Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ANAK DENGAN DOWN SYNDROME

Di susun oleh:

Tsaniya Nur Aini

1834117

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

AKPER RSPAD GATOT SOEBROTO

JAKARTA

2020
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DOWN SYNDROME

A. PENGERTIAN
Menurut Gunarhadi (2005 :13) down syndrom adalah suatu kumpulan gejala akibat dari abnormalitas
kromosom, biasanya kromosom 21, yang tidak dapat memisahkan diri selama meiosis sehingga terjadi
individu dengan 47 kromosom.
Down syndrom merupakan kelainan kromosom autosomal yang paling banyak terjadi pada manusia.di
perkirakan 20% anak dengan down sindrom di lahirkan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun.
Down syndrome merupakan cacat bawaan yang di sebabkan oleh adanya kelebihan kromosom x.
Syndrom ini juga disebut trisomy 21, karena 3 dari 21 kromosom menggantikan yang normal. 95%
kasus down syndrom disebabkan oleh kelebihan kromosom. (Nurarif, 2015)
B. ETIOLOGI
Penyebab yang telah diketahui adalah kerena adanya kelainan kromosom yang terletak pada
kromosom yang ke 21, yaitu trisomi. Penyebab dari kelainan kromosom ini disebabkan oleh beberapa
hal di bawah ini, antara lain:
1. Non disjunction (gagal berpisah)
Peristiwa dimana kromosom gagal berpisah pada waktu meiosis. Setelah meiosis selesai ada sel
anak yang kelebihan kromosom dan ada sel anak yang tidak kebagian kromosom.
2. Translokasi kromosom 21 dan 15
Peristiwa pindahnya potongan segmen kromosom ke potongan segmen kromosom lain yang
bukan homolognya.
3. Postzygotic non disjunction (mosaicism)
Embrio memiliki 2 deretan sel dengan kromosom yang berbeda meskipun berasal dari zigot t
unggal yang disebabkan oleh non-disjunction atau lambatnya penyatuan kromosom pada
awal embriogenesis atau pada saat pembelahan sel.
4. Genetik Bersifat menurun.
Hal ini dibuktikan dengan penelitian epidemiologi pada kelurga yang memiliki riwayat sindrom
down akan terjadi peningkatan resiko pada keturunannya
5. Radiasi
Menurut Uchida (dikutip dari Puechel dkk, dalam buku tumbuh kembang anak karangan
Soetjiningsih) menyatakan bahwa sekitar 30% ibu yang melahirkan anak dengan sindrom
down adal ibu yang pernah mengalami radiasi pada daerah perut. Sehingga dapat terjadi
mutasi gen.
6. Infeksi
Infeksi juga dikaitkan dengan sindrom down, tetapi sampai saat ini belum ada ahli yang mampu
menemukan virus yang menyebabkan sindrom down ini.
7. Autoimun
Penelitian Fial kow (dikutip dari Puechel dkk, dalam buku tumbuh kembang anak karangan
Soetjiningsih) secara konsisten mendapatkan adanya perbedaan antibodi ibu yang
melahirkan anak dengan sindrom down dengan anak yang normal.
8. Usia ibu
Usia ibu diatas 35 tahun juga mengakibatkan sindrom down. Hal ini disebabkan karena penurunan
beberapa hormon yang berperan dalam pembentukan janin, termasuk hormon LH dan FSH.
9. Faktor Ayah
Penelitian sitogenetik mendapatkan bahwa 20 – 30% kasus penambahan kromosom 21 bersumber
dari ayah, tetapi korelasi tidak setinggi dengan faktor dari ibu.
C. TANDA DAN GEJALA
Gejala yang muncul akibat down syndrome dapat bervariasi mulai dari yang tidak tampak sama
sekali, tampak minimal sampai muncul tanda yang khas:
1. Penderita dengan tanda khas sangat mudah dikenali dengan adanya penampilan fisik yang
menonjol berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian
(anteroposterior) kepala mendatar
2. Sifat pada kepala, muka dan leher: penderita down syndrome mempunyai paras muka yang
hampir sama seperti muka orang Mongol. Pada bagian wajah biasanya tampak sela hidung
yang datar. Pangkal hidungnya pendek. Jarak diantara 2 mata jauh dan berlebihan kulit di sudut
dalam. Ukuran mulut adalah kecil dan ukuran lidah yang besar menyebabkan lidah selalu terjulur.
Mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia). Pertumbuhan gigi
lambat dan tidak teratur. Paras telinga adalah lebih rendah.
3. mulut : gangguan mengunyah menelan dan bicara, scrotal tongue, rahang atas kecil
(hypoplasia maxilla)
4. Pada sistim pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada esofagus (esophageal
atresia) atau duodenum (duodenal atresia).
5. Sifat pada tangan dan lengan : Sifat-sifat yang jelas pada tangan adalah mereka mempunyai jari-
jari yang pendek dan jari kelingking membengkok ke dalam. Telapak tangan mereka biasanya
hanya terdapat satu garisan urat dinamakan “simian crease”.
6. Tampilan kaki : Kaki agak pendek dan jarak di antara ibu jari kaki dan jari kaki kedua agak jauh
terpisah. Tampilan klinis otot : mempunyai otot yang lemah menyebabkan mereka menjadi
lembek dan menghadapi masalah dalam perkembangan motorik kasar. (Gunarhadi. 2005)

