Anda di halaman 1dari 16

TUGAS INDIVIDU

“Paper Penjahitan luka”

Disusun Oleh:
Riska Tri Fadilah (P00340219034)

Dosen Pembimbing:
Lidya Febrina, SST M,Tr,Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEBIDANAN CURUP
T.A 2019/2020
PENJAHITAN LUKA
OLEH : AGUNG SANTOSO, S.Kep, Ners

Jahitan digunakan untuk hemostasis atau untuk menghubungkan struktur anatomi


yang terpotong (Sabiston,1995). Menurut Sodera dan Saleh (1991), jahitan
merupakan hasil penggunaan bahan berupa benang untuk mengikat atau ligasi
pembuluh darah dan menghubungkan antara dua tepi luka. Dari pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa penjahitan merupakan tindakan menghubungkan
jaringan yang terputus atau terpotong untuk mencegah pendarahan dengan
menggunakan benang.

INDIKASI
Setiap luka dimana untuk penyembuhannya perlu mendekatkan tepi luka.

LUKA
Definisi
Luka adalah semua kerusakan kontinnuitas jaringan akibat trauma mekanis.
Trauma tajam menyebabkan :
a. luka iris : vulnus scissum/incicivum
b. luka tusuk : vulnus ictum
c. luka gigitan : vulnus morsum
Trauma tumpul menyebabkan :
a. luka terbuka : vulnus apertum
b. luka tertutup : vulnus occlusum ( excoriasi dan hematom )
Luka tembakan menyebabkan : vulnus sclopetorum.
Klasiflkasi luka berdasar ada tidaknya kuman :
a. luka steril : luka dibuat waktu operasi
b. luka kontaminasi : luka mengandung kuman tapi kurang dari 8 jam
(golden period).
c. luka infeksi luka yang mengandung kuman dan telah berkembangbiak dan
telah timbul gejala lokal maupun gejala umum.(rubor, dolor, calor, tumor,
fungsio lesa).

Prinsip Umum Penjahitan luka


Menurut Brown (1995), prinsip–prinsip umum yang harus dilaksanakan dalam
penjahitan luka laserasi adalah sebagai berikut :

1. Penyembuhan akan terjadi lebih cepat bila tepi-tepi kulit dirapatkan satu
sama lain dengan hati-hati.
2. Tegangan dari tepi–tepi kulit harus seminimal mungkin atau kalau
mungkin tidak ada sama sekali. Ini dapat dicapai dengan memotong atau
merapikan kulit secara hati–hati sebelum dijahit.
3. Tepi kulit harus ditarik dengan ringan, ini dilakukan dengn memakai traksi
ringan pada tepi–tepi kulit dan lebih rentan lagi pada lapisan dermal
daripada kulit yang dijahit.
4. Setiap ruang mati harus ditutup, baik dengan jahitan subcutaneus yang
dapat diserap atau dengan mengikutsertakan lapisan ini pada waktu
mmenjahit kulit.
5. Jahitan halus tetapi banyak yang dijahit pada jarak yang sama lebih disukai
daripada jahitan yang lebih besar dan berjauhan.
6. Setiap jahitan dibiarkan pada tempatnya hanya selama diperlukan. Oleh
karena itu jahitan pada wajah harus dilepas secepat mungkin (48 jam–5
hari), sedangkan jahitan pada dinding abdomen dan kaki harus dibiarkan
selama 10 hari atau lebih.
7. Semua luka harus ditutup sebersih mungkin.
8. Pemakaian forsep dan trauma jaringan diusahakan seminimal mungkin.

Menurut Sodera dan Saleh (1991), penjahitan merupakan suatu cara menjahit
untuk mendekatkan  atau menghubungkan dua tepi luka. Dapat dibedakan menjadi
:
1. Jahitan Primer (primary Suture Line) adalah jahitan yang digunakan untuk
mempertahankan kedudukan tepi luka yang saling dihubungkan selama
proses penyembuhan sehingga dapat sembuh secara primer.
2. Jahitan Kontinyu yaitu jahitan dengan sejumlah penjahitan dari seluruh
luka dengan menggunakan satu benang yang sama dan disimpulkan pada
akhir jahitan serta dipotong setelah dibuat simpul. Digunakan untuk
menjahit peritonium kulit, subcutis dan organ.
3. Jahitan Simpul/Kerat/Knot, yaitu merupakan tehnik ikatan yang
mengakhiri suatu jahitan. Digunakan untuk memperkuat dan
mempertahankan jahitan luka sehingga jahitan tidak terlepas atau
mengendor. Yang dimaksud dengan jerat adalah pengikatan satu kali,
sedang simpul adalah pengikatan dengan dua jerat atau lebih.

