang akhirnya menciptakan platform berbasis ekosistem," kata Rhenald
Kasali di Jatiwarna, Bekasi, Selasa (13/8/2019). Adapun aset intangible adalah aset yang
tidak bisa dijamin perbankan, tapi melekat di diri seseorang ataupun pelaku usaha, yaitu
keterampilan, inovasi, ide, dan sebagainya. Meski tak bisa dicatat dengan metode
akuntansi, aset ini justru memang digunakan pada bisnis dalam era digital. "Hal inilah
yang menyebabkan teori bisnis lama menjadi usang dan model bisnis tak lagi relevan di
era digital," kata Rhenald. Selain itu, Gojek dinilai lebih tinggi karena memiliki nilai
Network effect yang lebih besar ketimbang perusahaan konvensional yang berdiri sendiri
(stand alone). Network effect itu bisa dilihat pada jejaring super apps-nya yang
menyatukan ekosistem pemilik warung, pengemudi, restoran, dan sebagainya. "Memang
benar, platform tidak untung dan bakar duit terus. Ada yang menuding valuasinya
manipulatif. Pokoknya platform ini dihadang terus sama perusahaan yang stand alone.

5
Tapi mereka (platform) efeknya banyak, melibatkan UKM, membuka lapangan kerja.
Lihat berapa banyak yang terbantu," ucap Rhenald.
Berdasarkan dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Pengaruh membakar uang untuk promosi, Intangible Asset, , dan Network Effect
terhadap Peningkatan Valuasi Perusahaan Gojek ”.

1.3 Identifikasi Masalah

latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini penulis ingin mengidentifikasi
beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Valuasi Perusahaan GoJek ini yang terus meningkat padahal bisnisnya terus
merugi., Karena Mereka mengeluarkan dana yang besar “ Membakar Uang ”
untuk promosi demi user experience (pengalaman konsumen), insentif untuk
driver, dan mematahkan pamor para pesaing

2. Terdapat Pengaruh yang signifikan dari signifikan dari intangible asset terhadap
nilai valuasi perusahaan GoJek

3. Terdapat Pengaruh yang signifikan dari Network Effect effect pada jejaring super
appsnya perusahaan gojek terhadap peningkatan valuasi perusahaan GoJek

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini penulis ingin
mengidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah Valuasi Perusahaan GoJek ini akan terus meningkat padahal bisnisnya
terus merugi., Karena Mereka mengeluarkan dana yang besar “ Membakar Uang ”
untuk promosi demi user experience (pengalaman konsumen), insentif untuk
driver, dan mematahkan pamor para pesaing ?
2. Apakah terdapat pengaruh yang Karena Perusahaan Gojek walau tak punya satu
pun motor serta hanya mengandalkan asset intangiblenya ?
3. Apakah Terdapat Pengaruh yang signifikan dari network effect pada jejaring super
appsnya perusahaan gojek terhadap valuasi perusahaan GoJek ?

1.4 Tujuan Penelitian

6
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui:

1. Pengaruh Mengeluarkan dana yang besar “ Membakar Uang ” sehingga bisnisnya


merugi tetapi valuasi perusahaanya GoJek terus meningkat
2. Pengaruh Intangible Aset Perusahaan GoJek terhadap nilai Valuasi perusahaan
GoJek
3. Pengaruh Network Effect dari jejaring super appsnya perusahaan GoJek terhadap
peningkatan valuasi perusahaan Gojek.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan akan memberikan beberapa kegunaan atau manfaatyaitu


antara lain:

1. Bagi Peneliti

a. Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman peneliti mengenai


Valuasi Perusahaan, Network Effect, Investasi, Intangible Asset, dan keadaan era
bisnis digital saat ini.

b. Sebagai implementasi atas teori yang telah didapat pada perkuliahan dan
menambah wawasan akan dunia bisnis.

2. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan dan gambaran masukan atau perbandingan bagi pihak perusahaan
GO-JEK untuk dijadikan masukan atau saran dalam meningkatkan valuasi
perusahaan berdasarkan pada fakor – faktor seperti Network Effect, Investasi,
Intangible Asset, dan keadaan era bisnis digital saat ini.
3. Bagi Universitas
a. Memberikan tambahan perbendaharaan kepustakaan khususnya yang
berhubungan dengan kepuasan mahasiswa.

7
b.Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan rujukan bagi penelitian
selanjutnya serta sebagai pertimbangan bagi organisasi dan mahasiswa yang
menghadapi masalah serupa.

1.6 Metodologi Penelitian

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis melakukan pengumpulan data dan


informasi yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas. Metode tersebut dipilih
agar penelitian dapat menghasilkan data-data positif dan dipercaya kebenarannya.
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah:

1.Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang
bersifat deskriptif kuantitatif, dimana prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa gambaran atau pemaparan kenyataan yang diperoleh berdasarkan data
serta fakta yang dikumpulkan atau lisan dari orang-orang yang diperlukan dan dapat
diamati. Penelitian ini digunakan untuk meneliti Valuasi perusahaan Gojek yang terus
meningkat walau bisnisnya merugi yang diakibatkan strategi “ Bakar Duit ” nya.

