Anda di halaman 1dari 172
R P Koesoemadinata GEOLOGI MINYAK- DAN GASBUMI. JILID 1 EDIS| KEDUA & PENERBIT ITB BANDUNG 1980 Hak cipta: 1978, 1980, Penerbit ITB 553.28 KOESOEMADINATA, R P . Geologi minyak- dan gasbumi. Dalam 2 jilid, ed. ke-2. Bandung: Penerbit ITB, 1980. 2 jilid, xxv, 296 hal.; 21 X 30 cm. PITB 558003 Cetakan : 987654321 Isi xi xa xxii xxiv TABEL GAMBAR PRAKATA PADA EDISI PERTAMA PRAKATA PADA EDIS! KEDUA Jilid pertama 1 vo 1 ww 15 17 18 19 20 21 22 23 37 41 42 43 BAB 1 PENDAHULUAN 4.4 Arti minyak - dan gasbumi «1.1 Pengertian minyak- dan gasbumi +1.2. Kepentingan minyak- dan gasbumi dalam peradaban +1+3 Keunggulan minyak- dan gasbumi sebagai sumber energi 4 Ketergantungan peradaban kini pada minyakbumi +5 Beberapa pokok kebijaksanaan dalam penggunaan minyakbumi sebagai sumber energi +6 Minyakbumi sebagai zat unik dalam kerakbumi 7- Ruang lingkup geologi minyak- dan gasbumi ‘Sejarah dan perkembangan industri minyakbumi +1 Perkembangan. unum industri, minyakbumi 2 Perkembangan metoda explorasi minyakbumi Perkembangan industri minyakbumi di Indonesia 1 Perkembangan unum +2 Sejarah metoda explorasi di Indonesia 3 Perkembangan industri minyakbumi di Indonésia setelah Perang kemerdekaan A ‘i 1 1. 1 BAB 2 HAKEKAT MINYAK- DAN GASBUMI Hidrokarbon padat 1 Jenis hidrokarbon padat +2) Pasir - Ter 3 Serpih minyak Hidrokarbon cair - minyakbumi +1 Hakekat kimia 2 Hakekat fisika minyakbumi Hidrokarbon gas ataupun gasbumi 1 Berbagai jenis gasbumi 2 Susunan kimia gasbumi +3 Pengotoran dalam gas 4 Pemakaian gasbumi 5 Berbagai sifat fisika gasbumi 44 45 50 51 52 54 55 67 68 n 2 74 7 79 80 81 82 83 84 85 88 89 30 97 99 100 101 104 105 106 107 109 1210 112 BAB 3 CARA TERDAPATNYA MINYAK- DAN GASBUMI BAB 4 > VODDDDHHDU AE aD RLU YWNREN wre Bune Wb RULE BONE AAAS ASAD AAS DaaRRER SHR ARARA BABS 5.1 5.2 ‘Minyakbumi pada permukaan Rembasan minyakbumi Gunungapi lumpur Telaga aspal Buton Minyakbuini dalam kerakbumi Akumulasi lokal Pengertian reservoir, lapangan dan daerah minyak Keadaan dan cara terdapatnya minyakbumi dalam reservoir Penyebaran minyak - dan gasbumi di dunia Penyebaran vertikal Penyebaran geografi Penyebaran ai daratan dan di lepas pantai Kerangka geologi penyebaran minyak- dan gasbumi Kerangka umum — pengertian cekungan minyak Penyebaran cekungan sedimen ditinjau dari tektonik ‘lempeng Penyebaran akumulasi minyak ditinjau dari segi stratigrafi dan umur Ulasan BATUAN RESERVOIR Pengertian porositas Besaran porositas Skala visuil dan pemerian porositas Permeabititas Pengertian permeabilitas Besaran permeabilitas Skala permeabilitas semi — kwantitatif Permeabilitas relatif dan efektif Hakekat rongga pori Klasifikasi rongga pori Fongga pori primer Rongga pori sekunder Batuan reservoir Klastik detritus batupasir Jenis-jenis klastik detritus Fasies, bentuk dan ukuran tubuh batupasir Kesimpulan mengenai tubuh batupasir Berbagai contoh reservoir batupasir Batuan reservoir karbonat - gamping Terumbu karbonat sebagai batuan reservoir Gamping klastik Dolomit Gamping afanitik Batuan reservoir aneka ragam PERANGKAP RESERVOIR Perangkap dalam kezdaan hidrostatik - klasifikasi umum Perangkap struktur vi Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi 112 §.2.1 Perangkap iipatan (peta struktur berkontur, pengertian tutupan) 219 5.2.2 Perangkap patahan 125 5.3 Perangkap strat 126 5.3.1 Prinsip perangkap stratigrafi 229° 5.3.2 Klasifikasi perangkap stratigrafi 130 5.3.3 Perangkap tubuh batuan reservoir terbatas 334 5.3.4 Perangkap pembajian fasies — porositas lapisan reservoir 337 5.3.5, Peranan daerah batuan dasar tinggi dalam pembentukan perangkap stratigrafi 5.4 Peranpkap kombinasi struktur dan stratigrafi 5.4,1 Kombinasi lipatan — pembajian 138 5,-4.2 Kombinasi patahan ~ pembajian 5.8 Perangkap ketidakselarasan dan perangkap sekunder 5.5.1 Perangkap paleomorfologi 140 5.5.2 Perangkap penyumbatan aspal 141 5.5.3 Perangkap stratigrafi dalam tiga dimensi 142.6 —_Kiasifikasi perangkap de Sitter * 144 8.7 Perangkap dalam keadaan hidrodinamik Jilid kedua 149 = BAB 6 ASAL MINYAK- DAN GASBUMI 151 6.1 Teori asal anorganik minyakbumi Zat organik sebagai bahan sumber Pengurapulan, pengaweten dan transformasi zat organik dalam sedimen 1 Lingkungan pengendapan zat organik 2 Lingkungan pengawetan zat organik 3 Beberapa lingkungan pengumpulan zat organik 4 Ulasan Ms 6 6.1.1 Teori alkali panas dengan CO, (Berthelot, 1866) 152 6.1.2 ‘eori karbida panas dengan air (Mendeleyeff, 1877) 6.1.3 Teori emanasi volkanik 153 6.1.4 Hipotesa kimia 6.1.5 Hipotesa asal kosmik 154 6.1.6 ‘Teor asal anorganik dari sebagian para ahli geologi Uni’ Soviet 155 6.2 Teori asal anorganik minyak- dan gasburni 62.1 Sejarah teori organik 456 6.2.2 Argumentasi untuk minyakbumi asal organik 157 6-2.3 Pagar Cox 159 6.2.4 Data geokimia 160 6.2.5 6.3 164 166 Radar zat organik dalam sedimen dan batuan sedimen 6-3 6-3 6-3 168 6.3. 6.3. 6.3.6 Proses transformasi zat organik — minvakbumi 90 173 BAB 7 BATUAN INDUK, PEMATANGAN DAN MIGRASI SERTA AKUMULASS MINYAK- DAN GASBUMI 7.4 Konsepsi batuan induk 175 7,2 Penentuan batuan induk bi vii 176 179 180 181 183 184 185 186 192 193 194 197 201 203 205 208 210 212 213 215 217 220 223 225 226 228 229 232 233 234 236 238 239 240 Vili. Koesoemadinats, w ue iv Sasa ys Babe bR EU, OWboNE ‘ BhURE Masa aassas annavnnnna web eestor ees aero end tce RE RE bebe Gone ea bvbunbbnbi ooo BL ORE DH OODHHHHHHOHHOHHHHOB RE ad RoHS biboooo Ne Waktu pembentukan minyak- dan gasbumi Anggapan penbentukan segera Anggapan pembentukan lambat — stadium serpih Pematangan minyakbumi Pengertian pematangan Proses pematangan Pematangan sebagai konversi geokimia minyakbumi Konsepsi pematangan Phillips (1965) Evolusi kerogen menurut Tissot (1974) Hubungan antara pengubahan/pematangan termal zat organik dengan pembentukan minyak- dan gasbumi Migrasi Satat fisika untuk migrasi Sumber tenaga untuk migrasi Mekanisme migrasi Migrasi primer Migrasi sekunder: arah, jarak dan mekanisme ‘Akumulasi minyak- dan gasbumi Teori akumulasi Gussow Teori akumulasi King Hubbert Waktu penjebakan EXPLORASI- MINYAK- DAN GASBUMI Pengertian Dasar filsafat explorasi Urutan explorasi minyak- dan gasbumi Perencanaan explorasi Pemilihan daerah explorasi Studi pendahuluan Operasi explorasi Penyelidikan sepintas-lalu Survai detail Penilaian dan prognosis prospek Penilaian Progndsis Acara pemboran lubang kosong Pemboran explorasi Hasil suatu pemboran explorasi Laporan pemboran (well resumé) Pengembangan dan reevalu: Geologi produksi Revaluasi daerah GEOLOGI MINYAKBUM! Di INDONESIA Pendahuluan Kerangka tektonik cekungan minyak Indonesia Sedimentasi stratigrafi dan terdapatnya minyakbumi Struktur dan pelipatan Daerah cokungan Sumatra Utara ‘Terdapatnya minyak- dan gasbumi Beberapa lapangan minyak utama jeologi Minyak- dan Gasbumi 24 243 244 247 249 251 252 255 257 259 261 263 265 268 269 270 271 272 275 277 278 279 boon Be BREE Rue UNH Pah speacapen ene enemies aos ay ah iatealeat PVYVS OOOLVHNDO YY SDDODOLOO DH we Ywwovonmm ° NE wewwwvwevve BOREL Daerah cekungan Sumatra Tengah Daerah cekungan Sumatra Selatan Kerangka tektonik Stratigrafi Tektonik Cara terdapatnya minyakbumi Daerah minyak dan lapangan minyak Daerah cektngan Jawa Barat Utara Cekungan Sunda Cekungan Jawa Barat Utara Daerah cekungan Jawa Timur Percekungan laut Jawa Timur Cekungan Jawa Timur ~ Madura Daerah Cepu Daerah minyak Surabaya Daerah cekungan Kalimantan Timur Kerangka tektonik Cekungan Barito Cekungan Kutai Cekungan Tarakan Daerah cekungan Laut Cina Selatan Kerangka tektonik Lapangan minyak di cekungan Natuna Barat Vapangan minyak ai cekungan Natuna Timur (Geosinklin Borneo Baratlaut) Daerah cekungan Kepala Burung, Ivan Jaya Cekungan Salawati Cekungan Bintuni Daerah cekungan Bula, Seram Terdapatnya miriyakbumi Lapahgan minyak Berbagai sifat minyak Asal minyakbumi DAFTAR PUSTAKA Tabel dilid pertama 6 +1 Nilai kalori beberapa jenis bahan-bakar 20 2-1 Susunan unsur kimia minyak- dan gasbumi, dalam persen berat. 32 2-2a Jenis hidrokarbon yang telah diisolasikan: atau diidentifikasikan dalam berbagai jenis minyakbumi (menurut Bestougeff, 1967). 33° 2-2b Susunan molekul hidrokarbon utama dari minyakbumi (menurut Bestougeff, 1967). 34 2-3. Susunan senyawa hidrokarbon utama dalam berbagai fraksi distilasi minyakbumi. 35 2-4 Contoh suatu hasil analisa Hemple. 38 2-5 Konversi berat jenis, derajat API dan Baume (Levorsen, 1958). 42 2-6 sSusunan kimia gasbumi dari lapangan Badak (Kalimantan ‘Timur dalam persen molekul) (Helmig, 1974) $9 3-1 sSusunan kimia beberapa jenis air formasi dibandingkan dengan air laut dalam ppm (menurut Levorsen, 1958). 67 3-2 statistik penyebaran vertikal akumulasi minyakbumi (Knebel dan Rodriguez, 1956). 76 3-3 Tabel cekungan sedimen yang menghasilkan lapangan minyak minyakbumi raksasa di dunia (menurut Klemme, 1970). 77° «3-4 Penyebaran winyakbumi ditinjau dari segi umur (menurut Knebel dan Rodriguez, 1954). 85 4-1 Kiasifikasi besar pori (menurut Chocquette dan Pray, 1970). 311-1 Klasifikasi perangkap menurut berbagai penulis (Clapp, Wilson, Heald, Heroy, dan Wilhelm). 131 5-2 Klasifixasi perangkap stratigrafi (menurut Rittenhouse, 1972). 132 5-2a Perincian jenis perangkap stratigrafi (menurut Rittenhouse, 1972). Jilid kedua 177 187 188 TL 7-2 7-3 Stadium kompaksi serpih (menurut Hedberg, 1937). Berbagai jenis bahan zat organik yang tersebar dalam, batuan sedimen sebelum dan sesudah mengalami perubahian (menurut Staplin, 1969). Indeks Pengubahan Termal (TAI) (menurut Staplin, 1969). xi 194 240 243 245 250 253 262 Hubungan antara besar-butir dengan tekanan pergeseran dalam dyne/cm’ yang diperlukan untuk migrasi (dikutip dari Levorsen, 1958). Lapangan minyak Sumatra Utara, minyak beraasar parafin ringan. Lapangan minyak Sumatra Tengah, minyak berdasar parafin berat. Stratigrafi umum Sumatra Selatan (Jackson, 1961). Lapangan minyak di Sumatra Selatan Beberapa sifat minyak di daerah percekungan Jawa Barat (diambil dari Todd dan Pulunggono, 1972). Lapangan minyak daerah Jawa Timur (diadaptasikan dari : Soetantri, Samuel dan Nayoan, 1973). Xi Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi Gambar Ucapan terimakasih atas izin repradiksi Penulis ingin mengucapkan terimakasih atas izin yang diberikan oleh berbagai penerbit untuk memproduksi ilustrasi yang dipakai dalam buku ini. Jilid pertama BAB 2 200221 230 2.2 24 2.3 2.4 2502.5 26 2.6 270247 28 2.8 2.9 292.10 2.11 31 2.12 362.13 372.44 BABS 45 3.4 Diagram klasifikasi hidrokarbon alam (menurut H. Abraham, 1945; direpr. seizin Am, Assoc, Petroleum Geol.) Grafik hubungan antara beratjenis minyakbumi dan kadar belerang beberapa minyakbumi di dunia (Todd dan Pulunggo~ no, 1971) Contoh beberapa isomer; rumus Kimia sama tetapi struktur molekul lain contoh, hidrokarbon jenuh dan tidak jenuh Seri homolog Kidrokarbon utama, dalam minyakbumi (diadap- tasikan dari Welte, 1965, hal: 2247; direpr. seizin am. Assoc. Petroleum Geol.) Struktur molekul jenis hidrokarbon isoprencid: pristan dan phytan Contoh beberapa homolog siklopentan dan siklohexan (menurut Jones dan Smith, 1965; direpr. seizin Am. Assoc. Petroleum Geol.). Kerangka struktutr molekul beberapa senyawa nafteno-aromat Berbagai contoh jaringan molekul aspalten dalam minyak- bumi dari beberapa lapangan di dunia. (diambil dari pott dan Reynolds, 1969; direpr. seizin Am. Assoc. Petroleum Geol.) Struktur molekul dua jenis porfirin dengan kompleks vana~ dium dan nikel di dalamnya Beberapa struktur molekul senyawa non-hidrokarbon Diagram memperlihatkan susunan seri homolog hidrokarbon dalam minyskbumi (menurut Bestougeff, 1967) Diagram memperlihatkan hubungan antara berat jenis dengan susunan molekul hidrokarbon dan pengertian indeks korelasi Smith (menurut Barbat, 1967) Klasifikasi dasar minyakbumi berdasarkan penampang 4ndeks korelasi Smith (menurut Barbat,- 1967) Jenis vembasan minyakbumi (menurut Link, 1982; direpr. seizin Am. Assoc. Petroleum Geol.) xiii 46 a7 48 52 56 60 62 63 65 66 68 69 70 3.16 3.17 3.18 Rembasan jenis 3 (Link, 1952; direpr. seizin am. Assoc. Petroleum Geol.) Rembasan jenis 4 dari Link (1952); keluar sepanjang keti- dakselarasan (direpr. seizin Am, Assoc. Petroleum Geol.) Rembasan jenis 5 dari Link (1951); rembasan yang beraso- siasi dengan intrusi (direpr. seizin Am. Assoc. Petroleum Geol.) Peta penyebaran rembasan minyakbumi di Indonesia bagian barat. (menurut Link, 1952; direpr. seizin Am, Assoc. Petroleum Geol.) Penyebaran gunungapi lumpur dan struktur geologi di Kalimantan Timur (diambil dari Weeda, 1958; direpr. seizin Am. Assoc, Petroleum Geol.) Penampang geologi melalui telaga-aspal Buton (menurut Hetzel, 1936) Penampang perangkap yang seluruhnya terbuka ke bawah Penampang perangkap yang setengah terbuka ke bawah Penampang perangkap yang seluruhnya tertutup dari segala arah Diagram memperlihatkan pengaruh tekanan dan temperatur terhadap fasa gas/cairan minyakbumi- dan gas hipotesis (menurut Levorsen, 1958; direpr. seizin W.H. Freeman and Company) Grafik hubungan antara tekanan penggeseran (Pd) dan per- meabilitas (K) serta nilai n (indeks penyebaran besar pori) (menurut Stone dan Hoeger, (1973; direpr. seizin am. Assoc. Petroleum Geol.) + Kedudukan serta sifat batas air-minyak dan gas dalam reservoir (Levorsen, 1958, hal. 292; direpr. seizin W.H. Freeman and Company) Jenis-jenis gradien tekaran dalam sumur (menurut Bradley, 1975) Contoh suatu grafik gradien geotermis, dalam lapisan pasir Guasare dan gamping Kapur, di Venezuela (Levorsen, 1958, hal. 405; direpr. seizin W.H. Freeman and Company) Kurva gradien termal cekungan Jawa bagian baratlaut untuk dipergunakan’ dengan data DST (menurut Fletcher dan Bay, 1975; direpr. seizin Indon. Petroleum Assoc.) Penyebaran cekungan sedimen dan lapangan minyak-utama di benua Fropa (Halbouty dkk., 1970; direpr. seizin Am. Assoc. Petroleum Geol.) Penyebaran cekungan sedimen dan lapangan minyak-utama di benua Asia (Halbouty, 1970; direpr. seizin Am. Assoc. Petroleum Geol.) Penyebaran cekungan sedimen dan lapangan minyak-utama di benua Amerika Utara (Halbouty, 1970; direpr. seizin Am. Assoc. Petroleum Geol.) Penyebaran cekungan sedimen dan lapangan tinyak-utama di benua Amerika Selatan (Halbouty, 1970; direpr. seizin Am, Assoc. Petroleum Geol.) Penyebaran cekungan sedimen dan lapangan minyak-utama ‘di Australia-Asia Tenggara (Halbouty, 1970; direpr. seizin Am, Assoc. Petroleum Geol.) Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi 7 72 78 BABS 83 86 87 a8 89 93 94 96 a7 102 103 BABS 110 112 113 114 Gambar 3.22 3.23 3.24 Penyebaran cekungan sedimen dan lapangan minyak-utama di benua Afrika (Halbouty, akk., 1970; direpr. seizin am. Assoc. Petroleum Geol.} Kerangka tektonik lempeng daripada cekungan sedimen di dunia (menurct Klemte, dalam Halbouty, dkk., 1970; direpr. seizin Am, Assoc. Petroleum Geol.) Slasifikasi cekungan sedimen dalam kerangka tektonik Jempeng (Koescemadinata, 1978) Grafik memperlihatkan permeabilitas relatif dengan perbedaan penjenuhan air dan minyak (Levorsen, 1958; direpr. seizin W.H. Freeman and Co.) Grafik memperlihatkan permeabilitas relatif dengan perbedaan penjenuhan gas dan minyak (Levorseny 1958; direpr. seizin W.H. Freeman and Co.) Pengaruh pemilahan dan matrix terhadap porositas dan permeabilitas dalam greywacke (Levorsen, 1958; direpr. seizin W.H. Freeman and Co.) Pengaruh susunan butir terhadap porositas (menurut Graton, 1953; direpr. seizin W.H, Freeman and Co.) Refraksi ari patahan yang mengakibatkan dilatansi dan xetakan pada batuan sepanjang patahan Diagram yang memperlihatkan perbandingan berbagai macam jenis batuan reservoir sebagai cadangan minyakbumi (ber- dasarkan data Knebel dan Rodriguez, 1956) Redfork sandstone, contoh suatu lensa (Withrow, 1968; direpr. seizin Am, Assoc, Petroleum Geol.) Proses penbentukan lensa dalam delta (disadur dari Coleman dan Gagliano, 1964) : Contoh lapisan saluran (pengisian lembah) di Nebraska, Amerika Serikat (Harms, 1966; direpr. seizin Am. Assoc. Petroleum Geol.) Lapisan pasir yang multi-lateral Diagram terumbu penghalang pada pinggiran suatu paparan Penampang melalui lapangan Leduc, di Kanada Barat (Gussow, 1954; Vincelette, 1973; direpr. seizin Indon, Petroleum Assoc.) Medan gaya yang bekerja pada titik-titik minyak dalam perangkap reservoir dalam keadaan hidrostatik dan hidro- dinamik Prinsip penjebakan minyak dalam perangkap struktur _ Beberapa prinsip kontur struktur (diadaptasikan dari LeRoy, 1951) Perangkap struktur memperlihatkan unsur titik limpah dan tutupan Peta struktur berkontur lapangan minyak Badak sebagai contoh perangkap lipatan (Gwinn, Helmig dan Kartaadiputra, 1974; dizepr. seizin Indon. Petroleum Assoc.) xv 115 116 17 118 1g 120 121 122 123 124 125 126 127 128 5.7 5.8 5.9 5.10 5.11 5.12 5.13 5.14 5.15 5.21 5.29 5.30 Peta struktur berbagai jenis perangkap struktur, beserta penampangnya dari daerah Jawa Timur (menurut Soetantri dkk., 1973; direpr. seizin Indon. Petroleum Assoc.) Rentetan lapangan minyak Kidangan-Wonocolo di atas. suatu sumbu antiklin (menurut Soetantri, dkk., 1973; direpr. seizin Indon. Petroleum Assoc.) Perubahan tutupan pada perlipatan kortsentrik Perubahan tutupan karena pelipatan bersifat diapir, lapangan Kirkuk, Irak (H.V. Dunnington, 1958; direpr. geizin Am. Assoc Petroleum Geol.) Perubahan tutupan karena pelipatan yang berwlang-vlang Perubahan tutupan karena ketidakselarasan Efek asimetri terhadap lokasi tutupan Pengaruh konvergensi lapisan terhadap tutupan (diadaptasikan dari Levorsen, 1958 Perangkap patahan dengan kemiringan wilayah sebagai salah satu unsur Perangkap patahan dengan pelengkungan lapisan sebagai salah satu unsur Perangkap patahan melengkung dengan kemiringan wilayah Contoh kombinasi patahan normal dan lipatan Mangus Jaya- Tanjung Tiga (menurut Shell-BPM, 1961) Perangkap Sesar-sunckup Turner Valley, di Kanada Barat (Link, 1950; direpr. seizin Am. Assoc. Petroleum Geol. Perangkap patahan tumbuh dengan ‘roll-over’ Peta struktur lapangan minyak Pungut dan Tandun di Sumatra’ Tengah, sebagai contoh perangkap patahan transversal (Mertosono; 1975; direpr. seizin Indon Petroleum Assoc.) Penampang seismik melalui lapangan minyak Tandun, yang memperlihatkan komponen vertikal.dari patahan transversal Pungut-Tandun (menurut Mertosono, 1975; direpr. seizin Indon. Petroleum Assoc.) Suatu penampang ideal melalui suatu lepangan minyak kubah garam di daerah Gulfcoast Amerika Serikat (Levorsen, 1954; direpr. seizin W.H. Freeman and Co.) Tektonik patahan-bongkah di bawah laut Jawa (Todd dan Pulunggono, 1971; direpr. seizin Oil and Gas J.) Beberapa unsur utama dalam perangkap stratigrafi, peng- palang-permeabilitas dan kedudukan struktur Pembagian lapisan reservoir sebagai vnsur perangkap stratigrafi Penyerpihan lapisan reservoir (jari~jemari) sebagai unsur perangkap stratigrafi Unsur perangkap yang disebabkan oleh pemancungan lapisan reservoir oleh ketidakselarasan Diagram penampang suatu pasir-alur lembah jurus (strike valley, channel sand) yang memperlihatkan penbatasan lapisan reservoir oleh bidang erosi (disadur dari Busch. 1959) Penampang beberapa tubuh pasir memperlihatkan posisi akumulasi minyakbumi karena kedudukan struktur Peta isopach suatu lensa batupasir XVi_ Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi 128 129 130 133 134 138 136 137 138 139 140 141 142 144 5.31 5.32 5.33 5.34 5.35 5.36 5.37 5.38 5.39 5.40 Peta isolith batupasir suatu kompleks delta, lapangan winyak Red Wash, Utah, Amerika Serikat (disadur dari Koesoemadinata, 1970) Peta kontur memperlihatkan perangkap stratigrafi perban- dingan pasir serpih sebagai unsur Superimposisi daripada lipatan di atas tubuh-tubuh pasir alur (dari Busch, 1961). Interval garis kontur struktur 20 kaki (direpr. seizin Am. Assoc. Petroleum Geol.) Penampang suatu terumbu tiang, lapangan Kasim Jaya, Irian Saya (Vincelette, 1973; direpr. seizin Indon. Petroleum Assoc.) Peta struktur suatu terumbu tiang (Terry dan Williams, 1969) Lapisan pasir transgresi-regresi: sebagai contoh penyerpihan (McKenzie, 1972; direpr. seizin Am. Assoc. Petroleum Geol.) Pembalikan kemiringan wilayah dari kemiringan aslinya menyebabkan unsur perangkap oleh penyerpihan ke arah laut. Penyebaran lapangan minyak dalam jalur-jalur yang sejajar dengan jurus pantai di daerah Teluk Mexiko (A). Pembajian Frio Sand bertindak sebagai perangkap (B). Detail dari salah satu lapangan minyak armstrong di Texas (C), 4i mana jelas tutupan disebabkan oleh ketidak- teraturan garis pembajian permeabilitas (disusun dari Levorsen, 1958, hal. 197, dan Halbouty, 1968; direpr. seizin W.H. Freeman and Co dan Am. Assoc. Petroleum Geol.) : Kompleks terumbu yang disebabkan transgresi dan regresi @ienson, 1950; direpr. seizin am. Assoc. Petroleum Geol.) . Perubahan.permeabilitas ke arah atas kemiringan yang @isebabkan karena dolomitisasi (Lapangan Empiro Abo, Menurut LeMay, 1972; direpr. seizin Am. Assoc. Petroleum Geol.) Kombinasi perangkap stratigrafi dan struktur lipatan di mana di satu fihak lapisan reservoir membaji Peta struktur perangkap kombinasi patahan dan pembajian Hubungan ketidakselarasan dengan perangkap i atas dan di bawahnya (menurut Martin, 1966; direpr. seizin Am. Assoc. Petroleum Geol.) Peta paleogeologi dan paleotopografi yang membentuk perangkap ketidakselarasan bersudut. dari lapangan minyek Norton, Kansas di Amerika Serikat. Penampang memperlihiatkan paleontopografi {aisadur dari Levorsen, 1960, hal. 59) Penampang seismik di Irian Jaya yang memperlihatkan terumbu (Vincellete, 1973; direpr. seizin Indon. Petroleum Assoc.) Klasifikasi perangkap minyak menurut de Sitter (1950) A, Penampang geologi untuk wemperlibatkan terjadinya gradien-hidrodinamik karena permukaan potensiometri. B, Resultan gaya pelampungan dan gradien hidrodinamik sexta bidang ekipotensial minyak yang miring (diambil dari King Hubbert, 1953; direpr. seizin Am. Assoc. Petroleum Assoc.) xvii 145 146 147 148 Jilid kedua BABG 157 160 let 162 163 5.48 5.49 5.50 5.51 5.52 5.53 5.54 6.1 6.2 6.3 6.4 6.5 6. 6 6.7 6.8 Perbedaan kemiringan batas air-minyak dan minyak-gas dan hubungannya dengan kemiringan permkaan piezometri (A) serta berat jenis minyak (API gravity) dan gas (B). (Levorsen, 1958; direpr. seizin W.H. Freeman and Co.) Pemisahan akumulasi minyak- dan gas dalam keadaan hidro- dinamik (King Hubbert, 1953; direpr. seizin Am. Assoc. Petroleum Geol.) Akumulasi minyak dalam hidung suatu antiklin pada keadaan hidrodinamik, lapangan minyak Coles Levee, Kalifornia; penampang melalui lapangan Utara, (Levorsen, 1958; hal. 548; direpr. seizin W.H. Preeman and Co.) Akumulasi hidrodinamik dalam perbedaan permeabilitas lokal. Peningkatan gradien potensial di daerah permeabi- litas rendah menyebabkan bidang ekipotensial minyak miring ke atas menyentuk atap lapisan pasir dan suatu perangkap minyak dapat terjadi dalam ruangan yang ditutupi oleh bidang ekipotensial seluruhnya dari bawah (King Hubbert, 1953; direpr. seizin Am. Assoc, Petroleum Geol.) : Perangkap stratigrafi dalam keadaan hidrodinamik, dimana tekanan penggeseran (Pd) memegang peranan. (Hill, Colburn dan knight, 1961, diadaptasi oleh McNeal, 1965; direpr. seizin Am, Assoc. Petroleum Geol.) Suatu penampang diagram melalui suatu lapisan pasir yang memperlihatkan perubahan permeabilitas ke atas dengan kemungkinan adanya minyak yang dijebak secara hidrodinamik oleh arah aliran air ke bawah. , Ganbar kanan memperlihatkan bagaimana suatu kolom minyak dalam lapisan reservoir dapat ditahan oleh aliran air ke bawah (Robert R. Kerg, 1975; direpr. seizin Am. assoc. Petroleum Geol.) Kedudukan akumulasi minyakbumi terhadap peta struktur berkontur dalam keadaan hidrostatik (A) dan dalam keadaan hidrodinamik (King Hubbert, 1953; direpr. seizin Am. Petroleum Geol.) Struktur molekul klorofil serta hubungannya serta Penguraiannya menjadi porfirin dan isoprenoid Penyebaran perbandingan isotop C,,/C,, dalam berbagai zat (menurut Silverman, 1973) Bagan struktur molekul suatu protein (Colombo, 1963) Bagan struktur selulosa Bagan struktur suatu lignin Bagan struktur molekul beberapa komponen fraksi lipid Contoh' reaksi Diels-alder, memperlihatkan salah satu hasil reaksi antara asam oleostearat dan asam crotonat Perbandingan‘ H/C - 0/C dari pelbagai zat organik dan minyakbumi (menurut van Krevelen) XVLLi Koescemadinata, Geologi Minyak- dan Gaxbumi 166 6. 9 BAB 7 1740 721 180 7. 2 1830743 74 1840725 186 7.6 eo 7.7 199 7.8 191 7.9 1927.10 193° 7,11 1957.12 197° 7,13 198 7,14 1997.15 201 7.16 203°«7447 Gambar Penampang suatu cekungan euxinic Bahan organik larut versus karbon organik total dari penampang terpilin Talang Akar (Pletcher dan Bay, 1975; direpr. seizin Indon. Petroleum Assoc.) Penampang stratigrafi terpulihkan Sumatra Selatan memper- ihatkan batuan induk dan arah migrasi (Dufour, 1957) Migrasi pemisahan fasa menurut Silverman (1967). Proses ini terjadi kavena reduksi tekanan yang disebabkan pere- takan lapisan penutup atau pelepasan beban karena erosi (direpr. seizin am. Assoc. Petroleum Geol.) Susunan minyakbumi sebagai suatu fungsi derajat konversi (menurut Andreyev, dkk., 1961; direpr. seizin Am. Assoc. Petroleum Geol.) Bvolusi minyakbumi (maturation) manurut McIver, 1963 Dangkah-langkah utama dalam ’evolusi kerogen dan pembentukan pembentukan hidrokarbon (menurut Tissot, et. al., 1974) Perbandingan berbagai metoda penentuan LOM (Tingkat Pematangan Organik) Hubungan temperatur dan kedalaman dari batubara dan minyakbumi -(menurut Klenme, 1972; direpr. seizin Oil and Gas J.) Sumur bor memperlihatkan korelasi antara indeks alterasi termal dengan temperatur bawah permukaan P.S.I, L - 2 {menurut Fletcher dan Bay, 19757 direpr. seizin Indon. Petroleum Assoc.) Gradien geotermal rata-rata pada 5000 kaki, cekungan Jawa bagian barat laut (menurut Fletcher dan Bay, 1975; direpr. seizin Indon. Petroleum, Assoc.) Diagram lubang pori memperlihatkan hubungan kapilaritas A. Tetes minyak dalam keadaan tidak bergerak B, Tetes minyak dalam keadaan ditekan untuk bergerak (Levorsen, 1958; direpr. seizin W.H, Freeman and Co.) Struktur suatu ‘micelle’ (menurut Baker, 1962; direpr. seizin Am. Assoc. Petroleum Geol.) Hubungan antara produksi masa lalu ditambah dengan cadangan terbukti di Amerika Serikat dengan jumlah relatif lempung yang berkembang dalam sedimen yang mengelilinginya {menurut Weaver, 1960; direpr. seizin Am Assoc. Petroleum Geol.) Susunan serpih marin secara keseluruhan pada waktu dchidrasi (Burst, 1969; direpr. seizin Am. Assoc. Petroleum Geol .} Penyebaran air bawah permukaan: (a) kurva dari Powers (1959) menggambarkan sistem dehidrasi di bawah permukaan bertingkat dua untuk sedimen montmorillonit. (b) kurva dari Powers (1959) yang disesuaikan dan ditafsirkan sebagai sistem 3 tinykat. (c) kadar air dari kurva yang merefleksikan persentasi- pada setiap stadium dehidrasi (direpr. seizin Am, Assoc. Petroleum Geol.) Model klastik/hidrokarbon (menurut Klemme, 1972; direpr. seizin Oil and Gas J.) Diferensiasi minyak dan gas dalam perangkap yang menye~ xix 2047.18 207. 7.19 BAB 8 209 8. 1 8.2 211 8. 3 BAB? 235 9.21 2360 9. 2 2389. 3 239° «9, 4 240 «9. 5S 241 9. 6 242. 9.7 9.8 243° (9. 9 244 © 9,10 2480 9,11 249. 9,12 251 9.13 9.14 2529.15 menyebabkan minyak melimpah (Gussow, 1951; direpr. seizin Am. Assoc. Petroleum Geol.) Penyebaran minyak dan gas pada deretan struktur karena penjebakan pemisahan diferensial (menurut Gussow, 1951; direpr. seizin Am. Assoc. Petroleum Geol.) Sejarah dan waktu akumulasi minyakbumi dalam struktur di daerah Cepu (menurut Soetantri-dkk., 1973; direpr. seizin Indon. Petroleum Assoc.) Perkembangan cadangan dan produksi harian di Amerika Utara/Amerika: Serikat' dalam tahun enampuluhan dan tujuh puluhan (data dari World Oil, 1960-1976) Perkembangan cadangan minyak dunia pada tahun enampuluhan dan tujuhpuluhan (data diambil dari World oil, 1960 ~ 1975) Urutan operasi survai explorasi minyak~ dan gasbumi (explorasi . sebagai-suatu sistem) Indonesia bagian barat-Kerangka tektonik utama cekungan sedimen Tersier (menurut Koescemadinata dan Pulunggono, 1971) Stratigrafi Tersier cekungan minyak di Indonesia bagian barat Sumatra ~ Jawa : Stratigrafi, Tersier cekungan minyak di Indonesia bagian barat Kalimantan Timur Kerangka tektonik daerah cekungan Sumatra Utara (cekungan Aceh) serta penyebaran lapangan minyak Penampang cekungan minyak Sumatra Utara melalui lapangan gas Arun di Aceh Struktur terumbu lapangan Arun (menurut Graves dan Wee~ gas, 1973) Daerah cekungan Sumatra Tengah serta penyebaran lapangan minyak Penampang melintang cekungan Sumatra Tengah (menurut Mertosono dan Nayoan, 1974) Daerah cekungan Sumatra Selatan serta penyebaran lapangan minyak Diagram penampang daerah cekungan Sumatra Selatan Peta struktur berkontur lapangan minyak Talang Akar Pendopo, suatu contoh struktur asimetri yang dikombinasi sesar naik (menurut Levorsen, 1958; direpr. seizin W.H. Freeman and Company) Penampang geclogi melalui lapangan Kampong-Minyak Sumatra Selatan (menurut BPM) Daerah cekungan Jawa Barat Utara Penampang Utara - Selatan melalui cekungan Sunda (menurut Todd dan Pulunggono, 1971; direpr. seizin Oil, Gas J.) Peta struktur lapangan minyak Cinta di lepas-pantai Lampung (menurut Todd dan Pulunggono, 1971; direpr. seizin Oil, Gas J.) 2K‘ Koescemadinate, Geologi Minyak- dan Gasbumi 254 255 256 257 258 260 261 263 264 265 266 267 268 269 270 27 272 273 274 275 276 Garmbar 9.18 9.19 9.20 9.21 9.22 9.23 9.24 9.25 9.26 9.27 9.28 9.29 9.30 9.31 9.32 9.33 9.34 9.35 9.36 9.37 9.38 9.39 9.40 Struktur lapangan Jatibarang (menurut Sutan Asin dan varunadjaja, 1972; direpr. seizin Indon. Petroleum Assoc.) Struktur lapangan di komplex ‘Arjuna’, Lepas pantai Jawa Barat (diambil dari Todd dan Pulunggono, 1971; direpr. seizin Oil, Gas J.) Daerah cekungan Jawa Timur (diadaptasikan dari sudiro dkk., 1973) Penampang geologi timur-barat melalui Laut Jawa (Koesoemadinata dan Pulunggone, 1971) Penampang melintang utara-selatan cekungan Jawa Timur Diagram nomenklatur stratigrafi Jawa Timur Peta geologi daerah Cepu memperlihatkan penyebaran lapangan minyak (diambil dari Soetantri dkk., 1973; direpr. seizin Indon. Petroleum Assoc.) Peta struktur lapangan Ledok (diambil dari Soetantri akk., 1973; direpr., seizin Indon, Petroleum assoc.) Peta struktur lapangan Nglobo (memrut Soetantri dkk., 1973; direpr. seizin Indon. Petroleum Assoc.) Daerah Cekungan Kalimantan Selatan Penampang barat-timor cekungan Barito Cekungan Kutai daerah cekungan Kalimantan Timur Penampang geologi ideal melalui cekungan Kutai daerah cekungan Kalimantan Timur Peta struktur lapangan Badak, Kalimantan (menurut Gwinn, Helmig dan Witular, 1974; direpr.‘seizin Indon. Petroleum Assoc.) Peta struktur lapangan Ataka, Kalimantan Timur (menurut Schwartz, dkk., 1973; direpr. seizin Indon. Petroleum Assoc.) Cekungan Tarakan daerah Cekungan Kalimantan Timur Percekungan Tersier Laut Cina Selatan Urutan stratigrafi di Cekungan Teluk Thailand yang diusulkan oleh Armitage dan Viotti (1972). South Malay Basin adalahtistilah lain bagi Cekungan Natuna Barat Stratigrafi Tersier percekungan Laut Cina Selatan diadaptasikan dari Pupilli (1973) Kerangka tektonik utama beberapa cekungan Tersier Irian Jaya Penampang barat-timur melalui lapangan minyak Klamono Irian Jaya Lapangan Kasim (menurut Vincellete, 1973; direpr. seizin Indon. Petroleum assoc.) Daerah percekungan Tersier Muda-Kwarter di Seram (menurut Paten dan Zillman, 1975; direpr. seizin Indon. Petroleum Assoc.) Stratigrafi cekungan Bula; berdasarkan penampang seismik (menurut Paten dan Zillman, 1975; direpr. seizin Indon, Petroleum Assoc.) Kontur struktur dan fasies lapisan reservoir lapangan minyak Bula, Seram (menurut Paten dan Ziliman, 1975; dixepr. seizin Indon, Petroleum Assoc.) xxi 277 9.41 Konfigurasi batuan dasar cekungan Bula, Seram (menurut Zillman dan paten, 1975; direpr. seizin Indon. Petroleum Assoc.) 9.42 Terdapatnya hidrokarbon dan pemboran explorasi di cekungan Bula (menurut.Zillman dan Paten, 1975; direpr. seizin Indon. Petroleum Assoc.) XXLL Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi Prakata pada edisi kedua Dalam edisi kedua ini banyak dilakukan perbaikan dan perubahan maupun penambahan materi, sehingga diharapkan buku ini menjadi lebih mantap. Pada edisi pertama terdapat beberapa kesalahan yang cukup serius, misalnya beberapa rumus serta sejumlah angka sehingga perlu dilakukan koreksi secara menyeluruh. Sejak edisi pertama terbit di tahun 1978 terjadi kemajuan dalam ilma geokimia organik mengenai cara terbentuknya minyak- dan gasbumi mau- Pun dalam migrasi. Suatu, kecenderungan terjadi di kalangan para ahli geologi minyak untuk menerima teori degradasi termal serta pematangan (maturation) sebagai suatu teori yang baku dalam pencaharian minyakbumi. Misalnya saja kriteria geokimia untuk batuan induk yang dalam buku edisi pertama masih diragukan. Dalam buku ini kriteria baru yang telah dianggap bake dalam penentuan batuan induk serta kriteria untuk pema- tangan diuraikan secara terperinci. Namun demikian buku ini masih tetap netral dalam masalah teori terben- tuknya minyak~ dan gasbumi, karena masih pula terdapat sejumlah tulis- an, Misalnya Wilson (1975) yang memperlihatkan adanya paradoks antara teori geokimia terbentuknya minyak dan gasbumi dengan kenyataan geo- logi. Selain itu dalam bab Geologi Minyakbumi Indonesia telah dimasukkan suatu pasal mengenai propinsi minyak bary di Laut Cina Selatan yang diketemukan di pertengahan tahun tujuhpuluhan dengan diresmikannya lapangan minyak ‘Udang' di sebelah barat kepulauan Natuna pada tahun 1978. Mudah-mudahan edisi kedua ini akan menuju ke kesempurnaan mengenai. pengetahuan geologi’minyak- dan gasbumi dalam bahasa Indonesia. Bandung 1980 Penulis Prakata pada edisi pertama Dengan selesainya buku Géologi Minyak- dan Gasbumi penulis memuji syukur ke hadlirat Tuhan Yang Mahaesa, karena penulisan buku ini dilakukannya pada saat sibuk dengan berbagai macam pekerjaan, baik sebagai Ketua Departemen Geologi ITB, maupun sebagai seorang yang turut serta aktif dalam berbagai.tahap eksplorasi minyakbumi untuk Pertamina. Namun justru aktivitas terakhir ini memberikan aktualitas pada buku ini, sehingga berbagai aspek dapat diambil langsung dari pengalaman penulis, @an dengan demikian juga contoh sebanyak mungkin dapat diambil dari Indonesia. Buku ini sebetulnya merupakan perkembangan dari perkuliahan Geologi Minyak- dan Gasbumi dan Geologi Minyak Lanjut pada Institut Teknologi Bandung, Universitas Negeri Pajajaran dan Akademi Geologi dan Pertam- bangan. Geologi minyak~ dan gasbumi pada hakekatnya bukanlah suatu ilmu dalam arti yang sebenarnya, tetapi lebih merupakan penerapan ilmi geologi untuk mencari minyak- dan gasbumi. Ilmu itu mencakup stratigrafi, sedimentologi, petrografi, geologi struktur dan tektonik, geokimia organik dan mekanika fluida, dan sebagainya. Selain itu tercakup pula i dalamnya metoda geologi seperti geologi lapangan dan geologi potret. Para pembaca diharapkan paling tidak telah faham akan asas berbagai iimu tersebut. Peristilahan teknik juga merupakan problema. Penulis berusaha keras untuk menterjemahkan semua istilah ke dalam bahasa Indonesia, namun hal ini tidak selalu mungkin. Dalam banyak hal penulis lebih condong untuk melakukan pengindonesiaan istilah asing, khususnya Inggris. Akhirul kalam penulis ucapkan banyak terimakasih kepada Pimpinan ITB, terutama Ir. $ Pramutadi dari Badan Pendidikan yang telah mempercayakan kepadanya penulisan buku ini. Kepada para rekannya di Departemen Geo~ ogi diucapkan banyak terimakasih atas diskusi berbagai aspek Ilmu Geologi, yang hasilnya dituangkan ke dalam buku ini. Juga pada semua xekannya di Pertamina, terutama Drs, A. Pulunggono, diucapkan banyak terimakasih. Dengan merekalah telah banyak dilakukan pertukaran fikiran, malah tungkin beberapa ide tanpa disadarinya telah ‘terbajak'. Terimakasih juga disampaikan kepada para ahli geologi berbagai peru- sahaan minyak internasional, terutama Indonesia Cities Service, Inc. yang telah menyumbangkan banyak pikiran kepadanya; karena tanpa disa- dari pula berbagai idenya tertuangkan dalam buku ini. Penulis juga sangat berterimakasih kepada para asisten dan bekas asistennya, Saudara Ir. Nurzal Baharuddin, Ix. Toto Santoso, Ir. Th. Matasak, Ir, Rustiadi, Ir. Nana Syam Karso dan banyak lagi yang telah membantunya dalam mengumpulkan data untuk buku ini. Kepada para juru gambar, terutama sdr. Tumin Ryanto, penulis berterimakasih bagi penggambaran ilustrasi xv buku ini yang bermutu tinggi. Penghargaan setinggi-tingginya diberikan kepada para sekretaresenya, Nn, Lala Herawati dan Nn. Yati Duryati yang dengan tekun berjam-jam mentranskripsi diktasi dalam kaset serta mengetiknya; dan Nn. Hendang Setijograheni yang juga turut mengetik naskah ini berulang-ulang tanpa jemu-jemu pada penyelesaiannya, Tidak lupa pula diberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para bekas guru besarnya: Prof: Dr. Th. H.F, Klompe almarhum, orang pertama yang memberikan pengarahan kepada kami ke dalam ilmu geologi minyakbumi; Dr. J. Lintz Jr, yang memberikannya dorongan untuk melan- jutkan berkecimpung dalam ilmu tersebut; dan kepada para profesor Dr. John D, Haun, Dr. Robert J. Weimer dan Dr. L.W. Leroy dari Colorado School of Mines yang memberikan ‘final touches' dan mematangkan penulis dalam iima ini. Kepada Ir. R.M, Sutjipto Puspokusumo, bekas Direktur Akademi Geologi dan Pertambangan diucapkan terimakasih, karena atas prakarsa beliaulah diktat kuliah Geologi Minyak ini ditulis untuk AGP dan dibiayai pula olehnya, yang kemudian telah berkembang jadi buku yang sekarang ini. Zerakhir, penulis berhutang budi kepada keluarganya yang telah rela menyisihkan waktu untuk bercengkerama, memberikan kesempatan bagi penulis buku ini. Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang dapat membalas“budi atas bantuan yang telah diberikan itu. Amin. Bandung, 25 Nopember 1977 Penulis xxvii 1 Pendahuluan 1.1 ARTI MINYAK- DAN GASBUMI 1.1.1 PENGERTIAN MINYAK- DAN GASBUMi Minyak~ dan gasbumi adalah astitah Indonesia yang pemakaiannya telah mendarah-daging pada kita. Sebelumnya, lebih banyak dipergunakan orang istilab minyak tanzh yang berarti minyak yang dihasilkan dari dalam tanah. Dengan diketahuinya bahwa minyak tanah atau minyak mentah itu terdapat bersama-sama dengan gas alam, maka istilah yang lazim sekarang adalah minyak- dan gasbunt. Dalam beberapa bahasa lain, di antaranya Inggris, istilah yang diper- gunakan adalah petroleum, yang berasal dari kata petro, batu dan oleum, Winyak, Jadi arti 'petroleum' sebenarnya ialah 'minyak batu'. Istilah ‘minyakbumi' lebih tepat, karena memang minyak ini terdapat dalam bumi dan bukan dalam tanah. Istilah yang juga sering digunakan adalah minyak mentah, dalam bahasa Inggris crude oi] atau disingkat crude saja. Minyak mentah berarti minyak yang belum dikilang, jadi yan¢ masih terdapat dalam kerakbumi. Selain itu terdapat gasbumi yang dalam pehasa Inggris disebut earth gas, tetapi istilah ini tidak banyak di- gunakan. Istilah yang lazim ialah natural gas, yang kita salin jadi gas alam. : Istilah ‘'minyak tanah' mempunyai arti lain; dalam dunia minyak orang mengenalnya sebagai kerogin, salah satu hasil pengilangan minyakbumi . fstilah lain adalah minyak lantung, dan lantung artinya'batu, jadi minyak Jantung adalah minyak batu, sama dengan petroleum. Istilah yang dipergunakan dalam buku ini ialah minyak- dan gasbumi, yang di dalamnya tercakup minyak mentah yang belum dikilang dan gas- bumi. Istilah ‘gas alam' tidak skan dipergunakan. Istilah minyak tanah akan dibatasi penggunaannya untuk pengertian sehari-hari, untuk sele~ bihnya terpakai kerosin. Buku ini berjudul 'Geologi Minyak- dan Gasbumi'. Arti geologi minyak- dan gasbumi sebetulnya adalah tempat atau cara terdapatnya minyak~ dan gasbumi di dalam kerakbumi secara geologi. Dapat pula kita artikan sebagai ilmu yang mempelajari keadaan geologi atau cara terdapatnya minyak~ dan gasbumi di dalam kerakbumi ataupun di dalam bumi. 1.1.2 KEPENTINGAN MINYAK- DAN GASBUMI ‘DALAM PERADABAN Sebelum akhir tanun 1973 pentingnya minyak- dan gasbumi sebagai bahan galian tidat?=h terlalu terasa. Pada waktu buku ini ditulis. boikot, embargo dan penurunan produksi minyakbumi di Timur Tengah, telah me~ nimbulkan apa yang terkenal sebagai krisis energi. Penurunan produks; minyakbumi telah mengakibatkan timbulnya krisis di seluruh dunia dan memberikan pengaruh politik ataupun ekonomi. Dari sini dapat dilihat, bahwa minyakbumi merupakan salah satu sunber kekayaan yang sangat penting, yang berpengaruh ataupun yang merupakan salah satu faktor peradaban manusia. Haruslah diingat, bahwa minyak- dan gasbumi merupakan bahan galian, dan sebagaimana halnya bahan gali an ‘lainnya bersifat tak dapat tumbuh kembali, atau dengan kata lain, "baban pakai-habis', sekali kita ambil, habislah bahan itu. Minyakbumi mempunyai, peranan ‘khusus karena bukan semata-mata bersifat bahan galian, tetapi juga, berups bahan bakar. Jadi merupakan suber energi yang pen- Apa eijakah siimber energi di dunia kini? Yang lazim kita kenal adalah, antara lain: ARANG DAN KAYU Arang dan kayu merupakan sumber energi tertua yang dikenal manusia. Manusia purba pertama kali berkenalan dengan api melalui arang ataupun kayu. Tentunya hal ini diketahui dari pengalaman melihat terbakarnya hhutan dan.sebagai akibatnya, tumbuhan ataupun daging binatang kemudian dapat dimakan dengan lebih enak lagi. Sejak itulah manusia purba mulai meénggunakan kayu sebagai bahan bakar untuk memasak makanannya dan untuk memanasi badannya sewaktu hawa dingin. Di Indonesia orang masih banyak menggunakan arang dan kayu, sebagdimana kita lihat di pedesaan. Sebalik- nya, di negara yang lebih maju keadaannya berbeda, kecuali misalnya sewaktu orang berkemah. Sumber arang dan kayu tentu terbatas pada persediaan tumbuhan, dan’ dengan ditebangnya hutan makin lama makin sedikitiah persediaan arang dan kayu ini. Tetapi di lain fihak kayo dapat ditanam kembali berulang-ulang tanpa ada habisnya. BATUBARA Batubara merupakan sumber energi yang sangat penting, terutama di abad yang lalu. Di berbagai negara seperti Eropa Barat dan Amerika Serikat, batubara sehetulnya merupakan penggerak utama industrialisasi. Batubara sering dihubungkan orang dengan pertambangan dan, pada gilirannya,. tam- bang batubara merupakan sarang gerakan buruh abad itu. Mesin pada waktu itu umumnya digerakkan oleh batubara, di antaranya kereta-api dan kapal- api. Pengertian 'kereta-api' dan "kapal-api' untuk generasi lama dihu- bungkan dengan batubara sebagai bahan energi atau tenaga yang mengge- vakkannya. Negara industri yang maju dalam abad ke-18, pada hakekatnya memang merupakan negara yang mempunyai cadangan batubara, seperti misalnya Inggris, Perancis dan Jerman. Bahkan suatu daerah dapat menjadi sumber sengketa karena mempunyai batubara, seperti misalnya Blzas-Lotharingen antara Perancis dan Jerman. Juga Amerika Serikat di sebelah Timur, seperti daerah Appalachia, merupakan pusat industri karena terdapatnya batubara. Jepang terpaksa mengadakan peperangan dan mengadakan politik ekspansi untuk mendapatkan batubara, terutama di daerah Mansyuria. Maka munculnya berbagai negara industri di abad ke-18 adalah berkat adanya tambang batubara, Batubara juga merupakan salah satu sumber ber- bagai bahan kimia dan juga sumber pembuatan gas kota. Malahan banyak yang mengira bahwa gas itu hanya dapat dibuat dari batubara saja. Batubara jelas merupakan stiatu sumber energi yang penting di abad ke- 18. Dengan menipisnya cadangan minyak dan gasbumi dewasa ini batubara kembali memegang peranan sebagai sumber energi. 2 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbami ‘MINYAK- DAN GASBUMT Minyak- dan gasbumi merupakan bahan yang paling penting di dunia devasa ini sebagai sumber energi. Tidak banyak orang menginsyafi babwa di negara maju, minyak- dan gasbumi merupakan sumber energi utama bagi pembangkit tenaga listrik, misalnya saja di Sepang dan di Amerika Serikat. Diturunkannya produksi minyak~ dan gasbumi oleh berbagai negara di Timur Tengah telah mengakibatkan dikuranginya perlistrikan @i banyak negara yang telah maju. Selain itu pentingnya minyak- dan gasbumi lebih jelas lagi karena zat itu merupakan penggerak berbagai mesin motor, mesin diesel, mesin jet untuk pesawat terbang, serta mesin~ mesin lain untuk penggerak industri, Malahan dewasa ini kereta-api uap pun banyak mempergunakan minyak sebagai bahan bakar. Kita ingat juga bahwa sebelum perang dunia ke IZ bahan bakar utama untuk dapur @i Indonesia sebetulnya jalah arang dan kayu, tetapi sekarang ini minyak tanah merupakan bahan penting bagi setiap ibu rumahtangga. Walaupun dewasa ini juga banyek dipergunakan elpiji atau gas minyak- bumi yang dicairkan (liquefied petroleum gas), tetapi nyatanya di Indonesia minyak tanah merupakan bahan bakar penting dalam rumahtangga. SUMBER HIDRO-LISTRIK Sumber hidro-listrix merupakan sumber tenaga didasarkan pada bergerak- nya air dari kedudukan yang tinggi ke tempat yang lebih rendah, sehingga energi potensial diubah menjadi energi kinetik. Energi kinetik inilah yang kemudian menggerakkan turbin serta mesin pembangkit tenaga listrik dan menghasilkan tenaga listrik yang disalurkan melalui jaringan kawat listrik. Di Indonesia Kita selalu membayangkan bahwa tenaga listrik berasal dari tenaga aiz. Hal ini tidaklah selalu demikian, misalnya di Jakarta se- karang, sumber tenaga listrik sebagian besar diambil dari sumber tenaga uap. Di Jepang pun tidak seluruh tenaga listrik Giambil dari pembangkit tenaga air, tetapi diambil dari pembangkit tenaga diesel. Di negara Swiss misalnya, listrik memang dibangkitkan oleh tenaga air karena sum- ber air banyak terdapat di sana. Semua negara yang tidak iemiliki sumber aix, seperti Belanda misalnya, tentu sangat tergantung pada sunber minyak dan gasbumi. Di masa yang akan datang, selain sungai juga ada kemungkinan pasang surut dapat dimanfaatkan untuk keperlvan pembangkit tenaga listrik. Namun sampai dewasa ini perkembangannya belum sampai sedemikian rupa sehingga dapat merupakan sumber energi penting. ENERGI NUKLIR Energi nuklir serving dikatakan sebagai sumber energi untuk masa yang akan datang. Sampai kini energi nuklir masih merupakan persentasi yang kecil daripada seluruh bentuk energi yang dipergunakan di dunia ini. Demikian pula halnya di Amerika Serikat. Menurut para peramal, mungkin energi nuklir ini masih juga belum mampu untuk dapat digunakan sebagai suber energi penting di abad berikut nanti, Perlu dikatakan di sini, bahwa sumber energi nuklir dihasiikan oleh bahan mineral, yaitu uranium, yang terdapat juga di dalam kerakbumi, sehingga untuk pencahariamya pun diperlukan pengetahuan geologi. ENERGI MATARARI Energi matahari sampai sekarang masih belum dapat dimanfaatkan sebagai Pendahutuan 3 pembangkit tenaga listrik untuk kepentingan rumahtangga ataupun in- dustri. Energi matahari sebetulnya merupakan sumber energi yang tak terbatas atau merupakan suatu sumber yang tidak akan habis. Namun efisiensi pemanfaatannya masih jauh dari yang kita harapkan, walaupun dewasa ini satelit komunikasi, dan jenis satelit lainnya yang dinaiki manusia seperti "Skylab" dan juga pesawat ruang angkasa ke bulan dan sebagainya telah banyak memanfaatkan sumber matahari sebagai sumber listrikrya. Sampai sekarang sumber ini masih belum dapat dimanfaatkan untuk perlistrikan kita schari-hari karena masih banyak persoalan yang dihadapi untuk dapat mengumpulkan energi yang begitu banyak dan sebe- tulnya murah itu. Penelitian dan pengembangan masih diperlukan untuk dapat menggunakannya secara efisien. ENERGI PANAS BUMI (geotermal) Telah diketahui bahwa temperatur bumi makin ke dalam makin meningkat. Gejala ini dikenal dengan istilah gradien geotermal. Angka rata-rata gradien ini berkisar dari 1°F/100 kaki sampai 3°F/100 kaki atau rata- rata 2°C/100 meter. Namun di beberapa tempat di dunia diketahui, bahwa gradien.ini mempunyai nilai yang lebih tinggi terutama di daerah- daerah volkanik. Perbedaan gradien yang tinggi dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Dengan melakukan pemboran di daerah tersebut, aiz yang masuk pada kedalaman bertemperatur tinggi ini dapat disalur~ kan ke luar dengan pipa dalam bentuk uap yang dapat mengyerakkan turbin, Hal tersebut telah dilakukan, misainya di Italia dan New Zealand. Di Indonesia, pemanfaatan sumber energi geotermal ini telah mulai dirintis, yaitu di Pegunungan Dieng, Kawah Kamojang dan lain-lain tempat. Secara teoritis sumber energi ini tidak akan habis, selama dalam bumi masih panas yang dapat berlangsung bermilyar tahun. Pemanfaatan sumber panas bumi merupakan potensi sumber energi untuk masa yang akan datang. Dapat kita ulaskan, bahwa sebagian besar daripada semua sumber energi tersebut di atas sebetulnya berasal dari matahari. Misalnya saja arang dan kayu; jelas arang berasal dari kayu, kayu berasal dari tumbuhan dan tumbuhan dapat tumbuh karena fotosintesis, yaitu proses pembentukan glukosa (zat gula), di sini gas CO, dan air oleh pengaruh sinar mata hari menjadi gula. Jelas adanya sinar matahari adalah sangat mutlak. Sebetulnya tenaga yang dibawa oleh sinar matahari itu disimpan di da~ lam bahan yang dibentuk tumbuhan, antara lain kayu. Jadi, sebetuinya panas yang keluar dari arang itu adalah panas sinar matahari. Dalam hal batubara, secara geologi dapat dibuktikan, bahwa batubara berasal dari tumbuhan yang telah menjadi fosil. Jadi jelas, sumber energi yang _ tersimpan dalam batubara inipun berasal dari sinar matahari. Dalam hal minyak dan gasbumi para ahli geologi percaya, bahwa minyak dan gasbumi pun berasal dari zat organik. Ja@i, energi diambil dari zat organik yang telah mengalami sedimentasi dan seolah-olah telah menjadi fosil. Maka organisme itu tentu juga mengambil energinya dari makanan- nya yang diambil terutama dari kehidupan lain. Dalam hai ini’ tumbuhan jelas merupakan penghasil energi utama dari fotosintesis. Di sini mata- hari memegang peranan penting, Dengan demikian dapatlah difahami, bahwa sebetulnya energi yang dipancarkan matahari itu disimpan oleh tumbuhan dan dimakan oleh zat organisme lainnya. Sesudah organisme itu meninggal, zat organik tertumpuk dan masuk ke dalam sedimen, Energi masih tetap 4 - Koesoemadinats, Geologi Minyax- dan Gasbumi tersimpan di dalam zat organik tersebut yang kemian diubah menjadi minyak- dan gasbumi. Dengan demikian energi yang terdapat di dalam minyak- dan gasbumi itu berasal dari matahari. Jadi, kalau kita memba kar minyak tanah misalnya, sebetulnya api panas yang keluar dari miny tanah tersebut tidak lain dari sinar matahari yang telah dikungkung oleh zat organik dan telah tersimpan berjuta-juta tahun. Jadi, energi yang terdapat dalam batubara, minyak- dan gasbumi sebetulnya adalah energi matahari yang telah diawetkan dan disimpan dalam kerakbumi. Dengan demikian banyak orang yang mengatakan bahwa batubara, minyak- dan gasbumi itu sebetulnya tidak lain daripeda energi fosil. Mengenai sumber hidro-listrik kita mengetahui, bahwa air dapat sampai di atas pegunungan berkat sinar matahari. Matahari menyinari lautan dan meng~ hasilkan uap, dan 4i dalem uap itu terkungkung energi yang berasal da xi matahari. Waktu dihujankan sebagian air jatuh di tempat yang lebil tinggi daripada laut, sehingga mempunyai energi potensial yang lebih besar. Energi potensial ini didapatkan dari energi matahari. Pada wak air itu turun ke laut, energi potensial diubah menjadi energi kinetik Energi kinetik itu tidak lain ialah energi matahari yang telah dibeba: kan, Dengan demikian jika kita menyalakan lampu listrik, walaupun sum bernya dari Jatiluhur misalnya, energi yang dikeluarkan dari lampu in adalah sinar matahari tersebut. Energi nuklir dan energi geotermal sebetulnya adalah satu-satunya sumber energi yang bukan berasal dari energi matahari. Energi nuklir didapatkan dari pumi, dan bumi sendiri berasal dari matahari. Walaupun demikian bolehlah kita katakan, bahwa energi nuklix dan geoterimal adalah sdtu-satunya sumber energi yang bukan berasal dari energi matahari. 