Anda di halaman 1dari 26

PENDEKATAN DAN MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM

Fitri Aminatus Sholikhah (1505922), Reka Putra Pandega (1501078), Ria Nathalia
(1500933), Rinia Puji Agustiani (1504683), Sabila Fitri Handayani (1507207).
Pendidikan Akuntansi
Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
riniapujiagustiani@yahoo.com
Drs. Dadang Sukirman, M.Pd dan Ence Surahman, S.Pd, M.Pd

A. Pendahuluan
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 menjelaskan bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Karena sifatnya
yang dinamis dan mengikuti keadaan suatu negara, maka kurikulum pun senantiasa
dilakukan penyesuaian. Salah satunya adalah dengan mengembangkan kurikulum.
Pengembangan kurikulum nantinya dapat memunculkan berbagai model kurikulum.
Briggs (1978: 23) menjelaskan model adalah seperangkat prosedur yang
berurutan untuk mewujudkan suatu proses seperti penilaian kebutuhan, pemilihan
media, dan evaluasi. Model sebagai konsep dasar mengenai usaha pelaksaaan dan
penilaian pembelajaran dalam ruang lingkup pendidikan menjadi bahan acuan
dalam pemilihan sekaligus penetapan kurikulum yang digunakan. Model
pengembangan kurikulum disini memuat ide atau gagasan, tata cara pelaksanaan
dan evaluasi hasil akhir.
Indonesia telah mengalami berbagai perubahan model kurikulum. Seringnya
pergantian model kurikulum yang digunakan bukanlah tanpa alasan. Mengikuti
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), pergantian jabatan
dalam ruang lingkup pemerintah, kedua hal tersebut bisa dikatakan sebagai sekian
dari penyebab sering bergantinya kurikulum di Indonesia.

1
Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai meodel
pengembangan kurikulum dan pendekatannya. Serta macam-macam model
pengembangan kurikulum hasil pemikiran para ahli.

B. Pembahasan
1. Pendekatan Pengembangan Kurikulum
Agar kurikulum dapat sesuai dengan tujuan pendidikan, maka diperlukan
suatu pengembangan kurikulum melalui pendekatan-pendekatan tertentu.
Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas. Menurut
sukmadinata (2000 : 1), pengembangan kurikulum bisa berarti penyusun
kurikulum yang sama sekali baru (curriculum construction), bisa juga
menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curuculum improvement).
Selanjutnya beliau juga menjelaskan, pada satu sisi pengembangan kurikulum
berarti menyusun seluruh perangkat kurikulum mulai dari dasar-dasar
kurikulum, struktur dan sebaran mata pelajaran, garis-garis besar program
pengajaran, sampai dengan pedoman-pedoman pelaksanaan (macro curriculum).
Pada sisi lainnya berkenaan dengan penjabaran kurikulum yang telah disusun
oleh tim pusat menjadi rencana dan persiapan-persiapan mengajar yang lebih
khusus, yang dikerjakan oleh guru-guru di sekolah, seperti penyusunan rencana
tahunan, semester, satuan pelajaran, dan lain-lain (micro curriculum). Yang
dimaksud pengembangan kurikulum dalam bahasan ini mencakup keduanya,
tergantung pada konteks pendekatan dan model pengembangan kurikulum itu
sendiri.
Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum. Pendekatan tersebut adalah cara kerja
dengan menerapkan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-
langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh kurikulum yang lebih
baik. Pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap
suatu proses tertentu. Dengan demikian, pendekatan pengembangan kurikulum
menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses
pengembangan kurikulum.

2
Di dalam teori kurikulum setidak-tidaknya terdapat enam pendekatan
yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum, yaitu: bahan pelajaran,
tujuan, organisasi bahan, collerated curriculum, integrated curriculum, dan
pendekatan kurikulum berbasis kompetensi (competency-based curriculum).
1. Pendekatan berorientasi pada bahan pelajaran
Pendekatan ini di Indonesia dalam kurikulum sebelum kurikulum 1975.
bagaimana dengan kelebihan dan kekurangan pendekatan yang berorientasi
bahan adalah bahwa bahan pengajaran lebih fleksibel dan bebas dalam
menyusunnya, sebab tidak ada ketentuan yang pasti dalam menentukan bahan
pengajaran yang sesuai dengan tujuan. Kelemahannya adalah karena tujuan
pengajaran kurang jelas, maka sukar ditentukan pedoman dalam menentukan
metode yang sesuai untuk pengajaran. Demikian pula untuk kebutuhan
penilaian.
2. Pendekatan berorientasi pada tujuan
Pendekatan yang berorientasi pada tujuan ini, menempatkan rumusan
atau penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi sentral, sebab tujuan
adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Kelebihan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang berorientasi
pada tujuan adalah:
 Tujuan yang ingin dicapai jelas bagi penyusunan kurikulum
 Tujuan yang jelas pula didalam menetapkan materi pelajaran, metode,
jenis kegiatan dan alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan
 Tujuan-tujuan yang jelas itu juga akan memberikan arah dalam
mengadakan penilaian terhadap hasil yang di capai.
Hasil penilaian yang terarah tersebut akan membantu penyusun kurikulum dalam
mengadakan perbaikan-perbaikan yang di perlukan.
Sedangkan kelemahan dari pendekatan pengembangan kurikulum yang
berorientasi pada tujuan yaitu kesulitan dalam merumuskan tujuan itu sendiri
(bagi guru).

