Anda di halaman 1dari 24

LABORATORIUM PROSTHODONTI

GIGI TIRUAN CEKAT

Oleh :

IVO RAFENIA PUTRI


0810070110087

Pembimbing : drg. Widya Puspita Sari, MDSc

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BAITURAHMAH
PADANG
2016
GIGI TIRUAN CEKAT

Nama Pasien : Gusmayeri

Umur : 35 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jl. Sutan Syahri Seberang Padang

Tanggal Pemeriksaan : 02 Mei 2016

Dosen Pembimbing : drg. Widya Puspita Sari, MDSc

Formulasi Gigi & Klasifikasi : 11,21 cantilever bridge

ii
PROSEDUR KERJA
CANTILEVER BRIDGE

JENIS PEKERJAAN TGL PARAF KETERANGAN

1. Anamnesa & indikasi

2. Membuat studi model

3. Diskusi

4. Preparasi gigi Abutment

5. Retraksi Gingiva

6. Membuat Work Model

7. Menentukan warna gigi


8. Pemasangan crown
sementara
9. Insersi (pemasangan) GTC

10. Kontrol

Pembayaran Dosen Pembimbing

( ……………………… ) drg. Widya Puspita Sari, MDSc

iii
I. PENDAHULUAN

Hilangnya satu atau beberapa gigi merupakan salah satu masalah yang

dapat mengganggu. Oleh karena itu, mereka yang kehilangan giginya ingin

mengganti dengan pemasangan gigi tiruan. Perbaikan keadaan ini perlu dilakukan

mengingat arti pentingnya kesehatan gigi dan mulut bagi seseorang.

Gigi tiruan cekat adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih gigi

yang hilang dan tidak dapat dilepas oleh pasiennya sendiri maupun dokter gigi

karena dipasangkan secara permanen pada gigi asli yang merupakan pendukung

utama dari restorasi. Gigi yang hilang perlu diganti untuk mencegah terjadinya :

1. Tilting pada gigi sebelahnya

2. Hilangnya kontak gigi

3. Elongasi pada gigi antagonis

4. Traumatik oklusi

5. Gingiva poket

6. Sakit pada sendi temporo mandibular joint

7. Karies pada gigi sebelahnya.

Secara umum tujuan pembuatan gigi tiruan cekat adalah :

1. Memulihkan daya kunyah yang berkurang karena hilangnya satu atau lebih
gigi asli.
2. Untuk memperbaiki estetika
3. Mencegah terjadinya perpindahan tempat gigi sekitar ruangan yang kosong
karena hilangnya gigi.
4. Untuk memelihara dan mempertahankan gusi
5. Untuk memulihkan fungsi fonetik

1
II. TINJAUAN PUSTAKA

Gigi tiruan cekat adalah gigi tiruan untuk menggantikan satu atau lebih

gigi yang hilang, tidak dapat dilepas oleh pasien sendiri maupun dokter gigi

karena dipasangkan secara permanen pada gigi asli yang merupakan pendukung

utama dari restorasi. Gigi tiruan cekat diklasifikasikan menjadi dua yaitu crown

dan bridge.

Crown prosthetics adalah cabang ilmu prothesa yang mempelajari tentang

penggantian gigi asli sebagian atau seluruhnya dengan suatu crown pengganti.

Crown adalah suatu restorasi berupa crown penuh atau sebagian dari satu gigi

yang terbuat dari logam, porselen, akrilik atau kombinasinya.

