Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

Oleh:
Wira Adhitya Putra (851419001)
Siti Maryam Matoka (851419007)
Trisha Firsty Okivia Siswadi (851419021)
Muhammad Insanul Kamil (851419024)
Gabriella Desche Veronica (851419027)
Shintabella Mirzya Cintya (851419031)
Putri D. Sulistia Koeswanto (851419036)
Bagus Aditya Laksono (851419042)
Tsamarah Jilan Yusriyyah (851419043)
Farah Mahdiah Hasan (851419045)

KELOMPOK 4

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
“Pancasila sebagai Etika Politik” bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Gorontalo, September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................1
1.3. Tujuan ...............................................................................................1
BAB II PENBAHASAN.................................................................................3
2.1. Pengertian Pancasila .........................................................................3
2.2. Pengertian Etika.................................................................................3
2.3. Pengertian Politik..............................................................................4
2.4. Pengertian Etika Politik.....................................................................4
2.5. Penerapan Etika Politik di Indonesia Saat Ini...................................6
2.6. Penerapan Pancasila sebagai etika Politik.........................................7
BAB III PENUTUP......................................................................................10
3.1. Kesimpulan......................................................................................10
3.2. Saran ...............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam rangka pembangunan masyarakat, berbangsa dan bernegara,
khususnya di negara Indonesia ini merupaka suatu keharusan memiliki sebuah
sistem dalam hal ini sebagai pandangan untuk bagaimana pembagian kekuasaan
atau tugas dalam masyarakat untuk bersama - sama melakukan pembangunan
dan pemajuan dalam masyarakat itu sendiri.
Politik di lingkungan masyarakat dalam hal ini tujuan utamanya untuk
kemajuan masyarakat kedepannya, saat ini mulai meleset dan luntur dari nilai-
nilai dan tujuan utamanya. Dengan politik dipandang lagi sebagai hal yang
tidak baik di mata masyarakat. Berkenaan dengan masalah dalam masyarakat
mengenai politik tersebut, perlu dilakukan pembenahan pada sistem politik itu
sendiri untuk kembali ke tujuannya semula, yaitu dengan adanya pandangan atau
kembali ke pokok atau dasar aturan dalam politik.
Di sinilah Pancasila yang mengandung nilai-nilai moral dan etika berperan
sebagai etika politik dengan harapan ke depannya akan kemajuan masyarakat,
bangsa dan negara.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu pancasila?
2. Apa itu etika politik?
3. Mengapa pancasila dikatakan sebagai etika politik?
4. Bagaimana penerapan etika politik di Indonesia saat ini?
5. Bagaimana seharusnya penerapan pancasila sebagai etika politik?

1.3. Tujuan Makalah


1. Mengetahui apa itu pancasila.
2. Mengetahui apa itu etika politik.

1
3. Mengetahui hubungan pancasila sebagai etika politik.
4. Mengetahui penerapan etika politik di Indonesia saat ini.
5. Mengetahui seharusnya pancasila sebagai etika politik diterapkan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pancasila


Kata Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta yag terdiri atas dua suku kata
yaitu "panca" yang berarti lima, dan "sila" yang berarti prinsip, dasar, atau asas.
Pancasila merupakan lima prinsip dasar atau asas sebagai dasar negara yang
menjadi pedoman hidup atau pandangan hidup, baik tentang bertuhan maupun
tentang bagaimana hidup bermasyarakat serta berhubungan dengan sesama warga,
bangsa dan bernegara.
Pancasila terdiri atas lima sendi utama penyusunnya. Pertama, Ketuhanan
Yang Maha Esa, kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, ketiga, persatuan
Indonesia, keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Kelima sendi utama penyusun Pancasila tersebut termaktub dalam
paragraf ke- 4 Preambule (Pembukaan) Undang - Undang Dasar 1945.

2.2. Pengertian Etika


Etika berasal dari Bahasa Yunani Kuno, yaitu "ethikos" yang berarti
muncul dari kebiasaan. Secara harafiah, etika adalah sebuah sesuatu dimana dan
bagaimana cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang
menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral.
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep, seperti benar, salah baik,
buruk, dan tanggung jawab. St. John of Damascus, pada abad ke-7 Masehi,
menempatkan etika di dalam kajian filsafat praktis (practical philosophy). Etika
dimulai apabila manusia mampu merefleksikan unsur-unsur etis di dalam
pendapat-pendapat spontannya. Kebutuhan akan refleksi itu akan manusia
rasakan, antara lain karena pendapat etis setiap manusia tidak jarang berbeda
dengan pendapat manusia yang lain. Oleh karena itulah, manusia memerlukan
etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.

