Marzuki
FIS Universitas Negeri Yogyakarta
email: marzukiwafi@yahoo.co.id
Abstrak: Pendidikan adalah proses memanusiakan manusia. Untuk meraih derajat manusia seutuh-
nya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan. Pendidikan harus dapat menghasil-
kan insan-insan yang memiliki karakter mulia, di samping memiliki kemampuan akademik dan ke-
terampilan yang memadai. Salah satu cara untuk mewujudkan manusia yang berkarakter adalah
dengan mengintegrasikan pendidikan karakter dalam setiap pembelajaran. Nilai-nilai karakter utama
yang harus terwujud dalam sikap dan perilaku peserta didik sebagai hasil dari proses pendidikan
karakter adalah jujur (olah hati), cerdas (olah pikir), tangguh (olah raga), dan peduli (olah rasa dan
karsa). Pengintegrasian pendidikan karakter dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan pemuatan
nilai-nilai karakter dalam semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dan dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran. Untuk itu guru harus mempersiapkan pendidikan karakter mulai dari peren-
canaan, pelaksanaan, hingga evaluasinya. Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah perlu di-
dukung oleh keteladanan guru dan orang tua murid serta budaya yang berkarakter.
Abstract: Education is the process of humanizing mankind. To achieve the degree of whole mankind
is not possible without the educational process. Education should be able to produce human beings
who have a noble character, in addition to academic ability and skills. One way to realize that human
has noble character is to integrate character education in all learning. The main character values that
should be embodied in the attitudes and behaviors of the students as a result of the process of
character education is to be honest (conscience management), intelligent (intellectual management),
stern (physical exercise), and care (sense and intent management). The integration of character
education in the teaching and learning can be done by including the values in all the subjects taught in
school and in the implementation of learning activities. For that character education, the teacher must
prepare the teaching and learning activities from planning, implementation, until evaluation. The
implementation character education at schools needs to be supported by exemplary teachers and
parents as well as the conducive school culture.
33
34
Pendidikan juga merupakan usaha dalam sekolah dan di luar sekolah secara
masyarakat dan bangsa dalam memper- luas (Zainuddin, 2008:33-34).
siapkan generasi muda bagi keberlang- Beberapa tahun terakhir pendidikan
sungan kehidupan masyarakat dan bangsa kita telah mengalami perubahan kuri-
yang lebih baik di masa depan. Keber- kulum seperti diberlakukannya Kurikulum
langsungan itu ditandai oleh pewarisan Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004
budaya dan karakter yang telah dimiliki yang disusul dengan Kurikulum Tingkat
masyarakat dan bangsa. Dalam proses Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006. Di
pendidikan budaya dan karakter bangsa, samping itu, juga telah dilakukan berbagai
secara aktif peserta didik mengembangkan inovasi dalam rangka pencapaian tujuan
potensi diri, melakukan proses internali- pendidikan nasional, seperti tertuang
sasi, dan penghayatan nilai-nilai menjadi dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
kepribadian mereka dalam bergaul di tentang Sistem Pendidikan Nasional (lihat
masyarakat, mengembangkan kehidupan bab 2 pasal 3). Salah satu bentuk inovasi ini
masyarakat yang lebih sejahtera, serta adalah dicanangkannya pendidikan karak-
mengembangkan kehidupan bangsa yang ter bangsa melalui berbagai proses pen-
bermartabat. didikan. Dari fungsi dan tujuan yang ingin
Sejalan dengan laju perkembangan dicapai, pendidikan karakter tidak hanya
masyarakat, pendidikan menjadi sangat di- merupakan inovasi pendidikan, tetapi juga
namis dan disesuaikan dengan perkem- merupakan reformasi pendidikan yang
bangan yang ada. Kurikulum pendidikan harus dipersiapkan dan dilaksanakan
bukan menjadi patokan yang baku dan dengan benar serta melibatkan setiap pihak
statis, tetapi sangat dinamis dan harus yang terkait dengan penyelenggaraan pen-
menyesuaikan dengan situasi dan kondisi didikan.
yang ada. Dalam rangka ini, reformasi Berdasarkan fungsi dan tujuan pen-
pendidikan menjadi urgen agar pendidikan didikan nasional, jelas bahwa pendidikan
tetap kondusif. Reformasi pendidikan di setiap jenjang, mulai pendidikan dasar
harus terprogram dan sistemik. Reformasi hingga pendidikan tinggi, harus dirancang
terprogram menunjuk pada kurikulum dan diselenggarakan secara sistematis
atau program suatu institusi pendidikan, guna mencapai tujuan tersebut. Dalam
misalnya dengan melakukan inovasi pen- rangka pembentukan karakter peserta
didikan. Inovasi dilakukan dengan mem- didik sehingga beragama, beretika, ber-
perkenalkan ide baru, metode baru, dan moral, dan sopan santun dalam berinter-
sarana prasarana baru agar terjadi per- aksi dengan masyarakat, maka pendidikan
ubahan yang mencolok dengan tujuan dan harus dipersiapkan, dilaksanakan, dan di-
maksud tertentu. Adapun reformasi siste- evaluasi dengan baik dan harus meng-
mik terkait dengan hubungan kewenangan integrasikan pendidikan karakter di dalam-
dan distribusi serta alokasi sumber daya nya guna mewujudkan insan-insan Indo-
yang mengontrol sistem pendidikan secara nesia yang berkarakter mulia.
keseluruhan. Hal ini sering terjadi di luar Pendidikan karakter seharusnya mem-
sekolah dan berada pada kekuatan sosial bawa peserta didik ke pengenalan nilai
dan politik. Reformasi sistemik menyatu- secara kognitif, penghayatan nilai secara
kan inovasi-inovasi yang dilakukan di afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai
secara nyata. Inilah rancangan pendidikan
karakter (moral) yang oleh Thomas Lickona Kepribadian merupakan ciri, karakteristik,
disebut moral knowing, moral feeling, dan atau sifat khas diri seseorang yang ber-
moral action (Lickona, 1991:51). Karena sumber dari bentukan-bentukan yang di-
itulah, semua mapel yang dipelajari oleh terima dari lingkungan, misalnya keluarga
peserta didik di sekolah harus bermuatan pada masa kecil dan bawaan sejak lahir
pendidikan karakter yang bisa membawa (Koesoema, 2007:80). Seiring dengan pe-
mereka menjadi manusia yang berkarakter, ngertian ini, ada sekelompok orang yang
seperti yang ditegaskan oleh Lickona ter- berpendapat bahwa baik buruknya karak-
sebut. ter manusia sudah menjadi bawaan dari
lahir. Jika bawaannya baik, manusia itu
HAKIKAT KARAKTER DAN PEN- akan berkarakter baik, dan sebaliknya jika
DIDIKAN KARAKTER bawaannya jelek, manusia itu akan ber-
Istilah karakter adalah istilah yang karakter jelek. Jika pendapat ini benar, pen-
baru digunakan dalam wacana Indonesia didikan karakter tidak ada gunanya karena
dalam lima tahun terakhir ini. Istilah ini tidak akan mungkin mengubah karakter
sering dihubungkan dengan istilah akhlak, orang yang sudah taken for granted. Semen-
etika, moral, atau nilai. Karakter juga se- tara itu, sekelompok orang yang lain ber-
ring dikaitkan dengan masalah kepribadi- pendapat berbeda, yakni bahwa karakter
an, atau paling tidak ada hubungan yang bisa dibentuk dan diupayakan sehingga
cukup erat antara karakter dengan kepri- pendidikan karakter menjadi bermakna
badian seseorang. untuk membawa manusia dapat berkarak-
Secara etimologis, kata karakter (Ing- ter yang baik.
