Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Lanjut Usia (Lansia)

2.1.1 Pengertian Lansia

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi

dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Proses menua merupakan proses terus-

menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya dialami

pada semua makhluk hidup (Aspiani, 2014).

Usia lanjut (lansia) dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada

daur kehidupan manusia. Usia lanjut dapat dikatakan usia emas, karena tidak

semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut

memerlukan tindakan keperawatan, baik yang bersifat promotif maupun preventif,

agar lansia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang

berguna dan bahagia (Maryam. dkk, 2013).

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia

(lansia) apabila usianya 60 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun

merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan

penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan. Lansia

adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan

keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan


penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara

individual (Makhfudli, 2010).

2.1.2 Batasan Lanjut Usia

Usia yang dijadikan patokan untuk lanjut usia berbeda-beda. Menurut

World Health Organisation (WHO) yang dikatakan lanjut usia tersebut dibagi

kedalam empat kriteria yaitu : (Efendi, 2009)

2.1.2.1 Usia Pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun

2.1.2.2 Lanjut Usia (elderly) ialah 60-74 tahun

2.1.2.3 Lanjut Usia Tua (old) 75-90 tahun

2.1.2.4 Usia Sangat Tua (very old) ialah diatas 90 tahun

Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia.

Pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2, yang disebut dengan lanjut usia adalah seseorang yang

telah mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita (Padila, 2013).

Jadi dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai

usia 60 tahun ke atas baik pria maupun wanita dan merupakan tahap akhir dari

kehidupan manusia.

2.1.3 Proses Menua

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang tejadi di dalam

kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak

hanya di mulai dari suatu waktu tertentu, tetapi sejak permulaaan kehidupan.

Menjadi tua merupakan proses yang alamiah, yang berarti seseorang telah melalui

tiga tahap kehidupanya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda baik

secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami

13
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut yang

memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin

memburuk, gerak lambat (termasuk dalam melalukan aktivitas sehari-hari), dan

postur tubuh yang tidak porposional (Nugroho, 2010).

Maryam, dkk (2013) mengatakan atau proses terjadinya tua adalah suatu

proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya

sehingga tidak dapat terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang di

dendrit. Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai

masalah kesehatan atau yang bisa disebut penyakit degeneratif.

2.1.4 Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia

Menurut Nugroho, ( 2010) dan Azizah, (2011) perubahan-perubahan yang

terjadi pada lanjut usia diantaranya adalah :

2.1.4.1 Perubahan Fisik

Perubahan fisik pada lansia mencakup perubahan pada sel, sistem indra,

sistem muskuloskeletal, sistem kardiovaskuler dan respirasi, pencernaan dan

metabolisme, perkemihan, sistem saraf, dan sistem reproduksi.

2.1.4.2 Perubahan Kognitif

Lansia mengalami penurunan daya ingat, yang merupakan salah satu

fungsi kognitif. Ingatan jangka panjang kurang mengalami perubahan,

sedangkan ingatan jangka pendek memburuk. Lansia akan kesulitan

mengungkapkan kembali cerita atau kejadian yang tidak begitu menarik

perhatiannya (Azizah, 2011). Nugroho (2010) mengungkapkan bahwa faktor

14
yang mempengaruhi perubahankognitif pada lansia, yaitu: perubahan fisik,

kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, dan lingkungan.

2.1.4.3 Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin berintegrasi dalam kehidupan lansia

(Azizah, 2011). Nugroho (2010) menyatakan bahwa lansia makin teratur dalam

menjalankan rutinitas kegiatan keagamaannya sehari-hari. Lansia juga

cenderung tidak terlalu takut terhadap konsep dan realitas kematian.

2.1.4.4 Perubahan Psikososial

Perubahan psikososial yang dialami oleh lansia, yaitu masa pensiun,

perubahan aspek kepribadian, dan perubahan dalam peran sosial di

masyarakat.Pensiun adalah tahap kehidupan yang dicirikan oleh adanya transisi

dan perubahan peran yang menyebabkan stres psikososial. Hilangnya kontak

sosialdari area pekerjaan membuat lansia pensiunan merasakan kekosongan.

Lansia yang memasuki masa pensiun akan mengalami berbagai kehilangan,

yaitu: kehilangan finansial,kehilangan status, kehilangan teman, dan

kehilangan kegiatan (Azizah,2011).

2.1.4.5 Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual

Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lansia seringkali berhubungan

dengan berbagai gangguan fisik. Faktor psikologis yang menyertai lansia

berkaitan dengan seksualitas, yaitu: rasa tabu atau malu bila mempertahankan

kehidupan seksual pada lansia. Sikap keluarga dan masyarakat juga kurang

menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya.

