Anda di halaman 1dari 13

MUSYARAKAH

Disusun oleh:
1. Siti Aisiyah (178330241)
2. Zakiah Putri (178330260)
3. Intan Felayati (178330278)
4. Putri Utari Wahyu (178330291)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu menyelesaikan tugas
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Syariah
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun
penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan,
dorongan, dari teman-teman seperjuangan sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi
teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para kami sebagai mahasiswa. Kami sadar
bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah kami di masa
yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.

Medan, 07 November 2019

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Musyarakah..................................................................................3
2.2 Rukun Musyarakah........................................................................................4
2.3 Syarat-Syarat Musyarakah.............................................................................5
2.4 Jenis-Jenis Musyarakah..................................................................................6
2.5 Karakteristik Musyarakah..............................................................................7
2.6 Dasar Hukum Musyarakah.............................................................................8
2.7 Berhentinya Musyarakah...............................................................................8
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................................9
3.2 Saran...............................................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Islam sangat menganjurkan pemeluknya untuk berusaha, termasuk melakukan
kegiatan-kegiatan bisnis. Dalam kegiatan bisnis, seseorang dapat merencanakan suatu
dengan sebaik-baiknya agar dapat menghasilkan sesuatu yang diharapkan, namun tidak
ada seorangpun yang dapat memastikan hasilnya seratus persen. Suatu usaha, walaupun
direncanakan dengan sebaik-baiknya, namun tetap mempunyai resiko untuk gagal. Faktor
ketidakpastian adalah faktor yang sudah menjadi sunnatullah.
Konsep Bagi hasil, dalam menghadapi ketidakpastian merupakan salah satu
prinsip yang sangat mendasar dari ekonomi Islam, yang dianggap dapat mendukung
aspek keadilan. Keadilan merupakan aspek mendasar dalam perekonomian Islam.
Penetapan suatu hasil usaha didepan dalam suatu kegiatan usaha dianggap sebagai
sesuatu hal yang dapat memberatkan salah satu pihak yang berusaha, sehingga melanggar
aspek keadilan.
Salah satu bentuk aktifitas ekonomi yang dapat dilakukan sebagai pengusaha
yaitu musyarakah. Yakni perserikatan antara dua orang atau lebih dalam usaha untuk
memperoleh keuntungan dengan hasil ditanggung bersama. Yang dalam makalah ini akan
dibahas lebih lanjut mengenai musyarakah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian musyarakah?
2. Apa rukun musyarakah?
3. Apa syarat-syarat musyarakah?
4. Apa jenis-jenis musyarakah?
5. Apa karakteristik musyarakah?
6. Apa dasar hukum musyarakah?
7. Bagaimana penghentian musyarakah?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian musyarakah
2. Untuk mengetahui rukun musyarakah
3. Untuk mengetahui syarat musyarakah
4. Untuk mengetahui jenis musyarakah
5. Untuk mengetahui karakteristik musyarakah
6. Untuk mengetahui dasar hukum musyarakah
7. Untuk mengetahui penghentian musyarakah

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Musyarakah


Musyarakah adalah akad kerja sama diantara pemilik modal yang mencampurkan modal
mereka untuk tujuan mencari keuntungan. Dalam musyarakah mitra dan bank sama-sama
menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun
baru. Selanjutnya mitra dapat mengembalikan modal tersebut dengan bagi hasil yang telah
disepakati secara bertahap atau sekaligus pada bank. Pembiayaan musyarakh dapat diberikan
dalam bentuk kas, setara kas, atau aktiva non kas, termasuk aktiva tidak berwujud, seperti lisensi
dan hak paten.
Karena setiap mitra tidak dapat menjamin modal mirtra lainya,maka setiap mitra dapat
meminta mitra lainnya untuk menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang
disengaja.Beberapa hal yang menunjukan adanya kesalahan yang disengaja ialah: pelanggaran
terhadap akad antara lain penyalahgunaan dana pembiayaan,manipulasi biaya dan pendapatan
operasianal,pelaksanaan yang tidak sesuai dengan perinsif syariah. Jika tidak adanya kesepakatan
antara pihak yang bersangkutan kesalahan yang disengaja harus dibuktikan berdasarkan badan
arbitrase atau pengadilan.
Laba musyarakah dibagi diantara para mitra, baik secara proprsional sesuai besarnya
modal yang disetorkan (baik berupa kasa maupun aktiva lainnya) atau sesuai nisbah yang
disepakti oleh semua mitra. Sedangkan rugi dibebankan secara proporsional sesuai dengan
besarnya modal yang disetorkan.
Musyarakah dapat bersifat musyarakah permanen maupun menurun. Dalam musyarakah
permanen, bagian modal setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir
masa akad. Sedangkan dalam musyarakah menurun, bagian modal bank akan dialihkan secara
bartahap kepada mitra sehingga bagian modal bank akan menurun dan pada akhir  masa akad
mitra akan menjadi pemilik usaha tersebut.