1.1.3, KEUNGGULAN MINYAK- DAN GASBUMI SEBAGAI SUMBER ENERGI Minyak~ dan gasbumi, terutama minyakbumi, mempunyai keunggulan dari- pada sumber energi lainnya yang telah diutarakan di atas. Keunggulan ini terutama ditinjau dari segi teknik maupun ekonomi. Keunggulan ter: sebut disebabkan karena berbagai sifat fisika tertentu dari minyak- dan gasbumi, yaitu antara lain: 1) SIFAT CAIR MINYAKBUMI Sifat cair minyakbumi ditinjau dari segi teknik menguntungkan; pertams tama karena cairan itu mudah sekali untuk ditransportasikan. Cairan mudah disimpan dalam berbagai macam bentuk tempat ataupun tanki; dapat menyesuaikan diri dengan bentuk alat transport; dapat ditransport deng an memompakannya melalui pipa sehingga mengalir sendiri. Juga dari seg Pemindahan, cairan sangat mudah dialirkan dengan menggunakan pipa dan sebagainya. Misalnya saja bensin, suatu hasil pengilangan minyakbumi, mudah ditempatkan dalam tanki motor yang bentuknya bisa disesuaikan dengan selera kita. Contoh lain ialah, mudahnya ditempatkan dalam mobil yang bentuk tankinya bisa disesuaikan dengan tempat yang tersedi dan ekonomi ruang yang terdapat dalam mobil tersebut. Bayangkan saja kalau kita harus menggunakan batubara sebagai sumber energi, maka pe~ nyimpanannya memerlukan tempat dan bentuk yang khusus, dan cara men- transportnya pun lebih sulit karena merupakan bahan yang sifatnya padat (bulky). Gasbumi mempunyai sifat gas yang juga mempunyai keunggulan daripada zat padat, dan sebetulnya juga terhadap zat cair karena dapat dimampat Pendahuluan 5 kan, sehingga volumenya dapat diperkecil. Di lain fihak gas sangat mudah mengalir dan kebocoran sulit diketahui, sehingga memerlukari tek- nologi lebih tinggi dalam penyimpanannya. Dapatlah dibayangkan bahwa dengan adanya sumber energi yang berbentuk cair atau gas ini penyimpan- an dan transportasi sangat dipermudah. 2) MINYAK- DAN GASBUMI MEMPUNYAI NILAI KALOR TINGGI Nilai kalori yang tinggi dapat dilihat pada Tabel 1-1 yang menunjukkan bahwa bensin mempunyai kalori yang sangat. tinggi. Juga gas, mempunyai nilai energi sangat tinggi. Tabel 1-1 Nilai kalori beberapa jenis bahan-bakar Bahan bakar kal/gram BTU/Lbs Kayu 3.990 - 4.420 7.182 - 7.956 Arang kayu (rata-rata) 7.260 13.068 Lignit/batubara muda 3.328 - 3,339 5.440 - 6.010 Batubara subbitumina 5.289 - 5.862 9.520 - 10.550 Batubara bitumina 5.650 - 8.200 | 10.240 ~ 14.620 Lemak hewan (rata) 9.500 17.100 Minyak nabati 9.300 - 9.500 | 16.740 - 17.100 Alkohol/etil 6.456 11.620 Aspal 5.295 9.530 Minyak mentah 10.419 - 10.839 | 18.755 - 19.510 Minyak bunker 10.283 = 10.764 | 18.510 - 19.516 Solar (diesel fuel) 10.667 19.200 Minyak tanah (kerosene)| 11.006 | 29-810 Bensin (gasoline) 11.528 20.750 1 LBS = pound = 459 grem Selain itu, minyak dan gasbumi juga bersifat memperkecil atau menciutkan volumenya, sehingga sangat mempermudah transportasi.’ Ini berarti bahwa satu kilogram minyakbumi akan menghasilkan kalori yang lebih banyak daxipada satu kilogram batubara. Pengangkutan batubara tidak pula efisien, sehingga dengan demikian mengurangi ‘payload’. Bahan bakar berkalori tinggi memungkinkan misalnya pembuatan pesawat terbang atavpun roket yang berat dari penyediaan bahan bakarnya adalah kritis. 3) MINYAK- DAN GASBUMI MENGHASILKAN BERBAGAI MACAM BAHAN BAKAR Mimyak- dan gasbumi, terutama minyak mentah, menghasilkan berbagai tmacam fraksi distilasi yang merupakan bahan bakar untuk keperlvan berbagai macam mesin. Misalnya, bensin untuk mesin motor, kerosin untuk mesin jet, solar untuk mesin diesel. Hal ini sangat menguntungkan dalam pexancangan berbagai macam mesin untuk keperluan tertentu, sehingga kebutuhan bahan bakarnya dapat sesuai dengan masing-masing jenis mesin texrsebut. 4) MINYAKBUMI MENGHASILKAN BERBAGAI MACAM PELUMAS Hal ini tidak ada hubungannya dengan minyakbumi sebagai bahan bakar, akan tetapi jelas sekali bahwa adanya berbagai macam pelumas memungkin- 6 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi kan pembuatan berbagai jenis mesin, mulai dari 2-tak, diesel, pesawat jet, berbagai mesin perseneling dan sebagainya. 5) MINYAKBUMI DAPAT BERSIFAT SEBAGAI BAHAN BAKU YAITU BAHAN PETRO- KIMIA (*PETROCHEMICALS', MISALNYA, BAHAN PLASTIK, TEKSTIL TERTENTU DAN SEBAGAINYA) . Sifatnya sebagai bahan petrokimia mempengaruhi perkembangan industri tekstil dan plastik dewasa ini. Sebagai bahan sintetis dan barang ba~ han, seperti plastik dan tekstil misainya, minyakbumi memegang peranan sangat penting. Sebagai contoh, plastik sebagai alat pembungkus dewasa ini telah mendesak daun pisang, begitu pun bahan tekstil seperti nylon dan sebagainya dibuat dari bahan minyakbumi. Sekarang banyak bejana di- buat dari plastik dan bukan lagi dari besi atau logam lainnya, begitu pu pipa karet banyak digantikan dengan bahan berkualitas jauh lebih baik. Kalau kita bandingkan keuntungan penggunaan minyakbumi dengan batubara, nyatalah perbedaan yang jauh sekali, misalnya saja dalam hal penambang- annya. Sifat cair minyakbumi menyebabkan penambangannya jauh lebih mudah dan aman daripada batubara. Kita cukup membor dan memompa minyak~ bumi, sedangkan pada penambangan batubara kita dihadapkan dengan ber- bagai macam masalah. Misalnya, karena penambangan batubara berlangsung di bawah tanah, timbullah berbagai persoalan: ventilasi udara, kea~ manan tambang, beraneka macam pengotoran yang terjadi di dalam tambang, kemungkinan kecelakaan gas dan sebagainya- Apabila diusahakan tambang terbuka, biaya jadi lebih mahal, misalnya pengupasan tanah yang menutup batubara memerlukah biaya sangat besar dan teknologi yang maju. Belum lagi biaya untuk mengangkut zat padat yang tergantung pada truck, lori ataupun kereta-api yang memerlukan tenaga serta ruang yang jauh lebih banyak daripada untuk mengambil minyak dengan cara pompa melalui pipa dan seterusnya. Memang secara geologi batubara jauh lebih mudah dicari daripada minyakbumi. Tetapi di lain fihak batubara itu kotor, sukar untuk ditransport sedangkan minyakbumi walaupun kotor dapat ditransport oleh pipa. Meskipun ada kemungkinan kebocoran pada penggunaan pipa, tetapi jauh lebih bersih daripada mentransport batubara. Selain itu instalasinya juga jauh lebih aman daripada penambangan batubara. Sumber energi lainnya, yaitu suber radioaktif, secara geologi lebih sulit lagi dicari, tetapi mempunyai nilai kalori atau sumber yang lebih besar daripada minyakbumi. Sumber nuklir juga dapat menimbulkan bahaya dan pengotoran udara yang lebih besar daripada minyakbumi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk abad ini, minyak- dan gasbumi, terutamu minyakbumi, mempunyai keunggulan yang lebih tinggi @aripada sumber energi lainnya. Suga sampai kini minyakbumi merupakan sumber energi yang paling murah, setidaknya sebelum kenaikan harga minyakbumi semakin melonjak. 1.1.4 KETERGANTUNGAN PERADABAN KINI PADA MINYAKBUMI Kejadian pada akhir tahun 1973 dan awal 1974 merupakan contoh paling baik wengenai ketergantungan peradaban dan kebudayaan manusia dewasa ini pada minyakbumi. Dengan diciutkannya produksi minyakbumi di bebera~ Pa negara penghasil minyak di Timur Tengah, timbullah suatu krisis yang meliputi seluruh dunia, Padahal pengurangan hanyalah meliputi 10% saja. Maka dapatlah dibayangkan bagaimana efeknya terhaday peradaban Pendihuluan 7 kita ini kalau minyakbumi itu sama sekali tidak ada. Pertama-tama dalam hal transport; jika minyakbumi tidak ada, maka pesawat terbang, kapal laut (yang dewasa ini banyak menggunakan mesin diesel ataupun uap yang mempergunakan minyakbumi), kereta-api dan apalagi kendaraan bermotor, seperti mobil truck, bus dan sebagainya tidak mungkin berjalan. Dalam keadaan tertentu, misalnya kapal-api memang masih bisa berjalan dengan batubara, begitupun kereta~api. Tapi jelas, bahwa kita tak bisa hidup tanpa alat transport lainnya, seperti mobil, pesawat terbang dan lain- lain. Misalaya saja di Amerika Serikat; untuk kota semacam New York jika sama sekali tidak ada minyakbumi maka penduduknya yang berjumlah 8.000.000 akan mati kelaparan karena tidak akan.ada bahan makanan yang masuk ke kota tersebut. Bukan saja lalu-lintas manusia yang tidak bisa bergerak, tetapi berbagai macam barang, kahan vital untuk. hidup sehari-hari dapat terputus oleh karenanya. Demikian pula di Indonesia walaupun kita belum seluruhnya tergantung dari minyak-dan gasbumi akan tetapi kita bisa mengharapkan berbagai kesulitan dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan saja jika minyak tanah tidak ada, maka masak pun akan menjadi persoalan. Tak adanya bensin bisa menimbulkan kekacauan ekonomi, Di Amerika Serikat kebutuhan akan’ minyakbumi lebih-lebih lagi menonjol karéna keadaan musim. Tidak adanya minyakbumi akan mengakibatkan peru- mahan menjadi dingin dalam musim winter dan tentu akan banyak manusia matibeku, karena sistem pemanasan untuk perumahannya sudah sama sekali tergantung pada minyak- dan gasbumi. Hanya kelangsungan kehidupan di kota kecil atau di perkampungan saja yang masih dapat diharapkan, yaitu dengan mempergunakan kayu ataupuri batubara. Untuk industri akibatnya sudah jelas, karena produksi akan macet sama sekali tanpa adanya tenaga penggerak. Demikianlah penurunan produksi minyak oleh beberapa negara Arab pada tahun 1973-2974 telah menimbulkan suatu kemunduran bagi industri. Rpalagi jika sumber minyak tidak ada sama sekali, maka seluruh industri akan lumpuh. Sumber energi lainnya tentu saja dapat diperqunakan, seperti misalnya batubara (di Inggris), tetapi bagaimana pun tingkat industrialisasi akan sangat mundur. Produksi tenaga listrik juga sangat dipengaruhi oleh peristiwa tahun 1973-2974. Jepang menjadi gelap gulita karena kebanyakan sumber tenaga listriknya tergantung dari minyakbumi. Begitupun Amerika Serikat, sebab lebih dari 50% sumber perlistrikan berasal dari pembangkit tenaga uap atau diesel yang dihasilkan atau digerakkan oleh minyakbumi. Di New York, seluruh kehidupan tergantung pada listrik, misalnya untuk naik-turun lift atau elevator, pemanasan dan sebagainya. Tanpa adanya minyak, peradaban di Amerika Serikat yang kita ketahui dewasa ini akan mati sama sekali. Dapat diulas kembali bahwa peradaban yang dewasa ini kita nikmati sangat tergantung pada minyak- dan gasbumi, maka sulitlah untuk diba- yangkan bagaimana jika minyak- dan gasbumi itu sudah tidak ada lagi. Dewasa ini lebih dari separuh cadangan minyakbumi terdapat di beberapa negara Timur Tengah dan kehidupan ini. akan sangat tergantung daripada kebijaksanaan para pemimpin di Timur Tengah. Dari sini kita bisa meli- hat pentingnya minyakbumi; bukan saja mempengaruhi politik militer tetapi terutama kebudayaan kita. Banyak ahli meramalkan bahwa minyak- bumi akan habis di abad ke-21, Sementara ini berbagai sumber energi lainnya harus mulai dikembangkan. 8 Koesoomadina , Geologi Minyak: dan Gasbumi Sukar untuk dibayangkan mengenai apa yang akan terjadi dengan mobi pesawat jet dan kendaraan lainnya (yang dewasa ini merupakan sesua yang sudah dianggap biasa), kalau dalam abad ke-21 nanti minyakbum bukan lagi merupakan sumber energi utama. Perkembangan segi politik dan segi militer merupakan sebagian keci! saja dari akibat ketergantungan peradaban manusia dewasa ini pada minyak- dan gasbumi. Hidup matinya suatu negara sangat tergantung daripada minyakbumi. Krisis energi tahun 1973-1974 menggambarkan bagaimana pentingnya mi bumi bagi perkembangan sesuatu negara. Negara yang sedang berkembar akan sangat dipengaruhi perkembangannya oleh tidak adanya minyak- ¢ gasbumi, apalagi negara yang sudah berkembang. Dapat kita lihat bat tidak semua negara industri memilixi cadangan minyak, hanya beberar negara saja yang memilikinya secara cukup atau berlebihan, Mungkin lebih banyak negara yang tidak mempunyai cadangan minyak daripada n xa yang mempunyainya. Indonesia dalam hal ini beruntung sekali memp cadangan minyak yang cukup hesar, walaupun sebagai produsen minyakb di dunia hanya menduduki tempat nomor 9 ataupun 10. Berbagai negara Eropa pada umumnya tidak mempunyai cadangan minyakh Inggris, Belanda, Swedia, Norwegia, Portugal, Spanyol, Irlandia tid lah mempunyai cadangan minyak yang diperiukan untuk kelangsungan pe adabannya ataupun industrinya. Jerman dan Perancis hanya mempunyai sumber yang sangat terbatas. Romania merupakan produsen utama di En kecuali Uni Soviet yang mempunyai cadangan minyak yang setaraf dens, Amerika Serikat dan kebutuhan untuk minyakbuminya dapat dipenuhi. Ditemukannya minyakbumi 4i Laut Utara akan menjadikan ‘Inggris dan Swedia' sebagai negara produsen utama di Eropa dan memberikan gairal kepada beberapa negara di sekitarnya untuk mengexplorasi lebih bany: lagi, untuk mengakhiri ketergantungannya terhadap Timur Tengah. Amerika Serikat mempunyai cadangan cukup besar yaitu kira-kira 30 mi yar barrel, mempunyai produksi harian yang sangat tinggi, sesuai der Permintaan yang sangat besar, yaitu hampir 19.000.000 barrel tiap he Walaupun demikian tetap mengharuskan negara ini mengimpor minyak daz berbagai negara Timur Tengah, meskipun hanya meliputi 10% saja. Deng adanya krisis energi pada tahun 1973-1974, sumber minyakbumi yang di dapatkan di lepas pantai (terutama di daerah Pasifik) dan di Alaska digiatkan. pada mulanya pengusahaannya @ihalang-halangi para ahli il iingkungan karena masalah perusakan lingkungan yang dapat ditimbulka Akan tetapi ketidak-adaan energi merupakan masalah yang lebih gawat lagi. Dengan demikian kita melihat bahwa tidak meratanya cadangan minyak di dunia ini (boleh dikatakan hanya terkonsentrasikan di Tim Tengah) menyebabkan banyak pertikaian politik yang terus menerus ter jadi ai Timur Tengah. Belakangan ini para pemimpin Arab rupanya sada akan kepentingan minyakbumi untuk kehidupan Eropa Barat dan Amerika Serikat. Mereka berhasil dapat menguasai berbagai perusahaan minyak dengan menbeli saham perusahaan tersebut tanpa mengadakan nasionalis sehingga memungkinkan melakukan aksi boikot dan embargo. Dengan demi: an kita melihat bahwa minyak merupakan senjata ampuh bagi para pemim Arab terhadap negara barat. Pada waktu buku ini ditulis belumlah dapi dilihat bagaimana kesudahan politik atau pemakaian minyak sebagai su senjata politik baru. Pendahuluan s Dari segi militer, minyakbumi telah menghasilkan metoda peperangan yang lain daripada sebelumnya. Minyakbumi telah memberikan mobilitas pada peperangan, yang selanjutnya menghasilkan peperangan yang lebib. dahsyat lagi tetapi lebih singkat. Sebagai contoh, misalnya Perang Dunia Kedua. Adanya minyakbumi justru menghasilkan beraneka macam senjata yang lebih ampuh daripada sebelumnya, misalnya pesawat terbang, tank baja, kapal perang, kapal selam dan sebagainya. Adanya penguasaan minyakbumi sering- kali menentukan jalannya peperangan. Misalnya saja Marsekal Rommel meng- alami kekalahan di Afrika, bukan semata-mata karena tentaranya tidak mampu, tetapi karena akibat Korps Afrika yang dibanggakannya tidak berhasil mendapatkan bahan bakar untuk senjata perangnya. Begitu pun Jepang pada waktu pecahnya perang dunia ke-dua, segera menyerbu ke Indonesia untuk menguasai lapangan minyak yang terdapat di Indonesia. Dengan demikian dia terpaksa menaklukkan Indonesia sebelum menyerbu ke Australia atau ke Amerika Serikat. Sebaliknya Jendral MacArthur tidak perlu memperebutkan Indonesia, karena Amerika pada waktu itu nempunyai cadangan minyak yang cukup banyak sehingga Indonesia dilewat segitu saja. Dari Australia dia langsung melompat ke Philipina dan setelah Philipina dikuasai tentu persediaan minyakbumi dari Indonesia terputus dari angkatan perang Jepang dan Jepang pun kalah. 1.1.5 BEBERAPA POKOK KEBIWJAKSANAAN DALAM PENGGUNAAN MINYAKBUMt SEBAGAI SUMBER ENERGI! Suatu kebijaksanaan mengenai energi yang menyangkut minyakbumi haruslah berdasarkan tiga pokok sebagai berikut: 1) KENYATAAN BAHWA MINYAKBUMI (SEBAGAIMANA JUGA DENGAN BAHAN MINERAL LAINNYA) MERUPAKAN BAHAN YANG DAPAT HABIS (exhaustible) ATAU DAPAT DIKATAKAN BAHAN PAKAT HABIS 3ekali kita pompakan minyak dari kerakbumi dan kemudian kita pakai, zadangannya akan menciut terus dan akan habis. Akibat daripada dalil ini, berarti explorasi minyakbumi harus terus-menerus dilakukan. Harus pula ditentukan garis besar kebijaksanaan mengenai pengelolaan energi, yaitu bahwa untuk setiap barrel minyak yang diproduksikan secara mini- nal haruslah ditandingi dengan penemuan satu barrel minyak oleh usaha explorasi. Jadi, untuk negara mana pun haruslah dipegang suatu kebijak- sanaan, bahwa explorasi harus terus-menerus dilakukan bukan semata-mata antuk menambah cadangan yang ada tetapi juga menutup cadangan yang te- lah diproduksikan. 2) KONSUMSI MINYAKBUMI TERUS-MENERUS MENINGKAT fTelah kita ketahui bahwa untuk mempertahankan peradaban dan kemajuan negara yang telah berkembang ataupun yang belum berkembang diperlukan konsumsi minyakbumi yang terus-menerus meningkat. Pada tahun tujuhpuluhan, konsumsi minyakbumi di seluruh dunia kira- kira masih berkisar sekitar empat puluh juta barrel setiap hari, dan nenurut proyeksi maka pada tahun 1990 kebutuhan minyakbumi itu akan nencapai 100 juta barrel setiap hari. Ini mervpakan suatu kebutuhan yang luar biasa dan sampai kini belumlah kita ketahui apakah perminta~ an sebesar itu dapat dipenuhi pada tahun 1990. Tetapi dengan adanya «risis energi pada tahun 1973, berbagai negara yang telah maju mulai sadar bahwa konsumsi minyakbumi haruslah dikurangi atau setidak-tidak- LO Koesoemadinata, Geologi Minyake dan Gasbumi nya dikekang. Kalau tidak demikian maka dalam waktu yang tidak lama cadangan minyakbumi akan habis. Kebijaksanaan ini haruslah dijadikan pedoman bagi negara penghasil minyak ataupun konsumen minyak. Untuk Asia Tenggara misalnya, dewasa ini prodvksi Indonesia berlebihan, akan tetapi di tahun-tahun mendatang dengan meningkatnya permintaan minyak~ umi, maka daerah Asia Tenggara ini pasti sudah mlai mengimpor dari negara lainnya, kecuali jika Indonesia mampu mempertinggi produksinya dan memperbesar cadangannya. 3) KEBIJAKSANAAN HARUS JUGA DIDASARKAN ATAS TIDAK MERATANYA SUMBER MINYAXBUMI DI SBLURUH DUNIA Bukan saja @i seluruh dunia, tetapi di satu negara pun penyebarannya tidak merata. Misalnya saja Indonesia, tidak semua daratan ataupun lautan di dalam daerah Indonesia menghasilkan minyak. Walaupun terse— bar secara tidak merata tetapi tetap terdapat dalam jalur geologi tertentu. Penyebaran tidak merata ini dapat mienyebabkan pertikaian politik sebagaimana kita Lihat di Timur Tengah. Suga kita lihat dalam pertikaian batasan landasan kontinen, adanya minyakbumi merupakan suatu faktor penting. Di masa lampau tidak meratanya penyebaran minyakbumi telah menyebabkan politik expansi, kolonialisasi serta imperialisme dan lain-lain. Dewa~ sa ini juga masih menyebabkan expansi politik ekonomi. Banyak negara yberkembang berusaha untuk menguasai daerah yang kaya minyak bukah di- tinjan dari segi militer tetapi segi politik ekonomi. Dari uraian di atas jelas polalah, bativa kebijaksanaan mengenai energi dan minyakbumi haruslah didasarkan atas kenyataan sebagaimana telah di- sebutkan di atas. Jadi, jika suatu negara ingin maju, negara itu pun yharus mengamankan persediaan minyaknya dan harus merencanakannya untuk waktu yang cukup lama. Selain itu negara tersebut harus berusaha meme- nuhi kebutuhan minyaknya dengan mempertimbangkan ketiga pokok kebijak- sanaan yang telah diuraikan di atas. 1.1.6 MINYAKBUMI SEBAGAI ZAT UNIK DALAM KERAKBUMI Minyakbumi merupakan suatu zat yang unik di dalam kerakbumi yang sebe~ tulnya serba padat di samping air. Keunikan tersebut dapat kita perinci sebagai berikut: * 1) sifatnya yang cair membedakannya dengan zat lain ai sekitarnya, ke- cuali air. 2) $ifatnya yang cair menyebabkan geologi sejarah minyakbumi pun perlainan dari kerakbumi sendiri. Cara terbentuknya kerakbumi dan perkembangannya, juga lain dengan minyakbumi. Minyakbumi dibentuk di tempat tertentu, tetapi karena sifatnya yang cair, dapat pindah dan berkumpul di tempat lain. 3) Susunan kimia minyakbumi juga berbeda dengan kerakbumi. Minyakbumi merupakan campuran komplex senyawa hidro-karbon dari berba~ gaimacam isomer, dengan yantai panjang, merupakan jaringan yang komplex, dan jumlahnya ratusan bahkan sampai ribuan. Kerakbumi terbentuk dari~ pada batuan yang terdiri dari berbagai mineral terutama mineral sili- kat, yaitu mengandung unsur silikon dan oksigen. Jadi di satu fihak kita menghadapi ‘suatu sistem hidro-karbon, di lain fihak sistem silikat. 4) Secara kimia minyakbumi mempunyai hubungan erat dengan zat organik sehingga batuan sedimen merupakan habitat minyak dalam kerakbumi. Pendahuluan 1 Pada beberapa bab selanjutnya, akan dijelaskan bahwa minyakbumi merupa~ kan hasil penguraian atau pengubahan zat organik, sedangkan zat organik hanya didapatkan atau ikut terendapkan dengan batuan sedimen dan tidak mungkin dengan batuan beku atau pun batuan metamorf. Jadi, jelaslah bahwa terbentuknya minyakbumi sangat erat hubungannya dengan cara pembentukan batuan sedimen, 1.1.7. RUANG LINGKUP GEOLOG! MiINYAK~ DAN GASBUMI Sebagaimana telah diutarakan di atas, minyakbumi dan batubara merupakan bahan bakar fosil. Energi yang dipancarkan matahari terkungkung di dalam kedua zat tersebut dan terawetkan selama jutaan tahun dan oleh karenanya dinamai bahan bakar fosil. Karena bahan hakar fosil bersifat organik, maka sangatlah erat hubungannya dengan batuan sedimen. Tetapi di samping itu kita melihat pula hubungan yang sangat erat antara bijih- bijih dengan berbagai bahan baku seperti logam dan sebagainya, yang pada umumnya berhubungan dengan batuan beku dan batuan metamorf, Dengan demikian kita dapat melihat perbedaan yang menyolok antara bahan bakar yang hubungannya dengan batuan sedimen di satu fihak (terkecuali uranium yang bukan merupakan bahan bakar fosil), di fihak lain bahan baku yang berhubungan erat dengan batuan beku dan metamorf. Berdasarkan kenyataan di atas kita dapat membedakan dua bidang utama dalam ilmu geologi terpakai: GEOLOGI BATUAN KERAS (hard-rock geology), yaitu bidang geologi yang Khusus mempelajari bijih-bijih logam yang hubungannya erat dengan batuan kristalin atau batuan beku dan metamorf. Bidang ini sering juga digolongkan dalam Geologi Ekonomi. GEOLOGI BATUAN LUNAK (soft-rock geology), yaitu bidang yang mempelajari batuan sedimen, terutama untuk tujuan mencari atau mendapatkan minyak- bumi dan batubara yang sangat erat hubungannya dengan batuan sedimen. Atau dapat pula kita sebut sebagai Geologi Bahan Bakar (Fuel Geology). Dari uraian di atas jelaslah, bahwa ruang lingkup geologi minyak- dan gasbumi ini merupakan pengkajian dari batuan sedimen dan semua faktor Yang menentukan cara terdapatnya, penyebarannya dan cara berakumulasi - nya minyak- dan gasbumi.di dalam kerakbumi. 1.2 SEJARAH DAN PERKEMGANGAN INDUSTRI MINYAKBUMI 1.2.1 PERKEMBANGAN UMUM INDUSTRI MINYAKBUMI Di dalam ‘sejarah manusia, minyakbumi mungkin pertama kali ditemukan atau dikenal orang di Timur Tengah, di Iran atau Parsi Kuno yang juga @ikenal sebagai daerah Mesopotamia. Di daerah ini minyakbumi mula-mula Gikenal sebagai rembasan dan sumber yang terdapat pada permukaan:bumi. Nabi Nuh yang diperkirakan hidup di daerah ini adalah manusia yang mungkin untuk pertama kalinya memanfaatkan minyakbumi atau dalam hal ini aspal (teer). untuk melapisi perahunya, agar tidak kemasukan air. Di zaman-zaman berikutnya diduga bahwa di daerah ini terdapat rembasan gasbumi yang telah terbakar dan kemudian merupakan unggun api yang sai Maka timbullah agama Parsi (Zoroaster) yang menyembah api abadi rsebut. Di zaman Harun Al-Rashid minyakbumi telah pula dikenal, dan Harun Al~ 12 Koesoemadinata, Geotogi Minyak- dan Gasbumi Rashid menggunakannya sebagai bahan pembakar, namun tidak banyak dike~ tahui mengenai bahan itu. Istilah yang diberikan oleh Harun Al~Rashid untuk minyakbumi tersebut adalah naphta. Hal ini terjadi jauh sebelum perkembangan minyakbumi yang modern timbul. Pada zaman Cina kuno telah pula dikenal industri pengusahaan minyakbumi. Menurut catatan sejarah, orang Cina malahan telah mencoba membor minyak- bumi sejak zaman sebelum Masehi . Industri minyakbumi yang modern timbul di Amerika Serikat pada abad ke~ 19, yang segera disusul oleh beberapa negara Eropa dan bagian dunia lainnya. Sebelum ditemukan pengusahaannya secara komersiil, minyakbumi telah sejak lama dikenal di amerika serikat terutama sebagai rembasan- Minyakbumi yang didapatkan dari berbagai sumber pada permukaan bumi, semula sering dianggap sebagai barang aneh dan juga diperjual belikan sebagai obat. Orang Indian menggunakannya untuk mencoret-coret/menghiasi mukanya di waktu perang. Juga ai Bropa, minyakbumi telah lama dikenal di beberapa daerah, terutama di Romania dan juga di bagian Eropa Barat lainnya. Pemunculan minyakbumi itu telah merupakan juga suatu keanehan yang menarik perhatian para sarjana pada zaman itu. Akan tetapi jauh sebelum minyakbumi dipergunakan dalam industri, Haquet pada tahun 1794 telah mengemukakan teorinya bahwa:minyakbumi berasal dari daging atau- pun zat organik lainnya, seperti kerang atau moluska. Hal ini dikemuka- kan terutama karena batuan yang mengandung minyak biasanya mengandung juga fosil binatang laut. Pada tahun 1805 Von Humbold dan Gay Lussac mengira bahwa minyakbumi berhubungan dengan aktivitas gunung api, sebagai contch misalnya, _ gunung Vesuvius. Ide serupa, dikemukakan pula oleh orang ahli geologi Perancis Virlet d’Aoust pada tahun 1834. Teorinya didasarkan pada gejala bahwa seringkali minyakbumi ditemukan bersama-sama dengan lumpur gunung api. Pada tahun 1842 Sir william Logan, direktur Jawatan Geologi Canada menghubungkan terdapatnya rembasan minyak dengan struktur antiklin, seperti dilihatnya di pulau Gaspe yang terdapat di mulut sungai St. Lawrence. Mungkin ini merupakan pengamatan pertama yang menghubungkan texdapatnya minyakbumi dengan antiklin. Pada tahun 1847 di Glasgow (Inggris) untuk pertama kali ditemukan suatu cara mengolah minyakbumi menjadi minyak lampu yang menggantikan lilin yang pada waktu itu meru- pakan sumber penerangan utama. Dengan ditemukannya cara pengolahan tersebut maka minyakbumi menjadi bahan yang dicari oleh banyak pengu~ saha. Hal ini menimbulkan suatu ide pada seorang pensiunan militer ai Amerika Serikat; yaitu Kolone} William Drake untuk membor minyak yang dapat diproduksikan secara komersiii. Tahun 1859 merupakan saat bersejarah yang sangat penting, yaitu saat permulaan timbulnya industri minyak. Pengeboran dilaksanakan di Titusville, negara bagian Pennsylva~ nia, Amerika Serikat, dan minyak berhasil ditemukan serta diproduksikan dari kedalaman 69 kaki. Pemboran dilakukan di dekat suatu rembasan atau sumber minyakbumi, dan ternyata dapat dihasilkan produksi yang lebih besar daripada yang keluar dari rembasan. Sejak saat itulah pemboran merupakan satu-satunya cara untuk mengexploitasi dan mengexplorasi minyakbumi secara komersiil. Pada tahun berikutnya Henry D. Rogers seorang gurubesar pada Universi tas Glasgow mengadakan pengamatan di daerah Pennsylvania dan melihat bahwa akumulasi minyakbumi yang ditemukan Williom Drake terdapat pada sumbu antiklin. Rogers sangat mengetahui keadaan geologi daerah produk- Pendanuluan 13 si tersebut. Satu tahun kemudian teori antiklin dinyatakan secara resmi oleh Sterry Hunt dalam suatu ceramah di Montreal, Canada, dan dipubli- kasikan. dalam suatu majalah yang bernama ‘Montreal Gazette'-pada tanggal 1 Maret 1861. Teori mengenai mulajadi akumulasi dan terdapatnya minyak- pumi merupakan suatu teori klasik dan bertahan sampai dewasa ini dengan hanya sedikit perbaikan saja. Judul asli tulisan tersebut adalah ‘Notes on the History of Petroleum’ (Rock Oil). Dalam tahun yang sama, yaitu tahun 1861, B. B. Andrews seorang gurubesar ilmu geologi pada Marietta College di negara bagian Virginia barat menunjukkan pula terdapatnya minyak- dan gasbumi sepanjang sumbu antiklin di dekat Cairo, di negara bagian Virginia barat. Ia pun menghubungkan sumber minyak dan gasbumi tersebut dengan sumbu antiklin, akan tetapi diterangkannya akumulasi lokal minyak- dan gasbumi tersebut merupakan hasil retakan yang terja~ 4i di atas sumbu antiklin yang batuannya telah dihancurkan oleh pengang- katan dan pelipatan. Andrews dan Hunt kedua~duanya yakin, bahwa retakan yang terjadi dalam batuan yang mengandung minyak tersebut merupakan faktor penting bagi terdapatnya akumulasi di atas sumbu antiklin. Dalam pada. itu Prof..Alexander Winchell dari Universitas Michigan pada tahun 1860 berpendapat bahwa batupasirnya sendiri cukup mempunyai kesarangan (porositas) untuk mengandung minyak tanpa adanya retakan. Berbagai prinsip yang telah dikemukakan oleh Logan, Rogers, Hunt, Andrews dan Winchell sedikit sekali diperhatikan oleh berbagai perusa- haan minyak pada waktu itu. Dalam hal ini I.C. white rupa-rupanya adalab ahli geologi pertama. yang mendemonstrasikan kebenaran teori antiklin ; untuk akumulasi minyak~ dan gasbumi, dengan mendatangi suatu lapangan dan menunjukkan lokasi pada struktur tersebut dengan berhasil. Dengan teori tersebut dia menemukan beberapa lapangan minyak baru di negara bagian Pennsylvania. Teori antiklin tersebut cukup berhasil dan diteri- ma oleh para ahli geologi di zaman itu, namun masih juga ditentang oleh para ahli geologi terkemuka. Walaupun demikian, berbagai kritik terhadap teori antiklin tidak merubah pentingnya struktur sebagai suatu faktor dalam akumulasi minyak- dan gasbumi dan merupakan suatu fakta yang secara mendarah daging diakui oleh para ahli geologi minyakbumi sampai sekarang. Pada tahun 1888 E. Orton memberikan suatu karya lengkap mengenai geologi minyak- dan gasbumi, dimana antara lain ia berkesim- pulan bahwa minyakbumi berasal dari zat organik. Walaupun teori antiklin telah berhasil dan menunjukkan pentingnya geologi untuk mencari minyak- dan gasbumi, baru pada tahun 1897 suatu Perusahaan minyakbumi yaitu Southern Pacific Oil Company menyewa seorang ahli geologi untuk mencari minyakbumi dengan berhasil. Pada permulaan abad ke-20 semua perusahaan minyakbumi di Amerika Serikat telah mempu- nyai bagian geologi sebagai ‘Exploration Departement’. Hal ini merupakan zaman baru dalam sejarah industri minyakbumi. Pada tahun 1917 di Amerika Serikat tidak ada perusahaan minyakbumi tanpa seorang ahli geologi. Tahun itu juga merupakan permulaan suatu era dalam sejarah ilmu geologi minyakbumi, dengan didirikannya 'the American Association of Petroleum Geologists’ yang berkedudukan di kota Tulsa, Oklahoma, suatu perhimpunan ilmiah para ahli geologi yang menkhususkan diri pada pencarian minyak- dan gasbumi. Menjelang akhir abad ke-19 pencarian minyakbumi serta timbulnya industri minyakbumi telah menyebar, juga ke luar Amerika Serikat, terutama ke Amerika Latin (misalnya Mexico mulai pada tahun 1890), dan ke Eropa Timur seperti Romania dan Rusia (di sekitar daerah Baku); kemudian juga 14 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi ke Burma dan Indonesia yang merupakan daerah penting bagi pencarian minyakbumi pada waktu itu. Di daerah Timur Tengah minat untuk explorasi dimulai pada tahun 1919, tetapi karena berbagai kesulitan politik dengan Perancis dan Inggris maka perusahaan Amerika baru pada tahun 1927 dapat menbor sumur yang pertama dan menemukan lapangan minyak Kirkuk sekitar tahun itu. Sumur pertama, menyembur tanpa dapat dikendalikan dan meng- hasilkan seyatus riba barrel minyak per hari. Pemboran selanjutnya menunjukkan bahwa lapangan Kirkuk merupakan suatu lapangan yang cukup besar. Manya beberapa tahun sebelum Perang Dunia II (yaitu pada tahun 1939) beberapa lapangan minyak raksasa ditemukan di Saudi Arabia dan di- Kuwait, maka dengan ini dimulailah sejarah penemuan berbagai lapangan minyak raksasa 4i Timur Tengah. Daerah lain untuk pencarian minyakbumi pada waktu itu adalah India, Burma dan Indonesia. Baru setelah Perang Dunia IZ pencarian minyakbumi dilakukan juga di berbagai daerah seperti Aljazair, Sahara atau di daerah Afrika lainnya, begitu pula Australia. Timbullah pencarian minyak ai lepas pantai terutama di tahun enampuluhan (60). 1.2.2 PERKEMBANGAN METODA EXPLORASI MINYAKBUMI Menjelang abad ke-20, atau’ 50 tahun sesudah penemuan sumber minyak per- tama yang komersiil di Amerika Serikat, sedikit sekali bantuan teknik yang diberikan atau dicari untuk penentuan lokasi peuboran. Minyak biasanya ditemukan dengan membor di dekat rembasan atau indikasi permukaan, malahan kadang-kadang dengan pemboran secara membabi buta. Pencarian minyak dengan penggunaan metoda ilmiah memang memberikan hhasil, namun pemboran membabi buta pada waktu itu sekali-kali masih juga menghasilkan lapangan minyak yang bernilai ekonomi. Pada tahun 1912 para ahli geologi mulai mengadakan perpetaan singkapan untuk penentuan tempat pemboran yang paling baik. Hasil penerapan ilmu untuk pencarian minyakbumi memiberikan hasil yang sangat menggembirakan dan dalam waktu beberapa tahun saja struktur yang memberikan harapan telah dibor sampai kedalaman yang dapat dicapai oleh alat pembor. Pada waktu itn alat bor hanya mampu membor 1000 sampai 1300 meter dengan menggunakan bor tumbuk (cable tool). Pada tahun 1901 metoda penboran putar (rotary-drilling) pertama kali dipergunakan di lapangan minyak Spindletop ai Texas. Dengan ditemukannya berbagai macam baja yang lebin baik, metoda pemboran dengan cara putar diperbaiki dan pada permulaan tahun duapuluhan cara baru ini merupakan metoda utama untuk pemboran sumur. Perbaikan alat pemboran putar memungkinkan pemboran sampai ke- dalaman 1500 sampai 2000 meter, yang tidak dapat dicapai pada tahun- tahun sebelumnya. Dewasa ini tentu teknologi pemboran telah lebih maju lagi dan dapat mencapai kedalaman 24.000 kaki atau 8.000 meter. Pada permulaan tahun 1920 para ahli geologi baru dapat menghargai aca- nya struktur yang tidak terlihat pada permukaan dan dengan demikian dimulailah metoda explorasi bawah permukaan. Pemboran inti mulai di- pergunakan, begitu pula penggalian sumuran untuk mencari lapisan penunjuk yang dapat dipetakan di bawah permukaan. Sumur yang dibor dilog lebih teliti lagi dan juga cara mengumpulkan serta menganalisa keratan pemboran diperbaiki. Dengan demikian didapatkan informasi yang lebih baik lagi dari data pemboran. Paleontologi mulai dipergunakan Pendahutuan, 15 untuk.mencari korelasi lapisan beberapa sumur, dan hal ini terutama telah mengembangkan ilmu mikropaleontologi yang mempelajari fosil renik di bawah mikroskop. Juga pada waktu yang sama adanya mineral pun terutama mineral berat dipergunakan untuk mencari korelasi seperti tersebut di atas. Di tahun duapuluhan penggunaan metoda listrik untuk penlogan mulai dikembangkan dan akhir permulaan tahun tigapuluhan penlogan listrik (electric logging) merupakan prosedur baku bagi pem- boran sumur. Cara ini telah berkembang dari tahun 1920 sampai sekarang dan merupakan cara yang sangat penting terutama dengan ditemukannya konsep perangkap stratigrafi. Perkembangan paling penting dalam pencarian minyakbumi. adalah ditemu- xkannya berbagai cara geofisika,. yang oleh industri minyak Amerika mulai dipergunakan pada pertengahan tahun duapuluhan. Metoda yang pertama kali ialah metoda seismik refraksi yang dikembang- kan oleh beberapa ahli Jerman pada tahun 1923 di New Mexico untuk me- metakan suatu patahan (zona patahan),; tanpa memberikan hasil. Setelah dilakukan berbagai perbaikan berhasillah mereka melokalisir suatu kubah garam yang pertama di daerah Gulf-coast pada tahun 1924, Setelah itu ditemukan juga banyak kubah lainnya dalam waktu yang sangat pendek. Sebetulnya para ahli Amerika telah mulai mengadakan experimen yang sama pada tahun 1919 dan regu lapangan yang pertama, mulai bekerja pada tahun 1925. Metoda ini telah pula berhasil mendapatkan sejumlah kubah garam yang dangkal di daerah Gulf-coast dan beberapa di antara- nya ternyata merupakan kubah yang produktif. Akan tetapi metoda bias tersebut ternyata tidak memberikan hasil yang baik di beberapa daerah lain. Oleh karena itu pada tahun duapuluhan orang mulai kehilangan kepercayaan. Pada tahun 1929 metoda seismik refleksi dikembangkan oleh para ahli Amerika. Ternyata kedalaman tegak yang dapat dijangkau dengan cara ini dapat mencapai beberapa ribu kaki. Penggunaan cara ini membe- rikan hasil sangat menakjubkan. Pada tahun 1930 hanya beberapa regu saja yang beroperasi di lapangan. Pada tahun 1935 dari beberapa regu itu telah meningkat menjadi beberapa puluh dan pada akhir tahun 1943 menjadi 250. Pada tahun 1923, bersamaan waktunya dengan dimasukkannya cara seismik refraksi (bias), suatu prinsip pencarian minyakbumi yang lain diimpor dari Eropa ke Amerika, yaitu metoda gravitasi. Alat yang dipergunakan ialah neraca puntir (torsion balance), suatu penemuan Hongaria tahun 1890. Ternyata metoda ini juga memberikan hasil yang besar dalam pencarian kubah garam di daerah Gulf-coast, tetapi kurang berhasil untuk daerah pegunungan. Gravimeter jenis lainnya dikembangkan di berbagai labora- torium Amerika menjadi suatu alat yang cukup baik dan masih dipergunakan dewasa ini. Juga pada permulaan tahun duapuluhan metoda magnetik di- kembangkan. Metoda tersebut ditemukan dan dikembangkan di Jerman dan ternyata merupakan metoda yang sangat baik. Pada tahun 1940 pemboran lepas pantai pertama kali dimulai di Louisiana, Amerika Serikat. Pada tahun 1950 pertama kali helikopter dipergunakan untuk menunjang explorasi seismik di Irian Jaya. Pada tahun 1958 pertama kali dilakukan pemboran dengan penggunaan helikopter sebagai alat angkut, juga di Irian Jaya, pada penboran sumur Wapili di Pulau Salawati. Boleh dicatat bahwa pemboran dengan helikopter sebagai alat angkut, untuk pertama kali dilakukan di dunia di Irian Jaya. Pada tahun 1960 dimulai explorasi seismik secara besar-besaran di lepas pan- 16 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasburni tai. Dalam tahun enam puluhan terjadi kemajuan luar biasa dalam peng- gunaan cara seismik. Pita rekaman mulai dipergunakan untuk pencatatan. Metoda pengolahan data seismik secara elektronik juga telah dimulai menggunakan komputer, antara lain dilakukan cara pencatatan secara mendetail. Menjelang akhir tahun enam puluhan dikembangkan pula cara yang dinamakan penginderaan jawh (remote-sensing). 1.3 PERKEMBANGAN INDUSTRI MINYAKBUMI DI INDONESIA 1.3.1 PERKEMBANGAN UMUM Minyakbumi telah dikenal rakyat Indonesia sejak abad pertengahan, misalnya saja pemakaiannya oleh orang Aceh untuk memerangi. armada Por- tugis. Industri minyakbumi modern dimulai pada tahun 1871, yaitu sewaktu untuk pertamakali diadakan usaha pemboran pencarian minyakbumi di Desa Maja, Majalengka, Jawa Barat, oleh seorang pengusaha Belanda bernama Jan Reerink. Tetapi pemboran yang dilakukan di dekat suatu xembasan akhirnya mengalami kegagalan. Penenman sumber minyak yang pertama di Indonesia ialah pada tahun 1883, yaitu dengan ditemukannya lapangan minyak Telaga Tiga dan Telaga Said di dekat Pangkalan Brandan di Sumatra Utara oleh seorang Belanda ber- nama A.G. Zeijlker. Penemuan itu kentdian disusul oleh penemuan lain, yaitu lapangan minyak di Pangkalan Brandan dan Telaga Tunggal. Pada waktu yang bersamaan juga ditemukan lapangan-minyak Ledok di Cepu, Jawa Tengah, Minyak Hitam di dekat Muara Enim di Sumatra Selatan, dan Riam Kiwa di daerah Sanga-Sanga, Kalimantan. Penemuan sunber minyak Telaga Said oleh Zeijlker merupakan modal per- tama bagi berdirinya suatu perusahaan yang dewasa ini dikenal sebagai Shell. Menjelang akhir abad ke 19 terdapat 18 perusahaan minyak asing yang beroperasi di Indonesia. Pada tahun 1902 didirikan suatu perusahaan terbatas yang @iberi nama Koninklijke Petroleum Maatschappij yang di- modali dengan penemuan Zeijlker di Aceh tersebut. Perusahaan ini kemu- dian bersatu dengan Shell Transport Trading Company dan dilebur menjadi suatU perusahaan yang dinamakan The Asiatic Petroleum Company atau Shel] Petroleum Company. Pada tahun 1907 didirikan Shell Group yang terdiri dari B.P.M., yaitu Bataafsche Petroleum Maatschappij, dan Anglo Saxon. Pada waktu itu di Jawa Timur masih terdapat suatu perusahaan yang nama- nya: Dordtsche Petroleum Maatschappij, tetapi perusahaan ini pun kemudian diambil alin oleh B.P.M. Pada tahun 1912 perusahaan Amerika mulai masuk di Indonesia dengan membentuk perusahaan N.V. Standard vacuum Petroleum Maatschappij atau disingkat 'SVPM' yang mempunyai cabang di Sumatra Selatan dengan nama N.V.: N.K-P.M. (Nederlandsche Koloniale Petroleum Maatschappij) yang sesudah perang kemerdekaan menjelma menjadi P.T. Stanvac Indonesia. Perusahaan minyak ini menemukan lapangan minyak Pen- dopo pada tahun 1921 di Sumatra Selatan, yang sebelum perang merupakan lapangan minyak terbesar di seluruh Indonesia. Untuk mengimbangi perusahaan Amerika yang masuk pada waktu itu, peme- xintah Belanda mendirikan perusahaan gabungan pemerintah dengan B.P.M. yaitu: Nederlandsch Indische Aardolie Maatschappij (50% B.P.M., 50% pemerintah), yang sesudah perang dunia ke-dua menjadi P.T. Permindo dan kemudian pada tahun 1961 menjadi P.N. Pertamina. Pada tahun 1920 masuk dua perusahaan Amerika yang baru yaitu Standard Pendabuluan 7 Oil of California dan Texaco, yang pada tahun 1930 membentuk N.V. N.P.P.M. (Wederlandsche Pacific Petroleum Mij) dan sekarang menjelma menjadi P.7. Caltex Pacific Indonesia. Perusahaan ini mengadakan ex- plorasi secara, besar-besaran pada tahun 1935 di Sumatra Tengah dan menemukan lapangan minyak Sebangga (1940) dan pada tahun 1941 lapangan minyak Duri. Di daerah konsesi perusahaan ini, pada tahun 1944.tentara Jepang menemukan lapangan raksasa Minas yang kemudian dibor kembali oleh Caltex pada tahun 1950. Pada tahun 1935 untuk explorasi minyakbumi di Irian Jaya dibentuk suatu perusahaan gabungan antara B.P.M. (334%) , N.P.P.M. (33}%), N.K-P.M. (333%) suatu anak perusahaan yang diberi nama N.N.G.P.M. (Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Mij) dengan hak mengadakan explorasi minyakbumi di Irian selama 25 tahun (Sampai tahun 1960). Pada tahun 1936 lapangan minyak Klamono ditemukan dan disusul dengan lapangan minyak Wasian, Mogoi dan Sele. Namun perusahaan ini tidak berhasil menemukan lapangan minyak yang berarti, dan pada tahun 1960 diserah-terimakan kepada per~ usahaan SPCo dan kemudian diambil alih oleh Permina pada tahun 1965. Ini adalah sejarah perkerbangan industri minyak sebelum perang kemer- dekaan. 1.3.2 SEJARAH METODA EXPLORAS! DI INDONESIA Di Indonesia pencarian minyak dilakukan mula-mula oleh B.P.M. yang pada waktu itu namanya Koninklijke . Pada waktu perusahaan ini mulai bero- perasi di Indonesia disewanya 2 orang ahli geologi,yaitu Dr.C. Porro seorang Itali dan seorang Swiss bernama Dr. C. Schmidt yang kemudian menjadi seorang gurubesar dalam ilmu Geologi di Brussel. Kedua orang ahli ini telah berpengalaman di Eropa. Dalam perioda pertama hanya dilakukan pemetaan geologi permukaan dengan mengadakan explorasi di sepanjang sungai untuk mencari singkapan, dan baru kemudian juga melakukan pemboran. Suatu regu geologi pada waktu itu terdiri ari Seorang ahli geologi yang terlatih secara akademis dan seorang asisten geologi yang pekerjaannya terutama mengkoordinasi buruh setem- pat. Biaya untuk regu yang demikian pada waktu itu sangat rendah. Ahli geologi membuat peta geologi berdasarkan singkapan, terutama peta struktur, dan kemudian dilakukan suatu prognose dan pemboran explorasi. Sampai perang dunia pertama explorasi sampai seribu meter sudah merupa- kan sesuatu yang luar biasa, tetapi kemudian ternyata pemboran bisa dilakukan lebih dalam lagi. Pada tahun 1910 mulai dilakukan pemboran inti dan pada tahun 1918 pemboran spiral tangan. Pemboran geologi yang lebih dalam mempergunakan mesin bensin. Pada tahun 1920 suatu cara baru dimasukkan di Indonesia yaitu cara geofisika. Yang pertama kali dipergunakan B.P.M. adalah metoda gravita~ si dan kemudian juga metoda seismik. Cara gravitasi ini terutama diper- gunakan di Indonesia pada tahun 1924 setelah berhasil baik di Amerika serikat. Penggunaan metoda seismik dilakukan di Indonesia semenjak tahun 1937. Permulaan pemakaian log oleh perusahaan Schlumberger dilakukan pada permulaan tahun tiga puluhan bersamaan juga dengan penerapan mikropaleontologi di Indonesia. Metoda pemetaan udara dilakukan pertama kali di Indonesia pada tahun 1932, yaitu di Sumatra Selatan dan kemudian di Sumatra Utara pada tahun 1934. Pemetaan dilakukan oleh angkatan darat Hindia-Belanda dengan skala 1 + 10.000. Pada tahun 1934 itu pula dilakukan pemetaan 18 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi udara secara besar-besaran di Kepala Burung, Irian Jaya. Pemetaan udara berlangsung dari tahun 1935-1937. Pemetaan potret udara ini sangat mem bantu juga interpretasi geologi daerah tersebut, Pemetaan udara berikut- nya terjadi pada tahun 1938 di Kalimantan. 1.3.3 PERKEMBANGAN INDUSTRI MINYAKBUMI DI INDONESIA SETELAH PERANG KEMERDEKAAN Pada revolusi fisik tahun 1945-1950 terjadilah pengambilalihan semua instalasi minyak oleh Republik Indonesia. Pada tahun 1945 didirikan P.T. Minyak Nasional Rakyat yang pada tahun 1954 menjadi perusahaan Tambang Minyak Sumatra Utara. Pada tahun 1957 didirikan P.T, Permina oleh Kolonel Ibnu Sutowo yang kemudian menjadi P.N. Permina pada tahun 1960, Pada tahun 1959°N.I.a.M. menjelma menjadi P.T, Permindo yang kemudian pada tahun 1961 menjadi P.N. Pertamin, Pada waktu itu juga di @aerah Jawa Timur dan Jawa Tengah telah berdiri P.T.M.R.1. atau Perusa~ haan Tambang Minyak Republik Indonesia yang kemudian menjelma menjadi P.N. PERMIGAN dan setelah tahun 1965 dilikuidir dan diambilalih oleh P.N. PERMINA. Pada tahun 1961 sistem konsesi perusahaan asing dinapus- kan dan diganti dengan sistem kontrak karya, Pada tahun 1964 perusahaan SPCO diserahkan kepada P.N. PERMINA. Tahun 1965 merupakan tahun permu- laan sejarah baru dalam perminyakan Indonesia dengan dibelinya seluruh kekayaan B.P.M. - Shell Indonesia oleh P.N. PERMINA. Pada tahun itu pula dimulai kontrak bagi-hasil (production sharing) yang menyatakan bahwa seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah konsesi P.N. PERMINA dan P.N. PERTAMIN, sedangkan semua perusahaan asing hanya bisa bergerak sebagai kontraktor saja dengan hasil produksi minyak dibagikan dan bukan dalam bentuk pembayaran royalty. Sejak tahun 1967 explorasi besar-besaran di laut dan di darat dilaksana~ kan oleh P.N. PERTAMIN dan PERMINA dengan kontraktor asing. Tahun 1968 P.N, PERMINA dan P.N. PERTAMIN digabung menjadi P.N. PERTAMINA yang kemudian merupakan satu-satunya perusahaan minyak nasional dengan nama PERTANINA (Perusahaan Tambang Minyak- dan Gasbumi Negara). Tahun 1969 merupakan tahun yang sangat penting karena ditemukannya lapangan minyak lepas pantai (yang kemudian diberi nama lapangan minyak Arjuna) 4i dekat Pamanukan Jabar dan tidak lama kemudian ditemukan pula lapang- an minyak Jatibarang oleh PERTAMINA. Pada tahun 1970 menyusul ditemu- kannya lapangan minyek lepas-pantai Cinta dan lapangan minyak Ataka (Union Oil) di lepas-pantai Kalimantan Timur. Pada tahun 1972 ditemukan lapangan minyak Kasim di Irian Jaya di daerah yang telah ditinggalkan oleh N.N.G.P.M., yang kemudian ternyata merupakan sumur dengan produksi yang paling besar, yaitu 20.000 barrel/hari. Pendshutuan 19 2 Hakekat minyak- dan gasbumi Telah disebutkan sebelumnya, bahwa minyak- dan gasbumi merupakan senya- wa hidrokarbon, Senyawa ini terdiri dari unsur kimia sebagaimana tertera pada Tabel 2-1. Di sini kelihatan bahwa pada umumnya minyak- bumi terdiri dari 80 sampai 85% unsur'C atau karbon, 20 sampai 15% unsur H atau hidrogen. Unsur’lain seperti oksigen, nitrogen, belerang terdapat kurang dari 5% malah kadang-kadang kurang dari 1%. Tabel 2-1 Susunan unsur kimia minyak- dan gasbumni, dalam persen berat T 5 uUnsur Gasbumi Aspal Minyak mentah (Levorsen) | (Levorsen) | (Levorsen)| (Purdy) Karbon 65-80 | 80 - 85 | 82,2-87,1| 83 -87 Hidrogen (H)| 1 -25 8,5- 11 | 11,7-14,7] 11 -25 Belerang’ (S)|jejak- 0,2; 2 - 8 | 0,1- 5,5] 0-6 Nitrogen (N) 1 ~15 ao - 2 0,1- 1,5 Q - 0,7 Oksigen (0) - - 0,1- 4,5 Oo - 0,5 Logam ba - 7 oO - 0,1 Zat hidrokarbon merupakan senyawa yang beranekaragam. Abraham (1945) mengklasifikasikan zat hidrokarbon seperti tertera pada Gambar 2.1, dan membaginya menjadi dua golongan, yaitu bitumina dan nonbitumina. Zat bitumina sering juga disebut sebagai petroleum. Jadi ada kesamaan pengertian antara petroleum dan zat bitumina, akan tetapi tidak dengan zat hidrokarbon padat, piro-bitumina dan lain-lain. tert Lak tart Dapat ditumerkan ‘Tak dapat dilumerkan ——_— Calran Padat | [—Lumer 1 Suker dilumerken. Piro-bitumina Bebas oksigen | Mengandung oksigen —— moon] Gear] [RESON T T T T T & Scheererit 18 Argue 43 Glance pitch 18 Alberti. 