Anda di halaman 1dari 17

ARTIKEL JURNAL

“ Perspektif Hak Asasi Manusia Terhadap Perempuan dalam Pandangan Islam ”


MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KEWARGANEGARAAN

OLEH

Nama :

1. KARUNIA SUKMA OKTAVIA ( 30901800101 )


2. KIDUNG ASMARA DANA ( 30901800102 )

DOSEN : ANDI AINA ILMIH .,S.H.,M.H

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN S1

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2019
Perspektif Hak Asasi Manusia Terhadap Perempuan dalam Pandangan
Islam
Karunia Sukma Oktavia dan Kidung Asmara Dana

ABSTRAK

Masalah Hak Asasi Manusia(HAM) pada saat ini sudah berkembang sedemikian rupa.
Meskipun dalam pembicaraan sehari-hari termasuk 'HAM' sering diucapkan secara umum,
tetapi dalam kenyataannya dapat diklasifikasikan dalam berbagai bidang kehidupan. Oleh
karena itu nilai-nilai HAM yang terdapat dalam setiap bidang kehidupan harus mendapat
perlindungan oleh hukum, melalui penegakan hukum itu sendiri.
Pada sisi lain secara factual telah terbukti bahwa risalah Islam sejak awalnya telah
memasukkan aturan HAM dalam ajaran-ajaran dasarnya yang dapat ditemukan pada sumber-
sumber ajaran-nya. Islam mampu menyodorkan langkah-langkah implementatif actual HAM
dan usaha-usaha preventif terhadap berbagai pelanggaran yang dilakukan negara-negara
tertentu. Dan sebenarnya ajaran Islam mampu menjawab isu-isu HAM masa kini atau akan
datang. Tulisan ini akan melacak konsep HAM dalam Islam.
Kata Kunci: Al-Islam dan hak asasi
A. Pendahuluan pandangan dunia dan ideologi yang
disodorkan oleh agama yang
Manusia adalah mahluk yang
dipeluknya.
paling sempurna yang diciptakan
dengan memiliki sedikitnya tiga Dalam berbagai hakikat wujud
instrumen, yakni cipta (akal, pikiran) dan substansi yang dimilikinya,
rasa, (panca indera) dan karsa pemeluk suatu agama mempunyai
(kreativitas) perspektif terhadap agama berupa
serapan pikiran atas apa yang dibaca
1. Karena memiliki akal pikiran maka
atau didengarnya. Ketika proses
manusia disebut mahluk yang
penerimaan kebenaran terhadap
berfikir
konsep agama tidak dibarengi
2. dengan ketiga instrumen inilah
dengan koreksi dan kritik, maka
manusia mampu menciptakan
kemungkinan kesalahan
kebudayaan dan peradaban melalui
memperspektifkan berbagai subtansi
ilmu dan moral
wujud akan semakin melebar. Di saat
3. Pandangan dunia dan ideologi
konsep yang sudah menjadi
manusia berkaitan erat dengan
keyakinan atau masih dalam proses status dan kedudukan. Gerakan
berpikir tidak sesuai dengan reformasi yang terjadi pada tahun
kenyataan dan kejadian, (alam 1997 telah membawa arah perubahan
misdaq) maka sudah pasti manusia bagi peran dan kedudukan
akan tergiring jauh dari hakekat perempuan dalam kehidupan politik,
wujud dan terjerumuslah ia dalam social, dan kemasyarakatan. Hal
dunia khayal, kehampaan, dan tersebut tercermin dalam Garis-garis
berbagai kesalahan. Akar kesalahan Besar Haluan Negara (GBHN),
dalam keyakinan terhadap idealitas tentang kedudukan dan peranan
wujud adalah kesalahan dalam perempuan yang memuat hal-hal
memperspektifkannya. Kesalahan sebagai berikut : Meningkatkan
perspektif terhadap konsep di dalam kedudukan dan peranan perempuan
Islam telah sampai pada pembahasan dalam kehidupan berbangsa dan
perempuan, yang oleh sebagian bernegara melalui kebijakan yang
kalangan masih dianggap tabu. diemban oleh lembaga yang mampu
Walaupun pembahasan perspektif memperjuangkan terwujudnya
gender dalam Islam telah muncul kesetaraan dan keadilan gender,
sejak kelahirannya. Banyak hal yang Meningkatkan kualitas peran
harus diluruskan dalam persepsi kemandirian organisasi perempuan
masyarakat tentang perempuan dengan tetap mempertahankan nilai
terutama anggapan kaum laki-laki persatuan dan kesatuan serta nilai
lebih utama daripada kaum historis perjuangan kaum
