Anda di halaman 1dari 9

Nama : Isna Rahmawati

Prodi/smt : PGMI/2

Mata kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen pengampu : Ella Nurlatifah Rusyani Zain, M.Pd.

ARTIKEL TENTANG BANGSA, SEJARAH PROSES BERBANGSA, NATIONAL


BUILDING AND CHARACTER BUILDING DAN EMPAT PILAR KEBANGSAAN

A. Bangsa/kebangsaan

Konsep kebangsaan menurut Kohn (1984) dinyatakan sebagai bentuk kemauan


bersama untuk hidup sebagai bangsa atau suatu paham yang berpendapat bahwa kesetiaan
tertinggi individu harus diserahkan kepada Negara kebangsaan. Paham kebangsaan ini
didasarkan pada asumsi bahwa lahirnya suatu Negara bangsa di dunia sebenarnya
merupakan hasil tenaga yang hidup dalam sejarah. Bangsa terdiri atas golongan yang
beraneka ragam dan tidak terumuskan secara eksak. Pada umumnya bangsa memiliki
faktor-faktor obyektif tertentu yang membuat berbeda dengan bangsa lain, misalnya
persamaan keturunan, bahasa, daerah, kesatuan politik, adat istiadat, tradisi dan agama.
Akan tetapi ternyata faktor-faktor obyektif sebagaimana di atas tidak satupun yang
merupakan unsur hakiki, sehingga unsur terpenting dalam konsep kebangsaan adalah
kemauan bersama untuk hidup secara nyata. Berdasarkan uraian tersebut maka konsep atas
bangsa dan kebangsaan dapat disimpulkan bahwa setiap orang akan memiliki rasa dan
wawasan kebangsaan sendiri. Pada kenyataannya rasa kebangsaan itu seperti sesuatu yang
dapat dirasakan akan tetapi sulit untuk dipahami, akan tetapi ada getaran hati dan
resonansi pikiran antar sesama manusia tatkala rasa kebangsaan itu tersentuh dan
terpanggil (Mangunwijaya, 1994). Apa yang diungkapkan oleh Mangunwijaya sebagaimana
di atas secara obyektif ada kebenarannya bila kita melihat ada sesuatu yang diklaim oleh
Negara lain, misalnya klaim kebudayaan oleh Negara tetangga akan menimbulkan
gelombang protes dari berbagai kalangan masyarakat Indonesia secara spontan tanpa
adanya rekayasa politik karena rasa kebangsaan tersentuh dan terpanggil.
Rasa kebangsaan pada hakekatnya merupakan persatuan dan kesatuan secara alamiah
karena adanya kebersamaan sosial yang tumbuh melalui sejarah dan aspirasi perjuangan
masa lalu serta kebersamaan dalam menghadapi tantangan sejarah masa kini. Oleh
karenanya dalam wawasan kebangsaan terkandung adanya tuntutan suatu bangsa untuk
mewujudkan jati dirinya sebagai penjelmaan kepribadiannya (Sumandjoko, 1995). Wawasan
kebangsaan mengandung pengertian ; cara dalam melihat keberadaan dirinya yang
dikaitkan nilai-nilai dan semangat kebangsaan dalam suatu Negara. Dalam dirinya
terkandung suatu makna sebagai kemampuan diri untuk merasa bahwa dirinya adalah
bagian integral dari bangsa dan Negara di mana dirinya berada. Semakin mereka mengerti
dan mendalami nilai-nilai dan semangat yang telah disepakati bersama dalam suatu Negara
serta menerapkannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat,
maka akan semakin kokoh pula keberadaan bangsa dan negaranya.

