Anda di halaman 1dari 8

LANDASAN PSIKOLOGI

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


Pengantar Pendidikan
Yang diampu oleh Bapak Juharyanto

Disusun Oleh :

Imron Anas 190511630864


Kiky Mega Novella 190511630805
Muhammad Irfan Ramadhan 190511630804

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK MESIN
S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
JANUARI 2020

i
1. Pendahuluan

Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti
mengalami perubahan, karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan
usaha atau kegiatan berinteraksi antara pendidik, anak didik dan lingkungan.
Perubahan tersebut adalah merupakan gejala yang timbul secara psikologis. Di
dalam hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu memahami perubahan
yang terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya.
Atas dasar itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut
psikologis.

Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari pendidikan.
Antara psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit
dipisahkan. Subjek dan objek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi
menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian keduanya
menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

Dalam proses dan pelaksanaan kegiatan-kegiatan pendidikan peranan psikologi


menjadi sangat mutlak. Analisis psikologi akan membantu para pendidik
memahami struktur psikologis anak didik dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kita
dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan secara efektif (Yusuf, 2000:2).

Masalah yang dibahas dalam tulisan ini, yaitu apakah landasan psikologis itu dan
apakah psikologis perkembangan, psikologis belajar, psikologis sosial, kesiapan
belajar dan aspek-aspek individu, dan perkembangan peserta didik sebagai
landasan psikologis. Penulisan ini bertujuan untuk memberikan penjelasan
mengenai landasan psikologis, psikologis perkembangan, psikologis belajar,
psikologis sosial, kesiapan belajar dan aspek-aspek individu, dan perkembangan
peserta didik sebagai landasan psikologis.

2. Pengertian Landasan Psikologis dalam Pendidikan

2
Menurut Pidarta (2007:194) Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang
mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan
mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Jiwa manusia
berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Pendidikan selalu melibatkan
aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis pendidikan merupakan
suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi
tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan
dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu
untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia
perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.

3. Psikologis Perkembangan

Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan


yang dimaksud adalah (Nana Syaodih, 1989).

Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan


tertentu. Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda dengan ciri-ciri
pada tahap-tahap yang lain.
Pendekatan diferensial. Pendekatan ini dipandang individu-individu itu memiliki
kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-orang
membuat kelompok–kelompok. Anak-anak yang memiliki kesamaan dijadikan
satu kelompok. Maka terjadilah kelompok berdasarkan jenis kelamin, kemampuan
intelek, bakat, ras, status sosial ekonomi, dan sebagainya.
Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu,
dapat saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat perkembangan
seseorang secara individual.
Dari ketiga pendekatan ini, yang paling dilaksanakan adalah pendekatan
pentahapan. Pendekatan pentahapan ada 2 macam yaitu bersifat menyeluruh dan
yang bersifat khusus. Yang menyeluruh akan mencakup segala aspek
perkembangan sebagai faktor yang diperhitungkan dalam menyusun tahap-tahap

3
perkembangan, sedangkan yang bersifat khusus hanya mempertimbang faktor
tertentu saja sebagai dasar menyusun tahap-tahap perkembangan anak, misalnya
pentahapan Piaget, Koglberg, dan Erikson.

Psikologi perkembangan menurut Rouseau membagi masa perkembangan anak


atas empat tahap yaitu :

1) Masa bayi dari 0 – 2 tahun sebagian besar merupakan perkembangan fisik.


2) Masa anak dari 2 – 12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru seperti
hidup manusia primitif.
3) Masa pubertas dari 12 – 15 tahun, ditandai dengan perkembangan pikiran
dan kemauan untuk berpetualang.
4) Masa adolesen dari 15 – 25 tahun, pertumbuhan seksual menonjol, sosial,
kata hati, dan moral. Remaja ini sudah mulai belajar berbudaya.

4. Psikologi Belajar

Menurut Pidarta (2007:206) belajar adalah perubahan perilaku yang relatif


permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat
atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu
mengomunikasikannya kepada orang lain.

Secara psikologis, belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu usaha yang


dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara
sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi ini
menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk
mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku.
Kedua, perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar.

Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai
perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai Proses belajar, sedangkan

4
perubahan tingkah laku itu sendiri dipandang sebagai Hasil belajar. Hal ini
berarti, belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan
hasil belajar.

Para ahli psikologi cenderung untuk menggunakan pola-pola tingkah laku


manusia sebagai suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip
belajar ini selanjutnya lazim disebut dengan Teori Belajar.

Teori belajar klasik masih tetap dapat dimanfaatkan, antara lain untuk menghapal
perkalian dan melatih soal-soal (Disiplin Mental). Teori Naturalis bisa dipakai
dalam pendidikan luar sekolah terutama pendidikan seumur hidup.
Teori belajar behaviorisme bermanfaat dalam mengembangkan perilaku-perilaku
nyata, seperti rajin, mendapat skor tinggi, tidak berkelahi dan sebagainya.
Teori-teori belajar kognisi berguna dalam mempelajari materi-materi yang rumit
yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan untuk
mengembangkan ide (Pidarta, 2007:218).