3. Pendekatan dengan Organisasi Bahan

3
Pendekatan Pola Subjec Matter Curriculum. Pendekatan ini
penekanannya pada mata pelajaran-mata pelajaran secara terpisah-pisah,
misalnya: Sejarah, Ilmu Bumi, Biologi, Berhitung. Mata pelajaran ini tidak
berhubungan satu sama lain.
4. Pendekatan dengan Pola Correlated Curriculum
Pendekatan dengan pola ini adalah pendekatan dengan pola
mengelompokkan beberapa mata pelajaran (bahan) yang seiring, yang bisa
secara dekat berhubungan. Pendekatan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek,
yaitu:
 Pendekatan Struktural
Sebagai contoh adalah IPS. Bidang ini terdiri atas Ilmu Bumi,
Sejarah, dan Ekonomi. Maka didalam suatu pokok (topik) dari Ilmu
Bumi, kemudian dipelajari pula ilmu-ilmu lain yang masih berada
dalam lingkup suatu bidang studi.
 Pendekatan Fungsional
Pendekatan ini berdasar pada masalah yang berarti dalam
kehidupan sehari-hari. Masalah ini dikupas melalui berbagai ilmu yang
berada dalam lingkup suatu bidang studi yang dipandang ada
hubungannya.
 Pendekatan Tempat / Daerah
Atas dasar pembicaraan suatu tempat tertentu sebagai pokok
pembicaraannya. Misalnya tentang daerah Yogyakarta, maka dapat dibuat bahan
pembicaraan mengenai segi wisatanya, antropologi, budaya, politik, ekonomi
dan sebagainya.
5. Pendekatan Pola Integrated Curriculum
Pendekatan ini didasarkan pada keseluruhan hal yang mempunyai arti
tertentu. Keseluruhan ini tidak sekedar merupakan kumpulan dari bagian-
bagiannya, tetapi mempunyai arti tertentu. Sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional Negara kita, yang mengarah pada pembentukan pribadi manusia
seutuhnya, maka di dalam pemberian bahan pendekatan ini menekankan pada
keutuhan kebutuhan, yang dalam hal ini tidak hanya melalui mata pelajaran yang

4
terpisah-pisah, namun harus dijalin suatu keutuhan yang meniadakan batasan
tertentu dari masing-masing bahan pelajaran.
6. Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi (competency-based
curriculum)
Kompetensi (competency) mengandung makna kemampuan seseorang
yang disyaratkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada dunia kerja dan
ada pengakuan resmi atas kemampuan tersebut. Dalam lingkup pendidikan
menengah kejuruan pengertian kurikulum berbasis kompetensi dapat diuraikan
sebagai berikut:
 Kurikulum berbasis kompetensi diartikan sebagai rancangan pendidikan
dan pelatihan yang dikembangkan berdasarkan persyaratan-persyaratan
berupa standar kompetensi yang berlaku di tempat kerja.
 Substansi kompetensi memuat pernyataan pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill) dan sikap (attitude).
 Isi atau materi kurikulum yang dirancang dengan pendekatan berbasis
kompetensi diorganisasi dengan sistem modular (satuan utuh), ditata
secara sekuensial dan sistemik. Yang dimaksud dengan sistem modular
adalah perancangan substansi pembelajaran berdasarkan satuan
kompetensi secara utuh, sehingga memudahkan perpindahan dari suatu
satuan pembelajaran ke satuan pembelajaran lainnya berdasarkan
prinsip pembelajaran tuntas. Dalam pelaksanaannya, bahan ajar untuk
mendukung pembelajaran dapat berbentuk modul.
 Ada korelasi langsung antara penjenjangan jabatan pekerjaan di dunia
kerja dengan pentahapan pencapaian kompetensi di SMK.
John D McNeil dalam buku Contemporary curriculum in thought and action
(2006) menyatakan bahwa kurikulum dibagi menjadi empat model konsep
pengembangan kurikulum yaitu humanistik, rekonstruksi sosial, sistematik dan
akademik. Tetapi penulis akan menjelaskan enam model konsep pengembangan
kurikulum, yaitu: subjek akademis; humanistis; teknologis/kompetensi; dan
rekontruksi sosial.
1. Subjek Akademik

5
Pada model konsep subjek akademik menggunakan bidang studi atau
mata pelajaran sebagai dasar organisasi kurikulum, misalnya matematika, sains,
sejarah, geografi, atau IPA, IPS, dan sebagainya seperti yang lazim didapati
dalam sistem pendidikan sekarang ini disemua sekolah dan perguruan tinggi.
Pendekatan subjek akademik mengutamakan penguasaan bahan dan
proses dalam disiplin ilmu tertentu. Karena setiap ilmu pengetahuan memiliki
sistematisasi tertentu dan berbeda dengan sistematisasi ilmu lainnya.
Pengembagan kurikulum subyek akademik dilakukan dengan cara menetapkan
terlebih dahulu mata pelajaran apa yang harus dipelajari peserta didik, yang
diperlukan untuk (persiapan) pengembangan disiplin ilmu.
Pendekatan subjek akademik bertujuan agar peserta didik dapat
menguasai semua pengetahuan yang ada di kurikulum tersebut. Karena
kurikulum sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikan lebih bersifat
intelektual. Kurikulum subjek akademik tidak berarti hanya menekankan pada
materi yang disampaikan, dalam perkembangannya secara berangsur-angsur
memperhatikan proses belajar yang dilakukan siswa. Proses belajar yang dipilih
sangat bergantung pada hal apa yang terpenting dalam materi tersebut.
Perkembangan kurikulum subjek akademik memiliki tiga pendekatan,
yaitu :
1. Melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan.
Murid-murid belajar bagaimana memperoleh dan menguji fakta-fakta
dan bukan sekadar mengingat-ingatnya.
2. Studi bersifat integratif.
Pendekatan ini merupakan respons terhadap perkembangan
masyarakat yang menuntut model-model pengetahuan yang lebih
komprehensif-terpadu. Pelajaran tersusun atas satuan-satuan
pelajaran, dalam satuan-satuan pelajaran tersebut batas-batas ilmu
menjadi hilang. Pengorganisasian tema-tema pengajaran didasarkan
atas fenomena-fenomena alam, proses kerja ilmiah dan problema-
problema yang ada.
3. Pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.

6
Mereka tetap mengajar berdasarkan mata-mata pelajaran dengan
menekankan membaca, menulis, dan memecahkan masalah-masalah
matematis. Pelajaran-pelajaran lain seperti ilmu kealaman, ilmu
sosial, dan lain-lain dipelajari tanpa dihubungkan dengan kebutuhan
praktis pemecehan masalah dalam kehidupan.