Pernyataan Mac.Iver bahwa wawasan kebangsaan itu secara alamiah insklusif


melekat dalam suatu masyarakat dalam bentuk solidaritas kesukuan yang kemudian
berkembang setelah mendapat pengaruh faktor kebudayaan, pendidikan, bahasa, norma
dan gaya hidup masyrakat serta manifestasi keagamaan, dan hal ini menunjukan bahwa
setiap masyarakat memiliki potensi dasar wawasan kebangsaan. Wawasan kebangsaan
Indonesia sendiri sebenarnya sudah mulai muncul sejak diikrarkannya Sumpah Pemuda
1928 dengan makna untuk satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa sangat jelas menunjukan
kesadaran untuk menjadi satu bangsa telah terbentuk jauh sebelum Negara ini
diproklamirkan karena akar kebersamaan sebagai bangsa telah tumbuh ratusan tahun
sebelumnya dan kemudian termanifestasi melalui Sumpah Pemuda. Agaknya perjalanan
sejarah sebuah bangsa yang sangat panjang telah menimbulkan kolektifitas sebagai sebuah
bangsa, sehingga proklamasi hanyalah titik kulminasi dari perjuangan sebuah bangsa
(Indonesia) di dalam menemukan jati dirinya sebagai sebuah bangsa melalui pembentukan
negara. Dalam perjalanan yang sangat panjang itu tertanam nilai-nilai, semangat dan tekad
dalam mewujudkan sebuah Negara bangsa yang kemudian kita kenal dengan nama Republik
Indonesia.

Sumber: http://www.nabilfoundation.org/artikel/20/negara-bangsa-dan-globalisasi-
B. PROSES BERBANGSA DAN BERNEGARA
 Masa sebelum kemerdekaan

 Proses berbangsa dan bernegara pada zaman sebelum kemerdekaan lebih berorientasi
pada perjuangan dalam melawan penjajah. Dari tinjauan sejarah zaman Sriwijaya pada abad 
VII danKerajaan Majapahit abad XIII telah ada upaya untuk menyatukan nusantara.
Namunparapenguasa belum memiliki kemampuan yang cukup untuk mempertahankan keja
yaan yang telah dicapai yangmenyebabkan kehancuran. Di samping itu kehancuran juga
disebabkan karena kerajaan tradisionaltersebut belum memahami konsep kebangsaan
dalam arti luas.

Proses kehidupan berbangsa dan bernegara mulai berkembang sejak Sumpah


Pemudadikumandangkan ke seluruh nusantara. Dalam periode selanjutnya secara nyata
mulai dipersiapkankemerdekaan Indonesia pada masa pendudukan Jepang, yaitu dengan
dibentuknya Badan Penyelidik Usaha- usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Dan
puncaknya adalah ketika ProklamasiKemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

 Proses berbangsa dan bernegara pada masa sekarang

 Proses berbangsa dan bernegara pada masa sekarang erat kaitannya dengan hakikat
pendidikankewarganegaraan, yaitu upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa bagi warganegara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa
sebagai landasan pelaksanaan hak dankewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan
kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara.Sehingga dengan mencerdaskan kehidupan
bangsa, memberi ilmu tentang tata negara, menumbuhkankepercayaan terhadap jati diri
bangsa serta moral bangsa, maka takkan sulit untuk menjagakelangsungan kehidupan dan
kejayaan Indonesia dalam proses berbangsa dan bernegara.

 Negara Indonesia merupakan negara yang berkembang dan negara yang akan melangka
h maju membutuhkan daya dukung besar dari masyarakat, membutuhkan tenaga kerja yang
lebih berkualitas,dengan semangat loyalitas yang tinggi. Negara didorong untuk menggugah
masyarakat agar dapattercipta rasa persatuan dan kesatuan serta rasa turut memiliki.