perempuan. Al-Qur’an tidak perempuan, dalam rangka
mengenalkan konsep dosa warisan melanjutkan usaha pemberdayaan
dari ibu-bapak umat manusia (Hawa serta kesejahteraan keluarga dan
dan Adam) dalam skandal buah masyarakat (bab IV, F3). Selanjutnya
terlarang, melainkan itu tanggung dalam Bab IV, tentang hukum (A)
jawab bersama keduanya. Perbedaan dapat dibaca butir-butir yang ada
anatomi fisik dan biologis antara kaitannya dengan masalah gender
laki–laki dan perempuan tidak sebagai berikut: “Menata sistem
mengharuskan adanya perbedaan hukum nasional yang menyeluruh
dan terpadu dengan mengikuti dan yang mencakup hak asasi
menghormati hukum agama dan perempuan. Namun berbagai
hukum adat serta memperbaharui kenyataan dilapangan menunjukan
perundang-undangan warisan terjadinya pelanggaran-pelanggaran
kolonial dan hukum nasional yang hak-hak perempuan, dan belum
diskriminatif, termasuk ketidakadilan terwujudnya kesetaraan gender.
gender dan ketidaksesuaiannya Dalam Konvensi Wanita yang telah
dengan ketentuan reformasi.” Dari diratifikasi melalui UU No. 17
kutipan di atas dapat dilihat bahwa Tahun 1984, tercantum beberapa
pemberdayaan perempuan dianggap alasan mengenai pentinganya
dapat meningkatkan kesejahteraan pemajuan hak asasi perempuan dan
keluarga. Lebih lanjut dapat dibaca komitmen-komitmen dari negara-
dalam Bab IV bahwa hukum harus negara penandatangan konvensi dan
ditegakkan secara konsisten, untuk hanya bila komitmen itu
lebih menjamin kepastian hukum, diimplementasikan, maka barulah
keadilan dan kebenaran, supremasi akan terwujud kesetaraan gender.
hukum, serta menghargai hak asasi Adapun fokus masalah yang dibahas
manusia (butir IV 3). Dikemukakan dalam penelitian ini adalah : (1)
juga bahwa harus dilanjutkan Bagaimanakah pandangan dan
ratifikasi konvensi internasional, kedudukan wanita dalam Islam
terutama yang berkaitan dengan hak pendekatan Al-Quran dan tafsir? (2)
asasi manusia sesuai dengan Bagaimanakah pemajuan Hak Asasi
kebutuhan dan kepentingan bangsa Perempuan di Indonesia? (3)
dalam bentuk undang-undang (butir Bagaimana Indonesia melakukan
IV 4). penyesuaian peraturan perundangan
serta Kebijakan Pembangunannya
Dalam hukum nasional, terdapat
terhadap Konvensi Wanita?
terdapat ketentuan-ketentuan yang
melindungi kepentingan perempuan, B. METODE PENELITIAN
dan secara formal, Indonesia telah
Penelitian dilakukan dengan menggunakan
menyatakan komitmen untuk
metode kualitatif untuk merinci fenomena
memajukan hakhak asasi manusia,
yang sulit diungkap oleh penelitian mengantarkan kita untuk terlebih
kuantitatif. Penelitian yang direncanakan dahulu melihat pandangan Al-Qur’an
akan mencakup rumpun utama hak asasi tentang asal kejadian perempuan.
manusia yaitu hak sipil politik dan hak Dalam hal ini, salah satu ayat yang
ekonomi sosial budaya. Penelitian ini dapat diangkat adalah firman Allah:
menggunakan empatteknik pengumpulan "Wahai seluruh manusia,
data, yaitu studi literatur informasi yang sesungguhnya kami telah
telah dipublikasikan, analisis data sekunder, menciptakan kamu (terdiri) dari laki-
wawancara mendalam dan pengamatan laki dan perempuan dan kami
lapangan. Studi literatur informasi bertujuan jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
menjawab pertanyaan tentang bagaimana bersuku-suku agar kamu saling
bentuk-bentuk perlindungan yang diteliti, mengenal. Sesungguhnya yang
definisi, bentuk-bentuk kerentanan yang paling mulia di antara kamu adalah
kerap dihadapi oleh pembela HAM. yang paling bertakwa". (Al-Hujurat
Literatur dikhususkan pada publikasi ayat 13) Ayat ini berbicara tentang
informasi secara proaktif. Analisis data asal kejadian manusia dari seorang
sekunder dilakukan dengan meninjau laki-laki dan perempuan, sekaligus