Pendekatan pengembangan kurikulum subjek akademik mempunyai ciri-


ciri sebagai berikut:
1. Tujuan
Tujuan kurikulum subjek akademik adalah pemberian pengetahuan
yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan proses
“penelitian”. Para siswa harus belajar menggunakan pemikiran dan
dapat mengontrol dorongan-dorongannya, sehingga diharapkan siswa
mempunyai konsep dan cara yang terus dapat dikembangkan di
masyarakat yang lebih luas.
2. Metode
Metode yang banyak digunakan dalam pendekata subjek akademik
adalah pendekatan metode ekspositori dan inkuiri. Ide-ide diberikan
guru kemudian dielaborasi (dilaksanakan) siswa sampai mereka
kuasai. Dalam materi disiplin ilmu yang diperoleh, dicari berbagai
masalah penting, kemudian dirumuskan dan dicari cara
pemecahannya.
3. Organisasi isi
Ada beberapa pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subyek
akademik. Pola-pola organisasi yang terpenting di antaranya:
a. Correlated curriculum, adalah pola organisasi materi atau konsep
yang dipelajari dalam suatu pelajaran dikorelasikan dengan
pelajaran lainnya.
b. Unified atau Concentrated, adalah pola organisasi bahan
pelajaran tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang
mencakup materi dari berbagai pelajaran disiplin ilmu.

7
c. Intregrated curriculum, jika dalam unified masih tampak warna
displin ilmunya, maka dalam pola yang integrated warna disiplin
ilmu tersebut sudah tidak terlihat lagi. Bahan ajar diintegrasikan
dalam suatu persoalan, kegiatan atau segi kehidupan tertentu.
d. Problem Solving curriculum, adalah pola organisasi isi yang
berisi topic pemecahan masalah social yang dihadapi dalam
kehidupan dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh dari berbagai mata pelajaran atau disiplin ilmu.

4. Evaluasi
Kurikulum subjek akademik menggunakan bentuk evaluasi yang
bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran. Dalam
bidang studi humaniora lebih banyak digunakan bentuk uraian (essay
test) dari tes objektif. Karena bidang studi ini membutuhkan jawaban
yang merefleksikan logika, koherensi, dan integrasi secara
menyeluruh.
2. Humanistik
Model konsep humanistik berpusat pada siswa (student centered) dan
mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai
bagian integral dari proses belajar. Menurut Somantrie dalam Abdullah Idi,
bahwa pada pendekatan humanistik prioritasnya adalah pengalaman belajar yang
diarahkan terhadap tanggapan minat, kebutuhan dan kemampuan anak.
Keberhasilan pendidikan tidak semata-mata diukur dengan lancarnya
proses transmisi nilai-nilai (dalam hal ini materi pelajaran yang terformat dalam
kurikulum), melainkan lebih dari sekadar hal itu. Permasalahan yang perlu
disadari adalah bahwa materi bukanlah tujuan. Pendidikan humanistik
menganggap materi pendidikan lebih merupakan sarana, yakni sarana untuk
membentuk pematangan humanisasi peserta didik, jasmani dan ruhani secara
gradual.
Model konsep humanistik menjelaskan bahwa tujuan dari pendidikan itu
bukan hanya pada nilai-nilai yang dapat dicapai peserta didik, tapi lebih kepada
pembentukan perubahan pada peserta didik, baik secara jasmani maupun rohani.

8
Selanjutnya siswa hendaknya diturut sertakan dalam penyelenggaraan kelas dan
keputusan instruksional. Dan siswa hendaknya turut serta dalam pembuatan,
pelaksanaan, dan pengawasan peraturan sekolah. Siswa hendaknya
diperbolehkan memilih kegiatan belajar, dan siswa boleh membuktikan hasil
belajarnya melalui berbagai macam karya atau kegiatan.
Pendidikan yang humanistik memandang manusia sebagai manusia,
yakni makhluk hidup ciptaan Allah dengan fitrah-fitrah tertentu. Sebagai
makhluk hidup, ia harus melangsungkan, mempertahankan, dan
mengembangkan hidupnya. Sebagai pribadi, manusia juga sebagai makhluk
sosial yang memilki hak-hak sosial dan harus menunaikan kewajiban-kewajiban
sosialnya.
Dalam kurikulum humanistik, guru diharapkan dapat membangun
hubungan emosional yang baik dengan peserta didiknya, untuk perkembangan
individu peserta.. Oleh karena itu, peran guru yang diharapkan adalah sebagai
berikut:
1. Mendengar pandangan realitas peserta didik secara komprehensif,
2. Menghormati individu peserta didik,
3. Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat-buat,
4. Tugas guru dalam kurikulum humanistik adalah menciptakan situasi
yang permisif dan mendorong peserta didik untuk mencari dan
mengembangkan pemecahan sendiri. Dan tujuan pengajaran adalah
memperluas kesadaran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan
dan keterasingan dari lingkungan. Dari sini jelaslah bahwa
pendekatan pengembangan kurikulum humanistik ini mengaharapkan
perkembangan diri siswa sehingga dapat menemukan kepribadiannya
yang hidup ditengah-tengah masyarakat.

