Anda di halaman 1dari 5

NAMA : CIKAL MARYAM O

NIM : E20181030 (PS 1)


MATA KULIAH : MANAGEMENT SUMBER DAYA INSANI
REVIEW JURNAL

A. JUDUL :
“Keragaman kognitif dan kreativitas tim: efek dari tim motivasi intrinsik dan
kepemimpinan transformasional”

B. PENULIS : Xiao Hua Frank wang , Tae yeol Kim , Deog Ro Lee

C. ISI :

TEORI A. Keragaman kognitif dan kreativitas tim


Williams & O'Reilly, 1998) berpendapat bahwa
keanekaragaman kognitif dapat memicu kreativitas tim karena
paparan terhadap perspektif yang berbeda atau berlainan dapat
merangsang anggota tim untuk menghasilkan ide-ide yang
lebih inovatif. De Dreu, Nijstad, & Van Knippenberg, 2008;
De Dreu & West, 2001 menyarankan bahwa keragaman
kognitif membawa berbagai macam pengetahuan,
keterampilan, kemampuan, dan ide kepada tim yang berbeda
dan tidak berlebihan. Begitu banyak pengetahuan dan
kemampuan sehingga dapat menghasilkan lebih banyak
pilihan, rencana, dan produk baru. Sehingga menghasilkan
Hipotesis 1 Keragaman kognitif pasti terkait dengan
kreativitas tim.
B. Keragaman kognitif dan motivasi intrinsik tim
Menurut teori matematis tentang kreativitas dari Amabile
(1996), motivasi intrinsik adalah salah satu mekanisme yang
paling penting yang melaluinya faktor - faktor eksternal
menghasilkan kreativitas individu atau tim (Shalley, Zhou, &
Oldham, 2004; Shin & Zhou, 2003). Motivasi intrinsik adalah
motivasi untuk menyelesaikan suatu tugas atau memecahkan
suatu masalah karena itu adalah menarik, menantang, dan
memuaskan. Berdasarkan teori Amabile, kami memeriksa
peran perantara motivasi intrinsik tim dalam proses kreativitas
tim. Paulus (2000) mempresentasikan motivasi tim itu
merupakan pendahuluan yang penting bagi berbagai tim untuk
memulai proses tim yang produktif (misalnya, pertukaran ide
atau pengembangan informasi) dan memenuhi potensi kreatif
mereka. Chen dan Kanfer (2006) mendefinisikan motivasi tim
sewaktu berbagi keyakinan di antara anggota mengenai
berbagai aspek dari tugas dan capabili- dasi mereka.
Kepercayaan bersama seperti itu berasal dari motivasi
individu dan dibentuk melalui interaksi dan komunikasi yang
terus-menerus di antara anggota tim (Morgeson & Hofmann,
1999).penulis berpendapat bahwa keragaman kognitif secara
positif berhubungan dengan motivasi intrinsik tim. Menurut
teori evaluasi kognitif (Deci & Ryan, 1985), faktor-faktor
kontekstual berkontribusi pada motivasi intrinsik jika itu
menyediakan informasi atau umpan balik yang relevan yang
meneguhkan perasaan kompetensi individu.Sehingga
hipotesis 2 : Keragaman kognitif positif terkait dengan
motivasi intrinsik tim.
C. Motivasi intrinsik tim dan kreativitas tim
teori solidaritas kreativitas Amabile (1996) menyatakan
bahwa motivasi intrinsik adalah salah satu pendorong utama
untuk kreativitas. Berdasarkan teori Amabile, Milliken,
Bartel, dan Kurtzberg (2003), mengajukan agar keterlibatan
