Anda di halaman 1dari 18

TUGAS ANALISIS KUALITATIF

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Kapita Selekta

Oleh :

DINDA AMELIA FITRIANI

11161134

4FA3

Bhakti Kencana University

2020
TUGAS ALKALOID

1. Pengertian Alkaloid
Pada umumnya alkaloid mencakup senyawa bersifat basa yang
mengandung satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan,
sebagai bagian dari sistem siklik (Harborne, J.B, 1996). Istilah "alkaloid"
(berarti "mirip alkali", karena dianggap bersifat basa) pertama kali dipakai
oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819), seorang apoteker dari Halle
(Jerman) untuk menyebut berbagai senyawa yang diperoleh dari ekstraksi
tumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal, misalnya,
morfina, striknina, serta solanina). Hingga sekarang dikenal sekitar 10.000
senyawa yang tergolong alkaloid dengan struktur sangat beragam,
sehingga hingga sekarang tidak ada batasan yang jelas untuknya
(Heliawati, 2018).
Senyawa alkaloid merupakan senyawa golongan metabolit
sekunder terbanyak ditemukan di alam. Secara organoleptik, daun-daunan
yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid.
Alkaloid yang dihasilkan oleh berbagai organisme besar, seperti bakteri,
jamur, tumbuhan, dan hewan dan merupakan bagian dari kelompok
produk alami (juga disebut metabolit sekunder). Banyak alkaloid dapat
dimurnikan dari ekstrak mentah oleh asam-basa dan banyak alkaloid yang
beracun untuk organisme lain. Fungsi alkaloid sendiri dalam tumbuhan
sejauh ini belum diketahui secara pasti, beberapa ahli pernah
mengungkapkan bahwa alkaloid diperkirakan sebagai pelindung tumbuhan
dari serangan hama dan penyakit, pengatur tumbuh, atau sebagai basa
mineral untuk mem-pertahankan keseimbangan ion (Heliawati, 2018).

2. Ciri Struktur Alkaloid


Struktur alkaloid memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
a. Kerangka polisiklik dan jenis subtituen tidak bervariasi
b. Atom nitrogen yang ditemukan sebagai gugus Amino (-NR 2) atau
Amida (-CO-NR2) tidak ada gugus Nitro (-NO2) atau Diazo (-N=N)
c. Subtituen oksigen ditemukan sebagai gugus fenol (-OH), metoksi (-
OCH3), atau Metilendioksi (-OCH2O-), pada posisi para atau meta
pada cincin aromatik.
d. Subtituen N-CH3 sering ditemukan

Gambar 2.1 Ciri Struktur Alkaloid dan jenis Subtituen yang sering
ditemukan

3. Reaksi Umum Alkaloid


3.1 Reaksi Pengendapan
a) Reaksi Mayer : HgI2
 HgCl2 + KI (1:4)
 Cara : zat + pereaksi Mayer timbul endapan kuning atau larutan
kuning bening → + alkohol endapannya larut. Reaksi dilakukan di
objek glass lalu Kristal dapat dilihat di mikroskop. Jika dilakukan
di tabung reaksi lalu dipindahkan, Kristal dapat rusak. Tidak semua
alkaloid mengendap dengan reaksi mayer. Pengendapan yang
terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada rumus bangun
alkoloidnya.
b) Reaksi Bouchardat
 I2 + KI (2:4) + aqua
 Cara : sampel zat + pereaksi Bouchardat → coklat merah, +
alkohol → endapan larut.
3.2 Reaksi Warna
a) Reaksi dengan asam kuat
Asam kuat seperti H2SO4 pekat dan HNO3 pekat menghasilkan warna
kuning atau merah.
b) Reaksi Marquis
Pereaksi marquis mengandung formaldehid dan H2SO4 pekat 1:9.
Sampel ditambah pereaksi marquis akan menghasilkan warna jingga.
c) Reaksi Warna AZO
Sampel ditambah diazo A dan diazo B (4:1) ditambah NaOH,
dipanaskan lalu ditambah amyl alkohol menghasilkan warna merah.
d) Reaksi Frohde
Pereaksi frohde mengandung larutan 1% NH4 molibdat dalam H2SO4
pekat. Sampel ditambah pereaksi frohde menghasilkan warna kuning
kehijauan.
e) Reaksi Mandelin
Pereaksi mandelin mengandung amonium vanadat dalam air ditambah
H2SO4 pekat. Sampel ditambah pereaksi mandelin berwarna kuning
kehijauan

