Gelombang Bunyi
3.1.Sumber bunyi
Sumber bunyi adalah semua benda yang bergetar dan menghasilkan suara merambat melalui
medium atau zat perantara sampai ketelinga.
Contohnya berbagai alat musik, seperti gitar, biola, piano, drum, terompet, dan seruling.
Bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar. Hal-hal yang membuktikan bahwa bunyi dihasilkan oleh
benda yang bergetar adalah : Ujung penggaris yang digetarkan menimbulkan bunyi.
Pada saat berteriak, jika leher kita dipegangi akan terasa bergetar.Dawai gitar yang dipetik akan
bergetar dan menimbulkan bunyi.Kulit pada bedug atau gendang saat dipukul tampak bergetar.
3.2.Medium
Medium adalah zat perantara tempat merambatnya bunyi. Contohnya udara, air, dan kayu.
Tanpa medium perantara bunyi tidak dapat merambat sehingga tidak akan terdengar. Berdasarkan
penelitian, zat padat merupakan medium perambatan bunyi yang paling baik dibandingkan zat cair
dan gas.
3.3.Pendengar
Berdasarkan frekuensinya, gelombang bunyi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Gelombang infrasonik, yaitu gelombang bunyi yang mempunyai frekuensi di bawah 20 Hz.
Binatang yang bisa mendengar bunyi infrasonik diantaranya: anjing, jangkrik, angsa, dan kuda.
b. Gelombang audiosonik, yaitu gelombang bunyi yang mempunyai frekuensi antara 20 Hz sampai
20.000 Hz. Yang bisa mendengar bunyi audiosonik diantaranya adalah manusia.
c. Gelombang ultrasonik, yaitu gelombang bunyi yang mempunyai frekuensi diatas 20.000 Hz.
Binatang yang bisa mendengar bunyi ultrasonik diantaranya adalah kelelawar dan lumba-lumba.
1.Nada adalah bunyi yang frekuensinya teratur, misalnya bunyi berbagai alat musik.
2.Desah adalah bunyi yang frekuensinya tidak teratur, misalnya bunyi daun tertiup angin dan bunyi
gemuruh ombak.
3.Warna bunyi (timbre) adalah Dua nada yang mempunyai frekuensi sama tetapi bunyinya berbeda,
misalnya : nada yang dihasilkan oleh piano dan gitar, seruling dan terompet, atau suara laki-laki dan
suara perempuan.
4.Dentum adalah bunyi yang berlangsung sangat singkat tetapi kadang-kadang sangat kuat, misalnya :
bunyi meriam, senapan, dan bom.
Keterangan:
v = laju gelombang bunyi (m/s)
γ = konstanta laplace
R = tetapan gas ideal (8,314 J/ mol. K)
T = suhu mutlak gas (K)
M = massa molar gas (untuk udara bernilai 29×103 kg/mol)
6. EFEK DOPPLER
Istilah Efek Doppler diambil dari nama seorang fisikawan Austria, Christian Johanm Doppler.
Efek Doppler adalah peristiwa berubahnya frekuensi bunyi yang diterima oleh pendengar karena
adanya perubahan jarak (gerak relatif) antara sumber bunyi dan pendengar. Misalnya ketika Anda
naik bis dan berpapasan dengan bis lain yang sedang membunyikan klakson, maka akan terdengar
suara yang lebih tinggi, berarti frekuensinya lebih besar dan sebaliknya ketika bis menjauhi anda,
bunyi klakson terdengar lebih rendah, karena frekuensi bunyi yang didengar berkurang.
Frekuensi bunyi yang diterima pendengar lebih besar dari pada frekuensi sumbernya jika jarak antara
sumber dan pendengar semakin dekat. Sebaliknya, frekuensi bunyi yang diterima pendengar lebih
kecil dari pada frekuensi sumbernya jika jarak antara sumber dan pendengar semakin jauh.