dokumen-dokumen yang mencakup berbicara tentang kemuliaan manusia
peraturan di tingkat lokal dan dokumen lain baik laki-laki maupun perempuan
yang relevan dengan tujuan penelitian. yang dasar kemuliaannya bukan
Analisis data sekunder dalampenelitian keturunan, suku, atau jenis kelamin,
inilebih ditekankan pada peraturan lokal tetapi ketakwaan kepada Allah SWT.
yang berisi materi perlindungan terhadap Secara tegas dapat dikatakan bahwa
pembela HAM. perempuan dalam pandangan Al-
Qur’an memiliki kedudukan
terhormat. Dalam hal ini Mahmud
C. PEMBAHASAN
Syaltut, mantan Syeikh Al-Azhar,
1. Asal Penciptaan Perempuan dan
menulis dalam bukunya Min
kedudukannya dalam Pandangan
Tawjihat al-Islam bahwa: 5
Islam
Berbicara mengenai kedudukan5 dan Kedudukan perempuan dan laki-laki
hak wanita6 dalam Islam, dalam berumah tangga adalah setara
dalam Quran Surat Al Baqarah ayat menjadikan kedua jenis kelamin ini
187 menyebutkan (Mereka itu adalah dapat melaksanakan aktivitas-
pakaian bagimu dan kamu pun aktivitas yang bersifat umum
pakaian bagi mereka) oleh karena itu maupun khusus. Karena itu hukum-
kedudukan suami istreri harus saling hukum syariat pun meletakan
melengkapi kekurang satu sama lain keduanya dalam satu kerangka. Yang
agar tercipta konsep musawwa ini (laki-laki) menjual dan membeli,
(kemitraasejajaran) atau hubungan mengawinkan dan kawin, melanggar
yang setara. 6 Ada beberapa hak dan dihukum, menuntut dan
wanita yang disebutkan dalam Al- menyaksikan, dan yang itu
Quran, diantaranya hak untuk (perempuan) juga demikian dapat
memperoleh perlindungan yang menjual dan membeli, mengawinkan
wajar (QS. An-Nisa: 34) hak untuk dan kawin, melanggar dan dihukum,
memperoleh nafkah (QS. Ath – serta menuntut dan menyaksikan".7
Thalaaq: 6), Hak untuk memperoleh Ayat Al-Qur’an yang populer
bagian harta warisan (QS. An-nisa: dijadikan rujukan dalam
7) dan hak untuk berusaha dan pembicaraan tentang asal kejadian
memperoleh hasil usahanya (QS. perempuan adalah firman Allah
An-Nahal: 97) dan hak memilih dalam surat An-Nisa ayat 1: "Hai
pasangan hidup (HR AhmadIbnu sekalian manusia bertakwalah
Majab) dikutip dari buku HAM kepada Tuhanmu yang telah
dalam perspektif Islam, Salemba menciptakan kamu dari nafs yang
Diniyah, 2003 hlm. 55-58. satu (sama). Dan darinya Allah
menciptakan pasangannya, dan dari
"Tabiat kemanusiaan antara laki-
keduanya Allah
laki dan perempuan hampir dapat
memperkembangbiakan laki-laki dan
dikatakan sama. Allah telah
perempuan yang banyak." Banyak
menganugerahkan kepada
pakar tafsir yang memahami kata
perempuan sebagaimana
nafs dengan Adam, seperti
menganugerahkan kepada laki-laki
Jalaluddin As-Suyuthi, Ibnu Katsir,
potensi dan kemampuan yang cukup
Al-Qurthubi, Al-Biqa'i, Abu As-
untuk memikul tanggung jawab, dan
Su'ud, dan lain-lain. Bahkan At- laki-laki perempuan tidak akan ada.
Tabarsi (abad ke-6 Hijriah) Al-Qurthubi, misalnya, menekankan
mengemukakan dalam tafsirnya bahwa istri Adam itu diciptakan dari
bahwa seluruh ulama tafsir sepakat tulang rusuk Adam sebelah kiri yang
mengartikan kata tersebut dengan bengkok, dan karena itu wanita
Adam. Beberapa pakar tafsir seperti bersifat auja (bengkok atau tidak
Muhammad Abduh, dalam tafsir Al- lurus). Kitab-kitab tafsir terdahulu
Manar, tidak berpendapat demikian, hampir sepakat mengartikannya
begitu jugarekannya Al-Qosimi, demikian. Pandangan ini agaknya
mereka memahami arti nafs dalam bersumber dari sebuah hadis yang
arti "jenis". Namun demikian, paling mengatakan: "Saling pesan-
tidak pendapat yang dikemukakan memesanlah untuk berbuat baik
pertama itu, seperti yang ditulis tim kepada perempuan, karena mereka
penerjemah Al-Qur’an Depertemen diciptakan dari tulang rusuk yang
Agama R.I, adalah sebagai pendapat bengkok". (HR. at-Tirmidzi dari Abu