Model konsep pengembangan kurikulum humanistik mempunyai


beberapa ciri-ciri, yakni:
1. Tujuan
Tujuan pendidikannya adalah proses perkembangan pribadi yang
dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi
kepribadiaan, sikap yang sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan

9
belajar. Semuanya itu merupakan bagian dan cita-cita
perkembangan manusia yang teraktualisasi (self actualizing
person). Seseorang yang telah mampu mengaktualisasikan diri
adalah orang yang telah mencapai keseimbangan (harmoni)
perkembangan seluruh aspek pribadinya baik aspek kognitif,
estetika, maupun moral.
2. Metode
Pengembangan kurikulum humanistik menuntut hubungan
emosional yang baik antara guru dan siswa. Karenanya, menuntut
kemampuan guru untuk memilih metode pembelajaran yang dapat
menciptakan hubungan yang hangat antara guru dengan murid,
antara murid dengan murid, dapat memberikan dorongan agar
saling percaya. Dalam kegiatan pembelajaran guru tidak boleh
memaksakan sesuatu yang tidak disenangi oleh peserta didik.
3. Organisasi Isi
Kurikulum humanistik harus mampu memberikan pengalaman
yang menyeluruh, bukan pengalaman yang terpenggal-penggal.
4. Evaluasi
Evaluasi kurikulum humanistik berbeda dengan evaluasi pada
umumnya, yang lebih ditekankan pada hasil akhir atau produk.
Sebaliknya, evaluasi kurikulum humanistik lebih menekankan pada
proses yang dilakukan. Kurikulum ini melihat kegiatan sebagai
sebuah manfaat untuk peserta didik masa depan. Kelas yang baik
akan menyediakan berbagai pengalaman untuk mambantu peserta
didik menyadari potensi mereka dan orang lain, serta dapat
mengembangkannya.
Pada pengembangan kurikulum humanistik guru diharapkan mengetahui
respon peserta didik terhadap kegiatan mengajar. Guru juga diharapkan
mengamati apa yang sudah dilakukannya, untuk melihat umpan balik setelah
kegiatan belajar dilakukan. Sebagai suatu hal yang alamiah, kurikulum
humanistik memilki beberapa kelemahan, seperti:

10
1. Keterlibatan emosional tidak selamanya berdampak positif bagi
perkembangan individual peserta didik
2. Meskipun kurikulum ini sangat menekankan individu peserta didik,
pada kenyataannya di setiap program terdapat keseragaman peserta
didik
3. Kurikulum ini kurang memerhatikan kebutuhan masyarakat secara
keseluruhan, dan
4. Dalam kurikulum ini, prinsip-prinsip psikologis yang ada kurang
terhubungkan.

3. Teknologis
John D. McNeil dalm buku Curriculum A Comprehensive Introduction
(1997) menyatakan bahwa teknologi yang diterapkan kurikulum terdapat dua
cara. Pertama, kurikulum sebagai rencana yang sistematis merupakan
penggunaan berbagai perangkat dan media. Dan suatu yang berurutan
merupakan penyusunan dari instruksi berdasarkan prinsip dari ilmu perilaku.
Contoh dari teknologi adalah komputer yang dibantu oleh instruksi misalnya
sistem pendekatan menggunakan tujuan yang diprogram untuk bahan ajaran,
tutor, permainan instruksional, dan tes kriteria secara terorganisasi. Teknologi
adalah sistem dan produk yang dapat direplikasi. Hal tersebut mengungkapkan
bahwa hasil yang sama dapat dicapai pada kesempatan ulang atau kedua dan
sistem itu sendiri adalah penggunaan dalam banyak situasi.
Kedua, teknologi dalam model dan prosedur untuk pengembangan
konstruksi dan evaluasi materi kurikulum dan sistem pembelajaran. Proses
perkembangan dapat diartikan sebagai aturan, yang jika diikuti akan
menghasilkan produk yang lebih efektif. Teknologi pada cara yang pertama
lebih berkaitan dengan bagaimana mengajar daripada apa yang akan diajarkan.
Teknologi yang banyak digunakan melihat fungsi kurikulum sebagai
menemukan cara yang efisien dan efektif untuk tujuan yang telah ditentukan.
Pandangan kedua menunjukkan teknologi merupakan sesuatu yang dihasilkan
memiliki banyak hubungannya dengan jenis materi yang dipejari atau tidak
dipelajari.

11
Salah satu ciri globalisasi adalah pesatnya arus informasi melalui
berbagai alat teknologi seperti telepon, radio, televisi, teleconference sampai
dengan satelit, dan internet. Kehadiran teknologi perlu dimanfaatkan oleh dunia
pendidikan dalam upaya pemerataan kesempatan, peningkatan mutu, relevansi
dan efesiensi pendidikan.
Perspektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektifitas
program metode dan material untuk mencapai suatu manfaat dan keberhasilan.
Teknologi memengaruhi kurikulum dalam dua cara, yaitu aplikasi dan teori.
Aplikasi teknologi merupakan suatu rencana penggunaan beragam alat dan
media, atau tahapan basis instruksi. Sebagai teori, teknologi digunakan dalam
pengembangan dan evaluasi material kurikulum dan instruksional.
1. Pandangan pertama menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi
lebih diarahkan pada bagaimana mengajarnya, bukan apa yang
diajarkan.
2. Pandangan kedua menyatakan bahwa teknologi diarahkan pada
penerapan tahapan instruksional. Penerapan teknologi dalam
bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah dalam dua bentuk,
yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras
(hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan
dikenal sebagai teknologi alat (tools technology), sedangkan
penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga teknologi sistem
(system technology).[16]
Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan
kepada penggunaan alat-alat teknologi untuk menunjang efisiensi dan efektifitas
pendidikan. Kurikulumnya berisikan rencana-rencana penggunaan berbagai alat
dan media, juga model-model pengajaran yang banyak melibatkan penggunaan
alat. Contoh-contoh model pengajaran tersebut adalah: pengajaran dengan
bantuan film dan video, pengajaran berprogram, mesin pengajaran, pengajaran
modul. Pengajaran dengan bantuan komputer, dan lain-lain.
Kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan
memiliki beberapa ciri khusus, yaitu:
1. Tujuan