Indikasi Pembuatan GTC menurut Ewing (1959) :

1. Pasien berusia 20 – 50 tahun

2. Karies yang besar khususnya apabila melibatkan sudut insisal gigi anterior

3. Kavitas permukaan labial yang besar atau klas V, khususnya apabila

berhubungan dengan karies aproksimal atau restorasiklas II

4. Pit yang hipoplastik

5. Perubahan pada warna (staining tetrasiklin)

6. Gigi yang mengalami kelainan bentuk (gigi insisivus lateral yang conus)

7. Diperlukan perubahan pada posisi aksial kurang dari 1 mm

8. Atrisi yang berat, abrasi atau erosi (biasanya mengenai beberapa gigi atau

kemungkinan seluruh rahang)

9. Kesehatan umum dan sosial indikasi baik

2
10. Oklusi dan jaringan periodonsium baik

11. Hygiene mulut baik

Kontra Indikasinya adalah :

1. Pasien dengan kebersihan mulut dan motivasi yang buruk

2. Gigi dengan tambalan yang sangat besar, gigi mungkin telah ditambal

berulang kali dan memperlihatkan vitalitas yang kecil apabila

dibandingkan dengan gigi antagonis serta gigi sebelahnya.

3. Gambaran radiografi pada gigi memperlihatkan kalsifikasi saluran akar

serta pembentukan dentin sekunder.

4. Pasien terlalu muda atau tua

5. Oklusi abnormal

6. Kesehatan umum jelek

7. Tidak terjalin kooperasi dari pasien dan operator

8. Mempunyai bad habbit

9. Gigi hipersensitif walaupun sudah dianestesi

Macam-macam crown

1. Mahkota penuh (full crown), terdiri dari

a. Mahkota jaket (jacket crown)

b. Mahkota logam ( full metal crown )

c. Mahkota berlapis ( ful veneer crown)

2. Mahkota sebagian : 3/4 dan 4/5

3
3. Mahkota berpasak : deattached dowel crown dan attached dowel crown

Deattached dowel crown : core dengan mahkota terpisah, yang kemudian

dilekatkan dengan semen.

Attached dowel crown : core dengan mahkota merupakan suatu kesatuan yang

tidak dapat dipisahkan.

Bridge adalah gigi tiruan sebagian cekat yang terdiri dari :

1. Pontic, yaitu bagian dari GTC yang menggantikan gigi asli yang hilang

dan untuk memperbaiki fungsinya.

Beberapa macm jenis pontic :

a. Saddle potic : semua permukaan bawah pontik berkontak dengan mukosa

sehingga kontak dengan ridge alveolar.

b. Ridge lap pontic : satu sisi berkontak (pada labial (bukal) dan satu sisi lagi

menggantung (palatal/lingual)

c. Hygiene pontic : pontik bergantung / menggantung

d. Conical pontic : pontik dengan bagian tengah panjang masuk kedalam

soket bekas pencabutan dan bagian bukal dan palatal menggantung.

2. Connector, yaitu bagian dari GTC yang menghubungkan retainer dan

pontic

3. Retainer, yaitu bagian dari GTC yang dilekatkan pada gigi abutment

Beberapa macam jenis retainer :

a. Ekstra corona retainer : retainer atau mahkota tirun berada diluar

mahkota gigi yang di preparasi.

4
b. Intr corona retainer : retainer diletakandidalam gigi penyangga atau

mahkota gigi

c. Intra radikular retainer : retainer berada didalam saluran akar yang

telah dilakukan perawatan endodonti.

4. Abutment, yaitu mahkota gigi asli yang telah dipreparasi untuk

penempatan retainer dan mendukung bridge

Untuk pembuatan GTC diperlukan rontgen foto yang berguna untuk mengetahui :

1. Keadaan tulang alveolar di daerah yang kehilangan gigi.

2. Akar yang tertinggal di alveolar

3. Perbandingan panjang dan tinggi mahkota

4. Ukuran, bentuk dan posisi akar

5. Tebal dan kontinuitas lapisan periodontal

6. Adanya kelainan apeks akar

Untuk memperkirakan berapa gigi yang akan dipakai sebagian abutment untuk

suatu jembatan digunakan Hukum Ante “ luas permukaan selaput periodontal dari

gigi abutment hendaknya sama dengan atau lebih besar dari luas selaput

periodontal gigi yang diganti ”

Bahan Mahkota Jacket

Bahan mahkota jaket yang digunakan biasanya adalah resin akrilik atau

porselen. Kedua bahan ini masing-masing mempunyai keuntungan dan

kelemahan.

5
- Resin akrilik

Keuntungan :

- Bahan ini memiliki sifat estetis yang sama bagusnya dengan porselen

- Jarang sekali mengalami pecah

- Dapat diperbaiki dengan baik dan mudah

- Memiliki kontak marginal yang lebih baik

- Tidak menimbulkan keausan dari antagonis

Kerugian :

- Dengan adanya koefisien ekspansi termik yang tinggi dan sifat plastis

resin akrilik di bawah pembebanan, hilangnya kontak marginal, semennya

akan larut dan mahkota menjadi bocor. Akibatnya adalah gingivitis,

pewarnaan gigi dan karies sekunder.

- Ketahanannya rendah terhadap keausan, mengakibatkan mahkotanya

kehilangan bentuk aslinya, yang dapat terjadi oleh karena atrisi ataupun

oleh penyikatan gigi.

- Warna yang mula-mula bagus dari resin akrilik akan berubah karena

keausan yang tersebut diatas dan kebocoran pinggir.

- Karena adanya radang tepi gusi dan strukturnya yang poreus, dapat timbul

fetor ex ore.

- Porselen

Kelebihan :

- Bahan ini memiliki sifat-sifat estetis yang baik dan awet

6
- Endapan sukar melekat pada permukaan porselen yang dipolis dengan

baik

- Bahan ini merupakan pengantar suhu yang kurang baik

- Memiliki koefesien ekspansi yang kurang lebih sama dengan jaringan gigi

Kekurangan

- Memiliki daya resiliensi yang rendah

- Dalam hubungan dengan dukungan yang sangat diperlukan, preparasinya

harus memenuhi persyaratan yang tinggi, sehingga banyak jaringan gigi

yang harus diambil

- Kontak marginal lebih buruk dari pada mahkota cor sehingga terdapat

kemungkinan yang lebih besar terhadap iritasi gingiva pada daerah sub

gingiva

- Porselen dapat bertindak agresif terhadap antagonis, sehingga dapat

bertahan dalam beberapa bulan saja.

Tujuan perawatan GTC :

1. Mencari keserasian oklusi

2. Memperbaiki fungsi organ kunyah

3. Mencegah kerusakan lebih lanjut

4. Manfaat psikologik

5. Oklusi fungsi

Pada pembuatan gigi tiruan cekatbridge terdapat beberapa keuntungan :

1. Karena dilekatkan pada gigi asli tidak mudah lepas atau tertelan

2. Dirasakan sebagai gigi sendiri oleh penderita

7
3. Melindungi gigi terhadap tekanan

4. Menyebabkan tegangan fungsi keseluruhan gigi sehingga menguntungkan

jaringan pendukungnya.

Ada beberapa tipe Bridge :

1. Fixed-fixed bridge : kedua konektor bersifat rigid dapat digunakan untuk

gigi anterior dan posterior

2. Fixed movable bridge : salah satu konektor bersifat rigid dan konektor

lainnya bersifat non rigid. Dapat digunakan untuk gigi anterior dan

posterior

3. Spring bridge : pontic jauh dari retainer dan dihubunhgkan dengan palatal

bar. Digunakan pada kasus diastema / space yang mengutamakan estetis.

4. Cantilever bridge : satu ujung bridge melekat kaku pada retainer sedang

ujung lain bebas/menggantung

5. Compound bridge : jembatan yang terdiri atas lebih dari satu macam
jembatan sederhana tersebut diatas

8
III. LAPORAN KASUS

A. IDENTIFIKASI PASIEN

Nama Pasien : Gusmayeri

Umur : 35 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jl. Sutan Syahri Seberang Padang

Tanggal Pemeriksaan : 02 Mei 2016

B. PEMERIKSAAN SUBJEKTIF

Pasien datang atas kemauan sendiri untuk membuatkan gigi tiruan. Pasien

datang ke Klinik Baiturrahmah, pasien tidak ada menderita penyakit sistemik.