21 Betubore Gambar 2.1 Diagram klasifikasi hidrokarbon alam (menurut H. Abraham, 1945) 20 Pembagian tersebut di atas sama sekali didasarkan atas’kelarutan zat hidrokarbon dalam CSz. Dalam hal petroleum, Hedberg (1964) mendefini- sikannya sebagai suatu campuran kompleks yang terutama terdiri dari zat hidrokarbon yang terdapat secara alam dan dapat berupa cairan, gas atau padat, yaitu minyak mentah dan gas alam serta aspal alam yang komersiil di dalam industri minyak. Dapat dicatat di sini bahwa dalam pemakaian istilah petroleum secara populer, dalam bahasa Inggris menun- jukkan suatu cairan yang biasanya sinonim dengan minyakbumi. Tetapi menurut Levorsen (1956), istilah petroleum juga dipakai.secara bersama~ an dengan istilah bitumina yang terdiri dari zat padat atau setengah padat yang biasanya terdiri dari hidrokarbon berat. Mereka disebut aspal, ter; albertit, gilsonit dan lain-lain, tergantung dari penggunaan istilah itu secara lokal. Dalam diagram Abraham (1945) hidrokarbon yang larut dalam karbondisulfida dinamakan bitumina, sedangkan yang tak larut disebut nonbitumina. Bitumina bisa dibagi menjadi yang bersifat caix dan yang padat. Yang bersifat cair disebut petroleum atau minyak- bumi, yang terdiri dari semua minyak mentah yang didapatkan dari sumur pemboran ataupun yang keluar sendixi pada permukaan sebagai rembasan: sedangkan yang padat dibagi lagi antara yang mudah melumer dan yang sulit melumer. Yang mudah melumer dibagi lagi menjadi 1ilin mineral dan aspal, sedangkan yang sukar melumer terdiri dari apa yang dinama~ kan aspaltit. Golongan nonbitumina juga dibagi menjadi yang depat lumer dan yang tak lumer, yang tidak lumer dikatakan piro-bitumina. Piro-bitumina dibagi juga atas yang bersifat aspal dan bersifat non-aspal. Yang non-aspal misalnya, batubara muda, dan batubara. Termasuk juga dalam piro-bitumina adalah kerogen, yang sebetulnya tidak lain daripada zat organik yang tidak larut dan terdapat dalam batuan sedimen, yang secara pirolisis dengan temperatur yang sangat tinggi menghasilkan hidrokarbon. Diagram Abraham juga memperlihatkan, bahwa di sebelah kiri kadar hidrogen dalam hidrokarbon paling tinggi, sedangkan makin ke kanan makin berkurang dan kadar oksigen bertambah. Selain itu, juga index bias dari kiri ke kanan makin meningkat, sedangkan titik-lebur dan keatsirian (volatility) serta kesempatan untuk membakar secara cepat makin ke kanan makin kurang. Dari diagram tersebut jelaslah, bahwa minyakbumi hanya merupakan sebagian saja dari berbagai jenis hidrokarbon yang terdapat dalam alam. Namun demikian minyakbumi adalah hidrokarbon yang paling penting karena jumlahnya yang paling banyak di antara hidrokarbon lainnya. 2.1 HIDROKARBON PADAT 2.1.1 JENIS HIDROKARBON PADAT Seperti telah dijelaskan sebelumnya, hidrokarbon padat terdiri dari golongan bitumina dan nonbitumina. Golongan bitumina terdiri dari 1ilin mineral, yaitu antara lain ozokerit, lilin montan, hatcherit, dan scheererit; dan golongan aspal, yaitu bermudez pitch, tabbyit, gilsonit cair dan argulit; kemudian golongan aspaltit (yaitu zat yang sulit se~ kali dilumerkan). Aspaltit terdiri antara lain dari gilsonit, grahamit, dan glance-pitch, Golongan nonbitumina antara lain ialah piro-bitumina, yang dibagi atas dua golongan lagi yaitu: piro-bitumina aspal dan piro-bitumina non- aspal. Golongan piro-bitumina aspal antara lain ialah wurtzelit, Hakekat minyak- dan gasbumi al elaterit, albertit, impsonit, dan ingramit, sedangkan piro-bitumina non-aspal antara lain ialah batubara muda, gambut, lignit dan batubara. Hidxokarbon yang bersifat padat biasanya terdapat bersamaan satu dengan yang lain. Misalnya lilin mineral banyak terdapat di Uinta Basin dan didapatkan sebagai urat-urat di dalam Green River Formation, yang sangat terkenal karena terdiri dari apa yang dinamakan oil-shale yang mengandung zat kerogen. Lilin mineral biasanya terdapat dalam bentuk.urat-urat, begitupun aspaltit dan gilsonit dan juga piro-bitu- mina non-aspal, misalnya wurtzelit. Sema zat ini seolah-olah kelihat- an sebagai zat kimia yang merupakan hasil pemerasan serpih minyak dan kemudian didesakkan secara paksa ke dalam rekahan sehingga membentuk urat-urat. Namun sampai kini masih sangat diragukan mengenai cara terbentuknya yang sebenarnya daripada hidrokarbon padat tergebut. Termasuk dalam bitumina padat ini ialah pasir-ter (tarsand/ dan serpih minyak (oil shale). 2.1.2 PASIR-TER Di beberapa tempat di dunia, misalnya di Kanada sebelah barat dan di Venezuela, terdapat berbagai lapisan pasir yang telah dijenuhi dengan hidrokarbon yang sudah kental dan setengah-aspal. Lapisan pasir ini meliputi luas ribuan kilometer persegi serta puluhan meter ketebalan dan werupakan cadangan minyak terbesar di dunia. Namun hidrokarbon ini sukar sekali dipisahkan dari pasir untuk dapat ditampung. Misalnya di Kanada sebelah barat, didapatkan lapisan pasir yang disebut Athabas- ca tarsand (McMurray Sand). Cadangan minyak atau hidrokarbon yang ter- kandung di dalam pasir-ter ini meliputi milyaran barrel. Dewasa ini karena keadaan krisis minyak, kesulitan memprosesnya sudah dapat di- atasi dengan cara yang menguntungkan. Dengan pemanasan atau dengan distilasi destruktif, minyakbumi dapat dihasilkan dari pasir-ter. Juga pernah dipikirkan untuk menggunakan suatu ledakan nuklir untuk membebaskan minyak dari tarsand yang padat ini. Cara terbentuknya pasir-ter atau Athabasca tarsand ini tidaklah begitu jelas, tetapi mungkin berasal dari minyakbumi yang dihasilkan dari rembasan dan terjadi bersama-sama pengendapan pasir tersebut. 2.1.3 SERPIH MINYAK Serpih minyak atau oil-shale adalah suatu serpih yang mengandung zat organik yang jika dipanaskan pada temperatur tinggi (di atas 400°C) akan mengurai dan kemudian menghasilkan hidrokarbon cair yang serupa dengan minyakbumi. Zat organik yang dapat menghasilkan minyak pada suatu pemanasan atau distilasi yang sifatnya destruktif disebut juga suatu piro-bitumina, sebagaimana telah dikatakan di atas dan nama lainnya adalah kerogen. Suatu endapan serpih minyak yang terkenal ada- lah formasi Green River yang terdapat ai Uinta-Basin, di negara bagian Colorado, Utah dan Wyoming. Serpih yang mengandung kerogen ini cukup tebal dan penyebarannya sangat luas, sehingga memberikan cadangan minyak bukan saja milyaran barrel tetapi sampai triliunan barrel. Kadar serpib minyak ini hampir dapat mencapai 150 galon per ton, tetapi kebanyakan adalah antara 25 dan 50 galon per ton. Kerogennya sendiri bukanlah minyakbumi dan juga bukan batubara, tetapi merupakan suatu zat yang mempunyai sifat di antara kedua hidrokarbon tersebut. Kerogen pernah dikira sebagai zat induk minyakbumi, tetapi pernah pula diper- 22. Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi kirakan sebagai salah satu jenis hidrokarbon lain yang tidak mempunyai hubungan atau mempunyai sedikit hubungan dengan minyakbumi. Serpih- minyak juga menghasilkan minyakbumi bebas dan dapat dilarutkan oleh pelarut minyak seperti kloroform dan karbontetraklorida. Susunan kimia daripada kerogen adalah kira-Kira, karbon: 69-80%, hidrogen: 7-11%, nitrogen: 1,25-2,5%, belerang: 1-8t, dan oksigen: 9-17%. Dapat @icatat bahwa perbedaan khas dengan minyakbumi adalah kadar oksigen dan nitrogennya. Di bawah mikroskop, kerogen dapat terlihat terdiri. dari suatu masa zat organik yang telah dihancur-luluhkan, terutama sebagai bekas tumbuhan, ganggang, spora, pollen, arpus, lilin dan lain- lain. Suatu serpih yang mengandung kerogen dapat secara ‘berangsur- angsur berubah tanpa kelihatan menjadi batubara. Beberapa tempat lain dimana minyak serpih didapatkan antara lain di Jerman utara. Di daerah itu minyak serpih dikenal dengan sebutan Kuchersicher. Serpih minyak ini erat sekali hubungannya dengan urat-urat hidrokarbon padat seperti gilsonit, wurtzelit dan ozokerit. Di sana ternyata urat- urat ini ke bawah menghilang atau menipis waktu masuk ke dalam formasi serpih minyak. Menurut Hunt (1954) mungkin sekali serpih-minyak ini mengeluarkan atau memeras keluar berbagai zat padat seperti lilin dan aspal sehingga membentuk urat-urat hidrokarbon padat melalui retakan. 2.2 HIDROKARBON CAIR - MINYAKBUMI ‘BELERANG DALAM MINYAK MENTAH DUNIA. 2.2.1 HAKEKAT KIMIA 50 2.2.1.1 Susunan kimia be eet Minyakbumi merupakan zat paling 39) Penting di antara semua hidrokar- 20 bon ataupun di antara semua bitu- venes | a. Susunan unsur kimia minyak on \Alaske Ut in bumi tertera pada Tabel 2-1. 5 Jelas kelihatan di sini, bahwa 3 minyakbumi terdiri, dari 80- 85% *\ karbon sedangkan selebihnya hidrogen. Kadar belerang dapat meningkat sampai 2%, misalnya pada minyakbumi dari Timur Tengah, tetapi khususnya di Indonesia kadar belerang rendah sekali dan minyakbumi Indonesia terkenal karena kadar belerang rendah (lihat Gambar 2.2), Kadar zat L— oksigen dan nitrogennya sangat mien Shaner aamniewe, Tendah, dan hanya merupakan 755208357309 ase GOO ae jejak saja. Walaupun minyakbumi DERAJAT API terutama hanya terdiri dari dua Gambar 2.2 Grafik hubungon antara beratjenis minyak unsur yaitu hidrogen dan karbon PEEL Gali eee ote namun kedua unsur ini dapat mem- Pulurogono, 1971) bentuk berbagai macam senyawa molekuler dengan rantai panjang, dan struktur lingkaran. Malah rantai yang terdiri daripada C dan H tersebut dapat bercabang-cabang ke ber- bagai arah dan dapat membentuk berbagai macam struktur tiga dimensi, % BELERANG 2 02} Kay Hakekat minyak- dan gasbumi 23 Dengan demikian C dan H ini dapat membentuk molekul yang sangat besar, dan jumlah karbon C dalam setiap molekul dapat berjumlah sampai puluhan, bahkan secara teoritis bisa sampai ratusan ataupun ribuan. Sifat daripada hidrokarbon untuk membentuk molekul yang berlainan dengan susunan atau dengan rums kimia yang sama disebut sifat mem- bentuk isomer. Sebagai contoh bentuk isomer terdapat pada Gambar 2.3. Hane HOW roid en “erry Ter aand Lak E p-butan fso-butan propiten, siklopropen CHy(CHy)2CH, = CyHy9 (CHg)a(CHICH, = CyHyg CoH Cally CaM y0 Gambar 23 Contoh beberapa isomer; rumus kimia sama tetapi struktur motekul lain, Walaupun hidrokarbon dapat membuat isomer secara tidak terhingga, namun ada aturan tertentu dalam cara pembuatan rantai panjang. Selain dapat membuat rantai panjang dan struktur isomer, hidrokarbon juga dapat bersifat jenuh dan tak-jenuh. Yang dimaksug jenuh adalah jika salah satu valensinya tidak diikat oleh atom hidrogen tetapi terdapat ikatan rangkap antara dua atau tiga atom karbon. Contoh suatu hidro- karbon yang tidak jenuh adalah alken, yang merupakan svatu ikatan valensi alkan (Gambar 2.4). Misalnya, etan dengan rumus,C,H, sedangkan eten C,H,, karena dua valensi atom karbon diikat rangkap. Berbagai macam hidrokarbon yang tidak jenuh serta sifat valensinya yang jenuh terlihat pada Gambar 2.4. JENUH TAK JENUH Hye C-c-cH, coe c= c-c-cH, c= CH Hy My Hg Hy Hy Hy HOH, 4 buten propan buten ropilenasetiton) Gambar 2.4 - Contoh hidrokarbon jenuh den tidak ienuh Ada beberapa aturan tertentu dalam susunan minyakbumi yang memudahkan kita mempelajarinya antara lain: 1 Pada umumnya minyakbumi hanya memperlihatkan susunan hidrokarbon yang bersifat jenuh. 2. Hidrokarbon yang terdapat di dalam bumi merupakan berbagai macam seri homolog. Yang dimaksud dengan homolog adalah suatu seri susunan hidrokarbon berdasarkan penambahan atom C membentuk suatu susunan yang hampir sama, akan tetapi rantainya menjadi lebih panjang ataupun ling- karannya menjadi ruwet (Gambar 2.5). 24 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi ercrarepmeereerenc= 1 ~ Parafin inp) (cantai menerus atau lurus) T se {rantai percabang) 3 atklle ‘aromat Gambar 2.5 minyakbumi (diadaprasikan dari Welte, Seri homolog hidrokarbon utame, dalam 3 Dalam seri homolog biasanya terdapat beberapa keluarga ho- molog biasa yang disebut golengan isomer. Golongan ini biasanya terdiri dari rantai yang menerus dari- pada senyawa berbagai macam jenis minyakbumi. Anggota pertama dari seri ho- molog selalu terdapat secara ebih banyak terkonsentrasikan di dalam minyakbumi daripada anggota yang lebih besar berat molekulnya. Malah pada beberapa minyakbumi anggota yang lebih besar ini bisa hilang atau tidak ada gama sekali. Beberapa contoh seri homolog beserta rumus umum dan struk- et tur molekulnya adalah sebagai Seri homolog alkan : berikut : x x a HHHH H-¢-H wid H H-G-G-G-H H-G-G-C-G-H a HE HAR Baas CH, C,H, CH, CB, nee ChB onse metan etan propan butan alkan Seri homolog alken + g HR HEHE H-¢-C-1 whiten H-6-¢-6~ # CH y CiH, C,H, etan propan buten Seri homolog naften : i me HE APR OCH w-o-g-8 H-c=¢-H a-¢-¢-8 8,0 ¢ W, HE HE d HL Chi. C3R, CyHy Coy nan siklopropan siklobutan siklopentan siklohexan 4 Pada umunya seri homolog dalam minyakbumi dapat dibagi menjadi dua golongan besar (lihat Gambar I II Golongan SIKLIS 2.5): Golongan ASIKLIS atau ALIFAT, juga disebut ALKAN atau PARAFIN SERI PARAFIN ATAU ALKAN. Seri ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu seri parafin normal dan seri iso-parafin. 1) Seri parafin normal (n-parafin) Anggota n-parafin dapat merupakan 25% dari suatu jenis minyakbumi, tidak termasuk gas-gasnya, sedangkan dalam fraksi bensin dapat merupa- kan’ 80% dan dalam minyak pelumas 0 sampai 25%. Minyakbumi yang bersifat ringan dan parafin biasanya mengandung C, sampai C,, sebagai penyusun utamanya. Sedangkan dalam minyakbumi yang lebih berat bisa menurun menjadi 0,7 sampai 0,1% (Bestougeff, 1967). 2) Seri iso-parafin atau parafin bercabang Golongan hidrokarbon ini biasanya terdapat dalam fraksi ringan atau pertengahan titik didih (C,, sampai C,,). Setelah C,, ke atas konsentrasi iso-parafin sangat berkurang sedangkan di atas C,, jarang sékali ditemukan iso-parafin. Isomer biasanya terdapat dalam C,, Csr Cer 7 isomer dalam C,, 16 isomer dalam Cy, 9 isomer dalam C, dan akhirnya isomer dalam C,,. Dengan demikian parafin yang bercabang tidaklah membentuk zat padat, misalnya C,, ke atas. Salah satu hal yang menarik perhatian pada iso-parafin, ialah adanya struktur iso- prenoid untuk seri di atas C,,. Contoh senyawa berstruktur iso-prenoid adalah: pristan (C,,) dan phytan (C,,), (Gambar 2.6). Struktur iso-prenoid merupakan H 4 4 4 Hye-C-c-c-c-e-c-c-c-e-c-c-c-c-cH, statu rantai panjang dengan sua~ [ HeHeHe | MataMe | MaMata | tu cabang metil pada setiap nomor fy Hy chy aay atom tertentu. Terdapatnya isc- prenoid di dalam minyakbumi adalah suatu bukti bahwa minyak- 4 K H bumi terbentuk daripada zat orga- wo TP ieges| Malate] Maat | §c§, nik. Hal ini disebabkan karena ratte er ieadtesiee cts seri isoprenoid secara genetis . Pe 3 berhubungan dengan beberapa macam pigmen, yaitu golongan vital Gambar 2.6 Struktur molekut jenis hidrokarbon -«daripada kompleks porfirin atau Terai mame as klorofil (Gambar 6.1). Di antara semua isomer, senyawa parafin dengan 2 atau 3 cabang metil adalah yang paling umum; substitusi dengan 4 atau lebih cabang metil sangat jarang. Limapuluh persen daripada parafin yang bercabang terdapat dalam fraksi bensin yang ringan. Pristan cH, GOLONGAN SIKLIS. Golongan ini dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu seri naften atau siklo-parafin, seri aromat dan seri aromat-sikloparafin- polisiklis (termasuk kompleks aspal). 1) Seri sikloparafin atau naften Seri siklo-parafin atau naften merupakan salah satu golongan hidro- karbon siklis. Contoh struktur siklo-parafin terdapat pada Gambar 2.5. Biasanya beberapa seri siklo-parafin terdiri dari 5 sampai 6 anggota lingkaran atau kombinasinya dalam struktur polisiklis. Kadar siklo- parafin di dalam minyakbumi di seluruh dunia bervariasi antara 30 sampai 60 persen sehingga siklo-parafin merupakan penyusun utama minyakbumi. Dasar utama dalam variasi struktur naften ialah jumlah lingkaran yang dapat bergabung menjadi suatu jaringan. Misalnya, mono-naften dan 26 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi ' naften bisiklis merupakan bagian utama dalam minyakbumi. Dalam fraksi titik didih yang lebih tinggi lagi struktur ini dapat terdiri dari sepuluh Lingkaran atau sepuluh cincin dalam satu molekul, Beberaya contoh naften monosiklis dalam minyakbumi ialah homolog siklo-pentan dan siklo-heksan yang juga membentuk cabang bersifat rantai lurus (Gambar 2.7). Di antara susunan naften yang monosiklis, terutama kisaran C, sampai C,, paling banyak didapat~ 4 Aa ee kan. Anggota yang lebih tinggi. nay bee Hye en, dari naften monosiklis biasanya ee of Lod terdiri dari seri yang disubsti- ace BN ete tusikan secara banyak dengan 2 a 2 Me sampai 4 cabang rantai tembahan atau suatu rantai panjang dengan sedikit cabang. Biasanya rantai ne dah hae pendek adalah golongan metil dan BoP Me etil, Homolog siklo=pentan biasa~ "2 nya terdapat lebfh banyak dari- Ch pada golongan siklo-heksan, er « fe berkisar antara 25 sampai 40%. 27 SG lH adam GH af te Naften monosiklis yang berantai Hae My H,c—CH panjang dalam kisaran C,. sampai Gambar 2.2 Contoh beberapa homolog sikropentan, dan siklohexan Cy) bersifat kristalin yang dapat dipisahkan. Zat tersebut merupakan lilin parafin berde- vajat teknis pada kristalisasi dan merupakan konstitusi utama serisin dan lilin parafin titik-didih tinggi. Di antara struktur polisiklis terdapat golongan tetra~siklo-alkan yang terdapat di dalam sedimen dan juga di dalam minyakbumi. Zat ini mungkin diturunkan dari senyawa induknya yaitu sterol. Sterol paling banyak didapatkan, dengan atom karbon Cz, sampai Cy, mempunyai nomor atom karbon yang sama dengan sterol alam, Naften-tetra-siklis C,, dalam minyakbumi memptnyai berat molekul yang sama dengan asam di dalam hormon sex dan menurut data spektrometri sesuai dengan susunan struktur steran (Cj). 2) Seri aromat Aromat adalah suatu hidrokarbon siklis berstruktur khas cincin aromat (Gambar 2,8), terdiri dari 6 atom karbon berbentuk cincin yang sebag: an daripada valensinya tidak jenuh, tetapi membentuk suatu struktur Kekule, Dalam hal ini salah satu elektron daripada suatu atom karbon dimiliki pula oleh atom karbon lainnya (electron-sharing), jadi tidak seluruhnya merupakan tangan valensi rangkap. Selain struktur Kekule ini, aromat dapat juga membentuk suatu senyawa kompleks dengan rangkaian lainnya, cincin naften, ataupun cabang yang banyak. Contoh untuk struktur ini dapat dilihat pada Gambar 2.8. Aromat yang bersifat monosiklis dengan homolog benzen sangat khas bagi minyakbumi yang ringan. Benzen merupakan salah satu anggota yang khas untuk suatu aromat dan mempunyai isomer dalam C,, Cg, Co- Salah satu penyusun utama minyakbumi adalah toluen n-xylene 1, 2, 4 sampai trimetil benzen. Kadarnya dapat mencapai 1,6 sampai 1,8% untuk cH. toluen dan 1% untuk benzen dan xylen. Konsentrasi ini menurun sangat cepat untuk mono-aromat Cy dan Czy dengan aromat bisiklis Gambar 2.8 Kerangka struktur molekul beberapa_ (Gambar 2.8) seperti naftalen dan senyawa nafteno aromat bifenil dan juga homolognya dalam Cy, Cy, dan Cj, telah dapat di- identifikasikan dalam beberapa jenis minyakbumi. Anggeta Seri poli~aromat yang lebih tinggi dengan lebih dari 2 atau 3 cabang panjang tidak didapatkan dalam alam. 3) SERI NAPTENO-AROMAT YANG POLISIKLIS: Golongan nafteno-aromat meru- pakan golongan tersendiri dalam minyakbumi dan didapatkan pada fraksi titik-didih yang lebih tinggi. Golongan ini sebetulnya merupakan molekul besar, yang struktumya terdiri daripada beberapa cincin aromat yang bergabung dengan cincin naften (siklo-parafin). Contch struktur mole~ kul zat ini terlihat pada Gambar 2.8. Kompleks aspal Anggota yang tinggi daripada hidrokarbon golongan siklis, aromat atau pun naften, biasanya membentuk suatu kompleks hidrokarbon siklis yang mengandung pula berbagai macam komponen bukan hidrokarbon. Kompleks aspal terdiri dari resin dan aspalten, Resin biasanya terdiri dari senyawa polisiklis yang mengandung oksigen, termasuk juga hetero-siklis dengan atom belerang dan nitrogen, dengan berat molekul antara 500 sampai 1000. Zat ini dapat juga dimasukkan sebagai suatu hasil sekunder daripada hidrokarbon nafteno-aromat yang bersifat polisiklis. aspalten merupakan zat hetero-siklis yang mengandung oksigen, belerang, nitrogen dan logam lainnya, dan mempunyai berat molekul antara 900 sampai 3000. Struktur molekul aspalten sangat kompleks dan terdapat berbagai macam jenis. Contoh struktur kompleks daripada jaringan cincin itu terlihat pada Gambar 2.9. Zat ini juga terdiri dari cincin aromat dan naften dengan beberapa cabang rangkaian alifat yang pendek. a ae Baxterville Lagunitias Burgan (Kuait) Watra No. A-1 Mara Watra No. 17 Raudhatai Ragusa Gambar 2.9 Berbagai contoh jeringan molekul aspalten dalam minyakbumi deri beberapa lapangan di dunia (diambit dari Dott dan Reynolds, 1969) Cincinnya terdiri sebagian dari suatu rangkaian hetero-siklis yang mempunyai 5 sampai 6 atom. Harus ditekankan bahwa aspalten dari setiap minyak mentah terdiri dari berbagai macam zat, misalnya aspalten dari minyak berasal formasi tua lebih bersifat grafit dan mengandung lebih 28 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi . sedikit unsur logam dan belerang dibanding dengan aspalten yang lebih muda. Dari segi genesis aspalten mexupakan zat yang menarik perhatian karena mengandung banyak sekali unsux perunut (trace elements) dalam minyakbumi, terutama vanadium dan nickel. Porfirin: Porfirin ditemukan dalam minyakbumi oleh Trebs pada tahun 1934-1935. Zat ini telah menarik perhatian dan banyak dipelajari dalam waktu- waktu yang lalu. Semua porfirin juga berasosiasi dengan zat yang ber- berat molekul tinggi dan dapat ditentukan dengan distilasi molekuler. Terdapatnya porfirin dianggap sebagai bukti mengenai biogenesis minyak- bumi, Kadar porfirin dalam minyakbumi bervariasi dan dapat mencapai 0,04%. Menurut Dunning (1954) porfirin biasanya paling banyak terdapat dalam minyakbumi yang bersifat aspal dan berumur muda, SaHy CHa GH, chy Hy LycpHs ot CaHy osha adore a Sa Esta cats oft, Gambat 2.10 Struktur molekul dua jenis parfirin dengan komplex vanadium dan nikel di dalamnya Jadi jelas, dalam minyakbumi hubung~ annya adalah dengan zat aspal. Struktur porfirin diperlihatkan pada Gambar 2.10, yang seperti as- pal terdiri daripada struktur siklis tetapi lebih ruwet. Porfirin erat sekali hubungannya dengan klorofil dan hemoglobin yang terurai menjadi porfirin dan parafin yang bersifat iso-prenoid seperti phytan. Porfirin dapat berkondensasi dengan aromat polisiklis dan molekul naften~ aromat untuk membentuk aspalten. Porifin dapat juga mengandung nitrogen dan selain itu juga mengandung inti vanadium ataupun nikel. ZAT HETERO-ATOM ATAU NON-HIDROKARBON (Gambar 2.11). Zat hetero-atom adalah hidrokarbon yang juga mengandung berbagai macam atom lainnya seperti , 0, dan Ss, SENYAWA WH he BELERANG a wegen Hdd den Ns An aaa etanetiol —_—_propan etiot Hidcogensutida etil merkaptan propil merksptan 4 senvawa $ OKSIGEN ° é —# No-H: Gugusan terol Asam butiratkarboxil Fano! SENYAWA 4 NITROGEN : i : eg ao h RS ween Wage Mega wyge-getee wdlon eH ete oan wets ue vf ¥ aE % ¥ ¥ ¥ Uy a fH ofa quinotin Pirol indot——_earbozot Gambar 2.11 Beberapa struktur moiekut senyawa won-hidrokarbon Unsur Oksigen. Minyakbumi dapat juga mempunyai senyawa oksida sampai 2% dalam bentuk asam fenol. Ini biasanya terdapat dalam residu atau derivat tinggi. Beberapa jumlah kecil fenol didapatkan dalam kerosin dan minyak solar. Minyakbumi dari formasi paling muda biasanya mengan- dung asam yang paling tinggi. Asal asam ini tidak begitu banyak diketa- hui. Ada yang mengatakan zat ini merupakan hasil oksidasi hidrokarbon, ada yang mengatakan bahwa zat tersebut merupakan sebagian dari gugusan asam yang ada sebelumnya, sebelum berdegenerasi menjadi minyak. Senyawa Belerang. Senyawa belerang juga sangat penting dalam minyak- bumi, biasanya terdapat dalam jumlah lebih banyak di dalam fraksi molekuler yang lebih tinggi. Kadarnya dapat mencapai 5% dan oleh kare- nanya ada minyakbumi yang mengandung 30 sampai 40% senyawa belerang, ai samping yang terdapat dalam resin dan aspalten. Beberapa senyawa belerang adalah: tiol: sulfida alifatik, monosiklik dan polisiklik; disulfida; monotiofen yang monosiklik, bisiklik, trisiklik. Senyawa belerang tersebut kebanyakan berasal dari minyakbumi yang kaya akan belerang dan pada umumnya merupakan asal sekunder, misalnya dari penguraian gipsum (lihat grafik belerang, Gambar 2.2). Nitrogen. Senyawa nitrogen juga didapatkan dalam minyakbumi terutama dalam residu atau molekul berat dan sebagian terdapat dalam benzen dan aspalten. Kadar nitrogen bervariasi antara 0,01 sampai 0,02% dan kadang- kadang bisa mencapai 0,65%, misalnya dari lapangan minyak Willmington, California, yang senyawa nitrogennya bisa nelebihi 10%. Senyawa nitrogen yang terdapat dalam proses distilasi terutama ialah homolog piridin dalam jangkauan Cs, Cj), guinolin dalam jangkavan Cy9-C,7 dan turunan yang berhidrogen, dan juga senyawa carbozol, indol dan pyrol (Gambar 2.11). Asal nitrogen ini adalah biogenik, misalnya dari protein dan pigmen, Fermentasi (peragian) protein menghasilkan asam dan juga senya~ wa nitrogen yang mengandung cincin pyrol. Nitrogen yang terdapat dalam semua senyawa ini biasanya dapat dibedakan antara nitrogen bersifat basa dan yang netral. Yang sangat menarik perhatian menurut Richter (1952) ialah bahwa per- bandingan nitrogen basa terhadap nitrogen netral adalah sama. Ini menunjukkan mekanisme yang sama untuk pembentukan semua minyakbumi. SUSUNAN MOLEKUL MINYAKBUMI. Walaupun di atas telah diuraikan mengenai jenis hidrokarbon yang terdapat dalam minyakbumi, namun sebetulnya susunan molekul atau senyawa minyakbumi secara kuantitatif tidaklah dapat diketahui dengan teliti. Hal ini disebabkan karena teknik penen- tuan isomer dengan berbagai struktur dan variasinya sangat sulit. Semula diperkirakan bahwa minyakbumi terdiri dari jutaan isomer hidro- karbon, terutama parafin, aromat dan naften. Menurut data terakhir (Colombo, 1967) ternyata susunan minyakbumi tidaklah terlalu ruwet dan merupakan hasil proses yang normal dan beraturan. Jumlah total senyawa penyusun dengan berbagai isomernya walaupun cukup tinggi, tetapi hanya merupakan sebagian kecil saja dari semua jenis struktur. Penentuan susunan senyawa kimia minyakbumi telah sangat mengalami kemajuan selama masa 25 tahun terakhir, yaitu dengan 30 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi metoda fraksinasi dan identifikasi serta pekerjaan bersistem dari team research. Dalam metoda itu termasuk distilasi azeotrofi, defusi normal, pembentukan kompleks dengan urea, metoda spektometri ultra-violet dan infra merah, spektometri masa dan juga kromatografi gas ataupun cairan dan juga spektografi nuklir mag- netik elektronik. Hasil pekerjaan ini menunjukkan bahwa susunan mi- nyakbumi adalah sebagaimana ternya~ Penyeberan golongan-gotongan hidrokarbon dalam. ta pada Gambar 2.12. Dalam fraksi rminyak mentah medium. ringan misalkan titik didih sangat normal paratin, rendah. seperti bensin, banyak seka~ Seen li mengandung naften dan khususnya a 7 n-parafin beserta iso-parafin. Fraksi lebih berat (C,,sampai C,,, a Cy, sampai Cg.) terutama mengandung senyawa golongan aromat dan aromat Gamber 2.12 Diagram memperlihatkan susunan seri naften. Secara mendetail susunan homolog hidrokarbon dalam minyak” — molekul hidrokarbon terlihat dalam bumi (menurut Bestougeff, 1967) Tabel 2-2a,-2b. Penentuan molekul minyak mentah belum dilakukan se~ cara routine, tetapi masih dalam taraf penelitian. sastalten, 2.2.1.2 Anatisa dan klasifikasi minyakbumi Secara routine minyakbumi dianalisa secara distilasi berfraksi. 1) DISTILASI BERFRAKSI. Distilasi berfraksi adalah penyulingan serta Pengembunan kembali berbagai macam cairan yang mempunyai titik-didih yang berbeda~beda. Secara kasar cairan dengan titik-didih yang berlain- an itu kita bagi atas gas, bensin, kerosin, minyak gas atau solar, pelumas ringan, pelumas tinggi dan residu. Gas biasanya bernomorkan atom karbon dari C, sampai C,, bensin dari C, sampai Cj, kerosin atau minyak tanah dari C,, sampai C,,;, minyak gas atau diesel C,, sampai C7» pelumas ringan C,, sampai dengan C,,, pelumas berat Cj, sampai Cys sedangkan ai atas Cj, sampai C,. dianggap residu. Hal ini bisa dilihat pada Tabel 2-3. Pada tabel tersebut kelihatan babwa titik-didih bensin ialah 200°C, sedangkan kerosin atau minyak tanah 250°C, solar 300°C, sedangkan Pelunas dan residu 400°C. Pada umumnya di dalam fraksi bensin banyak didapatkan parafin normal @an juga parafin bercabang, sedangkan aromat terdapat hanya sedikit sekali. Makin ke arah pelumas dan residu, persentasi aromat jauh lebih besar daripada persentasi parafin normal, iso-parafin biasanya sudah hhilang, sedangkan sikloparafin boleh dikatakan konstan. Tabel 2-2a Jenis hidrokarbon yang telah diisolasikan atau diidentifikasikan dalam berbagei jenis minyakbumi (menurut Bestougeff, 1967) —— \Jenis hidrokarbon Seri homolog Jumlah atom karbon per molekul Jumlah zat pe-| nyusun yang hanya dapat diidentifika~ sikan, tetapi tidak dipisah4 kan dalam ke~ adaan murni. (dalam tanda |kurung dapat di isilasikan secara murni) a Parafin normal Cy Byays Cy = Cy 35 (5) Parafin bercabang Ca Hong Cy - Cy 50 (24) Parafin bercabang Cn Bangs Cy) = Cys 2 3) Parafin bercabang Ca Hangs Cig = Cao 2 (5) Parafin bercabang Ca Honge Ca ~ Coy - (3) Sikloparafin (monosiklis) | Cy f,, Sikloparafin (siklopentan)| C, H,, Cy > Cyo 35 (5) Sikloparafin (siklohexan) | Cy H,, Ce = Cio 25 (18) ‘Sikloparafin (sikloheptan)| C, H,,. c, 2 sikloparafin (bisiklis) Cn Hon Ce - Cy 8 (6) Sikloparafin (trisiklis) | Cn H,,., yy - Cy 1@) Aromat monosiklis Ca Hong CS. - Cy 45 (5) Aromat bisiklis (naftalen)! Cy Hy,.19 Cio - Cye 12 (9) Aromat bisiklis (difenii) | Cy Hy,.44 Cy Cy 2 (2) Aromat trisiklis Cy Hoag Cy - ey 8 (3) Cn Hon-20 Aromat tetrasiklis Ca Hog ze Cig - Cie 7 (a) Nafteno-Aromat Golongan Indan Cn Hong Cy - Cp aa) Golongan Tetralin Ca Hong Cig - Cay 8 (2) 32 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dant Gasbumi Taber 2+ 2b Susunan molekul hidrokarbon utama dari minyakbumi (menurut Bestougeff, 1967) [No.| Seri dan hiavoxarbon “| Nonor atom|Persen dalam minyakban karbon min, max. Normal-parafin 1 Pentan Cy 0,2 3,2 2] Hexan ce 0,04 2,6 3| Heptan c, 0,03 2.5 4| Oktan-Dekan Ic, - Cig o 1,8 - 2,0 5 | Undekan-Pentadekan Cy) - Cys oO 18-15 6 | Hexadekan dan yang lebih cy, dan ley 0 1,0 tinggi bih tinggi Isoparafin 1 | 2-Metilpentan C 0,2 1,16 2| 3-Metitpentan Ce 0,06 0.9 3| 2-Metilhexan Cy 0,03 1A 4| 3-Metilhexan c, 0,02 0,9 5 | 2-Metilheptan Ce 0,03 1,0 6| 3-Metilheptan Ce 0,02 0,4 7| 2-mMetiloktan Cy 0,02 0.4 8 | 3-Metiloktan Cy 0,01 0,2 9| 2-metilnonan Cro - 0,3 10] 3-Metilnonan Cy9 - 0,1 11 | 4-Metilnonan Cy - 0,2 12 | Pristan (isoprenoid) Cio = 1,12 Sikloparafin 1| Metilsyklopentan & 0,11 2,35 2 Siklohexan & 0,08 La 3] Metilsyklonexan c; 0,25 2,8 4) 1, trans 2-dimetilsiklopentan| C, 0,05 12 5| 1, cis 3-dimetilsiklopentan Cc; 0,04 1,0 6 | 1, cis 3-dimetilsiklohexan Cy - 0,9 7| 1, cis 2-dimetilsikiohexan Cy - 0,6 8| 1,1, 3-trimetilsiklohexan Cy a 9,7 Aromat 1] Benzen SS 0,01 1,0 2] toluen Cc, 0,03 18 3| Etilbenzen Cy 0,01 1,6 4) n-Xylen ce 0,02 1,0 5 | 1-Metil-3-etilbenzen Cy a 0,3 6| 1,2,4 -Trimetilbenzen Cy - 0,6 7'| 1,2,3 ~Trimetilbenzen Cy - 0,4 8 | 1,2,3,4 ~Tetrametilbenzen Cig - 0,3 9 | 2-Metilnaftalen Cy - 0.3 10 | 2,6 -Dimetilnaftalen Cy - 0,4 11 | rimetilnaftalen Cy - 0,3 Hakekat ainyak- dan gasbumi 33 Tabel 2-3 Susunan senyawa hidrokarbon utama dalam berbagai fraksi distilasi minyakbumi . % volum Fraksi Titik- | Kisaran = eT distilasi | didin | No atom c” in| 1S0~ naaee zesi- parafin) | araf in| Parafin|@*°™**lau Gas GQ -& Bensin ted.-200°C! Cg - Cy, 38 20 43 9 ae Kerosin 200 -250°C| cy, - Cy, 23 15 43 19 7 Solar 250 -300°C| Cy, ~ Cy, 22 9 48 21 - Distilat mi- °, nyak ringan [300 ~400°C| Cig ~ Cap 16 6 52 24 - Distilat mi- eae 26 ~ C36 nyak pelumas 500°C 13, 1 51 27 | 6 Residu Cag - Cee 2) ANALISA HEMPLE. Berdasarkan kenyataan di atas, diperkirakan bahwa makin tinggi titik-didih daripada fraksi distilasi makin banyak ter- dapat homolog aromat-sikloparafin, sedangkan di dalam fraksi titik- didih yang rendah, lebih banyak didapatkan homolog parafin. Karena penentuan susunan molekuler minyak mentah sulit dilakukan, maka secara routine dilaksanakan analisa distilasi berfraksi yang sedikit banyak mencerminkan susunan berbagai macam homolog hidrokarbon. Analisa se- cara teliti daripada distilasi ini disebut analisa Hemple, yang sifat- nya sama juga dengan distilasi berfraksi akan tetapi pengembunan ber- bagai macam fraksi dilakukan dengan perbedaan suhu 25°C. Misalkan saja fraksi nomor satu pengembunan pada 50°C, fraksi nomor 2 pada 75°C, fraksi nomor 3 pada 100°C dan seterusnya, sehingga fraksi nomor 10 itu 270°C. Distilasi dilekukan pada tekanan atmosfer, yaitu 558 mm Hg. Distilasi fraksi nomor 11, dilakukan pada tekanan 40 mm Hg, sehingga pengembunan- nya dilakukan pada 200°, fraksi nomor 13 pada 250° dan fraksi nomor 15 pada 300°C, dan sisanya disebut residu dan tidak dilakukan fraksinasi seterusnya (lihat Tabel 2-4). Pada analisa Hemple tersebut juga diukur volum tiap-tiap fraksi dan kemudian juga persentasi setiap fraksi. Selain itu juga ditentukan berat jenis setiap fraksi yang dinyatakan dalam berat jenis pada kea- daan standar (baku), atau dalam derajat API yang akan dijelaskan lebid lanjut. Jadi, jelas analisa Hemple ini sudah cukup memberikan pende- katan mengenai susunan molekul minyakbumi walaupun tidak tepat. 3) INDEKS KORELASI DAN KLASIFIKASI DASAR MINYAKBUMI. Smith (1940) meme- lopori penggunaan suatu sistem yang dinamakan sistem indeks korelasi. Sistem ini didasarkan pada suatu pengeplotan berat jenis fraksi disti- lasi terhadap titik-didihnya dan pada kenyataan bahwa jika berat jenis suatu senyawa hidrokarbon secara individual diplot terhadap titik- didihpya maka hidrokarbon tersebut akan mengatur dirinya sesuai dengan struktur dasarnya. Dengan demikian dapat diketahui perbandingan atom karbon di dalam molekulnya. Pengeplotan dilakukan dengan kebalikan titik-didih dalam °Kelvin x 1000 sebagai koordinat sedangkan berat jenis diplot pada absisa. Dari pengeplotan ini ternyata n-pentan (nilai kebalikan titik-didih kira-kira 3,2), n-hexan (nilai kebalikan titik- 34 Koesoematdinats, Geologi Minyak- dan Gasbumi Tabel 2-4 Contoh suatu hasil analisa Hemple HEMPLE ANALYSIS Locality: Well.no: Formation: Argille scagliose Bithology: Limestones General characteristics. Specific gravity at 60°F - 0,891 API Gravity: 27,3 Sulphur, per cent = 0,06 Colour: dark green Saybelt Universal Viscosity at 100°F = 41 sec. Distillation, Bureau of Mines Hemple method Dry distillation at atmospheric pressure. First drop= 33°C (91°F). Fraction Cut at Per Specific APT Viscosity Sum per cent No. °C °F cent Gravity 60°F c.I SU. 60/60°F 100% F a 50 122 - - - S = 2 75 167 - - - = 2 3 100 212 - - - - a 4 125 257 = - - = - 5 150 302 2-0 0.758 55.2 16.729 - 2.0 6 175 347 5.3. 0.788 46.1 22.1260 = 7.3 7 200 392 9.0 0.817 4L.7 32.4740 = 16.3 8 255 437 14.3 0.847 35.6 41.501 - 30.6 9 250 482 15.2 0.871 30.9 49,191 ~ -45.8 10 275 527 14.5 0.894 26.8 54.802 - 60.3 Dry distillation at 40 mm 1 200 392 9.6 0.919 22.5 80.720 43 69.9 12 225 437 10.4 0.932 20.3 81.706 53 80.3 13 250 482 6.2 0.952 17.1 86.504 74 86.5 4 275 527° 4.2 0.961 15.7 86,493 132 90.7 15 300 572 4.1 0.971 14.2 74.756 327 94.8 Residuum - - 5.0 1.016 7.8 96.039 ~ 99.8 Distillat- jon loss ~~ 0.2, - - - 100.0 Carbon residue of residuum) Carbon residue of crude Approximate Summary Per cent S.G. API Grav. Viscosity Light gasoline = 5 = os Total gasoline and naphta 16.3 0.800 45.4 = Kerosene distillate - - o 5 Gas Oil 55.8 0.881 29.2 a Non-Viscous lubricating distillate 13.6 0.928-0.956 21.0-16.5 50-100 Medium lubricating distillate 4.4 0.956-0.865 16.5-15.1 100-200 Viscous lubricating distillate 4.7 0.965-0.976 15.1-13.5 Above 200 Residuum 5.0 = 1.016 7.8 7 Distillation loss 0.2 = = 2 U.O.P. Factor = 11.0; Base of crude = Par. ; Paraffin wax = present Hakekat minyak- dan gasbumi 35 didih 2,9), n-dekan (kebalikan titik-didih 2,4), n-hexadekan (kebalikan titik-didih 1,5) merupakan garis lurus. Kemudian oleh Smith garis ini diberi nilai indeks nol, sedangkan untuk benzen yang ternyata mempunyai titik-didih hampir sama dengan n-heksan diberi nilai 100. Hidrokarbon lainnya ternyata berada di antara nilai 100 dan nol ini. Tetapi seba~ gaimana ternyata pada Gambar 2.13, peningkatan nilai indeks tidak sebanding dengan menurunnya perbandingan hidrokarbon, sehingga menyu- litkan klasifikasi yang didasarkan penyimpangan hidrokarbon dari suatu kadar hidrogen maksimum. Dengan demikian maka sistem korelasi indeks ini sedikit banyak juga memperlihatkan susunan atau sifat molekul ——T cooNissere 1.0 THexadegane — © eyet0- i hexane la 2 6 10 14 Fresiauur 33 27 24 18 BERAT JENIS 0.6 1 BLP. = titik didih (temperatur absolut) © ———- 1000 BP. (°K) Gombar 2.13 Diagram mempertihatkan hubuingan antara berat jenis dengan susunan molekul hidrokarbon dan engertian indeks korelasi Smith (menurut Barbat, 1967) setiap jenis hidrokarbon. Dapat disimpulkan bahwa minyakbumi yang ber- sifat parafin menunjukkan nilai indeks korelasi yang rendah, sedangkan peningkatan senyawa siklis meningkatkan pula nilai indeksnya. Dengan demikian untuk setiap fraksi distilasi minyakbumi dapat dihitung indeks korelasinya dengan suatu rumus dan untuk minyakbumi keseluruhannya dapat dibuat profil indeks korelasi. Rumus: C.I = see + 473 G - 456,8 K = titik-didih rata-rata dalam “Kelvin G = berat jenis pada 60°F Berdasarkan ini Barbat (1967) mengusulkan suatu klasifikasi minyak- bumi seperti tertera pada diagram pada Gambar 2.14. Jika seluruh fraksi dari -2 sampai 15 memperlihatkan suatu profil atau kurva dengan nilai indeks korelasi kebanyakan kurang dari 10, maka minyakbumi ter- 36 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi sebut digolongkan sebagai minyakbumi ultra parafin. Kalau sebagian besar di bawah indeks korelasi 30 disebut minyakbumi parafinis, antara 30 sampai 40 dikatakan minyakbumi naftenis dan 40 sampai 60 dikatakan minyakbumi aromatis. Minyakbumi yang bergifat aromat ini dapat pula dikatakan mempunyai dasar aspal (asphalt~base), karena kebanyakan zat aspal terdapat dalam komponen aromat beratom banyak. Klasifikasi ini Spindletop, Texss BERSIFAT AROMAT (anomatic) 40 BERSIFAT NAFTEN (NAPTHENIC) 30 INDEX KORELASI BERSIFAT PARAPIN (PARAFFINIC) raatod, ea, I Canatveen | 1 =I aimee BERSIFAT ULTRAPARAFIN (ULTRA. PARAFFINIC) 10 Buchs Urn 6 710 14 Gambar 2,14 Klasifikasi dasar minyakbumi berdasarkan penampang indeks Korelasi Smith (menurut Barbat, 1967) sedikit ‘banyak mencerminkan susunan molekul minyakbumi pada umumnya atau setidak-tidaknya seri homolog mana saja yang dominan di dalam suatu jenis minyakbumi. Secara umum minyakbumi diklasifikasikan sebagai: 1, MINYAKBUMI BERDASAR PARAFIN (paraffin base), yang menghasilkan parafin pada pendinginan. 2, MINYAKBUMI BERDASAR ASPAL (asphalt base), jika mengandung resi-~ du aspal. 3, MINYAKBUMI BERDASAR PERALIBAN (intermediate base). 2.2.2 HAKEKAT FISIKA MINYAKBUMI Sebagaimana cairan Jainnya kuantitas minyakbumi diukur berdasarkan volumnya. Ukuran yang dipergunakan di Indonesia adalah meter kubik atau sering juga ton. Di dunia perdagangan yang terutama dikuasai oleh Perusahaan Amerika, digunakan satuan barrel (disingkat bbl), yaitu kixa-kira sama dengan 159 liter. Seringkali harus dibedakan antara volum minyakbumi di bawah tanah yang dikatakan reservoir barrel, dan stock-tank barrel karena faktor penciutan dimana kira-kira 5/8 stock- tank barrel adalah sama dengan satu barrel reservoir. Penciutan ini Hakekat minyak- dan gasbumi 37 disebabkan karena minyak mentah selalu mengandung gas sebagai larutan. Perlu dijelaskan di sini bahwa ton untuk minyakbumi bukanlah satuan berat, tetapi sebetulnya adalah 1 meter kubik ataupun juga disebut 1 kilo-liter (kl). 2.2.2.1 Berat jenis atau gravitasi jenis Salah satu sifat minyakbumi yang penting dan mempunyai nilai dalam perdagangan adalah berat jenis atau gravitasi jenis (specific gravity) - Di Indonesia biasanya berat jenis dinyatakan dalam fraksi, misalnya 0,8; 0,1 dan sebagainya. Dalam dunia perdagangan terutama yang dikua~ sai perusahaan Amerika, berat jenis ini dinyatakan dalam API Gravity. ona, . 14,5 eke B.d. - 131,5 API gravity minyakbumi sering menunjukkan kualitas minyakbumi tersebut. Makin kecil berat jenisnya atau makin tinggi derajat APInya, minyak- bumi itu makin berharga, karena lebih banyak mengandung bensin. Sebaliknya, makin rendah derajat API atau makin besar berat jenisnya, mutu minyakbumi itu kurang baik karena lebih banyak mengandung lilin atau résidu aspal. Namun dewasa ini, dari minyakbumi yang berat pun dapat dibuat fraksi bensin lebih banyak dengan sistem ‘cracking’ dalam Penyulingan. Walaupun demikian tentu proses ini memerlukan ongkos yang lebih banyak lagi. Selain derajat API juga dipakai derajat Baume. Tabel 2-5 Konversi berat jenis, derajat API dan Baume (Levorsen, 1958) Berat jenis| Berat | Derajat (60°F) Baume API? 1,000 10,0 | 10,0 0,9655 15,0 15,1 0,9333 20,0 | 20,2 0, 9032 25,0 | 25,2 0,8750 30,0 30,2 0, 8485 35,0 | 35,3 0,8235 40,0 | 40,3 0,8000 45,0 45,4 0,7778 50,0 | 50,4 °. Berat °. Berat a jenis [ apt _jenis ° 1,076 55 0,7587 lo 1,000 60 0,7389 is 0,9659 65 0,7201 20 0,9340 70 0, 7022 24 0,990 75 0,6852 30 0,8762 80 0,6690 34 08550, 85 06536 40 0,8251 90 06388 44 08063, 95 0,6247 50 0,7796 0, 6212 38 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi 140 _ Bao Sistem Baume tidak banyak dipergunakan dalam industri minyak. Perban- dingan antara skala yang menggunakan berat jenis dengan derajat API, terlihat pada Tabel 2-5. Sebagai contoh, berat jenis air sama dengan satu sesuai dengan 10 derajat API dan juga 10 derajat Baume. Berat jenis 0,8750 sama dengan 30,2 derajat API sedangkan berat jenis 0,8235 adalah 40,3 derajat API atau sama dengan 40,0 derajat Baume. Berat jenis 0,778 itu sama dengan 50,4 derajat API atau 50 derajat Baume. Perlu dicatat 4i sini bahwa yang dimaksud dengan berat jenis adalah berat jenis keseluruhan minyak mentah tersebut, jadi semua fraksi. Selain itu berat jenis minyakbumi tentu juga tergantung pada temperatur; lebih tinggi temperatur makin rendah berat jenisnya. °Baume 130 2.2.2.2 Viskositas Sifat penting lain daripada minyakbumi adalah viskositasnya. Viskosi- tas adalah daya hambatan yang dilakukan oleh cairan jika suatu benda berputar dalam cairan tersebut. Satuan viskositas ialah centipoise. Pada umumnya makin tinggi derajat API atau makin ringan minyakbumi tersebut, makin kecil viskositasnya dan sebaliknya. 2.2.2.3 Titik didih dan titik nyala Titik didih minyakbumi berbeda-beda sesuai dengan gravitas APInya. Kalau gravitas API rendah, maka titik didihnya tinggi, sedangkan kalau API tinggi maka titik didihnya rendah. Hal ini disebabkan karena minyekbumi berderajat API rendah berarti mengandung banyak fraksi berat (beratienis tinggi) dan dengan demikian titik didihnya tinggi, sedangkan jika derajat APInya tinggi maka lebih banyak mengandung fraksi ringan seperti bensin, dengan demikian juga titik-didihnya rendah. Titik nyala adalah suatu titik temperatur, dimana minyakbumi dapat terbakar karena suatu percikan api. Makin tinggi gravitasi APInya titik @idihnya makin rendah, maka jelaslah 'flash-point' juga makin rendah dan mudah dapat terbakar karena percikan api. Flash-point mempunyai arti sangat penting, makin rendah tentu makin berbahaya, sebaliknya makin tinggi flash-point mengurangi kemungkinan terbakarnya minyakbumi. 2.2.2.4 Warna Minyakbumi juga memperlihatkan berbagai macam warna yang sangat berbeda~ beda. Minyakbumi tidak selalu berwarna hitam, adakalanya malah tidak berwarna sama sekali. Pada umumnya warna itu berhubungan dengan berat jenisnya. Kalau berat jenisnya tinggi, warna jadi hijau kehitam-hitaman, sedangkan kalau berat jenis rendah, warna coklat kehitam-hitaman. Warna ini disebabkan karena berbagai pengotoran, misalnya oksidasi senyawa hidrokarbon, karena senyawa hidrokarbon sendiri tidak memper- lihatkan warna tertentu. Hakekat minyak- den gasbumi 39 2:2.2.5 Fluoresensi Minyakbumi mempunyai suatu sifat fluoresensi, yaitu jika terkena sinar ultra-violet akan memperlihatkan warna yang lain dari warna biasa. Warna fluoresensi minyakbumi ialah kuning sampai kuning keemas-emasan dan kelihatan sangat hidup. Sifat fluoresensi minyakbumi ini sangat penting karena sedikit saja minyakbumi terdapat pada kepingan batuan atau dalam lumpur pemboran memperlihatkan fluoresensi secara kuat, sehingga mudah dideteksi dengan mempergunakan lampu ultra-violet. Pada waktu pemboran sering sekali lapisan minyak dibor kemudian ter- tutup lumpur, sehingga minyak yang terdapat dalam lapisan tersebut tidak dapat menyembur keluar dengan sendirinya. Minyaknya sendiri karena berwarna hitam dan juga‘bercampur dengan minyak pelumas pemboran, seringkali sukar dibedakan dalam lumpur pemboran. Minyak pelumas lumpur pemboran biasanya tidak menunjukkan fluoresensi sedangkan minyak mentah menunjukkan fluoresensi, maka dalam meneliti serbuk pemboran dipergu- nakan sinar ultra-violet. Jika suatu lapisan minyak ditembus, warna fluoresensi pada lumpur akan kelihatan sebagai tanda-tanda adanya minyak. 2.2.2.6 indeks refraksi Minyakbumi memperlihatkan berbagai macam indeks refraksi dari 1,4 sampai 1,6. Perbedaan indeks refraksi tergantung dari derajat APInya atau berat jenis. Makin tinggi berat jenis atau makin rendah derajat APInya akan tinggi pula indeks refraksinya, sedangkan makin ringan makin rendah indeks refraksinya. Hal ini terutama diperlihatkan oleh seri parafin, Misalnya, dekan mempunyai indeks refraksi 1,6; sedang- kan pentan 1,4. Jadi, makin kecil atau makin sedikit jumlah atomnya makin rendah indeks refraksinya, makin tinggi nomor atomnya, makin kompleks susunan kimianya makin tinggi indeks refraksinya. 2.2.2.7 Aktivitas optik Kebanyakan minyakbumi memperlihatkan aktivitas optik, yaitu suatu daya memutar bidang polarisasi cahaya yang terpolarisasi. Kisaran rata-rata adalah dari nol sampai 0,2 derajat. Semua minyakbumi memper- lihatkan aktivitas optik, terutama fraksi antara 250 sampai 300°C pada tekanan 40 mm Hg. Fraksi di bawah 200°C tidak memperlihatkan aktivitas optik. Ini disebabkan karena adanya zat yang menyerupai sterol, yaitu sejenis alkohol yang mempunyai rumus C,,H,,OH. Zat ini biasanya terda- pat dalam zat organik nabati ataupun hewan dan terutama dalam susu segar. Daya memutar bidang optik ini biasanya dipakai sebagai suatu alasan untuk menunjukkan akan asal organik zat minyakbumi, sebab sampai sekarang hanya zat asal organik saja yang bisa memutar bidang optik, sedangkan zat hidrokarbon sintetis anorganik tidak memperlihatkan daya aktivitas optik. 2.2.2.8 Bau Minyakbumi ada yang berbau sedap dan ada pula yang tidak, yang biasanya disebabkan karena pengaruh molekul aromat. Minyakbumi dari Indonesia 40 Koesoemadinats, Geologi Minyak- dan Gasbumi biasanya berbau tidak sedap, yang terutama disebabkan karena mengandung senyawa nitrogen ataupun belerang. Adanya H,S juga memberikan bau yang tidak sedap. Golongan parafin dan naften biasanya memberikan bau yang sedap, sedangkan benzen atau aromat menyebabkan bau yang tidak sedap, 2.2.2.9 Nilai kalori Nilai kalori minyakbumi adalah jumlah panas yang ditimbulkan oleh satu gram minyakbumi, yaitu dengan meningkatkan temperatur satu gram air dari 3,5 derajat Celcius sampai 4,5 derajat Celcius, dan satuannya adalah kealori, Ternyata juga ada hubungan antara berat jenis dengan nilai kalori. Misalkan berat jenis minyakbumi antara 0,75 atau gravitas API 70,6 sampai 57,2 memberikan nilai kalori antara 11,700 sampai 11.750 kalori per gram dan berat jenis antara 0,9 sampai 0,95 membe- zikan nilai kalori 10.000 sampai 10.500 kalori per gram. Pada umumya minyakbumi mempunyai nilai kalori 10.000 sampai 10.800 dan hal ini boleh kita bandingkan dengan kalori batubara yang berada i antara 5.650 sampai 8.200 kalori per gram. 2.3 HIDROKARBON GAS ATAUPUN GASBUMI Di dalam reservoir, gasbumi bisa terdapat sebagai larutan yang berki- sar dalam jumlah sangat sedikit sekali sampai meliputi 100% dari reservoir. Gasbumi tersebut biasanya terdiri daripada hidrokarhon alam bertitik-didih rendah, bernomor atom rendah dari C, sampai paling ting~ gi C,, atau bisa juga terdiri daripada gas hidrogen, nitrogen atau samasekali terdiri dari karbondioksida. dika hal ini demikian maka gas tersebut tidak mempunyai nilai komersiil, kecuali helium yang kadang-kadang merupakan 2-34 dari gas yang tidak dapat diperdagangkan tersebut. Di Indonesia ada beberapa sumur misalkan di Pamanukan, Jawa Barat dan juga daerah di laut Jawa sebelah timur, yang terdiri hanya dari gas Co, samasekali. 2.3.1 BERBAGAI JENIS GASBUME Berbagai macam gasbumi dapat terjadi sebagai: i) Gas bebas, yang samasekali merupakan fasa bebas daripada minyakbumi, hanya terdapat pada bagian atas dari reservoir yang terisi minyakbumi. 