gris: character) berasal dari bahasa Yunani Secara terminologis, makna karakter
(Greek), yaitu charassein yang berarti “to dikemukakan oleh Thomas Lickona yang
engrave” (Ryan & Bohlin, 1999:5). Kata “to mendefinisikan karakter sebagai “A reliable
engrave” bisa diterjemahkan mengukir, me- inner disposition to respond to situations in a
lukis, memahatkan, atau menggoreskan morally good way.” Selanjutnya, Lickona
(Echols & Shadily, 1995:214). Dalam Kamus menambahkan, “Character so conceived has
Bahasa Indonesia, kata “karakter” diartikan three interrelated parts: moral knowing, moral
dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak feeling, and moral behavior” (Lickona, 1991:
atau budi pekerti yang membedakan se- 51). Karakter mulia (good character), dalam
seorang dengan yang lain, dan watak. pandangan Lickona, meliputi pengetahuan
Karakter juga bisa berarti huruf, angka, tentang kebaikan (moral khowing), lalu me-
ruang, simbul khusus yang dapat di- nimbulkan komitmen (niat) terhadap ke-
munculkan pada layar dengan papan ketik baikan (moral feeling), dan akhirnya benar-
(Pusat Bahasa Depdiknas, 2008:682). Orang benar melakukan kebaikan (moral behavior).
berkarakter berarti orang yang berkepri- Dengan kata lain, karakter mengacu ke-
badian, berperilaku, bersifat, bertabiat, pada serangkaian pengetahuan (cognitives),
atau berwatak. Dengan demikian, karakter sikap (attitudes), dan motivasi (motivations),
merupakan watak dan sifat-sifat seseorang serta perilaku (behaviors) dan keterampilan
yang menjadi dasar untuk membedakan (skills).
seseorang dari yang lainnya. Dalam proses perkembangan dan
Dengan makna seperti itu karakter pembentukan, karakter seseorang di-
identik dengan kepribadian atau akhlak. pengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor
lingkungan (nurture) dan faktor bawaan terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
(nature). Secara psikologis, perilaku ber- perkataan, dan perbuatan berdasarkan
karakter merupakan perwujudan dari po- norma-norma agama, hukum, tata karma,
tensi Intelligence Quotient (IQ), Emotional budaya, dan adat istiadat. Menurut Amin
Quotient (EQ), Spiritual Quotient (SQ), dan (1995:62) bahwa kehendak (niat) merupa-
Adverse Quotient (AQ) yang dimiliki oleh kan awal terjadinya akhlak (karakter) pada
seseorang. Konfigurasi karakter dalam diri seseorang, jika kehendak itu diwujud-
konteks totalitas proses psikologis dan kan dalam bentuk pembiasaan sikap dan
sosio-kultural pada akhirnya dapat di- perilaku. Dari konsep karakter ini muncul
kelompokkan dalam empat kategori, yakni konsep pendidikan karakter (character edu-
1) olah hati (spiritual and emotional develop- cation).
ment); 2) olah pikir (intellectual development); Terminolog i pendidikan karakter
3) olah raga dan kinestetik (physical and ki- mulai dikenalkan sejak tahun 1900-an.
nestetic development); dan 4) olah rasa dan Thomas Lickona dianggap sebagai peng-
karsa (affective and creativity development). usung, terutama ketika ia menulis buku
Keempat proses psiko-sosial ini secara ho- yang berjudul Educating for Character: How
listik dan koheren saling terkait dan saling Our School Can Teach Respect and Responsi-
melengkapi dalam rangka pembentukan bility (1991) yang kemudian disusul oleh
karakter dan perwujudan nilai-nilai luhur tulisan-tulisan lain, seperti The Return of
dalam diri seseorang (Kemdiknas, 2010:9- Character Education yang dimuat dalam jur-
10). nal Educational Leadership (November 1993)
Secara mudah karakter dipahami se- dan juga artikel yang berjudul Eleven Prin-
bagai nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai ciples of Effective Character Education, yang
kebaikan, mau berbuat baik nyata ber- dimuat dalam Journal of Moral Volume 25
kehidupan baik, dan berdampak baik ter- (1996). Melalui buku dan tulisan-tulisan
hadap lingkungan) yang terpateri dalam tersebut, ia menyadarkan dunia Barat akan
diri dan terejawantahkan dalam perilaku. pentingnya pendidikan karakter. Pendidik-
Secara koheren, karakter memancar dari an karakter menurutnya mengandung tiga
hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan
olah rasa dan karsa seseorang atau se- (knowing the good), mencintai kebaikan
kelompok orang. Karakter merupakan ciri (desiring the good), dan melakukan kebaikan
khas seseorang atau sekelompok orang (doing the good) (Lickona, 1991:51). Di pihak
yang mengandung nilai, kemampuan, ka- lain, Frye (2002:2) mendefinisikan pen-
pasitas moral, dan ketegaran dalam meng- didikan karakter sebagai, “A national move-
hadapi kesulitan dan tantangan (Pemerin- ment creating schools that foster ethical, res-
tah RI, 2010:7). ponsible, and caring young people by modeling
Dari penjelasan di atas dapat di- and teaching good character through an em-
pahami bahwa karakter identik dengan phasis on universal values that we all share”.