C. PEMERIKSAAN OBJEKTIF

General Jasmani : sehat

Rohani : komunikatif dan kooperatif

Lokal :

EO : Muka : Simetris IO : Palatum : Normal

Pipi : Simetris Mukosa : Normal

Bibir : Simetris Gingiva : Normal

9
Formula gigi

18 17 16 15 1413 12 11 2122 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 3536 37 38

Keterangan :
18,36,37,46,47 : radix : pro OS
21 : missing : pro prostho
28 : nekrosis pulpa : pro OS

Rencana Perawatan Awal :

Scalling : RA / RB : pro perio


21 : missing : pro prostho

Rencana Perawatan Akhir :

1. Pada gigi 11 dan 21 akan dibuatkan Gigi Tiruan Cekat dengan tipe cantilever
brigde dengan bahan porcelain fused to metal.
2. Gigi 11 dijadikan sebagai abutment dengan tipe retainer extra coronal.
3. Pada gigi 21 yang missing akan dibuatkan pontik dengan jenis ridge laps
pontic.

10
D. DESAIN BRIDGE

2 3
4

Keterangan :

1. Abutment
2. Connector
3. Pontic
4. Retainer Extra Coronal

11
IV. RENCANA PERAWATAN

Kunjungan I

a. Rencana Perawatan awal

RA dan RB : scalling

b. Rencana Perawatan Akhir

- Pada gigi 21 yang missing diindikasikan untuk dibuatkan gigi tiruan cekat.

(GTC). GTC yang akan dibuatkan adalah bridge dengan tipe cantilever

bridge tipe ponticnya adalah ridge laps pontic pada gigi 21. Sebagai

abutment dijadikan gigi 11 dengan tipe extra corona retainer (full crown).

Bahan yang digunakan adalah porcelain fused to metal.

Membuat cetakan study model :

Sendok cetak : perforated stock tray No. 2

Bahan cetak : alginate

Metode mencetak : mucostatik

Kunjungan II

A. Preparasi gigi 11 dibuat dengan retainer extra coronal

- Anastesi lokal pada gigi

- Preparasi gigi 11

Tahap-tahap preparasi :

- Labial groove (gigi 11)

 Sebagai pedoman kedalaman dan arah preparasi

12
- Pengurangan incisal (gigi 11)

 Pengurangan dilakukan dengan batu intan berbentuk fisur yang

berujung datar diameter 1,2 - 2 mm.

 Preparasi dimulai dengan permukaan incisal ± 1- 2 mm menuju

arah ginggiva sampai batas cemento enamel junction untuk

mendapatkan retensi yang cukup.

Pengurangan permukaan labial (gigi 11)

 Menggunakan batu fisur yang lebih kecil (0,8-1 mm)

 Batu fisur lebih panjang supaya dapat mencapai servikal

interdental

Pengurangan proksimal

 Menggunakan batu fisur yang lebih kecil (0,8-1 mm)

 Batu fisur lebih panjang supaya dapat mencapai servikal interdental

 Derajat kekonusan bagian proksimal 5-6.

Pengurangan permukaan palatal

 Pengurangan permukaan palatal menggunakan bur yang sesuai bentuk

anatomi, permukaan cembung menggunakan bur fissure/silindris,

permukaan cekung menggunakan bur ellips

Pembentukan Servikal Line

 Pada gigi 11 jenisnya Shoulder less

 Untuk menambah retensi dengan permukaan step.