Masyarakat harus disadarkan untuksegera mengabdikan dirinya pada negaranya,


bersatu padu dalam rasa yang sama untuk menghadapikrisis budaya, kepercayaaan, moral
dan lain-lain. Negara harus menggambarkan image padamasyarakat agar timbul rasa bangga
dan keinginan untuk melindungi serta mempertahankan negaraitu sendiri. Pendidikan
kewarganegaraan adalah sebuah sarana yang tepat untuk memberikangambaran secara
langsung tentang hal-hal yang bersangkutan tentang kewarganegaraan padamasyarakat
sehingga proses berbangsa dan bernegara dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.
Dalam upaya untuk memahami proses berbangsa dan bernegara, merupakan bagian yang
tidak dapatdipisahakan dengan perkembangan kehidupan masyarakat.

Kesadaranterhadapsejarahmenjadi penting ketika suatu masyarakat mulai menyadari ba
gaimana posisinya sekarang dan seperti apa jatidiri atau identitasnya serta apa yang dilakuk
an ke depan. Penciptaan suatu identitas bersama berkisar pada perkembangan keyakinan d
an nilai- nilai yang dianut bersama yang dapat memberi suatu perasaan solidaritas sosial
pada suatu masyarakat suatu wilayah tertentu. Suatu identitas bersama menunjukkan
bahwa individu-individu tersebut setuju atas pendefinisian diri mereka yangsaling diakui,
yakni suatu kesadaran mengenai perbedaan dengan orang lain, dan suatu perasaan
akanharga diri. Dalam proses berbangsa dan bernegara itu juga diperlukan penciptaan
identitas bersama. Identitas sebagai bangsa dan negara Indonesia dapat dilihat pada :

 Bendera negara yaitu Sang Merah Putih


 Lambang negara yaitu Garuda Pancasila
 Slogan / semboyan yaitu Bhineka Tunggal Ika
 Sarana komunikasi / bahasa negara yaitu Bahasa Indonesia
 Lagu kebangsaan yaitu Indonesia Raya
 Pahlawan-pahlawan rakyat pada masa perjuangan nasional seperti Pattimura,
Hasanudin, Pangeran Antasari dan lain-lain.
Sumber:
https://www.academia.edu/6947215/PROSES_BERBANGSA_DAN_BERNEGARA

C. National Building and Character Building


Nation character building atau pembangunan jiwa bangsa adalah sebuah hal penting dan
mendasar yang nampaknya terlupakan dan kurang mendapat perhatian yang sungguh-
sungguh oleh bangsa ini dalam kurun waktu yang begitu panjang. Entah apa yang membuat
bangsa ini seolah lupa dan tidak menganggap penting pembangunan jiwa bangsa tersebut.
Hari ini, definisi kita tentang membangun bangsa terlihat telah bergeser jauh dari yang
semestinya.

Kita cenderung mendefinisikan pembangunan bangsa dengan lebih mengedepankan


pembangunan pembangunan gedung-gedung, infrastruktur, ekonomi, dan hal-hal serupa
lainnya. Padahal jelas tegas dalam kenyataan hidup ini bahwa kuat dan besarnya sebuah
bangsa sangat ditentukan pertama sekali oleh karakternya. Oleh jiwanya. Jadi meski
pembangunan gedung-gedung, infrastruktur, ekonomi dan hal-hal serupa lainnya
merupakan hal yang penting, namun semua itu tidaklah mempunyai arti apa-apa tanpa
terbangun dengan kuatnya karakter bangsa. Terabaikannya pembangunan jiwa bangsa saat
ini dapatlah kita katakan sebagai penyebab utama menjadi biasnya arah perjalanan bangsa
kita. Saat ini kita mendapati bangsa ini tumbuh sebagai sebuah bangsa yang tidak tahu dan
tidak mengenal jati dirinya dengan baik. Kepribadian bangsa nampak tidak mempunyai
bentuk dan ukuran yang jelas. Dan tentu hal ini membuat bangsa kita menjadi lemah dan
rentan sekali terhadap masalah-masalah yang dapat timbul dan mengganngu stabilitas
bangsa serta rentan akan tindakan-tindakan ekploitasi, pembodohan dan manipulasi dari
bangsa-bangsa lain. Lemahnya jiwa bangsa juga membuat bangsa kita masih saja terjajah
meski kita menyebut diri kita sebagai bangsa yang merdeka. Kita masih saja menjadi bangsa
yang terdikte dan tereksploitasi oleh bangsa-bangsa lain. Keadaan ini tentu tidaklah boleh
terus berlangsung dan menina-bobokan kita sampai akhirnya membuat kita betul-betul lupa
akan siapa sebenarnya kita. Lupa akan jati diri kita sendiri. Lupa harus seperti apa Indonesia
ini. Pada masanya dahulu kita tahu Bung Karno, founding father kita, benar-benar sangatlah
mengedepankan pembangunan jiwa bangsa ini.