mayoritas ulama. Dari pandangan Hurairah). Hadis di atas dipahami
yang berpendapat bahwa nafs adalah oleh ulama-ulama terdahulu secara
Adam, dipahami pula bahwa kata harfiah namun beberapa ulama
zaujaha, yang arti harfiahnya adalah kontemporer memahaminya secara
(pasangannya) mengacu kepada istri metafora, bahkan ada yang menolak
Adam, yaitu Hawa. Karena ayat di keshahihan (kebenaran) hadis
atas menerangkan bahwa pasangan tersebut. Yang memahami secara
tersebut diciptakan dari nafs yang metafora berpendapat bahwa hadis di
berarti Adam, para penafsir atas memperingatkan para laki-laki
terdahulu memahami bahwa istri agar menghadapai perempuan
Adam (perempuan) diciptakan dari dengan bijaksana, karena ada sifat,
Adam sendiri. Pandangan ini, karakter dan kecenderungan mereka
kemudian melahirkan pandangan yang tidak sama dengan laki-laki.
negatif terhadap perempuan, dengan Bila tidak disadari akan
mengatakan bahwa perempuan mengantarkan kaum laki-laki
adalah bagian dari laki-laki, tanpa bersikap tidak wajar, mereka juga
tidak akan mampu mengubah paham sementara mufasir yang
karakter dan sifat bawaan beranggapan bahwa perempuan
perempuan, kalau pun mereka diciptakan dari tulang rusuk Adam.
berusaha akibatnya akan fatal, Kita dapat berkata, bahwa tidak ada
sebagaimana fatalnya meluruskan satu petunjuk yang pasti dari ayat al-
tulang rusuk yang bengkok. Ide ini, Qur’an yang dapat mengantarkan
seperti ditulis Rasyid Ridha dalam kita untuk mengatakan bahwa
tafsir alManarnya, timbul dari apa perempuan diciptakan dari tulang
yang termaktub dalam Perjanjian rusuk, atau bahwa unsur
Lama (Kejadian II: 21-22) yang penciptaannya berbeda dengan laki-
mengatakan bahwa ketika Adam laki”
tidur lelap, maka diambil oleh Allah
Ridha, Rasyid, Tafsir Al-Manar, IV:
sebilah tulang rusuknya, lalu
330. 9 Thabataba’i, Muhammad
ditutupkan pula tempat itu dengan
Husein, Tafsir Mizan
daging. Maka dari tulang yang telah
persamaan antara laki-laki dan
dikeluarkan dari Adam itu, dibuat
dengan demikian derajat mereka
oleh Tuhan seorang perempuan.
juga dianggap sama tanpa adanya
"Seandainya tidak tercantum kisah
diskriminasi, sedangkan dalam Pasal
kejadian Adam dan Hawa dalam
6 huruf c dan huruf d menyebutkan:
kitab perjanjian lama seperti redaksi
“Wanita memiliki hak yang sama
di atas, niscaya pendapat yang
dengan pria dalam mempertahankan
menyatakan bahwa wanita
derajat kemanusiaannya dan
diciptakan dari tulang rusuk Adam
memiliki hak hak untuk menikmati
tidak pernah akan terlintas dalam
persamaan tersebut disamping
benak seorang muslim”8 Alamah
melaksankan kewajiban-
Thabathaba’i (ra) dalam tafsirnya al-
kewajibannya. Ia memiliki hak sipil
Mizan menulis, bahwa ayat di atas
dan kebebasan yang berhubungan
menegaskan bahwa: "Perempuan
dengan keuangan dan hak untuk
(istri Adam) diciptakan dari jenis
menjaga nama baik pribadi dan
yang sama dengan Adam, dan ayat
keturunannya.” Sebagai tindak
tersebut sedikitpun tidak mendukung
lanjut dari pelaksanaan norma
UDHR tersebut di atas, pada tahun Undang-undang Nomor 7 tahun
1967 PBB mengeluarkan deklarasi 1984 tentang Pengesahan Konvensi
tentang penghapusan diskriminasi Mengenai Penghapusan Segala
terhadap wanita dimana dalam bentuk Diskriminasi terhadap
deklarasi tersebut memuat hak dan wanita
kewajiban dengan mendasarkan 2. Perspektif Islam dan HAM
pada persamaan hak antara pria
dengan wanita. Deklarasi tersebut Bentuk mekanisme berikut terhadap
juga menyatakan agar diambil pemaknaan gender yang keliru
langkahlangkah yang dianggap dibangun atas interpretasi agama.
perlu guna menjamin pelaksanaan Kebanyakan para kalangan
deklarasi. Atas deklarasi yang agamawan klasik mengartikulasikan
sifatnya tidak mengikat tersebut, ayat-ayat demi kepentingannya
maka PBB kembali mengambil sendiri, agar tidak tersaingi. Mereka