akhlak, sehingga karakter merupakan nilai- Jadi, pendidikan karakter harus men-
nilai perilaku manusia yang universal yang jadi gerakan nasional yang menjadikan se-
meliputi seluruh aktivitas manusia, baik kolah (institusi pendidikan) sebagai agen
dalam rangka berhubungan dengan Tuhan, untuk membangun karakter peserta didik
dengan diri sendiri, dengan sesama ma- melalui pembelajaran dan pemodelan.
nusia, maupun dengan lingkungan, yang Melalui pendidikan karakter, sekolah harus
berpretensi untuk membawa peserta didik gian tersebut, dapat dikemukakan sebagai
memiliki nilai-nilai karakter mulia, seperti berikut.
hormat dan peduli pada orang lain, tan- 1) Karakter yang bersumber dari olah
ggung jawab, jujur, memiliki integritas, hati antara lain beriman dan bertakwa,
dan disiplin. Di sisi lain, pendidikan karak- jujur, amanah, adil, tertib, taat aturan,
ter juga harus mampu menjauhkan peserta bertanggung jawab, berempati, berani
didik dari sikap dan perilaku yang tercela mengambil resiko, pantang menyerah,
dan dilarang. rela berkorban, dan berjiwa patriotik.
Pendidikan karakter tidak hanya 2) Karakter yang bersumber dari olah
mengajarkan mana yang benar dan mana pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif,
yang salah kepada anak. Lebih dari itu, inovatif, ingin tahu, produktif, ber-
pendidikan karakter menanamkan kebiasa- orientasi Ipteks, dan reflektif.
an (habituation) tentang yang baik sehingga 3) Karakter yang bersumber dari olah
peserta didik paham, mampu merasakan, raga/kinestetika antara lain bersih, dan
dan mau melakukan yang baik. Dengan sehat, sportif, tangguh, andal, berdaya
demikian, pendidikan karakter membawa tahan, bersahabat, kooperatif, deter-
misi yang sama dengan pendidikan akhlak minatif, kompetitif, ceria, dan gigih.
atau pendidikan moral. 4) Karakter yang bersumber dari olah
rasa dan karsa antara lain kemanusia-
NILAI-NILAI DASAR DALAM PEN- an, saling menghargai, gotong royong,
DIDIKAN KARAKTER kebersamaan, ramah, hormat, toleran,
Pemerintah Indonesia telah merumus- nasionalis, peduli, kosmopolit (men-
kan kebijakan dalam rangka pembangunan dunia), mengutamakan kepentingan
karakter bangsa. Dalam Kebijakan Nasio- umum, cinta tanah air (patriotis), bangga
nal Pembangunan Karakter Bangsa Tahun menggunakan bahasa dan produk In-
2010-2025 ditegaskan bahwa karakter me- donesia, dinamis, kerja keras, dan ber-
rupakan hasil keterpaduan empat bagian, etos kerja.
yakni olah hati, olah pikir, olah raga, serta Dari nilai-nilai karakter di atas, Ke-
olah rasa dan karsa. Olah hati terkait de- menterian Pendidikan Nasional (sekarang:
ngan perasaan sikap dan keyakinan/ke- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan)
imanan, olah pikir berkenaan dengan pro- mencanangkan empat nilai karakter utama
ses nalar guna mencari dan menggunakan yang menjadi ujung tombak penerapan
pengetahuan secara kritis, kreatif, dan ino- karakter di kalangan peserta didik di se-
vatif, olah raga terkait dengan proses per- kolah, yakni jujur (dari olah hati), cerdas
sepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan (dari olah pikir), tangguh (dari olah raga),
penciptaan aktivitas baru disertai sporti- dan peduli (dari olah rasa dan karsa).
vitas, serta olah rasa dan karsa berhubung- Dengan demikian, ada banyak nilai
an dengan kemauan dan kreativitas yang karakter yang dapat dikembangkan dan
tecermin dalam kepedulian, pencitraan, diintegrasikan dalam pembelajaran di se-
dan penciptaan kebaruan (Pemerintah RI, kolah. Menanamkan semua butir nilai ter-
2010:21). sebut merupakan tugas yang sangat berat.