Bung Karno jelas memahami betul bagaimana pentingnya dan bagaimana


berpengaruhnya pembangunan jiwa bangsa terhadap soliditas bangsa ini dan hal itu
tergambar jelas dalam salah satu pidato Bung Karno berikut “pokok intisari mandat yg saya
terima dari MPRS ialah membangun bangsa nation building dari kemerosotan zaman
kolonial untuk dijadikan satu bangsa yang berjiwa yang dapat dan mampu menghadapi
semua tantangan atau bangsa yang merdeka dalam abad ke 20 ini. itulah intisari pokok
daripada mandat MPRS kepada saya. sesungguhnya toh, bahwa membangun suatu negara,
membangun ekonomi, membangun tekhnik, membangun pertahanan, adalah pertama-
tama dan pada tahap utamanya membangun jiwa bangsa. bukankah demikian. sekali lagi
bukankah demikian? tentu saja keahlian adalah perlu, tetapi keahlian saja tanpa dilandaskan
pada jiwa yang besar tidak akan dapat mungkin akan mencapai tujuannya, inilah perlunya,
sekali lagi mutlak perlunya, nation character building”. Dari pidato tersebut tergambar
dengan jelas sekali buat kita bagaimana Bung Karno begitu memandang penting akan nation
character building ini. Bagi Bung Karno membangun jiwa bangsa haruslah menjadi hal yang
utama dan pokok. Haruslah menjadi hal yang mutlak dan tidak bisa ditawar-tawar. Haruslah
menjadi perhatian prioritas dari bangsa ini. Bangsa Indonesia haruslah tumbuh menjadi
bangsa yang berjiwa. Menjadi bangsa yang berkarkter. Menjadi bangsa yang mampu
menghadapi semua tantangan zaman. Menjadi bangsa yang berdikari. Dan bangsa yang
demikian itulah yang dalam pandangan Bung Karno merupakan bangsa yang merdeka itu.
Bangsa yang merdeka dengan sebenar-benarnya merdeka.

 Jadi haruslah kita sepahami dan sepakati bahwa membangun jiwa bangsa merupakan
kunci menuju bangsa yang besar, kuat dan sejahtera. Tanpa perhatian yang serius dari
seluruh komponen bangsa mengenai hal ini, bangsa ini hanya akan terus berputar-putar
dalam permasalah-permasalahannya tanpa menemui jalan penyelesaian yang berarti. Dan
kini tentu adalah saatnya bagi bangsa ini untuk mengembalikan arah pembangunan bangsa
ke arah yang seharusnya. Menyelenggarakan nation building yang berorientasi pada nation
character building. Para pendiri bangsa ini sebenarnya telah sedari awal pembangunan
bangsa ini telah menetapkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang harus dipegang oleh bangsa
ini dan juga sedari awal telah memformulasikan apa dan bagaimana jati diri bangsa ini,
serta ke arah mana harusnya pembangunan bangsa ini bergerak.