15
2.1.4.6 Masalah kesehatan pada lansia

Adapun beberapa masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda

dari orang dewasa, menurut Siburian, (2006) sering disebut dengan istilah 14 I,

yaitu Immobility (kurang bergerak), Istability (berdiri dan berjalan tidak stabil atau

mudah jatuh), Incontinence (beser buang air kecil dan atau buang air besar),

Intrellectual impairment (gangguan intelektual atau demensia), Infection (infeksi),

Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication, convalescence,

skin integrity (gangguan panca indera, komunikasi, penyembuhan, dan kulit),

Impaction (sulit buang air besar), Isolation (depresi), Inanition (kurang gizi),

Impecunity (tidak punya uang), Iatrogenesis(menderita penyakit akibat oabt-

obatan), Insomnia (gangguan tidur), Immume deficiency (daya tahan tubuh yang

menurun), dan Impotence (impotensi).

2.1.4.7 Tugas perkembangan lansia

Kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas

perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang, pada tahap

tumbuh kembangnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta

membina hubungan yang serasi dengan orang-orang di sekitarnya, maka pada usia

lanjut akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap

perkembangan sebelumnya seperti olahraga, bercocok tanam. Adapun tugas

perkembangan lansia yaitu (Padila, 2013) :

1. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.

2. Mempersiapkan diri untuk pensiun.

3. Membentuk hubungan yang baik dengan orang seusianya.

16
4. Mempersiapkan kehidupan baru.

5. Melakukan penyesuian terhadap kehidupan sosial atau masyarakat secara

santai.

6. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.

2.2 Konsep Keluarga

2.2.1 Pengertian keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan

perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan

budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta

sosial individu-individu yang didalamnya dilihat dari interaksi yang regular dan

ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan

umum (Achjar, 2010).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah

satu atap dalam keadaaan saling ketergantungan (Ali, 2013). Keluarga adalah

ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa

berlainan jenis yang hidup bersama ataupun seorang perempuan atau laki-laki

yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik adopsi atau anaknya sendiri

dalam rumah tangga (Suprajitno, 2013).

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga

adalah dua atau lebih individu yang tergantung karena hubungan darah, hubungan

perkawinan atau pengangkatan mereka hidup dalam satu rumah tangga,

17
berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan

serta mempertahankan kebudayaan.

2.2.2 Fungsi Keluarga

2.2.2.1 Fungsi keluarga secara umum menurut Friedman (1998) sebagai berikut :

1. Fungsi Afektif (the affective function)

Yaitu fungsi yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk

mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain.

2. Fungsi Sosial (Sosialization And Placement Function)

Proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu yang

menghasilkan interaksi sosial dan melaksanakan perannya dalam lingkungan

sosial. Keluarga merupakan tempat individu melakukan sosialisasi dimana

anggota keluarga belajar disiplin norma keluarga, prilaku melalui interaksi dalam

keluarga. Selanjutnya individu maupun keluarga berperan didalam masyarakat.

3. Fungsi Reproduksi (The Reproduction Function)

Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan

keluarga.

4. Fungsi Ekonomi (The Economic Function)

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi,

dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan

penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

18
5. Fungsi Perawatan dan Pemeliharaan Kesehatan (The Health Care Function)

Yaitu keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan dan asuhan

Kesehatan atau keperawatan atau pemeliharaan kesehatan yang mempengaruhi

status kesehatan keluarga dan individu.

2.2.3 Tipe Keluarga

Menurut Padila, (2013) secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi

dua, yaitu :

2.2.3.1 Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari

ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau

keduanya.

2.2.3.2 Keluarga besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota

keluarga yang masih mempunyai hubungan darah (kakek, nenek, paman,

bibi).

2.2.4 Tugas perawatan kesehatan keluarga

Keluarga yang hidup dalam interaksi yang rumit dimana keluarga

menciptakan ikatan dengan individu, keluarga ataupun kelompok yang lebih besar

dan keluarga sangat dipengaruhi ikatan ini dan keluarga merupakan pelaku-pelaku

aktif dalam memodifikasi dan mengadaptasikan hubungan komunitas dalam

meningkatkan kesejahteraan anggota keluarga (Achjar, 2010).

19
Tugas kesehatan keluarga menurut Freeman dan Heinrich (2003) dalam

(Achjar, 2010) adalah :

2.2.4.1 Mengenal gangguan kesehatan atau gangguan perkembangan.

Mengenali masalah kesehatan keluarga merupakan hal awal untuk dapat

mengidentifikasi kebutuhan keluarga sesuai situasi yang dialaminya. Kesehatan

anggota keluarga merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.