12
Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan
dalam bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang bersifat umum yaitu
kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut
objektif atau tujuan instruksional. Objektif ini menggambarkan
perilaku, perbuatan atau kecakapan-keterampilan yang dapat
diamati.
2. Metode
Metode merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang
sebagai proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang
diberikan dan apabila terjadi respons yang diharapkan maka
respons tersebut diperkuat.
3. Organisasi bahan ajar
Bahan ajar dan isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu,
tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung
penguasaan sesuatu kompetensi. Bahan ajar atau kompetensi yang
luas/besar dirinci menjadi bagian-bagian atau subkompetensi yang
lebih kecil, yang menggambarkan objektif. Urutan dari objektif-
objektif ini pada dasarnya menjadi inti organisasi bahan.
4. Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu
pelajaran, suatu unit atau semester. Fungsi evaluasi ini bermacam-
macam, sebagai umpan balik bagi siswa dalam penyempurnaan
penguasaan suatu satuan pelajaran (evaluasi formatif), umpan balik
bagi siswa pada akhir suatu program atau semester (evaluasi
sumatif). Juga dapat menjadi umpan balik bagi guru dan
pengembang kurikulum untuk penyempurnaan kurikulum. Tes
evaluasi yang biasa dilakukan adalah tes objektif.
4. Rekonstruksionisme
Model konsep ini disebut Rekonstuksi sosial. Kurikulum rekonstruksi
sosial sangat memperhatikan hubungan kurikulum dengan sosial masyarakat dan
politik perkembangan ekonomi. Banyak prinsip kelompok ini yang konsisten
dengan cita-cita tertinggi, contohnya masalah hak asasi kaum minoritas,

13
keyakinan dalam intelektual masyarakat umumnya, dan kemampuan
menentukan nasib sendiri sesuai arahan yang mereka inginkan.
Pengajaran kurikulum rekonstruksi sosial banyak dilaksanakan di
daerah-daerah yang tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum
tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan kondisi
kehidupan mereka. Sesuai dengan potensi yang ada dalam masyarakat, sekolah
mempelajari potensi-potensi tersebut, dengan bantuan biaya dari pemerintah
sekolah berusaha mengembangkan potensi tersebut. Di daerah pertanian
misalnya maka sekolah harus mengembangkan bidang pertanian, sementara
kalau daerah industri maka yang harus dikembangkan oleh sekolah adalah
bidang industri. Sehingga kurikulum tersebut dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat daerah tersebut.
Kurikulum rekonstruksi sosial bertujuan untuk menghadapkan peserta
didik pada berbagai permasalahan manusia dan kemanusian. Para pendukung
kurikulum ini yakin, bahwa permasalahan yang muncul tidak harus diperhatikan
oleh “pengetahuan sosial” saja, tetapi oleh setiap disiplin ilmu.
Kegiatan yang dilakukan dalam kurikulum rekonstruksi sosial antara lain
melibatkan:
1. Survei kritis terhadap suatu masyarakat
2. Studi yang melibatkan hubungan antara ekonomi lokal dengan ekonomi
nasional atau internasional
3. Studi pengaruh sejarah dan kencenderungan situasi ekonomi lokal
4. Uji coba kaitan praktik politik dengan perekonomian
5. Berbagai pertimbangan perubahan politik
6. Pembatasan kebutuhan masyarakat pada umumnya.
Penyusunan dan pengembangan kurikulum harus bertitik tolak dari
problem yang dihadapi dalam masyarakat. Pendekatan kurikulum rekonstruksi
sosial ini selain menekan pada isi pembelajaran, sekaligus juga menekankan
pada proses pendidikan dari pengalaman belajar. Ini dikarenakan, pendekatan
rekonstruksi sosial berasumsi bahwa, manusia adalah makhluk sosial yang
sepanjang kehidupannya membutuhkan orang lain, selalu bersama, berinteraksi
dan bekerjasama. Dari pendekatan kurikulum rekonstruksi sosial ini, nantinya

14
diharapkan peserta didik mempunyai tanggung jawab dalam masyarakatnya
guna membantu pemerintah dalam perbaikan-perbaikan dalam masyarakatnya
yang lebih baik lagi kedepannya.
Adapun pendekatan kurikulum rekonstruksi sosial ini mempunyai ciri-
ciri berkenaan dengan:
1. Tujuan
Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan
para peserta didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan
atau gangguan-gangguan yang dihadapi manusia. Karena itu,
tujuan program pendidikan setiap tahun berubah. Tantangan-
tantangan tersebut merupakan bidang garapan selain bidang studi
agama, juga perlu didekati dari bidang-bidang lain seperti ekonomi,
sosiologi, ilmu pengetahuan alam, estetika, matematika dan lain-
lain.
2. Metode
Tugas guru dalam kegiatan pembelajaran dalam kurikulum
rekonstruksi sosial, yaitu: berusaha mencari keselarasan antara
tujuan-tujuan nasional dengan tujuan peserta didik. Dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran guru harus dapat membantu
para peserta didik untuk menemukan minat dan kebutuhannya.
3. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan
pendidikan dalam persoalan-persoalan tersebut di atas dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai metode antara lain: (1)
mengadakan survei kritis kepada masyarakat; (2) mengadakan studi
banding ekonomi lokal dan nasional; (3) mengevaluasi semua
rencana dengan kriteria, apakah telah memenuhi kepentingan
sebagian besar orang.
4. Organisasi Isi
Pola organisasi isi kurikulum rekonstruksi sosial disusun seperti
roda. Ditengah-tengahnya sebagai poros dipilih sesuatu masalah
yang menjadi tema utama dan dibahas secara pleno. Tema-tema
tersebut dijabarkan ke dalam sejumlah topik yang dibahas dalam

15
diskusi kelompok, latihan-latihan, kunjungan dan lain-lain. Topik-
topik dengan berbagai kelompok ini merupakan jari-jari. Semua
kegiatan jari-jari tersebut dirangkum menjadi satu kesatuan sebagai
bingkai atau velk.
5. Evaluasi
Dalam kegiatan evaluasi para peserta didik dilibatkan. Keterlibatan
para peserta didik terutama dalam memilih, menyusun, dan menilai
bahan yang akan diujikan. Soal-soal yang akan diujikan terlebih
dahulu diuji untuk menilai ketepatan maupun keluasan isinya.
Selain itu juga untuk menilai keampuhannya dalam menilai
pencapaian tujuan-tujuan pembangunan kehidupan keberagaman
masyarakat yang sifatnya kualitatif.
5. Accountability (The Accountability Approach)
Accountability atau pertanggungjawaban lembaga pendidikan tentang
pelaksanaan tugasnya kepada masyarakat, akhir-akhir ini tampil sebagai
pengaruh yang penting dalam dunia pendidikan. Namun, menurut banyak
pengamat pendidikan accountability ini telah mendesak pendidikan dalam arti
yang sebenarnya menjadi latihan belaka.
Accountability yang sistimatis yang pertama kalinya diperkenalkan
Frederick Taylor dalam bidang industri pada permulaan abad ini.
Pendekatannya, yang kelak dikenal sebagai “scientific management” atau
manajemen ilmiah, menetapkan tugas-tugas spesifik yang harus diselesaikan
pekerja dalam waktu tertentu.
6. Pendekatan Pembangunan Nasional (National Development Approach)
Pendekatan ini mengandung tiga unsur :
1. Pendidikan kewarganegaraan
Dalam masyarakat demokratis, warganegara dapat dimasukkan dalam
tiga kategori:
a. Warganegara yang apatis
b. Warganegara yang pasif
c. Warganegara yang aktif
2. Pendidikan sebagai alat pembangunan nasional