Hal tersebut telah terformulasikan dengan rapih di dalam apa yang kita kenal dengan
Pembukaan UUD 45 yang juga perlu kita tahu tentang Pembukaan UUD'45 ini adalah bahwa
ia disebut juga sebagai Deklarasi Kemerdekaan. Bahkan Bung Karno menyebutnya sebagai
anak kandungnya dari Proklamasi. Kenapa demikian, hal ini dikarenakan melalui Pembukaan
UUD 45 atau Deklarasi Kemerdekaan inilah dijelaskan alasan dan maksud kita
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 itu. Jadi dapatlah
Pembukaan UUD'45 ini kita sebut sebagai sebuah rumusan pokok tentang pembangunan
bangsa. Ia seumpama dengan genetika bagi bangsa Indonesia. Sebagaimana dengan
genetika yang padanya terdapat kode yang meformulasikan bentuk, sifat dan
rancang bangun tubuh manusia, demikian juga halnya dengan pembukaan UUD’45 ini.
Melaui Pembukaan UUD’45 ini terangkum bentuk, sifat dan rancang bangun bangsa
Indonesia. Terjelaskan siapa kita dan mau kemana kita sebagai sebuah bangsa. Melaluinya
kita akan dapat memahami rentetan sejarah terbentuknya bangsa Indonesia. Kita akan
dapat memahami apa impian dan cita-cita bangsa Indonesia. Kita akan dapat memahami
bagaimana jalan yang harus ditempuh oleh bangsa ini untuk mewujudkan cita-cita
kemerdekaannya menuju Indonesia yang adil-makmur. Kita akan dapat memahami rancang-
bangun kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia, serta bagaimana peran yang harus
diambil bangsa Indonesia sebagai bagian dari masyarakat dunia. Dengan kata lain, dapat kita
katakan bahwa Pembukaan UUD’45 ini adalah merupakan panduan untuk menjadi
Indonesia. Kepadanyalah penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia
harus mengacu dan harus selaras. Dimana secara garis besar, darinya kita dapat memahami
bahwa Indonesia yang berjiwa adalah Indonesia yang berakar pada penghormatan akan
Kemerdekaan dan Keberagaman. Jiwanya bangsa Indonesia adalah jiwa dan haruslah
merupakan jiwa yang merdeka. Jiwa yang berdikari. Jiwa yang juga menghargai hak setiap
orang, setiap kelompok dan setiap bangsa untuk merdeka. Jiwa yang  toleran terhadap
terhadap segala bentuk perbedaan dan jiwa yang menghormati keberagaman. Jiwa yang
menempatkan setiap orang sama derajatnya di hadapan hukum dan Tuhan. Jiwa yang
mengukur kemuliaan seseorang dari kebermanfaatannya bagi kehidupan dan bukan karena
siapa dia, dari mana asalnya dan apa keyakinan yang dianutnya. Dan untuk memahami
semua itu dengan lebih baik serta untuk memahami lebih utuh akan keindonesiaan kita,
mari kita lihat dan pahami dengan seksama iisi yang terkandung dalam pembukaan UUD’45.
Sumber: https://www.kompasiana.com/edysuryadi/55310aeb6ea8349e568b456a/nation-
building-yang-berorientasi-pada-nation-character-building
D. Empat Pilar Kebangsaan

Empat pilar kebangsaan adalah tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat
Indonesia merasa nyaman, aman, tenteram dan sejahtera serta terhindar dari berbagai
macam gangguan dan bencana. Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan agar bisa
berdiri secara kokoh. Bila tiang rapuh maka bangunan akan mudah roboh. Empat Pilar
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara adalah kumpulan nilai-nilai luhur yang harus dipahami
seluruh masyarakat dan menjadi panduan dalam kehidupan ketatanegaraan untuk
mewujudkan bangsa dan negara yang adil, makmur, sejahtera dan bermartabat. Konsep
Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara terdiri dari: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan
Bhinneka Tunggal Ika. Setiap pilar memiliki tingkat, fungsi dan konteks yang berbeda. Pada
prinsipnya, Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara, kedudukannya berada di atas tiga
pilar yang lain. Empat pilar tersebut merupakan prasyarat minimal bagi bangsa Indonesia
untuk berdiri kukuh dan meraih kemajuan berlandaskan karakter kepribadian bangsa
Indonesia sendiri.