Jenis–jenis benang yang digunakan dalam penjahitan

1. Seide (Silk/Sutra): Bersifat tidak licin seperti sutera biasa karena sudah
dikombinasi dengan perekat, tidak diserap oleh tubuh. Pada penggunaan
disebelah luar, maka benang harus dibuka kembali. Berguna untuk
menjahit kulit, mengikat pembuluh arteri besar. Ukuran yang sering
digunakan adalah nomor 2 nol 3 nol, 1 nol dan nomor 1.
2. Plain Catgut: Bersifat dapat diserap tubuh, penyerapan berlangsung dalam
waktu 7–10 hari dan warnanya putih kekuningan. Berguna untuk mengikat
sumber pendarahan kecil, menjahit subcutis dan dapat pula digunakan
untuk bergerak dan luas lukanya kecil. Benang ini harus dilakukan
penyimpulan 3 kali karena dalam tubuh akan mengembang. Bila
penyimpulan dilakukan hanya 2 kali akan terbuka kembali.
3. Chromic Catgut: Bersifat dapat diserap oleh tubuh, penyerapannya lebih
lama yaitu sampai 20 hari. Chromic Catgut biasanya menyebabkan reaksi
inflamasi yang lebih besar dibandingkan dengan plain catgut. Berguna
untuk penjahitan luka yang dianggap belum merapat dalam waktu 10 hari
dan bila mobilitas harus segera dilakukan.
JENIS-JENIS BENANG
Benang yang dapat diserap (Absorbable Suture )
1. Alami ( Natural)
1) Plain Cat Gut : dibuat dari bahan kolagen sapi atau domba. Benang ini
hanya memiliki daya serap pengikat selama 7-19 hari dan akan diabsorbsi
secara sempurna dalam waktu 70 hari.
2) Chromic Cat Gut dibuat dari bahan yang sama dengan plain cat gut ,
namum dilapisi dengan garam Chromium untuk memperpanjang waktu
absorbsinya sampai 90 hari.

2. Buatan ( Synthetic ) Adalah benang- benang yang dibuat dari bahan


sintetis, seperti Polyglactin ( merk dagang Vicryl atau Safil),
Polyglycapron ( merk dagang Monocryl atau Monosyn), dan
Polydioxanone ( merk dagang PDS II ). Benang jenis ini memiliki daya
pengikat lebih lama , yaitu 2-3 minggu, diserap secara lengkap dalam
waktu 90-120 hari.

Benang yang tak dapat diserap ( nonabsorbable suture )

a. Alamiah ( Natural) Dalam kelompok ini adalah benang silk ( sutera ) yang
dibuat dari protein organik bernama fibroin, yang terkandung di dalam
serabut sutera hasil produksi ulat sutera.
b. Buatan ( Synthetic ) Dalam kelompok ini terdapat benang dari bahan dasar
nylon ( merk dagang Ethilon atau Dermalon ). Polyester ( merk dagang
Mersilene) dan Poly propylene ( merk dagang Prolene ).

Komplikasi menjahit luka


1. Overlapping:  Terjadi sebagai akibat tidak dilakukan adaptasi luka
sehingga luka menjadi tumpang tindih dan luka mengalami penyembuhan
yang lambat dan apabila sembuh maka hasilnya akan buruk.
2. Nekrosis: Jahitan yang terlalu tegang dapat menyebabkan avaskularisasi
sehingga menyebabkan kematian jaringan.
3. Infeksi: Infeksi dapat terjadi karena tehnik penjahitan yang tidak steril,
luka yang telah terkontaminasi, dan adanya benda asing yang masih
tertinggal.
4. Perdarahan: Terapi antikoagulan atau pada pasien dengan hipertensi.
5. Hematoma: Terjadi pada pasien dengan pembuluh darah arteri terpotong
dan tidak dilakukan ligasi/pengikatan sehingga perdarahan terus
berlangsung dan menyebabkan bengkak.
6. Dead space (ruang/rongga mati): Yaitu adanya rongga pada luka yang
terjadi karena penjahitan yang tidak lapis demi lapis.
7. Sinus: Bila luka infeksi sembuh dengan meninggalkan saluran sinus,
biasanya ada jahitan multifilament yaitu benang pada dasar sinus yang
bertindak sebagai benda asing.
8. Dehisensi: Adalah luka yang membuka sebelum waktunya disebabkan
karena jahitan yang terlalu kuat atau penggunaan bahan benang yang
buruk.
9. Abses: Infeksi hebat yang telah menghasilkan produk pus/nanah.