2) Gas terlarut dalam minyakbumi. Karena gas dan minyakbumi adalah hidrokarbon, maka wajarlah jika jumlah gas yang larut dalam minyakbumi tergantung dari sifat kedua zat tersebut dan juga dari tekanan dan temperatur ai dalam reservoir. Dengan hanya beberapa kekecualian, semua minyakbumi yang terdapat di dalam reservoir mengandung gas dalam. larutan dari hanya beberapa m’ sampai ke ribuan m?. Untuk setiap m? minyakbumi, jumlah gasbumi yang terlarut di dalamnya Ginyatakan dalam perbandingan gas-minyak (gas-oil ratio). Jika gas hanya terdapat dalam jumlah sedikit saja, maka gas dapat dipisabkan dari minyak segera se~- telah dihasilkan dari sumur pemboran, dalam suatu alat yang dinamakan *gas-separator' dan kemudian dibakar. Tetapi jika jumlahnya cukup Hakekat minyak- dan gasbumi 41 banyak, gas tersebut dapat dipergurakan untuk diperdagangkan ataupun dipompakan kembali ke dalam reservoir. Sika suatu reservoir tidak memperlihatkan topi gas bebas (gas cap), berarti bahwa semua gas terdapat dalam larutan dan keadaan itu disebut tidak jenuh, sedangkan kalau gas terdapat sebagai topi gas bebas di atas reservoir, didapatkan suatu reservoir yang jenuh. Temperatur dan tekanan pada waktu gas itu mulai keluar dari larutan disebut titik- gelembung (bubble point). Jika temperatur konstan, maka tekanan titik- gelembung disebut titik jenuh (lihat Gambar 3.8). Selain itu gas dapat juga larut dalam aix, dalam jumlah yang dapat mencapai 20 m’ setiap m’ minyak pada tekanan 5000 psi. GAS TERCAIRKAN Di bawah kedalaman 2000 meter biasanya keadaan reservoir mempunyai temperatur dan tekanan yang tinggi, sehingga secara fisik gas- dan minyakbumi tidak bisa dibedakan. Dalam keadaan demikian didapatkan reservoir kondensat 2.3.2 SUSUNAN KIMIA GASBUMI Metan (CH,) adalah hidrokarbon yang paling stabil dan merupakan penyu- sun utama gasbumi. Selain itu terdapat juga hidrokarbon lainnya dalam jumlah kecil, seperti etan (C,H,), propan (C,H,), butan (C,H,,)+ pentan (C,H,,), heksan (C,H,,), dan dalam kasus tertentu juga hektan (C,H,,), oktan (C,C,,) dan nonan (CyH,)). Hidrogen bebas jarang sekali @idapatkan dalam gas alam, kecuali di daerah yang bersifat volkanik, sedangkan karbon monoksida dan gas yang tidak jenuh jarang sekali didapatkan. Metan merupakan senyawa yang selalu terdapat di dalamnya; dan tidak dapat dikondensasikan pada temperatur dan tekanan reservoir minyak, sedangkan yang lainnya bisa didapatkan sebagai cairan. Kerapatan gasbumi berkisar dari 0,554 (yaitu untuk metan) terhadap udara sampai lebih tinggi daripada udara untuk gas yang bersifat basah. Umumnya berkisar antara 0,65 sampai 0,90 jika dibandingkan dengan udara (sama dengan satu). Gasbumi bisa juga dibagi atas gas kering dan gas basah, tergantung daripada kadar cairan atau uap yang ikut di dalamnya. Nilai kalorinya adalah 900 sampai 1200 BTU. Susunan kimia umum adalah sebagai berikut: 1. Metan CH,, 82,3% (aktif) 3. Karbon dioksida Co,, 0,5% 2. Etan C,H, 14,4% (aktif) 4, Nitrogen N,, 2,8% Contoh susunan gasbumi dari Lapangan Badak (Kalimantan Timur) tercan~ tum dalam Tabel 2-6. Tabel 2-6 Susunan kimia gasbumi dari lapangan Badak ( Kalimantan _ Timur, dalam persen molekul) (Helmig, 19741 Metan (CH,) 87,44 Etan (C,H,) 4,51 Propan (C3H,) 2,84 Butan (C,H, ) 1,29 Pentan (C,H, ) 0,43 Hexan (C,H,,) 0,17 Heptan dan yang lebih berat 0,32 Karbondioksida (co,) 2,94 Hidrogensulfida (H,S) ° 0,00 100, 00% 42. Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi 2.3.3 PENGOTORAN DALAM GAS Pengotoran utama disebabkan oleh kadar nitrogen, karbondioksida, dan hidrogensulfida. dJuga helium dapat merupakan pengotoran yang terdapat dalam jumlah yang relatif sangat kecil. Jika kadar CO, dan nitrogen besar, maka gas tersebut mempunyai nilai yang lebih rendeh karena juga nilai kalorinya menjadi lebih rendah. Helium: Helium merupakan gas ringan, tidak berwarna tidak berbau dan merupakan gas mulia yang terdapat bersama~sama dengan gas alam pada keadaan temperatur normal. Kadang-kadang di dalam gas alam kadar heli- um cukup tinggi untuk dapat diusahakan, seperti yang didapatkan di Amerika Serikat, yaita dengan kadar berkisar 1-8%. Juga di Uni Soviet ada kemungkinan gas tersebut didapatkan bersama-sama, dengan gasbumi. Nitrogen: Adanya kadar nitrogen yang tinggi di dalam gasbumi mungkin Sekali merupakan sebagian udara yang terperangkap dengan sedimen. Sedikit sekali dari nitrogen ini merupakan gas yang terbentuk dari zat organik sebagaimana diperkirakan. Hidrogensulfida: Hidrogen sulfida seringkali terdapat bersama-sama dengan gasbumi. Gas ini biasanya tidak berwarna dan mempunyai bay yang tidak sedap. Gasbumi yang mengandung bidrogensulfida walaupun dalam jumlah kecil, tidak baik untuk dipergunakan sebagai bahan bakar umum, karena dapat meracuni dan menyebabkan korosi dalam pipa. Berdasarkan kadar H,S, maka gasbumi dapat dibagi menjadi: gas kecut (sour gas) dan gas manis (sweet gas). 2.3.4 PEMAKAIAN GASBUMI Gasbumi dewasa ini diusahakan untuk tujuan komersiil. Di masa lampau gasbumi hanya dapat digunakan jika terdapat di dekat daerah industri, ataupun di perkotaan, melalui pipa. Tetapi dewasa ini dengan teknik pencairan, terutama gasbumi yang mengandung molekul beratom C lebih besar sampai C,~C,, dapat dimampatkan menjadi cairan yang disebut elpiji, suatu singkatan dari Liquefied Petroleum Gas (LPG) dan dapat Gitransport dengan kapal tanki khusus. Di Indonesia pada akhir tahun 1972 ditemukan lapangan gas yang besar sekali, yaitu lapangan gas Arun 4i Propinsi Aceh dan juga lapangan Badak di Kalimantan Timur. Selain itu juga beberapa lapangan gas diketahui di daerah Pendopo, Sumatra Selatan, misalnya lapangan Raja yang dipergunakan untuk pupuk Sriwija- ya. Gas juga merupakan bahan penting sekali, selain untuk pembuatan ‘carbon black' juga sebagai bahan bakar ai perumahan ataupun dalam industri. 2.3.5 BERBAGA! SIFAT FISIKA GASBUMI Gas biasanya divkur dalam m° atau kaki kubik dalam keadaan baku, yaitu pada temperatur 60,7°F dan tekanan 76 mm Hg. Seringkali.dipergunakan temperatur 20°C. Volum gas biasanya dinyatakan dalam satuan ribuan yang disingkat sebagai M. Contohnya 3.540.000 cubic feet gas, biasanya ditulis 3.540 MCF. Hakekat minyak- dan gasbumi 43 Cara terdapatnya minyak- dan gasbumi Pada prinsipnya minyakbumi terdapat dalam 2 cara utama, yaitu: PADA PERMUKAAN BUMI, terutama sebagai rembasan (seepages atau seeps); kadang-kadang juga sebagai suatu danau, sumber atau sebagai pasir yang dijenuhi minyakbumi. DI DALAM KERAKBUMI, sebagai suatu akumulasi, yaitu sebagai penjenuhan batuan yang sebetulnya hanyalah satu-satunya cara terdapat yang mempu- nyai arti ekonomi. Penjenuhan batuan seperti itu, minyakbumi terdapat di dalam rongga-xongga atau pori-pori batuah dan menjenuhi seluruh batuan tersebut. Tidak pernah minyakbumi didapatkan dalam suatu rongga besar, suatu ruangan, danau ataupun telaga di bawah tanah apalagi sua- tu laut di bawah tanah, Ini bertentangan dengan pendapat umum yang populer mengenai adanya lautan minyak ataupun telaga minyak di bawah permukaan bumi. Sebagai suatu penjenuhan batuan di dalam kerakbumi, minyakbumi bisa terdapat: a Dalam jumlah kecil atau yang disebut juga sebagai tanda-tanda minyak (oil shows). b Dalam jumlah akumulasi yang komersiil, yaitu cukup besar untuk dapat diproduksi secara umum. Akumulasi komersiil, tergantung sekali pada jumlah pori batuan yang terdapat, besarnya dan caranya pori dapat meluluskan minyak dan juga persentasi cairan yang menjenuhi batuan tersebut. Hal terakhir ini juga dihubungkan dengan suatu prinsip, bahwa dalam kerakbumi ataupun pada permukaan, minyakbumi selalu terdapat berasosiasi dengan air, terutama air asin dan jarang sekali dengan air tawar. Oleh karena itu minyakbumi yang terdapat di bawah permukaan selalu mengikuti prinsip hidrostatika dan dalam keadaan tertentu juga prinsip hidrodinamika. 3.1 MINYAKBUMI PADA PERMUKAAN Di berbagai daerah minyak, termasuk juga di Indonesia, minyakbumi pada permukaan ditemukan dalam bentuk yang dinamakan rembasan (seep) . Rembasan ini sendiri tidaklah mempunyai nilai ekonomi tetapi bisa menunjukkan daerah kemungkinan adanya minyak di bawah permukaan. Berdasarkan gejala cara timbulnya, minyak pada permukaan dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu: 1) YANG MASIH AKTIF, yaitu minyak keluar sebagai sumber bersama-sama dengan air, keluar ataupun merembas secara perlahan-lahan untuk kemudian membentuk suatu danau aspal, atau dapat pula keluar secara 44 aktif dari suatu gunung-api Lumpur (mdvolcano) . 2) YANG TELAH MATI ATAU TIDAK AKTIF LAGI, dapat merupakan batupasir yang dijenuhi oleh bitumina, suatu zat semacam aspal, yang merupakan sisa atau residu penguapan fraksi ringan dari suatu minyakbumi. Suatu insipasi ataupun impregnasi batupasir oleh bitumina ini sering merupa~ kan suatu lapisan pasir yang sangat ipas seperti pasir-ter di Canada sebelah barat yang disebut McMurray Sand atau Athabasca Tar-Sand, yang boleh dikatakan merupakan suatu permadani ter. Selain itu, terdapatnya hidrokarbon padat seperti wurtzelit, elaterit dan-sebagainya dapat diartikan sebagai rembasan yang tidak aktif lagi Sehingga merupakan residu minyak yang fraksi ringannya telah’ menguap. Tetapi untuk ini tidak terdapat bukti yang jelas karena gilsonit, wurtzelit dan sebagainya tidaklah menyerupai residu minyakbumi dari jenis apapun. Selain itu juga kerogen pernah dianggap berasal dari sua- tu rembasan yang telah mati. Perlu dikatakan di sini bahwa sebetulnya kerogen sama sekali tidak mempunyai hubungan langsung dengan minyak- bumi, tidak bisa dikatakan minyakbumi yang telah merembas dan tersing- kap keluar, karena kerogen merupakan zat organik yang belum menjadi minyakbumi, ataupun sisa pemhentukan -minyakbumi. 3.1.1 REMBASAN MINYAKBUMI Link (1952) memberikan suatu klasifikasi berbagai macam rembasan yang dapat terjadi di suatu daerah. Dibedakan olehnya lima jenis utama xembasan yang malajadinya dapat diterangkan sebagai berikut: 1) REMBASAN YANG KELUAR DARI HOMOKLIN dimana ujungnya telah tererosi atau tersingkap, akan tetapi lapisan minyaknya sendiri belum sampai pada permukaan. Rembasan semacam ini biasanya kecil saja (Gambar 3.1). Gambar 3.1. Jenis rembasan minyakbumi (menurut Link, 1952) 45 Cara terdapatnya minyak- dan gasbumi 2) REMBASAN MINYAK YANG BERASOSIASI DENGAN LAPISAN DAN FORMASI TEMPAT MINYAK TERSEBUT TERBENTUK. Biasanya lapisan serpih yang merupakan batu~ an induk minyakbumi jika teretakkan dan terhancurkan akan menbebaskan minyak dalam jumlah kecil. Dalam hal ini hanya sedikit sekali terdapat indikasi pada permukaan (Gambar 3.2). # eared Rs Foc Dg Ep Fin E0%ng—] ‘Cretaceous SS A: Jur ensn dla slur yang tin: Miykinranbssmelsptaberpen te dimurnin ina vakectiveatonetan "eer vam omen kkecil dalam lapisan penyekat crefsceous (C: Rembasan permukaan sepanjang sesar naik D: Rembasan sepanjang sesar naik bersudut rendah seberapa jaub dari lipatan yang terdapat di bawahnya Gami F 3.2. Rembasan jenis 3 (Link, 1952) 3) REMBASAN MINYAK~ DAN GAS YANG KELUAR DARI AKUMULASI MINYAK YANG BESAR DAN TELAH TERSINGKAP OLEH EROSI ATAU RESERVOIRNYA TELAH DIHAN- CUR-LULUHKAN OLEH PATAHAN DAN LIPATAN. Rembasan semacam inilah yang biasanya merupakan daerah rembasan yang terbesar di dunia. (Gambar 3.3). Misalnya, daerah Gulf-Coast di Amerika Serikat, dan Venezuela 1 Rembasan sepanjang ketidakselarasan dan sear B: Rembasan sepanjang ketidakselarasan antara struktur (Venezuela) lipatan don sexar yang ditumpangi lapisan homoklin Cretaceous CUnditterentiated Ct Rembasan dari xetidakselerasan dan lapisan minyak _D: Rembasan ketidakselarasan pada kedua belah fihak yang rembaii yang tererosikan (Vonezuela) dari cekungan (Uinta Basin, A.S.) Gambar 3.3 Rembasan jenis 4 dari Link (1952); keluar sepaniang ketidakselarasan 46 Kocsoemadinata, Geotogi Minyak- dan Gasbumi Timur. Sebetulnya banyak sekali variasi cara keluarnya rembasan seper- ti ini, yaitu antara lain keluaynya minyak dari patahan normal suatu lapisan homoklin ataupun akumulasi struktur yang kemudian keluar mela- lui patahan (Gambar 3.4). C+ Asosiasi dengan gunungepi tumpur Venezuela} (©: Asostesi dengan intrusi betuan beku (Mexiko) Gambar 3.4 Rlembasan jenis § Link (1951); rembasan yang berasosiasi dengan intrusi denis lain ialah suatu reservoir bocor karena patahan yang disebabkan Perlyusutan yang berada di atas struktur lapisan minyak tersebut (Gam- bar 3.5). KALIMANTAN Rombesan minysk Lepangan minyak mo SEI? = o_200 1000 km Gambar 3.5 Peta penyebaran rembasan minyskbumi di Indonesia bagian barat (menurut Link, 1952) Cara terdapatnya minyak- dan gasbumi 47 Jenis lain lagi ialah terdapatnya lapisan reservoir yang berbatasan dengan batuan beku. Batas batuan tersebut merupakan tempat perem- basan minyak ke luar (Gambar 3.6). Sebagai contoh ialah: rembasan aspal di G. Kromong, Jawa Barat. Sanga sange I Gambar 3,6 _Penyebaran gunungapi tumpur dan struktur geologi di Kalimantan Timur (diambit dari Weeds, 1958) Ada pula jenis rembasan yang sebetulnya merupakan struktur antiklin yang telah dierosi sampai ke dalam reservoir minyak. Pengerosian reservoir ini tidaklah menyebabkan minyak ke luar secara tiba-tiba dan secara besar-besaran, tetapi secara sedikit~sedikit melalui celah dan retak yang terjadi sebelum erosi tersebut, sehingga menyingkapkan lapisan reservoir itu sendiri (Gambar 3.7). Jenis lainnya ialah rembasan yang mengeluarkan minyak melalui retakan alam lapisan penutupnya. Hal ini misalnya saja yang terdapat di lapang- an mipyak di Masdjid'i Sulaeman di Iran. Ada pula rembasan yang terjadi di daerah patahan secara kecil-kecil saja tetapi cukup meyakinkan, di atas suatu struktur seperti yang terdapat di lapangan LaCira, di Columbia. Contoh lain mengenai patahan dapat terlihat pada Gambar 3.2; 3.1,° 3.2, B, C, D sampai Gambar 3.3 (A,B,C,D)} yaitu antara lain di daerah Parina di Eropa Barat. Dalam hal ini patahannya dapat dari jenis normal walaupun jenis patahan naik. 4) MINYAK MEREMBAS KELUAR PADA PERMUKAAN SEPANJANG BIDANG KETIDAK~ SELARASAN. Dalam hal ini mungkin terdapat banyak rembasan lain yang keluar atau memotong suatu ketidekselaraean, kemudian merupakan jalan utama dan alat pengumpul daripada semua rembasan tersebut dan terja- dilah suatu rembasan yang cukup besar. Jelaslah, bahwa untuk mengeta~ hui dari mana asalnya minyakbumi tersebut susah sekali, tetapi mungkin merupakan pengumpulan dari berbagai macam kebocoran beberapa reservoir minyak ke arah bawah dari kemiringan ketidakselarasan tersebut. Sebagai contoh misalnya, batu-pasir-ter Athabasca. 5) REMBASAN YANG BERASOSIASI DENGAN INTRUSI, seperti gunungapi lum- pur, intrusi batuan beki atau penusukan oleh kubah garam. Rembasan semacam itu dapat berasosiasi ataupun tidak dengan reservoir yang telah hancur di bawahnya. Contohnya terlihat pada Gambar 3.4. 48 Koescemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi Dari uraian di atas dapat disimpulken bahwa adanya rembasan minyak pada permukaan bumi tidak usah selalu diasosiasikan dengan adanya suatu veservoir minyak dibawahnya. Seringkali orang awam mempunyai suatu kesan bahwa untuk mencari minyakbumi, haruslah mencari rembasan di per mukaan bumi. Terdapatnya rembasan belum merupakan suatu bukti adanya akumulasi minyak di bawahnya, tetapi dapat disebabkan oleh berbagai hal yang telah diuraikan di atas. Namun bagaimanapun juga adanya rembasan harus diperhatikan dari segi explorasi minyak- dan gasbumi, karena: a) Rembasan menunjukkan bahwa batuan sedimen di daerah tersebut mampu membentuk minyakbumi. Apakah minyakbumi di situ terdapat dalam akumu- lasi komersiil atau tidak, bukanlah menjadi soal, Yang penting ialah kita dapat mencari keadaan struktur yang dapat memberikan akumulasi yang penting. b) Rembasan mungkin sekali berasosiasi dengan suatu reservoir minyak di bawahnya yang mengalami kebocoran. Dalam hal ini, penyelidikan geologi sekitar rembasan tersebut sangatlah penting dan interpretasi mengenai jenisnya perlu dilakukan. Lapangan minyak yang mula-mula, terutama @i Indonesia, ditemukan berdasarkan atas adanya rembasan. Penemuan rembasan diikuti dengan pemetaan geologi untuk mencari struk- tur antiklin, Berdasarkan hasil pemetaan ‘ini diadakan pemboran untuk mendapatkan. produksi minyakbumi. Dahwlu, penboran dilakukan di dekat rembasan tanpa mengetahui arti yang sebenarnya dari rembasan tersebut. Boleh Gikatakan 66 persen dari semua rembasan minyak secara langsung berhubungan dengan suatu reservoir minyak di bawahhya. Hal ini terutama berlaku untuk Indonesia dan juga Teluk Persia. Pentingnya rembasan minyak dalam cekungan minyakbumi dapat terlihat dari kenyataan bahwa cekungan sedimen penghasil minyak di dunia ini hampir semuanya ditandai oleh adanya rembasan. Di Indonesia, lapangan minyak di Sumatra, Jawa, Kalimantan ataupun di Irian Jaya terdapat di daerah dimana rembasan seperti itu ditemukan (Gambar 3.5), Di Timur Tengah, rembasan minyak diketahui dan Gipergunaken sejak jaman Nabi Nuh, misalnya di daerah sebelah barat Iran. Juga di Amerika Serikat, ai Venezuela, Amerika Latin, rembasan semacam itu telah banyak diketahui dan menjadi penyebab ditemukannya lapangan minyak yang penting ai dae- rah tersebut. : Secara tektonik rembasan minyak didapatkan dalam cekungan sedimen dengan struktur yang kandungan minyaknya telah tererosikan atau telah dihancurkan sehingga lapisan minyak tersebut keluar pada permukaan, pada pinggirar cekungan atau juga pada jalur dengan ketidakselarasan Sampai ke permukaan. Rembasan ini terutama didapatkan dalam cekungan sedimen yang mempunyai suatu jalur mobil pada salah satu sisinya, misalnya saja di geosinklin Mesopotamia (di Timur Tengah) dan Venezue- la. Di sini rembasan keluar sepanjang ketidakselarasan, atau karena pematahan yang mengakibatkan kebocoran reservoir sampai ke permukaan, ataupun di tempat yang lapisan reservoirnya tererosi. Di bagian yang lebih landai dari cekungan tersebut, juga didapatkan rembasan. Sebagai contoh misalnya, pasir-ter di Athabasca di Canada dan juga di Venezue~ la. Tetapi pada umumnya bagian yang lebih landai daripada cekungan tidak terlalu banyak menghasilkan rembasan. Pengaruh rembasan terhadap cadangan minyak yang bocor, mengakibatkan Pengurangan cadangan itu. Di berbagai tempat dengan kebocoran yang besar, struktur reservoir minyaknya sendiri bahkan menjadi kosong. Rembasan seperti itu biasanya banyak didapatkan 4i lapisan muda yang Cara terdapatnya minyak- dan gasbumt 49 terlipat, terpatahkan dan tererosi pada pinggiran cekungan. Rembasan didefinisikan sebagai tempat pemunculan gas dan cairan hidro- karbon pada permukaan bumi, yang dapat diamati. Rembasan ini haruslah @ipisahkan dengan ‘didapatkannya minyak dalam skala mikroskopis yang hanya bisa ditemukan dengan metoda geokimia dan dengan sendirinya tidak dapat disebut sebagai suatu rembasan. Seringkali keluarnya minyak dari rembasan diikuti dengan gas dan biasanya berasosiasi dengan air asin. 3.1.2 GUNUNGAPI LUMPUR Gunungapi lumpur atau mudvolcano adalah setiap extrusi pada permukaan lempung atau lumpur yang secara morfologi membentuk suatu kerucut. yang ai atasnya terdapat suatu telaga. Extrusi tersebut dibarengi dengan keluarnya gas dan air. (kadang-kadang juga minyak) secara kuat, bahkan dengan ledakan. Seringkali gas yang diextrusikan ikut terbakar dan dengan demikian sangat menyerupai gunungapi. Sifat gunungapi-lumpur ini sangat tergantung dari iklim dan juga jumlah lempung yang dikeluar- kan. Menurut asainya dapat dibedakan 2 macam gunungapi-lumpur yaitu: GUNUNGAPI - LUMPUR JENIS DANGKAL. Jenis ini biasanya berasosiasi dengan minyakbumi dan merupakan kerucut lumpur yang dihasilkan oleh extrusi lempung dan sedikit atau banyak klastik. Untuk jenis ini diperkirakan bahwa tenaga dorongan untuk meledakkan lumpur keluar adalah gasnya sendiri yang berasosiasi dengan minyakbumi. Pada waktu terjadi peledak- an, lumpur dari sekitarnya terbawa keluar dan menghasilkan suatu keru- cut lumpur. Gunungapi lumpur semacam ini jelas merupakan tanda adanya minyakbumi di bawahnya. GUNUNGAPI - LUMPUR JENIS DALAM. Jenis ini biasanya berasosiasi dengan suatu keadaan geclogi yang lapisan sedimennya belum terkompaksikan, mempunyai tekanan tiriggi dan mengakibatkan timbulnya diapir dari ser- pih ataupun penusukan oleh serpih. Gejala tersebut sering berasosiasi dengan daerah yang disebut overpressured areas, yaitu daerah tekanan tinggi yang tekanan serpihnya juga lebih besar daripada tekanan hidro- statis dan dengan demikian dapat menimbulkan kesulitan dalam pemboran. Dari suatu pengkajian di seluruh dunia, Gansser (1960) melihat adanya gejala yang khas dari gunungapi lumpur ini: 1) Biasanya berasosiasi dengan lapisan sedimen berumur Tersier dan Kapur Atas. 2) Lapisan sedimennya, adalah asal laut. 3) -Lapisan pelitik dan klastik biasanya bervariasi. 4) Selalu berasosiasi dengan gas dan air asin. 5) Lapisan tersebut ditutupi oleh endapan yang lebih kompeten. 6) ‘Terdapat di daerah dimana sinklin yang luas dipisahkan oleh antiklin yang tajam dan lapisan sedimennya yang klastik yang terdapat lebih dalam telah menusuk ke atas. 7) Meningkatnya tekanan, memobilisasikan lempung klastik di dalam inti antiklin dengan air garam, gas dan di beberapa tempat juga secara kebetulan dengan minyak. Ini menghasilkan lumpur yang di- tekan ke atas seperti suatu magma. Jika keseimbangan terganggu terjadilah peledakan dan terbentuklah gunungapi-lumpur. 8) Kebanyakan titik-titik erupsi terdiri dari banyak kerucut. 50 Koesoemedinsts, Geologi Minyak- dan Gasbumi 9) Kerucut yang curam maupun landai didapatkan bersama-sama. 10) Erupsi biasanya terjadi secara periodik, tetapi seringkali secara tidak beraturan. Banyak sekali erupsi gunungapi lumpur terjadi setelah periode ketenangan yang sangat lama. 11) Berbagai fragmen bantuan yang sangat besar ataupun kecil yang berasal dari lapisan lebih tua seringkali ikut diextrusikan dengan lumpur. 12) secara individuil jangka hidup suatu pusat erupsi biasanya sangat pendek. 13) galur diapir gunungapi lumpur biasanya berimpitan dengan daerah vang beranomali gravitasi negatip. Jadi jelaslah, bahwa tenaga penggerak jenis gunungapi lumpur-dalam bukanlah tekanan gas di bawah permukaan, sebagaimana dapat terjadi pada gunungapi lumpur jenis dangkal. Dengan demikian dapat kita sim- pulkan bahwa berasosiasinya gunungapi-lumpur jenis dalam ini dengan minyakbumi hanyalah ‘secara kebetulan saja, karena intrusi diapir lum- pur secara kebetulan menerobos lapisan yang mengandung minyak sehingga mengeluarkan minyakbumi pada waktu erupsi. Terjadinya gunungapi lum- pur jenis dalam ini bukan hanya disebabkan tekanan gas alam atau tekan- an tektonik saja, tetapi juga merupakan manifestasi tekanan tinggi daripada cairan yang abnormal di‘dalam pori-pori, yang timbul karena kompaksi tidak memberikan kesempatan untuk keluarnya air. Hal ini ai- sebabkan oleh sedimentasi yang cepat dan kompaksi batu lumpur yang biasanya berasosiasi dengan lapisan pasir yang berbentuk lensa. Ini menimbulkan tertutupnya cairan yang berada dalam pori-pori semasa kom- Paksi berlangsung, sehingga air berada dalam tekanan tinggi, karena tak dapat lari kemana-mana. Keadaan ini menyebabkan gejala, yaitu semua lapisan yang ada di atasnya seolah-olah mengambang di ates lapisan serpih yang berisi cairar bertekanan tinggi dan terletak lebih dalam. Contoh untuk gejala ini misalnya, di pulau Madura, selat Madura serta 4i Sumatra Utara. Juga di Kalimantan tekanan tinggi seperti ini dida~ patkan dalam asosiasi dengan gunungapi lumpur dan dengan adanya gas serta lapangan minyak seperti diperlihatkan pada Gambar 3.6. (lihat juga ayat 3.2.3.3; mengenai tekanan reservoir). 3.1.3 TELAGA ASPAL BUTON Telaga aspal yang terdapat di pulau Buton dapat diklasifikasikan sebagai suatu lapisan homoklin yang tersingkap ke luar dan tererosikan. Minyak yang mengalir secara perlahan-lahan membentuk suatu telaga pada tempat perembasan keluar dan fraksi ringannya telah menguap. Gambar 3.7 menunjukkan. penampangan melalui lapangan aspal Panah ai Baton, Lapisan yang mengandung aspal tersebut adalah gamping globigerina yang berpori-pori dan gamping terumbu yang dinamakan formasi Sampolaksa. Formasi ini mengandung batupasir yang dijenuhi 10 sampai 208 bitumina, bahkan sampai 308. Cara terdapatnya minyak: dan gasbusni 51 SECTION THROUGH THE PANAH ASPHALT FIELD (BUTON) rina Ist. ond roof let, impregnated globigerina ist, ongiom 1d sandstone with 10 - 20% bitumen | Sampolaksa [J Sandstone. ‘Tondo layers Homopeneous impregneted asphalt rock with | layers EEI=IY Conglomerate 20"'30% Blrumen TF snstow wet Gambar 3.7 Penampang geologi melalui tetaga-aspal Buton (menurut Hetzel, 1936) 3.2 MINYAKBUMI DALAM KERAKBUMI 3.2.1 AKUMULASI LOKAL Di dalam kerakbumi, minyakbumi selalu didapatkan dalam lapisan berpori. Dilihat dari segi jumlahnya, maka minyakbumi dapat ditemukan sebaga: JEJAK-JEIAK (minor occurrences), yaitu dalam jumlah sedikit-sedikit saja. SUATU AKUMULASI (terdapat dalam jumlah besar atau dari segi ekonomi terkumpul secara menguntungkan). Sebetulnya minyakbumi atau hidrokarbon didapatkan pada berbagai macam formasi atau lapisan sebagai tanda-tanda minyak atau hidrokarbon dalam jumlah yang sedikit (minor showing). Tanda~tanda tersebut biasa~ nya ialah ditemukannya minyak itu bersama-sama dengan air, terutama air asin. Seringkali minyakbumi ditemukan di dalam lapisan yang bukan lapisan reservoir, misalnya pada lapisan serpih ataupun batuan lainnya. Tanda-tanda dalam jumlah sedikit ini biasanya didapatkan pada waktu @ilakukan penboran dan mempunyai arti penting dalam explorasi minyak- bumi. Arti daripada tanda-tanda tersebut ialah: a. Bahwa lapisan tempat terdapatnya tanda-tanda itu sedikit banyak Pernah mengandung minyak: b. Ada kemungkinan besar lubang bor yang menembus lapisan yang mengan- dung minyak sedikit itu terdapat di dekat atau di pinggiran suatu aku- mulasi minyak yang penting. Di lain fihak juga diketahui dari penelitian Buckly, Hoctt, Tagard (1958), bahwa air formasi banyak memperlihatkan kandungan hidrokarbon dalam jumlah yang berkisar sampai 14 kaki kubik dalam setiap barrel, terutama sebagai metan, tetapi juga etan, propan, dan sebagainya, Hal ini ternyata dari berbagai penyelidikan mereka di negara bagian New Mexico dan Florida, Amerika Serikat. Mereka menyimpulkan bahwa hidro- karbon dalam jumlah sedikit itu tidak mempunyai arti komersiil, kecuali kalau zat itu oleh suatu mekanisme dapat terkumpul menjadi suatu akumu- lasi. Weeks (1958) menyimpulkan, bahwa jika semua gas yang hanya sedikit 52. Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gashumi terdapat dalam air formasi di seluruh dunia dijumlahkan, maka volumya dapat mencapai 65.000 triliun kaki kubik, Dibandingkan dengan akumula~ si gas yang komersiil yang terdapat dewasa ini, hanyalah 4 sampai 6 triliun keki kubik. Dengan demikian, jumlah yang terdapat dalam air formasi dalam bentuk tanda-tanda tersebut sangat besar artinya. Dapat pula dibandingkan bahwa dengan cadangan minyakbumi yang terdapat dalam bentuk tanda-tanda sedikit itu bisa mencapai 10 triliun barrel. Dapat disimpulkan, bahwa sebetulnya hidrokarbon di dalam formasi itu merupakan komponen yang biasa saja, namun karena terdapatnya tersebar dan dalam jumlah sedikit mereka tidak mempunyai arti ekonomi. Tetapi jika oleh suatu mekanisme jumlah yang kecil itu bisa terkumpul, kita bisa menda~ patkan suatu akumulasi yang bernilai ekonomi. Jadi terdapat atau ti- daknya suatu akumulasi bernilai ekonomi tergantung sekali dari faktor kongentrasi seperti akan dibahas dalam pasal yang kemudian. 3.2.1.1 Cara mendeteksi Adanya tanda-tanda minyak yang sedikit atau yang kemudian dapat menun- jukkan adanya akumulasi yang komersiil adalah: 1) LUMPUR PEMBORAN. Pada waktu pemboran, lumpur yang dipakai pelumas bercampur dan melarutkan minyak yang terdapat dalam formasi yang sedang ditembus oleh mata bor. Lumpur yang keluar kembali itu dapat diperiksa di bawah mikroskop binokuler dengan cahaya ultraviolet. Biasanya adanya minyak terlihat dengan tampaknya warna’ yang kuning keemasan, Gas dapat dideteksi dengan suatu alat yang mengocok lumpur pemboran tersebut sehingga gas keluar dan dapat diketahui dengan alat detektor gas. Alat detektor gas terdiri dari suatu ruangan atau sel ke @alam mana gas dialirkan. Di dalam sel tersebut terdapat suatu jarum pijar. Dengan masuknya gas ke dalam sel tersebut, terjadilah suatu pembakaran sehingga temperatur meningkat dan dengan demikian juga tahanan jenis jarum pijar berubah dan dapat dicatat. Perubahan tahanan jenis ini merupakan’ ukuran jumlah gas yang keluar dari lumpur tersebut. 2) SERBUK PEMBORAN, Keratan batuan yang didapatkan pada pemboran diba- wa oleh lumpur ke permukaan dan diperiksa oleh seorang ahli geologi yang menunggui sumur tersebut. Serbuk pemboran itu dapat diperiksa kandungan hidrokarbonnya di bawah suatu mikroskop binokuler setelah mengalami berbagai pengujian, antara lain extraksi serbuk yang digerus dalam CCl,, chloroform atau aseton dan kemudian dikocok. Jika warna larutan menjadi putih, berarti terdapat kandungan hidrokarbon. Metoda lain adalah dengan menggunakan lampu ultraviolet. Biasanya setelah dicampur duly dengan kloroform atau aseton kemidian dilihat dengan binokuler di bawah lampu sinaz ultra violet. Jika serbuk pemboran mengandung minyak, terjadilah warna fluoresensi yang kuning sampai keemas~emasan. Untuk mendeteksi gas dilakukan prosedur yang sama, yaitu menggerus keping batuan dan mengeluarkan gasnya secara mengocok serbuk dalam air, dan kemudian diteliti dengan alat detektor. Adanya tanda-tanda minyak dapat juga diteliti dari suatu pemboran inti. Inti pemboran yang me~ ngandung minyak, biasanya begitu keluar dari pemboran dapat bersifat hidup atau juga dikatakan mendarah (bleeding core), atau dapat pula 53 Cora terdapatnya minyak- dan gasbumi bersifat mati (dead oil). Yang @isebut terakhir mungkin merupakan residu minyakbumi yang telah bermigrasi ataupun sisa suatu akumulasi minyak. Teknik penyelidikan adanya tanda-tanda minyak di dalam serbuk pemboran atau lumpur pemboran merupakan suatu teknik tersendiri dengan menggu- nakan sinar ultra violet. Selain itu, berbagai macam cara digunakan untuk memperkirakan jumlahnya, yaitu hanya sedikit saja ataukah sangat banyak. Teknik tersebut dibahas dalam buku teknik penyelidikan geologi bawah permukaan. 3.2.1.2 Akumulasi komersiil Suatu lapisan reservoir yang mengandung minyak dapat disebut komersiil, jika dari lapisan tersebut minyak dapat diproduksikan secara menguntung- kan. Suatu akumlasi minyak« dan gasbumi dikatakan menguntungkan jika jumlah minyak yang dihasilkennya dapat diperdagangkan dengan pendapatan yang dapat menttup biaya explorasi dan produksi serta memberi laba. Jadi semata-mata faktor ekonomilah yang menentukan, Beberapa faktor terpenting di mtaranya adalah: 1). Harga miny& di pasaran bebas. Kenaikan harga minyak yang sangat menyolok pada thun 1973, telah merubah akumulasi nonkomersiil menjadi komersiil dan mmbah penilaian suatu akumulasi. 2). Jumlah cadaygin yang terdapat dalam akumulasi. Cadangan tergantung dari besarnya restrvoir dan keadaan reservoir, terutama porositas (akan ibahas daldh Bab 4, mengenai Batuan Reservoir). 3). Pxoauktivitas reservoir sebagaimana dihasilkan oleh setiap sumur. Hal ind Uitentukan oleh tebal lapisan atau kolom minyak dan keadaan reservois terutama jermeabilitas dan juga sifat minyakbumi dan penje- puhan mtitjak dalam piri. 4). Baiayéproduksi, xplotasi, explorasi yang sangat berbeda dari satu daerah k@ierah lain, tergantung dari keadaan sosial-ekonomi setempat, keadaan Han, di dat atau di lepas-pantai, di daerah tropika atau daerah abika, dan sebagainya. 5). Pajaian biaya lainnya. Suatw akilasi tomersiil ditentukan oleh berbagai faktor ekonomi dan juga £ak) geologi, palam buku ini hanya dibahas faktor geologinya Saja menhi adanya akwmulasi minyak- dan gasbumi di sesuatu tempat. 3-2. 2 PIERTIAN RESERVOIR, LAPANGAN DAN DAERAH MINYAK B-2 -2.7 fvoirminvak swt ak Kasi minyak selalu terdapat di dalam suatu reservoir. Suatu xc eS Gol ah wadah tempat minyak terkumpul. Istilah lain untuk re- SOOM Abersifat batumn yang seluruhnya dijenuhi oleh minyakbumi sien) C4 minyak atau kolam minyak (oil pool), yang berarti satuan wel my) ei) yang mengisi reservoir itu sendiri.dan berada dalam sas Thistekanan yang sima. seringkali telaga minyak disinonimkan S=~Areoir. Sebetulny: reservoir mempunyai arti lebih luas lagi <=> PB a reservoir tidak seluruhnya harus selalu diisi oleh 2x9! Sokan telaga minyak adalah bahagian suatu reservoir yang 5 Kadheogi Minya ke dan Gxbumi seluruhnya terisi oleh minyak. Dalam bahasa Inggris terdapat pula is- tilah ‘oil pay', yaitu lapisan yang mengandung minyak (yang membayar biaya pemboran). 3.2.2.2 Lapangan minyak Lapangan minyak atau ladang minyak (oil field dalam bahasa Inggris atau olie-terrein dalam bahasa Belanda) adalah daerah yang di bawahnya mempunyai akumulasi minyak dalam beberapa telaga minyak dan terdapat dalam suatu gejala geologi yang sama. Gejala tersebut dapat bersifat stratigrafi ataupun struktur, yang keseluruhannya menjadi kumpulan kolam minyak tersebut, Pengertian telaga minyak (oil pool) dan lapang- an minyak (oil field) seringkali dikacaukan dalam literatur. Dalam bahasa Indonesia istilah telaga sering dikacaukan dengan sumur, teru~ tama di Sumatra Utara atau di daerah Aceh. 3.2.2.3 Lepangan minyak- dan gas raksasa Lapangan minyak dan gas raksasa adalah lapangan yang mempunyai cadangan minyak dan gasbumi lebih dari 500 juta barrel (Halbouty, 1970). Terke- nal adalah lapangan minyak Ghawar 4i Arab Saudi. Di Indonesia lapangan minyak Minas di Sumatra Tengah termasuk lapangan raksasa. 3.2.2.4 Propinsi atau daerah minyak Propinsi atau daerah minyak adalah daerah dimana sejumlah telaga dan apangan minyak berkelompok dalam lingkungan geologi yang sama. Daerah minyak sering juga disebut sebagai cekungan minyak (vil basin) dan biasanya merupakan cekungan sedimen. Namun suatu cekungan sedimen tidak selalu seluruhnya merupakan daerah minyak. Biasanya hanya pada sebagian saja dari cekungan terdapat kelompok lapangan minyak atau daerah minyak. Misalnya daerah Duri-Minas di Sumatra Tengah, daerah Jambi dimana ter- dapat lapangan Muara Senami, Bajubang, Kenali Asam dan sebagainya dan daerah Pendopo-Prabumulih di Sumatra Selatan (lapangan minyak Talana- akar, Pendopo, Belimbing Tanjung-Miring dan sebagainya) . Daerah Jambi dan daerah Prabumulih mungkin termasuk dalam suatu daerah cekungan sedimen yang sama yaitu cekungan Sumatra Selatan. Daerah mi~ nyak lainnya adalah daerah Cepu dengan lapangan minyak Ledok, Wonocolo, dan sebagainya. 3.2.3 KEADAAN DAN CARA TERDAPATNYA MINYAKBUMI DALAM RESERVOIR 3. 2.3.1. Prinsip utama dalam reservoir Suatu reservoir haruslah tertutup pada bagian atas dan pinggirnya oleh lapisan penutup dan kemudian diberi bentuk perangkap. Suatu perangkap sebetulnya tidak lain daripada suatu tempat fluida, tetapi berhubung berlakunya hukum hidrostatika dan karena asosiasinya dengan air, maka bentuk wadah ini tidaklah terbuka ke atas tetapi haruslah terbuka ke bawah. Terbukanya ke bawah dapat dengan berbagai macam cara: Cara terdapataya minyak- dan gasbumi 55 1) TERBUKA SELURUHNYA KE BAWAH (Gambar 3.8) sebagaimana didapatkan Jada perangkap struktur, misalnya pada sumbu antiklin. 2) SETENGAH TERBUKA KE BAWAH, misalnya suatu perangkap stratigrafi dimana hanya sebagian saja dari bagian bawah perangkap tersebut ter- buka (Gambar 3.9). 3) TERTUTUP SAMA SEXALI, misalnya terdapat jika batuan reservoir sangat terbatas penyebarannya sehingga berbentuk suatu lensa (Gambar 3.10). Gambar 3.8 Penampang perangkap yang seluruhnya _-—-Gambar 3.9. Penampang peraigtap yang setengoh terbuka ke bawah ‘erbuka ke bawah we ae Batas bawah suatu akumulasi minyak _ gee BNE SS tentu merupakan suatu permukaan air De a yang mendorong minyak ke atas dan Sz = 7 i se eee memojokkan minyak tersebut untuk = aan oe tetap berada-dalam perangkap (Lihat Ze pula hal.79). = Selain beberapa syarat di atas masih Gambar 3.10 Penampang perangkep yang selurumnye 24& beberapa syarat Khusus yang ber ‘ertutup dari segata arah laku bagi terdapatnya suatu akmulasi yang bersifat komersiil. Meskipun sifat komersiil sangat tergantung pada keadaan ekonomi serta kemajuan teknologi, namun beberapa faktor geologi juga sangat menentu- kan ekonomis tidaknya suatu akumulasi minyakbumi, antara lain: a. Tebal lapisan reservoir. Tebal suatu lapisan reservoir dapat berki- sar dari beberapa sentimeter sampai beberapa puluh meter. Makin tebal japisan reservoir, tentu makin besar pula kemungkinan untuk mendapat- kan produksi yang besar sehingga kolom minyak yang akan didapatkan juga menjadi lebih besar. b. Tutupan (closure). Pengertian ini terutama berlaku untuk perangkap struktur yang akan dibahas dalam pasal 5.2. Di sini tutupan berarti kolom minyak maksimal yang mungkin didapatkan dalam suatu perangkap. dika tutupan itu rendah saja atau sangat terbatas, maka jumlah minyak yang terkumpulkan juga sangat terbatas. ©. Penyebaran batuan reservoir. Ini penting sekali karena suatu perang- kap dapat sangat besar sekali dan mempunyai tutupan yang besar pula. ‘etapi jika batuan reservoir terbatas hanya pada bagian kecil perang- kap, maka hal ini tidak terlalu menguntungkan untuk terdapatnya akumu- asi yang bersifat komersiil. d. Porositas dan permeabilitas efektif. Suatu lapisan reservoir sangat tergantung daripada kedua sifat ini, bahkan merupakan sifat khas dari- pada batuan reservoir tersebut. Besar kecilnya porositas menentukan besar kecilnya jumlah cadangan, sedangkan besar kecilnya permeabilitas menentukan besar kecilnya jumlah minyak yang dapat dikeluarkan. 56 Koesoemadinatz, Geologi Minyak- dan Gasbumi Berbagai unsur lain yang mempengaruhi ada tidaknya minyakbumi ialah: migrasi, waktu migrasi, akwuulasi, waktu akumulasi, batuan induk serta mulajadi. Hal ini akan dibahas dalam beberapa bab kemudian. 3.2.3.2 Cara terdapatnya fluida dalam reservoir Keadaan dalam reservoir hanyalah dapat kita ketahui berdasarkan pada beberapa interpretasi daripada: 1) Fluida yang didapatkan dari inti pemboran. 2) Contoh fluida yang diambil dari dasar pemboran 3) Contoh fluida yang diambil pada permukaan sumur yang sedang dipro~ duksikan. 4) Studi sejarah produksi satu atau lebih sumur, seperti penurunan tekanan reservoir, peningkatan atau penurunan produksi. Dalam menginterpretasi dan mengevaluasi semua data tersebut tentu saja dapat. menimbulkan berbagai persoalan, seperti misalnya mengenai perbe~ aan temperatur permukaan dan temperatur reservoir, terjadinya berbagai Pengotoran dan reaksi lainnya yang timbul karena semua perubahan ter- Sebut. Namun, dari semua data tersebut hubungan fluida di dalam reser- voir dapat diperkirakan secara meyakinkan, dan yang penting di antara~ nya adalah mengenai penyebaran air, minyak dan gas di dalam reservoir tersebut. PERANAN AIR. Di dalam kerakbumi, lapisan.reservoir mau tidak mau selalu terisi oleh air dan hampir tidak pernah ditemukan suatu lapisan Yeservoir tanpa air. Memang air merupakan suatu unsur penting di dalam reservoir yang harus diperhatikan dalam hal akumulasi minyakbumi. air itu boleh dikatakan menentvkan terkungkungnya atau tefakumulasinya minyakbumi dalam reservoir. Tanpa adanya air di dalam formasi, minyak- bumi tidak dapat terkumputkan. Karena air tidak bercampur dengan minyak, maka keduanya merupakan dua fasa cairan yang terpisah. Batas antara kedua cairan ini berlangsung secara bergradasi atau secara berangsur- angsur. Hal ini disebabkan terutama karena suatu ruangan pori bisa di- isi sebagian oleh tetes minyak sebagian oleh air. Juga dalam svatu akumilasi minyak, air selalu menempati sebagian daripada reservoir, yaitu minimal 10% daripada reangan rongga-pori. Selain itu, juga berat jenis minyakbumi yang lebih kecil daripada air, menimbulkan ada- nya daya apung daripada minyakbumi (buoyancy). Dengan demikian minyak akan selalu mencari bagian tertinggi daripada suatu reservoir dan akan dikepung oleh air dari bawah. Jadi prinsip terpenting di dalam akumulasi minyakbumi adalah bahwa minyakbumi akan selalu mencari tempat tertinggi di dalam suatu lapisan Xeservoir. SIFAT AIR FORMASI. Air yang terdapat dalam formasi selain dinamakan air formasi sering pula disebut air konat (connate water). Air ini biasanya mengandung berbagai macam garam, terutama NaCl, sehingga me- rupakan air asin; akan tetapi kadang-kadang air formasi dapat pula bersifat payau, atau asin sekali. Pelarut yang terdapat dalam air konat pada umumnya adalah garam dengan kadar berkisar dari 50.000 sampai 350.000 ppm (mg/l), sehingga jauh lebih asin daripada air laut (33.000 ppm). Kadang-kadang juga air Cara terdapatnya minyak- dan gasbumi 57 konat ini bersifat payau (beberapa ratus sampai ribuan ppm garam), misalnya formasi Sihapas di Sumatra Tengah. Kadar garam paling tinggi yang terdapat dalam air formasi di Cekungan Michigan, yaitu 642.798 ppm, atau 64% dari cairan ini terdiri dari zat padat. Kadar garam ten- tunya sangat mempengaruhi berat jenis air formasi. ‘SUSUNAN KIMIA AIR FORMASI: Susunan kimia air formasi berbeda dari lapangan minyak yang satu ke Japangan lain, dan ada yang membedakannya dari air laut. Tabel 3-1 memperlihatkan susunan kimia (dalam bentuk ion) beberapa air konat Serta perbandingannya terhadap air laut. Di sini terlihat bahwa semua anion adalah praktis klorida dan hanya terdapat jejak saja dari HCO} dan SO], sedangkan kation terdiri dari Nat, Catt DAN Mg**. Jika diban- ngkan dengan air laut biasa terdapat perbedaan yang khas: a. Tidak hadirnya sulfat dalam air konat. b. Ketidak-hadiran Ca dan Mg dalam air formasi. ¢. Kadar klorida pada umumnya jauh lebih tinggi daripada air laut. Kadang-kadang air konat memperlihatkan kadar karbonat yang tinggi, yang biasanya disebabkan influx dari air meteorik (air curahan atau air hujan). Adanya karbonat dipakai sebagai indikator untuk air meteorik. Susunan kimia air konat kadang-kadang berkaitan dengan jenis minyakbumi yang bersekutu dengan air itu. Misalnya di Bunyu, terdapat suatu penu- xunan kadar klorida dalam air formasi, dari 10 gram/liter menjadi 1,8 gram/liter dan suatu peningkatan kadar karbonat, yang dikaitkan dengan naiknya kadar residu lilin, dari 20 sampai 45%. Air formasi di Tarakan, yang minyaknya bersifat aspal, mempunyai kadar garam di bawah 1 gram/1, atau praktis bersifat tawar (Weeda, 1958). ASAL AIR FORMASI: Dapat diperkirakan bahwa air formasi berasal dari air laut yang ikut terendapkan dengan sedimen sekelilingnya, jadi mefupakan ‘air laut fosil'. Perbedaan air formasi dengan air laut disebabkan karena: 1) Adsorpsi dan pertukaran basa (base-exchange) oleh batuan sekeliling- nya, yang meningkatkan konsentrasi Klorida. 2) Penguapan air laut pada waktu sedimentasi, atau oleh pengurangan tekanan pada pengembangan gas bebas. 3) Variasi lokal sebagai akibat perubahan keadaan geologi, misalnya karena terdapat di dekat ketidakselarasan, influx air meteorik dapat merubah susunan air formasi. 4) Penambahan berbagai garam oleh debu volkanik pada air laut asalnya. Pengetahuan mengenai susunan kimia air formasi kadang-kadang dapat berguna dalam: (1) Menganalisa log listrik, (2) mencari korelasi lapis- an yang bertingkat banyak, (3) menginterpretasi lingkungan pengendapan (adanya ketidakselarasan), (4) mendeteksi kemungkinan kebocoran air alam produksi, (5) memprospeksi kubah garam, makin dekat kubah garam kadar klorida meningkat (dengan membuat peta iso-con), (6) mempertin- bangkan ‘water flooding’ dalam ‘secondary recovery', (7) mengetahui korosi pipa~pipa dan lain-lain, (8) mendeteksi adanya influx air mete- orik dari singkapan, sehingga menimbulkan keadaan hidrodinamis (dengan mempergunakan peta isokonsentrasi) . 58 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasburmi 898° F2e WL TESTS CEL*OS | CF _ tse 96p'6ET WATITAOPLO atyonqay butduebnjzeg *eTXO ‘zequeD Ler "86z a9pe|ese "et £09°T6 | eT - £92 Lee "pet umyoTAcpz0 “TIO g uosdurs aysea] ‘4379 eMOYyeTxO one "sZt ove t}|o92 "eT ooze} - - ocd Ove "LL uoseq prospeda aqtseq| ‘uued ‘pxoypezq EL “vet gz6"t}LL6°6 vee29} eet - zet sse"6tT vogsey anid atsea| -eTx0 ‘320dueaed ev. S7z VLE Z| LTE "OZ BES *TO] EL - Bre €90°OPT yemeg andey OT3TTOo Sutdueslet-sexez, ‘essepoy BBE “HST 90¢°Z] 8ST "OT Tet" 9p} O9E - BET S2z"s6 andea aqyseg naeg} — 3TeMny ‘uebang 196 °89 cas zeae 59°07 L8e 6st 86S °OP s¥yy andey | euTqDOOM aTsed any Sexo, BODTLL ess s98'T 0z9 "Lz 88z ay Oot Le uesog aortcy atbed sexeg ‘e0ru0g Brs"L £9 oT €00°% | €9z°S ozT 7 68 33 000°€ yereq ueTbeq ~o0€"% wesoTH eTenzouea ‘serTFunber 38° sz’T | 82 ‘Te azo. | ete BE'SS (aeped aez ueszed WeTEP) 3NeT Tw o00"se ooE*T Oty 000°TT Ost. 069°% ase"6T yet ate cust | se | eo | pa tcen | foo | S00 tos “qo | mum atoazosox aa Len 7 wenzeg (896) “uss10A07 Insnuew) wd werep Ine We UeBUEP ueXSUIPUEgY JseUuos 41e sjUdf edeJqeq e/WIY UeUNsNg 4 - ¢ joey 59 Cara terdapatnya minyak- dan gasbumi PEYEBARAN VERTIXAL DARIPADA AIR, GAS DAN MINYAK. Penyebaran dari ke- tiga macam fasa dalam reservoir ditentukan oleh.sifat fasa tersebut, antara lain: 1) BERAT JENIS Berat jenis air sangat dipengaruhi oleh kadar garam yang terlarut di dalamnya. Susunan kimia zat terlarut sangat mempengaruhi berat jenis air. Berat jenis air formasi berkisar dari nilai 1,0 untuk air yang sangat tawar sampai 1,140 untuk air formasi yang mengandung 210.000 ppm garam. Berat jenis minyakbumi sebagaimana telah disebutkan sebelumnya (Bab 2), dapat berkisar dari 0,6 sampai 1,0, biasanya selalu kurang dari 1,0. Berat jenis (specific gravity) gas biasanya dinyatakan sebagai perban- @ingan terhadap kerapatan jenis (density) udara, dimana yang belakang ini dinyatakan sebagai 1. Berat jenis gas terhadap itu berkisar dari 0,061 sampai 0,965. Berat jenis gas jauh lebih kecil daripada berat jenis minyakbuni. 2) DAYA LARUT MASING-MASING FLUIDA/GAS Gas dapat larut dalam air dan daya larut gas rata-rata adalah 20 kaki kubik setiap barrel pada tekanan 5000 psi, Data lain menyatakan bahwa kelarutan gas dalam air reservoir adalah 6% daripada daya larutnya dalam minyakbumi (Levorsen, 1958). Daya larut gas dalam minyakbumi lebih besar lagi dan biasanya berkisar dari beberapa kaki kubik sampai xibuan kaki kubik untuk setiap barrel. Jelas juga,bahwa daya larut gas dalam minyak ataupun air sangat tergantung daripada tekanannya. Lebih besar tekanan lebih besar pula daya larutnya, sampai dicapai suatu titik penjenuhan, apabila gas seluruhnya dapat larut dalam minyakbumi, maka telaga minyak tempat terdapatnya minyakbumi itu disebut telaga yang tidak jenuh, sedangkan jika gas tersebut melampaui daya larutnya maka terbentuklah suatu topi gas bebas dan telaga minyak disebut tela~ ga minyak yang jenuh. Penurunan tekanan menyebabkan daya larut gas dalam minyak tersebut berkurang. Temperatur dan/atau tekanan dimana gas tersebut mulai ke luar disebut sebagai titik gelembung (bubble point). Pada tekanan dan temperatur tertentu, fasa gas dan cair tidak dapat dibedakan lagi, dan dalam keadaan demikian kita dapatkan suatu telaga kondensat (condensate pool), (1ihat diagram pada Gambar 3.11). Roa c n PCE wauat OOF | 1 embins, \ mt Penurunan tekanan pada caren di reservoir A fe PA tmanghaslkan gos dan earn waktu gai tt glembung Pengembunan ' dia fj maximum, Pt Penurunan tekanan pada ges U feceadantor Pengembunan setelah kurva tit ae / don kemut in dan Gas / setelah kurva titik oengembunan Penucunan tekanan di reservoir C dri temperatur kritis. TEKANAN. TEMPERATUR ——~ Gamber 3.11 Diagram memperlihatkan pengaruh tekanan dan temperatur techadap fasa gas/cairan minyakburmi — dan gas hipotesis (menurut Levorsen, 1958) 60. Koesoemadinata, Geolori Minyak- dan Gasbumi Sebagai akibat sifat masing-masing jenis fluida di atas, pada umumnya di dalam reservoir terdapat suatu stratifikasi daripada air, minyak dan gas. Air dengan berat jenis tertinggi akan terdapat paling bawah, dan gas dengan berat jenis terendah akan menduduki tempat paling atas dalam reservoir. Hal ini menyebabkan batas antara gas dan minyakbumi tidak terlalu tajam. Jadi daya apung relatif antara minyak, gas dan air menyebabkan adanya stratifikasi dalam reservoir. Hal ini dimodifi- kasi lagi dengan adanya gejala fluida dalam reservoir pori lainnya yaitu: kapilaritas. 3) KAPILARITAS Dari ilmu fisika diketahui bahwa di dalam lubang-lubang kecil terdapat antara tekanan-tekanan yang terdapat seberang-menyeberang dua fasa cairan yang tidak saling melarutkan. Tekanan ini diukur seberang- menyeberang permukaan yang melengkung gan disebut sebagai tekanan kapi- ler (P,) yang dinyatakan dalam dyne/cm . Besaran tekanan kapiler ini tergantung dari tegangan permukaan dan juga dari pelengkungan bidang permukaannya. Jelaslah, bahwa untuk dapat melampaui suatu permukaan antara fasa tersebut diperlukan suatu daya untuk dapat mengurangi te- kanan kapiler tersebut. Derajat pelengkungan daripada permukaan leng- kung tersebut tergantung dari besar kecilnya pori batuan-dan juga dari jenis fluida yang ada. Tekanan kapiler didapatkan jika dua fluida yang tidak dapat larut ber- ada dalam persentuhan. Hubungan tekanan kapiler ini dinyatakan dalam Pengertian tegangan permukaan, sudut sentuh dan radius daripada pipa kapiler. . tekanan kapiler tegangan permukaan sudut kontak permukaan air-minyak. r -= radius efektif pipa kapiler. Dalam keadaan pori jenuh air, dan adanya tekanan kapiler, maka untuk dapat masuknya gas atau minyak ke dalam pori-pori diperlukan suatu tam- bahan tekanan yang dinamakan tekanan masuk (entry pressure) atav tekanan penggeseran (displacement pressure). Tekanan tersebut adalah tekanan kapiler minimum yang dapat memaksakan masuknya fluida yang tidak mem- basahi ke dalam rongga-rongga pori yang diisi oleh fluida yang menje~ nuhinya (Pirrson, 1958). Tekanan penggeseran ini berbanding balik dengan diameter pori sebagaimana dikemukakan oleh Levorsen dan Berry (1967), yang berarti bahwa fluida mempunyai tegangan antar-muka yang sama. Naka bagi batuan berbutir lebih halus serta porositas dan per- meabilitas yang lebih rendah, diperlukan tekanan kapiler lebih besar untuk dapat memasukkan suatu fasa yang tidak membasahi ke dalam pori Hubungan antara tekanan penggeseran dengan permeabilitas batuan dari berbagai nilai atau indeks n diberikan pada grafik terlampir (Ganbar 3.12). n adalah suatu faktor litologi yang merupakan indeks penyebaran besar pori. Biasanya nilai n ditemukan lebih tinggi dalam batuan yang Mempunyai porositas lebih tinggi. Batuan yang lebih padat biasanya berbutir lebih halus, porositasnya lebih rendah dan mempunyai kisaran besar butir yang lebih luas, sehingga oleh karenanya mempunyai nilai n yang lebih kecil. Suatu nilai n yang kiva-kira sama dengan 8 dapat dianggap mewakili penyebaran rata~rata dari ukuran pori. Dari pembahasan di atas jelaslah bahwa tekanan kapiler memegang peranan penting pada batas antara minyak dan air; halus-kasarnya suatu batuan = 2%. cos © © RB Cara terdapatnya minyak- dan gasbumi 6 reservoir akan mempengaruhi juga tinggi rendahnya berbagai macam batas air-minyak. 