16
Tujuan pendidikan ini adalah mempersiapkan tenaga kerja yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pembangunan. Para pengembang
kurikulum bertugas untuk mendisain program yang sesuai dengan
analisis jabatan yang akan diduduki
3. Pendidikan keterampilan praktis bagi kehidupan sehari-hari
Keterampilan yang diperlukan bagi kehidupan sehari-hari dapat dibagi
dalam beberapa kategori yang tidak hanya bercorak keterampilan akan
tetapi juga mengandung aspek pengetahuan dan sikap, yaitu:
a. Keterampilan untuk mencari nafkah dalam rangka sistim ekonomi
suatu negara.
b. Keterampilan untuk mengembangkan masyarakat.
c. Keterampilan untuk menyumbang kepada kesejahteraan umum.
d. Keterampilan sebagai warganegara yang baik

Dari beberapa model konsep pengembangan kurikulum ini, maka


penyusunan kurikulum harus dapat melihat kepada ilmu pengetahuan itu sendiri
yang dapat dikaitkan dengan kepentingan peserta didik sebagai
manusia/individu, dan kurikulum juga harus dapat menyesuaikan dengan
perkembangan teknologi sekarang ini, dan yang tidak kalah pentingnya adalah
kurikulum dibuat dengan memperhatikan kepentingan masyarakat tiap-tiap
daerah.
2. Model Pengembangan Kurikulum
Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur
dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan
mengeavaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model
pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem
perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan
standar keberhasilan dalam pendidikan.
Dewasa ini telah banyak dikembangkan model-model pengembangan
kurikulum. Setiap model pengembangan kurikulum tersebut memiliki
karakteristik pada pola desain, implementasi, evaluasi dan tindak lanjut dalam
pembelajaran. Dalam pengembangan kurikulum dapat diidentifikasi berdasarkan

17
basis apa yang akan dicapai dalam kurikulum tersebut, seperti alternatif yang
menekankan pada kebutuhan mata pelajaran, peserta didik, penguasaan
kompetensi suatu pekerjaan, kebutuhan masyarakat atau permasalahan sosial.
Oleh karena itu, pengembangan kurikukulum perlu dilakukan dengan
berlandaskan pada teori yang tepat agar kurikulum yang dihasilkan bisa efektif.
Model-model pengembangan yang akan dibahas, yaitu model Ralph Tyler,
Administratif, Grass Root, Demonstrasi, Miller-Seller, Taba dan model
Beauchamp.
a. Model Ralph Tyler
Model pengembangan yang dikemukakan oleh Ralph Tyler (1949)
diajukan berdasarkan pada beberapa pertanyaan yang mengarah pada
langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut adalah:
a. Tujuan pendidikan apa yang harus dicapai oleh sekolah?
b. Pengalaman-pengalaman pendidikan apakah yang semestinya diberikan
untuk mencapai tujuan pendidikan?
c. Bagaimanakah pengalaman-pengalaman pendidikan sebaiknya
diorganisasikan?
d. Bagaimanakah menentukan bahwa tujuan telah tercapai?
Oleh karena itu menurut Tyler ada empat tahap yang harus dilakukan
dalam pengembangan kurikulum yang meliputi:
1. Menentukan tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus
dicapai dalam program pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendidikan
harus menggambarkan perilaku akhir setelah peserta didik mengikuti
program pendidikan, sehingga tujuan tersebut harus dirumuskan secara jelas
sampai pada rumusan tujuan khusus guna mempermudah pencapaian tujuan
tersebut.
2. Menentukan Proses Pembelajaran
Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan proses
pembelajaran adalah presepsi dan latar belakang kemampuan peserta didik.
Artinya, pengalaman yang sudah dimiliki siswa harus menjadi bahan

18
pertimbangan dalam menentukan proses pembelajaran selanjutnya. Dalam
proses pembelajaran akan terjadi interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan atau sumber belajar yang tujuannya untuk membentuk sikap,
pengetahuan dan keterampilan sehingga menjadi perilaku yang utuh. Oleh
karena itu, ketetapan dalam pemilihan proses pembelajaran sangat
menentukan dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
3. Menentukan Organisasi Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar di dalamnya mencakup tahapan-tahapan belajar dan
isi atau materi. Bahan yang harus dipelajari peserta didik dan pengalaman
belajar apa yang harus dilakukan, diorganisasi sedemikian rupa sehingga
dapat memudahkan dalam pencapaian tujuan. Kejelasan tujuan, materi
belajar dan proses pembelajaran serta urutan-urutan, akan mempermudah
untuk memperoleh gambaran tentang evaluasi pembelajaran apa yang
sebaiknya digunakan.
4. Menentukan Evaluasi Pembelajaran
Menentukan jenis evaluasi apa yang cocok digunakan, merupakan
kagiatan akhir dalam model Tyler. Jenis penilaian yang akan digunakan,
harus disesuaikan dengan jenis dan sifat dari tujuan pendidikan atau
pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses belajar yang telah ditetapkan
sebelumnya. Agar penetapan jenis evaluasi bisa tepat, maka para
pengembang kurikulum disamping harus memerhatikan komponen-
komponen kurikulum lainnya, juga harus memerhatikan prinsip-prinsip
evaluasi yang ada.
b. Model Administratif
Pengembangan kurikulum model ini disebut juga dengan istilah dari atas
(top down) atau staf lini (line-staff procedure), artinya pengembangan kurikulum
ini ide awal dan pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat
keputusan dan kebijakan berkaitan dengan pengembangan kurikulum. Tim ini
sekaligus sebagai tim pengarah dalam pengembangan kurikulum. Langkah
kedua adalah membentuk suatu tim panitia pelaksana atau komisi untuk
mengembangkan kurikulum yang didukung oleh beberapa anggota yang terdiri