5. Psikologi Sosial

Menurut Hollander (1981) psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari


psikologi seseorang di masyarakat, yang mengkombinasikan ciri-ciri psikologi
dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan
antar individu (dikutip Pidarta, 2007:219).

Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki tiga kunci utama yaitu.

Kepribadian orang itu. Mungkin kita pernah mendengar tentang orang itu
sebelumnya atau cerita-cerita yang mirip dengan orang itu, terutama tentang
kepribadiannya.
Perilaku orang itu. Ketika melihat perilaku orang itu setelah berhadapan, maka
hubungkan dengan cerita-cerita yang pernah didengar.

5
Latar belakang situasi. Kedua data di atas kemudian dikaitkan dengan situasi
pada waktu itu, maka dari kombinasi ketiga data itu akan keluarlah kesan pertama
tentang orang itu.
Dalam dunia pendidikan, kesan pertama yang positif yang dibangkitkan pendidik
akan memberikan kemauan dan semangat belajar anak-anak. Motivasi juga
merupakan aspek psikologis sosial, sebab tanpa motivasi tertentu seseorang sulit
untuk bersosialisasi dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, pendidik punya
kewajiban untuk menggali motivasi anak-anak agar muncul, sehingga mereka
dengan senang hati belajar di sekolah.

Menurut Klinger (dikutip Pidarta, 2007:222) faktor-faktor yang menentukan


motivasi belajar adalah.

Minat dan kebutuhan individu.


Persepsi kesulitan akan tugas-tugas.
Harapan sukses.

6. Kesiapan Belajar dan Aspek-aspek Individu

Kesiapan belajar secara umum adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan


keuntungan dari pengalaman yang ia temukan. Pelengkap peserta didik atau
warga belajar sebagai subjek garis besarnya dapat dibagi menjadi lima kelompok
yaitu:

Watak, ialah sifat yang dibawa sejak lahir yang hampir tidak dapat diubah.
Misalnya watak pemarah, pendiam, menyendiri, suka berbicara, dan sebagainya.
Kemampuan umum (IQ), ialah kecerdasan yang bersifat umum. Kemampuan ini
dapat dijadikan ramalan tentang keberhasilan seseorang menyelesaikan suatu
pekerjaan atau tingkat pendidikan yang dijalani.
Kemampuan khusus atau bakat, ialah kemampuan tertentu yang dibawa sejak
lahir. Kemampuan ini pada umumnya memberi arah kepada cita-cita seseorang
terutama bila bakatnya terlayani dalam pendidikan.

6
Kepribadian, ialah penampilan seseorang secara umum, seperti sikap, besarnya
motivasi, kuatnya kemauan, tabahnya menghadapi rintangan, penghargaannya
terhadap orang lain, kesopanannya, toleransinya dan sebagainya.
Latar belakang, ialah lingkungan tempat dibesarkan terutamam lingkungan
keluarga. Lingkungan ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa
bayi dan kanak-kanak.
Aspek-aspek individu yang akan dikembangkan adalah

1. Rohani

a. Umum: Agama, perasaan, kemauan, pikiran


b. Sosial : Kemasyarakatan, cinta tanah air

2. Jasmani
a. Keterampilan
b. Kesehatan
c. Keindahan tubuh

7. Perkembangan Peserta Didik sebagai Landasan Psikologis

Perkembangan adalah proses terjadinya perubahan pada manusia baik secaara


fisik maupun secara mental sejak berada di dalam kandungan sampai manusia
tersebut meninggal. Proses perkembangan pada manusia terjadi dikarenakan
manusia mengalami kematangan dan proses belajar dari waktu ke waktu.

Kematangan adalah perubahan yang terjadi pada individu dikarenakan adanya


pertumbuhan fisik dan biologis, misalnya seorang anak yang beranjak menjadi
dewasa akan mengalami perubahan pada fisik dan mentalnya.

Peserta didik selalu berada dalam proses perubahan, baik karena pertumbuhan
maupun karena perkembangan. Pertumbuhan terutama karena pengaruh faktor

7
internal sebagai akibat kematangan dan proses pendewasaan, sedangkan
perkembangan terutama karena pengaruh lingkungan. Sebagai contoh
pertumbuhan adalah dorongan untuk berbicara karena kematangan organ bicara
pada usia 1—2 tahun, sedangkan penggunaan bahasa tertentu dalam berbicara
tergantung pada lingkungannya sebagai akibat perkembangan.

Selain itu, belajar adalah sebuah proses yang berkesinambungan dari sebuah
pengalaman yang akan membuat suatu individu berubah dari tidak tahu menjadi
tahu (kognitif), dari tidak mau menjadi mau (afektif) dan dari tidak bisa menjadi
bisa (psikomotorik), misalnya seseorang anak yang belajar mengendarai sepeda
akan terlebih dahulu diberi pengarahan oleh orang tuanya lalu anak tersebut
mencoba untuk mengendarai sepeda hingga menjadi bisa.

Proses kematangan dan belajar akan sangat menentukan kesiapan belajar pada
seseorang, misalnya seseorang yang proses kematangan dan belajarnya baik akan
memiliki kesiapan belajar yang jauh lebih baik dengan seseorang yang proses
kematangan dan belajarnya buruk (Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, 2005:108—
109).

Anda mungkin juga menyukai