100.0 80.0 60.0 40.0 30.0 20.0 8.0 6.0. ao 3.0 2.0 10 os 06 oe 03 02 ot 0.01 = 002 (0.04 0.4 02 0.4 wo 20 4.0 10.0 K (md) Gombar 3.12 Grafik hubungan aritara tekanan penggeseran (Pd) dan permeabilitas (K) sertanilai n (indeks penyebaran besar pori) (menurut Stone dan Hoeger, 1973) 4) PENJENUHAN MASING-MASING FLUIDA DALAM BATUAN RESERVOIR Di dalam suatu reservoir, jarang sekali minyak terdapat 100% menjenuhi lapisan reservoir. Biasanya air terdapat sebagai. interstitial water yang berkisar dari beberapa persen sampai kadang-kadang lebih dari 50%, tetapi biasanya antara 10 sampai 30%. Dengan demikian batas fluida antara air dan minyak tidak selalu jelas. Besarnya penjenuhan air di dalam reservoir minyak menentukan dapat tidaknya lapisan minyak itu diproduksikan. Penjenuhan air dinyatakan sebagai S, (water saturation). Jika S, lebih besar dari 50%, minyak masih dapat keluar; akan tetapi pada umumnya harus lebih'kecil dari 50%. Penjenuhan air tidak mungkin kurang dari 10% dan dinamakan penjenuhan air yang tak terkurangi 62 Koesoemai ta, Geologi Minyak- dan Gasbumi (irreducible water saturation). Hal ini biasanya terdapat dalam reser- voir dimana airnya membasahi butir. Juga harus diperhatikan bahwa kedu- dukan minyak terhadap air tergantung sekali daripada apakah reservoir tersebut basah minyak (oil wet) atau basah air (water wet). Pada umux- nya batuan reservoir bersifat basah air. Air antar butir selalu terda- pat dalam lapisan minyak, malah pernah diketemukan pada ketinggian lebih dari 650 meter di atas batas air minyak. Pada umumnya lebih sarang (porous) batuan reservoir, lebih kecil penjenuhan air. Kadar air yang tinggi dalam reservoir minyak mengurangi daya pengambilannya (recoverability). Air ini biasanya merupakan selaput tipis yang menge- ilingi butir-butir batuan reservoir dan dengan demikian merupakan pelumas untuk bergeraknya minyakbumi, terutama dalam reservoir dimana butir-butimya bersifat basah air. Penentuan Sy ditentukan di laboratorium dengan mengextraksinya dari inti pemboran, akan tetapi secara rutin dilakukan dari analisa log listrik, terutama dari kurva sP. SIFAT BATAS MINYAK, AIR, DAN GAS (Gambar 3.13) Berbagai faktor tersebut di-atas menyebabkan berbagai macam variasi dalam batas minyak-air-gas. Pertama-tama dalam keadaan hidrostatik maka gas selalu berada paling atas, kemudian diikuti oleh minyak di bawahnya, dan yang paling bawah lagi adalah air yang menerus dalam seluruh reservoir. Hal ini disebabkan karena perbedaan yang menyolok di antara ketiga fluida tadi. Adanya suatu topi gas tergantung sekali pada tekanan pelarutan gas dalam minyak. Jika tekanan reservoir lebih besar daripada jumlah gas yang dapat larut dalam minyak, maka topi gas PENAMPANG STRUKTUR_PERJENUHAN CAIRAM ae Sen eaves Jotur peralinan fGAs Leas 82 suatu angkabanding gas-minyak On EEN LET (gas-oil ratio: GOR) yang sangat SEELE if tinggi. Jadi, penyebaran gas, ead ee ASE MINVAK2p0 $ © minyak dan air dalam reservoir 80% Minyak, ELLE EEs sangat tergantung pada hubungan antar fluida, perbedaan berat jenis yang menyebabkan perbedaan dalam daya pelampungan, penjenuh- an relatif dari ruang pori salah satu fluida tersebut, tekanan ddan ges dalam reservoir (Levorsen, 1958, kapiler dan tekanan Penggeseran, eo serta juga keadaan hidrodinamis serta porositas dan permeabilitas. Zone poralinen, 3.2.3,3 Tekanan reservoir Tekanan reservoir adalah tekanan yang diberikan oleh zat yang mengisi xongga reservoir, baik gas, minyak ataupun air. Tekanan ini juga sering @isebut tekanan formasi (lihat lampiran mengenai istilah-istilah lain yang dipergunakan untuk menyatakan berbagai macam tekanan lainnya dalam xeservoir). Harus diyakini bahwa tekanan reservoir lain sama sekali dengan tekanan beban total atau tekanan yang diderita oleh kristal penbentuk batuan. Tekanan formasi hanya diderita atau diberikan oleh fluida yang terdapat dan bergerak dalam ruangan rongga di antara butir mineral yang merupakan kerangka batuan. Secara prinsipiil tekanan for~ Cara terdapatnya minyak- dan gasbumi 63 masi harus kurang atau paling tidak sama dengan tekanan beban total, sebab jika tekanan ini melebihinya, maka fluida akan memecahkan formasi batuan yang ada di atasnya dan meledak ke luar serta membebaskan tekan- an yang berkelebihan itu. Hal demikian dapat juga terjadi, yaitu pada penbentukan diapir serpih dan gunungapi lumpur sebagaimana telah dibahas. Tinbulnya tekanan reservoir disebabkan adanya: 1) Gradien hidrostatik, yang disebabkan karena tekanan kolom air yang ada dalam formasi sampai ke permukaan; biasanya kira-kira 66 meter di bavah permukaan. Gradiennya mempunyai besaran antara 0,45 sampai 0,46 psi per kaki. Untuk daerah Gulf Coast (Amerika Serikat) misalnya, @imana air formasi mengandung 10% garam nilainya adalah 0,465 psi per kaki. Tekanan hidrostatik ini sebahagian besar mengungkung tekanan fomasi, dan bahagian lainnya dari. tekanan formasi. dikungkung oleh. tekanan geostatik. 2) Gradien hidrodinamik, yang merupakan komponen lateral dari perbedaan tinggi kolom air di berbagai tempat. Perbedaan tinggi kolom air ini dalam lapisan reservoir yang sama menimbulkan adanya gradien daripada tekanan hidrostatik secara lateral. Gradien hidrodinamik turut memberikan baha- gian pada tekanan reservoir (lihat juga pasal 5.7 mengenai perangkap hidrodinamik) . 3) Gradien geostatik, yang disebut juga sebagai tekanan beban total dan disebabkan karena adanya beban material yang terdapat di atas suatu titik dalam kerakbumi. Dalam hal ini beban tersebut terdiri dari lapis- an sedimen yang diendapkan dalam air, dan oleh karenanya material ter- sebut terdiri dari butiran mineral batuan dan air garam yang terkandung ai antaranya. Gradien geostatik dapat dibagi menjadi 2 komponen; 1 Gradien Litostatik (vertikal) (Py) 2 Gradien Hidrostatik (P,) Tekanan litostatik adalah beban yang disebabkan butiran-butiran mineral/ sedimen pada satuan luas disebut juga tekanan matriks atau tekanan kerangka. Dengan demikian tekanan geostatik (P,) menjadi: Py + Pry Selain itu terdapat pula komponen horizontal dari tekanan litostatik jika kerangka butiran ini tidak kaku seluruhnya, sehingga “mengalir' ke samping dan disebut tekanan litostatik horizontal (P,,) Puy = Py tan 35° (Lihat Gambar 3.14) Secara teoritis nilai gradien geostatik adalah 1 psi per kaki. Telanan ini hanya sebagian saja meningkatkan tekanan formasi. Mineral merupakan pendukung yang menyangga -beban yang menekannya. Jika beban ini melampaui kekuatan butir mineral tersebut, maka sebahagian dari beban ikut di- dukung oleh air formasi dan memberikan tekanan tambahan pada tekanan reservoir. 4) Gradien geodinamik, yang disebabkan karena gaya tektonik yang beker- ja pada batuan secara lateral. Tekanan ini sukar untuk diukur dan juga sulit untuk ditentukan sumbangannya terhadap tekanan reservoir. Biasa- nya bekerja dalam lapisan yang terlipat kuat. 64 Koesoemadinata, Geotogi Minyak- dan Gasbumi Tokenen geostatik Bates retakan horizontal ‘Tekanen yang membatas! Bates rotakan vertikal ‘Tekenan Htostatik vertikal ‘Texanen tHtostatik horizontal ‘Tekanan hidrostatik ‘Tokanen dalam kaki 20! 0246 8 101416152022 ‘Tekanan dotern rlbuan pon pet (ncl porsog! Gambar 3.14 Jenisjenis gradien tekanan dalam surwur (menurut Bradiey, 19781 TEKANAN FORMASI YANG ABNORMAL. Yang dimaksud dengan formasi yang ab- normal biasanya adalah tekanan formasi yang lebih tinggi dari yang diperhitungkan dari gradien hidrostatik. Hal ini disebabkan karena kompaksi batuan oleh sedimen yang ada di atasnya sedemikian rupa, se- hingga air yang keluar dari lempung tidak langsung dapat menghilang dan tetap berada dalam batuan. Dengan demikian seolah-olah butiran penyusun batuan tetap mengapung dalam air formasi, sehingga tekanan geostatik sebagian besar di dukung oleh air formasi. Tekanan formasi yang abnor- mal itu biasanya terjadi dalam cekungan sedimen dimana kompaksi tidak berlangsung secara baik dan sering berasogiasi dengan diapir serpih dan gunungapi lumpur. Contch daripada tekanan formasi yang tinggi itu adalah misalnya di daerah Wadura dan cekungan Sumatera Utara. Adakala- nya tekanan tinggi ini melampaui tekanan geostatik, Misalnya di daerah Mississippi (A.s.) suatu tekanan formasi sebesar 26.000 psi terdapat Pada kedalaman 20.000 kaki. Tekanan superi ini (super-pressures) pernah di amati di Pakistan dan Azerbaiddzan(Uni Soviet ). Di beberapa daerah di Timur Tengah dan Pegunungan Andes (Amerika Selatan) lumpur pemboran seberat 19,2 1bs/gallon atau 1,0 psi per kaki diperlukan untuk menahan tekanan formasi. Sebab utama daripada tekanan, berlebihan yang disebabkan lumpur dan serpih di bawah kompaksi adalah kecepatan sedimentasi yang tinggi se~ kali dan permeabilitas yang begitu rendah sehingga air tidak dapat dikeluarkan cukup cepat, sehingga butir-butir sedimen seolah-olah mengambang di dalam air. TEKANAN FORMASI DI BAWAH NORMAL Selain tekanan formasi yang tinggi, sekali-kali ditemukan pula tekanan formasi yang sangat rendah di bawah tekanan hidrostatik. Keterangan mengenai hal ini tidak begitu jelas, akan tetapi mungkin sejarah geologi dapat menerangkan keadaan tersebut berdagarkan turun naiknya formasi. 3.2.3.4 Temperatur reservoir Vemperatur reservoir minyak dan gasbumi terutama ditentukan oleh keda~ lamannya, makin dalam makin tinggi temperaturnya. Di lain fihak nilai dari temperatur ini ditentukan oleh gradien panasbumi. Gradien panasbumi didefinisikan sebagai berikut: Gradien panas buni :te™peratur formasi - temperatur permukaan tahunan rata-reta kedalaman (dalam kaki atau meter) 65 Cara terdapatnya minyak- dan gasbumi Gradien panasbumi dinyatakan sebagai °F/100 kaki atau °C/100 meter atau dalam nilai kebalikan- nya kaki/°F. Nilai rata-rata di dunia emu TEMPERATUR STATIS DASAR. 7 kan 2°F/100 kaki atau 2,11°C/100 st isressvaueaee kaki. Maka untuk reservoir yang iz aus dalamnya 5000 kaki dapat diperki- S20) Sa ema aobs—qapooXakan mempunyai temperatur 160°F 3 y000"°°a000"°°°so00"”*7000" 00d (temperatur permukaan 60°F + 5000 KEDALAMAN SUMUR DALAM KAKI X 2°F/100 kaki). Nilai gradien Gambar 3.15 Contoh suatu grafik gradient. geotermi panasbumi sering diperlihatkan dalam lapisan pesir Guasare dan gamping dalam bentuk grafik (lihat Gambar Kapur, di Venezuela (Levorsen, 1958, 3.15 dan 3.16). Selain itu untuk Chad suatu daerah tertentu dapat pula dibuat suatu peta kontur isogeoterm ataupun isogradien panasbumi (geo- termal) yang dapat menunjukkan daerah temperatur tinggi. Gradien panas- buni mendapat perhatian besar dewasa ini untuk menghasilkan minyak pada kedalaman lebih dari 5000 meter, Di Amerika Serikat suatu temperatur 212°F ditemukan pada kedalaman kurang dari 7000 kaki. Temperatur kritis air setinggi 374°F, menurut perhitungan dapat dicapai pada kedalaman lebih dari 10.000 meter. Di Indonesia, tingginya gradien panasbumi di banyak daerah mienyebabkan kurangnya prospek di bawah kedalamah 4000 meter. Namun data mengenai hal ini belum banyak dipublikasikan. Contoh Lapangan minyak attaka Gradien panasubmi 2°F/100 kaki (tem— : peratur permikaan 80°F), reservoir meses temperatur 120 - 230°F (kedalaman TEE S20 200 - 7600 kaki). \ x re Di sumur Gigir ai Madura didapatkan gradien 2,2°F/100 kaki. Sumber panas dengan teriperatur ‘Sho tinggi: (2) Radiasi dari inti bumi (sumber utama); (2) aktivitas magma dan gunungapi (terutama memberikan gradien yang Seotn abnormal tinggi); Seggemen (3) lain-lain sumber, seperti efek gaya tektonik, daerah pe- \ 228% &hseo nekukan lempeng tektonik, diapir et serpih dan lain-lain. Cy Temperatur dapat mempengaruhi keadaan reservoir. Gradien panas- bumi yang tinggi dapat menyebabkan titik kritis didapatkan. pada keada- aman dangkal (kondensat) ,. pela~ rutan gas dalam minyak, pening~ 80 120 160 200 2ko” 280 320 katan tekanan reservoir, pening- TEMPE RATUR DALAM °F katan volum minyak gas, batuan Gambar 3.16 Kurva radien termal cekunganJawa dan lain sebagainya. Studi me- bagian baratlaut untuk dipergunaken 7 t menjaai dengan data DST (menurut Fletcher dan Mengenai gradien panasbumi menjadi Bay, 1975) sangat pening dewasa ini, ter- KEOALAMAN DALAM KAKI 8006 66 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi utama dalam hubungannya dengan pembentukan atau terdapatnya minyak~ dan gasbumi (Welte, 1964; Phillipi, 1967; Landes, 1967), dan juga ontuk migrasi serta terjadinya akumulasi minyakbumi secara besar- besaran (Klenme, 1972) sebagaimana akan dibahas dalam Bab 7. 3.3 PENYEBARAN MINYAK- DAN GASBUMI DI DUNIA Minyakbumi jelas tidak didapatkan dimana saja tetapi di daerah-daerah tertentu. Penyebaran adanya akumulasi minyakbumi di dunia disebabkan karena keadaan geologi setempat. Penyebaran ini menyangkut secara la- teral (geografi) ataupun vertikal (kedalaman) . 3.3.1 PENYEBARAN VERTIKAL Kedalaman lapisan minyakbumi berkisar dari hanya beberapa puluh meter di bawah tanah sampai 22.000 kaki, seperti yang. terdapat di Texas. Pada kedalaman ini keadaan temperatur adalah sedemikian rupa sehingga yang didapatkan adalah kondensat. Pada Tabel 3-2 terlihat statistik Tabet 3-2 Statistik penyebaran vertikal akumulasi minyakbumi (Knebel dan Rodriquez, 1956) 5 T a 5 a Seluruh Dunia Seluruh dunia tanpa Timur Tengah| dalam kaki | Milyar | 5 milyar een iiacecsen Hyer | jumiah lapangan | Meyer Jumlah lapang: 0-1000 3,3 3,2 3,0 30 1,58 417% 3,98 4,8% 1000-2000 | 13,4 64 10,3 60 6,28 9,4% 13,38 9,6% 2000-3000 | 22,0 88 13,9 82 10, 2% 12,98 18,08 13,18 3000-4000 | 56,8 94 16,1 89 26,2% 13,7% 20,98 14,28 4000-5000 | 36,4 92 8,2 85 16, 8% 13,5% 10,68 13,6% 5000-6000 | 20,6 83 10,5 2 9,58 12,18 13,68 11,58 6000-7000 | 30,5 68 6,2 60 14,08 9,98 8,0% 9,6% 7000-8000 | 18,4 54 4,2 46 8,5% 719% 5,4% 7,38 8000-9000 | 7,7 43 1,9 39 3,5% 6,38 2,5% 6,2% 9000-10000] 3,5 24 1,3 23 1,68 3,58 1,7% 3,7% 10000-11000] 3,2 26 1,0 24 1,58 3,88 1,38 3,8% 11000-12000} 9,9 12 0,3 12 0,48 1,8% 0,48 1,9% 12000 dan 0,3 4 0,3 4 lebih 0,18 0,58 0,48 0,78 67 Cara terdapatnya minyak- dan gasbumi daripada kedalaman dimana minyakbumi terdapat. Dari statistik ini ter~ nyata bahwa lapisan minyak berada di antara kedalaman 1000 sampai 3000 meter. Perlu dicatat bahwa kompilasi tersebut dibuat pada tabun 1957 dimana teknologi pemboran-dalam belum begitu memadai. Dewasa ini dengan teknologi pemboran yang lebih maju, terutama pemboran di laut, mungkin angka-angka tersebut telah sedikit berubah. Tentu statistik tersebut mempunyai bias yang disebabkan karena pemboran dalam jauh’lebih jarang dijlakukan daripada pemboran dangkal. Sebetulnya lebih banyak minyakbu- mi terdapat pada kedalaman lebih dari 2000 sampai 3000 meter. Akan tetapi dari segi gradien panasbumi serta teori degradasi termal dan Pematangan minyakbumi, angka-angka memang sesuai. 3.3.2 PENYEBARAN GEOGRAFI Penyebaran akumulasi minyakbumi.secara geografi tentu tergantung pila dari ‘keadaan geologi.’Minyakbumi didapatkan di daratgn, di pegunungan atatgeeear Bawah ‘Lautdn. namun demikian minyakbumi hanya terdapat di daerah dengan keadaan geologi tertentu. Secara umum boleh dikatakan bahwa sapere inyakoums adalah di daerah yang rendah day, di. papat— an lav€an" (continental shelf) dan jaxang sekali di pegunungén ting (misalnya, di pegunungan Alpina minyakbumi hampir tidak ada). Tidak semua negara merupakan penghasil minyak. Sebelum dilakukan. explo~ asi secara besar-besaran di tahun lima puluhan, hanya beberapa negara saja yang kaya akan minyakbumi. Ternyata ada dua daerah yang kaya akan minyakbumi ini yang selanjutnya disebut sebagai kutub minyakbumi, dimana jumlah cadangannya merupakan dua per tiga dari pada selu: cadangan minyak di dunia. Kedua kutub ini saat c Timur Tehgah agn (2"erweMexicbmielipiti venezuela dan amerika Serikat®. Penyebaran Miny? di°@iinia terutama didapatkan dalam apa yang i namakan cekungan sédimen.#sebelum perang dunia kedua negara pengha-~ sil minyak adalah sebagai berikut: Benua Eropa. Lapangan minyak terpusatkan di sekitay Laut Hitam dengan kota minyak terkenal, Baku. Penyebaran melalui Uni Soviet dan Romania. Negara Eropa penghasil minyak lainnya adalah Polandia, Jerman Utara dan Perancis (Gambar 3.17). Benua Asia. Lapangan minyak terdapat di sekitar Teluk Persia, yang melipu- a iy ti negara Iran, Irak, arab Saudi, Ku- facut yy wait, dan Abu Dhabi. Cadangan ini me- liputi lebih dari setengah cadangan dunia. Juga daerah Siberia dan Cina merupakan daerah minyak yang penting (Gambar 3-18). Benua Amerika Utara merupakan peng- hasil minyak yang. penting. Selain di sekitar Teluk Mexiko, minyakbumi ter- dapat di daerah Mid-Continent (Kansas, Oklahoma-Tulsa, Oklahoma, sebagai ko- Gambar 3.17 Penyebaran cekungen dimen den _-«-@_Minyak yang penting), daerah Pegu- lapangan minyak-utama di benua ropa Nungan Rocky Mountains, daerah Mich: i porocat ee 20) gan, daerah Appalachia (dimana perta- 68 Koesoemadinata, Geologi Minyak dan Gasbumi a a eg : UNI SOVIET. p Gamber 3.18 Penyebaran cekungan sedimer: dan_tapangan minyak-utama di benua Asia (Halbouty, 1970) 150° «G68 60°o! 609} 450 150 165° 150° 135° 120° 1050 Gamber 3.19 Penyebaran cekungan sedimen dan lapangan minyak-utama di benua Amerika Utara (Halbouty, 1970) Cara terdapatnya minyak- dan gasbumi 69 ma kali pemboran minyak dilakukan oleh Drake), dan daerah California, juga Canada sebelah barat (denganCalgary, Alberta sebagai kota minyak penting) . Termasuk sekitar Teluk Mexiko adalah daearh Tampico, Mexiko. Benua Amerika Selatan (Gambar 3.20). We ae a Di benua ini Venezuela merupakan colombia 189} negara penghasil utama, disusul oleh a Columbia, Peru dan Brazilia. Lapangan minyak yang besar adalah sekitar Danau Maracaibo. Asia Tenggara. Beberapa negara di Asia Tenggara telah lama dikenal se~ bagai produsen minyak. Indonesia de- wasa ini merupakan penghasil minyak terbesar di-daerah Asia Tenggara dan Timur, disusul oleh Malaysia Timur dan kemudian Burma, terutama sebelum perang (Gambar 3.21). Setelah perang Dunia ke II timbullah negara penghasil minyak baru dengan explorasi secara besar-besaran, yaitu: Australia (Gambar 3.21). Afrika (Gambar 3.22), Di benua ini la~ pangan minyak besar dengan produksi melampaui 2 juta barrel sehari dite- Gainber 3.20 Penyebaran cekungen sedimendan © mukan di Libia dan Nigeria, dan juga lapangan minyakutama di benua Amerika Selatan (Halbouty, 1970) 15° 45° 108° 120° 136% 150° 165° 180° 0°. SAMUDRA, PACIFIK v ocd SAMUDRA HINDIA 30° 30°. 45° aso] 105° 1200 1350 150° 165° 1g0° Gambar 3.21 Penyebaron cekungan sedimen dan lapangan nuinyak-utama di Australia- Asia Tenggara (Halbouty, 1970) 70. Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi @i Aljazair (Gurun Sahara). Juga Mesir dengan Laut Merahnya menjadi produsen minyak yang penting. Alaska dan Arktika: Cadangan minyak sampai 30 barrel ditemukan di sini (Gambar 3.19). Siberia dan Daratan Cina: pi daerah yang luas ini juga telah ditemukan beberapa lapangan minyak- dan gas raksasa. Namun perkembangannya belum diketahui dengan jelas (Gambar 3,18). Daerah seperti India, Pakistan, dan Jepang hanya mempunyai lapang- an minyak yang kecil saja. 3.3.3 PENYEBARAN DI DARATAN DAN Di LEPAS PANTAL Pada permulaan tahun enam-puluhan orang telah menguasai teknik explo- Cd aa! dilttitnoetinyt petal rasi dan pemboran di lautan. Afrika (Hatbouty, dkk,, 1970) Explorasi lepas pantai besar~besaran dilaksanakan terutama di landasan kontinen: seperti Teluk Mexiko, Teluk Persia, pantai Barat Amerika Serikat, laut Utara (Eropa) dan Selat Base (sebelah Timur Australia), yang juga menghasilkan lapangan minyak raksa- sa. Hal ini juga-dilakukan ai perairan Indonesia. 3.4 KERANGKA GEOLOGI PENYEBARAN MINYAK- DAN GASBUMI 3.4.1 KERANGKA UMUM -PENGERTIAN CEKUNGAN MINYAK Penyebaran minyak- dan gasbumi jelas dikendalikan oleh keadaan geologi. Minyakbumi ternyata selalu didapatkan dalam cekungan sedimen dan tidak pernah didapatkan di daerah batuan beku dan metamorf. Secara geologi, permukaan bumi ini dapat dibedakan antara perisai dan cekungan sedimen, seperti ternyata dari Gambar 3.17 sampai 3.22. Perisai biasanya terdiri @ari batuan beku dan metamorf dan pada umumnya berumur Pra-Kanbrium. Di sini tidak didapatkan minyak- dan gasbumi. Perisai tersebut adalah: Perisai Laurentia (Kanada), Perisai Guyana, Perisai Brazilia (Amerika Selatan). Perisai Arabia, Perisai Skandinavia, Perisai Afrika, Perisai Siberia, dan sebagainya. Di antara semua perisai tersebut didapatkan apa yang dinamakan cekungan sedimen. Cekungan sedimen dibedakan secara klasik menjadi: 1) Geosinklin, suatu cekungan yang memanjang dimana lapisan ‘sedimen yang sangat tebal diendapkan secara cepat dan akhirnya menghasilkan struktur pelipatan yang ketat dan rumit seperti pegunungan Alpina, dan Himalaya. Di semua daerah ini minyak jarang sekali ditemukan, karena struktur yang ruwet, dan sedikit banyak daerah ini Giintrusi batuan beku. 2) Daerah epi~kontinental, yang disebut miogeosinklin, terletak di Cara terdapatnya minyak- dan gasbumi 7 antara geosinklin dengan perisai benua dan merupakan juga daerah dimana sedimentasi tebal terjadi, tetapi kemudian tidak terlipat secara kuat. Cekungan semacam ini terdapat misalnya di Indonesia, dan beberapa dae~ xah di Timur Tengah. Rupanya daerah epi-kontinental merupakan daerah yang terkaya akan minyakbumi. 3) Daerah paparan kontinen, merupakan daerah dimana lapisan sedimen tidak terlalu tebal, dan juga merupakan daerah yang kaya akan minyak. Sebagai contoh misalnya, daerah Mid-continent di- Amerika serikat, dengan minyakbumi yang biasanya terdapat dalam batuan karbonat. Secara tektonik jarang sekali minyakbumi didapatkan di dalam rangkaian pegunungan yang terlipat ketat seperti pegunungan Alpina, Himalaya, dan Andes, apalagi pegunungan yang diintrusi oleh batuan beku. Minyak- bumi kebanyakan ditemukan di daerah yang bersifat landai atau yang tidak berstruktur sama sekali. Sebagai contoh misalnya: Pantai Timur Sumatra, Jawa Utara, daerah dataran rendah Iran dan Irak dan sebagainya. Ganbar 3.23 memperlihatkan penyebaran cekungan sedimen yang telsh meng~ hasilkan minyak, terutama yang menghasilkan lapangan raksasa menurut Klemme (1970). Pembagian cekungan dan elemen tektonik lainnnya didasar- kan atas konsep tektonik lempeng sebagaimana dikembangkan dewasa ini. Gambar 3.23 ° Kerangka tektonik lempeng daripada cekungan sedimen di dunia (menurut Klernme, dalam Halbouty, dkk., 1970) 3.4.2 PENYEBARAN CEKUNGAN SEDIMEN DITINJAU DARI TEKTONIK LEMPENG Klemme, (1970) membagi cekungan sedimen berdasarkan kerangka tektonik lempeng. Namun dasar pembagian ini tidak jauh dari pembagian Weeks (1952). Cekungan tersebut semuanya telah menghasilkan minyak- dan gas- bumi. Berbagai macam cekungan (Gambar 3.23) pertama-tama didasarkan. pada letaknya, yaitu apakah berada di atas benua atau di batas benua dengan samudra. 72 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi CEKUNGAN DI ATAS KERAK BENUA (CRATONIC) : 1) Cekungan pedalaman (interior basin): berbentuk piring yang sederhana yang pada umumnya tertutup lapisan Paleozoikum. Jumlah cadangan total: 0,67 milyar barrel. Contoh:'Cekungan Michigan dan Williston di Amerika Utara. 2) Lengkungan intra kontinental (dalam benua): biasanya bersiklus banyak, terdapat di bagian luar daerah kraton benua, dan pada umumnya terdiri dari sedimen Paleozoikum. Siklus pertama berasosiasi dengan evaporit dan karbonat. Jumlah cadangan total: 240 milyar. barrel. Contoh: Texas Barat, New Mexico, cekungan Volga-Ural (Uni Soviet), Alberta (Canada) dan Erg Oriental dan Occidental (aAljazair). 3) Cekungan graben atau setengah graben (rift): terdapat di paling luar kraton, dan sering berhubungan dengan cekungan samudra pada Zaman Meso- zoikum dan Tersier. Cekungan ini kadang-kadang sangat sempit (Suez Graben, Mesir), dapat pula luas dengan struktur ‘horst and graben’ (Cekungan Sirte, Libia). Cekungan ini merupakan perantaraan dari kerak benua’ke kerak samudra yang disebabkan penarik-pisahan (pull~apart) antara benua. Biasanya juga berasosiasi dengan batuan karbonat, terum- bu, evaporit dan serpih hitam euxinik. Jumlah total cadangan: 50 milyar barrel. Contoh lain: Jerman Utara, Belanda, Laut Utara (Eropa), Laut Merah (Arabia). CEXUNGAN PERALIHAN KERAK BENUA - KERAK SAMUDRA: 1) Cokungan extrakontinental: terjadi karena penekukan lempeng ke arah daerah samudra, dapat terdiri dari satu atau lebih palung, dan membuka ke arah samudra. Cekungan ini berbentuk lonjong dan sejajar dengan Paparan atau kraton yang stabil. Selain itu merupakan jalur Mezozoikum- Tersier yang mobil, yang batuannya terdiri dari karbonat dan klastik, berasal dari sedimentasi siklus pertama Paleozoikum dan sedimen klastik yang tebal berumur Mezozoikum dan Tersier. Cekungan jenis ini paling kaya akan minyakbumi. Total cadangan: 450 milyar barrel. Contch utama: Teluk Persia (Perisai Arabia di satu fihak, dan jalur mobil pegunungan Zagros di fihak lain). Contoh lain: Venezuela Timur, Lereng Utara Alaska, Kalimantan Utara dan daerah Tampico (Mexiko) . 2) Cekungan pantai stabil atau cekungan patahan-graben pantai. (stable coastal, or coastal graben-and fault basins): terdapat pada pantai stabil dari benua, tepi benua sepanjang Samudra Atlantik dan beberapa bagian dari benua Afrika. cekungan ini merupakan stadium terakhir dari penarik-pisahan yang dimulai dengan cekungan graben-setengah graben (jenis Laut Merah) dalam konsep pemekaran dasar samudra (seafloor- spreading). Cekurigan ini terdiri dari lapisan tebal dengan patahan yang menurun ke arah samudra. Evaporit sering didapatkan dalam cekungan ini. Cadangan total: 1,7 milyar barrel. Contoh:. Afrika Barat; Lapangan minyak Cabinda B dan Emerande ‘Maria. 3) Cekungan Intermontan; Cekungan memanjang stadium kedua (second-stage transverse basin): terdapat pada pinggiran benua dimana kerak benua berpapasan dengan kerak samudra. Terdiri dari urutan klastik Kapur Atas sampai Tersier yang diendapkan pada depresi yang tegaklurus pada pantai. Batupasir sering diendapkan oleh arus turbid, tetapi umumnya bersifat endapan laut atau paralik. Sering berasosiasi dengan patahan mendatar yang besar (transcurrent faults) seperti Patahan San Andreas. Total cadangan: 54 milyar barrel. Contoh: Cekungan Los Angelos dan Ventura, Cara terdapatnya minyak- dan gasbumi 23 California (A.S.). 4) Cekungan jurus Intermontan (Intermontan strike~basin): biasanya ber- asosiasi dengan penekukan kerak samudra ke bawah kerak kontinen, seper- ti di Indonesia. Cekungan ini kecil dan pada wmumnya berbentuk graben berumur Tersier yang diendapkan sebagai sedimen paralik-marin siklus kedua di atas palung evgeosinklin Mesozoikum yang mengalami metamorfose dan terintrusikan batuan beku. Cadangan total: 12 milyar barrel. Contoh: cekungan Sumatra Tengah 4i Indonesia, dan cekungan Jainnya sekitar Lautan Pasifik, Tethys dan Caribia. 5) Delta Tersier: merupakan penimbunan berbentuk kipas yang tebal dan melintasi pinggiran benua dimana sistem sungai besar bermuara. Sebenar- nya merupakan jenis khusus dari cekungan patahan-Graben pantai yang berhubungan dengan perentangan (pull-apart) benva. Cadangan total: 8 milyar barrel. Contoh: Delta Nigeria di Afrika Barat, Delta Mississippi (A.S.), dan.Delta Mahakam (Indonesia) . Tabel 3-3 memperlihatkan cekungan sedimen yang menghasilkan lapangan minyak raksasa. Untuk dapat membayangkan lebih mudah mengenai cekungan-cekungan minyak sebagai dibahas di atas penulis telah menyusun klasifikasi cekungan yang sederhana yang didasarkan atas posisi cekungan terhadap jenis kerak bumi yang terdapat di bawahnya (benua atau samudra) dan gerakan relatif dari lempeng benua/samudra, apakah bertabrakan, bertarik- pisahan ataupun berpapasan (Gb. 3.24). Klasifikasi ini sederhana tetapi mencakup cekungan-cekungan yang dibahas oleh Klemme (1972), tetapi termasuk di dalamnya cekungan sedimen di atas kerak samudra, yang mempunyai potensi untuk akumulasi minyakbumi tetapi belum terbukti. 3.4.3, PENYEBARAN AKUMULASI MINYAK DITINJAU DARI SEG! STRATIGRAFI DAN UMUR Pada Tabel 3-4 ditunjukkan bahwa akumulasi minyakbumi, praktis terda pat tanpa kekecualian dalam semua umur setelah Kambrium, Dalam batuan berumur pra-Kambrium sebetulnya terdapat akumulasi kecil, akan tetapi tidak meyakinkan. Landes (1962) membuat daftar akumulasi dalam batuan pra-Kambrium, tetapi ternyata hanya sedikit sekali jika dibandingkan dengan akumulasi lainnya, dan biasanya berasosiasi dengan sedimen lebih muda yang berada di atasnya atau di dekatnya. Penyebaran akumulasi minyakbumi dari umur ke wmur tidaklah merata dan perioda tertentu menunjukkan cadangan yang sangat menonjol. Misalnya saja jaman Tersier, ternyata menghasilkan 58,1% dari produksi kumulatif Seluruh dunia, Jaman Kapur 19,6%, sedangkan Trias-Jura 4,3% dan Paleo- zoikum i8% (data tahun 1947). Data yang lebih terperinci terdapat pada Tabel 3-4 (menurut Knebel dan Rodriquez, 1957), dimana ternyata .Mio-oligocene telah menghasilkan 28,7% (31,98 tanpa Timur Tengah) , Sedangkan Mesozoikum 52,7% (20,5% tanpa Timur Tengah), sehingga Produk- si kumulatif utama dari Timur Tengah (sampai 1959) terdapat dari Meso- zoikum. Data 1970 (Halbouty dkk.) mengenai jumlah cadangan adalah: Tersier 24% Mesozoikum 63% Paleozoikum: 13% Dari segi lapangan minyak raksasa di dunia, cadangan maupun produksi 74 Kocsoemadinata, Geologi Minyak- dant Gasbumi {216 ‘sheuypeweosso)) Beds s1u0ryst @xBu8.04 We|9p UelNIPEE UBEUMYCD INENLNKEIN 9ZE seqUIED 109 unensi (euppiis) Nvsvavause pusjewy ul (worsi!09) NYvuevL sipnuses yebuey Sexe wed Po eS TO a enguay exphules Ueoundy 8 Bande -H88) AVSig EWE eseded ue6un 429) (woes e19e8) Tavis agnuo 9INv390 Asnuo TviNaNILNOD vuannys svuaa vnnae wus 75 Cara terdapatnya minyak- dan gasbumi Tabel 3-3 Tabel cekungan sedimen yang menghasilkan lapangan minyakbumi raksasa di dunia (menurut Klemme, 1970) fara =r peta ana cekungan Tokasi Lapengan ra ‘Cekungan Tiiinods ‘Anerika Serikat 1 | zr 2 | Cexongen Volge-Ural Uni soviet 10 rx 3 | Cexangan Peckora Oni Soviet 3 hr 4 | Cekungen Siberia Barat ni Soviet 23 zi 5 | cokungan taut Utara Eropa ‘Barat 4 12-6 | — Cekungan Delanda-Jerman barat Eropa Barat 2 zr 7 | cexungan aquitaine Perancis 2 zr 8 | Cekungan zrg Oriental Aljezair 3 32-9 | Cekungen Fort, Folignac Aijezair i zr-10 | — Cexungan Erg Occidental Aijazair 1 3721 | Cekungan Alberta Kanada 5 zr-12 | Cekungan Appamachie Amerika, Serskat 2 z-13 | Cekungan Power River Amerika Serskat i zis | Cekungan vinta Amerika seriket i rris | Cektngan san Suan Imerika Serikat 1 gre | — cekungan anadarko-xdnore Amerika Serikat 5 31-17 | Paparan Oklahona Amerika Serikat 3 Ti1e | Cekungon Feru Amerika serikat ° 3119 | Cekungan Szechwan ina 2 31-20 | Cekungan Pre-Han-shan Cina 1 zr21 | Cekungan Teaidan Cina i ar-az | ° Cekungan Drungaria Cina 1 z123 | Cekungan Artesian Besar Austrazia 2 ai-24 | Cekungan Sirte Tybia a ga-25 | Graben suez tesir 2 zir-2¢ | Graben Laut Merah Mecir-arab suai | 2 giz? | Rekahan Onan Onan 2 gir-2s | Gekungen Dnepr-Donets Uni soviet $ ni-29 | cenungan vityay Uni soviet 2 zri-30 | Gekungan Tadzhik Uni Soviet 3 zir-3i | Cekingen Bukhara Uni Soviet 6 Hi-32 ) Cekungen Sung Liao Cina 1 rv-33 | Paparan Arab dan Cekusgan Tran Timur Tesgah 56 3-34 | Cekungan Pra-Kaukasus Mangyshlak-Turkxenl Unt soviet ° wv-25 | celungan Indus Pakistan 2 qv-36 | cekungan Colville Baska 2 qv-37 | Cekungen Texas Timur Amerika Serikat 2 q-30 | Cekangan Gulf coast, Amerika Serixat | 10 1-39 | Pertelukan Tampico Mexico 4 qv-40 | Cekungan Maturin Venezuela, Trinidad 3 qv-tl | Deprest Provkarpatia Mone" i q-42 | Cekungan Ralimantan Utara prmnai 2 1-43 | Pertelukan Kabinda Angola-Kongo 2 qv-44 | Cekungan Ventura amerika Serikat 1 q-4s | cekungan Los Angelos Inerika Serikat a vied | Cekungan Maracaibo Venezuela 6 va-7 | Cekungan Piura Pera 1 vaad8 Cekungan Gippsland postralia 4 vi-49 | cekungan Baku Uni. soviet 7 vireso | Cekungen Sacramento Amerika Serikat 1 varsi | Gekungen San Joaquin amerixa Serikat 7 vares2 | Cekungan Cook Inlet Maska 1 var-s3 | Cekungen Magdalena Tengah Colunbsa 1 vir-s4 | cekungan Suratra ‘Tengen indonesia i virz-s5 | Delta Mississippi amerika Serikat 4 vizs-s¢ | Delta Niger Nigeria ikesl cokungan menurut Klemme, 1970 Angka Romawi menunjukan ke Gambar 3.23, sorta ki 76 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi Tabel 3-4 Penyebaran minyakbumi ditinjau dari segi umur (menurut Knebel dan Rodriquez, 1954) Seluruh Dunia Produksi] Seluruh Dunia kecuali | kumulatif (1957) ‘Timur Tengah Produksi kumulatif (1957) Milyar Jumlah Milyar Junlah barrel lapangan barrel lapangan Plio-Pleistosen 16 29, 116 29 3,58 10,38 9,88 11,38 Mio-Oligosen 62,3 92 26 82 28, 7% 32,68 33,78 31,9% Fo-Paleosen 13,2 20 8,1 1s 68 7,18 10,58 1% Mesozoikum 114,3 55 15,8 42 52,7% 19,5% 20,58 16,38 Paleozoikum 19,7 86 19,7 86 9,18 30,5% 25,58 33,58 kumulatif (tanpa Timur Tengah) adalah sebagai berikut: Tersier : 40% Mesozoikum : 39% Paleozoikum: 21% Di Indonesia minyakbumi hanya terdapat dalam umur Tersier, terutama Miosen. Di Timur Tengah umur Juralah yang paling produktif (Arab zone, lapangan minyak Ghawar, Arab Saudi). Akan ,tetapi umur Miosen juga penting di Timur Tengah; formasi Asmari di Iran misalnya, adalah gamping berumux Miosen dan merupakan reservoir yang penting. Perioda Tersier dengan kekecualian di Timur Tengah merupakan suatu umur yang paling banyak menghasilkan minyakbumi. Jadi jelas, bahwa tidak semua jaman geologi menghasilkan minyakbumi, akan tetapi beberapa jaman telah menghasilkan minyak secara berkelebihan, sedangkan zaman lainnya hanya sedikit saja. Hal ini disebabkan terutama karena pada zaman-zaman tertentu, misalnya Tersier, keadaan tektonik dan sedimentasi adalah sedemikian rupa sehingga memungkinkan minyakbumi terbentuk secara besar-besaran. Misalnya juga zaman Tersier dan Mesozoikum di Timur Tengah. Di lain fihak zaman-zaman tertentu, misalkan Perm ataupun Trias tidak banyak menghasilkan, Pada zaman Perm sedimentasi di dunia ini kebanyakan bersifat non-marine, sehingga sedikit kemungkinan terbentuk- nya minyakbumi, 3.4.4 ULASAN Dapat disimpulkan bahwa penyebaran minyakbumi dikontrol oleh keadaan geologi: 1) Minyakbumi hanya terdapat dalam batuan sedimen dan terutama di dalam cekungan sedimen. Dari berbagai macam cekungan sedimen tidak semuanya menghasilkan minyakbumi dalam jumlah yang sama, beberapa jenis cekungan menghasilkan lebih banyak minyakbumi dari jenis lainnya. Jelas, minyakbumi tidak didapatkan dalam batuan beku dan metamorf yang merupakan inti atau perisai benua. Seandainya didapatkan juga, hanyalah dalam jumlah kecil saja dan disebabkan karena kebetulan masuk dalam reservoir batuan beku dan metamorf yang langsung berhubungan dengan patuan sedimen di dekatnya. Cara terdapatnya minyak- dan gasbumi 7 2) Minyakbumi terdapat di semua zaman geologi, akan tetapi zaman tertentu lebih kaya daripada zaman yang lainnya. Akan tetapi hal ini mungkin disebabkan hanya karena explorasi yang belum menyeluruh. 3) Minyakbumi terdapat pada kedalaman antara 100 sampai 7000 meter, terutama antara 1500 - 3000 meter. Namun hal terakhir ini mungkin disebabkan karena pemboran-dalam belum cukup banyak dilakukan karena biaya dan teknologi pemboran yang terlalu tinggi. 4) Minyakbumi didapatkan di daratan maupun di bawah lautan, terutama di bawah landasan kontinen. Mengenai apakah minyakbumi terdapat pada perairan dengan kedalaman lebih dari 200 meter, artinya pada dasar samudra dengan kedalaman lebih dari 200 meter, masih diragukan, karena kebanyakan samudra didasari oleh batuan beku yang bersifat basalt dan tidak memungkinkan adanya minyakbumi. Di lain fihak ada delta yang besar dan kecil, seperti di Nigeria, Amazona, yang melimpahkan sedimen- nya langsung di atas dasar samudra yang terdapat pada kedalaman ribuan meter. Mungkin sedimen ini masih menghasilkan minyakbumi, terutama jika teknik pemboran-dalam telah danat dikuasai. 78 Koesoemadinata, Geologi Minyale- dan Gasbumi 4 Batuan reservoir Reservoir adalah bagian kerakbumi yang mengandung minyak- dan gasbumi. Cara terdapatnya minyakbumi di bawah permskaan haruslah memenuhi bebe~ rapa syarat, yang merupakan unsur-unsur suatu reservoir minyakbumi. Unsur tersebut adalah: 1) BATUAN RESERVOIR, sebagai wadah yang diisi dan dijenuhi oleh minyak- dan gasbumi. Biasanya batuan reservoir berupa lapisan batuan yang berongga-rongga ataupun berpori-pori. 2) LAPISAN PENUTUP (cap-rock), yaitu suatu lapisan yang tidak permea~ bel atau lulus minyak, yang terdapat di atas suatu reservoir dan meng- halang-halangi minyak- dan gas yang ke luar dari reservoir. 3) PERANGKAP RESERVOIR, (reservoir trap) yaitu suatu unsur pembentuk reservoir yang bentuknya sedemikian rupa sehingga lapisan beserta penutupnya merupakan bentuk konkav ke bawah dan menyebabkan minyak- dan gasbumi berada di bagian teratas reservoir. Bentuk perangkap ini sdngat ditentukan oleh cara terdapatnya minyakbumi, yaitu selalu ber- asosiasi dengan air dimana air mempunyai berat jenis yang jauh lebih tinggi. 4.1 PENGERTIAN BATUAN RESERVOIR, POROSITAS DAN PERMEABILITAS Batuan reservoir adalah wadah di bawah permukaan yang mengandung minyak- dan gas. Ruangan penyimpanan minyak dalam reservoir berupa rongga-rongga atau pori-pori yang terdapat di antara butiran mineral atau dapat pula di dalam rekahan batuan yang mempunyai porositas rendah. Pada hakekat- nya setiap batuan dapat bertindak sebagai batuan reservoir asal mempunyai kemampuan untuk dapat menyimpan serta melepaskan minyakbumi. Dalam hal ini batuan reservoir. harus mempunyai porositas yang memberi- kan kemampuan untuk menyimpan; juga kelulusan atau permeabilitas, yaitu kemampuan untuk melepaskan minyakbumi itu. Jadi, secara singkat dapat disebutkan bahwa reservoir harus berongga-rongga atau berpori- pori yang berhubungan. Porositas dan permeabilitas sangat erat hubung- annya, sehingga dapat dikatakan bahwa permeabilitas tidak mungkin tanpa adanya porositas, walaupun sebaliknya belum tentu demikian. Batuan dapat bersifat sarang, tetapi tidak permeabel. Menurut Payne (1942), perbedaan antara porositas dan permeabilitas ialah, bahwa porositas menentukan jumlah cairan yang terdapat sedang- kan permeabilitas menentukan jumlahnya yang dapat diproduksikan. Di lain fihak, suatu batuan reservoir dapat juga bertindak sebagai lapisan penyalur aliran minyak- dan gasbumi dari tempat minyakbumi tersebut ke luar dari batuan induk (migrasi primer) ke tempat beraku- 79 mulasinya dalam suatu perangkap. Bagian suatu! perangkap yang mengandung minyak atau gas disebut reservoir. Jadi, reservoir merupakan bagian kecil daripada batuan reservoir yang berada dalam keadaan sedemikian sehingga membentuk suatu perangkap. 4.2 POROSITAS 4.2.1 PENGERTIAN POROSITAS Porositas suatu medium adalah perbandingan volum rongga-rongga pori terhadap volum total seluruh batuan. Perbandingan ini biasanya dinya- takan dalam persen dan disebut porositas. volum pori-pori volum keseluruhan batuan * 100% RUMJS: Porositas = ¢ Porositas dapat juga dinyatakan dalam ‘acre~feet', yang berarti volum yang dinyatakan sebagai luas dalam ‘acre' dan ketebalan reservoir dalam kaki (feet). Selain itu dikenal juga istilah porositas efektif, yaitu apabila bagian rongga-rongga di dalam batuan berhubungan, sehingga dengan demikian porositas efektif biasanya lebih kecil daripada rongga pori-pori total yang biasanya berkisar dari 10 sampai 15 persen. lum pori-pori bersambungan RUMUS: Porositas efektif = Yolum porinpori bersambungan x 109% ata ete! te volum batuan keséluruhan 4.2.2 BESARAN POROSITAS Porositas tentu dapat berkisar dari nol sampai besar sekali, namun biasanya berkisar antara 5 sampai 40 persen, dan dalam prakteknya ber- kisar hanya dari 10 sampai 20 persen saja. Porositas 5 persen biasanya disebut porositas tipis (marginal porosity) dan umumnya bersifat non- komersiil, kecuali jika dikompensasikan oleh adanya beberapa faktor lain. Secara teoritis porositas tidak bisa lebih besar dari 47,6 persen. Hal ini disebabkan karena keadaan sebagai terlihat pada Gambar 4-4, yang berlaku untuk porositas jenis intergranuler. Dalam gambar tersebut @apat dilihat suatu kubus yang terdiri dari 8 seperdelapan bola, seba~ gaimana dapat dilihat pada butir-butir oolit. Porositas maximum yang didapatkan adalah dalam susunan kubus dan secara teoritis nilai yang didapatkan adalah sebagai berikut: volun pori volum keseluruhan Jari-jari butir bola = r Porositas: $ = x 100% 3 4nr’ 3 Umpamakan dalam kubus terdapat 8 bola penuh (dan bukan 8 seperdelapan pola), sehingga isi seluruh butiran dalam kubus: 4 Lt 32 3 ex gm «Bar 3 Sisi kubus = 2» 2r = 4r, sehingga isi seluruh kubus = (4r)° = 64r° Isi setiap bola = 80 Kocsoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi Ruang pori-pori dalam kubus = isi kubus - isi seluruh bola 3 = car’ ~ Bgr? = Gar" = 33,52” = 30,51" 30,5r" 3 ear Jika susunan merupakan rhombohedron, maka volum kubus = Porositas = x 1008 = 47,6% 4r x 4r x 4r sin 60° = 64 sin 60r° = 48,8 r° Volum rongga = 48,8r° - 33,5r° = 15,3r° ¢ = 3 x 100s = 25,08 Jelaslah, bahwa dalam hal ini porositas tidak tergantung daripada besar butir. Jika kita substitusikan r untuk angka berapa saja maka kita akan tetap mendapatkan angka 47,6 tersebut. Besarnya porositas itu ditentukan dengan berbagai cara, yaitu 1) di laboratorium, dengan porosimeter yang didasarkan hukum Boyle: gas digunakan sebagai pengganti cairan untuk menentukan volum pori tersebut; 2) dari log listrik, log sonik dan log radioakvitas. 3) dari log kecepatan pemboran; 4) dari pemeriksaan dan perkiraan secara mikroskopi; 5) dari hilangnya inti pemboran 4.2.3 SKALA VISUIL PEMERIAN POROSITAS Di lapangan bisa kita dapatkan perkiraan secara visuil dengan menggu- nakan peraga visuil. Penentuan ini bersifat semi-kuantitatif dan diper- gunakan suatu skala sebagai berikut: 0 ~ 5%, dapat diabaikan (negligible) 5 ~ 10%, buruk (poor) 10 - 15%, cukup (fair) 15 - 20%, baik (good) 20 - 25%, sangat baik (very good) > 25% istimewa (excellent) Pemeriksaan secara mikroskopi untuk jenis porositas dapat pula dilaku- kan secara kualitatif. Antara lain ialah jenis: 1) antar butir (intergranuler), yang berarti bahwa pori-pori didapat ai antara butir-butir. 2) Antar kristal (interkristalin), dimana pori-pori berada di antara kristal-kristal. 3) Celah dan rekah, yaitu rongga terdapat di antara celah-celah. 4) Bintik~bintik jarum (pint-point porosity), berarti bahwa pori-pori merupakan bintik-bintik terpisah-pisah, tanpa kelihatan bersambungan. 5) Ketat (tight), yang berarti butir-butir berdekatan dan kompak sehingga pori-pori kecil sekali dan hampir tidak ada porositas. 6) Padat (dense), berarti batuan sangat kecil sehingga hampir tidak ada porositas. 7) Gerowong (vugular), yang berarti rongga-rongga besar berdiameter beberapa mili dan kelihatan sekali bentuk-bentuknya tidak beraturan, sehingga porositas besar. @) Bergua~gua (cavernous), yang berarti rongga-rongga besar sekali ' Batuan reservoir cr malahan benar-benar merupakan gua-gua, sehingga porositas sangat besar. 4.3 PERMEABILITAS 4.3.1 PENGERTIAN PERMEABILITAS Kelulusan atau permeabilitas adalah svatu sifat batuan reservoir untuk dapat meluluskan cairan melalui pori-pori yang berhubungan, tanpa me- xwsak partikel pembentuk atau kerangka batuan tersebut. Definisi permeabilitas dapat dinyatakan dalam rumes sebagai berikut: =-K,& aq m* ay (Hukum Darcy) @imana q dinyatakan dalam sentimeter per sekon, k dalam darcy (permea~ bilitas), viskositas m dinyatakan dalam sentipoise, dan 2 adalah gradien hidrolik yang dinyatakan dalam atmosfer per sentimeter. Dengan demikian jelaslah bahwa permeabilitas adalah k yang dinyatekan dalam Darcy. Definisi API untuk 1 Darcy: Suatu medium berpori mempunyai kelulusan (permeabilitas) sebesar 1 darcy, jika cairan berfasa satu dengan keken- talan 1 sentipoise mengalir dengan kecepatan 1 cm/sekon melalui penam- pang seluas 1 cm? pada gradien hidrolik satu atmosfer (76,0 mm Hg) per sentimeter dan jika cairan tersebut seluruhnya mengisi medium tersebut. Dari definisi di atas tidak dijelaskan hubungan antara permeabilitas an porositas. Memang sebetulnya tidak ada hubungan antara permeabili-~ tas dengan porositas. Batuan yang permeabel selalu sarang (porous), tetapi sebaliknya, batuan yang sarang belum tentu permeabel. Hal ini disebabkan karena batuan yang berporositas lebih tinggi belum tentu pori-porinya berhubungan satu dengan yang lain. Juga sebaliknya dapat dilinat, bahwa porositas tidak tergantung dari besar butir, dan permea~ bilitas merupakan suatu fungsi yang langsung terhadap besar butir. 4.3.2 BESARAN PERMEABILITAS Sebagaimana telah disebutkan di atas, biasanya permeabilitas dinyatakan dalam ‘darcy’, yaitu untuk menghormati DARCY yang memproklamasikan pertama kalinya hukum aliran dalam medium yang berpori. Jadi suatu permeabilitas dengan k = 2 darcy berarti suatu aliran sebesar 2cc per sekon yang didapatkan melalui suatu penampang seluas 1 sentimeter persegi panjang 1 sentimeter, di bawah suatu tekanan perbedaan satu atmosfer untuk suatu cairan yang mempunyai kekentalan (viskositas) 1 sentipoise. Pada hakekatnya permeabilitas suatu batuan biasanya kurang dari satu darcy dan oleh karenanya dalam praktek permeabilitas Ainyatakan dalam milidarcy (1 md = 0,001 darcy). Sebagai contoh untuk batuan yang sarang tetapi tidak permeabel, dapat ditunjukkan misalnya: suatu serpih mempunyai permeabilitas yang sangat rendah, sedangkan porositasnya bisa sama dengan batupasir. McKelvey (1962) memberikan nilai permeabilitas 9 x 10 md untuk serpih yang telah kompak, tetapi porositasnya yaitu 24%. Untuk batupasir dengan porositas sama, misalnya 22,7% (batupasir Bradford; dari daerah Pennsyl- vania) ternyata mempunyai permeabilitas 36,6 md (Fettke, 1934). Dalam prakteknya permeabilitas berkisar antara 5 sampai 1000 milidarcy. 82 Koesaemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi Cara penentuan permeabilitas adalah: 1) Dengan permeameter, suatu alat pengukur yang mempergunakan gas. 2) Dengan penaksiran kehilangan sirkulasi dalam pemboran. 3) Dari kecepatan pemboran. 4) Berdasarkan test produksi terhadap penurunan tekanan dasar lubang (bottom-hole pressure-decline) . 4.3.3 SKALA PERMEABILITAS SEMI -KUANTITATIF Secara perkiraan di lapangan dapat juga dilakukan pemerian semikuanti- tatif sebagai berikut: 1 Ketat (tight), kurarg dari 5 ma. 2 Cukup (fair) antara 5 sampai 10 md. 3 Baik (good) antara 10 sampai 100 md. 4 Baik sekali (very good) antara 100 sampai 1000 md. 4.3.4 PERMEABILITAS RELATIF DAN EFEKTIF Permeabilitas tergantung sekali pada ada tidaknya cairan ataupun gas di dalam rongga yang sama. Sebagai contoh, misalnya saja adanya air dap minyak. Gambar 4-1 memperlihatkan permeabilitas relatif. Penjenuhan air diperlihatkan 0) pada absis dan dinyatakan dalam os} persen air, koordinat menunjuk- oo a kan frgksi permeabilitas dari- on pada fluida yang bersangkutan 02 4 terhadap keadaan jika seluruh ° _) batuan tersebut dijenuhi oleh deere aree ieee cairan tersebut saja. Maka pada penjenuhan air kira~kira 20%, permeabilitas relatif minyak Gamber 4.1. Grafik mempertihatkon permebiitas terhadap permeabilitas jika relatf dengan perbedean penienuhan sir seluruhnya diisi oleh minyak aa ae adalah sedikit di bawah 0,7 x, sedangkan jika penjenuhan air itu kira-kira 50% maka permeabilitas keseluruhannya adalah 0,3 x daripada jika seluruh batuannya diisi oleh air saja atau oleh minyak saja. Pada penjenuhan 90% maka minyak sudah tidak mempunyai permeabilitas lagi sehingga hanya air sendiri saja yang bergerak. Dari grafik ini jelaslah, bahwa minyak baru dapat bergerak jika mempunyai penjenuhan lebih dari- pada 10% dan air sama sekali tidak bisa bergerak jika penjenuhannya di bawah 208. Hal ini juga jelas ie) iran Varig mengal Penjenuhan air - person as sama untuk kehadiran gas dan oj minyak (Gambar 4.2). Hal yang Q Minyek FR} sama dapat dilihat, jika penje~ Se o4| ry 1 nuhan minyak kurang dari 40%, 123 02| maka minyak sama sekali tidak | = bisa bergerak dan hanya gas saja joAi0) 20] a0) 60/60/80 20/80 S012) yang dapat bergerak. Secara ber- Penjenuhen minyak--pereen angsur-angsur permeabilitas iki tit Gambar 4.2 Grafik memperlihatkan pecmeabilitas meningkat walaupun secara rela\ relatif dengan perbedaan penjenuhan gas Sagat lambat yaitu sampai 100% dan minyak (Levorsen, 1958) @ijenthi oleh minyak. Batuan reservoir ce 4.4 HAKEKAT RONGGA PORI 4.4.1 KLASIFIKASI RONGGA PORI Dilihat dari segi asal terjadinya, rongga-rongga pori dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu: 1. PORI PRIMER (rongga primer), atau disebut juga antar-butir (inter- granuler) . 2 PORI SEKUNDER atau pori yang dibentuk kemudian. Pori sekunder dise~ but juga pori terinduksikan, yang berarti porositasnya dibentuk oleh beberapa gejala dari luar, seperti gejala tektonik dan pelarutan. Pada umumnya porositas sekunder mengubah bentuk hubungan antara pori-pori dan dengan demikian juga mempengaruhi permeabilitas. Porositas primer dibentuk pada waktu batuan diendapkan, jadi sangat tergantung pada faktor sedimentasi. Batuan yang telah mempunyai porosi- tas primer dapat juga kemudian dimodifikasikan oleh porositas sekunder, misalnya saja perubahan bentuk, dan sebagainya. Pada umumnya porositas antar butiran atau primer merupakan sifat porositas batuan pasir atau klastik, sedangkan jenis yang kedua terutama merupakan sifat batuan karbonat. Dalam batuan karbonat pori~pori primer itu tidak saja bersi~ fat intergranuler tetapi dapat juga terjadi karena berbagai macam jenis proses intergranuler lainnya. Suatu klasifikasi pori-pori primer menurut Choquette dan Pray (1970) memberikan pembagian jenis porositas yang le-) bih menyeluruh yang terbagi dalam 15 jenis utama, serta memberikan pula pembagian faktor genesis serta ukuran~ukurannya. Jenis porositas terse- but khususnya berlaku untuk batuan kaxbonat, dan hanya sebagian kecil saja berlaku untuk batuan pasir. denis dasarnya adalah: (1) memilih kemas dan (2) tidak memilih kemas serta (3) memilih kemas atau tidak. Jenis yang tidak memilih kemas (2) dan yang memilih kemas atau tidak (3) termasuk porositas yang sekunder. 