19
dari para ahli, yaitu: ahli pendidikan, kurikulum, displin ilmu, tokoh masyarakat,
tim pelaksana pendidikan, dan pihak dunia kerja.
Tim ini bertugas untukk mengembangkan konsep-konsep umum, landasan
rujukan, maupun strategi pengembangan kurikulum yang selanjutnya menyusun
kurikulum secara operasional berkaitan dengan pengembangan atau perumusan
tujuan pendidikan maupun pembelajaran, pemilihan dan penyusunan rambu-
rambu dan substansi materi pembelajaran, menyusun alternatif proses
pembelajaran, dan menentukan penilaian pembelajaran.
c. Model Grass Roots
Pengembangan kurikulum model ini kebalikan dari model administratif.
Model Grass Roots merupakan model pengembangan kurikulum yang dimulai
dari arus bawah. Dalam prosesnya pengembangan kurikulum ini diawali atau
dimulai dari gagasan guru-guru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah. Model
Gross Roots lebih demokratis karena pengembangan dilakukan oleh para
pelaksana di lapangan, sehingga perbaikan dan peningkatan dapat dimulai dari
unit-unit terkecil dan spesifik menuju bagian-bagian yang lebih besar.
d. Model Demonstrasi
Model pengembangan kurikulum ini idenya datang dari bawah (grass roots).
Semula merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang
selanjutnya digunakan dalam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya
sering mendapat tantangan atau ketidaksetujuan dari pihak-pihak tertentu.
Menurut Smith, Stanley, dan Shores, ada dua bentuk model pengembangan ini.
Pertama, sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang
diorganisasi dan ditunjuk untuk melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen
suatu kurikulum. Kedua, dari beberapa orang guru yang merasa kurang puas
tentang kurikulum yang ada, kemudian mereka mengadakan eksperimen, uji
coba, dan mengadakan pengembangan secara mandiri.
Beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini:
1. Kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalui
proses yang telah diuji dan diteliti secara ilmiah.

20
2. Perubahan kurikulum dalam skala kecil atau pada aspek yang lebih
khusus kemungkinan kecil akan ditolak oleh pihak administrator, akan
berbeda dengan perubahan kurikulum yang sangat luas dan kompleks.
3. Haikikat model demonstrasi berskala kecil akan terhindar dari
kesenjangan dokumen dan pelaksanaan di lapangan.
4. Model ini akan menggerakan inisiatif, kreativitas guru-guru serta
memberdayakan sumber-sumber administrasi untuk memenuhi
kebutuhan dan minat guru dalam mengembangkan program yang baru.
e. Model Miller-Seller
Model pengembangan kurikulum Miller-Seller merupakan pengembangan
kurikulum kombinasi dari model transmisi (Gagne) dan model transaksi (Taba’s
& Robinson), dengan tahapan pengembangan sebagai berikut:
1. Klarifikasi Orientasi Kurikulum
Langkah pertama yang dianggap sangat penting adalah menguji dan
mengklarifikasi orientasi. Orientasi ini merefleksikan pandangan
filosofis, psikologis, dan sosiologis terhadap kurikulum yang seharusnya
dikembangkan.
2. Pengembangan Tujuan
Langkah berikutnya adalah mengembangkan tujuan umum (aims) dan
mengembangkan tujuan khusus berdasarkan orientasi kurikulum yang
bersangkutan. Tujuan umum dalam konteks ini adalah mereflesikan
pandangan orang (image person) dan pandangan (image)
kemasyarakatan. Tujuan pengembangan merupakan tujuan yang masih
relatif umum. Oleh karena itu, perlu dikembangkan tujuan-tujuan yang
lebih khusus hingga pada tujuan instruksional.
3. Identifikasi Model Mengajar
Identifikasi model mengajar (strategi mengajar) harus sesuai dengan
tujuan dan orientasi kurikulum. Pada tahap ini pelaksana kurikulum
harus mengidentifikasi strategi mengajar yang akan digunakan yang
disesuaikan dengan tujuan dan orientasi kurikulum. Kriteria yang harus
diperhatikan dalam menentukan model mengajar yang akan digunakan:

21
a. Disesuaikan dengan tujuan umum dan tujuan khusus
b. Strukturnya harus sesuai dengan kebutuhan siswa
c. Guru yang menerapkan kurikulum ini harus sudah memahami secara
utuh, sudah dilatih, dan mendukung model.
d. Tersedia sumber-sumber yang esensial dalam pengembangan model.
4. Implementasi
Langkah ini merupakan langkah menerapkan kurikulum berdasarkan
pada langkah-langkah sebelumnya. Implementasi sebaiknya
dilaksanakan dengan memerhatikan komponen-komponen program studi,
identifikasi sumber, peranan, pengembangan profesional, penetapan
waktu, komunikasi, dan sistem monitoring. Langkah ini merupakan
langkah terakhir dalam pengembangan kurikulum.
f. Model Taba (Inverted Model)
Model Taba merupakan modifikasi dari model Tyler. Modifikasi tersebut
penekanannya terutama pada pemusatan perhatian guru. Taba memercayai
bahwa guru merupkan faktor utama dalam usaha pengembangan kurikuum.
Menurut Taba, guru harus penuh aktif dalam pengembangan kurikulum.
Pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh guru dan memosisikan guru
sebagai inovator dalam pengembangan kurikulum merupakan karakteristik
dalam model pengembangan Taba. Dalam pengembangannya model ini
lebih bersifat induktif, berbeda dengan model tradisional yang deduktif.
Langkah-langkahnya adalah:
1. Mengadakan unit-unit eksperimen bersama dengan guru-guru.
2. Menguji unti eksperimen
3. Mengadakan revisi dan konsolidasi
4. Pengembangan keseluruhan kerangka kurikuum (develoving a
framework)
5. Implementasi dan desiminasi
g. Model Beauchamp
Model ini dikembangkan oleh Gerge A. Beauchamp, seorang ahli
kurikulum. Menurut Beauchamp (1931), proses pengembangan kurikulum
meliputi lima tahap, yaitu:

22
1. Menentukan arena atau wilayah yang akan dicakup oleh kurikulum
2. Menetapkan personalia
3. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum
4. Implementasi kurikulum
5. Evaluasi kurikulum.