Secara matematis, frekuensi yang diterima pendengar memenuhi persamaan:
Keterangan:
fp = frekuensi bunyi yang diterima pendengar (Hz)
fs = frekuensi bunyi yang dipancarkan sumber (Hz)
V = cepat rambat bunyi (m/s)
Vp= kecepatan pendengar (m/s)
Vs = kecepatan sumber bunyi (m/s)
Dari persamaan tadi, Vp dan Vs dapat bernilai positif atau negatif dengan ketentuan sebagai berikut:
a.Jika sumber bunyi atau pendengar tidak bergerak (diam) nilai dan selalu sama dengan nol.
b.Nilai positif jika pengamat mendekati sumber. Sebaliknya, bernilai negatif jika pengamat menjauhi
sumber.
c.Nilai positif jika sumber menjauhi pengamat. Sebaliknya, bernilai negatif jika sumber mendekati
pengamat.
7. FENOMENA DAWAI DAN PIPA ORGANA
7.1. Dawai
Seutas dawai atau senar yang kedua ujungnya terikat jika digetarkan akan membentuk
gelombang stasioner. Getaran ini akan menghasilkan bunyi dengan nada tertentu, bergantung pada
jumlah gelombang yang terbentuk pada dawai tersebut. Pola gelombang stasioner ketika terjadi nada
dasar (harmonik pertama), nada atas pertama ( harmonik kedua), dan nada atas kedua (harmonik
ketiga) adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar dibawah ini:
Frekuensi nada yang dihasilkan bergantung pada pola gelombang yang terbentuk pada dawai.
Berdasarkan gambar diatas, panjang gelombang nada dasar, nada dasar pertama, dan nada dasar kedua
berturut- turut 2L, L, dan 2/3L. Secara umum, ketiga panjang gelombang tersebut dapat dinyatakan
dengan persamaan:
λn= 2L/(n+1)
keterangan :
fn = frekuensi nada ke- n (Hz)
v = cepat rambat gelombang dalam dawai,
L = panjang dawai
Nilai n = 0, 1, 2, …, yaitu bilangan yang menyatakan nada dasar, nada atas pertama, nada atas kedua,
dan seterusnya.
Kecepatan rambat gelombang pada tali (dawai) memenuhi persamaan:
Menurut Mersenne, frekuensi dawai yang bergetar bergantung pada beberapa faktor, yaitu:
a. Panjang dawai, semakin pendek dawai semakin tinggi frekuensi yang dihasilkan.
b. Tegangan dawai, semakin tegang dawai, semakin tinggi frekuensi yang dihasilkan.
c. Massa jenis bahan dawai, semakin besar massa jenis bahan dawai, semakin rendah frekuensi yang
dihasilkan.
d. Penampang dawai, semakin besar luas penampang dawai, semakin rendah frekuensi yang
dihasilkan.
Contoh Soal:
Dawai sepanjang 20 cm memiliki massa 20 gr. Jika ujung- ujung dawai diikat sehingga memiliki
tegangan 30 N, maka tentukan: Panjang gelombang pada nada atas keduanya.
Penyelesaian:
l = 60 cm = 0,6 m
m = 20 gr = 2 x 10-2 kg
F = 30 N
n = 2,
λ2=⋯?
λ2= 2L/(n+1)= (2 .0,6 m)/(2+1)= (1,2 m)/3 = 0,4 m
Pola nada berikutnya merupakan penambahan setengah gelombang dari pola sebelumnya dengan
panjang pipa tetap.
Dari gambar diatas, panjang gelombang nada dasar, nada atas pertama, dan nada atas kedua berturut-
turut 2 L, L , dan 2/3 L. Sama dengan pada adawai, ketiga panjang gelombang ini dapat dinyatakan
dengan persamaan:
λn= 2L /(n+1)
λn= 4L/(2n+1)
8.1.Intensitas bunyi
Intensitas bunyi adalah daya rata- rata per satuan luas yang datang tegak lurus arah rambatan.
Gelombang merupakan rambatan energi getaran. Jika ada gelombang tali berarti energinya
dirambatkan melalui tali tersebut. Bunyi di rambatkan dari sumber ke pendengar melalui udara. Yang
menarik bahwa bunyi disebarkan dari sumber ke segala arah.