langkah untuk merancang konvensi selalu mengkhotbahkan surat An-
penghapusan diskriminasi terhadap nisa' ayat 13 yang menyatakan
wanita (selanjutnya konvensi ”bahwa laki-laki adaiah penuntun
tersebut dikenal dengan istilah bagi perempuan”. Terkesan
Convention on Elimination Against penafsiran-penafsiran seperti ini
Women/CEDAW) pada 18 dipolitisir demi melanggengkan apa
Desember 1979. Majelis Umum yang disebut oleh Charol Shakeshaft
PBB akhirnya menyetujui sebagai wujud androcentism yaitu
rancangan konvensi tersebut. dominasi laki-laki dalam ilmu
Berkenaan dengan itu, pemerintah pengetahuan dan research.
Indonesia yang menjadi salah satu
10 J.O Burger and Helen A.Niore,
peserta konvensi pada Konferensi
1992, A Sociology o f Women, The
Sedunia PBB bagi wanita di
Intersection o f Patriarchy,
Kopenhagen pada 29 Juli 1980 telah
Capitalims and Colonization, N ew
menandatangani konvensi tersebut
Jersey: Printice Hall, Englewood
dan mengimplementasikannya
Cliffs, hal. 25 "//>«/., hal. 25 ’’B.
dalam bentuk ratifikasi melalui
Davies, op.cit. hal. 2457 Charol
Shakeshaff, 1987, Women in subordinasi terhadap salah satujenis
Education Administration, Newbury kelamin itu.
Park, CA: Sage Publications, Inc.
Dalam pandangan hukum HAM,
hal. 150 - . 13 Max Weber, 1968,
setiap manusia di dunia tanpa
Economy and Society, Volume 3,
melihat ras, suku, wama kulit,
(Gunther Roth and Claus Wittich,
agama, dan kebangsaan mempunyai
eds), New York, hal. 1096 14
hak-hak asasi yang sama. Tidak ada
Universal Declaration o f Human
yang lebih tinggi, pun tidak ada yang
Rights 1948, Pasal 1
lebih rendah, semua dalam
Hal ini menandakan bahwa kesejajaran, kesederajatan, tidak ada
kepercayaan agama, khususnya bentuk diskriminasi, baik hak
syari'at Islam merupakan kerangka berkumpul, berpendapat, pelecehan,
yang “dingin” dan berpengaruh berprofesi, memerankan peran-peran
secara kausal dimana hubungan dan publik dan ini berlaku bagi jenis
kegiatan sosial berlangsung, kelamin laki-laki dan perempuan.
termasuk dalam relasi laki-laki dan Argumentasinya adalah, karena
perempuan. “semua orang dilahirkan merdeka
dan mempunyai martabat dan hak-
Weber menyebutnya dengan
hak yang sama. Mereka dikaruniai
dominasi patrimonial yang berbuat
akal dan budi dan hendaknya bergaui
sekehendak hatinya dan tak dapat
satu sama lain dalam persaudaraan”.
diperkirakan dari semula mempunyai
Dalam Deklarasi Kairo Hak Asasi
hasil memperkuat lingkungan
Manusia dalam Islam pasal 1
ketaatan pada hukum. Dominasi
dinyatakan bahwa: semua umat
patrimonial ini membawa ekses
manusia merupakan satu keluarga
kepada ketidakseimbangan tatanan
yang para anggotanya dipersatukan
politik, ekonomi, pendidikan,
oleh ketaatan kepada Allah dan
hukum, dan agama serta melahirkan
bahwa mereka adalah keturunan
apa yang kita namakan sekarang
Adam. Semua orang adalah sama
dengan budaya marginalisasi dan
dipandang dari martabat dasar
manusia dan kewajiban serta
tanggung jawab dasar mereka, tanpa pengakuan, penikmatan atau
diskriminasi ras, warna kulit, bahasa, penggunaan hak-hak asasi manusia
jenis kelamin, kepercayaan agama, dan kebebasan-kebebasan pokok di
ideologipolitik, status sosial bidang politik, ekonomi, sosial
ataupertimbangan-pertimbangan lain. budaya, sipil atau apapun lainnya
Oleh sebab itu segala bentuk oleh kaum perempuan, terlepas dari
diskriminasi, pelecehan, dan status perkawinan mereka, atas dasar
penghambatan terhadap peran-peran persamaan antara laki-laki dan
publik perempuan merupakan bentuk perempuan. Dalam deklarasi
pelanggaran atas hak asasi manusia. penghapusan kekerasan terhadap
termasuk di dalamnya adanya perempuan pasal 1, bahwa yang
kecenderungan pereduksian makna dimaksud dengan kekerasan terhadap
dan interpretasi yang kurang tepat
ls The Cairo Declaration on Human