3.3 Reaksi Kristal


a) Reaksi Dragendorf
Pereaksi dragendorf mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida
dalam nitrit berair. Ketika suatu alkaloid ditambahkan pereaksi
dragendorf maka akan menghasilkan endapan jingga.
b) Reaksi Meyer
Pereaksi meyer mengandung kalium iodida dan merkuri klorida.
Ketika sampel ditambah pereaksi meyer maka akan timbul endapan
kuning atau larutan kuning bening lalu ditambah alkohol endapannya
larut. Tidak semua alkaloid mengendap dengan reaksi mayer.
Pengendapan yang terjadi akibat reaksi mayer bergantung pada rumus
bangun alkoloidnya.
c) Reaksi Bauchardat
Pereaksi bauchardat mengandung kalium iodida dan iood. Sampel
ditambah pereaksi bauchardat menghasilkan endapan coklat merah
lalu ditambah alcohol endapannya larut.
d) Reaksi Fe-complex & Cu-complex:
Pada objek glass, gas ditetesi dengan Fe-compleks dan Cu-complex
lalu tutup dengan cover glass panaskan sebentar, lalu lihat Kristal
yang terbentuk.
 Pada objek glass, zat + asam lalu ditaburkan serbuk sublimat
dengan spatel, sedikit saja digoyangkan di atasnya à Kristal
terlihat.
 Reaksi Iodoform : zat ditetesi NaOH sampai alkali + sol. Iodii
lalu dipanaskan hingga berwarna kuning (terbentuk iodoform),
lalu lihat Kristal bunga sakura di mikroskop.
 Reaksi Herapatiet. (reagen : air + spirtus + asam cuka biang +
sedikit H2SO4 dan aqua iod sampai agak kuning pada objek glass).
Zat + 1 tetes reagen → kristal lempeng (coklat/violet).