Kesehatan dapat menjadi sumber daya terbesar untuk dapat memenuhi

kesejahteraan setiap anggota keluarga. Setiap anggota keluarga harus dapat

memahami masalah kesehatan yang terjadi dalam keluarga meskipun itu

merupakan hal kecil. Jika menemukan masalah kesehatan dalam keluarga maka

perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi serta bagaimana

perubahan yang ditimbulkan dari masalah tersebut. Keluarga yang mempunyai

lansia perlu mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia dan

masalah kesehatan yang dapat terjadi pada lansia. Keluarga dapat membedakan

tentang konsep sehat dan sakitsehingga keluarga dapat melakukan tindakan-

tindakan pencegahan yang penting. Keluarga yang berperan dalam memberikan

dukungan informasional mempunyai sikap yang positif terhadap masalah

kesehatan dengan mencaridan mengumpulkan informasi dan memberitahukan

kepada anggota keluarga tentang masalah kesehatan pada lansia sehingga keluarga

dapat ikut berperan dalam melakukan perawatan kesehatan bagi lansia.

2.2.4.2 Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk dilakukan

Keluarga mampu mengambil keputusan yang tepat untuk dilakukan

bagi anggota keluarga khususnya lansia, harus memiliki ciri keluarga

20
mengetahui masalah-masalah kesehatan yang terjadi akibat proses penuaan jika

tidak dilakukan penanganan seperti stroke, penyakit jantung, penyakit ginjal,

dan bahkan dapat mengakibatkan kematian. Keluarga, dengan mengetahui

penyakit-penyakit yang terjadi akibat proses penuaan maka keluarga pun

memberikan tindakan berupa masukan atau bimbingan terhadap lansia,

membantu lansia dalam pemecahan masalah terutama yang berkaitan dengan

faktor risiko menderita penyakit pada lansia seperti obesitas, rokok, pola diet,

dan malas beraktivitas sebagai bentuk dukungan penghargaan atau penilaian

(appraisal support) keluarga.

Maka dengan demikian keluarga perlu mengetahui berbagai tindakan

yang diperlukan untuk lansia yang mengalami hipertensi seperti pengaturan

pola makan, pengaturan latihan atau olahraga, pengaturan berat badan, dan

gaya hidup dan berbagai sumber yang dibutuhkan seperti keuangan serta

mengetahui konsekuensi atau manfaat dari setiap tindakan yang akan dilakukan

seperti pengaturan pola makan, olahraga, pengaturan berat badan dan gaya

hidup dapat mengurangi faktor risiko penyakit.

2.2.4.3 Keluarga mampu merawat anggota keluarga

Keluarga mampu merawat anggota keluarga khususnya lansia, harus

mampu melakukan perubahan perilaku yang kompleks seperti keluarga

memiliki sikap percaya diri dalam memberikan perawatan bagi anggota

keluarga terutama lansia misalnya dengan menghentikan kebiasaan merokok,

membuat program latihan atau olahraga. Tugas keluarga merawat juga

merupakan suatu bentuk dukungan intrumental yang ditandai dengan keluarga

21
sebagai sumber bantuan yang praktis dan konkrit terhadap lansia seperti

memberikan uang untuk kebutuhan lansia.

2.2.4.4 Keluarga mampu memodifikasi lingkungan

Keluarga mampu memodifikasi lingkungan bagi anggota keluarga

khususnyalansia, harus memiliki ciri keluarga dapat mengajarkan cara

memodifikasi, memanipulasi atau mengatur lingkungan untuk meminimalkan

atau menghindari ancaman atau resiko kesehatan atau mengatur ruangan untuk

tempat perawatan bagi anggota keluarga. Keluarga juga dapat belajar

membangun atau memodifikasi fasilitas yang diperlukan di dalam rumah

seperti kamar kecil bagi anggota keluarga yang mengalami keterbatasan atau

anggota keluarga seperti lansia yang tidak dapat menjangkau toilet karena

kejauhan sehingga dapat meminimalkan ancaman kesehatan bagi anggota

keluarga.

Keluarga mampu meminimalkan atau menghindari ancaman atau risiko

psikososial dengan meningkatkan pola atau kebiasaan komunikasi, sikap

menerima, berhubungan dan kebiasaan berinteraksi yang baik dengan lansia

karena suatu keluarga yang sehat harus sering melakukan komunikasi verbal

yang mendiskusikan berbagai masalah, membagi dan menyampaikan pendapat

disertai juga komunikasi non verbal seperti memberikan senyuman, memeluk

dengan penuh kehangatan, melakukan sesuatu dengan senang hati,

menyediakan makanandan minuman, dan memberikan pujian, dan

menghormati perbedaan di dalam keluarga.