emosi kolektif merupakan mekanisme penting yang
digunakan untuk menyampaikan keanekaragaman tim kepada
kreativitas tim.Penulis mengusulkan bahwa motivasi intrinsik
tim menengahi efek positif keanekaragaman kognitif pada
kreativitas tim dengan beberpa alasan , Pertama, teori
motivasi intrinsik (Deci & Ryan, 1985; Oldham & Cummings,
1996) berpendapat bahwa faktor situasional, seperti
keanekaragaman kognitif, mempengaruhi kreativitas lewat
motivasi yang intrinsik. Kedua, menurut teori kesenjangan
semangat Amabile (1996), para anggota tim yang bermotivasi
kuat sadar akan lebih fleksibel dan lebih cenderung
memimpin eksplorasi yang berbeda, yakni penelitian
heuristik, dan bahkan pengambilan risiko. Ketiga, motivasi
intrinsik tim dapat meningkatkan proses kognitif tim. Anggota
tim yang bermotivasi intrinsik ingin memperluas basis
pengetahuan mereka dengan memasukkan informasi yang
beragam. Mereka cenderung bertukar dan mengintegrasikan
ide, pengetahuan, dan wawasan secara terbuka yang relevan
dengan tugas ini, yang kemudian mendorong kreativitas tim.
Sehingga Hipotesis ke-3 : Motivasi intrinsik tim menengahi
hal positif rilek antara keragaman kognitif dan kreativitas tim.
D. Peran moderasi kepemimpinan kepemimpinan
Penulis mengusulkan mengusulkan bahwa perilaku
kepemimpinan dapat berfungsi sebagai kondisi batas kritis
yang menentukan seberapa banyak keragaman kognitif dapat
meningkatkan motivasi intrinsik tim. bahwa kepemimpinan
transformasional berfungsi sebagai katalis yang memfasilitasi
pengembangan motivasi intrinsik tim dalam berbagai tim
yang kogni - karena hal ini dapat meningkatkan antusiasme
karyawan untuk kegiatan. Kepemimpinan transformasional
mencakup empat dimensi perilaku yang saling terkait, yaitu
pengaruh idealisasi, motivasi inspirasi, rangsangan intelektual,
dan pertimbangan pribadi (Bass & Riggio, 2006). Setiap
dimensi perilaku dapat mempengaruhi hubungan antara
keberagaman kognitif dengan motivasi intrinsik tim.
Pertama, para pemimpin transforasional menggunakan
pengaruh idealisasi dan memberikan motivasi yang
mengilhami melalui pengkomunikasikan visi bersama yang
menarik. Kedua, stimulasi intelektual para pemimpin
transformasional mendorong anggota tim untuk menggunakan
keragaman kognitif di antara anggota tim dalam
mempertanyakan asumsi mereka sendiri, mengulang masalah,
dan berpikir di luar kotak. Ketiga, para pemimpin
transformasional mengenali perbedaan individu pada
pengikut, mendorong pengikut untuk mengungkapkan
masukan mereka yang unik, dan mendengarkan pengikut
mereka dengan penuh perhatian melalui pertimbangan
pribadi.Sehingga hipotesis ke-4 hipotesis 4. Kepemimpinan
transformasional menyeimbangkan hubungan positif antara
keragaman kognitif dan motivasi intrinsik tim, sehingga
hubungan akan menjadi lebih kuat ketika kepemimpinan
transformasional tinggi alih-alih rendah.