3.4 Reaksi Gugus Fungsionil


a) Gugus Amin Sekunder
 Reaksi SIMON : larutan alkaloida + 1% asetaldehid + larutan na.
nitroprussida = biru-ungu.
 Hasil cepat ditunjukkan oleh Conilin, Pelletierin dan Cystisin.
 Hasil lambat ditunjukkan oleh Efedrin, Beta eucain, Emetin,
Colchisin dan Physostigmin.
b) Gugus Metoksi
 Larutan dalam Asam Sulfat + Kalium Permanganat = terjadi
formaldehid, dinyatakan dengan reaksi SCHIFF.
 Kelebihan Kalium Permanganat dihilangkan dengan Asam Oksalat.
 Hasil positif untuk Brucin, Narkotin, koden, Chiksin, Kotarnin,
Papaverin, Kinidin, Emetin, Tebain, dan lain-lain
c) Gugus Alkohol Sekunder
 Reaksi SANCHES : Alkaloida + Larutan 0,3% Vanilin dalam HCl
pekat, dipanaskan diatas tangas air = merah-ungu.
 Hasil positif untuk Morfin, Heroin, Veratrin, Kodein, Pronin,
Dionin, dan Parakonidin.
d) Gugus Formilen
 Reaksi WEBER & TOLLENS : Alkaloida + larutan Floroglusin 1%
dalam Asam Sulfat (1:1), panaskan = merah.
 Reaksi LABAT : Alkaloida + Asam Gallat + asam Sulfat pekat,
dipanaskan diatas tangas air = hijau-biru.
 Hasil positif untuk Berberin, Hidrastin, Kotarnin, Narsein,
Hidrastinin, narkotin, dan Piperin.
e) Gugus Benzoil
 Reaksi bau : Esterifikasi dengan alcohol + Asam Sulfat pekat = bau
ester.
 Hasil positif untuk Kokain, Tropakain, Alipin, Stivakain, Beta
eukain, dan lain-lain.
f) Reaksi GUERRT
 Alkaloida di diazotasi lalu + Beta Naftol = merah-ungu.
 Hasil positif untuk kokain, Atropin, Alipin, Efedrin, tropakain,
Stovakain, Beta eukain, dan lain-lain.
g) Reduksi Semu
 Alkaloida klorida + kalomel + sedikit air = hitam Tereduksi menjadi
logam raksa. Raksa (II) klorida yang terbentuk terikat dengan
alkaloid sebagai kompleks.
 Hasil positif untuk kokain, Tropakain, Pilokarpin, Novokain,
Pantokain, alipin, dan lain-lain.
h) Gugus Kromofor
 Reaksi KING : Alkaloida + 4 volume Diazo A + 1 volume Diazo B
+ natrium Hidroksida = merah intensif.
 Hasil positif untuk Morfin, Kodein, Tebain dan lain-lain.
 Reaksi SANCHEZ : Alkaloida + p-nitrodiazobenzol (p-nitroanilin +
Natrium
Nitrit + Natrium Hidrolsida) = ungu kemudian jingga.
 Hasil positif untuk alkaloida opium kecuali Tebain, Emetin, Kinin,
kinidin setelah dimasak dengan Asam Sulfat 75%.
(Heliawati, 2018)

4. Contoh Obat dan Reaksi Khusus Kelompok Senyawa Alkaloid


a) Opium
Contoh Obat : Morfin, Kodein
Reaksi Khusus : Reaksi SANCHEZ : Opium + p-nitrodiazobenzol
(p-nitroanilin + Natrium Nitrit + Natrium Hidrolsida)  ungu
kemudian jingga (Heliawati, 2018)
b) Barbital
Contoh Obat : Phenobarbital, Brevital
Reaksi Khusus :
 Reaksi Parri : (zat dalam lar.metanol + Pereaksi Parri +
uap NH3)  berwarna (kimfar kuali : 95)
 Reaksi Zwikker (zat dlm lar.metanol/etanol + prx)  ungu-biru
(kimfar kuali : 98) / ( Clarke’s : 372 )
c) Xanthin
Contoh Obat : Kofein, Teofilin
Reaksi Khusus :
 RX Murexid (zat + HCl pekat (H2O2) uapkan diatas penangas 
kuning-jingga + NH4OH (uap NH3 )  rx (+) (ungu) (Kimfar,
kuali : 84 ) (
 Zat + 1 tetes H2O2 (at KClO4 padat) + 1 tetes HCl 25%,
panaskan diatas waterbath  kuning + NH3 : Ungu ( CS : 136 )
d) Pyrazolon
Contoh Obat : Fenilbutazon, Aminopirin
Reaksi Khusus :
 zat + HCl + NaNO2  hijau (antipirin), ungu (piramidon)
 zat + larutan FeCl3  biru (novalgin), ungu (piramidon), merah
(antipirin)
e) Chinae cortex
Contoh Obat : Klorokuin, kuinin
Reaksi Khusus : Reaksi Thalleioquin test : Quinin + Dill sulphuric
acid + bromine water  memberikan warna kuning yang berubah
menjadi hijau emrald setelah ditambah beberapa tetes amonia
f) Solanaceae
Contoh Obat : Atropin, Nikotin
Reaksi Khusus :
 Reaksi Querbert : zat + HNO3 berasap, uapkan di waterbath
sampai kering + NaOH + Zn + HCl + NaNO2 + beta naftol +
NH4OH  endapan merah jingga
 Reaksi Sanchez : zat + vanilin dalam HCl 25%  merah muda,
panaskan  warna makin intensif
g) Anilin
Contoh Obat : Acetaminophen, Asetanilid
Reaksi Khusus :
 Zat padat + H2SO4 conc. + K2CrO7 padat diaduk : ungu  hijau
 Reaksi esterifikasi  bau wangi etilasetat
 Ditambah aquabrom : mula warna hilang, bila berlebihan :
timbul endapan putih.
 Reaksi isonitril : (+) bau iso nitril
 Reaksi Runge  berwarna ungu kotor
 Reaksi Indophenol  berwarna biru
 Ditambah HNO3 : tidak berwarna kuning (berbeda dengan
phencetin)
h) Amin aromatik dengan inti aromatik
Contoh Obat : amodiakuin hidroklorida, dekualinum klorida
Reaksi Khusus : Reaksi Chen & Kao : zat + air + 1 tetes larutan
CuSO4 + NaOH 4N  ungu + eter kcok  merah ungu
TUGAS IDENTIFIKASI
1. Asam salisilat