22
2.2.4.5 Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan

Menggunakan pelayanan kesehatan didefinisikan sebagai penggunaan

pelayanan kesehatan untuk mencapai kesehatan optimal. Keluarga mampu

menggunakan fasilitas kesehatan yang terdapat di komunitas untuk perawatan

kesehatan bagi anggota keluarga khususnya lansia, harus memiliki ciri

mengetahui berbagai sumber perawatan kesehatan yang ada dimasyarakat

seperti puskesmas atau rumah sakit, berkoordinasi dan bekerjasama dengan

pelayanan kesehatan yang tersedia di masyarakat, serta menggunakan fasilitas

pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat. Berbagai alasan penggunaan

fasilitas atau pelayanan kesehatan sangat penting bagi semua usia antara lain

memperlambat disability, menjaga kesehatan agartetap baik, dan

mempertahankan kualitas hidup yang tinggi. Kemampuan keluarga

menggunakan fasilitas kesehatan juga merupakan dukungan intrumental karena

sebagai bentuk konkrit bantuan keluarga kepada anggota keluarga dalam

bentuk finansial memfasilitasi anggota keluarga untuk menggunakan pelayanan

kesehatan (health care).

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi tugas keluarga

Menurut Effendy, (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi tugas

kesehatan keluarga antara lain :

2.2.5.1 Faktor internal

1. Umur

Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang, maka

akan lebih matang seseorang tersebut dalam berfikir dan berkarya. Hal ini

23
akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Seorang anggota keluarga

dengan usia yang lebih tua cenderung lebih perhatian terhadap anggota

keluarga yang lain.

2. Pendidikan

Makin tinggi pendidikan seseoran makin mudah menerima informasi

sehingga makin banyak pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya tingkat

pendidikan yang rendah akan menghambat perkembangan sikap seseorang

terhadap nilai yang baru diperkenalkan

3. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan kebutuhan yang harus dilakukan terutama dalam

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Bekerja pada umumnya

juga akan menyita waktu yang berpengaruh terhadap kehidupan keluarga.

4. Informasi

Informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa

cemas. Menurut friedman peran juga dipengaruhi oleh kepribadian individu,

kemampuan individu, temperamen, sikap kebutuhan individu. Seseorang

individu menerima peran-peran tertentu berdasarkan harapan masyarakat dan

dimodifikasi oleh identifikasi individu tersebut terhadap model- model peran

dan karakteristik kepribadian individu.

2.2.5.2 Faktor eksternal

1. Lingkungan

Semua yang ada disekitar kita dan pengaruhnya dapat mempengaruhi

perkembangan dan perilaku orang atau kelompok lingkungan yang merupakan

24
bagian dari diri seseorang yaitu bagian social adaptif yng melibatkan baik

sosial internal maupun eksternal.

2. Kebudayaan

Merupakan keseluruhan yang komplek yang didalamnya tercantum ilmu

pengetahuan, kebudayaan, kesenian moral, hkum adat istiadat, kemampuan

lain serta kebiasaan yang di dapat oleh menusia sebagai anggota masyarakat.

3. Kepercayaan

Merupakan keyakinan individu akan sesuatu kepercayaan disini

berhubungan antara manusia dengan Tuhan, kepercayaan merupakan dasar

individu unutk mencari setiap informasi atau pengetahuan.

4. Ras

Merupakan kepribadian atau ciri khas yang terdapat dalam tubuh

individu. Ras berkaitan erat dengan kebudayaan dan kepercayaan dalam

menerima informasi.

5. Sosial ekonomi

Faktor- faktor lain yang mempengaruhi peran adalah sosial ekonomi,

sesuai dengan pendapat yang di kemukakan oleh Effendi. Keadaan sosial

ekonomi yang rendah pada umumnya karena ketidakmampuan dalam

mengatasi masalah yang mereka hadapi, sebaliknya pada keadaan sosial

ekonomi yang tinggi akan efektif dan mudah untuk berbagai usaha untuk

masyarakat.

25
2.2.6 Alat ukur pelaksanaan tugas keluarga.

Alat untuk mengukur pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dalam

penelitian ini yaitu mengadopsi dari lembar kuesioner dari Ramlah (2012)

dengan dilakukan modifikasi sesuai kebutuhan penelitian yang akan peneliti

lakukan. Kuesioner tersebut berisi 30 pertanyaan yang terbagi menjadi

indikator tugas kesehatan.Masing-masing indikator dikembangkan ke dalam

item pertanyaan yang menggunakan skala Guttman yaitu pilihan jawaban ya

nilai 1 dan jawaban tidak nilai 0. Jumlah item pertanyaan sebanyak 30 item

pertanyaan. Penentuan skor berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana

(2007) yaitu :
p= Rentang
p=
Banyak kelas
Dimana p merupakan panjang kelas, dengan rentang (nilai tertinggi

dikurang nilai terendah) sebesar 30 dan banyak kelas dibagi atas 3 kategori

kelas untuk pelaksanaan tugas kesehatan keluarga (baik, cukup dan kurang),

maka akan diperoleh panjang kelas sebesar 10. Dengan p = 10 dan nilai

tertinggi yang mungkin dicapai adalah 30 dan nilai terendah adalah 0. Maka

pelaksanaan tugas kesehatan keluarga dapat dikategorikan dengan interval

sebagai berikut : 0-10 :kurang, 11-20 : cukup dan 21-30 : baik

2.3 Konsep Dasar Kemandirian Actifity of Daily Living (ADL)

2.3.1 Pengertian Kemandirian

Kushariyadi (2010) menyampaikn bahwa kemandirian lansia berarti

kemampuan lansia dalam melakukan Actifity of Daily Living (ADL) seperti

makan, minum, berpidah, personal toileting, mandi, berpakin tanpa adanya

26
pengawasan, pengarahan, atau bantuan pribadi aktif. Kemandirian lansia

merupakan suatu kemampuan dalam merawat diri sendiri atau merawat diridan

dapat melakukan aktivitas (Nurul Huda; Mutadin, 2000 dalam Ruspawan

2011).

Kemandirian didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk

memenuhi kebutuhan hidup dengan tidak tergantung pada orang lain. Selain itu

kemandirian diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang berupaya untuk

memenuhi segala tuntutan kebutuhan hidup dengan penuh tanggung jawab

terhadap apa yang dilakukannya. Kemandirian pada lansia menurut Heryanti

(2011), dapat dipegaruhi oleh pendidikan lansia, juga oleh gangguan sensori

khususnya penglihatan dan pendengaran, dipengaruhi pula oleh penurunan

dalam kemampuan fugsional, serta dipengaruhi pula oleh kemampuan fungsi

kognitif lansia yang juga menurun. Lebih lanjut dikatakan bahwa dengan

pendidikan yang lebih tinggi maka seseorang akan mampu mempertahankan

hidupnya lebih lama dan bersamaan dengan itu dapat mempertahankan

kemampuan fungsional atau kemandiriannya juga lebih lama karena cenderung

melakukan pemeliharaan dan upaya pencegahan pada kesehatannya.

Penurunan kemampuan aktivitas sehari-hari seiring dengan

bertambahnya umur dan tidak ada perbedaan kemandirian aktivitas sehari-hari

pada lansia laki-laki dan wanita. Masalah aktivitas sehari-hari yang dialami

lansia akan semakin meningkat seiring bertambahnya usia dan khususnya pada

orang yang berumur diatas 85 tahun, sedangkan menurut jenis kelamin tidak

memberi pengaruh yang nyata (Adilah, 2014).

27
Pemenuhan aktivitas sehari-hari atau Activity of Daily Living (ADL)

adalah kemampuan seseorang untuk mengurus dirinya sendiri dimulai dari

tidur, mandi, berpakaian dan seterusnya sampai pergi tidur kembali, atau segala

kegiatan orang yang mengurus dirinya sendiri (Fitria 2009). Defisit perawatan

diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri

(mandi, berpakaian atau berhias, makan, toileting) (Nurjanah, 2007).

Pemenuhan aktivitas sehari-hari adalah keterampilan melakukan

kegiatan dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan secara mudah dan layak.

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang biasa dilakukan setiap hari yang

meliputi merawat diri, kegiatan di dapur, merawat perkakas rumah tangga dan

kegiatan-kegiatan pada umumnya yang dilakukan dalam memenuhi hajad

hidup setiap hari, seperti keterampilan menggunakan kamar kecil (WC),

mengenal mata uang dan lain-lain (Nawawi Ahmad, 2010).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan kemandirian

melakukan aktivitas sehari-hari adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan

sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupannya,

kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya seperti

mandi, makan, toileting dan berpakaian tanpa bantuan orang lain.

2.3.2 Indikator pemenuhan aktivitas sehari-hari

Lowton (2007) dalam Kurniawan (2014) mengungkapkan bahwa ada

beberapa point penting dalam melakukan aktivitas sehari-hari yakni:

perawatan diri (mandi, berpakaian, toileting, makan), berpindah atau

pergerakkan, pekerjaan rumah tangga, kemampuan untuk menangani

28
keuangan, tanggung jawab untuk pengobatan sendiri, transportasi, dan mencuci

pakaian.

2.3.3 Konsep status fungsional kemandirian melakukan aktivitas sehari-

hari (Indeks Barthel)

Pengkajian pemenuhan aktivitas sehari-hari penting untuk mengetahui

tingkat ketergantungan atau besarnya bantuan yang diperlukan dalam kehidupan

sehari-hari. Pengukuran kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-

hari akan lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara kuantitatif dengan sistem skor

(Maryam,R.Siti,2011 ). Indeks Barthel untuk mengkaji kemandirian lansia dalam

pemenuhan aktivitas sehari-hari seperti pada tabel dibawah ini (Padila, 2013).