Jika seseorang berdiri berjarak R dari sumber akan mendengar bunyi maka bunyi itu telah tersebar
membentuk luasan bola dengan jari- jari R. Berarti energi yang diterima pendengar itu tidak lagi
sebesar sumbernya. Sehingga dapatlah dihitung besarnya intensitas bunyi tersebut. Secara matematis
dapat dituliskan :
keterangan :
I = intensitas bunyi (W/ m2)
Jika sumber bunyi memancarkan bunyi secara isotropik (menyebar ke segala arah sama rata), luas
yang dimaksud sama dengan luas permukaan bola, yaitu:
keterangan :
TI = taraf intensitas (dB)
I = intensitas (watt/m2)
Io = intensitas ambang pendengar (10-12 watt/m2)
BAB III
Alat Optik
Cermin dan lensa serta prinsip kerjanya memberikan sarana pemahaman bagi pemanfaatannya untuk
mempermudah dan membantu kehidupan manusia. Alat-alat yang bekerja berdasarkan prinsip optik
(cermin dan lensa) digolongkan sebagai alat optik.
3.1.Mata
Salah satu alat optik alamiah yang merupakan salah satu anugerah dari Sang Pencipta adalah mata. Di
dalam mata terdapat lensa kristalin yang terbuat dari bahan bening, berserat, dan kenyal. Lensa
kristalin atau lensa mata berfungsi mengatur pembiasan yang disebabkan oleh cairan di depan lensa.
Cairan ini dinamakan aqueous humor. Intensitas cahaya yang masuk ke mata diatur oleh pupil.
Bagian-bagian mata
Cahaya yang masuk ke mata difokuskan oleh lensa mata ke bagian belakang mata yang disebut retina.
Bentuk bayangan benda yang jatuh di retina seolah-olah direkam dan disampaikan ke otak melalui
saraf optik. Bayangan inilah yang sampai ke otak dan memberikan kesan melihat benda kepada mata.
Jadi, mata dapat melihat objek dengan jelas apabila bayangan benda (bayangan nyata) terbentuk tepat
di retina.
Lensa mata merupakan lensa yang kenyal dan fleksibel yang dapat menyesuaikan dengan objek yang
dilihat. Karena bayangan benda harus selalu difokuskan tepat di retina, lensa mata selalu berubah-
ubah untuk menyesuaikan objek yang dilihat. Kemampuan mata untuk menyesuaikan diri terhadap
objek yang dilihat dinamakan daya akomodasi mata.
Saat mata melihat objek yang dekat, lensa mata akan berakomodasi menjadi lebih cembung agar
bayangan yang terbentuk jatuh tepat di retina. Sebaliknya, saat melihat objek yang jauh, lensa mata
akan menjadi lebih pipih untuk memfokuskan bayangan tepat di retina.
Titik terdekat yang mampu dilihat oleh mata dengan jelas disebut titik dekat mata (punctum
proximum/PP). Pada saat melihat benda yang berada di titik dekatnya, mata dikatakan berakomodasi
maksimum. Titik dekat mata disebut juga dengan jarak baca normal karena jarak yang lebih dekat dari
jarak ini tidak nyaman digunakan untuk membaca dan mata akan terasa lelah. Jarak baca normal atau
titik dekat mata adalah sekitar 25 cm.
Adapun, titik terjauh yang dapat dilihat oleh mata dengan jelas disebut titik jauh mata (punctum
remotum/PR). Pada saat melihat benda yang berada di titik jauhnya, mata berada dalam kondisi tidak
berakomodasi. Jarak titik jauh mata normal adalah di titik tak hingga (~).
Orang yang menderita rabun jauh atau miopi tidak mampu melihat dengan jelas objek yang
jauh tapi tetap mampu melihat dengan jelas objek di titik dekatnya (pada jarak 25 cm). titik jauh mata
orang yang menderita rabun jauh berada pada jarak tertentu (mata normal memiliki titik jauh tak
berhingga).