3
2.3. Pengertian Politik
Secara etimologis, politik berasal dari kata Yunani polis yang berarti kota
atau negara kota. Kemudian arti itu berkembang menjadi polites yang berarti
warganegara, politeia yang berarti semua yang berhubungan dengan negara,
politika yang berarti pemerintahan negara dan politikos yang berarti
kewarganegaraan.
Menurut Miriam Budiardjo definisi politik adalah berbagai kegiatan dari
suatu sistem politik (Negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan
dari sistem indonesia dan melaksanakan tujuan-tujuan tersebut. Sementara
menurut Max Weber pengertian politik adalah sarana perjuangan untuk sama-
sama melaksanakan politik atau perjuangan untuk mempengaruhi pendistribusian
kekuasaan baik di antara Negara-negara maupun diantara hukum dalam suatu
Negara.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik adalah bermacam-macam
kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses
menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.
Pengambilan keputusan (decision making) mengenai apakah yang menjadi tujuan
dari sistem politik itu menyangkut seleksi terhadap beberapa alternatif dan
penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih.
Untuk pelaksanaan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijaksanaan-
kebijaksanaan umum, yang menyangkut pengaturan dan pembagian atau
distributions dari sumber-sumber yang ada.  Untuk melakukan kebijaksanaan-
kebijaksanaan itu diperlukan suartu kekuasaan, dan kewenangan yang akan
dipakai baik untuk membina kerjasama maupun menyelesaikan konflik yang
mungkin timbul dalam proses ini. Cara-cara yang dipakai dapat bersifat persuasi,
dan jika perlu dilakukan suatu pemaksaan. Tanpa adanya suatu paksaan
kebijaksanaan ini hanya merupakan perumusan keinginan belaka (statement of
intents) yang tidak akan pernah terwujud. Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan
dari seluruh masyarakat (public goals), dan bukan tujuan pribadi seseorang (privat
goals).

4
2.4. Pengertian Etika Politik
Secara substantive pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan
dengan subjek sebagai pelaku etika yaitu manusia. Oleh karena itu etika
politik berkait erat dengan bidang pembahasan moral.
Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertian “moral‟ senantiasa
menunjuk kepada manusia sebagai subjek etika. Maka kewajiban moral
dibedakan dengan pengertian kewajiban - kewajiban lainnya, karena yang
dimaksud adalah kewajiban manusia sebagai manusia. Walaupun dalam
hubungannya dengan masyarakat, bangsa maupun Negara, etika politik tetap
meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia.
Dasar ini lebih meneguhkan akar etika politik bahwa kebaikan
senantiasa didasarkan kepada hakekat manusia sebagai makhluk yang beradab dan
berbudaya. Berdasarkan suatu kenyataan bahwa masyarakat, bangsa maupun
negara bias berkembang kearah keadaan yang tidak baik dalam arti moral.
Misalnya suatu negara yang dikuasai oleh penguasa atau rezim yang otoriter,
yang memaksakan kehendak kepada manusia tanpa
memperhitungkan dan mendasarkan kepada hak - hak dasar kemanusiaan.
Dalam suatu masyarakat negara yang demikian ini maka seorang yang
baik secara moral kemanusiaan akan dipandang tidak baik menurut negara
serta masyarakat otoriter, karena tidak dapat hidup sesuai dengan aturan yang
buruk dalam suatu masyarakat negara. Oleh karena itu aktualisasi etika harus
senantiasa mendasarkan kepada ukuran harkat dan martabat manusia sebagai
manusia (Suseno, 1987:15).
Etika politik yaitu etika atau aturan tentang bagaimana seharusnya
seseorang atau sekelompok orang bertindak khususnya dalam lingkup
pembagian kekuasaan dalam masyarakat atau pada lingkup pemerintahan.
Dari ketiga pengertian terpisah seperti yang telah dijelaskan sebelum
ini, maka penerapan Pancasila sebagai etika politik di dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara Republik Indonesia sangatlah penting, bahkan
merupakan hal yang teramat fundamental.
Mengapa dikatakan demikian? Dapat dilihat dan dirasakan sendiri, baik

5
dari pengalaman pribadi maupun dari media massa cetak dan online,bahwa
implementasi nilai - nilai Pancasila yang luhur di kehidupan masyarakat,
apalagi negara yang diwakilkan oleh pemerintah dan DPR jauh dari kata
"baik dan memuaskan". Di kehidupan masyarakat, aksi anarkis, tawuran
antarmassa, ketidakdisiplinan di jalan raya, adalah sekelumit dari kurangnya
kesadaran akan kehidupan sosial yang perlu akan adanya tenggang rasa dan
saling menghormati.
Sedangkan, dalam penyelenggaraan system kenegaraan, pemerintah dan
DPR seakan berlomba - lomba menunjukkan prestasi yang sayangnya kurang
elok dan etis dilihat dan dirasakan oleh mayoritas rakyat Indonesia. Korupsi
yang merajalela, sistem dan penerapan hukum yang lemah dan melukai rasa
keadilan masyarakat, hanyalah beberapa fragmen dari keseluruhan sistem
dan penyelenggara Negara yang tidak baik.
Berdasarkan permasalahan - permasalahan di atas, di sinilah pancasila
berperan penting dalam kaitannya dengan etika politik. Tergolong penting
karena pancasila merupakan dasar negara yang menjadi pedoman hidup
bermasyarakat juga sepatunya diaplikasikan secara nyata dalam
bermasyarakat khususnya dalam dunia politik.
Pancasila sebagai etika politik yaitu dimana pancasila dijadikan
sebagai dasar/tolak ukur dalam pembuatan aturan - aturan tentang bagaimana
seharusnya bertindak atau berperilaku di dalam dunia politik.

2.5. Penerapan Etika Politik di Indonesia Saat Ini


Sekarang ini keadaan politik di Indonesia tidak seperti yang
diinginkan. Banyak rakyat beranggapan bahwa politik di Indonesia adalah
sesuatu yang hanya mementingkan dan merebut kekuasaan dengan
menghalalkan segala cara. Pemerintah Indonesia pun tidak
mampumenjalankan fungsinya sebagai wakil rakyat. Halini ditunjukkan oleh
sebagian rakyat yang mengeluh, karena hidup mereka belum
dapatdisejahterakan oleh negara. Pandangan masyarakat terhadap politik itu
sendiri menjadi buruk, dikarenakan pemerintah Indonesia yang tidak

6
menjalankan kewajibannya sebagai wakil rakyat dengan baik.bagi mereka politik
hanyalah sesuatu yang buruk dalam mencapai kekuasaan.
Dapat dilihat pada penyelenggara negara misalnya dalam soal
pembelian mobil mewah untuk para menteri Kabinet Indonesia Bersatu II
atau juga pembangunan pagar istana presiden yang menelan biaya puluhan
miliar rupiah. Kebijakan itu jelas mencederai rasa keadilan publik karena di
saat yang sama kemiskinan masih mengharu biru Indonesia.

2.6. Penerapan Pancasila sebagai Etika Politik


Penerapan pancasila sebagai etika politik yaitu dengan berpedoman
pada prinsip - prinsip dasar etika politik pancasila.

2.6.1. Pluralisme
Pluralisme adalah kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya, untuk
hidup dengan positif, damai, toleran, dan biasa/normal Bersama warga
masyarakat yang berbeda pandangan hidup, agama, budaya, adat. Pluralisme
mengimplikasikan pengakuan terhadapkebebasan beragama, kebebasan
berpikir,kebebasan mencari informasi, toleransi. Pluralisme memerlukan
kematangan kepribadian seseorang dan sekelompok orang.

2.6.2. Hak Asasi Manusia


Jaminan hak - hak asasi manusia adalah bukti Kemanusia yang adil dan
beradab. Karena hak - hak asasi manusia menyatakan bagaimana manusia
wajib diperlakukan dan wajib tidak diperlakukan. Jadi bagaimana manusia
harus diperlakukan agar sesuai dengan martabatnya sebagai manusia. Karena itu,
hak-hak asasi manusia adalah baik mutlak maupun kontekstual dalam pengertian
sebagai berikut.
a. Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian Negara,
masyarakat, melainkan karena pemberian Sang Pencipta.

7
b. Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dan karena itu mulai
disadari, diambang modernitas di mana manusia tidak lagi dilindungi
oleh adat/tradisi, dan seblaiknya diancam oleh Negara modern.

2.6.3. Solidaritas Bangsa


Solidaritas bermakna manusia tidak hanya hidup demi diri sendiri,
melainkan juga demi orang lain, bahwa kita bersatu senasib
sepenanggungan. Manusia hanya hidup menurut harkatnya apabila tidak hanya
bagi dirinya sendiri, melainkan menyumbang sesuatu pada hidup manusia
-manusia lain. Sosialitas manusia berkembnag secara melingkar: keluarga,
kampong, kelompok etnis, kelompok agama, kebangsaan, solidaritas sebagai
manusia. Maka di sini termasuk rasa kebangsaan. Manusia menjadi seimbang
apabila semua lingkaran kesosialan itu dihayati dalam kaitan dan
keterbatasan masing - masing. Solidaritas itu dilanggar dengan kasar oleh
korupsi.

2.6.4. Demokrasi
Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tak ada manusia, atau
sebuah elit, atau sekelompok ideology, atau sekelompok
pendeta/pastor/ulama berhak untuk menentukan dan memaksakan
(menuntut dengan pakai ancaman) bagaimana orang lain harus atau boleh hidup.
Demokrasi berdasarkan kesadaran bahwa mereka yang dipimpin berhak
menentukan siapa yang memimpin mereka dan kemana mereka mau
dipimpin. Demokrasi adalah “kedaulatanrakyatplus prinsip keterwakilan”. Jadi
demokrasi memerlukan sebuah system penerjemah kehendak masyarakat ke
dalam tindakan politik.

2.6.5. Keadilan Sosial


Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan
masyarakat. Maksud baik apa pun kandas apabila melanggar keadilan.
Moralitas masyarakat mulai dengan penolakan terhadap ketidakadilan. Tuntutan

8
keadilan sosial tidak boleh dipahami secara ideologis, sebagai pelaksanaan ide-
ide, ideologi-ideologi, agama-agama tertentu, keadilan sosial tidak sama dengan
sosialisme. Keadilan sosial adalah keadilan yang terlaksana. Dalam kenyataan,
keadilan sosial diusahakan dengan membongkar ketidakadilan-ketidakadilan yang
ada dalam masyarakat. Ketidakadilan adalah diskriminasi di semua bidang
terhadap perempuan, semua diskriminasi atas dasar ras, suku dan budaya.
Berdasarkan uaraian di atas, tantangan etika politik paling serius di Indonesia
sekarang adalah:

1. Kemiskinan, ketidakpedulian dan kekerasan sosial.


2. Ekstremisme ideologis yang anti pluralism, pertama-tama
ekstremisme agama dimana mereka yang merasa tahu kehendak
Tuhan merasa berhak juga memaksakan pendapat mereka pada
masyarakat.
3. Korupsi.

9
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Etika Politik adalah filsafat moral tentang dimensi politis kehidupan manusia.
Bidang pembahasan dan metode etika politik. Pertama etika politik ditempatkan
ke dalam kerangka filsafat pada umumnya. Kedua dijelaskan apa yang dimaksud
dengan dimensi politis manusia. Ketiga dipertanggungjawabkan cara dan metode
pendekatan etika politik terhadap dimensi politis manusia itu.

3.2. Saran

Pancasila hendaknya disosialisasikan secara mendalam sehingga dalam kehidupan


bermasyarakat dalam berbagai segi terwujud dengan adanya kesianambungan
usaha pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan
kepastian masyarakat untuk mengikuti dan mentaati peraturan yang ditetapkan,
karena kekuatan politik suatu negara ditentukan oleh kondisi pemerintah yang
absolut dengan adanya dukungan rakyat sebagai bagian terpenting dari
terbentuknya suatu negara. Sebagai warga negara negara Indonesia khususnya
para generasi muda yang tengah menempuh pendidikan baik dalam lingkup
formal maupun informal ke depannya akan menjadi penerus dari para pelaku
politik saat ini baiknya sudah mampu menghayati dan mengamalkan prinsip -
prinsip pancasila sebagai etika politik.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://docplayer.info/49709578-Pancasila-sebagai-etika-politik.html

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-politik.html

https://www.academia.edu/5299055/Pancasila_Sebagai_Etika_Politik

11

Anda mungkin juga menyukai