Indeks Barthel terdiri dari 10 komponen yaitu status buang air besar, status

buang air kecil, merawat diri, penggunaan toilet, makan, berpindah, mobilisasi,

berpakaian, naik turun tangga, dan mandi. Kriteria pengkatagorian dilakukan

dengan penjumlahan nilai dari 0-20, jika skor 20 dikatagorikan mandiri, skor 12-

19 dikatagorikan ketergantungan ringan, skor 9-11 dikatagorikan ketergantungan

sedang, skor 5-8 dikatagorikan ketergantungan berat, dan jika skor 0-4

dikatagorikan ketergantungan total (Padila,2013).

29
Tabel 2.1
Penilaian Aktifitas Fungsional Dengan Indeks Barthel

No Fungsi Skor Keterangn


1 Status buang air besar 0 Inkontinesia
1 Kadang-kadang (sekali seminggu)
2 Terkontrol penuh
2 Status buang air kecil 0 Tidak bisa mengontrol (perlu
dikateter dan tidak dapat mengatur
BAK)
1
2 Kadang-kadang (sekali/24 jam)
Terkontrol penuh (lebih dari 7 hari)

3 Merawat diri (mencuci 0 Perlu bantuan


muka, menyisir, gosok gigi) 1 Mandiri
4 Penggunaan toilet (ke/dari 0 Tergantung orang lain
WC, menyiram,menyeka, 1 Perlu bantuan tetapi dapat
melepas/pakai celana) melakukan sendiri
2 Mandiri
5 Makan 0 Tidak dapat
1 Perlu bantuan untuk memotong dan
lain-lain
2 Mandiri
6 Berpindah (tidur-duduk) 0 Tidak dapat
1 Banyak dibantu/dibantu 2 orang
2 Dapat duduk dengan sedikit
3 Mandiri

7 Mobilisasi 0 Tidak bergerak/tidak mampu


1 Mandiri dengan kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan
3 Mandiri
8 Berpakaian 0 Tergantung
1 Sebagian dibantu/perlu bantuan
2 Mandiri
9 Naik turun tangga 0 Tidak mampu
1 Perlu bantuan
2 Mandiri
10 Mandi 0 Tergantung orang lain
1 Mandiri/mandi dengan shower
Total nilai

Sumber :Padila,2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik

30
2.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemenuhan aktivitas sehari-hari

(ADL)

Menurut Hardywinoto (2010), kemauan dan kemampuan untuk

melakukan aktivitas sehari-hari tergantung pada beberapa faktor yaitu:

2.3.4.1 Umur dan status perkembangan

Umur dan status perkembangan seorang lansia menunjukkan tanda

kemauan dan kemampuan, ataupun bagaimana lansia bereaksi terhadap

ketidakmampuan melaksanakan aktivitas sehari-hari.Saat perkembangan dari bayi

sampai dewasa, seseorang secara perlahan-lahan berubah dari tergantung menjadi

mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

2.3.4.2 Kesehatan fisiologis

Kesehatan fisiologis seseorang dapat mempengaruhi kemampuan

partisipasi dalam aktivitas sehari-hari, contoh sistem nervous mengumpulkan,

menghantarkan dan mengolah informasi dari lingkungan. Sistem

muskuloskeletal mengkoordinasikan dengan sistem nervous sehingga dapat

merespon sensori yang masuk dengan cara melakukan gerakan. Gangguan

pada sistem ini misalnya karena penyakit seperti stroke atau trauma injuri dapat

mengganggu pemenuhan aktivitas sehari-hari.

2.3.4.3 Fungsi kognitif

Tingkat kognitif dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam

melakukan aktivitas sehari-hari. Fungsi kognitif menunjukkan proses

menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensor stimulus untuk

berpikir dan menyelesaikan masalah. Proses mental memberikan kontribusi

31
pada fungsi kognitif dapat mengganggu dalam berpikir logis dan menghambat

kemandirian dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.Misalnya pada penderita

demensia

2.3.4.4 Fungsi psikososial

Fungsi psikologi menunjukkan kemampuan seseorang untuk mengingat

sesuatu hal yang lalu dan menampilkan informasi pada suatu cara yang

realistik. Proses ini meliputi interaksi yang kompleks antara perilaku

intrapersonal dan interpersonal. Gangguan pada intrapersonal contohnya akibat

gangguan konsep diri atau ketidakstabilan emosi dapat mengganggu dalam

tanggung jawab keluarga dan pekerjaan. Gangguan interpersonal seperti

masalah komunikasi, gangguan interaksi sosial atau disfungsi dalam

penampilan peran juga dapat mempengaruhi dalam pemenuhan aktivitas

sehari-hari.