1 Jenis porositas yang memilih kemas (fabric-selective) adalah: @ Antar-partikel. Pori-pori terdapat di antara partikel atau intergra- nular; berlaku terutama untuk batupasir dan juga untuk batuan karbonat. b Intra-partikel. Pori~pori terdapat di dalam butirannya sendiri. Sebagai contoh ialah suatu fosil yang di dalamnya terdapat lubang- lubang,dan sebagainya. ¢ Antar-kristal. Pori-pori terdapat antara kristal-kristal. d Cetakan (moldic). Suatu rongga terjadi karena terdapatnya suatu fosil dalam lumpur karbonat, Hilangnya fosil oleh pelarutan, meninggal~ kan rongga yang tercetak oleh fosil itu. e Fenestral. Beberapa butir pembentuk batuan hilang sama sekali sehing- ga membentuk rongga-rongga yang sangat besar. £ perlindungan (shelter). Rongga-rongga telah dilindungi misalnya oleh fosil, dan sebagainya, sehingga tidak diisi oleh batuan sedimen. g Kerangka pertumbuhan (growth framework). Pertumbuhan kerangka, misalkan kerangka binatang koral yang mengakibatkan rongga yang diisi oleh binatang tersebut menjadi rongga terbuka. 2 Porositas yang tidak. memilih kemas ada 4 macam, yaitu: @ Rekahan (fracture). Rongga-rongga yang terjadi karena tekanan luar menyebabkan terjadinya celah-celah dalam batuan. 84 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi b Saluran (channel). Pelarutan dan sebagainya menyebabkan terjadinya saluran antar rongga-rongga. ¢ Gerowong (vug). Lubang-lubang besar terjadi biasanya karena pelarutan. d Gua-gua (cavern). Pelarutan lubang-lubang yang seringkali terjadi sehingga membesar menjadi rongga yang dapat dimasuki orang. 3 Porositas yang memilih kemas atau tidak ada 4 macam: @ -Retakan -(breksi). Karena pematahan atau retakan, maka batuan hancur menjadi bongkah-bongkah kecil dan terjadilah rongga-rongga di antaranya. b Pemboran batuan. Rongga-rongga terjadi karena suatu kerangka ataupun batuan yang telah keras mengalami pemboran oleh hewan, terutama moluska. c¢ Bioturbasi (burrow). Batuan yang baru saja diendapkan mengalami ber- bagai penggalian oleh binatang sehingga timbul rongga-rongga. d Penciutan, Sedimen yang telah diendapkan menjadi kering dan menciut, sehingga terjadi berbagai retakan yang dapat menimbulkan pori-pori. Choquette dan Pray (1970) juga memberikan pembagian ukuran pori-pori, misalnya batas antara 4 sampai 256 milimeter disebut suatu megapori, yang dibagi antara megapori kecil dengan ukuran antara 4 sampai 32 milimeter dan megapori besar antara 32 sampai dengan 126 milimeter. Mesopori berukuran antara 1/16 sampai 4 milimeter: mesopori kecil 1/16 sampai } milimeter, dan mesopori besar 3 sampai 4 milimeter. Mikropori berukuran di bawah 1/16 milimeter (lihat Tabel 4-1). Tabel 4-1 Klasifikasi besar pori (mentrut Chocquette dan Pray, 1970). * Golongan diameter pori (dalam m ) Megapori besar 32 = 256 =) kecil 4- 32 Mesopori besar 3-4 kecil ye- 3 Mikropori 1/16 mm. +) Diameter betar por! ditujukan kepada dlametor port rata-rata sustu por! tunggal stau Kisoran dalam ukuran suatu kumpulan Intuk por! tabung dipergunakan penampeng. Untuk por! berbentuk lempeng, dipergunakan leber bentuknya. 4.4.2 .RONGGA PORI PRIMER Rongga-rongga primer dalam hal pori-pori antar butir terjadi pada waktu batuan tersebut terbentuk. Jadi pada waktu butiran diendapkan terjadi- lah rongga-rongga di antara butiran. Berbagai faktor yang mempengaruhi besar kecilnya pori-pori adalah: 1) BESAR BUTIR. Besar butir mempengaruhi ukuran pori-pori, tetapi sama sekali tidak mempengaruhi porositas total daripada batuan, setidak- tidaknya tidak untuk pasir kasar ataupun halus. Misalnya, satu meter kubik kelereng mempunyai porositas yang sama dengan satu meter kubik mimis, dengan syarat bahwa cara penumpukannya sama. Lain halnya dengan permeabilitas, yaitu apabila butir-butir lebih besar sehingya terjadi pori-pori yang lebih besar, maka juga permeabilitasnya jauh lebih besar. Menurut Mutting (1934), batuan pasir yang menghasilkan minyak- bumi biasanya tidak banyak yang lebih halus daripada 0,09 mm dan jarang sekali yang lebih kasar dari 0,21 mm. Pasir yang ukurannya sama kalau diendapkan akan memberikan porositas 39% dan jika diagitasikan dapat Batuan reservoir 85 menjadi 38, malah lebih kecil lagi tetapi biasanya lebih besar dari 30%. Dalam hal pasir yang demikian garis tengah pori maximal rata-rata ada~ Lah 0,2 x diameter butir. Dengan demikian permeabilitas merupakan fungsi aripada besar butir: lebih besar pori-porinya, lebih besar juga per- meabilitasnya. Hubungan antara ukuran pori dengan permeabilitas adalah, bahwa di bawah tekanan yang sama, dengan pori-pori 5 kali lebih besar akan didapatkan minyak 25 kali lebih banyak. Dengan demikian kita melihat hubungan lebih langsung antara ukuran pori dengan permeabilitas.. 2) PEMILAHAN. Pemilaban (sorting) adalah cara penyebaran berbagai macam besar butir. Misalnya, jika sedimen itu diendapkan dalam arus yang kuat maka pemilahannya akan lebih baik dan dengan demikian memberikan besar butir yang hampir sama. Sika pemilahan sangat buruk, batuan akan terdiri daripada butir-butir dari berbagai ukuran. Dengan demikian rongga yang terdapat di antara butiran besar akan diisi butiran yang lebih kecil lagi sehingga porositasnya berkurang. Telah dijelaskan bahwa hanya 0,3 bagian pasir yang mempunyai besar butir rata-rata 0,2 um dapat masuk ke dalam pori-pori pasir yang aslinya. Dengan demikian, serpih dan juga la~ nau akan.mempunyai porositas sangat tinggi karena besar butirnya yang Ci kwarsa sama. Tetapi jika bagian yang halus Ex)isiens (cher? cukup banyak mengisi pori~pori batu- Lampung (clay) pasir maka batuan tersebut tidak Hl Feisper terlalu baik. Sebagai contoh ialah batuan 'greywacke' yang termasuk su- Poreaie 18.2% ormesbilics OF vine atu turbidit. Greywacke daripada Gl Frapmen bowen suatu turbidit terdiri dari butir- [) ruang port an pasir dalam masadasar lempung. F . Selain pemilahan besar butir, Gambar 4.3. Pengaruh pemilahan dan matrix terhada an pic irpeteathaetoae™? texdapatnya natziks juga berpengaruh sreywacka (Levorsen, 1958) pada porositas dan permeabilitas batuan. Perigaruh pemilahan dapat dilinat pada Gambar 4.3, dimana porositas juga dipengaruhi tetapi terutama permeabilitasnya. 3) BENTUK DAN KEBUNDARAN BUTIR. Bentuk suatu butiran klastik didefini- sikan sebagai suatu hubungan terhadap suatu bola yang dipakai sebagai standar, sedangkan kebundaran didasarkan atas ketajaman atau penyudutan daripada pinggiran butir. Jika bentuk butir menyeleweng dari bentuk bola, maka hal ini akan mempengarulii permeabilitas batuan. Bentuk butiran menghasilkan suatu penyusunan butir yang lebih ketat atau lebih lepas dan dengan demikian menentukan bentuk dan besaran rongga. Pada umumnya, jika bentuk butiran mendekati bentuk bola maka permeabilitas dan porositasnya akan lebih meningkat. Segala bentuk yang menyudut biasanya memperkecil rongga, karena masing-masing sudutnya akan mengisi xongga yang ada, dan karenanya akan memberikan kemas yang lebih ketat. Hal ini terutama akan memperbesar permukaan butix dan memperkecil porositas, terutama juga permeabilitasnya. 4) PENYUSUNAN BUTIR. Penyusunan butir adalah pengaturan kepadatan dari- pada susunan bola butir satu terhadap yang lainnya. Suatu batuan klastik texdiri dari butiran yang merupakan unsur bundar yang berukuran seragam 86 Koesoemadinatt, Geologi Minyak- dan Gasbumi dan memberikan berbagai macam kemungkinan bagaimana semua hola tersebut dapat diatur. Dalam bentuk dan ukuran yang lebih beranekaragam lagi akan memberikan cara pengaturan yang le~ bih kontras lagi. Penyusunan butir- an dan kemas saling berhubungan dengan eratnya, tetapi tidaklah merupakan hal yang sama. Penyusunan butir sangat mempengaruhi porositas. Gambar 4.4 Pengaruh susunan butirterhadap Butiran yang berbentuk bola dan porositas (menurut Graton, 1963) seragam akan memberikan angka poro- sitas 47,6% untuk penyusunan kubus yang paling terbuka, dan 25,9% untuk penyusunan rhombohedral (Gambar 4.4). Permeabilitas tergantung pada besar butir, bentuk dan juga pada penyusunan butiran tersebut. Untuk besar butir yang seragam maka porositas hanya tergantung pada cara penyusunan butiran (packing) dan secara teoritis tak tergantung dari besar butir. Penyusunan butir ditentukan oleh kompaksi setelah sedimentasi. 5) KOMPAKSI DAN SEMENTASI. Kompaksi dan sementasi juga mempengaruhi besar kecilnya rongga-rongga yang ada, dan pada umumnya memperkecil atau menyusutkan pori-pori yang telah ada. Kompaksi akan menyebabkan Penyusunan yang lebih ketat sehingga sebagian rongga-rongga akan hilang. Sementasi terjadi jika rongga-rongga terisi oleh larutan yang diendap- kan semen, misalnya ‘sparry calcite'. Suatu batupasir yang tidak ter- sementasikan, misalnya, akan mempunyai porositas lebih besar tetapi biasanya bersifat lepas-lepas. ; Penyebaran butir dalam reservoir sangat tergantung pada tekstur batuan dan tekstur erat sekali hubungannya dengan mekanika pengendapannya- Misalnya, batupasir yang diendapkan oleh arus traksi pada umumya lebih baik karena pemilahannya lebih baik, kebundarannya lebih sempurna dan besar butirnya lebih seragam. Di lain fihak kalau terjadi suatu sementasi atau penyusunan, maka terjadilah penyusutan daripada rongga- rongga pori. Batupasir yang diendapkan arus turbidit sama sekali tidak memperlihatkan pemilahan, sehingga berbagai macam besar butir didapat- kan bersama-sama. Selain itu didapatkan pula masadasar lempung di antara butiran sehingga membuat lapisan batupasir turbidit suatu reser- voir yang kurang baik. Dalam hal batugamping, banyak sekali butirannya yang khusus terdiri daripada klastik atau yang disebut kalkarenit. Bagi batugamping berlaku pula pengaruh berbagai faktor geologi yang sama seperti pada batupasir: yaitu pemilahan, penyusunan butir, besar butir dan sebagainya..Misalnya saja, sebagai suatu contch extrem adalah gamping oolit, yang terdiri daripada susunan bola yang hampir sempurna, sehingga porositasnya besar sekali. Di lain fihak batugamping yang terdiri dari berbagai fragmen fosil {misalnya bioklastik) dengan butiran yang menyudut, memberikan penyusun- an butir yang ketat sehingga porositasnya kurang baik karena rongga- rongga akan sangat kecil. Dalam hal batuan karbonat, sementasi merupakan faktor yang sangat penting, terutama karena semen berasa] dari butiran- nya sendiri sehingga terdapat sementasi dalam klastik batuan karbonat. Hal yang demikian sering sekali terjaai. PEMBESARAN DAN PENYUSUTAN PORI-PORI: Rongga-rongga yang telah terbentuk dapat mengalami pembesaran ataupun Penyusutan karena beberapa proses tertentw. Penyusutan biasanya terjadi Batuan reservoir 87 Karena kompaksi dan penyemenan’sebagaimana telah dibahas di atas, sedangkan pembesaran biasanya dibentuk karena pelarutan. Proses ini terutama terjadi di dalam batuan karbonat dan lebih jarang di dalam batuan pasir, 4.4.3 RONGGA PORI SEKUNDER Pori-pori yang terjadi setelah batuan dibentuk biasanya tidak mempunyai hhubungan dengan proses sedimentasi. Porositas sekunder terjadi karena diinduksikan. Proses pembentukan pori-pori sekunder adalah sebagai berikut: 1) PORI-PORI PELARUTAN. Proses ini terutama terjadi dalam batuan kar- bonat. Selain merupakan proses utama dalam menambah porositas merupakan pola proses pembesaran rongga-rongga pori yang telah ada. Rongga-rongga terjadi atau dibesarkan karena daya larut yang berbeda-beda daripada mineral pembentuknya, misalnya perbedaan daya larut antara mineral kalsit, aragonit, dolomit, dan magnesit. Pori-pori pelarutan biasanya terjadi di dekat jalur pelapukan atau pada bidang ketidakselarasan. Macam porositas yang didapatkan adalah jenis gerowong (vug). 2) PORI-PORI RETAKAN ATAU REKAH-REKAH. Rongga-rongga jenis ini terutama didapatkan dalam batuan yang pegas, misalnya batuan karbonat, batuan serpih dan juga rijang. Beberapa penyebab terbentuknya rekahan ialah: @ DILATANSI PADA GEJALA STRUKTUR. Dislokasi sering menyangkut perubah- an volum batuan yang sering diimbangi oleh terjadinya kekosongan. Hal ini dapat terjadi karena patahan dan pelipatan. Patahan. Lapisan batuan yang mengalami pematahan dapat retak-retak @an rekah-rekah ‘sepanjang bidang pematahan ataupun dapat menutup, ter— utama dalam keadaan penyobekan (shearing). Tertutupnya atau terbukanya sobekan yang terjadi tergantung dari kompetensi batuan, dimana terutama sudut gesekan dalam (angle of internal friction) memegang peranan. Gambar 4.5 memperlihatkan patahan melalui 3 lapisan batuan dengan per- bedaan sudut sehingga menyebabkan refraksi yang mengakibatkan kekosong- an dalam lapisan tengah yang dikompensir oleh rekahan yang membuka sehingga memberikan porositas (Billings, 1960) . Contoh porositas rekahan yang berasosiasi dengan patahan ialah Tenk-eakkarena = lapangan minyak Tanjung di Kali- eee clei) mantan dan mungkin juga lapangan minyak Jatibarang di Jawa Barat. Pelipatan. Pada pélipatan konsen- tris, terjadilah tegangan atau gaya tarikan pada puncak-puncak antiklin dan lembah-lembah sinklin aksi dati patanan yang meng: sehingga menimbulkan retak-retak. tkan dilantesi dan retakan pads. ©» Contoh daripada gejala ini adalah betcan srpenians petaen lapangan minyak Kirkuk,di Irak, dimana gamping dari formasi Asmari retak-retak pada puncak antiklin. b PENGEMBANGAN BATUAN PADA PENGHILANGAN BEBAN YANG BERADA DI ATASNYA. Dalam keadaan terpendam, lapisan batuan terdapat dalam kompresi. Pengangkatan serta erosi menghilangkan beban ini dapat mengakibatkan dilatansi atau perekahah. Jenis rekahan semacam itu dapat diharapkan pada bidang ketidakselarasan. 30°, 8B Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi c REDUKSZ VOLUM KARENA KOMPAKSI. Pengendapan lempung biasanya diser- tai kadar air yang tinggi. Kompaksi mengakibatkan kelvarnya air tersebut dan reduksi volum terjadi karena kompaksi yang dikompensasi oleh adanya rekahan-rekahan. Menurut Waldschmidt, Fitzgerald dan Lunsford (1956), rekahan dapat dibagi menjadi 4 golongan besar: @erbuka, dengan pemiszhan ginding rekahan yang jelas. Sebagian terisi, dengan dinding rekahan dilapisi oleh kristal. Terisi, dengan rekahan seluruhnya diisi oleh kristal. Tertutup, tidak kelihatan adanya pemisahan dinding rekahan. Retakan dan rekahan ini dapat tertambahkan di atas pori-pori intergra~ nulex dan memperbaiki porositas. Pada suatu batuan reservoir bisa didapatkan 2 jenis permeabilitas oleh karena retakan ini: Permeabilitas dan porositas rendah di dalam bongkahan di antara retakan; permeabilitas dan porositas tinggi di dalam rekahannya sendiri. Porositas rekahan biasanya dapat ditentukan dari perbedaan perhitungan log sonik dan log densitas. Log sonik tidak dapat mendeteksi rekahan yang vertikal. 4.5 BATUAN RESERVOIR .KLASTIK DETRITUS- BATUPASIR Dua macam batuan yang penting untuk bertindak sebagai reservoir adalah: BATUPASIR dan GAMPING atau KARBONAT. Diagram pada Gambar 4.6 memperlihat- kan bahwa 60 persen daripada reser~ voir minyak terdiri daripada batu- Pasir, 30 persen terdiri daripada ba~ tugamping dan sisanya batuan lainnya: Namun dewasa ini batugamping memegang peranan besar sekali dan pada suatu ketika akan merupakan batuan yang jauh } lebih penting daripada batupasir. 4.5.1 JENIS- JENIS KLASTIK DETRITUS 4.5.1.1 Batupasir Batupasir termasuk golongan batuan klastik detritus dan sebetulnya yang dimaksud batupasir di sini adalah batuan detritus pada umumya BATUPASIR Soluruh Dunte, 1986 Sekiruh Dunla tanpe Timur Tengah (1956) Gambar 48. Disgam yang memperinttan yang berkisar dari lanaw saytpad staed renriat nanonl casa konglomerat. Namun secara praktis tminyekbumi (berdasarkan data Knebel -hanyalah batupasir yang dibahas. dan Rodriguez, 1956) Batupasir merupakan reservoir yang Paling penting dan yang paling banyak di dunia ini, 60% daripada semua batuan reservoir adalah batupasir. Porositas yang didapatkan di dalam batupasir ini hanya bersifat intergranuler. Pori-pori terdapat di an- tara butir-butir dan khususnya terjadi secara primer, jadi rongga~ rongga terjadi pada waktu pengendapan. Namun tidak dapat dipungkiri, bahwa setelah pengendapan tersebut dapat terjadi berbagai modifikasi Batuan reservoir 89 Garipada rongga-rongga, misalnya sementasi ataupun pelarutan daripada semen dan juga proses sekunder lainnya seperti peretakan. Batupasir terutama terdiri dari mineral kuarsa dan dapat dibaqi atas 3 jenis, yaitu: 1) BATUPASIR KUARSA. Batuan ini sangat penting dan kebanyakan reservoir batupasir adalah pasir kuarsa. Batupasir kuarsa biasanya merupakan batu- an reservoir sangat baik karena pemilahannya sangat baik, butirannya berbentuk bundar dan padanya tidak terdapat matriks kecuali semen saja. Contoh di Indonesia adalah misalnya, Formasi Talang Akar di Sumatra Selatan dan di Laut Jawa bagian barat, Formasi Air Benakat di Sumatra Selatan, juga Formasi Tanjung di Kalimantan dan Formasi Keutapang di Aceh. . 2) BATUPASIR GREYWACKE. Batupasir greywacke biasanya terdiri dari fragmen berbagai macam batuan seperti rijang, batuan beku seperti basalt, felspar dan juga mineral mafik serta mineral lainnya. Yang sangat pen- ting adalah bahwa greywacke itu mempunyai matriks dan hal ini mengurangi porositasnya. Juga pemilahannya tidak baik, sehingga sebagai batuan reservoir greywacke tidak terlalu baik. Greywacke banyak berasosiasi dengan turbidit ataupun diendapkan oleh arus turbid. Di Indonesia 'greywacke' masih belum ditemukan sebagai batuan reservoir, akan tetapi di Amerika Serikat di Cekungan Ventura dan Cekungan Los Angeles greywacke atau batupasir turbidit diketabui sebagai lapisan reservoir yang cukup penting. 3) BATUPASIR ARKOSE, Batupasir ini terutama terdiri dari kuarsa dan felspar. Biasanya cukup bersih tetapi kebundaran daripada butiranrya tidak terlalu baik karena bersudut-sudut dan juga pemilahan tidak ter- alu baik. Arkose biasanya didapatkan sebagai hasil pelapukan batuan granit. Sebagai contoh adalah ‘granite wash’ di Pendopo, Sumatra selat- an yang bisa bertindak sebagai batuan reservoir. 4.5.1.2 Konglemerat dan detritus kasar Konglomerat dan detritus kasar dapat juga bertindak sebagai batuan reservoir. Misalnya saja, pada Formasi Talang Akar di Sumatra Selatan terdapat apa yang dinamakan 'Gritsand menber' yang merupakan juga suatu reservoir di dalam formasi tersebut. Juga jelas, bahwa makin kasar batuan itu. pori~porinya makin besar dan karenanya permeabilitasnya menjadi lebih baik. gJuga di Formasi Tanjung, konglomerat bertindak sebagai batuan reservoir. 4.5.1.3 Batulanau Batulanau kadang-kadang juga dapat bertindak sebagai batuan reservoir, tetapi karena besar butirnya yang halus maka permeabilitas batulanau ini kurang begitu baik. Namun jika seandainya kemudian mengalami retak- xetak atau pelarutan maka permeabilitasnya sangat banyak ditolong dan batulanan ini dapat juga bertindak sebagai batuan reservoir. 4.8.2 FASIES, BENTUK DAN UKURAN TUBUH BATUPASIR FASIES, GEOMETRI DAN PENYEBARAN BATUAN RESERVOIR DETRITUS Fasies, geometri dan penyebaran batuan reservoir saling erat berhubung- an. Sering-sering geometri serta penyebaran ini ditentukan oleh fasies 90 Koesoemadinata, Geologi Minyak-dan Gasbumi atau lingkungan pengendapan. Oleh karenanya seringkali dilakukan pene- litian terhadap lingkungan pengendapan lapisan pasir. Pada umumnya kita mendapatkan 3 macam fasies: Batupasir yang diendapkan sebagai endapan sungai (fluviatil), misalnya, Formasi Talang Akar bagian bawah, ‘the Gritsand Member' dan Formasi Tanjung. Batupasir yang diendapkan dalam lingkungan campuran atau dekat pantai. Batupasir yang’ diendapkan ke dalam lingkungan ini adalah yang paling banyak dan akan dibahas lebih lanjut, antara lain pengendapan dari suatu delta, pengendapan pantai dan sebagainya. Batupasir marin yaitu batupasir yang diendapkan dalam laut, misalnya saja batupasir paparan (shelf-sand), lensa pasir neritik dan turbidit. Bentuk ukuran dan orientasi daripada lapisan reservoir tergantung seka- li pada asal mulajadi batuan tersebut. Maka hal ini juga memperlihatkan bagaimana pentingnya mekanisme pengendapan/sedimentasi terhadap lapisan- lapisan reservoir. UKURAN DAN BENTUK: Ukuran suatu lapisan reservoir dapat dinyatakan dalam tebal dan luas. Tebal suatu lapisan reservoir, baik lapisan itu batupasir maupun batugamping, dapat berkisar dari 1} sampai 500 m. Di Amerika Serikat ketebalan rata-ratanya adalah 13 m (39 kaki). Di Indonesia ketebalan lapisan suatu reservoir, terutama lapisan pasir, jika kurang dari 2 m sudah tidak lagi dianggap ekonomis. Luas lapisan reservoir ataupun penyebaran batuannya tentu saja berane- ka ragam, dari mulai lensa kecil seluas beberapa ratus meter saja, sampai ke suatu lapisan selimut (blanket sand). Tentu luas lapisan reservoir ini merupakan salah satu parameter daripada bentuk lapisan reservoir tersebut. Berbagai penulis telah membuat penggolongan ukuran serta bentuk batuan reservoir. Penggolongan Krynine (1940) didasarkan atas perbandingan lebar atau luas terhadap tebal atau kira-kira luas berbanding volum. Dalam klasifikasi ini Krynine sama-sekali tidak melihatnya dalam hubungan bentuk 3-dimensi, tetapi hanya 2-dimensi. Klasifikasinya adalah sebagai berikut: 1) Pasir lapisan selimut (blanket sand, sheet sand), jika perkiraan luas (lebar) lapisan reservoir terhadap volum (tebal) lebih besar dari 1000 : 1. 2) Tabuler, jika perkiraan luas (lebar) terhadap volum (tebal) berban- ding 1000 : 1 sampai 50 : 1. 3) Prisma, jika perkiraan luas (lebar) berbanding volum (tebal) di antara 50: 1 sampai-5 : 1. 4) Tali-sepatu (ehoe-string sand), jika lebar terhadap tebal adalah 5:1 atau lebih kecil lagi. Dalam praktek sangatlah sulit untuk mengklasifikasi jenis lapisan pasir menurut cara kesatu Krynine, yaitu penggolongan pasir selimut: Untuk ini terjadi berbagai pengertian. Konsep Krynine untuk mengklasifikasi ber- bagai macam bentuk serta ukuran lapisan pasir yang berdasarkan perban- dingan lebar terhadap tebal, sebagai perkiraan luas terhadap volum, diteruskan oleh McGugan (1965) dengan konsepsinya yang disebut sebagai faktor persistensi (persistent factor) dan dinyatakannya sebagai berikut: luas_area_ satuan ketebalan rata-rata satuan Jadi pada hakekatnya cara ini sama dengan konsepsi Krynine, hanya Faktor persistensi = Batuan reservoir 91 Sekarang perhitungan dilakukan dengan luas dan bukan dengan lebar, dan dibandingkan terhadap ketebalan rata-rata, dan bukan terhadap volun. Menurut faktor persistensi, suatu lapisan pasir dikatakan suatu selimut (sheet atau blanket) jika memenuhi angka lebih dari 396 * 10° dan biasanya hal ini terdapat pada lapisan pasir neritis-litoral pada suatu paparan (shelf) atau kraton. Jelas klasifikesi Krynine maupun persistensi McGugan tidaklah membeda~ kan antara bentuk sama-sisi (equant) dengan bentuk yang memanjang (elongate). Justru bentuk ini penting untuk dibedakan, karena dalam explorasi penyebaran serta arah penyebaran lapisan pasir sangat diper- hhatikan sebagai ternyata dari pengertian 'trend' atau arah jalur pasir tersebut berorientasi. Klasifikasi yang berikutnya adalah oleh Rich (1923) dan Potter (1962). Kedua penulis ini membedakan: 4) Tubuh batupasir yang sama-sisi. Sebagai contoh misalnya, lapisan selimut (blanket) atau sheet (lembaran) dan menurut penulis, sekarang juga termasuk lensa-lensa. 2) Tubuh batupasir memanjang. Misalnya, bentuk prisma, bentuk tali- sepatu (shoestring) dan sebagainya. Dalam hal ini bentuk memanjang hharus mempunyai dimensi panjang minimal 100 x lebar. 4.5.2.1 Tubuh batupasir sama-sisi Perbedaan antara lensa dengan suatu lapisan pasir selimut (blanket sand) tidak mudah dapat dikatakan, tetapi untuk hal ini dapat dipergu- nakan faktor persistensi. Jadi menurut McGugan, untuk dapat dikatakan ‘blanket sand' harus dipenuhi faktor 396 x 10°; atau menurut Krynine, perbandingan lebar terhadap tebal harus minimal 1000 : 1. Untuk hal yang disebut terakhir, maka tentu suatu lensa dapat dikatakan terhadap suatu lapisan pasir yang lebarnya 1000 meter dengan ketebalan 1 m atau yang lebarnya 1 km dengan kétebalan 10 meter. Tetapi dalam prakteknya, densa lebih kecil dan penyebarannya hanya beberapa kilometer saja kadang- kala kurang dari 1 kilometer, sedangkan ketebalannya beberapa meter. Mungkin lebih cocok disebut sebagai suatu prisma dari Krynine. LENSA PASIR. Lensa terjadi dengan berbagai macam cara: 1) Pembentukan di darat, yaitu dalam endapan fluvial sebagai suatu gosong tanjung (point bar). Pada meander sungai terjadi endapan pasir pada bagian dalam belok- kan-belokan yang kemudian karena terjadi proses penyelewengan aliran, meander potong-memotong dan terbentuklah lensa pasir yang terisolasi. Karena cara meander ini sangat tergantung juga pada lereng lembah tempat meander ini terdapat, maka lensa dapat saja berkoalesi menjadi suatu la~ pisan batupasir tali-sepatu (shoe-string sand). Lensa biasanya bersifat sedikit banyak ‘elongate’ tetapi belum merupakan bentuk yang betul-betul memanjang. Contoh daripada point bar sand, yaitu di Amerika Serikat dalam cekungan J - D di daerah Nebraska, misalnya saja dalam Formasi Redfork dimana jelas pasir membentuk lensa (Gambar 4.7). 2) Lensa dapat juga terbentuk dalam pengendapan suatu delta, terutama dalam suatu delta yang dangkal. Di dalam delta terdapat saluran penyebar (distributary channels) yang pada dasarnya terendapkan lapisan pasir. Maka sama juga halnya seperti pada suatu meander, karena memanjangnya aliran sungai maka pada suatu ketika saluran menjadi terlalu panjang dan terjadilah suatu pembobolan tanggul (crevasse) sebagai suatu penyelewengan 92 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi fe raceuen CURSOS Hae carpe MOREL POP” Stlon TUE ihn TRE no tn a3 ic ie sfc nef Heew TEs agian ogten sgafion eatin ae ah (i Ee Gee sectio ‘Skishoma fSeolo pRMS"Withront Maree TBS KLM CHEYENNE VALLEY FIELD, *ittnron arch Bee Q aliran, Terbentuklah alivan baru, sedang aliran yang lama boleh dikatakan mati. Sedimen ‘Scale In Milos dari saluran penyebar juga en eae diendapkan di mulut delta se- lnestonp marker bagai endapan pasir, lanau, 77 contour tn is, ee cee zit dan lempung dalam lingkungan aut dangkal dan kadang- kadang juga dalam payau-payau sehingga membentuk semacam suatu kipas di muka delta. Jika saluran ini kemudian mati, maka seluruh aliran pasiy tersebut menjadi suatu lensa yang sering berbentuk ‘lobate’ (Gambar 4.8). Lensa yang dibentuk oleh suatu delta di laut yang dangkal menjadi kompleks sekali dengan sering terjadinya perpindahan saluran, terjadilah suatu sistem lensa yang tumpuk-menumpuk. Tergantung daripada proses kecepatan serta dalamnya air tempat pasir diendapkan, maka didapatkan juga kemungkinan kealesi lensa menjadi satu. Hal ini terjadi di delta yang dangkal (Koesoemadinata 1970 atau, Vischer 1968). Gambar 4.7 Redtork sandstone, contoh suatu lensa (Withrow, 1968) Perbedaan lensa delta dan gosong tanjung (point bar). Dalam hal lensa Pasir yang dibentuk oleh suatu delta, maka pasirnya bergradasi secara lateral terhadap lanau dan serpih. Lain halnya dengan tubuh pasir di Gaiam endapan meander, yang memperlihatkan suatu kontak erosi yang tajam dengan dasarnya dan juga secara lateral sedangkan ke atas bergra- @asi ke lapisan endapan aluvial yang halus. Lensa yang diendapkan oleh suatu gosong tanjung biasanya membentuk suatu sistem yang memanjang dan tegak lurus terhadap pinggiran daripada cekungan terhadap mana sungai mengalir. Delta umumnya dibentuk pada laut yang dangkal, misalnya bagian dalam dari suatu paparan (shelf). Pasir yang dibawa oleh saluran penyebar diendapkan di muka mulut sungai sebagai gosong pasir dalam ling- kengan lautan yang dangkal, sehingga membentuk tubuh pasir yang menerus ai sekitar delta yang sedang tumbuh, dan kemudian membentuk suatu kipas Batuan reservoir 93 Ponempang versal Garis pantal sekarang Garis pantal tampeu Gambar 4.8 Proses pembentukan lensa dalam detta (disadur dari Coleman dan Gagliano, 1964) yang menerus selama delta tersebut maju. Walaupun demikian bentuk len- sa dengan jelas memperlihatkan suatu sumbu yang berorientasikan dengan sudut yang besar terhadap pinggiran cekungan. Dalam hal ini lensa yang demikian bergradasi secara lateral ataupun secara ke bawah terhadap lapisan yang lebih halts dari pro-delta dan kadang-kadang ditutupi dengan suatu ketidakselarasan oleh suatu endapan delta halus lainnya. Jika delta terbentuk di laut yang dalam, maka tubuh batupasir yang terjadi akan bersifat lebih memanjang daripada lensa. Lensa pasir yang terbentuk oleh proses pembentukan delta sangat penting bagi akumulasi minyakbumi. Misalnya di Indonesia, hal ini khas sekali, terdapat di lapangan minyak Attaka, di mana lensa-lensanya terpisah satu dengan yang lain. Juga di Nigeria lensa pasir dari delta sungai Niger sangat pentang bagi adanya akumulasi minyakbumi. SELIMUT PASIR, Banyak lapisan pasir dinyatakan sebagai suatu ‘sheet’ atau ‘blanket sand'. Hal ini memang merupakan konsepsi yang ideal dari- pada suatu lapisan reservoir yang diperlihatkan di dalam diagram. Namun sebetulnya suatu bentuk lapisan pasir yang demikian itu jarang sekali didapat. Biasanya didapatkan di daerah paparan di atas suatu kraton, misalnya saja lapisan pasir berumur Kambrium di Amerika Serikat seperti ‘Potsdam Sandstone’ yang lapisan pasirnya tersebar luas sekali. Pasir ini biasanya sangat murni, berbutir bundar-bundar, terpilah baik dan berasosiasi dengan karbonat. Pembentukan lapisan pasir yang demiki- an mungkin terjadi di laut yang sangat dangkal dimana pengendapan ter- jadi di atas alas gelombang dan tersebar sangat meluas. Mungkin sekali'pasir tersebut adalah hasil pengendapan kembali dari perombakan batupasir yang sebelumnya, juga mungkin terbentuk sebagai jalur yang mengalami redistribusi. Namun adakalanya pasir yang demiki- an itu berbentuk lensa yang lebih daripada satu, yang berkoalesi menja- di selimut yang luas. Kebanyakan lapisan pasir yang terdapat secara 94 — Koescemadinata, Geologi Minyak- aan Gasbumi meluas seperti Formasi Air Benakat di Sumatra bukanlah merupakan lapisan selimut (sheet sand) dalam arti yang sebenarnya, tetapi lebih merupakan amalgamasi koalesi daripada lapisan yang memanjang yang ber- sifat lensa yang mengalami proses koalesi lateral ataupun vertikal. 4.5.2.2. Tubuh batupasir memanjang Bentuk tubuh batupasir yang memanjang mungkin lebih banyak terdapat daripada yang berbentuk lensa ataupun yang berbentuk selimut. Pada umumnya dapat dibagi 2 macam bentuk, yang memanjang: 1) TUBUH PASIR BERBENTUK TALI-SEPATU (shoe-string sand) 2) ‘TUBUH BATUPASIR GOSONG PENGHALANG (bar-sand atau sand~bar) Tubuh batupasir gosong penghalang ini pada umemnya terjadi pada pengen- dapan di pantai. Tubuh lapisan batupasir yang bersifat memanjang pada Permalaannya memang diketahui di daerah Pennsylvania pada tahun 1g60-an, demikian pula pengetahuan bahwa lapisan tersebut biasanya membentuk suatu jalur yang memanjang dan diketahui.dari sering menge- lompoknya lapangan minysk ataupun telaga minyak pada suatu garis lurus atau memperlihatkan adanya suatu 'trend'. Bentuk batupasix yang demikian mungkin lebih banyak dan lebih normal daripada yang bersifat sama-sisi dan merupakan lapisan reservoir utama. Arah (trend) lapisan pasir yang demikian juga membentuk perangkap, yang dinamakan perangkap stratigra~ fi. Pengetahuan mengenai bentuk lapisan pasir yang memanjang ini di- ketahui dari pengalaman penboran di Amerika Serikat ataupun di negara lain, dari geologi bawah permukaan atau dari penyelidikan mengenai endapan batupasir pantai (beach sand) yang dilakukan di berbagai bagian dunia, terutama di sekitar daerah Teluk Mexico. PASIR TALI-SEPATU. Beberapa pengetahuan mengenai bentuk ini terutama berdasarkan pengkajian batupasir Venango, oleh Carell (1876, 1886) di amerika Serikat. Dari pengkajian ini, ternyata lapisan minyak terjadi pada suatu garis yang lurus atau berbelok-belok di seluruh daerah. Dalam hal ini orientasi atau trend daripada tubuh-tubuh batupasir yang memanjang sangatlah penting, dan sangat mempengaruhi lokasi pemboran. Salah satu lapisan batupasir minyak berbentuk tali~sepatu yang terkenal adalah dari Kansas sebelah Timur, dari lapisan yang berumur Karbon (Zaman Pennsylvania), Rich (1923) berkesimpulan bahwa pasir ini merupa~ kan pengisian satu saluran yang telah tersayat ke dalam lapisan yang ada di bawahnya, yaitu Formasi Cherokee. Terlihat sangat jelas tidak adanya peralihan antara pasir dengan serpih, sehingga batasnya bersifat tajam atau sebagai batas erosi. Contoh lain ialah lapisan Bartlesville di Kansas, yang terkenal dengan nama Golden Lane. Selain itu juga batu- Pasir (umur Kapur) di Nebraska merupakan contoh daripada pengisian Suatu saluran ataupun suatu lembah. Mengenai batupasir di Nebraska ini Exum, Dunham dan Harms (1967) berkesimpulan, bahwa reservoirnya diendap- kan sebagai suatu pengisian lembah berbentuk prisma batupasir yang panjangnya 20 mil, lebarnya 2000 kaki dan tebalnya 50 sampai 80 kaki. Batas-batas daripada tubuh ini adalah batas erosi. Minyak terperangkap di tempat dimana arah pengisian lembah memotong antiklin (Gambar 4.9). Cava terbentuknya lepisan berbentuk tali-sepatu ini dapat juga terjadi pada meander atau pada gosong tanjung sungai (point bar sand) yang ter~ koalesi ke hilir. Dengan demikian sebetulnya pasir tali-sepatu terdiri daripada lensa yang mengarah dan memberikan suatu bentuk yang lenggak- lenggok atau sinuous. 95 Batuan reservoir 2 *__19,200___ . isanrenan es] wf |e ac bar col Weeutt encek seats "1 100'-+-1 000" 8100. 9 204 40 cot) 70020 $___jgo_+_, UNSTMAN SHALG races ‘SKULL CREEK ‘SHALE DEEPER SHORE SUBAERIAL WATER, upper{ | Sapa fr sxOcr vite CREEK SH. Gambar 4.9 Conton tapisen saluran (pengisian lembah) di Nebraska, Amerika Serikat (Harms, 1966) PASIR PANTAI. Tubuh batupasir gosong sebetulnya terdiri dari berbagai macam, antara lain: 1) Pulau gosong atau barrier island. Dalam zaman Sekarang gejala ini terdapat di sepanjang Atlantik dan di Amerika Serikat. Contoh lapisan pasix yang demikian adalah Formasi Foxhiil yang berumur Kapur Atas di daerah Rocky Mountains yang dibuktikan oleh Weimer (1963). 2) Batupasir gésong lepas pantai (offshore bar). Seringkali pulau go- song (barrier island) dan gosong lepas pantai (offshore bar) dikacaukan satu dengan yang lain. 3) Pasir pesisir(beach sand). Penyelidikan lingkungan modern di teluk Mexiko oleh Could (dikutip da~ lam buku 'source book of Petroleum Geology’, 1967) memperlihatkan bahwa tubuh batupasir yang berbentuk di lingkungan dekat pantai pada pinggir- an suatu cekungan biasanya berorientasi sejajar dengan jurus pengendapan. Batupasir ini dan juga.sedimen lainnya ditransport oleh arus sepanjang pantai (longshore currents), dan karena proses akresi sedimen terbentuk- Jah suatu dataran pantai, Tubuh batupasir jenis ‘pulau gosong' yang merupakan suatu mata rantai yang panjangnya 3000 mil sepanjang pantai Texas lebih merupakan lingkungan pasir yang khas. Pulau Galveston (suatu contoh pulau gosong) mempunyai lebar rata-rata 2 mil dan panjang 28 mil. Tebal maksimal lapisan ini adalah 40 kaki. Menurut Exum dan Harms (1967) reservoir yang dibentuk sebagai gosong laut dangkal bertubuh lensa dengan bentuk elips yang panjangnya 2 sampai 5 mil, lebarnya } sampai 2} mil dan tebalnya kurang dari 25 kaki. Batupasir ini secara lateral berang- sur-angsur menjadi batulumpur lautan. Posisi gosong laut reservoir ini dapat diramalkan dengan memetakan perbandingan pasir/serpih, hal mana tidak dapat dilakukan untuk reservoir pengisi lembah karena batas- batasnya adalah batas erosi, Bentuk tubuh batupasir gosong lepas pantai biasanya berbentuk linier dan sejajar dengan jurus pengendapan, sedang- kan suatu pengendapan sungai biasanya tegak lurus atau memotong jurus pengendapan dan mempunyai bentuk yang lenggak-lenggok (sinuous). 96 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi TUBUH BATUPASIR TURBIDIT. Adanya endapan turbidit dikemukakan pertama kali oleh Daly (1936), kemudian disusul oleh Kuenen (1947). Batuan yang terbentuk dari arus ini disebut turbidit (Sanders dan Carozzi, 1957). Banyak lapangan minyak kemudian reservoirnya dikenal sebagai turbidit, antara lain di cekungan Los Angelos (Barbat, 1958) dan cekungan Ventura di California (Sullwold, 1961). Suatu hal yang penting daripada lapisan turbidit ialah adanya lapisan pasir yang kasar yang berbentuk interka- lasi dalam lapisan serpih yang diendapakan di laut yang dalam. Misalnya saja di cekungan Ventura, berbagai bukti foraminifera menunjukkan bahwa kedalaman laut dari cekungan tersebut pada zaman Tersier Atas adalah beberapa ribu kaki (Natland dan Kuenen, 1951). Sejumlah tulisan mengenai endapan turbidit dalam explorasi minyakbumi disusun oleh Passega (1954). Bentuk lapisan turbidit itu tidak begitu jelas, tetapi dapat berupa bentuk lensa, bentuk saluran ataupun bentuk kipas. 4.5.3 KESIMPULAN MENGENAI TUBUH BATUPASIR Dari pembahasan di atas jelaslah, bahwa lapisan pasir tidaklah seperti kue lapis sebagaimana diharapkan oleh para ahli reservoir. Pada umumnya lapisan pasir berbentuk lensa atau memanjang yang terbatas, oleh karena itu proses regresi-transgresi, proses meander dan proses-proses lainnya menyebabkan tubuh-tubuh yang terbatas ini merupakan suatu susunan yang sangat kompleks dan ruvet, Menurut Krynine (1948) tubuh berbentuk tali- sepatu dan juga lensa merupakan batubata dari bentuk lain yang disebabkan karena proses coalescing, anastomising, bifurcating, branching, dendrit- ic dan en-echelon). Dapatlah difahami batupasir selimut pada hakekatnya terdiri dari lensa, prisma atau bentuk tabular yang merapat menjadi satu atau berbentuk multi-lateral. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.10. Jika cara merapatnya tidak sempurna, yang biasanva memang demiki- an maka akan terdapat interkalasi serpih di antaranya. Ini justru memperlihatkan bahwa suatu lapisan yang kelihatannya seolah-olah merupakan suatu lapisan yang luas, sebetulnya terdiri dari berbagai macam lapisan yang merapat secara Gambar 4.10 Lapisan pasir yang multi-laterah lateral dan disisipi oleh lapisan serpih. Walaupun masing-masing lapisan kelihatannya. dapat dikorelasikan, tetapi pada dasarnya hal ini tidak dapat dilakukan karena memang di antaranya terhalang lapisan serpih. Dengan demikian tidak terdapat kesinambungan dalam sifat reservoir dan tiap lensa merupakan reservoir yang berdiri sendiri. Xompleks tubuh batupasir tersebut juga dikatakan bertingkat banyak (maltistory) atau berupa suatu berkas (bundle) (Sulwold, 1958). Sebagai contoh lapisan batupasir semacam itu ialah Formasi Talang Akar, yang antara lain terdiri dari 52 lapisan di struktur Pendopo. Suatu hal yang penting lagi mengenai tubuh batupasix tersebut adalah adanya konsepsi ‘arah' (trend) yang biasanya sering dipergunakan dalam explorasi minyak- bumi. Apakah hal ini diketahui dengan pengetahuan mengenai mulajadi batupasir atau tidak, namun jelas bahwa lapisan reservoir batupasir ini memperlihatkan berbagai pola tertentu. Dengan mengetahui asal mula jadi Batuan reservoir 97 lapisan batupasir tersebut, tentu peramalan yang lebih tepat dapat di- lakukan. Dalam hal geometri batupasir, ada tiga masalah utama yaitu: 1) Merekonstruksikan geometri secara tepat) 2) Mengetahui apa artinya dari segi asal-mulajadi; 3) Mengetahui pola penyebaran lapisan sedimen dari asal~mulajadi ter- tentu dengan suatu situasi pengendapan yang analog. Dalam hal ini gejala-dalam seperti struktur silang-siur, orientasi butir, bekas aliran, lapisan dengan urutan besar butir tertentu serta Awbungan suatu tubuh batupasir terhadap lapisan yang ada di atas dan 4i bawahnya maupun secara lateral adalah sangat penting dalam menginter- pretasikan asal-mulajadinya. Terutama jika sumur kontrol sangat sedikit untuk mendefinisikan bentuk tubuh tersebut. BEBERAPA GEJALA YANG MENCIRIKAN BERBAGAI MACAM TUBUH BATUPASIR: Shelton (1967) memperlihatkan bahwa lingkungan batupasiy dapat ditentu- kan dengan membandingkan geometri dan gejala-dalam lapisan pasir ¢engan model stratigrafi. Misalnya saja antera aluvial, gosong laut dan batupasir turbidit, ciri dari setiap model dapat ditentukan dari segi: @ Geometri: Posisi geografi dan arah (trend), posisi vertikal, panjang, lebar, ketebalan, dan perbatasan. b Gejala-dalam (internal features): Struktur sedimen, tekstur, susunan butir. Femisahan bentuk geometri berdasarkan berbagai gejala tadi juga berpe~ ngaruh terhadap penyebaran porositas dan permeabilitas. Sebagai contoh misainya, suatu lapisan pasir pengisi lembah atau saluran biasanya lebih yerpori di bagian bawah dan menjadi kurang di bagian atas. Pada log lis- trik ini nampak bentuk kurva yang sifatnya seperti suatu lonceng, Di lain fihak suatu lapisan pasir pantai yang regresif, biasanya porositas- nya berkurang ke bawah atau menjadi lebih tinggi ke atas sehingga dalam kurva log listrik diperlihatkan suatu bentuk seperti kipas. Di Amerika Serikat, dari semua perangkap stratigrafi diketahui bahwa: Pasir pengisi saluran: 7% Pasir gosong (bar): 23% Pasir pesisir (beach): 19% Pasir dekat pantai laut: 19% Perubahan fasies lainnya: 7% Pada umumnya lensa pasir dan tubuh pasir merupakan unsur utama dalam pembentukan perangkap stratigrafi, namun selain itu diperlukan juga unsur perangkap lainnya, seperti unsur tektonik, pelengkungan ataupun kemiringan wilayah (Millikan, 1940). Dapat pula disimpulkan di sini bahwa penggolongan bentuk lapisan batu- pasir ini sering dilakukan atas dasar asal mulajadi semua lapisan tersebut. Misalnya, istilah yang dipergunakan mempunyai makna kombinasi asal-mulajadi dan geometri, seperti pasir selimut (blanket sand), pasir lembaran (sheet sand), pasir paparan (shelf sand), kipas aluvial (alluvial fans), pasir saluran (channel sand), pasir tali-sepatu (shoe- string sand), delta, jari-jari gosong (bar finger), lidah (tongue), pe- sisir (beach), gosong (bar), onggokan/angin (dunes), cheniers, estuary, teras-teras terbentuk gelombang (wave-build terraces), pasir sayap (flank sand), saluran sungai (fluvial channel), saluran delta (delta eaorn 98 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi channel), turbidit, pasir neritik (neritic sand), dan sebagainya. 4.5.4 BERBAGAI CONTOH RESERVOIR BATUPASIR Contoh batupasir sebagai batuan reservoir, misalnya ialah dari amerika Serikat, di daerah Midcontinent yang berumur Karbon dan Ordovisium yang mempunyai porositas 15 sampai 25 persen dan permeabilitas antara 25 sampai 400 milidarcy (Millikan, 1940). Contoh lain adalah pasir yang berumur Kapur dari Texas Timur dan Louisi- ana Utara dan Arkansas Selatan dengan porositas berkisar dari 20 sampai 30 persen sedangkan permeabilitas berkisar dari 50 sampai 2000 mili- darcy. Lapisan reservoir berumur Tersier di Gulfcoast dan Texas Barat daya mempunyai porositas 25 sampai 32 persen dan permeabilitas berkisar dari 100 sampai 2000 milidarcy. Di California, lapisan pasir berumur Tersier yang berbentuk lensa mempunyai porositas berkisar dari 12 sampai 25 persen dan permeabilitas dari 25 sampai 5000 milidarcy (Millikan, 1940). Menurut Levorsen (1967), lapangan minyak Burgan di Kuwait merupakan lapangan minyak terbesar di dunia yang sampai dewasa ini memproduksi minyakbumi dari lapisan batupasir sebagai reservoir. Menurut Greqg (1958) batupasir Burgan yang berumur Kapur Tengah mempunyai ketebalan bersih kira-kira 8000 kaki. Beberapa dari lapisan pasir tersebut mem- punyai permeabilitas: sampai 4000 milidarcy. Ini barulah dapat dikatakan batupasir yang istimewa. Di Amerika Serikat, reservoir batupasir yang paling besar adalah di lapangan minyak ai Texas yang memproduksikan minyakbumi dari batupasir Woodbine yang berumur Kapur Atas. Lapisan ini menurut Hudnal dan Eaton (1968) panjangnya 44,32 mil yang memanjang arah Timur Laut-Barat daya, lebarnya 4,94 mil memanjang dalam arah Barat-Timur dan luasnya meliputi 140.000 acres dengan ketebalan rata-rata 35 kaki dan berkisar dari 0 sampai 102 kaki. Lapisan pasir ini mempunyai porositas 25% dan permeabi- litas rata-rata 1,5 darcy dengan maksimum 4 darcy (Minor dan Hanna, 1941). Produksi dari lapangan Texas Timur ini sampai Januari 1968 ada lah 3 milyar barrel. Contoh lain daripada batupasir reservoir yang berbentuk lensa adalah lapangan Bell Creek di Montana, Amerika Serikat, yang ditemukan pada tahun 1967 (McGregor dan Biggs, 1968). Lapangan ini panjangnya 12 mil, lebarnya 1 sampai 3 mil dan memproduksi 50.000 barrel per hari, dengan cadangan yang diperkirakan 200.000.000 barrel. Reservoir ini yang dina- makan ‘Muddy Sandstone’, terbentuk dalam suatu kompleks pengendapan air dangkal dekat pantai dalam keadaan fasa regresif di antara dua transgre~ si laut besar pada zaman Kapur Tua. Lensa-tipis batupasir ini tebalnya hanya 20 kaki, tetapi porositasnya berkisar sampai 13.500 milidarcy. Batupasirnya sangat halus sampai halus. Lapangan minyak Pembina di Alberta, Canada, ditemukan pada tahun 1953 yang juga didapatkan dari reservoir batupasir dengan porositas/ permeabilitas rendah. Ketebalan bersih dari batuan ini berkisar dari beberapa kaki sampai maksimum 67 kaki dan rata-rata 12,5 kaki. Poro- sitas dan permeabilitasnya juga berkisar banyak sekali, dengan rata- rata 12,5 persen dan 24 milidarcy. Tetapi lapangan minyak yang berumur Kapur Atas ini menempati daerah seluas 755.000 acre. Minyak yang telah dihasilkan telah lebih dari 390 juta barrel dan gas sebanyak 291 milyard kaki kubik. Sampai akhir 1965 cadangan yang masih didapatkan berjumlah Batuan reservoir 2 1.298.000.000 barrel minyakbumi dan 981 milyar kaki kubik gas. Iapangan minyak Saring di Libia yang @itemukan pada tahun 1961 adalah salah satu lapangan minyak raksasa dan menurut Sanford (1968), batu- Ppasirnya berumur Kapur dan mempunyai porositas rata-rata 18 sampai 19 persen sedangkan permeabilitas rata-vatanya beberapa ratus milidarcy dengan beberapa lapisan tipis dari 2 sampai 3 darcy. Setiap sumur mempunyai kapasitas 28.000 barrel per hari. Cadangan minyaknya 12 sam- pai 15 milyar barrel di tempat dengan ketinggian kolom minyak maximum 3000 meter. Sebagai contoh lapisan pasir yang bersifat arkosa ialah misalnya, di Texas-Panhandle. Lapisan arkosa ini terdapat dalam suatu jalur yang lebarnya 5 mil dan panjangnya 70 mil. Reservoir sebetulnya terdiri dari- pada jari-~jemari antara serpih merah dan arkosa yang bersih dengan ketebalan yang berkisar dari 0 sampai 2600 kaki atau lebih, sebagaimana terdapat dalam salah satu jalur. Seluruh lapangan ini panjangnya 125 mil dan meliputi kelompok pegunungan yang terkubur (Amarillo Mountains) . Ketebalan bersih arkosa di suatu daerah adalah 10 sampai 20 kaki, pro- duksi kumulatif telah mencapai 1,09 milyar barrel (sampai akhir 1967). Contch batupasir turbidit yang penting adalah dari Los Angeles dan Ventura Basin, California. Di sini batuan utamanya adalah greywacke. Produksi kumlatif dari 2 daerah ini telah mencapai 4,9 milyar barrel. Data lebih lanjut mengenai lapisan ini tidak aidapatkan. Hal ini dapat kita bandingkan dengan lapangan minyak Caltex di Indone~ sia yang sampai kini telah memproduksikan lewat 1 milyar barrel. 4.6 BATUAN RESERVOIR KARBONAT- GAMPING Batuan karbonat merupakan batuan reservoir penting untuk minyak- dan gasbumi. Dari 75 persen daratan yang dibawahi oleh batuan sedimen, kira-kira 1/5 dari masa sedimen ini terdiri dari batuan karbonat (gam- ping dan dolomit). Menurut Knebel dan Rodriguez (1956), 59 persen lapangan minyak yang besar terdapat dalam batuan reservoir batupasir, tetapi 40 persen terdapat dalam batuan karbonat. Jadi keseluruhannya meliputi suatu cadangan 87,3 milyar barrel. Di Timur Tengah saja ter~ dapat 79 milyar barrel. Beberapa daerah penting yang mempunyai batuan karbonat sebagai batuan reservoir adalah Texas Barat, sebelah Utara Mexico, @i sebelah barat Canada, dan di Venezuela. Dewasa ini batuan kaxbonat merupakan batuan reservoir yang cukup penting di Indonesia dengan ditemukannya minyak di Formasi Baturaja di Laut Jawa, Formasi Kujung di Laut Jawa Timur dan juga dengan ditemukannya lapangan minyak dengan produksi yang besar dari Formasi Kais dari Irian Jaya. Lain halnya dengan batuan pasir, reservoir batugamping lebih sulit dan lebih kompleks sifatnya. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai macam porositas sebagaimana telah dibahas. Selain berbagai macam jenis poros- itas, juga struktur sangat mempengaruhi porositas tersebut dan juga adanya dolomitisasi. Di tahun enampuluhan pengetahuan mengenai Batuan karbonat menjadi sangat luas karena penelitian yang dilakukan secara besar-besaran oleh banyak perusahaan minyak. Pada umumnya batuan karbonat dapat dibagi 4 macam, yaitu: 1) BATUAN KARBONAT YANG BERSIFAT KERANGKA atau yang secara populer dikatakan sebagai suatu terumbu (reef). 2) BATUAN KARBONAT YANG BERSIFAT KLASTIK 100 Koesoemadinats, Geologi Minyak- dan Gasbumi 3) BATUAN KARBONAT YANG BERSIFAT AFANITIK ATAU BATUGAMPING HALUS. 4) BATUAN KARBONAT YANG BERSIFAT DOLOMIT DAN KRISTALIN. Dari keempat batugamping tersebut semuanya dapat bertindak sebagai batuan reservoir, tetapi yang sangat menarik perhatian dan sangat pen- ting sebagai batuan reservoir adalah: terumbu, dolomit, dan batugamping klastik. Dalam bab ini lebih dulu akan dibahas mengenai batugamping ‘reef! kemu~ dian batugamping klastik dan baru terakhir mengenai dolomit. Dalam hal ini juga akan langsung dibahas mengenai bentuk tubuh batuan reservoir karbonat. Perlu dicatat 4i sini bahwa penyebaran porositas dan bentuk daripada.batuan reservoir sangat erat hubungannya dengan perangkap minyak atau yang. disebut perangkap stratigrafi. 4.6.1 TERUMBU KARBONAT SEBAGAI BATUAN RESERVOIR Terumbu (reef) dapat merupakan batuan reservoir yang sangat penting. Pada wmumnya terumbu terdiri daripada suatu kerangka dari koral, gang- gang, dan sebagainya yang tumbuh dalam laut yang bersih, berenergi gelombang tinggi dan mengalami banyak pembersihan sehingga rongga~ rongga antaranya khususnya menjadi sangat bersih. Juga di antara ke~ rangka tersebut terdapat banyak fragmen koral, dan foraminifera dari butiran bioklastik lainnya. Tetapi karena pertumbuhan ini terjadi di daerah yang berenergi tinggi maka biasanya menjadi lebih bersih. Dalam hal ini porositas yang didapatkan terutama berada dalam kerangka yang berbentuk rongga-rongga bekas binatang hidup yang biasanya kemudi- an disemen dengan sparry calcite sehingga porositasnya diperkecil. Adakalanya porositasnya juga diperbesar karena mengalami pelarutan lebih lanjut sehingga menjadi sangat gerowong atau bergua-gua. Sering- kali dalam reservoir semacam itu didapatkan lubang-lubang atau gerowong, yang dalam pemboran mengakibatkan hilangnya banyak lumpur pemboran sehingga pipa bor tiba-tiba jatuh. 