akan istilah gender. Pada perubahan
Rights in Islam, Pasal 1 16 Bagir
kedua UUD 1945 pasal 281 ayat 2
Manan, 2001, Perkembangan
dinyatakan bahwa “setiap orang
Pemikiran dan Pengantar HAM di
berhak bebas dari perlakuan yang
Indonesia, Bandung: Yayasan HAM,
bersifat diskriminatif atas dasar
Demokrasi dan Supremasi Hukum,
apapun dan berhak mendapatkan
hal. 127. 17 Kumpulan Perangkat
perlindungan terhadap perlakuan
HAM Internasional, 2001, CHRF-
yang bersifat diskriminatif itu”.
INSIST Educator HAM Kalimantan,
Dalam konvensi mengenai
hal. 48. “Ibid., hal. 196
penghapusan segala bentuk
diskriminasi terhadap perempuan perempuan adalah setiap tindakan
(CEDAW), pasal I dinyatakan bahwa berdasarkan perbedaan jenis kelamin
yang dimaksud dengan diskriminasi yang berakibat atau mungkin
perempuan adalah pembedaan, berakibat kesengsaraan atau
pengucilan, atau pembatasan yang penderitaan perempuan secara fisik,
dibuat atas dasar jenis kelamin, yang seksual dan psikologi, termasuk
berakibat dan bertujuan untuk ancaman tindakan tertentu,
mengurangi atau menghapuskan pemaksaan atau perampasan
kemerdekaan secara sewenang- laki-laki. Dalam diskursus gender,
wenang, baik yang terjadi didepan persoalan ketidakadilan perlakuan
umum atau dalam kehidupan pribadi. terhadap wanita seringkali dinomer
Pemaknaan terhadap kekerasan dapat duakan dari tingkat domestik atau
berupa fisik dan non fisik. Kekerasan rumah tangga, karena tidak adanya
fisik dapat berupa pelecehan dan keseimbangan antara hak dan
kekerasan seksual, pemukulan, kewajiban suami dan istri. Pada
pembunuhan dan lain-lain. konteks ini, pasal 51 UU Nomor 39
Kekerasan yang berupa non fisik Tahun 1999 menegaskan secara rinci
adalah bentuk-bentuk intimidasi, bahwa “seorang istri selama dalam
pengucilan, subordinasi, ikatan perkawinan mempunyai hak
marginalisasi, inferiorisasi dan hal- dan kewajiban yang sama dengan
hal yang dapat membuat harkat dan suaminya atas semua hal yang
martabat perempuan jatuh. berkenaan dengan kehidupan
Perempuan dan laki-laki adalah perkawinannya, hubungan dengan
setara dalam martabat sebagai anak-anaknya dan hak pemilikan
manusia, dan mempunyai hak yang serta pengelolaan harta bersama”.
dinikmati ataupun kewajiban yang Problem utama dalam implementasi
dilaksanakan, ia mempunyai hukum HAM adalah tidak banyak
kapasitas sipil dan kemandirian menyangkut permasalahan-
keuangannya sendiri, dan hak untuk permasalahan domestik secara riil,
mempertahankan nama baik dan karena dianggap sebagai privasi
keturunannya. Pendiskriminasian individu. Kalau kita mau jujur
dan apapun bentuknya adalah suatu mengatakan bahwa keluarga adalah
pelanggaran HAM, sebab kenyataan komunitas kecil yang menjadi
universal dalam hukum,' persamaan simbol-simbol dari sebuah
antara laki-laki dan perempuan komunitas yang besar yaitu
dijamin oleh undang-undang. Suatu masyarakat secara keseluruhan.
misal penempatan kaum perempuan Sehingga, kekerasan yang dilakukan
secara ekslusif dan menganggap oleh suami terhadap istri dan anak-
mereka lebih lemah daripada kaum anaknya, suatu misal, hampir tidak
tersentuh oleh perangkat hukum 13 disebutkan bahwa kedudukan
HAM. Hal ini berjalan secara natural antara laki-laki dan perempuan sama.
dan nurtural. Natural berarti Dalam peran-peran sosial, seperti
perbedaan peran laki-laki dan memutuskan perceraian atau ishlah,
perempuan bersifat kodrati. Anatomi wanita mempunyai hak yang sama
perbedaan biologis menjadi faktor dengan Iaki-laki.(alBaqarah ayat
utama dalam menentukan peran 228). Pada ayat yang lain yaitu surat
sosial. Laki-laki dianggap al-Baqarah ayat 232 diindikasikan
mempunyai peran utama dalam bahwa perempuan bebas memilih
masyarakat calon suami yang akan dipilihnya.
Ini menjadi bagian dari HAM
The Cairo Declaration on Human