3
2.2 Rukun Musyarakah
Seperti yang sudah ditetapkan oleh Dewan Syariah Nasional dalam Fatwa Dewan Syariah
Nasional nomor 8/DSN-MUI/IV/200 pada tanggal 13 April 2000.
1. Ijab Qabul (Shigat)
Pernyataan ijab kabul harus dilakukan oleh pihak-pihak yang terkait untuk menujukkan
kehendak nya dalam kontrak (akad) yang dilakukan dengan memperhatikan hal-hal berikut
ini:
 Penawaraan dan penerimaan dilakukan secara eksplisit untuk menunjukkan tujuan
akad (kontrak).
 Penerimaan dari penawaran dilakukan ketika kontrak berjalan.
 Akad dibuat dalam bentuk tertulis dengan melalui korespondensi, atau melalui cara
komunikasi yang modern.
2. Pihak Yang Berakad
Pihak-pihak yang terkait dalam akad (kontrak) harus memiliki kecakapan dalam bidang
hukum serta memperhatikan hal-hal dibawah ini:
 Kompeten pada saat memberikan ataupun diberikan kuasa perwakilan.
 Setiap pihak/mitra harus menyediakan dana atau pekerjaan serta melakukan pekerjaan
tersebut sebagai wakil.
 Setiap pihak/mitra berhak dalam mengatur aset musyarakah pada proses bisnis.
 Setiap pihak/mitra dapat memberikan wewenang kepada pihak lainnya agar dapat
mengelola aset dan masing masing diberikan wewenang untuk melakukan
musyarakah yang memperhatikan kepentingan dari mitranya, tanpa melalukan
keselahan yang disengaja.
 Mitra tidak diperbolehkan untuk menginvestasikan dana yang ada untuk kepentingan
diri nya sendiri.
3. Obyek Akad (modal, kerja, keuntungan dan kerugian)
Untuk modal, berikut beberapa kriteria yang ada:
 Modal harus dalam bentuk tunai, emas, atau hal apapun yang memiliki nilai sama
 Pihak-pihak terkait tak boleh meminjamkan, menghadiahkan, ataupun
menyumbangkan modal pada pihak lainnya, kecuali jika sudah terjadi kesepakatan.
4
 Prinsipnya, pada pembiayaan musyarakah tidak adanya jaminan, sehingga untuk
menghindari terjadinya penyimpangan anda bisa meminta bantuan LKS
Untuk kerja, berikut ini hal-hal yang perlu diperhatikan:
 Partisipasi pihak-pihak yang terkait dalam pekerjaan tersebut menjadi dasar dari
musyarakah, namun kesamaan porsi tidak termasuk dalam syarat.
 Mitra yang terkait melaksanakan pekerjaan di dalam musyarakah atas diri sendiri dan
wakil dari mitra.
Untuk keuntungan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
 Keuntungan yang ada harus dikuantifikasi secara jelas agar terhindar dari perbedaan
dan sengketa.
 Setiap keuntungan yang didapatkan mitra harus dibagi dengan proporsional dengan
dasar keseluruhan keuntungan dan jumlah tidak ditentukan di awal.
 Mitra dapat mengusulkan jika keuntungan yang melebihi target atau jumlah tertentu,
pihak mitra dapat memiliki kelebihannya.
 Sistem pembagian keuntungan yang ada harus terdapat dalam akad disertai
keterangan yang jelas.
Untuk kerugian, tentunya kerugian yang didapatkan kedepannya harus dibagi dengan
jelas antara pihak mitra. Pembagian kerugian dilakukan dengan proporsional berdasarkan
pada saham masing-masing pihak. Untuk biaya operasional serta persengketaan, berikut
ini hal-hal yang perlu diperhatikan.
 Biaya operasional yang ada akan dibebankan pada modal bersama
 Bila salah satu pihak tidak melakukan kewajibannya ataupun terjadi perselisihan
diantara pihak-pihak yan terkait, maka penyelesaian masalah tersebut dapat melalui
Badan Arbitrasi Syariah.
2.3 Syarat-Syarat Musyarakah
Berikut ini merupakan beberapa syarat akad musyarakah:
 Pihak yang bermitra harus mengungkapkan izin masing-masing terkait dengan
pengelolaan harta musyarakah, yang akan dikelola oleh pihak yang dipercaya untuk
mengelolanya.

5
 Setiap mitra harus saling percaya antara satu sama lain, karena masing-masing
mereka merupakan wakil dari yang lain.
 Harta musyarakah harus dicampur semuanya agar tidak bisa dibedakan lagi siapa
pemiliknya, baik harta itu berupa uang atau pun barang (Sa'diyah, 2014).
2.4 Jenis Jenis Musyarakah
1. Musyarakah akad (kontrak)
Musyarakah ini biasanya terjadi dengan cara kesepakatan antara dua pihak atau lebih
yang memang berkesepakatan untuk memberikan modal musyarakah. pihak-pihak yang terkait
sepakat dalam membagi keuntungan serta kerugian yang ada. Musyarakah akad terdapat
beberapa jenis yaitu mufawadah, a’mal, wujuh, ‘inan, serta mudarabah.
 Musyarakah ‘inan, merupakan kontrak yang terjadi diantara dua pihak atau lebih.
Setiap pihak yang terkait memberikan beberapa bagian porsi dari keseluruhan dana
serta berpastisipasi dalam kerja, keuntungan serta kerugian yang sudah ditetapkan
sebelumnya.
 Musyarakah Mufawadah, merupakan kontrak kerja sama antara dua pihak atau lebih,
yang mana pihak yang terkait akan saling memberikan dana dalam jumlah yang sama
serta berpartisipasi dalam kerja, serta keuntungan dan kerugian yang sudah dibagi
dalam jumlah yang sama besar.
 Musyarakah A’mal, merupakan kontrak kerja sama yang dilakukan dua orang dengan
profesi sama untuk menerima pekerjaan serta membagi keuntungan bersama dari
pekerjaan yang dilakukan.
 Musyarakah Wujuh, merupakan kontrak kerja sama yang dilakukan dua pihak atau
lebih dengan reputasi serta prestasi yang baik dalam bidang bisnis. Biasanya mereka
adalah member barang kredit dari sebuah perusahaan dan menjual kembali barang-
barang tersebut dalam bentuk tunai. Untuk keuntungan dan kerugian akan dtetapkan
berdasarkan jaminan yang sudah disediakan masing masing pihak

6
2. Musyarakah Kepemilikan
Musyarakah pemilikian tercipta karena warisan, wasiat atau kondisi lainnya yang
mengakibatkan pemilikan satu aset oleh dua orang atau lebih. Da;am musyarakah ini,
kepemilikan dua orang atau lebih, berbagi dalam sebuah aset nyata dan berbagi pula keuntungan
yang dihasilkan oleh aset tersebut

2.5 Karakteristik Musyarakah


a. Para mitra (syarik) bersama-sama menyediakan dana untuk mendanai suatu usaha
tertentu dalam musyarakah, baik usaha yang sudah berjalan maupun yang baru
b. Investasi musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aset nonkas
c. Karena setiap mitra tidak dapat menjamin dana mitra lainnya, maka setiap mitra dapat
meminta mitra lainnya untuk menyediakan atas kelalaian atau kesalahan yang disengaja.
d. Jika tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersangkutan maka kesalahan yang
disengaja harus dibuktikan berdasarkan keputusan instuisi yang berwenang.
e. Keuntungan usaha musyarakah dibagi diantara para mitra secara proporsional sesuai
dengan dana yang disetorkan atau sesuai nisbah yang disepakati oleh para mitra.
Sedangkan kerugian dibebankan secara proporsional sesuai dengan dana yang disetorkan.
f. Jika salah satu mitra memberikan kontribusi atau nilai lebih dari mitra lainnya dalam
akad musyarakah maka mitra tersebut dapat memperoleh keuntungan lebih besar untuk
dirinya.
g. Porsi jumlah bagi hasil untuk para mitra ditentukan berdasarkan nisbah yang disepakati
dari pendapatan usaha yang diperoleh selama priode akad bukan dari jumlah investasi
yang disalurkan.
h. Pengelola musyarakah mengadministrasikan transaksi usaha yang terkait dengan
investasi musyarakah yang dikelola dalam catatan akuntansi tersendiri.

7
2.6 Dasar Hukum Musyarakah
Sebagai implementasi dari sistem ekonomi islam, tentunya akad musyarakah tidak ujug-
ujug diadakan. Terdapat landasan hukum dari al-qur’an dan sunnah terkait akad ini yaitu
pada Q.S. Ash Shad ayat 28. Pada ayat tersebut Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan
sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian mereka berbuat
zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh
dan amat sedikitlah mereka ini.“
Kemudian diperkuat dengan hadist qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah,
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla berfirman: Aku adalah
pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak berkhianat kepada
yang lainnya. Jika terjadi penghianatan, maka aku akan keluar dari mereka. (HR Abu Daud)”
Dari hadist tersebut dapat dilihat bahwa dalam berserikat penjagaan amanah menjadi penting.
Karena Allah akan memberkahi usaha perkongsian yang dilandasi dengan amanah tanpa
khianat.
Dasar hukum lainnya adalah taqrir Nabi SAW yang mana pada masa itu praktik
musyarakah sudah dilakukan oleh masyarakat dan Nabi mendiamkan perilaku tersebut.
Dalam kaidah hukum fiqh, ketika Rasulullah mendiamkan suatu kejadian artinya Rasulullah
membolehkan perbuatan tersebut. Kejadian ini disebutkan dalam Al Sarakhsiy dalam Al
Masbuth juz II halaman 151
2.7 Berakhirnya Akad Musyarakah
Akad musyarakah ini akan berakhir, apabila:
1. Salah seorang dari mitra menghentikan akad.
2. Salah seorang dari mitra hilang akal atau meninggal dunia.
3. Modal dari musyarakah habis ataupun hilang.
Jika salah seorang mitra keluar dari kemitraan baik dengan cara mengundurkan diri,
meninggal dunia, ataupun hilang akal, maka kemitraan tersebut dikatakan bubar. Karena
musyarakah ini berawal dari kesepakatan dengan tujuan untuk bekerjasama dan setiap mitra
mewakili mitra yang lainnya dalam kegiatan operasional usaha. Dengan tidak ada lagi salah
seorang mitra, hal ini berarti hubungan perwakilan juga dianggap sudah tidak ada lagi.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Jadi secara istilah musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau
amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan.
Berdasarkan hukum yang diuraikan di atas, maka secara tegas dapat dikatakan bahwa
kegiatan syirkah dalam usaha diperbolehkan dalam Islam, sebagai dasar hukumnya telah
jelas dan tegas.
Dan dari sekian banyak jenis musyarakah tersebut diatas hanya syirkah ‘inan yang paling
tepat dan dapat diaplikasikan dalam perbankan syariah. Dimana, bank dan nasabah keduanya
memiliki modal. Modal bank dan modal nasabah digunakan oleh pengelola sebagai modal
untuk mengerjakan proyek. Pendapatan atau keuntungan yang diperoleh dari proyek
dibagikan berdasarkan nisbah yang telah disepakati bersama.
3.2 Saran
Potensi masalah yang timbul dalam pelaksanaan Musyarakah agar dapat mengatasi
kelemahan dalam melakukan akad musyarakah dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1. Peningkatan kualitas usaha dalam menerima amanah dari mitra pasif
2. Peningkatan kualitas transparansi dalam kesepakatan antara mitra aktif dan mitra
pasif
3. Penerapan standar akuntansi yang memadai.

9
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Yusuf. 2012. Analisis Penerapan Akuntansi Musyarakah Terhadap PSAK 106
Pada Bank Syariah. Volume : 275 – 278.
Harahap, Safry, Sofyan dan Wiroso dan Yusuf, Muhammad. 2010. Akuntansi Perbankan
Syariah. Jakarta : LFPE Usakti.

Anda mungkin juga menyukai