Setiap warga negara Indonesia harus memiliki keyakinan bahwa empat pilar tersebut
adalah prinsip moral ke Indonesiaan yang memandu tecapainya kehidupan bangsa yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Pancasila Pancasila sebagai ideologi dan
dasar negara. Sebagai dasar NKRI, Pancasila memiliki fungsi sangat fundamental. Pancasila
disebut sebagai sumber dari segala sumber hukum. Sifat Pancasila yuridis formal maka
mengharuskan seluruh peraturan perundang-undangan berlandaskan pada Pancasila.
Pancasila sebagai dasar filosofis dan sebagai perilaku kehidupan. Artinya, Pancasila
merupakan falsafah negara dan pandangan atau cara hidup bagi bangsa Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai cita-cita nasional.
Pancasila menjadi karakter masyarakat Indonesia sehingga menjadi identitas atau jati diri
bangsa Indonesia. Pancasila merupakan rujukan, acuan sekaligus tujuan dalam
pembangunan karakter bangsa.

Rumusan lima dasar negara sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 adalah:
Ketuhanan Yang Maha Esa. Kemanusaiaan yang adil dan beradab. Persatuan Indonesia.
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau
perwakilan. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena itu Pancasila disepakati
secara nasional, merupakan perjanjian luhur yang harus dijadikan pedoman bagi bangsa,
pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia. Norma konstitusional UUD 1945 menjadi acuan
dalam pembangunan karakter bangsa. Keluhuran nilai dalam Pembukaan UUD 1945
menunjukkan komitmen bangsa Indonesia untuk mempertahankan pembukaan dan bahkan
tidak mengubahnya. Terdapat empat kandungan dalam Pembukaan UUD 1945 yang
menjadi alasan komitmen untuk tidak mengubahnya, yaitu: Terdapat norma dasar universal
bagi tegaknya sebuah negara yang merdeka dan berdaulat. Terdapat empat tujuan negara
yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darahnya, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia. Pembukaan UUD 1945 mengatur ketatanegaraan Indonesia khususnya tentang
bentuk negara dan sistem pemerintahan Nilainya sangat tinggi bagi bangsa dan negara
Indonesia sebab dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat rumusan dasar negara yaitu
Pancasila. Bukan karakter yang berkembang secara tidak terkendali, apalagi menggoyahkan
NKRI. Maka rasa cinta terhadap tanah air perlu dikembangkan dalam pembangunan
karakter bangsa. Pembangunan karakter harus diletakkan dalam bingkai menjunjung tinggi
persatuan dan kesatuan bangsa, bukan memecah belah NKRI. Tidak bisa dipungkiri,
Indonesia terdiri dari beragamnya suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).
Keberagaman ini harus dipandang sebagai kekayaan khasanah sosio-kultural, bersifat
kodrati dan alamiah. Keberagaman bukan untuk dipertentangkan apalagi diadu antara satu
dengan yang lain sehingga berakibat pada terpecah belah. Oleh sebab itu, Bhinneka Tunggal
Ika harus dapat menjadi penyemangat terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa

Tujuan Empat Pilar Kebangsaan Pemilihan nilai-nilai empat pilar adalah untuk
mengingatkan kembali kepada seluruh komponen bangsa agar pelaksanaan dan
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara terus dijalankan. Dengan tetap
mengacu kepada tujuan negara yang dicita-citakan, serta bersatu padu mengisi
pembangunan agar bangsa Indonesia lebih maju dan sejahtera

Sumber : https://www.kompas.com/skola/read/2019/12/19/070000569/pengertian-4-pilar-
kebangsaan-dan-tujuannya?page=all.

Anda mungkin juga menyukai