2.3.4.5 Tingkat stress

Stress merupakan respon fisik nonspesifik terhadap berbagai macam

kebutuhan. Faktor yang dapat menyebabkan stress (stressor), dapat timbul dari

tubuh atau lingkungan atau dapat mengganggu keseimbangan tubuh.Stressor

tersebut dapat berupa fisiologis seperti injuri atau psikologi seperti kehilangan.

2.3.4.6 Status mental

Status mental menunjukkan keadaan intelektual seseorang. Keadaan

status mental akan memberi implikasi pada pemenuhan kebutuhan dasar

individu. Seperti yang diungkapkan oleh Cahya yang dikutip dari Baltes, salah

32
satu yang dapat mempengaruhi ketidakmandirian individu dalam memenuhi

kebutuhannya adalah keterbatasan status mental.

2.3.4.7 Keluarga

Peran dan pelaksanaan tanggung jawab keluarga sangat mempengaruhi

kondisi anggota keluarga dalam berinteraksi, ataupun dalam memenuhi semua

kebutuhan anggota keluarga, sesuai dengan tumbuh kembang seluruh anggota

keluarga, termasuk pemenuhan kebutuhan kesehatan. Menurut Depkes (2010)

bahwa tugas kesehatan keluarga terdiri dari keluarga mengenal masalah kesehatan

setiap anggota keluarga, keluarga mengambil keputusan untuk melakukan

tindakan yang tepat, keluarga merawat anggota keluarga mempunyai masalah

kesehatan, keluarga memodifikasi lingkungan yang menguntungkan kesehatan

dan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan.

2.3.5 Dampak yang sering timbul

Nurjannah, (2012) dampak yang sering timbul pada masalah perawatan

diri adalah:

2.3.5.1 Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak

terpeliharanya kebersihan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi

adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi

pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

33
2.3.5.2 Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah

gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,

kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

2.3.6 Tanda dan Gejala

Direja (2011) menyatakan tanda dan gejala defisit perawatan diri adalah:

2.3.6.1 Mandi atau hygiene

Lansia mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan atau

lansia tidak mampu jika tidak dibantu sama sekali, lansia tidak mampu

memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,

mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan keluar

kamar mandi.

2.3.6.2 Berpakaian atau berhias

Lansia mempunyai kelemahan dalam meletakkan atau mengambil

potongan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian. Lansia juga

memiliki ketidakmampuan untuk mengenakan pakaian dalam, memilih

pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik,

melepaskan pakaian, menggunakan kaos kaki, sepatu, mempertahankan

penampilan pada tingkat yang memuaskan.

2.3.6.3 Makan

Lansia perlu dibantu untuk makan secara total, lansia mempunyai

ketidakmampuan dalam mempersiapkan makanan, mengambil makanan dari

34
wadah lalu memasukkannya ke mulut, melengkapi makanan, mengunyah

makanan, menelan makanan, serta mengambil cangkir atau gelas.

2.3.6.4 BAB dan BAK

Lansia memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan

jamban atau kamar kecil, lansia dibantu secara total untuk melakukan BAB dan

BAK, lansia tidak mampu menyediakan peralatan, memanipulasi pakaian

toileting, membersihkan diri setelah BAB atau BAK dengan tepat dan menyiram

toileting atau kamar kecil.

Keterbatasan perawatan diri diatas biasanya diakibatkan karena stressor

yang cukup berat dan sulit ditangani oleh lansia, sehingga dirinya tidak mau

mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian atau

berhias, makan, maupun BAB dan BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh

petugas kesehatan maka kebutuhan dasar lainnya dapat terganggu (Fitria, 2009).

2.4 Hubungan tugas keluarga dengan tingkat kemandirian lansia dalam

pemenuhan aktivitas sehari-hari.

Seiring dengan proses penuaan maka terjadi berbagai kemunduran

kemampuan dalam beraktivitas karena adanya kemunduran kemampuan fisik,

penglihatan dan pendengaran sehingga terkadang seorang lanjut usia

membutuhkan alat bantu untuk mempermudah dalam melakukan berbagai

aktivitas sehari-hari tersebut. Aktivitas dasar sehari-hari bagi lanjut usia

sebenarnya meliputi tugas-tugas perawatan pribadi setiap harinya yang berkaitan

dengan kebersihan diri, nutrisi dan aktivitas-aktivitas lain yang terbatas (Darmojo,

2010).

35
Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia

mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan: perubahan

penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit. Perubahan bagian dalam tubuh

seperti sistem saraf: otak, isi perut: limpa, hati. Perubahan panca indra:

penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan perubahan motorik antara lain

berkurangnya kekuatan, kecepatan dan belajar keterampilan baru. Perubahan-

perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan kesehatan fisik

dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi dan sosial

mereka. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan

sehari-hari. Secara biologi, lanjut usia mengalami proses penuaan secara terus

menerus yang ditandai dengan menurunnya daya fisik terhadap penyakit

(Hardiwinoto, 2010).