D. PATOFISIOLOGI
Kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun beresiko tinggi memiliki anak down syndrome.
Karena diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan ”non-disjunction”
pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom 21 dan 15. Down syndrome disebabkan
adanya kelainan pada perkembangan kromosom. Kromosom merupakan serat khusus yang
terdapat pada setiap sel tubuh manusia dan mengandung bahan genetik yang menentukan sifat-
sifat seseorang. Pada bayi normal terdapat 46 kromosom (23 pasang) di mana kromosom nomor
21 berjumlah 2 buah (sepasang). Bayi dengan penyakit down syndrome memiliki 47 krososom
karena kromosom nomor 21 berjumlah 3 buah. Kelebihan 1 kromosom (nomor 21) atau dalam
bahasa medisnya disebut trisomi-21 ini terjadi akibat kegagalan sepasang kromosom 21 untuk
saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. (Kusuma, 2015) Trisomi-21 menyebabkan fisik
penderita down syndrome tampak berbeda dengan orang-orang umumnya. Selain ciri khas pada
wajah, mereka juga mempunyai tangan yang lebih kecil, jari-jari pendek dan kelingking bengkok.
Keistimewaan lain yang dimiliki oleh penderita down syndrome adalah adanya garis melintang
yang unik di Abnormalitas kromosom (kelebihan kromosom X) Post zigotik non disjunctional
Translokasi kromosom 21 & 15 Non Disjungtional Pembentukan organ yang kurang sempurna
Ketidak seimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Pertumbuhan palatum abnormal
Keterlambatan Pertumbuhan dan Perkembangan telapak tangan mereka. Garis yang disebut
simian crease ini juga terdapat di kaki mereka, yaitu antara telunjuk dan ibu jari mereka yang
berjauhan (sandal foot). (Nurarif, 2016)
E. PATHWAY

Ovum dan zigot


Mengandung asam deosiribosa nukleat

Membentuk kromosom

KROMOSOM
(terdiri dari sentromer dan lengan

Pembelahan sel/ metafase Gangguan Proses Genetik

Terjadi kelainan Gangguan pembentukan imunitas

Non Disjunction Translokasi Kromosom 14, 21, 22 Mosaic Autoimun

Trisomi Resiko infeksi

Sindrom Down

Perubahan sekuensi spektru


fenotip dan genotip

Terjadi kelebihan pada fungsi

Kognitif Kelainan fisik anak Cemas Orang Tua

Kecerdasan menurun Pertumbuhan Lidah pendek Hipotonus pada


tulang lambat dan besar otot nafas

Interaksi sosial Gangguan pada Gangguan fungsi Akumulasi sekret


tulang dan sendi menelan di  jalan nafas

Kebutuhan akan Resiko tinggi Nutrisi kurang dari Aspirasi menurun


pendidikan khusus cidera/ jatuh kebutuhan tubuh
Obstruksi jalan nafas
F. . KOMPLIKASI
1. Kelainan jantung
2. Mudah mendapat selesema, radang tenggorokan, radang paru-paru
3. Masalah pendengaran
4. Lambat/bermasalah dalam berbicara
5. Penglihatan kurang jelas
6. Retardasi mental
7. Penyakit alzheimer (penyakit kemunduran susunan syaraf pusat)
8. Leukemia (penyakit dimana sel darah putih melipat ganda tanpa terkendalikan). (Nurarif, 2016)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan fisik penderita
2. Pemeriksaan kromosom (kariotip manusia biasa hadir sebagai 46 atosom+XX atau 46
autosom+XY, menunjukkan 46 kromosom dengan aturan XX bagi betina dan 46 kromosom
dengan aturan XY bagi jantan, tetapi pada sindrom down terjadi kelainan pada kromosom ke 21
dengan bentuk trisonomi atau translokasi kromosom 14 dan 22). Kemungkinan terulang pada
kasus (trisomi adalah sekitar 1%, sedangkan translokasi kromosom 5-15%)
3. Ultrasonography (didapatkan brachycephalic, sutura dan fentela terlambat menutup, tulang
ileum dan sayapnya melebar)
4. Echocardiogram digunakan untuk mendeteksi kelainan yang ada pada jantung, khususnya pada
katup jantung. Selain itu echocardiogram mampu mendeteksi derajat defek, pembesaran, infeksi,
dan emboli pada jantung serta untuk mengetahui ada tidaknya kelainan jantung bawaan
mungkin terdapat ASD atau VSD
5. Pemeriksaan darah (percutaneus umbilical blood sampling) salah satunya adalah dengan adanya
leukemia akut menyebabkan penderita semakin rentan terkena infeksi, sehingga penderita ini
memerlukan monitoring serta pemberian terapi pencegah infeksi yang adekuat.
6. Dapat ditegakkan melalui pemeriksaan cairan amnion atau korion pada kehamilan minimal 3
bulan, terutama kehamilan di usia diatas 35 tahun keatas (Aziz Alimul H, 2008).
7. Pemeriksaan dermatoglifik yaitu lapisan kulit biasanya tampak keriput. (Nurarif, 2016)
H.PENATALAKSANAAN MEDIS
Anak yang mengalami kelainan sindrom down, umumnya memiliki keceerdasan (IQ) rendah yaitu
dibawah 30. Akan tetapi saat ini dengan deteksi dini serta terapi stimulasi yang diberikan secara
teratur dan intensif, kecerdasan anak yang menderita sindrom down dapat memperbaiki hingga
subnormal antara 70-90 tetapi harapan untuk menjadi pandai (IQ lebih dari 110) masih mustahil.
a. Terapi Stimulasi Untuk merangsang perkembangan IQ anak penderita sindrom down, terapi
stimulasi diberikan dengan melatih gerakan-gerakan motorik anak sejak usia dini. Latihan
tersebut dapat dilakukan sendiri oleh anak dan dapat dibantu oleh ahli fisioterapi. Melalui
gerakan-gerakan motorik itu perkembangan saraf dirangsang sehingga bisa mempengaruhi
perkembangan saraf dan otaknya.
b. Permainan Permainan dapat membantu pemahaman anak-anak mengenai kehidupan, melalui
permainan juga, anak dengan sindrom down akan berupaya memahami hubungan saling
terkait.
1) Permainan selidik dan jelajah
a) Terkait pada semua benda
b) Mengintip dan mengambil objek
c) Memutar dan menggosok objek pada permukaan lantai untuk melumat apa yang terjadi
d) Merangkak dan berlatih serta berkeinginan membuka lemari, laci, bakul, atau kotak.
2) Permainan membina dan kognitif
a) Permainan sosial
b) Tertawa apabila digelitik.
c) Bermain sembunyi-sembunyi
3) Permainan khayalan
a) Berpura-pura menjadi orang lain dalam suasana berbeda
b) Bermain masak-masak
4) Permainan merangsang pergerakan otot
a) Berlari, melompat, memanjat, dan menari.
5) Permainan bahasa
a) Meniru gaya bicara
b) Menyanyi Yang perlu diperhatikan orang tua dengan anak down syndrome:
a) Ciptakan lingkungan yang tenang dan rawat dengan kasih sayang, ini dapat merangsang
penerimaan pembelajaran lebih cepat
b) Alat permainan perlu disesuaikan dengan teknik pengajaran dan variatif untuk menghindari
kebosanan.
c) Anak down syndrome perlu merasa dilindungi dan disayangi dan diterima keluarga serta
masyarakat. Ini membantu membentuk image diri positif dan mendorong mereka belajar
d) Disiplin perlu direrapkan pada usia dini. Ajarkan mereka mana tingkah laku yang dibenarkan
dan tidak di benarkan.
e) Beri pujian pada setiap kemajuan yang dicapai anak
f) Jangan terlalu memaksa mereka melakukan sesuatu
g) Jangan biarkan anak down syndrome sendirian, kecuali dengan permainan yang mereka
sayangi.
c. Terapi fisik Terapi fisik yang digunakan untuk menangani anak-anak yang mengatasi kelainan
down syndrome adalah dengan terapi treadmill, yaitu dengan cara melatih ibu atau pengasuh
dan anak yang mengalami down syndrome. Ibu atau pengasuh anak down syndrome dilatih
bagaimana cara yang tepat untuk melatih anak down syndrome agar dapat berjalan dan dapat
melatih keterampilan motoriknya, misalnya bagaimana cara memegang bayi, melatih anak
untuk duduk dan berjalan sendiri. (Ulrich, 2008). Selain terapi fisik tersebut, special education,
menerapkan pendidikan khusus bagi anak-anak down syndrome, modifikasi perilaku, dan
parenting skill bagi orang tua anak-anak down syndrome (Aziz Alimul H, 2008 ).

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DOWN SYNDROME


A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-
data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. (Aziz
Alimul H, 2008).
1. Identitas Pasien Identitas pasien meliputi nama, tanggal lahir, nama ayah, nama ibu,
pekerjaan ayah/ibu, alamat/no telpon, kultur, agama, pendidikan klien/ayah/ibu.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Gejala yang biasanya merupakan keluhan utama dari orang tua adalah retardasi mental
atau keterbelakangan mental (disebut juga tunagrahita), dengan IQ antara 50-70, tetapi
kadang-kadang IQ bisa sampai 90 terutama pada kasus-kasus yang diberi latihan.
Kemunduran dalam pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, perkembangan kognitif,
perkembangan psikososial jika dibandingkan dengan anak seusianya.
b. Riwayat penyakit sekarang
Orang tua mengatakan anaknya mengalami keterbelakangan perkembangan mental dan
fisik. Anak biasanya mempunyai tubuh pendek, lengan atau kaki kadang-kadang
bengkok, kepala lebar, wajah membulat, mulut selalu terbuka, ujung lidah besar, hidung
lebar dan datar, kedua lubang hidung terpisah lebar, jarak lebar antar kedua mata,
kelopak mata mempunyai lipatan epikantus, sehingga mirip dengan orang oriental, iris
mata kadang-kadang berbintik, yang disebut bintik “Brushfiel”.
c. Riwayat kehamilan dan kelahiran
 Prenatal
 Natal
 Post natal
d. Riwayat penggunaan obat-obatan
e. Riwayat alergi
f. Riwayat imunisasi
g. Riwayat kesehatan keluarga
h. Riwayat sosial
 Yang mengasuh
 Hubungan dengan anggota keluarga
 Hubungan dengan teman sebaya
 Lingkungan rumah
3. Pola Fungsional Gordon
Menurut pola fungsi Gordon 1982, terdapat 11 pengkajian pola fungsi kesehatan :
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan Secara umum pada pengkajian pola ini, perawat
akan mengetahui bagaimana pasien memandang dirinya sendiri saat sebelum maupun setelah
sakit, kemampuan dirinya, perasaan pasien, tanggapan terhadap sakit yang diderita, sejauh mana
pasien mengetahui tentang penyakitnya Pada pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan kaji
pasien mengenai:
1) Pandangan pasien mengenai sehat dan sakit
2) Apakah pasien memahami keadaan kesehatan dirinya?
3) Apakah jika sakit pasien segera berobat ke dokter, ataukah menggunakan obat tradisional?
4) Apakah pasien sudah memeriksakan dirinya sebelum ke rumah sakit? Pola nutrisi Pada pola
nutrisi kaji pasien mengenai:
1) Pola makan
a. Bagaimana nafsu makan pasien selama sakit?
b. Berapakah porsi makan pasien per sekali makan?
2) Pola Minum
a. Berapakah frekuensi minum pasien selama sakit?
3. Pola eliminasi Pada pola eliminasi kaji pasien mengenai:
1. Buang air besar
a. Berapakah frekuensi setiap kali buang air besar?
b. Bagaimanakah konsistensi pasien dalam buang air besar?
2. Buang air kecil a. Berapakah frekuensi serta jumlah urine pasien setiap buang air kecil?
4. Aktivitas dan Latihan Pada pola aktivitas dan latihan pasien mengenai: 1) Kemampuan
perawatan diri
2) Kebersihan diri
a. Berapakah frekuensi pasien mandi dan menggosok gigi per 1 hari saat sakit?
b. Berapakah frekuensi pasin memotong kuku dan keramas selama seminggu saat sakit?
3) Aktivitas sehari-hari
a. Apakah pasien bisa mengikuti aktivitas shari-hari selama sakit?
4) Rekreasi
a. Apakah pasien selama sakit melakukan rekreasi?
5) Olah raga
a. Apakah pasien bisa melakukan kegiatan olah raga?
6). Tidur dan Istirahat Pada pola tidur dan istirahat kaji pasien mengenai:
1) Pola tidur Bagaimanakah polat idur pasien selama sakit? Yang digambarkan dengan pukul
berapa pasien mulai tidur dan sampai pukul berapa pasien tidur saat malam hari?
2) Frekuensi tidur Bagaimana frekuensi tidur pasien selama sakit? Yang digambarkan dengan
berapa lama pasien tidur malam?
3) Intensitas tidur
a. Apakah pasien mengalami pola tidur NREM (Non-Rapid Eye Movement)? Ataukah pasien
mengalami pola tidur REM (Rapid Eye Movement)?
6. Sensori, Presepsi dan Kognitif Pada pola sensori, persepsi, dan kognitif, kaji pasien mengenai:
1)Bagaimana cara pembawaan pasien saat bicara? Apakah normal, gagap, atau berbicara tak
jelas?
2)Bagaimanakah tingkat ansietas pada pasien?
3)Apakah pasien mengalami nyeri ? Jika iya, lakukan pengkajian dengan menggunakan:
 P (provoking atau pemacu) : factor yang memperparah atau meringankan nyeri
 Q (quality atau kualitas) : kualitas nyeri (misalnya, tumpul, tajam, merobek)
 R (region atau daerah) : daerah penjalaran nyeri
 S (severity atau keganasan) : intensitasnya
 T (time atau waktu) : serangan, lamanya, frekuensi, dan sebab
7. Konsep diri Body image/gambaran diri
a. Adakah prosedur pengobatan yang mengubah fungsi alat tubuh?
b. Apakah pasien memiliki perubahan ukuran fisik?
c. Adakah perubahan fisiologis tumbuh kembang?
d. Adakah transplantasialat tubuh?
e. Apakah pernah operasi?
f. Bagaimana proses patologi penyakit?
g. Apakah pasien menolak berkaca?
h. Apakah fungsi alat tubuh pasien terganggu?
i. Adakah keluhan karena kondisi tubuh? Role/peran
a. Apakah klien mengalami overload peran?
b. Adakah perubahan peran pada pasien? Identity/identitas diri
a. Apakah pasien merasa kurang percaya diri?
b. Mampukah pasien menerima perubahan?
c. Apakah pasien merasa kurang memiliki potensi?
d. Apakah pasien kurang mampu menentukan pilihan? Self esteem/harga diri
a. Apakah pasien menunda tugas selama sakit?
b. Apakah pasien menyalahgunakan zat? Self ideals/ideal diri
a Apakkah pasien tidak ingin berusaha selama sakit
8. Seksual dan Reproduksi a. Kapan pasien mengalami menstruasi terakhir?
b. Apakah pasien mengalami masalah menstruasi?
c. Apakah pasien pernah melakukan pap smear dankapan pap smear terakhir?
d. Apakah pasien melakukan pemeriksaan payudara dan testis sendiri tiap bulan?
e. Apakah pasien mengalami masalah seksual?
9. Pola Peran Hubungan Pada pola peran hubungan pasien mengenai:
1) Apakah pekerjaan pasien?
2) Bagaimanakah kualitas pekerjaan pasien?
3) Bagaimanakah pasien berhubungan dengan orang lain?
10. Manajemen Koping Stress
Menggambarkan bagaimana pasien menangani stress yang dimilikinya serta apakah kalien
menggunakan sistem pendukung dalam menghadapi stres
11. Sistem Nilai Dan Keyakinan Mengenai bagaimana pasien memandang secara spiritual serta
keyakinannya masing-masing
4. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum: Baik
b. Kesadaran: Compos Mentis
c. BB dan TB sekarang: untuk mengetahui pertumbuhan yang terjadi pada anak.
d. HR (Heart Rate): pada sindrom Down dapat terjadi kelainan pada jantung. Masalah jantung
yang paling kerap berlaku ialah jantung berlubang seperti Ventricular Septal Defect (VSD) yaitu
jantung berlubang diantara bilik jantung kiri dan kanan atau Atrial Septal Defect (ASD) yaitu
jantung berlubang diantara atria kiri dan kanan.
Masalah lain adalah termasuk salur ateriosis yang berkekalan (Patent Ductus Ateriosis / PDA).
Bagi kanak-kanak down syndrom boleh mengalami masalah jantung berlubang jenis kebiruan
(cynotic spell) dan susah bernafas.
e. RR (Respiration Rate): kelainan jantung pada sindrom Down dapat mengakibatkan sukar
bernapas.
f. LK (Lingkar Kepala): bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian
anteroposterior kepala mendatar.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala: bentuk kepala yang relatif kecil dari normal (microchephaly) dengan bagian
anteroposterior kepala mendatar, oksiput datar (brakisefali)
b. Wajah: paras muka yang hampir sama seperti muka orang Mongol, pangkal hidungnya
pendek/ pesek.
c. Mata: Seringkali mata menjadi sipit dengan sudut bagian tengah membentuk lipatan
(epicanthal folds), fisura palbebra miring ke atas (upslanting palpebral fissure) white Brushfield
spots di sekililing lingkaran di sekitar iris mata, medial epicanthal folds, keratoconus, strabismus,
katarak, dan retinal detachment. Gangguan penglihatan karena adanya perubahan pada lensa
dan kornea. Jarak diantara 2 mata jauh dan berlebihan kulit di sudut dalam.
d. Mulut dan Gigi: Mulut yang mengecil dan lidah yang menonjol keluar (macroglossia).
Pertumbuhan gigi lambat dan tidak teratur. Dapat terjadi gangguan mengunyah, menelan dan
bicara.
e. Kulit: lapisan kulit biasanya tampak keriput, kulit lembut, keringdan tipis, Xerosis, atopic
dermatitis, palmoplantar hyperkeratosis, dan seborrheic dermatitis, Premature wrinkling of the
skin, cutis marmorata, and acrocyanosis, Bacteria infections, fungal infections (tinea), and
ectoparasitism (scabies), Elastosis perforans serpiginosa, Syringomas, Alopecia areata, Vitiligo,
Angular cheilitis
f. Abdomen: Pada sistim pencernaan dapat ditemui kelainan berupa sumbatan pada esofagus
(esophageal atresia) atau duodenum (duodenal atresia)
g. Ekstremitas: tangan yang pendek termasuk ruas jari-jarinya serta jarak antara jari pertama dan
kedua baik pada tangan maupun kaki melebar. Tapak tangan mereka biasanya hanya terdapat
satu garisan urat dinamakan “simian crease”. Otot yan glemah menyebabkan mereka menjadi
lembek dan menghadapi masalah dalam perkembangan motorik kasar. Jari kelingking bengkok
(klinodaktili)
h. Genitalia: Hypogenitalism (penis, scrotum, dan testes kecil), hypospadia, cryptorchism, dan
keterlambatan perkembangan pubertas.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d abnormalitas pertumbuhan kromosom.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kesulitan makan karena lidah yang
menjulur dan palatum yang tinggi. (NANDA International. 2015)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN NO DIAGNOSA KEPERAWAT AN NOC DAN KRITERIA HASIL NIC
DAN INTERVENSI RASIONAL
NO DX 1. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d abnormalitas pertumbuhan
kromosom.
Tujuan Setelah dilakukannya asuhan keperawatan selama … x24 jam di harapkan, Peningkatan
perkembangan anak dan remaja
Intervensi
1. Kaji faktor Peningkatan perkembangan anak dan remaja
Rasional:
1. Agar tindakan yang dilakukan b.d abnormalitas pertumbuhan kromosom perkembangan anak
mampu memenuhi kriteria hasil sebagai berikut: Kriteria Hasil 1. Anak berfungsi optimal sesuai
tingkatannya
2. Kematangan fisik: wanita : perubahan fisik normal pada wanita yang terjadi dengan transisi
dari masa kanakkanak ke dewasa
3. Kematangan fisik : Pria : Perubahan fisik normal pada pria yang terjadi dengan transisi dari
masa kanakanak ke dewasa
4. Status nutrisi seimbang
5. Berat badan penyebab gangguan perkembangan anak 2
. Identifikasi dan gunakan sumber pendididkan untuk memfasilitasi perkembangan anak yang
optimal
3. Berikan perawatan yang konsisten
4. Dorong anak melakukan sosialisasi
5. Ciptakan lingkungan yang aman
2. Ketidakseimba ngan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d kesulitan makan karena lidah yang
menjulur dan palatum yang tinggi
Tujuan:Setelah dilakukannya asuhan keperawatan selama … x24 jam di harapkan ,perkembangan
anak mampu memenuhi kriteria hasil sebagai berikut:
1. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3. Mampu mengidentifika si kebutuhan nutrisi
4. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti Nutrition Management
Intervensi
1. Kaji adanya alergi makanan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien
3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
4. Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
5. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas normal
2. Monitor adanya penurunan berat badan
3. Monitor interaksi
1. Mengurangi faktor resiko gangguan nutrisi
2. mengetahui makanan apa saja yang dianjurkan dan tidak dianjurkan.
3. Mempertahanka n kelembaban kulit dan cairan dalam tubuh
4. Pemberian diet atau nutrisi yang tepat mempercepat penyembuhan anak, sehingga tidak
menggangu tumbuh kembang.
5. Mengetahui pemasukan dan pengeluatran nutrisi pasien Nutrition Monitoring

E. EVALUASI
1. Evaluasi formatif (merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien terhadap
respon langsung pada intervensi keperawatan)
2. Evaluasi sumatif (merefleksikan rekapitulasi dan synopsis observasi dan analisis mengenai
status kesehatan klien terhadap waktu)
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. M., Howard, K. B., Joanne, M. D., Cheryl, M.W. 2016. Nursing Interventions
Classification (NIC) 6th Edition. Singapore: Elsevier. Moorhead, S., Marion, J., Meridean, L. M.,
Elizabeth, S. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition. Singapore: Elsevier.
NANDA International. 2015. DIAGNOSIS KEPERAWATAN Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10.
Jakarta: EGC. Gunarhadi. 2005. Penanganan Anak Sindroma down Dalam Lingkungan Keluarga
dan Sekolah. Anak. Jakarta: Deptikbut A. Aziz Alimul Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan
Anak. Buku 2.Jakarta :Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai