Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vitamin A adalah zat gizi yang paling esensial, hal itu dikarenakan konsumsi

makanan kita belum mencukupi dan masih rendah sehingga harus dipenuhi dari luar.

Kekurangan vitamin A (KVA) akan meningkatkan kesakitan dan kematian, mudah

terserang penyakit infeksi seperti diare, radang paru-paru, pneumonia, dan akhirnya

kematian. Akibat lain yang paling serius dari kekurangan vitamin A (KVA) adalah

rabun senja yaitu betuk lain dari xeropthalmia termasuk kerusakan kornea mata dan

kebutaan. Vitamin A bermanfaat untuk menurunkan angka kesakitan angka kematian,

karena vitamin A dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi

seperti campak, diare, dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) (Almatsier,

2009). Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A

adalah kelompok bayi usia 6 – 11 bulan dan kelompok anak balita usia 12 – 59 bulan

(1 – 5 tahun) (Pediatrik, 2006).

Pada balita vitamin A sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan gigi

yang kuat, untuk penglihatan yang normal, membantu memelihara kulit yang sehat

dan mencegah lapisan mulut, hidung, paru-paru dan saluran kencing dari kuman

penyakit. Vitamin A yang diberikan pada balita juga berfungsi untuk mengatur sistem

kekebalan (immunesystem), dimana sistem kekebalan badan ini membantu mencegah

atau melawan penyakit dengan membuat sel darah putih yang menghapuskan bakteri

1
2

dan virus. Akibat lain yang lebih serius dari kekurangan vitamin A adalah buta senja

dan xeropthalmia karena terjadi kekeringan pada selaput lendir dan selaput bening

kornea mata. Upaya perbaikan status vitamin A harus dimulai pada balita terutama

pada anak yang menderita kekurangan vitamin A (Depkes RI, 2009).

Strategi penanggulangan kekurangan vitamin A masih bertumpuh dengan cara

pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi (6 – 11 bulan) kapsul biru yang

mengandung vitamin A 100.000 SI diberikan sebanyak satu kali pada bulan Februari

atau Agustus, balita (1 – 5 tahun) kapsul merah yang mengandung vitamin A 200.000

SI diberikan setiap bulan Februari dan Agustus (Depkes, 2009).

Menurut UNICEF (2013), bahwa kekurangan vitamin A dalam makanan

sehari-hari menyebabkan setiap tahunnya sekitar satu juta anak balita diseluruh dunia

menderita penyakit mata tingkat berat (Xeropthalmia) seperempat diantaranya

menjadi buta dan 60% dari yang buta ini akan meninggal dalam beberapa bulan.

Kekurangan vitamin A menyebabkan anak dalam resiko besar mengalami kesakitan,

tumbuh kembang yang buruk dan kematian dini. Terdapat perbedaan angka kematian

sebesar 30% antara anak-anak yang mengalami kekurangan vitamin A dengan rekan-

rekannya yang tidak kekurangan vitamin A (Mirnawati, 2010).

Angka kebutaan di Indonesia tertinggi dikawasan Asia Tenggara. Berdasarkan

Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 2000-2013 menunjukan

angka kebutaan di Indonesia 20% dari jumlah penduduk atau setara dengan tiga juta

orang. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan Bangladesh, Barbados, Paraguay

(10,28%), Tibet (18%), dan Beijing (13%) (Kemenkes, 2013).


3

Bukti menunjukan peranan vitamin A dalam menurunkan angka kematian

yaitu sekitar 30% - 54%, maka selain untuk mencegah kebutaan pentingnya vitamin

A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan dihidup, kesehatan, dan pertumbuhan

anak (Depkes RI, 2012).

Upaya-upaya pencegahan kebutaan di Indonesia telah dilaksanakan pada

tahun 1967 ketika kebutaan dinyatakan sebagai bencana Nasional sejak 1984 Upaya

Kesehatan Mata/Pencegahan Kebutaan (UKM/PK) sudah diintegrasikan ke dalam

kegiatan pokok Puskesmas. Sedangkan Program penanggulangan Kebutaan Katarak

Paripurna (PKKP) dimulai sejak 1987 baik Rumah Sakit (RS) maupun Balai

Kesehatan Mata Masyarakat (BKMM) (Kemenkes, 2013).

Indonesia cakupan pemberian vitamin A pada balita tahun 2014 sebesar

84,3%. Provinsi dengan cakupan tertinggi masing-masing Jawa Tengah 98,6%,

Yogjakarta 96,1%, dan Kalimatan Selatan 93,2%. Sedangkan Provinsi yang

cukupannya terendah masing-masing Papua Barat 29,1% dan Papua 43,5%

(Kemenkes, 2014).

