Disusun Oleh :
i
1. Pendahuluan
Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti
mengalami perubahan, karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan
usaha atau kegiatan berinteraksi antara pendidik, anak didik dan lingkungan.
Perubahan tersebut adalah merupakan gejala yang timbul secara psikologis. Di
dalam hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu memahami perubahan
yang terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya.
Atas dasar itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut
psikologis.
Dengan demikian, psikologi adalah salah satu landasan pokok dari pendidikan.
Antara psikologi dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit
dipisahkan. Subjek dan objek pendidikan adalah manusia, sedangkan psikologi
menelaah gejala-gejala psikologis dari manusia. Dengan demikian keduanya
menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Masalah yang dibahas dalam tulisan ini, yaitu apakah landasan psikologis itu dan
apakah psikologis perkembangan, psikologis belajar, psikologis sosial, kesiapan
belajar dan aspek-aspek individu, dan perkembangan peserta didik sebagai
landasan psikologis. Penulisan ini bertujuan untuk memberikan penjelasan
mengenai landasan psikologis, psikologis perkembangan, psikologis belajar,
psikologis sosial, kesiapan belajar dan aspek-aspek individu, dan perkembangan
peserta didik sebagai landasan psikologis.
2
Menurut Pidarta (2007:194) Psikologi atau ilmu jiwa adalah ilmu yang
mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam keadaan
mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi oleh alam sekitar. Jiwa manusia
berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Pendidikan selalu melibatkan
aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologis pendidikan merupakan
suatu landasan dalam proses pendidikan yang membahas berbagai informasi
tentang kehidupan manusia pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan
dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu
untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan tahapan usia
perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.
3. Psikologis Perkembangan
3
perkembangan, sedangkan yang bersifat khusus hanya mempertimbang faktor
tertentu saja sebagai dasar menyusun tahap-tahap perkembangan anak, misalnya
pentahapan Piaget, Koglberg, dan Erikson.
4. Psikologi Belajar
Dari pengertian belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai
perubahan tingkah laku itu dipandang sebagai Proses belajar, sedangkan
4
perubahan tingkah laku itu sendiri dipandang sebagai Hasil belajar. Hal ini
berarti, belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses belajar dan
hasil belajar.
Teori belajar klasik masih tetap dapat dimanfaatkan, antara lain untuk menghapal
perkalian dan melatih soal-soal (Disiplin Mental). Teori Naturalis bisa dipakai
dalam pendidikan luar sekolah terutama pendidikan seumur hidup.
Teori belajar behaviorisme bermanfaat dalam mengembangkan perilaku-perilaku
nyata, seperti rajin, mendapat skor tinggi, tidak berkelahi dan sebagainya.
Teori-teori belajar kognisi berguna dalam mempelajari materi-materi yang rumit
yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan untuk
mengembangkan ide (Pidarta, 2007:218).
5. Psikologi Sosial
Pembentukan kesan pertama terhadap orang lain memilki tiga kunci utama yaitu.
Kepribadian orang itu. Mungkin kita pernah mendengar tentang orang itu
sebelumnya atau cerita-cerita yang mirip dengan orang itu, terutama tentang
kepribadiannya.
Perilaku orang itu. Ketika melihat perilaku orang itu setelah berhadapan, maka
hubungkan dengan cerita-cerita yang pernah didengar.
5
Latar belakang situasi. Kedua data di atas kemudian dikaitkan dengan situasi
pada waktu itu, maka dari kombinasi ketiga data itu akan keluarlah kesan pertama
tentang orang itu.
Dalam dunia pendidikan, kesan pertama yang positif yang dibangkitkan pendidik
akan memberikan kemauan dan semangat belajar anak-anak. Motivasi juga
merupakan aspek psikologis sosial, sebab tanpa motivasi tertentu seseorang sulit
untuk bersosialisasi dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, pendidik punya
kewajiban untuk menggali motivasi anak-anak agar muncul, sehingga mereka
dengan senang hati belajar di sekolah.
Watak, ialah sifat yang dibawa sejak lahir yang hampir tidak dapat diubah.
Misalnya watak pemarah, pendiam, menyendiri, suka berbicara, dan sebagainya.
Kemampuan umum (IQ), ialah kecerdasan yang bersifat umum. Kemampuan ini
dapat dijadikan ramalan tentang keberhasilan seseorang menyelesaikan suatu
pekerjaan atau tingkat pendidikan yang dijalani.
Kemampuan khusus atau bakat, ialah kemampuan tertentu yang dibawa sejak
lahir. Kemampuan ini pada umumnya memberi arah kepada cita-cita seseorang
terutama bila bakatnya terlayani dalam pendidikan.
6
Kepribadian, ialah penampilan seseorang secara umum, seperti sikap, besarnya
motivasi, kuatnya kemauan, tabahnya menghadapi rintangan, penghargaannya
terhadap orang lain, kesopanannya, toleransinya dan sebagainya.
Latar belakang, ialah lingkungan tempat dibesarkan terutamam lingkungan
keluarga. Lingkungan ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa
bayi dan kanak-kanak.
Aspek-aspek individu yang akan dikembangkan adalah
1. Rohani
2. Jasmani
a. Keterampilan
b. Kesehatan
c. Keindahan tubuh
Peserta didik selalu berada dalam proses perubahan, baik karena pertumbuhan
maupun karena perkembangan. Pertumbuhan terutama karena pengaruh faktor
7
internal sebagai akibat kematangan dan proses pendewasaan, sedangkan
perkembangan terutama karena pengaruh lingkungan. Sebagai contoh
pertumbuhan adalah dorongan untuk berbicara karena kematangan organ bicara
pada usia 1—2 tahun, sedangkan penggunaan bahasa tertentu dalam berbicara
tergantung pada lingkungannya sebagai akibat perkembangan.
Selain itu, belajar adalah sebuah proses yang berkesinambungan dari sebuah
pengalaman yang akan membuat suatu individu berubah dari tidak tahu menjadi
tahu (kognitif), dari tidak mau menjadi mau (afektif) dan dari tidak bisa menjadi
bisa (psikomotorik), misalnya seseorang anak yang belajar mengendarai sepeda
akan terlebih dahulu diberi pengarahan oleh orang tuanya lalu anak tersebut
mencoba untuk mengendarai sepeda hingga menjadi bisa.
Proses kematangan dan belajar akan sangat menentukan kesiapan belajar pada
seseorang, misalnya seseorang yang proses kematangan dan belajarnya baik akan
memiliki kesiapan belajar yang jauh lebih baik dengan seseorang yang proses
kematangan dan belajarnya buruk (Tirtarahardja dan S. L. La Sulo, 2005:108—
109).