PENGENALAN ALAT DAN BAHAN PENJAHITAN

Alat dan bahan yang diperlukan pada penjahitan luka :

 Alat (Instrumen)
a. Tissue forceps ( pinset ) terdiri dari dua bentuk yaitu tissue forceps bergigi
ujungnya (surgical forceps) dan tanpa gigi di ujungnya yaitu atraumatic
tissue forceps dan dressing forceps.
b. Scalpel handles dan scalpel blades
c. Dissecting scissors ( Metzen baum )
d. Suture scissors
e. Needleholders
f. Suture needles ( jarum ) dari bentuk 2/3 circle, Vi circle , bentuk segitiga
dan bentuk bulat
g. Sponge forceps (Cotton-swab forceps)
h. Hemostatic forceps ujung tak bergigi ( Pean) dan ujung bergigi (Kocher)
i. Retractors, double ended
j. Towel clamps

 Bahan
a. Benang (jenis dan indikasi dijelaskan kemudian )
b. Cairan desifektan : Povidon-iodidine 10 % (Bethadine )
c. Cairan Na Cl 0,9% dan perhydrol 5 % untuk mencuci luka.
d. Anestesi lokal lidocain 2%.
e. Sarung tangan.
f. Kasa steril.

tissue forceps
scalpel handles
dissecting scissors

suture scissors
needle holder

suture needles

sponge forceps
hemostatic forceps

Retractors
towel clamps

CARA MEMEGANG ALAT

a. Instrument tertentu seperti pemegang jarum, gunting dan pemegang kasa:


yaitu ibu jari dan jari keempat sebagai pemegang utama, sementara jari
kedua dan ketiga dipakai untuk memperkuat pegangan tangan. Untuk
membuat simpul benang setelah jarum ditembuskan pada jaringan, benang
dilingkarkan pada ujung pemegang jarum.
b. Pinset lazim dipegang dengan tangan kiri, di antara ibujari serta jari kedua
dan ketiga. Jarum dipegang di daerah separuh bagian belakang .

c. Sarung tangan dipakai menurut teknik tanpa singgung.


cara memegang alat

PERSIAPAN ALAT
Sterilisasi dan cara sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan untuk membuat suatu alat-alat atau bahan dalam
keadaan steril.Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara :
a. Secara kimia : yaitu dengan bahan yang bersifat bakterisid , seperti
formalin, savlon, alkohol.
b. Secara fisik yaitu dengan :
1) Panas kering ( oven udara panas )
 Selama 20 menit pada 200° C
 Selama 30 menit pada 180° C
 Selama 90 menit pada 160° C

2) Uap bertekanan ( autoclave): selama 15 menit pada 120° C dan tekanan 2


atmosfer
3) Panas basah, yaitu di dalam air mendidih selama 30 menit. Cara ini hanya
dianjurkan bila cara lain tidak tersedia.
 Pengepakan
Sebelum dilakukan sterilisasi secara fisik, semua instrument harus
dibungkus dengan dua lapis kain secara rapat yang diikutkan dalam proses
sterilisasi. Pada bagian luar pembungkus, ditempelkan suatu indikator
( yang akan berubah warna ) setelah instrument tersebut menjadi steril.
Untuk mempertahankan agar instrument yang dibungkus tetap dalam
keadaan steril, maka kain pembungkus dibuka menurut” teknik tanpa
singgung.