4.6.1.1 Bentuk reservoir terumbu Bentuk batuan reservoir kerangka terumbu ini terbatas sekali karena terumbu koral yang juga diikat oleh ganggang dan sebagainya hanya tumbuh pada beberapa keadaan tertentu. Pada umumnya dapat dibedakan 2 macam reservoir terumbu, yaitu: 1) Terumbu yang bersifat ‘fringing’, atau merupakan suatu bentuk yang memanjang di lepas pantai. 2) Terumbu yang bersifat terisoler di sana-sini, yang sering disebut sebagai suatu ‘pinnacle’ atau ‘patch reef atau secara tepat dikatakan sebagai bioherm, yang muncul di sana-sini sebagai berbagai bentuk kecil secara tidak teratur. Suatu terumbu juga berasosiasi dengan bioklastik lainnya dan membentuk suatu akumulasi sedimen. Kadang-kadang terumbu itu menjadi satu sehing- ga membentuk suatu kompleks terumbu. Terumbu yang terbentuk linier, atau sebagai penghalang (barrier) biasanya bentuknya selain memanjang juga seringkali cukup besar serta memperlihatkan suatu asimetri dan biasanya terdapat pada pinggiran suatu cekungan. Seringkali terumbu jenis demikian terdapat pada pinggiran svatu paparan, yaitu di tempat @imana suatu paparan yang landai dan berenergi rendah tiba-tiba berubah menjadi suatu cekungan yang dalam, sehingga pada ujung paparan ini Batuan reservoir 101 ‘Terumbu barier ‘terbentuk kompleks terumbu yang igucnsacaiga merupakan penghalang (Gambar 4.11). Biasanya terdapat suatu struktur ~ tubuh tertentu yang terdiri dari PAPARAN (sHeLe) inti terumbu (reef-core) dan di mukanya dalam arah laut terbuka terhimpun hancuran akibat erosi Gombar 4.11 Diagram terumbu penghalang pada gelombang pada terumbu tersebut pinggiran suatu paparan dan membentuk suatu terumbu-muka (fore-reef). Inti terumbu yang memanjang itu merupakan suatu penghalang yang efektif sehingga di belakangnya terjadi suatu laguna yang airnya tenang. Laguna ini sering disebut suatu terumbu belakang (back-reef) , yang sangat baik untuk pembentukan evaporit atau pengkonsentrasian garam air laut sehingga wemungkinkan terjadinya dolomit. Laguna ini kadang-kadang bisa merupakan daerah yang sangat luas dimana gamping yang berenergi rendah terbentuk yang sebetulnya adalah gamping afanatik. Di sini kadang-kadang juga tumbuh terumbu yang terpisah-pisah yang di- sebut ‘patch reef’. Jelas sekali, bahwa terumbu muka dan juga bioklas~ tik yang berasosiasi dengan terumbu ini merupakan suatu bentuk tubuh yang memanjang, berselang-seling antara terumbu dengan klastik karbonat yang berenergi tinggi dan seringkali merupakan trend yang sangat khusus. Contoh suatu terumbu yang memanjang yang merupakan suatu trend yang terkenal adalah Golden Lane di daerah Tampico, Mexico. Bentuk reservoir ini merupakan suatu trend atau jalur yang panjangnya 70 sampai 145 km. Panjang yang mempunyai produksi adalah 85 km dan lebar rata-rata 1 kay Terumbu ini biasanya terdiri dari cetakan-cetakan moluska, rudista dan koral sehingga diperoleh porositas jenis primer. Selain itu juga poros- itas dibentuk karena patahan, retakan dan lain-lain. Contoh lain adalah terumbu Leduc-Woodbend ai Canada sebelah Barat. Terumbu yang disebut D-reefs terdapat dalam Formasi Nisku dan Formasi Ledue (Gambar 4.12) terdiri dari kerangka crinoid dan merupakan juga ‘terumbu yang memanjang. Tetapi pada beberapa tempat terdapat kombinasi yang lebih merupakan sebagai suatu bioherm. Misalnya saja Rainbow Mem- ber mempunyai tebal 756 kaki dan terdiri daripada terumbu yang didolo- mitisasikan dan porositas yang didapatkan adalah jenis gerowong (vug) dan interkristal yang baik sekali. Terumbu di Leduc/Woodbend itu mungkin dapat menghasilkan 284 juta barrel. Contoh yang penting daripada suatu terumbu di Timur Tengah adalah di Irak. Di sini terdapat suatu terumbu yang berumur Kapur dan Tersier. Lapangan minyak yang terdapat di sini adalah lapangan minyak Kirkuk di Trak Utara yang terdiri daripada suatu kompleks terumbu Tersier dan juga terumbu fosil lainnya yang berumur Kapur Atas Tengah maupun Bawah. Singkapannya sangat berbitumina. Lapangan Kirkuk ini 60 mil panjangnya dan produksi di tahun 1954 telah mencapai 165,9 juta barrel dan cadang- an yang diperkirakan adalah 7 milyar barrel. 4.6.1.2 Terumbu tiang Lapangan yang bersifat terumbu tiang (pinnacle) ditemukan di Libya yaitu lapangan Idris dalam cekungan Sirte yang didapatkan dari suatu ‘texumbu berumur Paleosen. Satu sumur kadang-kadang bisa menghasilkan 17 xibu barrel sampai 74,000 barrel per hari. Jenis terumbu ini kadang- kadang mempunyai suatu garis tengah yang hanya 2 sampai 3 km saja. 102 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi [oc enavire earn ‘uot LEDUC REEF TREND (ULTIMATE REEF PRODUCTION 2 BILLION BARRELS OIL) ZZ ow LEDUC REEF TREND ALBERTA, CANADA ‘Sourcesof Data (1) (5) aa {Reet Exploration in lan Jey, tndonesa) Gambar 4.12 Penampang melalui lapangan Leduc, di Kanada Barat (Gussow, 1954; Vincelette, 1973) Contoh yang baik untuk terumbu tiang sebagai reservoir ialah yang dida- patkan baru-baru ini di Irian Jaya, yaitu lapangan minyak Kasim dan Jaya. Sebetulnya telah pula ditemukan sebelumnya lapangan minyak Klamono- Klamumuk dan juga lapangan minyak Wasian dan Mogoi, tetapi dengan produksi yang tidak begitu menyolok. Lapangan minyak Kasim-Jaya (Gambar 9.48) merupakan suatu akumulasi dalam kulminasi terumbu yang Batuan reservoir 103 tumbuh di atas suatu kompleks terumbu yang merupakan suatu landasan. Bentuk terumbu Kasim-Jaya itu terdiri daripada batuan karbonat berener- gi tinggi yang panjangnya 7 km dan lebarnya 2,5 sampai 3,5 km dan mempunyai ketinggian atau relief vertikal 760 m di atas landasan tempat terumbu tersebut tumbuh, Porositasnya berkisar dari 14 persen sampai 40 persen dengan rata-rata 20 sampai 25 persen. Kolom minyak yang ter- dapat di sini adalah 128 m. Sumur Jaya mempunyai nilai yang sangat menyolok, yaitu dengan porositas lebih dari 30 persen dalam suatu kolom minyak setinggi lebih dari 100 m, malah kadang-kadang porositas- nya melebihi 42 persen, Sumur Kasim juga memberikan suatu produksi antara 21 sampai 23.000 barrel per hari (Vincellete, 1973). Contoh lain daripada batuan reservoir ini ialah di dalam Formasi Batu- raja di Laut Jawa sebelah barat yaitu lapangan minyak Kitty yang meng- hasilkan minyaknya juga dari terumbu batugamping (lihat Gambar pada ab mengenai Geologi Minyak Indonesia) . Lapangan minyak Jaya.dan Kasim merupakan terumbu yang bersifat pinnacle dan bukan terumbu yang memanjang seperti di Leduc atau Golden Lane di Mexiko dan tidak pula seperti yang terdapat di lapangan minyak Kirkuk. Dewasa ini terumbu yang bersifat pinnacle ini menjadi penting sekali. Jelas pula bahwa terumbu berasosiasi dengan dolomitisasi. Mengingat bahwa bentuk tubuh batuan terumbu ini sangat terbatas, malahan kadang~kadang kecil sekali, maka sering pada suatu explorasi bentuk tvbuh kecil ini terlewat. Oleh karena itu explorasi harus sangat teliti dan harus pula didasarkan pada beberapa analisis fasies batuan karbonat- 4.6.2 GAMPING KLASTIK Gamping klastik sering juga merupakan reservoir yang sangat baik, ter- utama dalam asosiasinya dengan oolit, dan sering disebut sebagai kalkarenit, Jadi jelas, bahwa batuan reservoir yang terdapat didalam oolit itu merupakan pengenéapan yang berenergi tinggi dan didapatkan dalam jalur Sepanjang pantai atau jalur dangkal dengan arus gelombang kuat. Porositas yang didapatkan biasanya ialah jenis porositas intergranuler, yang kadang-kadang juga diperbesar oleh adanya pelarutan. Porositas bisa mencapai setinggi 32 persen tetapi hanya mempunyai permeabilitas 5 milidarcy, Batuan reservoir oolit terdapat misalnya di cekungan Illinnois (Amerika Serikat), dimana terdapat oolit dalam gamping yang berumur Karbonat. Lapisan oolit ini disebut McClosky sand. Batuan ini terdiri daripada oolit yang kadang-kadang juga bersifat dolomit. Pori-pori terdapat di antara butirannya, dan porositasnya bisa-mencapai 10,3 persen dengan permeabilitas rata-rata 429 milidarcy (Arnold, 1939), Ketebalan rata- rata adalah 3 meter dengan faktor ‘recovery’ 3.000 barrel per acre. Dari suatu daerah seluas 10.000 acre, diperkirakan seluruhnya dapat menghasilkan minyakbumi 30.000.000 barrel. Contoh yang paling penting adalah di Saudi Arabia yaitu dari formasi Arab berumur Jura Muda, terutama dari anggota D. Formasi Arab ini mem- berikan hampir semua minyak yang diproduksiken di Saudi Arabia dah terdiri terutama dari oolit yang telah terkristalisasi dan terdolomiti- sasi. Selain itu porositas yang besar diperoleh karena terjadinya gerowong (vug) yang besar dengan cara pelacutan. Lapangan minyak yang produksinya berasal dari batuan ini adalah lapangan minyak Ghawar yang 104 Kocsoemsdinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi panjangnya 140 mil dan luasnya 875 mil persegi dengan kolom minyak maksimal 1.300 kaki. Satu sumur berpotensi memproduksikan 8.000 sampai 19.000 barrel per hari. Dari lapengan ini pada tahun 1957 telah dipro- duksikan 1,216 milyar barrel dari 229 sumur, Produksi total dari lapang- an ini diperkirakan 35 milyar barrel. 4.6.3 DOLOMIT Dolomit merupakan batuan reservoir karbonat yang jauh lebih penting dari jenis batuan karbonat lainnya. Harus diingat pula, bahwa kebanyak- an dari batuan karbonat seperti terumbu ataupun oolit sedikit banyak telah pula ikut didolomitisasikan. Cara terjadinya dolomit ini tidak begitu jelas, tetapi pada umumnya dolomit ini bersifat sekunder atau sedikit banyak dibentuk sesudah sedimentasi. Masalah cara pembentukan porositas dalam dolomit banyak menghasilkan berbagai macam interpretasi. Salah satu teori mengenai hal ini ialah bahwa porositas timbul karena dolomitisasi batuan gamping sehingga molekul kalsit diganti oleh molekul dolomit, dan karena molekul dolomit lebih kecil daripada molekul kalsit maka hasilnya akan merupakan pengecilan volum sehingga timbullah rongga- rongga. Jadi jelaslah adanya hubungan antara dolomitisasi dan porositas. Dolomit yang biasanya mempunyai porositas yang baik bersifat sukrosik yaitu berbentuk hampir menyerupai gula pasir. Rupa-rupanya dolomit ini terbentuk karena pembentukan kristal dolomit yang bersifat euhedron dan tumbuh secara tidak teratur di antara kealsit. Kalsit yang belum digantikan oleh dolomit terlarutkan, oleh karena daya larut kalsit aebih besar daripada dolomit. Dengan demikian terbentuk porositas interkristalin, karena kristal dolomit yang masih tertinggal sulit larut, Pelarutan kalsit ini menyebabkan terjadinya pori~pori. Hal ini terjadi dalam gamping afanitik dengan partikel-partikel yang berukuran pasir tersebar di sana-sini, yang kemudian mudah sekali didolomitisasi- kan. Sering juga di dalam dolomit ini terdapat porositas yang bersifat gerowong yang mungkin disebabkan karena banyak kalsit yang belum digan- ti oleh dolomit, dan berbentuk 'patches' atau bentuk yang lebih besar daripada satu kristal. Semua bentuk itu kemudian dilarutkan dan meng- hasilkan porositas gerowong ini. Dolomitisasi juga terjadi dalam batuan gamping yang bersifat terumbu. Bahkan banyak koral yang didolomitisasi juga menimbulkan gerowong~gerowong yang besar sehingga memperlihatkan, porositas interkristalin. Porositas yang terjadi karena dolomitisasi ini telah menimbulkan banyak diskusi dimasa yang lalu. Dewasa ini pengetahuan mengenai dolomitisasi diketabui lebih baik, antara lain bahwa dolomitisasi terjadi tidak lama setelah sedimentasi atau dalam bahasa Inggrisnya 'penecontemporaneous’. Dalam hal ini ada dua macam dolomit yang terjadi, yaitu: 1) DOLOMIT YANG BERSIPAT PRIMER, terbentuk dalam suatu laguna atau laut tertutup yang sangat luas, dengan temperatur sangat tinggi. Misalnya, @i tepi Teluk Persia (Illing, Welles dan Taylor, 1965) terdapat suatu paparan yang dangkal tetapi luas dan tertutup dari laut terbuka dimana terjadi evaporasi yang sangat cepat. Keadaan demikian menghasilkan air laut yang kadar garamnya jauh lebih tinggi daripada laut biasa. Selain itu terjadi pula pengendapan kalsit secara kimia, karena keluarnya CO, oleh temperatur yang tinggi, dan kemudian menghasilkan pengendapan kalsiumsulfat atawpun gipsum dan anhydrit. Dengan demikian kadar Mg/ca akan lebih tinggi daripada air laut biasa. Air yang demikian akan menye- rap ke dalam sedimen gamping yang telah terendapkan lebih dulu dan Batuan seservoir 105 kemudian merubah gamping tersebut menjadi dolomit yang bersifat sukro- sik. Cara pembentukan dolomit yang serupa terjadi di daerah gurun di tepi teluk tersebut dan disebut 'sebkha'. Di sini airtanah yang bersi~ fat air laut menguap dibantu oleh gerakan kapiler, dan dalam pori-pori diendapkan dolomit primer. 2) DOLOMIT YANG BERSIFAT RUBAHAN (replacement), terutama terjadi pada dolomitisasi gamping yang bersifat terumbu. Proses pembentukan dolomit ini dikemukakan oleh Deffeyef, Lucia dan Weyl (1965) dengan suatu teori yang disebut teori Supratidal Seepage Reflux. Di sini dijelaskan bahwa terumbu yang bersifat penghalang akan membentuk suatu laguna di bela- kangnya. Laguna ini hanya terisi air laut pada waktu-waktu badai, dan air laut yang terdapat di belakang terumbu yang menghalangi itu menjadi sangat tinggi kegaramannya sehingga terjadi peningkatan perbandingan Mg/Ca. Sebelumnya tentu CaCO, atau gipsum dapat diendapkan terlebih dahulu. Tetapi endapan gipsum yang demikian itu biasanya mudah sekali larut kembali dalam air tawar yang berasal dari hujan dan juga karena air laut. akan tetapi air garam yang terjebak di dalam laguna yang demikian, Mg-nya akan sangat tinggi dan juga berat jenisnya akan mening- kat. Oleh karena itu akan terjadi suatu perembasan kembali (reflux) melalui pori-pori yang terdapat dalam gamping kerangka ataupun terumbu tersebut untuk kembali lagi ke laut bebas. Pada waktu perembasan mela~ lui kerangka gamping, terjadilah dolomitisasi. Teori ini dapat diterima terutama untuk terumbu Perm (E1-Capitan Reef di Amerika Serikat) yang dikemukakan oleh King (1946). Teori ini disebut juga reflux rembasan (seepage reflux) yang pertama kali ditemukan oleh Adams dan Rhodes (1960) dan dapat menerangkan terjadinya dolomitisasi gamping terumbu. Dengan demikian jelaslah, bahwa dolomitisasi ini merupakan proses yang . Paling penting dan asosiasinya dengan porositas sangat jelas. Sebagai contoh batuan reservoir dolomit, misalnya ialah di Chio Barat dan Indiana bagian Timur dimana batugamping Trenton yang berumur Ordo- visium juga terdolomitisasikan. Salah satu lapangannya adalah lapangan Lima, Indiana, yang panjangnya 150 mil dan lebarnya dari 1 sampai 20 mil, Lapangan ini menghasilkan sumur yang berproduksi dari 10 sampai 20 barrel, tetapi kadang-kadang 1000 sampai 2000 barrel per hari. Contoh daripada suatu reservoir yang telah didolomitisasikan adalah lapangan minyak Pozarica di Mexiko. Di sini jelas kelihatan bahwa litologi yang bersifat kerangka, terdolomitisasi sangat kuat dan mem- perlihatkan porositas yang bersifat gerowong dan kadang-kadang bersifat intergranuler. Mungkin pada permulaannya porositas bersifat kerangka dan kemudian dimodifikasikan karena pelarutan dan dolomitisasi. 464 GAMPING AFANITIK Batugamping yang bersifat afanitik dapat pula bertindak sebagai batuan reservoir, terutama kalau porositasnya didapatkan secara sekunder (induc- ed), misalnya karena peretakan ataupun karena pelarutan di bawah suatu ketidakselarasan. Salah satu contoh adalah lapangan minyak di Iran. Menurut Hull dan Warman (1968), lapangan minyak di Iran itu produksinya berasal dari gamping Formasi Asmari yang berumur Oligo-miocene. Salah satu lapangannya adalah lapangan Mesjid'i Sulaeman. Gamping itu sangat halus dan ketat dan tidak memperlihatkan adanya porositas, tetapi lapangan minyak di Formasi Asmari ini betul-betul bervkuran raksasa 106 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi dengan cadangan lebih dari 1 milyar barrel. Seluruh porositas di sini dibentuk dalam rekahan yang disebabkan karena perlipatan. Lapangan tersebut terdapat dalam suatu daerah yang stratigrafinya sangat konstan, tetapi terdapat dalam perlipatan dengan amplitudo besar sehingga menghasilkan perekahan dan pematahan yang sangat ekstensif di dalam lapisan gamping yang sangat ketat ini. Suga di lapangan minyak lainnya, seperti Kirkuk dan Ain Zalah di Irak, Lapangan minyak Durham Ji Qatar, rekahan serta pematahan memegang Peranan penting dalam batuan reservoir yang secara primer bersifat sangat ketat. 4.7 BATUAN RESERVOIR ANEKA RAGAM Berbagai macam batuan lainnya dapat pula bertindak sebagai batuan reservoir walaupun tidak dalam jumlah cukup besar. Misalnya saja dalam serpih batu lanau ataupun dalam bat rijang bisa terbentuk suatu reservoir disebabkan karena rekahan sehingga merupakan suatu lapangan minyak. Lapangan Florence di Colorado yang menghasilkan minyak dan serpih yang bernama Pierce Shale, berumur Kapur Bawah- Kapur Atas dan produksi sama sekali didapatkan. dari serpih ini. Lapangan minyak Rangely di Colorado sebelah barat, juga memproduksi 23 juta barrel minyak dari serpih yang berumur Kapur Atas. Lapangan minyak Roosevelt dan lapangan minyak Duchesne di Utah dalam Formasi Green River dan Wasatch berumur Miosen dan bersifat non~marin. Minyak di lapangan ini didapatkan dari serpih dan lanau yang rekah- rekah atau patah-patah. Produksi untuk lapangan Roosevelt diperkirakan bisa mencapai 58 juta barrel. Lapangan minyak Spraberry di Texas Barat merupakan suatu ‘trend’ yang lebarnya 50 sampai 70 mil dan panjang sampai 150 mil. Formasi yang menghasilkan adalab suatu serpih hitam yang kadang-kadang lanauan dengan ketebalan kira-kira seribo kaki. Di antaranya juga terdapat selang- seling gamping dan dolomit yang tipis. Reservoir itu mempunyai permeabi- litas 0,5 milidarcy dengan porositas 8 persen, tetapi karena rekahan maka terdapat produksi cukup besar yang pada tahun 1955 secara kumu- latif telah mencapai 67,5 juta barrel. Jelasiah, bahwa walaupun serpih tidak merupakan batuan reservoir yang utama tetapi tetap memberikan cadangan-yang cukup besar. Di Amerika Serikat sampai tahun 1953 saja, telah terdapat produksi sebanyak 45,5 milyar barrel dimana 1,5 persen atau 0,7 milyar barrel terdapat dari xeservoir jenis demikian. Batuan beku dan batuan metamorf dapat pula bertindak sebagai batuan reservoir jika terdapat dalam keadaan rekah-rekah. Menurut Landes (1960), minyak bisa didapatkan dalam batuan dasar yang bersifat batuan beku atau metamorf seperti terdapat di Venezuela, California, Kansas, Maroko dan yang secara total telah memproduksikan minyak sebanyak 100 juta barrel. Produksi ‘permulaan dari batuan reservoir jenis terpecah-pecah atau rekah-rekah biasanya dapat mencapai 17,000 barrel tiap hari. Salah satu contoh misalnya, ialah di Kuba dimana reservoir didapatkan dari batuan beku-ultra basa seperti serpentin. Di sana terdapat & lapangan minyak yang pada tahun 1964 menchasilkan 710 barrel minyak tiap hari, antara lain juga dari batuan volkanik yang bersifat patah- patah atau rekah-rekah. Di Kuba ini minyak lebih banyak diproduksi Batuan reservoir 107 dari batuan beku daripada batuan sedimen. BATUAN VOLKANIK. Di Indonesia batuan ini mendapatkan perhatian yang khusus karena didapatkannya minyak di Jatibarang (Jawa Barat) yaitu dalam lava dan tufa. Di sini sebetulnya produksi didapatkan dari xekahan atau dari retak-retak yang terjadi dalam batuan tersebut dan bukan dari porositas primer. Contoh lain adalah lapangan minyak Tanjung (Kalimantan Tenggara), dimana minyak didapatkan pada dasar cekungan, Di sini batuan diabas yang terlibat dalam retakan-retakan dan patahan-patahan merupakan reservoir yang cukup penting. Ciri daripada reservoir batuan volkanik tersebut adalah bahwa karena sifat retakan tersebut, produksi permulaan tinggi sekali, tetapi kemudian produksi menurun dengan cepat pula. Dapat disimpulkan bahwa batuan reservoir volkanik atau batuan beku ini merupakan kekecualian daripada suatu aturan umum. Hanya diberbagai tempat saja dimana secara kebetulan batuan dasar atau batuan beku itu retak-retak karena patahan, atau karena beberapa sebab tektonik lainnya berada dekat dengan batuan sedimen yang mengandung minyak, maka mereka bertindak sebagai batuan reservoir. Hal seperti itu sama sekali bukan merupakan sesuatu yang umum. 108 Koesoemiadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi 5 Perangkap reservoir Perangkap reservoir merupakan unsur paling penting dalam cara terdapat- nya minyak- dan gasbumi. Malahan explorasi atau pencaharian minyak- dan gasbumi sampai kini ditujukan kepada pencaharian perangkap. Istilah perangkap atau jebakan (trap), mengandung arti seolah-olah minyak ter~ jebak atau tersangkut dalam suatu keadaan sehingga tidak bisa lepas agi. Hal ini disebabkan karena walaupun minyak merupakan suatu fasa tersendiri, namun selalu berada bersama-sama dengan air (air formasi). PENGERTIAN PERANGKAP HIDROSTATIK DAN HIDRODINAMIK — TEORI POTENSIAL Yeori potensial. Adanya perbedaan fisik antara minyak dengan air yang tidak saling melarutkan dan terutama juga perbedaan berat-jenis kedua wat itu, waka minyak akan selalu naik ke atas dan menurut teori akan mencari tempat dengan potensi yang paling rendah. Dari segi teori medan, maka setiap tetes minyak akan mengikuti garis-garis gaya sampai berada di suatu titik dengan potensi yang paling rendah. Dalam keadaan hidrostatik, maka satu~satunya gaya adalah gaya berat yang arahnya vertikal. Karena sifat minyak yang lebih ringan daripada air, maka gaya tersebut akan berarah ke atas. Setiap tetes minyak akan terus mengikuti garis vertikal sampai tetes itu mendapatkan tempat dimana ia tidak dapat ke mana-ana lagi, yaitu suatu titik dimana potensialnya paling zendah. Dengan demikian setiap tetes minyak itu akan selalu mencari daerah dimana bidang potensialnya paling rendah.. Semua bidang potensial itu biasanya horizontal atau tegak lurus pada garis-garis gaya dan makin ke atas letaknya nilai potensialnya makin rendah. Sepanjang bidang potensial yang sama besar gayanya akan sama, sehingga untuk menggerakkan atau menahan setiap tetes minyak sepanjang bidang ini tidak diperlukan gaya. Bidang potensial ini sangat penting dipan-. dang dari segi pengertian tutupan (closure). Dalam prakteknya bidang ini adalah batas antara air dan minyak dalam reservoir. Jika air berada dalam keadaan statik maka satu-satunya gaya adalah vertikal ke atas. Keadaan ini disebut suatu perangkap hidrostatik. Tetapi jika terdapat berbagai gaya lain, misalnya air bergerak ke suatu arah, maka resultan- nya adalah suatu gaya yang tidak vertikal ke atas tetapi agak miring (Gambar 5.1). Dengan demikian juga bidang potensial, dalam hal ini bidang batas air minyak akan miring. Maka dalam keadaan ini ada atau tidak adanya _ perangkap harus juga diterangkan oleh bidang potensial yang miring ini. Dengan demikian perangkap dikatakan dalam keadaan hidrodinamik. Dipandang dari segi sejarahnya, teori perangkap dikemukakan oleh Sterry Hunt yang mengatakan, bahwa minyakbumi selalu terdapat di atas atau di puncak suatu antiklin. Berbagai prinsip mengenai minyak dan air serta prinsip lainnya yang menyatakan, behwa winyak itu selalu mencari 109 tempat yang tinggi belum begitu jelas pada waktu itu dan mungkin berbagai keterangan lain harus diberikan untuk menerangkan mengapa minyak berakumulasi di atas puncak suatu antiklin. bidang equipotent! Sebetulnya perangkap adalah tidak DALAM KEADAAN STATIS. lain daripada bentuk lapisan pe- nyekat. Resultante Lapisan penyekat itu dibentuk se- demikian rupa sehingga minyak tidak dapat lari ke mana-mana lagi. Bentuk ini akan menahan tetes-tetes minyak dalam perjalanannya sepanjang garis-garis gaya. is Oleh karena itu kita bisa membagi vaxiavaioown rere duets perangkap dalam 2 jeni DALAM KEADAAN HIDRODINAMIS Gambar 6.1. Meden gaya yang bokerja pada titi-itik 1) PERANGKAP DALAM KEADAAN HIDRO- sua, eae minyak dalam perangkap reservoi STATIK. data keadaen hidrostatik dan hidro- 2) PERANGKAP DALAM KEADAAN HIDRO- dinamik DINAMIK. 5.1 PERANGKAP DALAM KEADAAN HIDROSTATIK- KLASIFIKASI UMUM Di dalam perangkap yang berada dalam keadaan hidrostatik, tetes minyak akan selalu berusaha bergerak vertikal ke atas. Untuk ini harus terda- pat suatu pembentuk dari lapisan reservoir sedemikian rupa sehingga tetes-tetes ini tidak akan lari ke mana~mana lagi. Dalam hal ini dapat kita analogikan dengan air pada permukaan bumi; karena gaya berat air akan selalu berusaha bergerak ke bawah dan dengan demikian untuk menangkap air yang selalu meluncur ke bawah harus dibentuk suatu wadah yang menutup air itu dari segala arah kecuali dari atas. Misal- nya, suatu mangkok yang bisa diisi sampai pinggirannya. Dalam hal Perangkap minyak maka dapat dimisalkan mangkok ini dibalikkan, dan di sini mangkoknya ialah lapisan penyekat. Pembentukan lapisan penyekat dan lapisan reservoir pada umumnya dapat terjadi secara: struktur, stratigrafi, dan kombinasi antara struktur dan stratigrafi. Dalam hal perangkap yang lapisan penyekatnya dibentuk karena keadaan struktur maka lapisan ini dapat dilipat ataupun dipatahkan sehingga lapisan reservoir pun ikut dibentuk dari berbagai arah disebabkan karena struktur. Dalam hal perangkap stratigrafi maka pembenttukan disebabkan karena sedimentasi, antara lain karena sedimentasi lapisan penyekat itu mengelilingi lapisan reservoir sedemikian rupa sehingga lapisan penyekat tersebut secara otomatis menutupnya dari berbagai macam arah terutama dari arah atas. Dalam hal perangkap.kombinasi maka Penutupan mempergunakan elemen struktur ataupun elemen stratigrafi. Pembagian perangkap semacam ini dikemukakan oleh Levorsen (1958). Sebetulnya terdapat juga beberapa klasifikasi lainnya misalnya oleh Clapp, de Sitter dan lain-lain, (Tabel 5-1 dan Tabel 5-2), namun 110 Koesoemadinsta, Geologi Minyak- dan Gasbumi ‘Tabel 5-1 Klasifikasi perangkap menurut berbagal penutis (Clapp, Wilson, Heald, Heroy, dan Witheim} KLASIFIKASI CLAPP, 1917 1 Struktur ekiimal eau subaktinet I Struktur antiktia dan sinisin @ Antiklin kuat yang berdiri sendiri b Pergantian antiklin dan sinklin yang jelas ditentukan ¢ Lipatan geantiklin yang lebar 2 Lipatan tersungkep @ Sifat lensa dari pasir AM Strukctur monaldin a Hidung monoklin b Jurang monoklin © Teras struktur ateu antiklin terhenti (arrested anticline) a Sifat lensa dari pasir WW struktur ‘quaquaversal’ atau kuboh Bigul antiklin atau antiklin-silang (cross-anticline) Bisul monoklin Xubah garam tertutup Struktur ‘quaquaversal' yang disebabkan sumbat volkanik Kubah garam yang berlubang-lubang Kontak antara batuan sedimen den batvan beku Kontak sedimen dengan sunbat volkanik Xontak sedimen dengan korok Kontak sedimen dengan lapisan intrusi Kontak sedimen dengan batuan beku lainnya sore < eaare VI Lapisan yang miring secara tidak selaras meniauhi gois pantsi VII Golah-cetah betuan bekes VIII Cetah-colah batuan sedimen 1K Patehan, a sisi yang terangkatkan b sisi yang terturunkan © Sesar sungkup X Tersekat oleh endapen bitumina KLASIFIKAS! WILSON, 1936 i Reservoir tertutup a Reservoir tertutup karena deformasi lokal b Reservoir tertutup karena perubahan porositss batuan (tidak memer- lukan deformasi struktur kecuali kemizingan wilayah) © Reservoir tertutup oleh kombinasi¥lipatan dan variasi porositas @ Reservoir tertutup karena konbinasi patahan dan variasi porositas MW Reservoir trebuka (tidak mempunyei komersiil) KLASIFIKASI HEALD, 1940 1 Tertutup karena deformasi lokal dari lapisan 2 @ertutup karena variasi permeabilitas batuan KLASIFIKASI HEROY, 1941 1 Perangkap pengendapan 2 Perangkap diagenesa. 3 Perangkap deformasi RLASIFIKAS! WILHELM, 1945, Reservoir perangkap konvex Reservoir perangkap perneabilitas Reservoir perangkap:penbasien Reservoir perangkap patahan Reservoir perangkap penenbusan (piercement) ween Perungkap seservoic 111 klasifikasi Levorsen sangat sederhana dan pokoknya asal unsur-unsur penutup tadi memenuhi persyaratan sehingga sebetuinya kemungkinan dari- pada ini banyak sekali. 5.2 PERANGKAP STRUKTUR Perangkap struktur merupakan perangkap yang paling orisinil dan sampai dewasa ini merupakan perangkap yang paling penting. Jelas di sini berbagai unsur perangkap yang membentuk lapisan penyekat dan lapisan veservoir sehingga dapat menangkap minyak, disebabkan karena gejala tektonik atau struktur, misalnya pelipatan dan pematahan. Sebetulnya kedua. unsur ini merupakan unsur utama dalam pembentukan perangkap. 5.2.1 PERANGKAP LIPATAN (PETA STRUKTUR BERKONTUR PENGERTIAN TUTUPAN) Perangkap yang disebabkan pelipatan ini merupakan perangkap utama, pe- xangkap yang paling penting dan merupakan perangkap yang pertama kali dikenal dalam pengusahaan minyakbumi. Unsur yang mempengarvhi pembentuk- an perangkap ini ialah lapisan penyekat dan penutup yang berada di atas- nya dan dibentuk sedemikian rupa sehingga minyak tidak bisa lari ke mana-mana, (Ganbar 5.2). Minyak tidak bisa lari ke atas karena terha~ lang oleh lapisan penyekat, juga ke pinggir terhalang oleh lapisan Penyekat yang melengkung ke daerah pinggir, sedangkan ke bawah terha- lang oleh adanya batas air minyak atau bidang ekipotensial. Namun harus diperhatikan pula bahwa perangkap ini harus ditinjau dari segi 3 dimensi, jadi bukan saja ke barat dan timur, tetapi juga ke arah utara-selatan harus terhalang oleh lapisan penyekat. PETA STRUKTUR BERKONTUI Cara menggambarkan keadaan yang demi~ kian itu, selain dengan penampang juga harus dinyatakan dalam 3 dimensi antara lain dengan adanya suatu denah yang memperlihatkan + Arah lengkungan daripada bidang perla~ ~ kemiringan pisarf tadi. Cara pengutaraan demi- kian disebut cara sistem kontur a COE struktur. sebetulnya kontur Mi fow. tiosn, struktur ini diperlihatkan oleh caeeaeeet garis-garis kontur yang tidak Sia cer lain merupakan garis-garis batas Bidang aquifotensal betas scaminyak ; ; See Se Japisan penyekat dengan lapisan mbar ey ie reservoir yang mewakilinya pada comin 2 rngtop waka ketinggian yang sama. Apabila kita bayangkan sekarang suatu , antiklin sebagai suatu mangkck yang memanjang dan tertelungkup dan pada beberapa kedalaman tertentu dipotong oleh bidang horisontal (Gambar 5.3). Misalnya pada setiap interval 5 atau 100 meter terdapat bidang-bidang horisontal yang memotong bidang mangkok atau bidang 112 Kocsoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi Pota struktur berkontur vang kan. Garle-garts kontur Kedalaman sebenarnye, Gombar 5.3 Seberapa prinsip kontur struktur (diadaptasikan dati LeRoy, 1951), kungan ataupun karena patahan atau penyekat lapisan reservoir terjadi “Titik impab Gambar 5.4 Perangkap struktur memperi Unsur ttik limpah dan tutupan, lengkung daripada antiklin itu. Garis potong yang terjadi biasanya berbentuk garis lengkung yang ter- tutup. Untuk suatu bentuk bola, garis potong berbentuk Lingkaran. Dengan memproyeksikan semua garis ini pada bidang horisontal yang terdapat pada bagian atasnya, kita mendapatkan garis-garis kontur, yang secara jelas memperlihatkan penutupan lapisan reservoir dai berbagai arah. Makin di luar ke- dudukan bentuk ini, makin rendah- lah kedudukan lapisan penyekat. Jelas di sini, bahwa untuk ter- dapatnya suatu perangkap bukan semata-mata struktur antiklin saja yang diperlukan tetapi juga bentuk lapisan penyekat yang sedemikian rupa (misalnya disebabkan karena stuktur) sehingga karena peleng- gejala struktur lainnya penutupan dari semua arah kecuali dari bawah. PENGERTIAN TUTUPAN (closure) Batas bawah suatu akumplasi minyak ditentukan oleh batas aix-minyak yang disebut bidang ekipotensial. Dalam keadaan hidrostatik bidang ekipotensial horisontal. Jadi, titik tertinggi dimana bidang horisontal menyinggung, lapisan penyekat merupakan bidang batas maksimal dari air-minyak, karena jika batas ini lebih rendah, minyak akan melimpah keluar dari perangkap. Dengan demikian, juga sebagaimana wadah suatu cairan pada permukaan bumi, maka suatu perangkap mempu- nyai titik limpah, dan batas maksimal wadah dapat diisi oleh cairan disebut ‘tutupan' (closure). Tutupan ini ditentukan oleh adanya titik limpah (spill-point). Titik limpah adalah suatu titik pada Perangkap dimana kalau minyak ber- tambah, minyak mulai melimpah ke bagian lainnya yang lebih tinggi dari kedudukannya dalam perangkap ini. Gambar 5.4 memperlihatkan hubungan titik limpah dengan batas maksimal perangkap itu dapat diisi minyak. Batas maksimal ini yang secara areal diperlihatkan dalam peta struktur disebut tutupan areal (areal closure), Perangkap reservoir 113 sedangkan tinggi kolom minyak yang maksimal disebut tutupan vertikal (vertical closure). Dalam mengevaluasi suatu perangkap minyak, tutupan ini sangat penting karena menentukan besar kecilnya cadangan yang mungkin didapatkan dalam suatu perangkap. Jadi jelasiah, bahwa yang dimaksud dengan ‘closure! ini bukan semata mata batas air-minyak atau batas minyak, tetapi batas maksimal dimana minyak dapat menempati Perangkap. Dengan demikian, terdapatnya berbagai macam jenis lipatan tidaklah menjadi soal yang penting perangkap harus tertutup dari segala areh. Gambar 5.5 dan 5.6 memperlihatkan berbagai macam contoh perangkap lipatan, terutama antiklin. c SELAT MAKASAR, PANYILATAN-2 * satixi E Penghasil gat/Kondenset 3 mile MH Ponghasit minyak/Gas Gambar 5.5 Peta struktur berkontur lapangan minyak Badak sebagai contoh perangkap tipatan (Gwinn, Helmig dan Kartaadiputra, 1974) 114 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi KRUKA, SCALE ° 7.0 km 77 Contourmap top 61. Kr.4868 WESTFIELD sceNTRALS EAST FIELO A FIELD +. ro SSS EDs Caney Layer Longitudinal section — CENTRAL EAST PUNGAN WEST FIELD SENTIAL, pie FELD eM FIELD No. 32 kesonca MUD. VOLCANO, SCALE MT A 1.0 Km |Gabus: contour Map MEM Layer t To Subsurtace taht Cross-section — Surface fault SCALE, 0.5 km Gambar 5.6 Peta struktur berbagai jenis perangkap swuktur, besesta penampangnya dari daerah Jawa Timur {amenurut Soetantri dkk., 1973) Perangkap reservoir us Di sini terlihat berbagai macam bentuk perangkap, yaitu: memanjang, melengkung asimetris, simetris, pendek dan sebagainya. Ditinjau dari segi peristilahan, maka lipatan yang tertutup dan melengkung dari se- gala arah ini disebut juga suatu antiklin yang menunjam-ganda (double plunging). Jika antiklin ini menunjam ganda dan sumbu panjangnya dibandingkan terhadap sumbu pendeknya lebih besar daripada 2/3, maka bentuk lipat- an yang demikian disebut kubah (dome). Jika antiklin mempunyai perbandingan sumbu panjang terhadap sumbu pendeknya di antara 2/3 dan 1/3, maka pelipatan ini disebut suatu branchi~antiklin, jika kurang daripada 1 : 3 disebut svatu struktur antiklin. Perangkap lipatan didapatkan dalam berbagai jenis, tetapi seringkali merupakan rangkaian antiklin yang mengikuti suatu arah suibu tertentu. Maka seringkali di atas rangkaian antiklin ini ter- dapat tutupan tersendiri yang dinamakan 'kulminasi' daripada antiklin. Kulminasi inilah yang merupakan perangkapnya dan bukan antiklinnya sen- diri. Contoh daripada kulminasi di atas suatu sumbu antiklin adalah an- tiklin Ledok-Wonocolo-Kidangan. Lapangan minyak itu semanya terdapat di atas suatu antiklin tetapi merupakan kulminasi sendiri (Gambar 5.7). Terdapatnya suatu antiklin dalam arah (trend) tertentu merupakan hal yang biasa sekali. Di lain fihak sering antiklin tidak panjang tetapi bersifat seperti kubah yang penempatannya tidak beraturan, Tetapi sering pula kubah ini berada sepanjang sumbu antiklin yang lebih memanjang. PENILAIAN SUATU PERANGKAP LIPATAN: i Persoalan yang dihadapi dalam mengevaluasikan suatu perangkap lipatan terutama ialah mengenai ada tidaknya tutupan, jadi tidak dipersoalkan apakah lipatan itu ketat atau lanéai, yang penting adalah adanya tutupan. FIELOS Noa - 5 - 8 - 29 - 30. KAWENGAN Corisicting of: KAWENGAN shallow BANDANGILO. ‘WONGSAR! KAWENGAN doops KIDANGAN OK Contour top Noroyang sands Noudai/Wonosart Thi w "OK _Kidangan oe Gambar 5.7 Rentetan lapangen minyak Kidangan- Wonocolo di atas suatu sumbu antikiin (menurut Soetantri, kk, 1973) 116 Koesoemadinata, Geotogi Minyak- dan Gasbumi ‘Tutupan pada pormukean permukean a Tutupan mengeci nila Tupupen monahilaay = 4 Gambar 5.8 Perubahan tutupan pads perlipetan konsentrik, Suatu lipatan dapat saja terbentuk tanpa terjadinya suatu tutupan se~ hingga tidak dapat disebut suatu Perangkap. Selain itu juga ada ti- daknya tutupan sangat tergantung pada faktor struktur dan posisinya ke dalam. Misalnya, pada permukaan dapat saja kita mendapatkan suatu tutupan tetapi makin ke dalam, tu~ tupan itu mehghilang. Menurut Levor- sen (1958) menghilangnya tutupan ini disebabkan faktor bentuk lipatan serta pengaruhnya ke dalam, antara lain: 1) Bentuk lipatan, yaitu apakah 1i- patan sejajar atau sebangun. Dalam hal lipatan sejajar atau konsentrik, maka lipatan makin ke dalam makin menghilang atau makin kecil tutupan- nya dan kadang-kadang menghilang sama sekali. Dilain finak’ apabila lapisan terlipat sedang,. maka makin ke dalam akan lebih baik (Gambar 5.8). 2) Pelipatan bersifat diapir atau tak selaras, yaitu cara pelipatan di atas, dan di bawah suatu lapisan'tertentu yang tidak sama. Hal ini dise- babkan karena pengaruh adanya berbagai lapisan yang tidak kompeten. Lapisan biasa’ saja terlihat bagus sekali menjadi antiklin dengan tutupan, tetapi bisa pula terdapat suatu lapisan yang tidak kompeten yang di bawah~ nya ternyata tidak terdapat pelipatan sama sekali, atau telah berubah men- jadi suatu bentuk diapir. Sebagai contoh misalnya, lapangan Kirkuk, Irak (Gambar 5.9). SCHEMATIC CROSS SECTION OF KIRKUK SOUTH EAST DOME : NOT TO SCALE Seen BIR SEESA GEILE IE ELIS SESS, ESS EEE) Lower fars salt EER Upper cretaceous: globigerinal marty Vimestones ZA Berriasian cslca- Feous mudstones SX SS BONE LOS ‘Gambar 5.9 Perubanan tutupan karena pelipatan bersifat diapir, lapangan Kirkuk, trak (H.V. Dunnington, 1958) Perangkap reservoir 17 IN I. Gambar 6.10 Perubshan tutupan karene pelipatan yang berulang-ulang, —— ————— a Gambar 5.11 Perubahan tutupan kerena ketidak- selarasan. permukaan :Tutipan Bede kedalaman resorvolr Gambar 5.13. Pengaruh konvergensi lapisan terhadop tutupan (diadeptasikan dari Levorsen, 1958) 118 Koesqemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi 3) Pelipatan berulang, yaitu pelipatan yang terjadi secara berulang-ulang pada waktu berlang- sungnya sedimentasi. Jadi, dari atas bisa kelihatan suatu lipatan yang landai yang memperlihatkan tutupan pada permukaan, tetapi ke bawah makin berubah atau men- jadi lebih ketat serta tidak memperlihatkan tutupan (Gambar 5-10). 4) Ketidakselarasan, jelas men- Punyai efek yang penting. Suatu lipatan yang ada di atas suatu ketidakselarasan mungkin saja tidak terdapat di bawahnya, karena struktur yang di atas dan ai bawah tentu akan berlainan (Gambar 5.11). 5) Lipatan asimetris, menberikan bidang sumbu yang miring, sehing- ga menentukan pula lokasi dari- Pada tutupan atau kulininasi. Maka dalam mengevaluasi suatu lipatan yang asimetris ada kalanya kulminasi pada permuka- an itu telah tergeser ke arah miringnya bidang sumbu kelipatan (Gambar 5.12). 6) Konvergensi Japisan, yaitu menipisnya lapisan ke suatu arah. Karena pengaruh penipisan perla- pisan ke suatu arah, maka adanya suatu tutupan pada permukaan dapat saja menghilang pada keda- aman dimana lapisan reservoir terdapat (Gambar 5.13). Dalam mengevaluasikan suatu tutup- an, kita harus yakin apakah semua lapisan itu berkonvergensi atau tidak. Dalam hal mengevaluasikan pelipat— an sebagai perangkap selain dari adanya tutupan juga harus dieva- luasi apakah tutupan tersebut terdapat pada lapisan reservoir. Jika kita menemukan berbagai macam lapisan reservoir pada berbagai kedudukan stratigrafi, maka tutupan yang terdapat pada suatu lapisan reservoir belum tentu terdapat pada lapisan yang berada 4i bawabnya atau di atasnya. Dalam menilai prospek-prospek yang terdapat pada berbagai macam lapisan reservoir menyebabkan keharusan dievaluasinya pula tutupan untuk setiap lapisan reservoir, Misalnya di- adakan pemetaan kontur struktur pada bagian atas lapisan reservoir ter- tentu, maka peta ini hanya berlaku untuk satu perangkap dan tidak bisa dipakai untuk mengevaluasikan semua perangkap yang ada pada berbagai lapisan reservoir. Hal ini dapat diatasi dengan membuat berbagai penan- pang seismik serta memetakan kontur struktur untuk tiap lapisan reser- voir. Tetapi dalam prakteknya tentu tidak semua lapisan reservoir dapat dikontur, misalnya tidak terdapatnya lapisan penunjuk yang jelas. Walaupun demikian dengan memperhatikan berbagai faktor di atas tadi, maka dalam mempelajari penampang seismik serta mengevaluasi setiap lapisan reservoir harus aiperhatikan beberapa pengaruh faktor tersebut sehingga diketahui apakah di dalam lapisan reservoir tersebut betul- betul terdapat beberapa unsur perangkap serta tutupan ataukah tidak. 5.2.2 PERANGKAP PATAHAN Patahan dapat juga bertindak sebagai unsur penyekat minyak dalam penya- luran penggerakan minyak selanjutnya. Kadang-kadang dipersoalkan pula apakah patahan itu bersifat penyekat ataukah penyalur. Dalam hal ini Smith (1966) berpendapat bahwa persoalan patahan sebagai penyekat sebetulnya tergantung dari tekanan kapiler. Pengkajian teoritis memper- lihatkan bahwa patahan dalam batuan yang basah air tergantung pada tekanan kapiler dari medium dalam jalur patahan tersebut. Besar-kecil- nya tekanan yang disebabkan karena pelampungan minyak atau kolom minyak terhadap besarnya tekanan kapiier menentukan sekali apakah patahan itu bertindak sebagai suatu penyalur atau penyekat. Jika tekan- an tersebut lebih besar daripada tekanan kapiler maka minyak masih dapat tersalurkan melalui patahan, tetapi jika lebih kecil maka patahan tersebut akan bertindak sebagai suatu penyekat- Patahan yang berdiri sendiri tidaklah dapat membentuk suatu perangkap. Ada beberapa unsur lain yang harus dipenuhi untuk terjadinya suatu perangkap yang betul-betul hanya disebabkan karena patahan: 1) ADANYA KEMIRINGAN WILAYAH. Lapisan yang tidak miring atau sama sekali sejajar tidak dapat membentuk perangkap, karena walaupun minyak tersekat dalam arah pematahan tetapi dalam arah lain tidak ada penyekatan kecuali kalau ketiga fihak lainnya tertutup oleh berbagai macam patahan. Dalam hal yang disebut akhir ini sukar sekali dapat dibayangkan bagaimana minyak itu masuk ke dalam perangkap tersebut. 2) HARUS ADA PALING SEDIKIT DUA PATAHAN YANG BERPOTONGAN. Jika hanya terdapat suatu kemiringan wilayah dan suatu patahan di satu fihak, maka dalam suatu penampang Gambar 5.14 Perengksp patahan dengan kemivingan -- Mungkin kelihatannya sudah terjadi wilayah sebagai salah satu unsur suatu perangkap. Tetapi-harus Perangkap reservoir 119 dipenuhi pula syarat bahwa perangkap atau penutupan itu terjadi dalam 3 dimensi. Maka dalam dimensi lain~ nya harus juga terjadi pematahan untuk menutup ke arah tersebut. (Gambar 5.14) 3) ADANYA SUATU PELENGKUNGAN LA- PISAN ATAU SUATU PELIPATAN. Dalam hal ini patahan merupakan suatu unsur penyekat dalam satu arah, sedangkan arah lainnya tertutup oleh adanya pelengkungan dari perlapisan ataupun bagian dari- pada pelipatan (Gambar 5.15). PENAMPANG MINYAK 4) PELENGKUNGAN DARIPADA PATAHAN~ AIR NYA SENDIRI DAN RINGAN WILA- YAH, Dalam hal ini di suatu arah mungkin lapisan itu miring, tetapi di fihak lainnya justru terdapat patahan yang melengkung sehingga semua arah tertutup oleh patahan dan kemiringan wilayah (Gambar 5-16). Dalam prakteknya jarang sekali terdapat perangkap patahan yang murni. Patahan biasanya hanya merupakan suatu pelengkung dari- pada suatu perangkap struktur. « \ Yang lebih banyak terjadi ialah PETA asosiasi dengan lipatan, seperti misalnya di satu arah terdapat Gambar 5.15 _Perangkap patahan dengan pelengkungan ‘wpisen sebagai salah satu unsur PENAMPANG cas ‘* suatu pelengkungan atau hidung wana | suatu antiklin, dan di arah AIR lainnya terdapat patahan yang io menyekat perangkap dari arah : lain. Dalam hal ini patahan Gambar 6.16 Perangkap patahan melengkung dengan Pada Perangkap dapat dibagi atas kemiringan witaval, hevaatmacans 5.2.2.1 Patahan normal Patahan normal biasa sekali terjaai sebagai suatu unsur perangkap. Biasanya minyak lebih sering terdapat di dalam "hanging wall’ daripada di dalam 'foot wall', terutama dalam kombinasi dengan adanya lipatan. Contoh patahan normal sebagai unsur pelengkap suatu perangkap dari lapangan minyak 4i Laut Jawa adalah lapangan minyak Arjuna (Gambar 9.17), Cinta (Gambar 9.15) dan sebagainya. Juga lapangan minyak di Mangun-Jaya dan Tanjung tiga merupakan contch lain (Gambar 5.17). Jadi, pelipatan lemah atau pelengkungan lapisan dilengkapi oleh suatu patahan normal. 120. Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi Leen Contour on 22 Edge water bound: in B sands. Dec.’ 58 MANGUNDJAJA SCALE: 1: 20,000 Loo | Gambor 5,17 Contoh kombinesi patahen normal don lipstan Mangun Jaya-Tanjung Tiga (menurut Shell-BPM, 1961) 5.2.2.2 Patahan naik Patahan naik juga dapat bertindak sebagai suatu unsur perangkap dan biasanya selalu berasosiasi dengan lipatan yang ketat ataupun asimetris. Patahan naik itu dapat dibagi lagi dalam asosiasi: 1) PATAHAN NAIK DENGAN LIPATAN ASIMETRI. Sebayai contoh misalnya, lapangan minyak Talang Akar Pendopo (Gambar 9-11) di Sumatra Selatan. Di satu fihak terdapat lipatan dan di fihak lain terdapat patahan naik, Juga Kampung Minyak di Sumatra Selatan sebagaimana terlihat pada Gambar 9.12 memperlihatkan sesar naik yang hampir mendatar sebagai suatu patahan perangkap. Tepat dikatakan di sini bahwa perangkap dapat terbentuk di bawah patahan tersebut ataupun di atasnya, tetapi terutama di bawahnya. 2) PATAHAN NAIK YANG MEMBENTUK SUATU SESAR SUNGKUP ATAU SUATU 'NAPPE'. Misalnya, di Canada sebelah Barat di lapangan Turner Valley. Di sini sesar sungkup merupakan suatu unsur penting untuk terdapatnya suatu perangkap (Gambar 5.18). Perangkap reservoir 121 w HIGH wooo TURNER VALLEY | E Top of Palgoz0l Upper Porous Zone Lower Porous Zone Gambar 6.18 Perangkap sesar-sungkup Turner Valley, di Kanade Barat (Link, 1980) 5.2.2.3 Patahan tumbuh Dewasa ini dikenal semacam patahan yang dinamakan patahan tumbuh, yaitu suatu patahan normal yang terjadi secara bersamaan dengan akumu- lasi sedimen. Di satu fihak (footwall) sedimen tetap tipis sedangkan di ‘hanging wall' selain terjadinya penurunan, sedimentasi berlangsung terus sehingga dengan demikian terjadi suatu lapisan yang sangat tebal. Seringkali patahan tumbuh ini menyebabkan adanya suatu 'roll- over! sehingga juga di sini kita lihat suatu kombinasi antara pelipatan yang memperlihatkan tutupan dan di fihak lain suatu patahan. Suatu 'roll-over' dalam patahan tumbuh sangat penting, karena asosiasinya dengan terda- patnya minyakbumi. Struktur 'roll-over' ini terutama didapatkan di daerah Gulfcoast. Jadi, perangkap ini merupakan kombinasi antara patahan dan pelipatan; di sini pelipatan disebabkan karena pematahan. Sering patahan tumbuh ini ke bawah menghilang atau kemudian membelok menjadi patahan yang sejajar dengan suatu perlapisan (Gambar 5.19). 