Rabun jauh dapat diperbaiki dengan menggunakan lensa divergen yang bersifat menyebarkan
(memencarkan) sinar. Lensa divergen atau lensa cekung atau lensa negatif dapat membantu lensa
mata agar dapat memfokuskan bayangan tepat di retina.
Jarak fokus lensa dan kuat lensa yang digunakan untuk memperbaiki mata yang mengalami rabun
jauh dapat ditentukan berdasarkan persamaan lensa tipis dan rumus kuat lensa.
Di sini jarak s adalah jarak tak hingga (titik jauh mata normal), dan s’ adalah
titik jauh mata (PR). Prinsip dasarnya adalah lensa negatif digunakan untuk memindahkan
(memajukan) objek pada jarak tak hingga agar menjadi bayangan di titik jauh mata tersebut sehingga
mata dapat melihat objek dengan jelas.
Orang yang menderita rabun dekat atau hipermetropi tidak mampu melihat dengan jelas objek yang
terletak di titik dekatnya tapi tetap mampu melihat dengan jelas objek yang jauh (tak hingga). Titik
dekat mata orang yang menderita rabun dekat lebih jauh dari jarak baca normal (PP > 25 cm).
Cacat mata hipermetropi dapat diperbaiki dengan menggunakan lensa konvergen yang bersifat
mengumpulkan sinar. Lensa konvergen atau lensa cembung atau lensa positif dapat membantu lensa
mata agar dapat memfokuskan bayangan tepat di retina.
hipermetropi dikoreksi menggunakan lensa positif
Jarak fokus lensa dan kuat lensa yang digunakan untuk memperbaiki mata yang mengalami
hipermetropi dapat ditentukan berdasarkan persamaan lensa tipis dan rumus kuat lensa.
Di sini jarak s adalah jarak titik dekat mata normal (25 cm), dan s’ adalah titik
dekat mata (PP). Prinsip dasarnya adalah lensa positif digunakan untuk memindahkan
(memundurkan) objek pada jarak baca normal menjadi bayangan di titik dekat mata tersebut sehingga
mata dapat melihat objek dengan jelas.
4.1.Kaca Pembesar
Kaca pembesar atau lup digunakan untuk melihat benda kecil yang tidak bisa dilihat dengan mata
secara langsung. Lup menggunakan sebuah lensa cembung atau lensa positif untuk memperbesar
objek menjadi bayangan sehingga dapat dilihat dengan jelas.
Bayangan yang dibentuk oleh lup bersifat maya, tegak, dan diperbesar.
Untuk mendapatkan bayangan semacam ini objek harus berada di depan lensa dan terletak diantara
titik pusat O dan titik fokus F lensa. untuk menghasilkan bayangan yang diinginkan, lup dapat
digunakan dalam dua macam cara, yaitu dengan mata berakomodasi maksimum dan dengan mata
tidak berakomodasi.
Lup dapat digunakan dengan mata berakomodasi maksimum untuk mendapatkan perbesaran
bayangan yang diinginkan. Agar mata berakomodasi maksimum, bayangan yang terbentuk harus tepat
berada di titik dekat mata (s’ = sn = jarak titik dekat mata).
Perbesaran bayangan yang dihasilkan oleh lup dengan mata berakomodasi maksimum adalah
Dimana P adalah perbesaran lup, sn adalah jarak titik dekat mata (sn = 25 cm untuk mata
normal), dan f adalah jarak fokus lup.
Menggunakan lup dalam keadaan mata berakomodasi maksimum membuat mata menjadi cepat lelah.
Agar mata relaks dan tidak cepat lelah, lup digunakan dalam keadaan mata tidak berakomodasi.
Untuk mendapatkan perbesaran bayangan yang diinginkan dalam keadaan mata tidak berakomodasi,
bayangan yang terbentuk harus berada sangat jauh di depan lensa (jarak tak hingga). dalam hal ini
objek harus berada di titik fokus lensa (s = f).