perempuan yaitu pada pasal 16 ayat
Rights in Islam, Pasal 6
1,2 dan 3. Pada ayat pertama
^BagirManan.op.ci'/., 147 31
disebutkan laki-laki dan perempuan
Komaruddin Hidayat (pengantar),
yang telah dewasa, tanpa pembatasan
1999, Tafsir Kebencian, Studi Bias
atas dasar perbedaan ras, kebangsaan
Gender Dalam Al-Qur'an,
dan agama mempunyai hak untuk
Yogyakarta: LKis, hal.xvii.
menikah dan mendirikan rumah
karena dianggap potensial dan lebih tangga. Mereka mempunyai hak
produktif. Secara nurtural adalah yang sama dalam pernikahan, selama
suatu anggapan bahwa perbedaan pernikahan masih berlangsung dan
peran antara laki-laki dan perempuan waktu perceraian. Dalam Deklarasi
muncul dari relasi-relasi laki-laki dan Kairo tentang Hak-hak Asasi dalam
perempuan yang tidak didasarkan Islam, pada pasal 5 disebutkan
pada biologis, melainkan basil bahwa “laki-laki dan wanita
konstruksi masyarakat". Jadi bisa mempunyai hak untuk menikah, dan
terjadi bias-bias dalam penafsiran tak ada larangan yang bersumber
makna gender yang sebenarnya dari ras, warna kulit atau kebangsaan
dalam suatu masyarakat yang untuk menikmati hak ini'. Jadi jelas
dianggap sebagai sebuah ketentuan sudah bahwa bentuk-bentuk
agama. Dalam surat al-Hujurat ayat pendiskriminasian, kekerasan
terhadap perempuan merupakan disisi Allah adalah orang yang paling
pelanggaran terhadap HAM dan bertaqwa dianiara kamu”.
agama. Namun anehnya kalangan
Artinya : ”Dan para wanita
agama muslim masih terpaku pada
mempunyai hak yang sama dengan
surat an-Nisa' ayat 13 yang
kewajibannya menurut cara yang
menyatakan bahwa laki-laki adalah
baik’’. 3j Artinya ”Apabila kamu
pemimpin, pelindung, penuntun bagi
mentalak istri-istrimu lalu habis
kaum perempuan. Padahal kata
iddahnya, maka janganlah (para
“Oowwam ” ini adalah musytarak
wall) menghalangi mereka kawinlagi
atau ambigu, mempunyai banyak
dengan bakal suaminya".
makna, yang secara implisit dapat
Diungkapkan oleh Carmody (1979)
dimaknai, “berdiri sejajar”,
bahwa "women, like men, were
“berperan sama”, “berprofesi sama” ,
expected to adhere to the five pillars
“mempunyai tanggung jawab sama”
ofIslam, which include prayer five
dan “bekerja sama”.
times a day and fasting during the
36 Universal Declaration o f Human holy month called Ramadan and they
Rights, Pasal 16 37 The Cairo worshipped with men in the
Declaration on Human Rights in mosques" f Untuk mengeliminir
Islam, Pasal 5 “ ClaircM.Renzetti tereduksinya hak-hak perempuan
dan Daniel J. Curran, 1992, Women, baik publik maupun domestik dalam
Men and Society, Singapore: Allyn perspektif agama diperlukan suatu
and Bacon Toronto hal. 297. penafsiran baru yang kontekstual
demi kesederajatan dan keadilan
diantara kedua jenis kelamin. Seperti
Artinya : “Hai manusia yang diungkap oleh Higgens (1985)
sesungguhnya kami menciptakan today Islamic leaders maintain that
kamu dari seorang laki-laki dan men and women hold equal status,
perempuan dan menjadikan kamu although they are quick to emphasize
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku that this quality does not derive from
supaya kamu saling mengenat. sharing the same priveleges and
Sesungguhnya yang paling mulia responsibilities but rather from
complementary o f their roles. In this egaliter dan elegan, yang
world view, men and women are menempatkan antara laki-laki dan
equal before God, but they had perempuan dalam posisi yang
somewhat diffirentphysical, mental sesungguhnya sebagai representasi
and emotional qualities, somewhat kesederajatan umat manusia di
diffirent responsibilities in the family hadapan Tuhan. Reinterpretasi
and society, and somewhat diffirent tersebut tidak mereduksi sakralitas
rights andprerogatives. agama, lebih-lebih menempatkan
agama pada yang profan.
kesimpulan :