5.2.2.4 Patahan transversal Patahan transversal/horisontal atau disebut pula’ wrench-faults atau strike-slip fault dapat juga bertindak sebagai perangkap. Harding, (1974, hal. 1920-1304), menekankan pentingnya unsur patahan transver- sal sebagai pelengkep perangkap struktur. Pada umumnya perangkap patahan transversal merupakan pemancungan oleh penggeseran patahan terhadap kulminasi setengah lipatan dan pelengkungan struktur pada bagian penunjaman yang terbuka. Harding (1974) memberikan beberapa contoh yang bersifat penggeseran kecil, yaitu Scipio-Albion di Michi- gan dan Sussex-Meadow Creek di Cekungan Powder River, Wyoming, Amerika Serikat; penggeseran menengah, misalnya, ai Cekungan Los Angeles; dan 122 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi penggeseran besar, misalnya, sepanjang patahan San Andreas di Kalifornia dan beberapa lapangan minyak di Sumatera, dimana kedudukan en echelon dari perangkap antiklin ditaf- sirkan sebagai berasosiasi dengan sesar Sumatera. Dalam ketiga hal ini ternyata kom- jponen naik masih memegang pe- ranan. Mertosono (1975) mem bahas lapangan minyak Pungut dan Tandun di Sumatera Tengah sebagai contch untuk perangkap patahan tranversal (Gambar 5.20). Di sini pula ternyata komponen gerakan vertikal yang merupakan patahan naik di lapangan Tandun dan patahan normal di lapangan Pungut masih memegang peranan penting (Gambar 5.21). o km 2 INTERVAL KONTUR 100 KAKI Gambar 6.20. Peta struktur lapangan minyak pungut dan Tandun di Sumatra Tengah, sebagai ‘contoh perangkap patahan transversal (Mertosono, 1975). sw TANDUN FIELD NE A A carechiey) ® angan minyak Tandun, yang mempertihatkan komponen ari patahan transversal Pungut-Tandun (menurut Mertosono, 1975). Perangkap reservoir 123 5.2.2.5 Perangkap kubah garam Kubah garam merupakan salah satu perangkap yang penting untuk akumula- si minyakbumi. Kubah garam merupakan semacam suatu pelipatan bersifat diapir. suatu lapisan garam yang terdapat pada kedalaman tertentu, karena sifat garam yang plastis dan juga karena berat jenis yang rendah sering menusuk ke dalam sedimen yang berada di atasnya dan membentuk semacam suatu tiang atau suatu pilar dan menyundul sedimen yang ada di atasnya sehingga berbentuk suatu kubah. Beberapa lapisan yang ter- tusuk biasanya ikut terangkat dan seolah-olah 'membaji' terhadap kolom garam ini ‘dan sering merupakan suatu jebakan minyak yang baik. Di sini sulit untuk disebut sebagai suatu perangkap patahan, tetapi sangat khas sebagai perang- kap kubah garam. Seringkali kubah garam itu ke atas mengembang ber- bentuk seperti jamur dan didapat- kan perlapisan pasir yang memben- tuk Perangkap itu berada di bawah naungan 'payung' garam tersebut (Gambar 5.22). Selain itu, juga di atas kubah tersebut perlapisan pasir dapat membentuk kubah yang seolah-olah terlipat dan membentuk suatu kubah yang bundar. Sering pula terjadi pematahan normal yang Gambsr 5.22 Suatu penampang idea! melatui suawu i 7 7 lapengan minyak kaboh yorom di daeran TaC4@x Sehingga membagi kubah Gulfcoast Amerika Serikat (Levorsen, itu dalam beberapa segmen. Di 19541, atas lapisan garam itu seringkali terjadi lapisan gips, dan karena aktivitas bakteri gips ini diurakan menjadi kalsiumkabonat (batu- gamping) dan belerang sehingga sering merupakan suatu tambang belerang, Istilah ‘caprock' berasal dari perangkap kubah garam yang sebetulnya ialah gamping yang menutupi kubah garam ini. 5.2.2.6 Tektonik dan penjebakan minyak Dewasa ini dipersoalkan mengenai apakah pelipatan itu terbentuk karena gaya tangensial atau gaya vertikal. Dengan konsep tektonik lempeng dewasa ini, maka pada pinggiran pertemuan dua lempeng (misalnya lempeng samudra dengan lempeng benua) terjadi berbagai gaya kompresi yang menyebabkan terjadinya pelipatan yang ketat sekali. Namun dalam cekung- an sedimen, pelipatan yang ketat ini tidaklah terlalu baik untuk terje- baknya minyak karena struktur menjadi terlalu ruwet. Minyakbumi lebih banyak terjebak dalam struktur pelipatan yang sangat landai, dan seringkali pelipatan ini berasosiasi dengan patahan normal. Hal ini terbukti di Laut Jawa, di utara Jawa Barat dimana lipatan itu berhu- bungan dengan patahan yang terdapat menerus ke dalam dasar cekungan. duga dewasa ini timbul suatu konsepsi mengenai terbentuknya lipatan karena gaya vertikal, yaitu pematahan dalam batuan dasar menyebabkan gerakan turun naik daripada balok-balok atau bongkah-bongkah patahan ini, sehingga menyebabkan pelipatan di atasnya. Pelipatan ini sering 124 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi berhubungan dengan pelipatan patahan tumbuh sebagaimana telah diuta- rakan sebelumnya. Juga dengan sistem ini lipatan yang didapatkan sering merupakan lipatan yang sangat landai, tetapi juga dapat berkem- bang membentuk sesar naik. Dalam tektonik patahan bongkah ini (block-faulting) seringkali bentuk antiklin lebih menyerupai suatu kubah daripada antiklin yang memanjang. Tetapi adakalanya juga semua bentuk ini memanjang sepanjang patahan dan dibarengi dengan adanya sesar naik. Sebagai contoh misalnya, Talang Akar Pendopo. Di lain finak jelas pula, bahwa lipatan dapat memperlihatkan adanya patahan yang terus naik ke atas. Patahan ini kebanyakan bersifat patahan tumbuh (growth fault) sehingga seringkali patahan itu mati sebelum mencapai. permukaan. Adanya patahan tumbuh ini terlihat sangat baik di Laut Jawa Utara sebagaimana tampak pada Gambar 5.23. Terdapat- nya patahan sebagai penyebab pelipatan itu terutama terdapat dalam cekungan sedimen di belakang suatu busur lipatan yang ketat atau yang @isebut sebagai cekungan daratan muka (foreland basin) dan juga dalam cekungan penarik pisahan (pull-apart), misalnya di pantai samudra Atlantik atau mungkin juga di pantai Kalimantan Timur. ENNY JANTL ANDA GAYATRI BANUWATI 0-1 At C4 12 1 g214 Gamber 6.23 Tektonik patahan-bongkah di bawah laut Jawa (Todd dan Pulunggone, 1971) Selain itu, sering pula lipatan terjadi bukan semata~mata karena gaya tektonik tetapi karena pembebanan atau kompaksi yang terdapat di atas suatu peninggian batuan dasar (basement high). Lipatan yang demikian disebut. 'supratenous folding' dan biasanya merupakan tempat tumbuhnya terumbu. Dengan demikian dalam explorasi regional batuan dasar itu mendapatkan perhatian khusus. Peninggian batuan dasar itu selain mem- perlihatkan lipatan juga ada kemungkinan membentuk suatu sumber sedimen Yang memungkinkan diendapkannya sedimen kasar ai sekitarnya. Di lain fihak justru di dalam lapisan sedimen klastik dasar tidak didapatkan basement high, karena tempat terjadinya sedimentasi itu bukan merupakan daerah sedimentasi tetapi daerah erosi. 5.3 PERANGKAP STRATIGRAFI Menurut Levorsen (1958), perangkap stratigrafi adalah suatu istilah umum untuk perangkap yang terjadi karena berbagai variasi lateral Perangkap reservoir 125 dalam litologi suatu lapisan reservoir atau penghentian dalam kelanjut- an penyaluran minyak dalam bumi. Konsepsi perangkap stratigrafi sebetulnya telah dikenal sejak ditemu- kannya akumulasi minyakbumi yang dihubungkan dengan fasies, seperti dikemukakan oleh Carll (1880) untuk lapangan minyak di daerah Venango (amerika Serikat), oleh Orton (1889) untuk lapangan dalam reservoir gamping di Ohio-Indiana, dan oleh Phinney (1891), juga untuk lapangan gas di Indiana. Akan tetapi konsepsi ini secara resmi diusulkan dan @iberi nama 'Perangkap stratigrafi' oleh Levorsen (1936). Ia pada waktu itu sadar akan banyaknya perangkap yang tidak ditemukan tanpa memanfaatkan pengetahuan geologi. 5.3.1 PRINSIP PERANGKAP STRATIGRAFI Prinsip perangkap stratigrafi adalah bahwa minyak- dan gasbumi terjebak dalam perjalanannya ke atas terhalang dari segala arah terutama dari bagian atas dan pinggir, karena batuan reservoir menghilang atau ber- ubah fasies menjadi batuan lain atau batuan yang karakteristik dari- pada reservoir menghilang sehingga merupakan penghalang permeabilitas (permeability barrier). Beberapa unsur utama perangkap: stratigrafi (Gambar 5.24), ialah: 1) Adanya perubahan sifat litolo- gi dengan beberapa sifat reservoir, ke satu atau beberapa arah sehing- ga merupakan penghalang permea- bilitas. 2) Adanya lapisan penutup/penye- kat yang menghimpit lapisan reservoir tersebut ke arah atas atau ke pinggir. 3) Kedudukan struktur lapisan reservoir yang sedemikian rupa sehingga dapat menjebak minyak yang naik.’Kedudukan struktur ini sebetulnya melokalisasi posi- Gambar 5.24 Beberapa uneurutame delim peenakp sii tertinggi daripada daerah bri ene hd potensial rendah dalam lapisan ° reservoir yang telah tertutup dari arah atas.dan pinggir oleh beberapa unsur tersebut di atas. Kedudukan struktur ini dapat disebabkan oleh kedudukan Pengendapan atau juga karena kemiringan wilayah. Perubahan sifat litologi/sifat reservoir ke sesuatu arah daripada lapisan reservoir dapat disebabkan: a) Pembajian, dimana lapisan reservoir yang dihimpit di antara lapisan Penyekat menipis dan menghilang (Gambar 5.25). b) Penyerpihan (shale-out), dimana ketebalan lapisan tetap, akan tetapi sifat litologi berubah; misalnya reservoir batupasir, secara berangsur- angsur menjadi serpih. Pada umumya perubahan ini disertai dengan jari- jemari antara batupasir dan serpih, Kadang-kadang penyerpihan disebut Pula perubahan fasies (Gambar 5.26). ¢) Persentuhan dengan bidang erosi, dimana suatu lapisan reservoir dapat berakhir ke suatu arah karena: 126 Kocsoemsadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi Gambar 6.26 Penyerpihan lapisan reservoir (jari- jemari) sebagai unsur perangkap stratiarafi. ‘Gamber 6.25 Pembagian lapisan reservoir sobagai unsur perangkap stratigrafi 1) TERPANCUNG OLEH EROSI: Hal ini terutama terdapat di bawah bidang ketidakselarasan (Gambar 5-27). 2) LAPISAN RESERVOIR TERBATAS OLEH BIDANG EROSI: Hal ini disebabkan lapisan diendapkan di atas suatu permukaan erosi, yang terutama ter- dapat di atas bidang ketidakselarasan, misalnya terdapat dalam ‘channel-sand', 'strikevalley-sand' a ,,bAPISAN PENYEKAT PENGHALANG PERMEABILITAS: Gambar 5.27 Unsur perangkap yang disebabkan oleh Pemancungan lapisan reservoir oleh ketidakselarasan Gambar 5.28 Diagram penampang suatu pasir-alur lembah jurus (strike valley, channel sand) ‘yang memperiihatkan pembatasan lapisan reservoir oleh bidang erosi {disadur dari Busch, 1959) MINYAK, Gambar 5.29 Penampang beberapa tubuh pasir mem- pperlihatkan posisi akumulasi minyak- bbumi karena kedudukan struktur Perangkap reservoir (Gambar 5.28). Pada hakekatnya, perangkap stra~ tigrafi didapatkan karena letak posisi struktur tubuh batuan reservoir sedemikian sehingga batas lateral tubuh tersebut meru- pakan penghalang permeabilitas ke arah atas atau ke pinggir. Jika tubuh batuan reservoir itu kecil dan sangat terbatas, posisi struktur tidak begitu penting, karena seluruhnya atau sebagian besar dari tubuh tersebut meru- pakan perangkap. Posisi struktur hanya menyesuaikan letak hidro- karbon pada bagian tubuh reservoir (Gambar 5.29). Jika tubuh reservoir memanjang atau meluas, maka posisi struktur sangat penting. Perangkap tidak akan terjadi jika tubuh reservoir berada dalam keadaan horosontal. Sika bagian tengah tubuh terlipat, maka perangkap yang terjadi adalah perangkap struktur (antiklin). Untuk terjadinya perangkap stra~ tigrafi, maka posisi struktur lapisan reservoir harus sedemikian Sehingga salah satu batas lateral tubuh reservoir (yang dapat berupa unsur di atas tadi), merupakan penghalang permeabilitas ke atas (Gambar 5.24 sampai 5,28). Dalam hal ini, minyak bumi mula- mula dapat terkumpul secara stra- tigrafi pada salah satu ujung lapisan tubuh reservoir karena ke- 127 miringan wilayah atau kemiringan pengendapan asli; bisa pula karena gerakan tektonik, minyakbumi berpindah dan berakumulasi pada tengah- tengah lapisan reservoir, yang karena perlipatan mendapat posisi ter- tinggi (potensial rendah lokal yang terisolir), sehingga merupakan perangkap struktur (Gambar 9.20). 5.3.1.1 Pengutaraan perangkap stratigrafi Perangkap stratigrafi dinyatakan dalam: 1) Penampang geologi. Gejala penyerpihan, pembajian dan sebagainya di- perlihatkan oleh bidang perlapisan yang nyata. Sumur pengendali diper- lihatkan- secara tegas. 2) Bentuk peta reservoir. Mengingat unsur penbentukan perangkap maka peta reservoir harus dinyatakan sebagai: a Peta struktur berkontur, yang memperlihatkan kedudukan lapisan reservoir terutama kemiringan wilayah. b Peta fasies, yang memperlihatkan berbagai perubahan yang terjadi secara lateral pada lapisan, yang dapat dinyatakan dalam: I PETA ISOPACH; yang memperlihatkan ketebalan lapisan reservoir. Peta seperti ini sangat baik memperlihat- kan tubuh reservoir yang dibatasi secara lateral oleh 'pembajian' dan batas erosi, karena dalam hal ini lapisan secara tegas dipisahkan oleh bidang perlapisan. Jika lensa- lensa atau lapisan individuil yang Gombor 5.30 Peta isopach suatu lensa botupasir dipetakan, maka pemataan disebut ‘lense-mapping' (Gambar 5.30). II PETA ISOLITH, yang seperti 'net-sand map’, memperlihatkan ketebal- an bersih satu interval Japisan yang terdiri dari beberapa lapisan reservoir, yang menghilang satu per satu ke suatu arah. Peta seperti ini memperlihatkan perubahan fasies atau berkurangnya tubuh lapisan reservoir, misalnya untuk suatu-delta (Gambar 5.31). . 4 2 mite Gambar §.31 Peta isolith batupasir suatu kompleks delta, | ‘Amerika Serikat (disadur dar! Koesoemadi agan minyak Reed Wash, Utah, 1970) 128 Koesoemadinats, Geologi Minyak- dan Gasbumi III PETA PERBANDINGAN PASIR- SERPIH (sand-shale ratio map), yang memperlihatkan dengan garis kontur perbandingan jumlah kete- balan interkalasi pasir terhadap sisipan serpih pada suatu interval lapisan. Peta ini lebih tepat untuk perubahan fasies yang ber- sifat penyerpihan yang diwujudkan oleh jari~jemari (Gambar 5.32). IV PETA PALEOTOPOGRAFI, yang sering ptla disebut isobath map; memperlihatkan struktur atau Gamber 6.32 Peta kontur memperlihatkan perangkap 7 i stratigrafi perbandingan pasir serpih kedalaman dari bidang ketidakse- sebagai unsur larasan. Hal ini terutama penting untuk perangkap ketidakselarasan (Gambar 5.44). 5.3.2 KLASIFIKASI PERANGKAP STRATIGRAFI Perangkap stratigrafi biasanya diklasifikasikan bersama~sama dengan perangkap struktur seperti oleh Clapp (1929), Wilhelm (1945), de Sitter (1949). Klasifikasi khas perangkap stratigrafi yang pertama tercerminkan dalam publikasi Seismograph Service’ Corporation sebagai berikut (Dott dan’Reynolds, 1969): - Perubahan porositas atau permeabilitas Penumpangan (overlap) lateral dan vertikal Perangsuran (gradation) dari fasies atau pelensaan Pemancungan (truncation) Ketidakselarasan Keadaan lingkungan pengendapan Klasifikasi terakhir yang dilakukan oleh Rittenhouse (3972); merupakan perbaikan klasifikasi Levorsen (1954) yang terlampir pada Tabel 5~: Penggolongan ini didasarkan atas hubungan perangkap’terhadap ketidak- selarasan, dan selanjutnya atas asal mulajadi tubuh batuan reservoir, sehingga tidak lain terutama merupakan klasifikasi tubuh Batuan’ reser- voir. Perlu dinyatakan di sini bahwa klasifikasi ini memasukkan pula perangkap yang terjadi karena pematahan dan retakan lokal. Klasifikasi yang akan dipergunakan di sini adalah menurut Levorsen (1954), karena klasifikasi ini cukup sederhana, memberikan pengertian yang luas, dan tidak bertele-tele kepada hal yang detail, walaupun juga memper}ihatkan ketidak-konsekuenan. Klasifikasi ini diadaptasikan/ disederhanakan sebagai berikut: I TUBUH BATUAN RESERVOIR TERBATAS (LENSA) mo aode a Batuan reservoir klastik detritus dan volkanik. Perangkap b Batuan reservoir karbonat; terumbu, bicherm stratigra- II PEMBAJIAN, PERUBAHAN FASIES ATAUPUN POROSITAS DART fi primer LAPISAN. RESERVOIR KE SUATU GIONAL. Levorsen LOKAL DARI: (1954) a Batuan reservoir klastik detritus b Batuan reservoir karbonat Perangkap reservoir 129 PERANGKAP KETIDAKSELARASAN i III PERANGKAP KETIDAKS: Perangkap stratigrafi sekunder Levorsen (1954). PEMBAHASAN Dalam membahas perangkap stratigrafi tidak dapat diberikan contoh dari Indonesia, kecuali terumbu. Hal ini disebabkan karena explorasi di Indo- nesia belum meningkat kepada pencaharian perangkap stratigrafi. 5.3.3 PERANGKAP TUBUH BATUAN RESERVOIR TERBATAS 5.3.3.1 Batuan reservoir klastik Batuan reservoir klastik sering membentuk lensa-lensa ataupun juga tubuh-tubuh yang memanjang tetapi terbatas penyebarannya, seperti ‘point-bar sand', "bar-finger sand', atau ‘epineritic lenticular sand’. Dalam hal ini lensa~lensa jarang berdiri sendiri dan terdapat secara berkelompok, bertumpuk satu dengan yang lain merupakan suatu kompleks. Seringkali kompleks ini merupakan suatu seri lapisan dan jika terlipat secara kebetulan dan terdapat pada sumbu suatu antiklin akan dikirakan sebagai sesuatu perangkap struktur. Namun dalam hal ini akan kelihatan, karena setiap lensa mempunyai batas air-minyak tersendiri, malahan jenis minyakbumi yang berbeda. Hal ini akan lebih jelas lagi jika ternyata minyak juga didapatkan dalam lensa~lensa pada struktur sinklin {Contoh: Red Wash field, White River Unit, Koesoemadinata, 1970), Tubuh batupasir tali-sepatu (shoe- T string sand) juga dapat seluruh- nya diisi oleh minyak- dan gasbumi = dan dengan demikian merupakan pula perangkap stratigrafi jenis ini. f ‘ Sebagai contoh lain mengenai hal ini dapat dilihat dalam bab 4, S mengenai batuan reservoir. Juga gosong pasir pantai (beach sand, { bar sand) dapat merupakan perang- kap tersendiri.'Channel sand’ dapat bertindak sebagai perangkap, ( terutama jika berasosiasi dengan lipatan landai. Dengan demikian ah minyak sebagian terperangkap Goma 83 speinos itm dew Karena terbatacnye penpeparan 19611. Interval garis kontur struktur20 Patuan reservoir, dan sebagian kaki karena letak ketinggian daripada penyebaran tersebut (Gambar 5,33). OS « 5.3.3.2 Batuan reservoir karbonat Batuan reservoir karbonat secara mutlak diwakili oleh terumbu (reef) atau bioherm yang secara tegas merupakan perangkap yang terjadi karena terbatasnya penyebaran tubuh batuan reservoir. Sangat spektakuler ada- lah terumbu tiang (pinnacle reefs), seperti yang terdapat di lapangan Kasim dan Jaya di Irian Jaya (Gambar 5.34). Terumbu penghalang (barrier reef) atau yang memanjang dapat diklasifikasikan sebagai perangkap 130 Koesoemadinata, Geologi Minyak- dan Gasbumi WesereTesyepTyey UEATTEpUsy “TP XepT3 2Toaresez Fseyor wesezeTesyepT3ex wey -TTepuexTp zjoazesez TseyoT uesezetes ~XEPTIOY yeaeq Tp 3exeduEg uesezeqes ~NEPTI0% seae Tp yeyedueg AyoAzesez uou ex 2TOA -a9seq uenjeq Trep ueyeqnizeg Z}oAzesez uenzeq 9x Ayoaresex ou Tzep ueyeqnzeg snze 3eySueTp 4epT3 Tfoareser uenzeg snze yexBuetp zToAreser uenqeg wesereTosyepTZey yeMeq TP wep seqe tp deyfuezea A uesezeTesyepy304 seqe rp deySuezea ar ueseze TesxepT39% yemeq Tp dey6uezea I1T esoucbetp deysuezeg II seTsey ueyeqnied deyfuerzea {2261 “@snoyuoniy insnuaw) | 131 uesezeTosyepyqey uebuep ueqeyeprzeg Fesbrze748 deysuezeg uesezetes -4epT39y% uebuep ueqeyepzeq yepT a, Perangkap reservoir Nes dexBuesad 1se%141 Tabel 5 - 2a Perincian jenis perangkap stratigrafi (menurut Rittenhouse, 1972). TIDAK DEKAT KETIDAKSELARASAN a Pantai ol 1 Parangkapperubahan tse Sen eae i. FB Nttapmurve (esa dates * eee sialened e Datasan pasang-surut (tidal flat) 1 endapen anyin ee 5 oe eee 2 Bests pec, aaa pnts, ai peaaanany metas & Sttonepanang-surat ein! ae) , cain ' Se energie eeeuaee ana ¢ Jalur pasir (send-belt) 2 nipar alevet Se ee cant (ome oy ge etietee ee ee f Et'eniteet (chamel- fi) oa C eneneyens ‘ ee | Se ee nn RODIGGE cana (aha compte) eet cG SI: ste teeters phere fps fellmae deta otete shot) SL ee ee ascey 4 salaran re 2 eeu secpian psa ent Sean EL ae ae Maes wines tae cores eae las @ Endapan terpileh pada sayap dangkal Endapan pantai non delta (lakustrin- par) (deep winnowed-flank) 1 atom ronervole ying tidak atecenport 2 sachet bicpenth Hay 2 Rati Tetrarspebiete or 2 dhatttant a oa Belgie toelotas aataren panungcovets ‘eguna dan Lain-iain) 11 Perangkap diagoneso A Ratoan non-xedervoir menjadl reservoir 2 Peaggantian (dan torlarutkan) (replt~ cement and Jeached) ‘© Pinggtzan paparen yang terdolonitkan (dolonieized ahslt-edge) > Onggokan terdolomltkan (dolomitized SeLinut terdoloaitkan (dolontetzed Blanket) (krinoid dan sebayainya) Endapon yang ditransport arus yang terdolonitkan (Jenis Easies atan Atolesi) ‘rerbreksikan ‘reretakkan (Jenis 1itologi) om 1 petum rovstvoiF eenadl aoo-reserolr ‘> roopeted anda 2 Kompated 2 soentart + Tompasad thet DEKAT DENGAN KETIDAKSELAMASAN 2 Fopogratl dovesh 181 eerangkap dl bawah ketidaksoarssan a ees Penyokat i atin hatidanceheru © Ercarpeone ‘Topografi muda q fate tesa 3° ropopratt tua Kocol lower 2 Bitton 2» Penyotatan 41 Devah tetiaaaezoresan 2 renyatataspat 2 Ememainoce! (aoblarie, kateter dan 3 karlt'petapuian (felepar, cur 16ruk, Stern fon defrdate) TV Perangkap eta Ketdakstoreran 2 euce wisi outerens) ceeecmere ee Aen Tekan reserve eitendalitan tetid 5 Ghuis pancat (auze-coaseaz anes eee © Stat aentan (gatie-valey side) 2 bon sted S tarang bunts, (eeruae cepts mound, at Seca fettove son tainctain) BE afeeat o Uareng seribtar”(etraceore flank, © 2ei Subang Ledakan ie ‘teruby tops dan lain-Lain) B Ukalioash reservots tidak dikendalinan ketidaksolarasan (trunegresif)- ‘Tatilah fasies yang diikuti olen istilah kotidakselarasan. | V_ Perangkap dl stas dan di bawoh ketideksatarasan 132 . Koesoemadinate, Geologi Minyak- dan Gasbumii stratigrafi dalam kategori ini, terutama jika akumlasi terdapat pada kulminasi daripada jajaran terumbu ini. Dalam peta, perangkap ditunjuk- kan, dengan garis kontur yang menyatakan batas atas batuan reservoir dengan lapisan penyekat di atasnya, yang merupakan bentuk morfologi KASIM JAYA SELE u o2 tao § su. 10007 | 2000" | a000" 000% ae rite =— 1 s000" . CEKUNGAN SALAWATI IRIAN JAVA. INDONESIA 5000" Gambar 6.34 Penampang suatu terumbu tiang, lapangan Kasim Jaya, Irian Jaya (Vincelette, 1873) yang sering memotong bidang per- lapisan, karena pada umumnya merupakan batas perubahan fasies yang agak tajam (Gambar 5.35). Perangkap lain dalam kategori ini adalah terjadinya porositas lokal yang terisolir dalam tubvh batuan karbonat yang sering-sering dise- babkan oleb dolomitisasi ataupun pelarutan dan perubahan diagenesa Sa a ‘i 7 toterval gy lainnya. sering perangkap demikian disebut ‘replacement trap’. Dalam 7 =e" Kategori denikian juga retakan dalam batuan korbonat yang terlokalisasi Gomvar 8.35 Peta sruktursvaty terumbu tiang (Terry Gapat dimasukkan sebagai ‘lensa'. Di dalam peta, perangkap yang demi~ kian hanya dapat diperlihatkan oleh garis-garis kontur iso-porositas. 5.3.3.3 Batuan reservoir lainnya Batuan reservoir jenis lain dapat pula merupakan perangkap stratigrafi, misalnya batuan yang mengalami retakan secara lokal (contoh dalam Perangkap reservoir 133 serpih: lapangan Duschesne, Utah) dan menurut Levorsen (1954) terutama ensa-lensa batuan volkanik. Tobuh batuan seperti basalt ataupun serpentin diintrusikan ke dalam formasi penutupnya, dan batuan volkanik tersebut retak-retak pada waktu pendinginan. Juga lensa-lensa tuff dalam bentuk kerucut aslinya yang tertutup sedimen sebagai lapisan penyekat dapat dimasukkan seba- gai perangkap dalam kategori ini. Perangkap macam ini sangat jarang. Levorsen (1958) memberikan sebagai contoh, yaitu di daerah Texas (Hilbig pool) dan di Cuba. 5.3.4 PERANGKAP PEMBAJIAN FASIES - POROSITAS LAPISAN RESERVOIR Perangkap jenis ini lebih umum terdapat, akan tetapi unsur kedudukan struktur atau kemiringan wilayah lapisan reservoir ini memegang peran- an penting. Bahkan pada umumnya kombinasi dengan perangkap struktur lebih sering terdapat, seperti misalnya, pelengkungan lapisan sebagai pelengkap. Untuk menunjukkan jenis perangkap ini harus pula disertakan peta struktur wilayah. 5.3.4.1 Reservoir klastik detritus Reservoir jenis ini sering merupakan perangkap stratigrafi dalam kate- gori ketidak lanjutan porositas atau sifat reservoir yang disebabkan pembajian ke atas atau penyerpihan ke atas. . 1) PEMBAJIAN KE ATAS, biasanya berasosiasi dengan pasir pantai yang bersifat transgresif pada suatu bidang ketidakselarasan yang bersifat Penumpangan progresif (progressive onlapping). Seringkali kemiringan Sedimen asli (original dipslope) cukup bertindak sebagai kemiringan wilayah. Penyekatan dari atas biasanya disebabkan sifat transgresi yang melompat-lompat, sehingga di atas lapisan pasir pantai diendapkan lapisan serpih marin (Gambar 5.36). Tutupan (closure) biasanya ditentu- kan oleh stratigrafi. Batas pembajian biasanya tidak lurus tetapi bergerigi, karena ketidakrataan paleotopografi di atas mana trans~ gresi, berlangsung. Lapisan batupasir ini ke arah cekungan juga dapat berubah fasies menjadi serpin dan terjadi perangkap yang tergantung pula dari kemiringan wilayah. Dalam hal ini bentuk lapisan reservoir adalah suatu prisma,akan tetapi hanya bagian yang menaik ke atas (updip) saja bertindak sebagai perangkap. Peta yang dapat memper- lihatkan perangkap jenis ini dengan baik adalah peta isopach, dimana ae Li phd ZA salirenaiyebar garis nol merupakan batas perangkap Sear ee “ dan menentukan tutupan. SARIN _ = FERANGKAP BURUK 2) PENYERAPAN KE ATAS, biasanya rn berasosiasi dengan pasir pantai yang bersifat regresif dan juga transgre~ sif jika tidak berasosiasi dengan ketidakselarasan. Penyerpihan terjadi karena,pasir pantai berjari-jemari dengan serpih non-marin, seperti laguna atau rawa dan lapisan batubara. Suga seringkali kemiringan wilayah sesuai dengan kemiringan lereng Gambar'5.36 Lapisan pasir transaresi-regres contoh penyerpihan (McKenzie, 1972) 134 Koesoemadinata, Geologi Minyak-dan Gasbumi ___Mukatut sedimentasi aslinya (original dip- slope). Ke arah cekungan, penyer- pihan dapat terjadi seperti halnya dengan lapisan pasir pantai trans- gresif, tetapi perangkap stratigrafi ences Conn ee hanya dapat terjadi jika kemiringan Kemungkinan perangkap Wilayah terbalik dengan kemiringan ‘statigratl lereng pengendapan aslinya (Gambar 5.37). Peta terbaik untuk menunjukkan jenis Perangkap ini adalah peta perbanding~ an pasir-serpih, dimana nilai terten- tu merupakan batas perangkap dan me- nentukan tutupan stratigrafi. Untuk ee ee ee cara lebih mendetail, misalnya meme- emiringanwilavah takan satu lapisan reservoir, lebih eee eat eee teeta baik dipetakan berdasarkan ‘isolith' kemiringan eslinya menyebebkan unsur © dari pasir dengan porositas minimal eee eee tertentu, misalnya 5%. Data diambil dari micro-log. Perangkap pembajian atau penyerpihan ke atas ini jarang berdiri sen- diri dan sering merupakan jalur~jalur lapangan minyak sejajar terhadap garis pantai-purba, dan berada secara tersusun (regional wedge belt of permeabilities). Sebagai contoh misalnya Frio sand, Oligocene di Gulfcoast, Texas (Gambar 5.38). yuk ‘Sorpth non Timur [giben Antonio] lepangan minyak dalam jalur Jalur yang sejalar dengan jurus pantai di daerah ‘Toluk Mexiko (A). Pembajian Frio Sand bertindak sebagai perangkap (8). Detail dari salah satu lapangan minyak Armstrong «i Texas (C), di mana jelas tutupan disebabkan oleh ketidek-teraturan aris pembajian permeabilitas (disusun dari Levorsen, 1958, hal, 197, dan Halbouty, 1968) 5.3.4.2 Reservoir karbonat Dalam hal pembatasan porositasnya ke arah atas kemiringan lebih ruwet daripada reservoir klastik detritus. Hal ini disebabkan karena peru- Perangkap reservoir 135 bahan lingkungan pengendapan, tetapi juga karena pervbahan diagenesa dan dolomitisasi, dan mungkin hal yang disebut terakhir ini merupakan faktor yang lebih penting. Pembedaan antara pembajian dengan perubahan fasies sukar dilakukan, dan pada umumnya penghalang permeabilitas disebabkan karena perubahan fasies. Dalam bal terumbu perangkap perubahan fasies dapat pula terjadi jika terumbu tumbuh dalam keadaan transgresi atau regresi (Link, 1951), sehingga merupakan suatu kompleks terumbu. Ke arah daratan kompleks ini dapat berubah fasies menjadi gamping laguna yang tidak permeabel, sehingga arah kemiringan regional-ke arah daratan akan menberikan perangkap. Juga kemiringan ke arah cekungan akan memberikan hal yang sama, karena fasies terumbu akan kembali menjadi fasies gam- ping cekungan (basinal limestone). Hal yang sama akan didapatkan dalam gamping klastik, seperti alc lURUHANTERseadmasmenea oclit dan kalkarenit, yang ke arah darat berubah ke fasies Muke Laut gamping laguna yang berenergi xendah dan ke arah laut berubah ke gamping cekungan yang juga berenergi rendah. Dari segi per- ubahan fasies perubahan ke arah See eee darat mungkin lebih cepat dari- meters pada ke arah laut, sehingga lereng BEB Gamplng terumbu muke ke atas darat mungkin lebih cepat 32 _Gumolag dan napelcekungon (Gtobigerina) | daripada ke arah laut. Dengan 5 demikian lereng ke arah darat ‘Gambar 6.39 Kompleks terumbu yang disebabkan akan memberikan perangkap strati- tronsgres don regres! (Henson, 1950) yagi yang lebih baik (Gambar 5.39). Perubahan diagenesa mungkin merupakan faktor yang lebih penting dari- ‘pada perubahan fasies pada perangkap stratigrafi karbonat. Pembentukan perangkap diagenesa dapat terjadi tidak lama sesudah atau pada waktu Pengendapan atau setelah penguburan yang lumayan, malahan mungkin sete- lah litifikasi yang extensif. Menurut Rittenhouse (1972) penghalang permeabilitas dapat terjadi secara lateral karena: 1) Suatu batuan non-reservoir telah dirubah ke arah bawah kemiringan menjadi batuan reservoir. Batuan yang tidak divbah atau diubah secara kurang ekstensif bertindak sebagai penghalang permeabilitas pada bagian atas atau secara lateral. Pengubahan batuan non-reservoir menjadi ber- pori terutama terjadi karena dolomitisasi, pelarutan dan juga breksiasi Gan peretakan. Di. antara beberapa faktor itu, penggantian oleh dolomi- tisasi adalah yang paling penting. Sebagai contoh misalnya, lapangan Empire Abo, di New Mexico (Le May, 1972, Gambar 5.40) dan Black Lake di Louisiana (White, 1972). 2) Suatu batuan reservoir sebagian telah diubah menjadi batuan non- xeservoir dalam ke arah atas kemiringan dan bertindak sebagai penghalang Permeabilitas. Dalam hal ini, kompaksi dan sementasi yang disebabkan oleh Pemasukan air tawar merupakan faktor penting (Friedman, 1967). 1.36 Koesoemadinata, Geologi Minyak- ddan Gastumi OE ME ER SCC Cet ‘om ra) | PENAMPANG LAPANGAN EMPIRE ABO 1990000" kakt Gambar 5.40 Ferubahan permeabilitas ke arah atas kemiringan yang disebabkan karena dolomitisasi (Lapangan Empire A80,menurut LeMay, 1972) 5.3.5 PERANAN DAERAH BATUAN DASAR TINGGI DALAM PEMBENTUKAN PERANGKAP STRATIGRAFI Daerah peninggian batuan dasar penting dalam penbentukan perangkap stratigrafi. Daerah peninggian ini merupakan perbukitan atau paleoto- pografi, Pada waktu transgresi, daerah tersebut merupakan pulau dari mana klastik detritus dierosi dan diendapkan sebagai pantai sekeliling- nya. Transgresi selanjutnya akan menenggelamkan pulau tersebut dan serpih atau karbonat akan menutupinya, sehingga sekeliling daerah tinggi itu terdapat pembajian lapisan pasir ke atas kemiringan terhadap bukit-bukit terpendam tadi. Contoh yang-demikian didapatkan pada bukit Pendopo dalam Formasi Talang Akar. Di lain fihak setelah bukit itu tenggelam, daerah itu menjadi daerah dangkal dan merupakan tempat terbentuknya terumbu. 5.4 PERANGKAP KOMBINAS! STRUKTUR DAN STRATIGRAFI Tanpa disadari,, perangkap minyakbumi kebanyakan merupskan kombinasi perangkap struktur dan stratigrafi, dimana setiap unsur stratigrafi dan unsur struktur merupakan faktor bersama dalam membatasi bergeraknya atau menjebak minyakbumi. Perlu diketahui bahwa dalam perangkap itu se- lalu terdapat bagian yang terbuka ke bawah. Beberapa kombinasi antara ungur struktur dan unsur stratigrafi adalah: 5.4.1 KOMBINASI LIPATAN-PEMBAJIAN, Dalam Gambar 5.41 dapat dilibat bahwa kombinasi lipatan-pembajian dapat terjadi karena di salah satu fihak pasir menghilang dan di lain fihak hidung antiklin menutup arah lainnya, Maka jelas hal ini sering terjadi pada perangkap stratigrafi yang normal. Kombinasi lain adalah antara perangkap stratigrafi yang berbentuk lensa dan pelipatan. Hal ini terjadi dalam endapan delta, dimana sebetulnya unsur struktur hanya merupakan pelengkap saja, yaitu tanda bahwa dengan adanya struktur akan terjadi akumulasi. Pecangkap reservoir aS Tetapi dengan adanya pelipatan maka Penyebaran daripada akumulasi akan terkonsentrasi dalam bagian tertinggi dari tiap lensa dalam kompleks. Contch lain konbinasi pembajian-pelipatan, ialah yang hanya terjadi pada suatu peninggian dasar (basement high) sebagaimana telah dibahas sebelumya, di mana kompaksi serpin akan mengakibatkan pelipatan. Juga seringkali peninggian ini menjadi lokus daripada svatu pelipatan di kemudian hari dan dengan demikian di sini akan didapatkan suatu konbinasi antara pelipatan dan penbajian. Gombar 5.41. Kombinasi perangkap stratigrafi dan st’uktur lipatan dimane di satu filak lepisan reservoir membaii 5.4.2. KOMBINASI PATAHAN ~ PEMBAJIAN Kombinasi ini merupakan aspek penting pada perangkap stratigrafi. Pembajian yang berkombinasi dengan patahan jauh iebih biasa daripada pembajian yang berdiri sendiri. Misalnya di satu fihak terdapat suatu kemiringan wilayah yang membatasi geraknya minyak ke suatu arah dan ai arah lain ditahan oleh suatu patahan sedangkan di arah yang lainnya lagi dibatasi oleh pem- bajian. Maka di sini jelas suatu kemiringan wilayah adalah sangat penting (Gambar 5.42). Hal ini dapat juga terjadi pada kombinasi antara patahan dengan suatu bentuk tubuh batupasir ataupun batuan karbonat yang terbatas. Misalnya suatu lensa Gamer 6.42 Peta struktur perangkap Kombinas dan patahan, suatu bentuk tali- patahan don pembajian, sepatu dengan patahan, bahkan juga suatu terumbu dengan patahan. Dapat disimpulkan di sini bahwa berbagai kemungkinan antara pelipatan, patahan dan perubahan stratigrafi dapat terjadi untuk membentuk perang- kap. Dalam hal ini kemungkinan itu terlalu banyak untuk dapat diperinci satu demi satu. —* leopach fepisen pesir ——-eegarls ketingglan strukeur 6.5 PERANGKAP KETIDAKSELARASAN DAN PERANGKAP SEKUNDER 5.5.1 PERANGKAP PALEOMORFOLOGI Perangkap ketidakselarasan sedikit banyak juga merupakan kombinasi 138 Koesoemadi Geologi Minyak- dan Gasbumi antara stratigrafi dengan pelipatan. Stratigrafi dalam arti kata bah- wa gejala ketidakselarasan merupakan gejala stratigrafi, sedangkan perangkap lainnya misalkan pelipatan dan patahan merupakan gejala struktur. Sebagaimana diketahui terdapat berbagai macam ketidaksela- rasan antara lain: a Ketidakselarasan sejajar (disconformity) b Ketidakselarasan bersudut (angular unconformity) ¢ Bukan keselarasan (nonconformity) Pada umumnya yang dapat membentuk suatu perangkap ialah ketidakselaras- an bersudut, sedangkan untuk ketidakselarasan lainnya diperlukan juga unsur lain. Suatu ketidakselarasan dapat menghilang ke suatu arah, bahkan dapat berpotongan atau berkonvergensi menjadi satu. Pada suatu gejala ketidakselarasan, gejala stratigrafi dapat terjadi selain di bawah bidang ketidakselarasan tersebut juga di atasnya dalam bentuk suatu penjangkavan transgresi (transgressive overlap) (Gambar 5-43). MUKA LAUT SETELAH PENURUNAN YANG TERUS MENERUS MUKA LAUT (STADIUM PERMULAAN } J remanoxarstearionan aseti DI ATAS DI BAWAH{ KETIOAK-SELARASAN o 9 Q | renanakar eateoorononn{ ® ® ® PERANGKAP PALEOGEOMORFI (DALAM BUKIT TERBENAM) Gambar 5.43 Hubungan ketidakselarasan dengan perangkap di atas dan di bawahnya (menurut Martin, 1966) Dalam hal yang disebut terakhir, maka masing-masing lapisan pasir yang berada ‘pada urutan di atasnya akan berada jauh ke sesuatu arah daripa- da yang berada di bawahnya. Dengan demikian hal ini memberi kesempatan akan adanya perangkap stratigrafi seperti suatu pembajian. Dalam hal ini jelas bahwa perangkap stratigrafi yang berada di atas ketidaksela~ rasan dapat kita golongkan sebagai perangkap stratigrafi. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, di bawah bidang ketidakselarasan biasanya semua lapisan yang berpori-pori dan permeabel, terpancung oleh berba- gai lapisan yang ada di atasnya. Seringkali lapisan di atasnya itu merupakan suatu lapisan yang kedap, misalnya suatu lapisan serpih yang diendapkan pada waktu transgresi yang mendadak di atas permukaan keti- dakselarasan. Selain itu juga lapisan yang berada di bawah ketidakse- larasan itu mungkin sangat peka terhadap pelapukan sehingga menimbulkan rongga-rongga porositas yang baik. Misalnya, batugamping yang pada Perangkap reservoir 139 pelapukan sering membentuk gua~gua dan rongga-rongga yang disebabkan karena pelarutan. flal ini jelas sangat menguntungkan dan selain akan merupakan bentuk-bentuk perangkap, juga akan menghasilkan porositas sekunder. Jelaslah, bahwa perangkap ketidakselarasan yang disebabkan pemancungan ini harus ditinjau juga dalam 3 dimensi. Maka dalam hal ini pembustan suatu peta paleogeologi atau sering disebut sebagai peta bawah singkap- an (suberop map) atau peta pandangan cacing (worm's eye view map) sangat penting. Peta paleogeologi tidak lain adalah suatu peta yang memperlihatkan penyebaran berbagai macam formasi serta satuan batuan di bawah bidang ketidakselarasan, seolah-olah bidang lapisan yang ber- ada di atas bidang ketidakselarasan itu dihilangkan. Maka dari peta ini akan kelihatan adanya jalur-jalur lapisan yang berpori seperti batupasir atavpun batugamping. Hal lain yang juga sangat penting untuk dihayati adalah bahwa per~ mukaan suatu ketidakselarasan tidaklah selalu rata, malahan seringkali.terdapat bekas-bekas bukit yang terpendam sebagai sisa daripada erosi. Dengan mengadakan pengonturan bidang erosi ini, akan didapatkan peta paleotopogra~ £i atau paleomorfologi yang memperlihatkan berbagai bentuk struktur dan suatu penutupan (closure), dan melengkapi gejala perangkap tadi. Perangkap yang terbentuk sering dinamai perangkap paleomorfologi (paleo- morphic traps, Martin, 1966). Maka perangkap ini boleh dikata- kan sebagai kombinasi daripada penyebaran perlapisan yang terpan- bie sloouectog! oe cung dengan paleotopografi- yang oa eon alent merupakan daerah tinggi. “selaresan bersudut, dari lapangan minyak = Secara teori perangkaP yang demi~ Pe eens kian tidak terjadi pada ketidakse- topografi, (disadur deri Levorsen, 1960,) Larasan sejajar, jika saja lapisan penutupnya merupakan lapisan per~ meabel. Akan tetapi dalam hal ini erosi dapat membentuk pergunungan ataupun perbukitan pada lapisan reservoir sebelum kemdian ditutup oleh lapisan penutup di atasnya. Juga jelas di sini, bahwa suatu pengkonturan daripada bidang erosi atau peta paleomorfologi sangatlah penting dalam penentuan perangkap (Gambar 5.44). 5.5.2 PERANGKAP PENYUMBATAN ASPAL Pexangkap jenis ini juga dapat dikatakan sebagai perangkap yang ber- hubungan dengan bidang erosi atau disebut pula perangkap sekunder. Sexingkali lapisan minyak yang tererosi membentuk suatu rembasan sebagaimana telah dibahas di dalam Bab 3. Dalam cembasan ini sering~ kali bagian cairan yang mudah menguap meninggalkan suatu residu yang 140 Koesoemadinats, Geologi Minyak- dan Gasbumi kemudian menjadi suatu sutbat bagi perembasan minyak selanjutnya. Dengan demikian terbentuklah suatu perangkap minyak. Juga dalam hal ini harus diperhatikan mengenai keadaan 3 dimensi dari penyebaran lapisan secara lateral. Perangkap jenis ini tidak banyak terjadi. 5.5.3 PERANGKAP STRATIGRAFI DALAM TIGA DIMENSI Untuk pencarian perangkap stratigrafi dan juga peranskap kombinasi stratigrafi dan struktur dimintakan pengertian lebih mendalam mengenai stratigrafi dan juga dalam metoda untuk memperlihatkan perubahan yang terjadi dalam lapisan atau yang juga disebut sebagai perubahan fasies. Dalam hal ini pemetaan di bawah permukaan berdasarkan data yang dida~ patkan dari sumur sangatlah penting, seperti misalnya,. pembuatan peta isopach, iso-fasies, perbandingan pasir-serpih dan sebagainya. Juga dapat dilihat di atas bahwa peta seperti peta paleotopografi ataupun peta paleogeologi akan sangat membantu dalam menberi pengertian yang lebih baik mengenai penyebaran lapisan dan juga bagaimana kelakuan JAYA @1 Kasim --2 0.0 ot bt 0.2 i : irik . " NOMALINA, maces eae Pal eT UC ARIA re " pray ae FN eis tte Sal ie oT Neeabiommns eho vyrunree phe ae : Types SISK EOHIE Sere 13 1. 1.5 rN ss i B16 SEISMIC SECTION SALAWATI BASIN LINE No.a4 IRIAN JAYA, INDONESIA ation (6 rien Joyo, Indonesia) Gambar 6.45 Penampang seismik di Irian Java yang memperlihatkan terumbu (Vincellete, 1973) lapisan itu secara lateral. Dewasa ini metoda seismik telah maju seka~ 14, sedemikian rupa sehingga sering dapat memperlihatkan gejala paleo- morfologi itu secara jelas. Cara seismik untuk menginterpretasikan adanya svatu terumbu telah dikembangkan. Misalnya saja dengan penemuan terumbu di Irian Jaya, metoda seismik telah memperlihatkan kemampuannya seperti dapat dilihat pada Gambar 5.45. Metoda seismik selain dapat memperlihatkan pembajian dan sebagainya, juga dapat menginterpretasikan litologi dengan mempergunakan analisa kecepatan, sehingga seringkali dapat dibuat peta perbandingan pasir serpih atau juga perbandingan klastik karbonat. Perangkap reservoir 141 5.6 KLASIFIKASI PERANGKAP DE SITTER Beberapa klasifikasi perangkap telah diusulkan oleh Clapp (1910, 1917), Wilson (1934), Heald (1940), Heroy (1941), Sanders (1943), Wilhelm (1945) dan Brod (1945) (Tabel 5-2). Semua klasifikasi tersebut tentunya mengutamakan berbagai hal-yang Pada waktu itu dianggap penting. Klasifikasi ini sebetulnya merupakan pengetahuan secara ikhtisar mengenai jenis perangkap. Telah dibahas sebelumnya bahwa kemungkinan jenis perangkap banyak sekali, sehingga klasifikasi hanya sekedar merupakan suatu ikhtisar saja. Pada Gambar 5-46 diberikan klasifikasi oleh de Sitter (1950) yang didasarkan atas dua unsur terpenting, yaitu unsur struktur (tektonik) dan unsur stra- tigrafi. Dalam hal ini de Sitter mengadakan klasifikasi yang dinyata- kan dalam suatu matriks A, B, C, masing-masing merupakan kelompok unsux perangkap utama, stratigrafi, ketidakselarasan, berbagai bentuk tektonik dan intrusi. % 8 Lay, cb FEbsnate EEijsune Eeuimentone EEJmart [Ez]crietarock [JJ ott accum m= maps section Gembar 6.46 Kiasifikasi perangkap minvak menurut de Sitter (1950) A VARIASI LATERAL DALAM PERMBABILITAS : ‘ a Lensa-lensa pasix dan gamping, khususnya batupasir berbentuk tali- sepatu. Ini merupakan saluran ataupun pantai yang telah menjadi fosil @an juga terumbu koral yang fosil. b Berbagai variasi permeabilitas dan porositas lokal, primer ataupun sekunder dalam batugamping, misalnya karena pelarutan, breksi dan karena tekstur oolit. c Variasi lateral dalam permeabilitas pada batupasir, dimana dalam hal yang ekstrem sama dengan lénsa-lensa pasir. 4 Penyumbatan pori-pori oleh aspal dan gejala lain. 142. Koesoemadinats, Geologi Minysk-dan Gasbumi B KETIDAKSELARASAN: a Batuan reservoir adalah lebih muda atau berada di atas ketidakse~ larasan. b Batuan reservoir pasir, konglomerat dasar atau breksi dasar sebagai eluvial di atas ketidakselarasan. © Batuan reservoir yang merupakan formasi yang terpancung. C BERBAGAI BENTUK TEKTONIK: a.1 Pelipatan landai , a; teras, B; hidung, y; kubah, 6; dan ambang, Dalam berbagai bentuk tektonik yang landai ini, perubahan variasi per- tigabilitas terjadi secara primer, dimana besar butir memegang peranan penting, Dalam hal yang terakhir ini kadang-kadang perbedaan dalam kompaksi juga memperlihatkan bentuk yang menyerupai bentuk tektonik. a.2 Antiklin, a; simetris, 8; asimetris, y; tersungkup, 6; struktur diapir. b Kubah pada umumnya dapat dimasukkan dalam C. a-1. 1 Patahan yang terdapat dalam lipatan, misalnya patahan yang meman- jang dan patahan yang memotong satu antiklin. 2 Patahan yang disebabkan karena efek kubah patahan radier. 3 Patahan bongkah (block-faulting), patahan dalam monoklin. 4 Akumulasi pada breksi tektonik dalam jalur~jalur patahan (misalnya breksi serpih, breksi pasir ataupun breksi gamping) . c Intrusi : 1 Intrusi garam , a; di atas garam dalam formasi yang terlipat, B; dalam penutup garam, Y; dalam formasi yang terpancung oleh tiang garam. 2 Intrusi batuan beku . Dalam golongan pertama, berbagai variasi dalam permeabilitas dan poro- sitas memegang peranan yang penting, terutama permeabilitas dalam lapisan yang tidak terlipatkan. Kemiringan kecil cukup untuk dapat menjebak minyak. Akumulasi antiklin yang minyaknya terdapat di bagian bawah struktur yang landai, pada umumnya termasuk dalam golongan ini. Akumulasi ketidakselarasan sangat penting dan merupakan akumolasi yang menjadi satu, misalnya dalam lapangan minyak Texas Timur dan juga akumulasi gas dalam Texas Panhandle. Pada hakekatnya, akumulasi tektonik adalah yang paling berbeda. Pada golongan pertama pelipatan landai memperlihatkan perubahan dari golong- an ketidakselarasan menjadi golongan perubahan atau variasi dalam Permeabilitas. Dalam hal ini bentuk yang disebabkan karena kompaksi, oleh de Sitter dimasukkan sebagai tektonik, karena punggungan tempat sedimen diendapkan sebetulnya mempunyai asal tektonik, dan kompaksi dari serpih yang berlebihan pada samping punggungan itu sebetulnya justru hanya berfungsi untuk lebih menonjolkannya lagi. Pembentukan kubah seringkali terjadi karena tiang garam yang mendesak ke atas. Misalnya saja pada C. a. 1 sama dengan.c. c. 1. Di sini harus dibedakan antara struktur yang lemah dan struktur yang kuat yang disebabkan karena perbedzan dalam sifat serta juga jarangnya ada bentuk peralihan. Tetapi banyak sekali'kasus yang sedikit disangsikan. Akumu- lasi atau perangkap patahan banyak sekali terdapat, biasanya berada dalam struktur yang dilipat secara keras, tetapi kadang-kadang juga berdiri sendiri dalam kombinasi dengan ketidakselarasan. Intrusi garam memegang peranan penting dalam beberapa daerah di dunia. Hanya masalah- nya adalah apakah antiklin diapir dengan inti garam dimasukkan dalam C.a. atau C.a.2 Perangkap reservoir 143 _5.7 PERANGKAP DALAM KEADAAN HIDRODINAMIK Dalam keadaan hidrodinamik, minyak dapat terjebak selain dalam keadaan yang telah dibahas di atas, juga dalam keadaan struktur dan stratigrafi lainnya, sehingga menambah kemungkinan terdapatnya akumulasi minyak~ dan gasbumi. B. Resultan gaya pelampungan dan gradien hidrodinamrik serts bidang ekipatensial minyak yang miring (diambildarl King Hubert, 1953) Gradien hidrodinamik didapatkan jika lapisan reservoir tersingkap pada ‘permokaan dan menerima air, kemudian mengalirkannya ke luar pada titik ‘yang lebih rendah, sehingga timbul perbedaan potensial. Hal ini akan menyebabkan adanya permukaan potensiometri yang miring (ketinggian sampai mana air akan naik pada setiap titik jika tempat tersebut dibor) yang merupakan gradien. Gradien tersebut dinyatakan datan 2 = meter/kitometer atau feet/nile (Gambar 5.47). Dalam keadaan hidrodinamik, akumulasi dapat diterangkan oleh teori King Hubbert (1953). Dalam teori ini diterangkan bahwa minyak dan gas (setelah berada.dalam fasa menerus) akan bergerak dan berkumpul pada Bagian kerakbuni (perangkap) yang secara lokal mempunyai potensial Baling rendah. Tidak mungkin minyak~ dan gasbumi bergerak menuja nedan Potensial yang lebih tingyi, walaupun dalam perjalanan ke potensial yang lebih rendah. Dengan denikian bidang batas air-minyak akan selalu merupakan suatu bidang ekipotensial. 144 Karsoemadinata, Geotogi Minyak: dan Gasbumi Dalam keadaan hidrostatik, maka bidang ini horisontal, karena yang bekerja hanyalah gaya gravitasi/pelampungan. Jika ada gradien hidro- dinamik maka resultan kedua gaya ini menjadi miring, dengan demikian bidang ekipotensial (OWC) juga miring, dengan rumus kemiringan: 2%. _, ah (Gambar 5.48) tan © = Gt" Gy - po * al untuk: © = sudut kemiringan batas air-minyak atau bidang ekipotensial = = gradien kemiringan’ bidang ekipotensial Pw = berat jenis air po = berat jenis minyak/gas Gr * gradien hidrodinamik (gradien bidang potensiometri) . PERMUKAAN 3 dz |p gh ai | “at” GWA) al "soo pow 1818 alk Ade 731.5 + Apis) : 2 | ex = 1.000 E 3 a 8 § 70 20°20 4060 ih _ kaki LLoreng dari bidang plezometri = 2 = Kak er a” ait Gambar 5.48 Perbedaan kemiringan batas ai-minyak dan permukaan piezometri (A) serta berat jenis minyak (API gravity) dan gas (B). (Levorsen, 1958) jinyak-gas dan hubungannya dengan kemiringan Dengan demikian kemiringan bidang batas air-minyak tergantung dari besar kecilnya gradien hidrodinamik dan perbedaan berat jenis air dan minyak/gas, terutama yang terakhir ini. Gradien hidrodinamik tergantung dari letak topografi tempat lapisan reservoir memasukkan air (intake) dan dimana air keluar, yang menyebabkan bidang potensiometri miring (permukaan kenaikan air jika dibor dan permeabilitas, yang berhubungan dengan hukum Darcy. Lebih kecil permeabilitas, lebih besar gradien hidrodinamik & dan lebih miring bidang potensiometri. Perbedaan berat jenis, terutama disebabkan derajat API minyak- dan gasbumi. Dari rumus jelas sekali, bahwa lebih besar po, pw - po makin kecil dan kemiringan lebih besar. A Perbedaan berat jenis minyak dan gas dapat menimbulkan perbedaan kemiringan (Gambar 5.48;5.49), dan dalam keadaan ekstrem ada pemisahan minyak- dan gas (Gambar 5.49), Dalam suatu lapisan reservoir yang tipis, dapat terjadi’ bahwa gas hanya terdapat di satu sayapsaja. Perangkap reservoir 145 Gambar 5.49" Pemisahan akumuiasi minyak- dan gas dalam keadaan hidrodinamik (King Hubbert, 1953). Gombar 5.50 Akumulasi minyak dalam hidung suatu antiklin pada keadaan hidrodinamik; lapangan minyak Coles Levee, Katifornia; penampeng melalui tapangan utara, (Levorsen, 1958; hal. 548) 146 Koesoemadinata, Geotogi Minyak- dan Gasbumi B Keadaan hidrodinamik dapat menimbulkan perangkap baru, deng- an konsepsi tutupan yang berlain- an, Tutupan hidrodinamik (hydro- dynamic closure) di sini, adalah jarak tegak dari bidang ekipoten- sial yang menutup suatu wadah yang konkav ke atas sehingga timbul perangkap hidrodinamik. @ Hidung antiklin atau teras, dapat bertindak sebagai perangkap, jika arah gerak air diketahui (Gambar 5.50). b Perubahan permeabilitas lokal, dapat menyebabkan mencuramnya pidang potensiometri, sehingga gradien hidrodinamik menjadi tinggi secara lokal yang menyebabkan bidang ekipotensial melengkung. Dalam keadaan suatu homoklin dapat ditimbulkan suatu perangkap hidrodinamik (Gb. 5.51). ¢ Dalam bidang perangkap strati- grafi hidrodinamik dapat tinbul pemikiran baru (Hill, Colburn and Knights, 1963). Tekanan hidrodinamik dapat menanbah atau mengurangi tekanan masuk (entry pressure) atau tekanan penggeser- an (displacement pressure) . Perubahan fasies, tak selalu menberikan suatu 'shale-out' atau 'wedge-out', atau terutama perubahan porositas/permeabilitas. Dari porositas besar kecil terja~ dilah kapilaritas, karena perbeda- an tegangan permukaan antara air dan minyak. Pada Gambar 5.52 terlihat bahwa air dapat masuk ke dalam lanau, tetapi untuk minyak diperlukan tekanan masuk (entry pressure) yang sesuai dengan tekanan ini (dalam fasa menerus). Tetapi jika arah gradien hidrodinamik dari atas ke bawah (down-dip) maka akan terja~ 4i suatu akumulasi, karena tekan- an ini akan melawan pelampungan (buoyancy), sehingga tekanan masuk tak dapat diarungi. Sebaliknya, jika gradien hidro- dinamik ke arah atas dari kemi- Perangkap stratigrafi dalam keadaan ‘hidradinamik, dimana tekanan peng: ‘geseran (Pd) memegang perar Gambar 5.51 Akumulasi hidrodinamik dalém per- (Hill, Colburn dan Knight, 1961, bedaan permeabilitas lokal. Peningkaten diedaptasi oleh McHeal, 1965) Si Oe occas " ringan maka tak terjadi akumulasi. ckipotensal minyek ring keotas «sada Gambar 5.53 terlihat jelas menyentuh atap lapisan pasir don suse haha dua unsur yang kosong aera etek ode” == dengan tanda-tanda minyak pada ekipotentialseluruhnya dari bawah homoklin masih memungkinkan terja- (King Hubbert, 195: dinya akumulasi minyak di antara- nya, yaitu jika ada perbedaan permeabilitas dan arah gradien hidrodi- namik ke arah bawah dari kemiringan. . Dari uraian di atas jelaslah bahwa gradien hidrodinamik menimbulkan beberapa konsepsi baru dalam akumulasi minyak. Akumulasi ini dalam 3 dimensi dapat terlihat pada Gambar 5.54. Jelas’ terlihat, bahwa perubahan dalam arah dan besar gradien sangat sensitif untuk menambah atau meniadakan suatu akumulasi. Suatu akumulasi dapat terusir sama sekali dari suatu struktur antiklin dengan tutupan yang baik, karena adanya gradien hidrodinamik yang cukup besar dengan arah ter- tentu. Konsepsi hidrodinamik masih dalam taraf penelitian, dan belum dapat diterapkan secara operasionil. Di Indonesia baru di Irian Barat (Lapangan minyak Klamono) terdapat bukti adanya keadaan hidrodinamik, naman perangkap dalam konsepsi ini belum ditemukan. A Zoe = tingal Kolom minyak yang ditahan = radius port e sredien hidrodinmia Y= togongen permukean = & Fy radius konstrikst pw = Xq__ = Jerak horizontal der! ekumulas! po * minyak Gambar 6.53. Suatu penampang diagram melalui suatulapisan pasir yang memperlihatkan perubshan permesbiits ke atas dengan kemungkinanadanva minyak yang dijebak secara hirodinamik oleh arahalran air suatu kolom minyak dalam lapisan reservoir dapat ditahan oleh aliran air ke bawah (Robert R. Berg, 1975) Perangkap reservoir 147

Anda mungkin juga menyukai