 Fungsi pijakan akhir pada mahkota tiruan atau retainer (dibuat di

daerah sub gingival atau sulcus gingiva atau free ginggiva)

13
Finishing Line gigi

Akhiran dari preparasi. Pembuangan bagian undercut dan penghalusan tepi

preparasi menggunakan bur fisur atau silindris.

Caranya :

- Membulatkan sudut-sudut preparasi.

- Pembuangan bagian yang undercut

- Penghalusan tepi-tepi preparasi pada cervikal line berbentuk

shoulder yang terletak 1 mm pada sub gingival (cemento enamel

junction.)

Pemeriksaan Hasil Preparasi

Ada 2 cara :

1. Langsung

Pemeriksaan hasil preprasi kita lakukan pada gigi yang dipreparasi.

2. Tidak langsung

Pemeriksaan kita lakukan pada model yang telah kita cetak setelah

preparasi.

Paralisme dinding aksial

1. Makin paralel makin kuat

2. Pengerucutan preparasi dinding aksial 5-6 derajat

3. Bila sudut >6 derajat makin mudah lepas

4. Bila sudut < 5 pada waktu penyemenan semen tidak dapat keluar

5. Pengecekan sudut preparasi dilihat dengan 1 mata

14
Kunjungan III

1. Retraksi gingiva dengan menggunakan benang retraksi selama 5 – 10

menit.

Tujuan retraksi gingiva

Retraksi ginggiva dilakukan guna menaikkan sulkus gingival agar batas

gusipreparasi tampak dengan jelas sebelum di lakukan cetak fisiologis.

Bahan yang di gunakan :

- Epinefrin 8%

- Alum (aluminium potasium sulfat)

- Adrenalin 10%

Alat yang digunakan :

- Benang retraksi (retraction cord)

- Plastis instrument

Cara retraksi gingiva :

Benang yang sudah tersedia yaitu benang yang telah direndam dalam

adrenalin 10% dimasukkan ke dalam sulkus gingiva di sekeliling gigi yang

akan dicetak, benang dipertahankan dalam sulkus gingival selama 10 menit

kemudian diperiksa apakah retraksi sudah cukup, jika belum cukup ulangi

retraksi selama 5 menit.

2. Pembuatan cetakan gigi yang telah di preparasi untuk mendapatkan

work model.

Caranya :

Bahan cetak double impression dengan teknik one stage (direct)

15
 Bahan double impression dengan teknik one stage (direct)

 Putty (kotak)  diaduk dengan tangan, 1 sendok base (biru) : 1

sendok katalis (kuning)  homogen menjadi warna hijau.

 Diletakkan pada seluruh permukaan cetakan, dimana bagian gigi

yang akan dibuat bridge dicekungkan diisi dengan elastomer

jenis light bodySepertiga bahan cetak dimasukkan ke dalam alat

suntik lalu injeksikan ke gigi dan sisa bahan cetak dimasukkan ke

dalam cetakan putty → Lalu cetakkan ke mulut pasien → Tahan

6 menit.

 Cor cetakan dengan hard stone Tipe IV.

Bahan cetak double impression teknik two stage (indirect)

 Pasang crown sementara

 Putty di aduk

 Buat gulungan pada sendok cetak dan cetakkan ke dalam mulut

pasien dengan tekanan → Buka cetakan

 Buka crown sementara

 Siapkan pasta light body sepanjang 10 cm → Aduk

sampaihomogen.

 Sepertiga bahan cetak dimasukkan ke dalam alat suntik lalu

injeksikan ke gigi dan sisa bahan cetak dimasukkan ke dalam

cetakan putty → Lalu cetakkan ke mulut pasien → tahan 6 menit.

16
3. Menentukan warna gigi

Sesuai dengan warna gigi tetangga dengan bantuan pedoman warna

(shade guide 3D). Penentuan warna dilakukan dalam ruangan dengan

pencahayaan yang terang atau di luar ruangan dengan cahaya matahari serta

gigi tetangga dan shade guide dalam keadaan basah. Ada tiga prinsip

penentuan warna dengan shade guide, yaitu value, chroma, dan hue. Value

yaitu tingkatan warna dari gelap ke terang, chroma yaitu kepekatan warna,

sedangkan hue yaitu merah atau kuning.