(Farmakope Indonesia Edisi V)

a. Organoleptis : hablur, biasanya berbentuk jarum halus atau


serbuk halus; putih; rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk
sintetis warna putih dan tidak berbau. Jika dibuat dari metil salisilat
alami dapat berwarna kekuningan atau merah muda dan berabu lemah
mirip mentol (Farmakope Indonesia Edisi V, 2014)
b. Kimia analisa :
1) Dapat memerahkan kertas lakmus biru  
2) Dengan logam dapat menghasilkan hidrogen.
3) Dengan alkohol dapat menghasilkan ester yang berbau harum.
4) Dapat melepaskan belerang dari larutan tiosulfat 
5) Dapat melepaskan iodium dari campuran KI dan KIO3, dan iodium
yang terbentuk dapat membirukan amilum
6) Terbentuk Bau
7) Metanol + asam salisilat  + H2SO4, dipanaskan, bau metil salisilat
(bau balsem) (Rachmawati, 2020)
8) Terbentuk Warna
Ferric Chloride + asam salisilat  biru-ungu
Reagen Folin-Ciocalteu + asam salisilat  biru
Test McNally’s + asam salisilat  merah
(Carlake dkk, 2011)
Menurut Farmakope Indonesia Edisi V identifikasi asam salisilat
dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1) Tambahkan besi (III) klorida LP ke dalam larutan encer salisilat:
terjadi warna ungu
2) Tambahkan asam klorida P ke dalam larutan pekat salisilat:
terbentuk endapan hablur putih asam salisilat yang melebur pada
suhu antara 158o dan 161o.
c. Instrumental
1) KLT : sistem TD-asam salisilat Rf 07, asam salisilurat Rf 00; sistem
TE-asam salisiat Rf 10, asam salisilurat Rf 00; sistem TF-asam
salisilat Rf 01, asam salisilurat Rf 00; sistem TAD-Rf 24; sistem
TAE-Rf 86; sistem TAJ-Rf 12; sistem TAK-Rf 21, sistem TAL-Rf
20 (diamati di bawah sinar UV, fluoresensi ungu; larutan Ferric
chloride, ungu; larutan KMnO4 acidified, positif (Clarke, 2011).
2) KG : sistem GA-asam salisilat RI 1307, asam salisilat-Me RI 1200,
asam salisilat-Me2 RI 1195, M (konjugat glisin) RI 1825, M
(Konjugat glisin)-Me RI 1810, M (konjugat glisin)-Me 2 RI 1845;
sistem GB-asam salisilat RI 1340, asam salisilat-Me RI 1228; sistem
GL-asam salisilat-Me2 RI 1210, M95-OH-)Me3 RI 1530 (Clarke,
2011).
3) KCKT : sistem HD-asam salisilat k 0,7, choline salisilat k 0,7;
sistem HW-asam salisilat k 4,6, choline salisilat k 4,8; sistem HX-RI
350; sistem HY-RI 355; sistem HAA-waktu retensi 12,1 menit;
sistem HAX-waktu retensi 5,2 menit; sistemHAY-waktu retensi 4,4
menit (Clarke, 2011).
4) Spektrum UV : asam encer-236 (A| = 647a), 303; alkali encer-298
(A| = 259a). chaoline salicyiate: metanol-298 nm (A| = 170b).
(Clarke, 2011)
5) Spektrum IR : puncak utama pada 758, 1637, 1288, 1210, 1250,
1150 (asam salisilat, KBr disk); 1587, 1734, 1176, 1515, 699, 1041
cm-1 (choline salisilat).