Nilai-nilai karakter yang dijiwai oleh Oleh karena itu, perlu dipilih nilai-nilai
sila-sila Pancasila pada masing-masing ba- tertentu yang diprioritaskan penanaman-
nya pada peserta didik.
pembelajaran yang telah ada direvisi dan penilaian diri sendiri. Nilai karak-
hingga satu atau lebih tujuan pem- ter sebaiknya tidak dinyatakan secara
belajaran tidak hanya mengembangkan kuantitatif, tetapi secara kualitatif, mi-
kemampuan kognitif dan psikomoto- salnya seperti berikut.
rik, tetapi juga afektif (karakter); dan a) BT: Belum Terlihat, apabila pe-
(2) ditambah tujuan pembelajaran yang serta didik belum memperlihatkan
khusus dirumuskan untuk karakter. tanda-tanda awal perilaku/karak-
2) Pendekatan/metode pembelajaran di- ter yang dinyatakan dalam indi-
ubah (disesuaikan) agar pendekatan/ kator.
metode yang dipilih selain memfasili- b) MT: Mulai Terlihat, apabila pe-
tasi peserta didik mencapai pengeta- serta didik sudah mulai memper-
huan dan keterampilan yang ditarget- lihatkan adanya tanda-tanda awal
kan, juga mengembangkan karakter. perilaku/karakter yang dinyatakan
3) Langkah-langkah pembelajaran juga dalam indikator tetapi belum kon-
direvisi. Kegiatan-kegiatan pembelajar- sisten.
an dalam setiap langkah/tahap pem- c) MB: Mulai Berkembang, apabila
belajaran (pendahuluan, inti, dan pe- peserta didik sudah memperlihat-
nutup), direvisi atau ditambah agar kan berbagai tanda perilaku/ka-
sebagian atau seluruh kegiatan pem- rakter yang dinyatakan dalam in-
belajaran pada setiap tahapan mem- dikator dan mulai konsisten.
fasilitasi peserta didik memperoleh d) MK: Menjadi Kebiasaan atau
pengetahuan dan keterampilan yang membudaya, apabila peserta didik
ditargetkan dan mengembangkan ka- terus menerus memperlihatkan
rakter. Prinsip-prinsip pendekatan perilaku/karakter yang dinyatakan
pembelajaran kontekstual (Contextual dalam indikator secara konsisten
Teaching and Learning), pembelajaran (Dit. PSMP Kemdiknas, 2010).
kooperatif (Cooperatif Learning), dan 5) Bahan ajar disiapkan. Bahan ajar yang
pembelajaran aktif (misal: PAIKEM/ biasanya diambil dari buku ajar (buku
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, teks) perlu disiapkan dengan merevisi
Efektif, dan Menyenangkan) cukup atau menambah nilai-nilai karakter ke
efektif untuk mengembangkan karak- dalam pembahasan materi yang ada di
ter peserta didik. dalamnya. Buku-buku yang ada selama
4) Bagian penilaian direvisi. Revisi di- ini meskipun telah memenuhi sejumlah
lakukan dengan cara mengubah dan/ kriteria kelayakan buku ajar, yaitu ke-
atau menambah teknik-teknik penilai- layakan isi, penyajian, bahasa, dan gra-
an yang telah dirumuskan. Teknik- fika, akan tetapi materinya masih be-
teknik penilaian dipilih sehingga se- lum secara memadai mengintegrasikan
cara keseluruhan teknik-teknik terse- pendidikan karakter di dalamnya. Apa-
but mengukur pencapaian peserta bila guru sekedar mengikuti atau
didik dalam kompetensi dan karakter. melaksanakan pembelajaran dengan
Di antara teknik-teknik penilaian yang berpatokan pada kegiatan-kegiatan
dapat dipakai untuk mengetahui per- pembelajaran pada buku-buku tersebut,
kembangan karakter adalah observasi, pendidikan karakter secara memadai
Penilaian kinerja, penilaian antarteman, belum berjalan. Oleh karena itu, sejalan
nyelenggara dan pelaku pendidikan. kajian keilmuan. Pada masa ini pula pe-
Batang reformasi berupa mandat dari pe- serta didik mulai sadar akan jati dirinya
merintah selaku penanggung jawab pe- sebagai manusia yang mulai beranjak de-
nyelenggara pendidikan nasional. Dalam wasa dengan berbagai problem yang me-
hal ini standar dan tujuan dilaksanakannya nyertainya. Dengan berbekal nilai-nilai
pendidikan karakter harus jelas, trans- karakter mulia yang diperoleh melalui
paran, dan akuntabel. Cabang reformasi proses pembelajaran di kelas dan di luar
berupa manajemen pengelolaan pendidik- kelas, peserta didik diharapkan menjadi
an karakter, pemberdayaan guru, dan manusia yang berkarakter sekaligus me-
pengelola pendidikan harus ditingkatkan. miliki ilmu pengetahuan yang siap dikem-
Sedang daun reformasi adalah adanya bangkan pada jenjang pendidikan yang
keterlibatan orang tua peserta didik dan lebih tinggi.
masyarakat dalam pelaksanaan pendidikan
karakter yang didukung pula dengan UCAPAN TERIMA KASIH
budaya dan kebiasaan hidup masyarakat Ucapan terima kasih disampaikan
yang kondusif yang sekaligus menjadi kepada teman sejawat yang telah meluang-
teladan bagi peserta didik dalam bersikap kan waktu untuk berdiskusi tentang
dan berperilaku sehari-hari. pengintegrasian pendidikan karakter da-
Keempat pilar reformasi pendidikan lam proses pembelajaran. Ucapan terima
karakter di atas saling terkait dan jika salah kasih juga disampaikan kepada reviewer
satunya tidak maksimal akan dapat meng- dan pembaca ahli yang telah berkenan
ganggu pelaksanaan pendidikan karakter memberikan masukan untuk penyempur-
di sekolah dan institusi pendidikan lain- naan artikel ini. Semoga artikel ini dapat
nya. Karena itulah, pelaksanaan pendidik- menambah wawasan bagi pembaca ten-
an karakter harus dipersiapkan dengan tang pentingnya pengintegrasian pendi-
baik dan melibatkan semua pihak yang dikan karakter dalam proses pembelajaran.
terkait dengan pelaksanaannya serta harus
dilakukan evaluasi yang berkesinambung- DAFTAR PUSTAKA
an. Amin, Ahmad. 1995. Etika (Ilmu Akhlak).
Lingkungan sosial dan budaya (cetakan ke-7, Terjemahan Farid
bangsa Indonesia adalah Pancasila se- Ma’ruf). Jakarta: Bulan Bintang.
hingga pendidikan karakter bangsa harus
berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Satu hal Dit PSMP Kemdiknas. 2010. Pendidikan Ka-
tidak kalah penting, sebagai bangsa yang rakter Terintegrasi dalam Pembelajaran
beragama, pengembangan karakter bangsa di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta:
tidak bisa dilepaskan dari ajaran agama. Direktorat PSMP Kemdiknas.
Karena itulah, pendidikan karakter yang
Koesoema, Doni A. 2007. Pendidikan Ka-
religius (religious based character) harus di-
rakter: Strategi Mendidik Anak di Za-
dasarkan pada nilai-nilai karakter yang
man Global. Jakarta: Grasindo
terkandung dalam keseluruhan ajaran
agama yang dianut peserta didik. Pengem- Frye, Mike at all. (ed.). 2002. Character
bangan karakter di sekolah menjadi sangat Education: Informational Handbook and
penting mengingat di sinilah peserta didik Guide for Support and Implementation of
mulai berkenalan dengan berbagai bidang the Student Citizent Act of 2001. North