C. PENUTUPAN
1. Kesimpulan
Pendekatan kurikulum dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum. Sedangkan
model dalam kurikulum adalah komponen yang sangat menentukan keberhasilan
sebuah proses pendidikan.
Ada 6 jenis pendekatan kurikulum untuk mengambangkan kruikulum :
1. Pendekatan berorientasi pada bahan pelajaran
2. Pendekatan berorientasi pada tujuan
3. Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi (competency-based
curriculum)
4. Pendekatan Pola Integrated Curriculum
5. Pendekatan dengan Organisasi Bahan
6. Pendekatan dengan Pola Correlated Curriculum
Dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa model yang dapat
digunakan yaitu sebagai berikut :
1. Model Ralph Tyler
2. Model Grass Roots
3. Model Administratif
4. Model Demonstrasi
5. Model Miller-Seller
6. Model Taba (Inverted Model)
7. Model Beauchamp
Banyak model yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum.
Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas
kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang

23
optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan system pendidikan dan system
pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang
digunakan. Model pengembangan kurikulum dalam system pendidikan dan
pengelolaan yang sifatnya sentralisasi berbeda dengan yang sifatnya
desentralisasi. Model pengembangan dalam kurikulum yang sifatnya subjek
akademis berbeda dengan kurikulm humanistik, teknologis, dan rekonstruksi
social.
B. Saran
Dari beberapa penjelasan diatas mengenai pendekatan serta
pengembangan kurikulum, maka penulis menyarankan untuk pembaca agar
dapat memahami dan mengimplementasikan yang telah dipaparkan diatas. Serta
dapat memanfaatkan beberapa model kurikulum untuk dikembangkan dengan
baik.

24
Daftar Pustaka:
Asih, ,Murni. (2011). Model Konsep Kurikulum. [online].
https://murniasihmu.wordpress.com/2011/12/31/model-konsep-
kurikulum/
Dwi, Elisa. (2015). Model Desain Kurikulum. [online].
http://elisadwi.blogs.uny.ac.id/2015/12/03/model-desain-kurikulum/
Fatahilah, Wahyu. (2013). Macam – Macam Model Konsep Kurikulum. [online].
http://wahyu-fatahilah.blogspot.co.id/2013/06/macam-macam-model-konsep-
kurikulum.html
Firman, Asep. (2014). Pendekatan dan Model Pengembangan Kurikulum. [online].
https://asepfirman17.wordpress.com/administrasi-pendidikan/981-2/
Malik, Imam. (2013). Pendekatan Pengembangan Kurikulum. [online].
https://imammalik11.wordpress.com/2013/11/11/pendekatan-pengembangan-
kurikulum/
Masrifah, Siti dkk. (2014). Model dan Konsep Kurikulum. [online].
http://pendidikanekonomia.blogspot.co.id/2014/05/model-dan-konsep-
kurikulum_7377.html
McNeil, John D. (2006). Contemporary Curriculum in Thought and Action. Los
Angeles: John Wiley & Sons, Inc.
McNeil, John D. (1977). Curriculum A Comprehensive Introduction. Canada: Little,
Brown an Company, Inc.
Nasir, Muhammad. (2014). Pendekatan – Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum.
[online].
http://muhammadnasirspdi.blogspot.co.id/2014/10/pendekatan-pendekatan-dalam.html
Nurlela, Siti. (2015). Macam – Macam Model Konsep Kurikulum. [online].
http://lightatthenight.blogspot.co.id/2015/03/macam-macam-model-konsep-
kurikulum.html
Radityama,Yudi. (2014). Beberapa Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum
Pendidikan Dasar. [online].

25
https://yudiradityatama.wordpress.com/2014/11/12/beberapa-pendekatan-dalam-
pengembangan-kurikulum-pendidikan-dasar-makalah-oleh-yudi-irawan-nim-
14760019-program-megister-pendidikan-guru-madrasah-ibtidaiyah-sekolah-
pascasarjana-universitas-i/
Resmaleni. (2014). Model – Model Konsep Pengembangan. [online].
http://resmaleniteacher.blogspot.co.id/2014/04/model-model-konsep-
pengembangan.html
Ruhimat, Toto dan Alinawati, Muthia. (2011). Model Pengembangan dan Organisasi
Kurikulum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Salim, Mahrus. (2014). Makalah Pendekatan Pendekatan dalam Pengembangan
Kurikulum.
[online]. http://mahrus-salim.blogspot.co.id/2014/11/makalah-pendekatan-pendekatan
dalam.html
Sahar. (2015). Makalah Pendekatan dan Pengembangan Kurikulum. [online].
http://mytugasmm.blogspot.co.id/2015/06/makalah-pendekatan-dan-
pengembangan.html
Suhartoni. (2013). Model Konsep Kurikulum. [online].
http://su11a12to.blogspot.co.id/2013/03/model-konsep-kurikulum.html
Zaenulamry, Ajie. (2015). Makalah tentang Pendekatan – Pendekatan Pengembangan
Kurikulum. [online].
http://ajiezaenulamry.blogspot.co.id/2015/08/makalah-tentang-pendekatan-
pengembangan.html

26

Anda mungkin juga menyukai