(Clarke, 2011)
6) Spektrum massa : ion utama pada m/z 120, 92, 138, 64, 39, 63, 121,
65; asam salisilurat 121, 120, 69, 92, 195, 39, 93, 45.

(Clarke, 2011)
2. Metampiron
(Farmakope Indonesia Edisi V)
a. Organoleptis : serbuk kristal putih atau kekuningan (Clarke,
2011). Serbuk hablur, putih atau putih kekuningan (Farmakope
Indonesia Edisi V, 2014)
b. Kimia analisa :
Menurut Farmakope Indonesia Edisi V (2014) identifikasi metampiron
dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1) Pada 3 mL larutan 10% tambahkan 1 mL – 2 mL asam klorida P dan
1 mL besi (III) klorida P 5%; terjadi warna biru yang jika dibiarkan
berubah menjadi merah kemudian tidak berwarna.
2) Panaskan 2 mL larutan 10% yang telah diasamkan dengan asam
klorida P 25% terjadi gas belerang dioksida
Menurut Carlake dkk (2011) identifikasi metampiron dapat dilakukan
dengan cara :
1) Ferric Chloride (FeCl3) + Methampirone  ungu
2) Reagen Folin-Ciocalteau + Methampyrone  biru
3) Tes Liebermann (100o) + Methampyrone  biru
4) Tes Mandelin + Methampyrone  cokelat
5) Asam Nitrous + Methampyrone  biru transient
c. Instrumental :
1) KLT : sistem TA-Rf 84, sistem TB-Rf 00; sistem TC-Rf -1; sistem TD-
Rf 00; sstem TE-Rf 02; sistem TF-Rf 00; sistem TL-Rf 02; sistem
TAD-Rf 02; sistem TAE-Rf 85; sistem TAF-Rf 59; sistem TAJ-Rf 00;
sistem TAK-Rf 00; sistem TAL-Rf 24. (larutan iodoplatinat yang
diasamkan, putih) (Carlake dkk, 2011)
2) KG : sistem GA-M (bis-desalkyl-) RI 1955, M (desalkyl)-AC RI 2395;
sistem GB-dipirone RI 2069 (Carlake dkk, 2011).
3) KCKT : sistem HD-k 0,1; sistem HW-k 0,45; sisyem HX-RI 316;
sistem HY-RI 194; sistem HZ-waktu retensi 1,4 menit.
4) Spektrum UV : asam encer-258 nm (A| = 266a)
(Clarke dkk, 2011)
5) Spektrum IR : puncak utama pada bilangan gelombang 1672, 1064,
1179, 1163, 1208, 1639 cm-1 (KBr disk).