METODE A. Peserta dan prosedur


mengumpulkan data dari 62 tim litbang dalam 14 organisasi
di Korea selatan, termasuk tiga perusahaan farmasi, enam
compa- nies elektronik, satu perusahaan kimia, satu
perusahaan teknologi informasi, dan tiga perusahaan
manufaktur. Dari 478 survei yang tersebar pada pemimpin-
anggota, 351 tim dikembalikan oleh 68 tim, mewakili tingkat
respon 73,6%. Enam tim mengembalikan tanggapan dari
hanya dua anggota atau kurang dari nilai-nilai yang hilang
yang dihilangkan, menghasilkan 346 anggota tim pemimpin
pasangan sur- veys di 62 tim untuk analisis data. Total 29%
karyawannya perempuan. Usia rata-rata karyawan adalah 32,6
tahun (SD = 6,1), dan rata-rata masa kerja tim adalah 3,4
tahun (SD = 4,0). Para pemimpin tim itu rata-rata berusia 43,6
tahun (SD = 4,9 tahun) dan rata-rata masa kerja tim 8,5 tahun
(SD = 6.9). Total 11% dari pemimpin tim adalah perempuan.

HASIL A. Statistik deskriptif


deskriptif statistik, perkiraan keterandalan, dan hubungan
korelasi untuk segala ukuran disajikan dalam tabel 1.
Pertimbangan untuk semua variabel diterima (α N.70). Total
54% dari tim mengerjakan produk baru. Kedua tim bekerja
sangat saling menolong (artinya = 5,27).

B. Tes tabel Hipotesis


merangkum hasil baginya analisis. Hipotesis 1 mengusulkan
bahwa keragaman kognitif akan secara positif terkait dengan
kreativitas tim. Sejalan dengan H1, keragaman kognitif saling
terkait positif dengan kreativitas tim. Hipotesis 2
memperkirakan bahwa keragaman kognitif akan secara positif
berhubungan dengan motivasi intrinsik tim. Hasil dari Model
1 pada tabel 2 memperlihatkan bahwa keanekaragaman
kognitif positif terkait dengan motivasi intrinsik tim. Hipotesis
3 menyatakan bahwa motivasi intrinsik tim akan menengahi
hubungan antara keanekaragaman kognitif dan kreativitas tim.
Pertama, sebagaimana ditunjukkan di atas, perbedaan kognitif
sangat berhubungan dengan motivasi intrinsik tim. Kedua,
ketika motivasi intrinsik kedua tim dan keragaman kognitif
disertakan dalam regresi, hanya tim motivasi intrinsik yang
signifikan . Hipotesis 4 mengusulkan bahwa kepemimpinan
transformasional akan moderat hubungan antara keragaman
kognitif dan motivasi tim intrin- sic. Hipotesis 5
memperkirakan efek moderasi tahap pertama, sehingga
kepemimpinan transforrasional menyeimbangkan efek tidak
langsung dari keragaman kognitif pada kreativitas tim melalui
motivasi intrinsik tim.

D. KETERKAITAN DENGAN TEMA MSDI :


Keterkaitan antara pembahasan dalam jurnal dengan Manajemen Sumber Daya Insani
adalah dilihat dari sumber daya manusianya, yang dibahas dalam jurnal tersebut yaitu
tentang Kognitif. Seperti hasil penelitian diatas, keberagaman kognitif dari setiap individu
(karyawan) mudah dideteksi tidak selalu mudah untuk difokuskan pada satu tujuan karena
tiap – tiap individu memiliki pemikiran, pengetahuan, kebiasaan , adat – istiadat dan budaya
serta keyakinan yang berbeda. Sehingga dibutuhkan pengontrolan, pengaturan,
perencanaan dari manager / atasan yang berkewenangan melakukannya. Disinilah peran
Manajemen Sumber Daya Insani. Dari masing-masing individu yang mempunyai ide-ide,
gagasan-gagasan inovatif untuk berkembangnya perusahaan. Maka terbentuk tim untuk
mewadahi aspirasi dari para karyawan yang dipimpin oleh pimpinan/manager. Manager
menerapkan gaya kepemimpinan transformasional, yaitu model kepemimpinan untuk
meningkatkan sumber daya manusia dengan hubungan efek pemimpin terhadap bawahan,
yang dapat diukur dengan indikator adanya kepercayaan, kesetiaan, dan hormat kepada
pemimpin, berusaha untuk memotivasi bawahan untuk melakukan sesuatu yang lebih dan
melampaui harapan mereka sendiri. Kepemimpinan transformasional yang tinggi secara
khusus meningkatkan motivasi intrinsik tim, sehingga kreativitas tim bertambah. Hal ini
juga dapat dibantu dengan adanya kompensasi financial seperti gaji tambahan (bonus) atau
non-financial seperti promosi kerja, training kepada karyawan yang berkontribusi baik bagi
perusahaan. Sebaliknya, Jika kepemimpinan transformasional negatif, maka akan terjadi
ketegangan dan konflik. Maka dari itu, pentingnya manajemen dalam perusahaan dan
penerapannya dalam bidang Manajemen Sumber daya manusia.

Anda mungkin juga menyukai