Dalam perspektif tafsir agama


dibutuhkan interpretasi yang lebih

Daftar pustaka

Komariah Emong Sapardjaja, 2003Konvensi Wanita dan Hak Asasi Manusia (makalah),
Bandung

Manan, Bagir, 2001, Perkembangan Pemikiran dan Pengantar HAM di Indonesia,


Bandung:

Menstrual Taboo, 2003Jurnal Pemikiran Islam Paramadina

Q.C. Geoffrey Robertson, 2002Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Perjuangan Untuk


Mewujudkan Keadilan Global, Komisi HAM, Jakarta

Renzetti, Claire M. dan Curran, Daniel J., 1992, Women, Men and Society, Singapore:
Allyn and Bacon Toronto.

Romli Atmasasmita, 2000Reformasi Hukum, Hak Asasi Manusia & Penegakan Hukum,
Mandar Maju, Bandung

Scott Davidson1994, Hak Asasi Manusia Sejarah, Teori, dan Praktek dalam Pergaulan
Internasional, terj., A. Setiawan Abadi, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta
Shakeshaff, Charol, 1987, Women in Education Administration, Newbury Park, CA:
Sage Publications, Inc.

Subhi Mahmasani, 1993.Konsep dasar Hak Asasi manusia suatu perbandingan dalam
syariat Islam dan perundangundangan Modern, terjemahan Hasanuddin, Tinta Mas Indonesia,
Jakarta,

Manan, Bagir, 2001, Perkembangan Pemikiran dan Pengantar HAM di Indonesia, Bandung:

Renzetti, Claire M. dan Curran, Daniel J., 1992, Women, Men and Society, Singapore:
Allyn and Bacon Toronto.

Anda mungkin juga menyukai