4. Pemasangan Bridge sementara. Selanjutnya dilakukan wax up pada work

model untuk pemprosesan Bridge.

Kunjungan IV

1. Try in Bridge yang harus diperhatikan adalah keadaan estetis (warna dan

bentuk), kontak proksimal antara tepi mahkota jaket dengan gigi sebelahnya

dan tidak boleh menekan ginggiva serta pemeriksaan kontak oklusal.

2. Penyemenan Bridge :

a. Mahkota bridge dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan gigi yang

akan dipasangi mahkota bridge juga dikeringkan.

b. Glass Ionomer Cement tipe I diaduk sesuai konsistensinya dan dioleskan

pada gigi yang dipreparasi dan bagian dalam mahkota bridge.

c. Mahkota bridge dipasang dengan tekanan maksimal, gulungan kapas

diletakkan diatas mahkota jaket dan pasien disuruh menggigit beberapa

menit.

17
d. Pemeriksaan oklusi dan estetis.

e. Instruksi pada pasien untuk menjaga kebersihan mulutnya dan diminta

untuk tidak makan atau menggigit makanan yang keras dulu. Bila ada

keluhan rasa sakit segera kontrol.

Kunjungan V

Kontrol dilakukan untuk memperbaiki kesalahan yang mungkin terjadi

tindakan yang perlu dilakukan.

1. Pemeriksaan subjektif

Ada atau tidaknya keluhan pasien tentang gigi tiruannya

2. Pemeriksaan objektif

Memeriksa keadaan jaringan mulut serta keadaan oklusi, retensi dan

stabilisasi Bridge.

18
V. DISKUSI

Pada gigi 21 yang missing dimana tidak ada kelainan periodontalnya

diindikasikan untuk dibuatkan cantilever bridge dengan gigi pegangan pada gigi

11 karena berdasarkan Hukum Ante “seluruh luas ligament periodontal gigi

penyangga harus sama atau melebihi seluruh ligamen periodontal gigi yang

hilang” dengan jenis retainer ekstra coronal pada gigi 11.

Pada kasus ini jenis pontik yang digunakan adalah ridge laps pontic untuk

mendapatkan self cleansing dan estetis yang baik, dimana pontik ini bagian labial

atau bukal berkontak dengan sadel atau jaringan, sedangkan palatalnya

menggantung.

19
VI. KESIMPULAN

Kasus dimana pasien dengan gigi 21 yang missing akan dibuatkan gigi

tiruan cekat dengan cantilever Bridge dengan pegangan gigi 11. Bahan yang

digunakan adalah porselen fused to metal karena lebih memenuhi fungsi estetis.

Keberhasilan perawatan dapat dicapai dengan diagnosa rencana perawatan

yang tepat, keterampilan dan pengalaman operator serta komunikasi dan

kooperatif yang baik antara pasien dan dokter gigi.

Prognosa untuk kasus ini baik karena tidak dijumpai adanya kelainan

sistemik, serta pasien komunikatif dan kooperatif.

20
DAFTAR PUSTAKA

Alan DN, Foreman PC, Petunjuk Bergambar Mahkota dan Jembatan, Hipokrates,
Jakarta, 1994, 36 – 48

Johson, J.F., 1960, Modern Pracice in Crown and Bridge Prosthodontic, WB.
Saunders, Philadelphia

Martanto, P., 1981, Teori dan PraktekIlmuMahkotadanBridge, Alumni, Bandung

Prajitno, H.R., 1994, Ilmu Geligi Tiruan jembatan, Pengetahuan Dasar dan
Rancangan Pembuatan, EGC, 1991.

21

Anda mungkin juga menyukai