Perbesaran bayangan yang dihasilkan oleh lup dengan mata tidak berakomodasi adalah
Dimana P adalah perbesaran lup, sn adalah jarak titik dekat mata (sn = 25 cm untuk mata
normal), dan f adalah jarak fokus lup.
5.1. Mikroskop
Perbesaran bayangan yang dihasilkan dengan menggunakan lup yang hanya menggunakan
sebuah lensa cembung kurang maksimal dan terbatas. Untuk mendapatkan perbesaran yang lebih
besar diperlukan susunan alat optik yang lebih baik. Perbesaran yang lebih besar dapat diperoleh
dengan membuat susunan dua buah lensa cembung. Susunan alat optik ini dinamakan mikroskop yang
dapat menghasilkan perbesaran sampai lebih dari 20 kali.
Sebuah mikroskop terdiri atas dua buah lensa cembung (lensa positif). lensa yang dekat dengan objek
(benda) dinamakan lensa objektif, sedangkan lensa yang dekat mata dinamakan lensa okuler. Jarak
fokus lensa okuler lebih besar daripada jarak fokus lensa objektif.
Objek yang ingin diamati diletakkan di depan lensa objektif di antara titik Fob dan 2Fob. Bayangan
yang terbentuk oleh lensa objektif adalah I1 yang berada di belakang lensa objektif dan di depan lensa
okuler. Bayangan ini bersifat nyata, terbalik, dan diperbesar. Bayangan I1 akan menjadi benda bagi
lensa okuler dan terletak di depan lensa okuler antara pusat optik O dan titik fokus okuler Fok. Di sini
lensa okuler akan berfungsi sebagai lup dan akan terbentuk bayangan akhir I2 di depan lensa okuler.
Bayangan akhir I2 yang terbentuk bersifat maya, diperbesar, dan terbalik terhadap objek semula.
Perbesaran yang dihasilkan mikroskop adalah gabungan dari perbesaran lensa objektif dan perbesaran
lensa okuler. Perbesaran lensa objektif mikroskop adalah
Adapun perbesaran lensa okuler mikroskop sama dengan perbesaran lup, yaitu sebagai berikut.
Dimana Pok adalah perbesaran lensa okuler, sn adalah jarak titik dekat mata (untuk mata normal sn = 25
cm), dan fok adalah jarak fokus lensa okuler.
Perbesaran total mikroskop adalah hasil kali perbesaran lensa objektif dan perbesaran lensa okuler.
Jadi,
P = Pob × Pok
(1)jarak antara lensa objektif dan lensa okuler disebut juga panjang tabung (d). panjang tabung
sama dengan penjumlahan jarak bayangan yang dibentuk lensa objektif (s’ob) dengan jarak
benda (bayangan pertama) ke lensa okuler (sok).
d = s’ob + sok
(2)menggunakan mikroskop dengan mata berakomodasi maksimum berarti letak bayangan akhir
berada di titik dekat mata di depan lensa okuler. Jadi, dapat dituliskan
s’ok = −sn
(3)menggunakan mikroskop dengan mata tidak berakomodasi berarti jarak benda di depan lensa
okuler (sok ) berada tepat di titik fokus lensa okuler (fok). Jadi, dapat dituliskan
sok = fok
6.1. Teropong Bintang
Bintang-bintang di langit yang letaknya sangat jauh tidak dapat dilihat secara langsung oleh mata.
Teropong atau teleskop dapat digunakan untuk melihat bintang atau objek yang letaknya sangat jauh.
Teropong terdiri atas dua lensa cembung, sebagaimana mikroskop. Pada teropong jarak fokus lensa
objektif lebih besar daripada jarak fokus lensa okuler (fob > fok). Teropong digunakan dengan mata
tidak berakomodasi agar tidak cepat lelah karena teropong digunakan untuk mengamati bintang
selama berjam-jam. Dengan mata tidak berakomodasi, bayangan lensa objektif harus terletak di titik
fokus lensa okuler. Dengan demikian, panjang teropong (atau jarak antara kedua lensa) adalah
d = fob + fok
dimana fob adalah jarak fokus lensa objektif dan fok adalah jarak fokus lensa okuler.