(Clarke dkk, 2011)


6) Spektrum Massa : ion utama pada m/z 56, 42, 83, 57, 77, 51, 97, 54

(Clarke dkk, 2011)


3. Hiosin HBr

(Farmakope Indonesia Edisi V)


a. Organoleptis : hablur atau serbuk granul; tidak berwarna atau
putih; tidak berbau; agak merekah di udara kering. Mudah larut dalam
air; larut dalam etanol; sukar larut dalam kloroform; tidak larut dalam
eter (Farmakope Indonesia Edisi V, 2014).
b. Kimia analisa :
1) Menurut Farmakope Indonesia Edisi V (2014) identifikasi Hiosin
HBr dapat dilakukan dengan cara : Pada 1 mL larutan (1 dalam 20),
tambahkan beberapa tetes klor LP, kocok dengan 1 mL kloroform
P: lapisan kloroform berwarna kecokelatan.
2) Menurut Clarke dkk (2011) identifikasi Hiosin HBr dilakukan
dengan Tes Lieberman  merah-oranye
c. Instrumental :
1) Menurut Farmakope Indonesia Edisi V (2014) identifikasi Hiosin
HBr dengan instrumen dilakukan dengan cara Larutkan 3 mg zat
dalam 1 mL etanol P dan uapkan di atas tangas uap hingga kering.
Larutkan residu dalam 0,5 mL kloroform P, tambahkan 200 mg
kalium bromida P dan 15 mL eter P, aduk selama 5 menit.
Enaptuangkan pelarut, keringkan reside di atas tangas uap hingga
bau pelarut hilang. Spektrum serapan inframerah reside
didispersikan dalam kalium bromida P, yang sebelumnya
dikeringkan pada suhu 105o selama 3 jam, menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
Hiosin Hidrobromida BPFI.
2) KLT : sistem TA-Rf 55; sistem TB-Rf 06; sistem TC-Rf 37; sistem
TE-Rf 48; sistem TL-Rf 18; sistem TAE-Rf 49; sistem TAF-Rf 47;
sistem TAJ-Rf 61; sistem TAK-Rf 49; sistem TAL-Rf 93
(Dragendorff spray, positif; larutan iodoplatinat yang diasamkan,
positif, reagen Marquis, pink) (Clarke dkk, 2011)
3) KG : sistem GA-hiosin 2300; hiosin-H2O2330, art (desacyl) RI
1210; sistem GB-hiosin RI 2427, hiosin-H2O RI 2255; sistem GF-
RI 2885 (Clarke dkk, 2011).
4) KCKT : sistem HA-k 1,1; sistem HX-RI 270; sistem HY-RI 253;
sistem HAA-waktu retensi 7,4 menit; sistem HAX-waktu retensi
7,0 menit; sistem HAY-waktu retensi 3,7 menit (Clarke dkk, 2011).
5) Spektrum UV : asam encer-251, 267 nm (A| = 6,3a), 263 nm.

(Clarke dkk, 2011)


6) Spektrum IR : puncak utama pada bilangan 1730, 853, 1166, 736,
705, 1047 cm-1 (hiosin hidrobromid, KBr disk)
(Clarke dkk, 2011)

7) Spektrum Massa : puncak ionn pada m/z 94, 138, 42, 108, 126, 41,
96, 97.

(Clarke dkk, 2011)


DAFTAR PUSTAKA

Clarke E. G. C. 1975. Isolation and Identification of Drugs in Pharmaceutucal.


Body Fluid and Post- Mortem Material, The Pharmaceutical Press. London

Clarke E. G. C. 2011. Clarke’s Analysis of Drugs and Poisons Fourth Edition.


The Pharmaceutical Press. London

Heliawati, Leny. 2018. Kimia Organik Bahan Alam. Universitas Pakuan Bogor

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Farmakope Indonesia Edisi V. Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

Rachmawati, Winasih. 2020. Kapita Selekta Farmakokimia : Analisis Kualitatif.


Universitas Bhakti Kencana. Bandung

Roswita Abbas, J. Soedarso. 1997. Analisa Kimia Farmasi Kualitatif. Lembaga


Penerbitan Universitas Hasanuddin. Makassar

Anda mungkin juga menyukai