PERSIAPAN PENJAHITAN ( KULIT)


a. Rambut sekitar tepi luka dicukur sampai bersih.
b. Kulit dan luka didesinfeksi dengan cairan Bethadine 10%, dimulai dari bagian
tengah kemudian menjauh dengan gerakan melingkar.
c. Daerah operasi dipersempit dengan duk steril, sehingga bagian yang terbuka
hanya bagian kulit dan luka yang akan dijahit.
d. Dilakukan anestesi local dengan injeksi infiltrasi kulit sekitar luka.
e. Luka dibersihkan dengan cairan perhydrol dan dibilas dengan cairan NaCl.
f. Jaringan kulit, subcutis, fascia yang mati dibuang dengan menggunakan pisau
dan gunting.
g. Luka dicuci ulang dengan perhydrol dan dibilas dengan NacCl.
h. Jaringan subcutan dijahit dengan benang yang dapat diserap yaitu plain catgut
atau poiiglactin secara simple interrupted suture. i. Kulit dijahit benang yang
tak dapat diserap yaitu silk atau nylon.

TEKNIK PENJAHITAN KULIT


Prinsip yang harus diperhatikan :
a. Cara memegang kulit pada tepi luka dengan surgical forceps harus
dilakukan secara halus dengan mencegah trauma lebih lanjut pada jaringan
tersebut.
b. Ukuran kulit yang yang diambil dari kedua tepi luka harus sama besarnya.
c. Tempat tusukan jarum sebaiknya sekitar 1-3 cm dari tepi lukia.Khusus”
daerah wajah 2-3mm.
d. Jarak antara dua jahitan sebaiknya kurang lebih sama dengan tusukan
jarum dari tepi luika.
e. Tepi luka diusahakan dalam keadaan terbuka keluar ( evferted ) setelah
penjahitan.

SIMPLE INTERUPTED SUTURE

A. Indikasi: pada semua luka


Kontra indikasi : tidak ada Teknik penjahitan
Dilakukan sebagai berikut:
a. Jarum ditusukkan pada kulit sisi pertama dengan sudut sekitar 90 derajat,
masuk subcutan terus kekulit sisi lainnya.
b. Perlu diingat lebar dan kedalam jaringan kulit dan subcutan diusahakan
agar tepi luka yang dijahit dapat mendekat dengan posisi membuka kearah
luar ( everted)
c. Dibuat simpul benang dengan memegang jarum dan benang diikat.
d. Penjahitan dilakukan dari ujung luka keujung luka yang lain.
B. Indikasi : Luka pada persendian Luka pada daerah yang tegangannya besar
Kontra indikasi : tidak ada
Teknik penjahitan ini dilakukan untuk mendapatkan eversi tepi luka dimana
tepinya cenderung mengalami inverse. misalnya kulit yang tipis. Teknik ini
dilakukan sebagai berikut:
1. Jarum ditusukkan jauh dari kulit sisi luka, melintasi luka dan kulit sisi
lainnya, kemudian keluar pada kulit tepi yang jauh, sisi yang kedua.
2. Jarum kemudian ditusukkan kembali pada tepi kulit sisi kedua secara tipis,
menyeberangi luka dan dikeluarkan kembali pada tepi dekat kulit sisi yang
pertama.
3. Dibuat simpul dan benang diikat.

SUBCUTICULER CONTINUOS SUTURE


Indikasi : Luka pada daerah yang memerlukan kosmetik
Kontra indikasi : jaringan luka dengan tegangan besar.
Pada teknik ini benang ditempatkan bersembunyi di bawah jaringan dermis
sehingga yang terlihat hanya bagian kedua ujung benang yang terletak di dekat
kedua ujung luka yang dilakukan sebagai berikut.
1. Tusukkan jarum pada kulit sekitar 1-2 cm dari ujung luka keluar di daerah
dermis kulit salah satu dari tepi luka.
2. Benang kemudian dilewatkan pada jaringan dermis kulit sisi yang lain,
secara bergantian terus menerus sampai pada ujung luka yang lain, untuk
kemudian dikeluarkan pada kulit 1-2 cm dari ujung luka yang lain.
3. Dengan demikian maka benang berjalan menyusuri kulit pada kedua sisi
secara parallel disepanjang luka tersebut.
JAHITAN PENGUNCI (FESTON)
Indikasi : Untuk menutup peritoneum Mendekati variasi kontinyu (lihat gambar)

Anda mungkin juga menyukai