2.Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan. Pendekatan Kuantitatif, Melalui pendekatan
kuantitaif, penelitian ini diharapkan dapat mengetahui tentang bagaimana Valuasi
perusahaan Gojek yang terus meningkat walau bisnisnya merugi yang diakibatkan
strategi “ Bakar Duit ” nya.

3.Sumber Data Penelitian


Pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber primer adalah sumber yang langsung memberikan data kepada pengumpul data
dalam hal ini yang menjadi sumber data primer adalah pihak karyawan, staff, dan
manajemen perusahaan GoJek. Sedangkan sumber data sekunder merupakan sumber data
yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain
atau dokumen, artikel, internet, arsip dan rekaman.

4.Metode Subjek Penelitian


Subjek penelitan yang dimaksud dalam penelitan ini adalah sumber tempat
memperoleh informasi yang diperoleh dari seseorang maupun sesuatu yang dapat

8
memberikan informasi atau keterangan. Pemilihan informasi berdasarkan pertimbangan
pada kemampuan yang memberikan informasi. Untuk mendapatkan informasi tersebut
peneliti melakukan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi
finansial perusahaan tersebut dengan menggunakan sample bertujuan atas dasar tujuan
tertentu. Pada penelitian ini yang akan menjadi sampel adalah pihak karyawan, staff, dan
manajemen perusahaan GoJek.

5.Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan dalam mengumpukan data dalam penelitian ini adalah:
a.Metode Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua
pelaku, yaitu pihak pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Pada penelitian ini yang akan menjadi
sampel adalah pihak karyawan, staff, dan manajemen perusahaan GoJek untuk
mendapatkan data tentang Valuasi perusahaan Gojek yang terus menignkat walau
bisnisnya kerap merugi serta seberapa besar network effectnya super appsnya perusahaan
GoJek terhadap niali valuasi perusahaan.
b. Metode kuesioner

Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang lebih efisien bila peneliti telah
mengetahui dengan pasti variabel yag akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari
responden.

1.7 Pembatasan Ruang Lingkup dan Asumsi Dasar

A. Pembatasan Ruang Lingkup Masalah


Setiap Penelitian yang akandilakukan harus dibatasi masalahnya, agar per-
masalahan yang akan diteliti lebih terarah dan tidak menyimpang dari permasalahan
semula. Untuk itu, penulis akan membatasi ruang lingkup penelitian hanya pada masalah
sebagai berikut :

1. Terus Meningkatnya Valuasi Perusahaan GoJek padahal bisnisnya terus


merugi., Karena Mereka mengeluarkan dana yang besar “ Membakar Uang ”

9
untuk promosi demi user experience (pengalaman konsumen), insentif untuk
driver, dan mematahkan pamor para pesaing.
2. Pengaruh dari network effect effect pada jejaring super appsnya perusahaan
gojek terhadap valuasi perusahaan GoJek.
3. Seberapa besar Pengaruh dari intangible Asset perusahaan gojek terhadap
valuasi perusahaan GoJek.

B. Asumsi Dasar

Asumsi atau anggapan dasar menurut adalah suatu pernyataan yang tidak diragukan lagi
kebenarannya. Ruang lingkup masalah diatas tersebut dirumuskan asumsi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Walaupun Perusahaan GoJek terus merugi karena terus merugi., Karena Mereka
mengeluarkan dana yang besar “ Membakar Uang ” untuk promosi demi user experience
(pengalaman konsumen), insentif untuk driver, dan mematahkan pamor para pesaing,
tetapi dengan kemampuan untuk menerjemahkan local insights, yaitu pemahaman
mendalam tentang kebutuhan pasar dan karakter konsumen di Indonesia sehingga
peluang pasarnya sangat luas sekalidan bahkan menjadi kebutuhan dasar masyarakat luas.
dalam inovasi teknologi menjadikan Gojek aplikasi on-demand nomor satu di Tanah Air,
sehingga banyak sekali investor yang mau berinvestasi pada perusahaan GoJeK dan
banyak mitra yang bergabung dengan Perusaaan karena Hal pertama yang dikejar adalah
valuasi. Mereka rela rugi diawal demi keuntungan lebih besar di kemudian hari.

2. network effect pada jejaring super apps-nya perusahaan GoJek beroengaruh signifikan
terhadap peningkatan valuasi perusahaan Gojek karena menyatukan ekosistem pemilik
warung, pengemudi, restoran, dan sebagainya. Sehingga menimbulkan saling
ketergantungan satu sama lain.
3. Intangible Asset yang bentuknya seperti brand, skill, inovasi, dan keterampilan yang
akhirnya menciptakan platform berbasis ekosistem tidak bisa dijamin perbankan, tapi
melekat di diri seseorang ataupun pelaku usaha meski tidak dapat dicatat dengan metode
akuntansi, yaitu keterampilan, inovasi, ide, dan sebagainya sangat berpengaruh terhadap
peningkatan valuasi perusahaan gojek terutam di bisnis digital.

10
11

Anda mungkin juga menyukai