Penurunan fisik ini dapat dilihat dari kemampuan fungsional dari lansia

terutama kemampuan lanjut usia untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari

seperti berpakaian, buang air besar atau kecil, makan, minum, berjalan, tidur, dan

mandi. Dari kemampuan melakukan aktivitas tersebut dapat dinilai apakah lanjut

usia mandiri atau tergantung pada orang lain. Mandiri dalam melakukan aktivitas

kehidupan sehari-hari (Aktivities of Daily living=ADL) adalah kebebasan untuk

bertindak, tidak tergantung pada pihak lain dalam merawat diri maupun dalam

beraktivitas sehari-hari. Semakin mandiri status fungsional lansia maka

kemampuan untuk bertahan terhadap serangan penyakit akan semakin baik.

Sebaliknya lansia yang menunjukkan ketergantungan akan rentan terhadap

serangan penyakit (Adilah, 2014).

36
Lansia memerlukan pengertian dan pemahaman keluarga dan masyarakat

atas keberadaan dan penuaanya. Keluarga dan masyarakat perlu meningkatkan

kemampuan praktisnya dalam melayani lansia, khususnya lansia yang uzur.

Sehubungan dengan kepentingan tersebut perlu diketahui kondisi lanjut usia yang

menyangkut kondisi kesehatan. Dengan mengetahui kondisi-kondisi itu maka

keluarga dapat memberikan perlakuan sesuai dengan masalah yang menyebabkan

orang lanjut usia tergantung pada orang lain. Jika lanjut usia dapat mengatasi

persoalan hidupnya maka mereka tidak tergantung pada orang lain. Dengan

demikian angka rasio ketergantungan akan menurun.

Peran dan pelaksanaan tanggung jawab keluarga sangat mempengaruhi

kondisi anggota keluarga dalam berinteraksi, ataupun dalam memenuhi semua

kebutuhan anggota keluarga, sesuai dengan tumbuh kembang seluruh anggota

keluarga, termasuk pemenuhan kebutuhan kesehatan. Menurut Depkes (2010)

bahwa tugas kesehatan keluarga terdiri dari keluarga mengenal masalah kesehatan

setiap anggota keluarga, keluarga mengambil keputusan untuk melakukan

tindakan yang tepat, keluarga merawat anggota keluarga mempunyai masalah

kesehatan, keluarga memodifikasi lingkungan yang menguntungkan kesehatan

dan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan.

Pelaksanaan tugas kesehatan keluarga bukan hanya fungsi esensial dan

dasar keluarga, namun fungsi yang mengemban fokus sentral dalam keluarga yang

berfungsi dengan baik dan sehat. Akan tetapi memenuhi fungsi perawatan

kesehatan bagi semua anggota keluarga akan menemui kesulitan akibat adanya

tantangan eksternal dan internal (Hardiwinoto, 2010). Fungsi perawatan kesehatan

37
keluarga diharapkan dapat mengakomodir kebutuhan kesehatan seluruh anggota

keluarga, tetapi pada kenyataannya tidak semua keluarga memahami dengan baik

dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga khususnya yang berkaitan dengan

kejadian pengabaian lansia yang sedang mengalami masalah kesehatan.

38
2.5 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan

seperti gambar 1 dibawah ini

Faktor yang mempengaruhi


aktivitas sehari-hari lansia

1. Umur dan status


perkembangan
2. Kesehatan fisiologis
3. Fungsi kognitif
4. Fungsi psikososial
5. Tingkat stress
6. Status mental

Kemandirian lansia dalam


7.Keluarga pemenuhan aktivitas sehari-
(tugas kesehatan keluarga)
hari yang terdiri dari 10
komponen Indeks Barthel

Perubahan yang terjadi


1 Perubahan fisik
2 Perubahan Kognitif
3 Perubahan Spiritual
4 Perubahan Psikososial
5 Penurunan Fungsi dan
Potensi Seksual

Sumber Modifikasi : Hardywinoto (2010), Nugroho (2010),Padila (2013)

Keterangan gambar
:Variabel yang di teliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Alur pikir

Gambar 2.1
Kerangka Konsep Hubungan Tugas Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian
Lansia Dalam Pemenuhan Aktivitas Sehari-hari di Banjar Melinggih, Wilayah
Kerja Puskesmas Payangan Tahun 2017

39
2.6 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian merupakan jawaban sementara penelitian

yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut (Nursalam,

2013). Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah ada hubungan tugas keluarga

dengan tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari di

Banjar Melinggih,Wilayah Kerja Puskesmas Payangan Tahun 2017.

40

Anda mungkin juga menyukai