Profil Dinas Kesehatan Provinsi Aceh tahun 2013 dari 480.340 balita hanya

70,62% yang mendapatkan vitamin A atau 339.199 balita. Angka di atas menunjukan

bahwa capaian pemberian vitamin A dua kali masih di bawah target SPM IIS 2013

sebanyak 90% (Profil Menkes Aceh, 2013).

Aceh Barat, merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Aceh yang terdiri

dari 12 kecamatan dimana target hasil pencapaian pendistribusian vitamin A pada

balita pada tahun 2014 mencapai 80,6%. Kecamatan dengan cakupan tertinggi
4

masing-masing kecamatan Johan Pahlawan 186,46%, Samatiga 82,58%, Bubon

118,73%, Arongan Lambalek 92,39%, Woyla 101,16%, Woyla Barat 102,78, Woyla

Timur 72%, Kaway XVI 79,65%, Meureubo 88,51%, Pante Ceureumen 91,59%,

Panton Reu 82,48% dan Sungai Mas 81,71% (Profil Kesehatan Kabupaten Aceh

Barat, 2014).

Kecamatan Meureubo merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Aceh

Barat yang pemberian kapsul vitamin A pada balita yang rendah pada tahun 2014

mencapai 88,51%. Kecamatan Meureubo terdiri dari 25 desa, pada tahun 2011

cakupan pemberian vitamin A pada balita sebesar 82,1%, pada tahun 2012 terjadi

peningkatan menjadi 84,4%, pada tahun 2013 terjadi peningkatan menjadi 96,4% dan

pada tahun 2014 terjadi penurunan sebesar 88,51% (Profil Kesehatan Kabupaten

Aceh Barat, 2014).

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti secara acak di kecamatan

meureubo pada bulan Mei terhadap ibu-ibu yang memiliki balita sebanyak 73 orang,

balita yang mendapat vitamin A sebanyak 48 orang (66%) dan yang tidak

mendapatkan vitamin A sebanyak 25 (34%), selain itu dari survei pendahuluan yang

dilakukan peneliti dengan wawancara pada 5 ibu balita diketahui bahwa 3 orang ibu

mempunyai pengetahuan yang kurang baik tentang vitamin A, 1 orang ibu balita

mempunyai pengetahuan yang cukup tentang vitamin A dan 1 orang ibu balita

mempunyai pengetahuan yang baik tentang vitamin A. Salah satu kemungkinan

penyebab kurangnya pengetahuan ibu balita merupakan salah satu faktor pendorong

yang mungkin menyebabkan kurangnya partisipasi ibu untuk memberikan kapsul


5

vitamin A untuk balita dan kurangnya informasi yang didapat oleh ibu balita tentang

manfaat pemberian kapsul vitamin A untuk balita. Adanya pengaruh sosial budaya

didalam masyarakat dapat juga mempengaruhi dalam pemberian kapsul vitamin A

kepada balita balita.

Berdasarkan data yang diperoleh di atas dapat disimpulkan bahwa anak balita

yang mendapatkan kapsul vitamin A belum optimal, di mana terjadinya penurunan

tingkat pemberian kapsul vitamin A pada balita di Kecamatan Meureubo dari tahun

2013 sebesar 96,4% dan pada tahun 2014 sebesar 88,51%. Dari gambaran

permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang

“Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pemberian Kapsul Vitamin A Pada Balita

di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat Tahun 2015”.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disebutkan sebelumnya, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Faktor pengetahuan, partisipasi masyarakat,

informasi dan sosial budaya yang berhubungan dengan pemberian kapsul vitamin A

pada balita di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat”.


6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian kapsul

vitamin A pada balita di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui hubungan Pengetahuan dengan pemberian kapsul vitamin A

pada balita di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

2. Mengetahui hubungan Partisipasi Masyarakat dengan pemberian kapsul

vitamin A pada balita di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

3. Mengetahui hubungan Informasi dengan pemberian kapsul vitamin A pada

balita di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

4. Mengetahui hubungan Sosial Budaya dengan pemberian kapsul vitamin A

pada balita di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.

1.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ha : Ada hubungan antara faktor Pengetahuan, Partisipasi Masyarakat,

Informasi dan Sosial Budaya dengan pemberian kapsul vitamin A pada

balita di Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.


7

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Bagi masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan informasi dini kepada orang tua/ibu balita

untuk dapat segera mungkin memberikan vitamin A.

2. Bagi ilmu pengetahuan dan peneliti lain

Sebagai bahan dan sumber referensi tentang jumlah kasus pemberian vitamin

A dan penelitian selanjutnya.

3. Bagi peneliti

Untuk meningkatkan kemampuan menulis dan melakukan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai