BAB I
1. PENGERTIAN
Hernia adalah protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan ( R. Syamsuhidayat, 1997 ).
Hernia Inguinalis adalah menonjolnya suatu organ tubuh atau struktur organ dari tempat
yang normal melalui suatu aspek congenital atau yang didapat ( Barbara C. Long 1996 ).
Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hernia adalah penonjolan
isi rongga perut yang keluar melalui bagian yang lemah dari dinding rongga yang
bersangkutan dan dapat terjadi melalui aspek congenital maupun karena adanya factor yang
didapat.
2. EPEDEMIOLOGI
Hernia inguinalis umumnya lebih sering terjadi pada pria dibanding wanita. Insidennya
tinggi pada bayi dan anak kecil. Pada bayi dan anak sekitar 1-2 % sisi kanan dan biasanya
lebih sering (60 %) dibanding pada sisi kiri (20 %) bilateral sebanyak (0-15 %).
3. ETIOLOGI
a. Kongenital
Terjadi akibat prosesus vaginalis peritonium disertai dengan annulus inguinalis yang
cukup lebar, terutama ditemukan pada bayi
b. Akuisita
Akuisita ditemukan adanya faktor kausa yang berperan untuk timbulnya hernia yaitu :
a) Prosesus vaginalis yang terbuka, yang disebabkan oleh;
1. Pekerjaan mengangkat barang-barang berat.
2. Batuk kronik, bronchitis kronik, TBC.
3. Hipertropi prostat dan konstipasi.
b) Kelemahan otot dinding perut, yang disebabkan oleh;
1. Usia tua, sering melahirkan.
2. Kerusakan moninguinalis dan iliofermalis setelah apendiktomi.
4. KLASIFIKASI
a. Hernia inguinalis indirect atau disebut juga hernia inguinalis lateralis yaitu hernia yang
terjadi melalui cincin inguinal dan mengikuti saluran spermatik melalui kanalis inguinalis
(Lewis,SM, 2003).
b. Hernia inguinalis direct yang disebut juga hernia inguinalis medialis yaitu hernia yang
menonjol melalui dinding inguinal posterior di area yang mengalami kelemahan otot
melalui trigonum hesselbach bukan melalui kanalis, biasanya terjadi pada lanjut usia
(Ignatavicus,dkk 2004).
5. MANIFESTASI KLINIK
1. Penonjolan di daerah inguinal
2. Adanya benjolan di daerah inguinal
3. Benjolan bias mengecil atau menghilang.
4. Benjolan akan muncul bila adanya peningkatan tekanan intra abdominal.
5. Rasa nyeri , mual muntah bila ada komplikasi
6. Nyeri pada benjolan/bila terjadi strangulasi.
7. Obstruksi usus yang ditandai dengan muntah, nyeri abdomen seperti kram dan distensi
abdomen.
8. Terdengar bising usus pada benjolan
9. Kembung
10. Perubahan pola eliminasi BAB
11. Gelisah
12. Dehidrasi
13. Hernia biasanya terjadi/tampak di atas area yang terkena pada saat pasien berdiri atau
mendorong.
14. Sebagian besar tidak memberikan keluhan.
6. PATOFISIOLOGI
a. Thumb test (Dengan menekan Anulus internus dan klien mengejar) tidak di dapatkan
benjolan keluar.
b. Finger test (test invaginasi jari lewat skrotum ke dalam inguinalis penderita mengejar)
akan terasa benjolan pada jari.
c. Zremant test (Tangan kanan jari II menekan Anulus internus kanan, jari III menekan
Anulus Ekternus kanan, jari IV menekan fasa ovalis kanan, penderita mengejar) akan
adanya dorongan pada jari II.
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
9. KOMPLIKASI
a. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi hernia tidak dapat
dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis ireponibilis). Pada keadaan ini belum ada
gangguan penyaluran isi usus.
b. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang masuk. Cincin
hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan gangguan penyaluran isi usus.
Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis incarcerata.
c. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan pembuluh
darah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis strangulata.
d. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan pembuluh darah dan
kemudian timbul nekrosis.
e. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung, muntah dan
obstipasi.
f. Kerusakan pada pasokan darah, testis atau saraf jika pasien laki-laki,
g. Pendarahan yang berlebihan/infeksi luka bedah,
h. Komplikasi lama merupakan atropi testis karena lesi.
i. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.
10. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan (Operatif) :
a. Herniaplasty : memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
belakang.
b. Herniatomy : pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan
isi hernia dibebas kalau ada perlekatan, kemudian direposisi, kantong hernia dijahit
ikat setinggi lalu dipotong.
c. Herniorraphy : mengembalikan isi kantong hernia ke dalam abdomen dan menutup
celah yang terbuka dengan menjahit pertemuan transversus internus dan muskulus
ablikus internus abdominus ke ligamen inguinal.
2. Konservatif
a. Istirahat di tempat tidur dan menaikkan bagian kaki, hernia ditekan secara perlahan
menuju abdomen (reposisi), selanjutnya gunakan alat penyokong.
b. Jika suatu operasi daya putih isi hernia diragukan, diberikan kompres hangat dan
setelah 5 menit di evaluasi kembali.
c. Celana penyangga
d. Istirahat baring
e. Pengobatan dengan pemberian obat penawar nyeri, misalnya Asetaminofen, antibiotic
untuk membasmi infeksi, dan obat pelunak tinja untuk mencegah sembelit.
f. Diet cairan sampai saluran gastrointestinal berfungsi lagi, kemudian makan dengan
gizi seimbang dan tinggi protein untuk mempercepat sembelit dan mengedan selama
BAB, hindari kopi kopi, teh, coklat, cola, minuman beralkohol yang dapat
memperburuk gejala-gejala.
BAB II
1. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan data
Adanya benjolan di inguinalis masuk bila klien tidur dan klien mengejar, menangis,
berdiri, mual – mual, muntah. Bila adanya komplikasi ini menciptakan gejala klinis
yang khas pada penderita HIL
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit HIL atau penyakit menular
lainnya.
a. Keadaan umum
b. Kesadaran, GCS, Vital sigh, bb dan Tb
a. Pemeriksaan laboratorium
1. Analisah slarah, untuk mengetahui jumlah darah seluruhnya Hb faal
hemostasis, dan jumlah lekosit.
2. Analisah urin untuk mengetahui adanya infeksi saluran kencing.
b. Pemeriksaan penunjang
6. Mengetahui
perkembangan
kesehatan kx
6. Observasi gejala
dan peningkatan
cardinal
suhu merupakan
salah satu tanda
infeksi.
7. Anergiotik
berfungsi untuk
7. Kolaborasi
membunuh
dengan dokter
kuman dan
dalam pemberian
mencegah
antibiotik.
infeksi
6. Pertahankan 6. mempertahankan
aktivitas perawatan kemampuan pasien
diri secara rutin
7. dorong untuk
7. meningkatkan
melakukan secara
kemampuan klien
mandiri tapi beri
dalam pemenuhan
bantuan ketika klien
ADL
tidak mampu
melakukannya.
8. Berikan 8. member
reinforcement dukungan atas hal
positif atasusaha yang dapat
yang dilakukan. dilakukan pasien.
4. IMPLEMENTASI
Sesuai dengan intervensi Yang dibuat
5. EVALUASI
Dx1 Pasien mengatakan rasa nyeri berkurang dan rasa nyaman terpenuhi.
Dengan kriteria : pasien mengungkapkan nyeri berkurang, pasien bebas dari rasa
nyeri, nyeri skala 0-3 ( dari 10 skala neri yang diberikan ), Ekspresi wajah tenang
dan santai dan dapat tidur dan istirahat dengan nyaman
Dx 2 Tampak tidak ada infeksi
Dengan Kriteria : tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus, luka bersih tidak lembab
dan kotor, Tanda-tanda vital normal ( TD : 120/80 mmHg, S : (36,5° C 37,2° C), N
: 80-100 x / mnt, RR : 16-24 x /mnt )
Dx 3 Pasien mengatakan dapat tidur dengan nyaman
Dengan Kriteria : pasien mengungkapkan kemampuan untuk tidur, pasien tidak
merasa lelah ketika bangun tidur dan kualitas dan kuantitas tidur normal
Dx 4 Klien dapat melakukan aktivitas ringan atau total
Dengan kriteria : perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan
diri, pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa
dibantu dan Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
Dx 5 klien dan keluarga dapat merawat diri : activity daily living
Dengan kritria : kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi (makan, berpakaian,
toileting, berhias, hygiene, oral higiene) dan klien bersih dan tidak bau.
DAFTAR PUSTAKA
Oleh:
11031110017
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Mahasiswa,
Mengetahui,
( ) ( )