Anda di halaman 1dari 14

PERISTIWA BOM BALI 2002

PRODI : PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


JURUSAN : PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS : KEGURUAN DAN ILMU PEDIDIKAN
TAHUN : 2019
PERISTIWA BOM BALI 2002

KETERANGAN TUGAS : PENDIDIKAN PANCASILA


NAMA PENYUSUN : 1. DESY NADA FADILLA
2. RENANDA SYELIVIA
JURUSAN : PENIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS : KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
TAHUN : 2019
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah pendidikan
pacasila dengan judul “ Peristiwa Bom Bali 2002”. Masalah ini diambil karena
peristiwa ini adalah salah satu yang bertentangan dengan ideologi kita yaitu
Pancasila.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Bandar Lampung, 6 September 2019


DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN

1 . 1 . Latar Belakang
Pancasila sebagai ideologi bangsa sering mendapat ancaman, banyak pihak
yang ingin mengubah atau mengganti ideologi tersebut. Bedasarkan dari berbagai
pemberitaan di media massa maupun media elektronik terhadap kehidupan
masyarakat, mulai nampak berbagai peristiwa yang mencerminkan penyimpangan
terhadap nilai-nilai luhur Pancasila. Panasila sebagai dasar falsafah negara Republik
Indonesia idealnya menjadi acuan tingkah laku warga negara dalam penyelenggaraan
negara, kenyataanya terindikasi akan ditinggalkan.
Maka dari itu mengacu pada latar belakang permasalahan di atas, kami
tertarik untuk membuat makalah yang berjudul “Peristiwa Bom Bali”. Makalah ini
bertujuan untuk memaparkan kejadian pada peristiwa tersebut dan mengetahui hal-ha
yang berkaitan dengan peristiwa tersebut.

1 . 2 . Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang
dapat mengancam ideologi bangsa yaitu Pancasila. Sehingga diharapkan dengan
mengetahui hal tersebut peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi. Makalah ini juga
bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan.

1 . 3 . Metode Penulisan
Metode penulisan yang kami gunakan dalam makalah ini adalah penelitian
secara kualitatif yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Kami
mendapat informasi mengenai Bom Bali 2002 dengan cara mencari nya melalui
internet dan menganalisis nya.
BAB II. PEMBAHASAN

2 . 1 . Uraian Kasus
Pada dasarnya peristiwa bom Bali diakibatkan oleh terorisme. Terorisme
sendiri sudah marak ada di Indonesia, mereka ingin membuat Indonesia menjadi satu
paham yang sama. Kejadian ini sudah marak terjadi di Indonesia sehingga kita perlu
mewaspadai nya.
Bom Bali 2002 (disebut juga bom Bali I) ini adalah peristiwa pengeboman
yang terjadi pada malam hari, tanggal 12 Oktober 2002  ledakan terakhir terjadi di
dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat, walaupun jaraknya cukup berjauhan.
Rangkaian pengeboman ini merupakan pengeboman pertama yang kemudian disusul
oleh pengeboman dalam skala yang jauh lebih kecil yang juga bertempat di Bali pada
tahun 2005. Tercatat 202 korban jiwa dan 209 orang luka-luka atau cedera,
kebanyakan korban merupakan wisatawan asing yang sedang berkunjung ke lokasi
yang merupakan tempat wisata tersebut. Peristiwa ini dianggap sebagai
peristiwa terorisme terparah dalam sejarah Indonesia.
Tim Investigasi Gabungan Polri dan kepolisian luar negeri yang telah dibentuk untuk
menangani kasus ini menyimpulkan, bom yang digunakan berjenis TNT seberat 1 kg
dan di depan Sari Club, merupakan bom RDX berbobot antara 50–150 kg.
Ini adalah beberapa nama tersangka kasus bom Bali 2002

1. Abdul Gani, didakwa seumur hidup


2. Abdul Hamid (kelompok Solo)
3. Abdul Rauf (kelompok Serang)
4. Imam Samudra alias Abdul Aziz, terpidana mati
5. Achmad Roichan
6. Ali Ghufron alias Mukhlas, terpidana mati
7. Ali Imron alias Alik, didakwa seumur hidup
8. Amrozi bin Nurhasyim alias Amrozi, terpidana mati
9. Andi Hidayat (kelompok Serang)
10.Andi Oktavia (kelompok Serang)
11.Arnasan alias Jimi, tewas
12.Bambang Setiono (kelompok Solo)
13.Budi Wibowo (kelompok Solo)
14. Azahari Husin alias Dr. Azahari alias Alan (tewas dalam penyergapan oleh
polisi di Kota Batu tanggal 9 November 2005)
15. Dulmatin (tewas tanggal 9 Maret 2010)
16.Feri alias Isa, meninggal dunia
17.Herlambang (kelompok Solo)
18.Hernianto (kelompok Solo)
19.Idris alias Johni Hendrawan
20.Junaedi (kelompok Serang)
21.Makmuri (kelompok Solo)
22. Mohammad Musafak (kelompok Solo)
23.Mohammad Najib Nawawi (kelompok Solo)
24. Umar Patek alias Umar Kecil (tertangkap di Pakistan)
25. Mubarok alias Utomo Pamungkas, didakwa seumur hidup
26. ZulkarnaenAbu Bakar Ba'asyir, yang diduga oleh beberapa pihak sebagai
salah seorang yang terlibat dalam pengeboman ini, dinyatakan tidak bersalah
atas tuduhan yang diajukan oleh jaksa penuntut umum atas dugaan konspirasi
pada Maret 2005, dan hanya divonis atas pelanggaran keimigrasian.

Runut kejadian Pengeboman Bom Bali 2002


Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali diguncang bom. Dua bom meledak dalam
waktu yang hampir bersamaan yaitu pukul 23.05 Wita. Lebih dari 200 orang menjadi
korban tewas keganasan bom itu, sedangkan 200 lebih lainnya luka berat maupun
ringan.
Kurang lebih 10 menit kemudian, ledakan kembali mengguncang Bali. Pada pukul
23.15 Wita, bom meledak di Renon, berdekatan dengan kantor Konsulat Amerika
Serikat. Namun tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.

 16 Oktober 2002
Pemeriksaan saksi untuk kasus terorisme itu mulai dilakukan. Lebih dari 50 orang
telah dimintai keterangan di Polda Bali. Untuk membantu Polri, Tim Forensik
Australia ikut diterjunkan untuk identifikasi jenazah.

 20 Oktober 2002
Tim Investigasi Gabungan Polri dan kepolisian luar negeri yang telah dibentuk untuk
menangani kasus ini menyimpurjenis TNT seberat 1 kg dan di depan Sari Club,
merupakan bom RDX berbobot antara 50–150 kg. Sementara bom di dekat konsulat
Amerika Serikat menggunakan jenis TNT berbobot kecil yakni 0,5 kg.

 29 Oktober 2002
Pemerintah yang saat itu dipegang oleh Megawati Soekarnoputri terus mendesak
polisi untuk menuntaskan kasus yang mencoreng nama Indonesia itu. Putri Soekarno
itu memberi deadline, kasus harus tuntas pada November 2002.

 30 Oktober 2002
Titik terang pelaku bom Bali I mulai muncul. Tiga sketsa wajah tersangka pengebom
itu dipublikasikan.
 4 November 2002
Polisi mulai menunjukkan prestasinya. Nama dan identitas tersangka telah dikantongi
petugas. Tak cuma itu, polisi juga mengklaim telah mengetahui persembunyian para
tersangka. Mereka tidak tinggal bersama namun masih di Indonesia.

 5 November 2002
Salah satu tersangka kunci ditangkap. Amrozi bin Nurhasyim ditangkap di rumahnya
di di Desa Tenggulun, Lamongan, Jawa Timur.

 6 November 2002
10 Orang yang diduga terkait ditangkap di sejumlah tempat di Pulau Jawa. Hari itu
juga, Amrozi diterbangkan ke Bali dan pukul 20.52 WIB, Amrozy tiba di Bandara
Ngurah Rai.

 7 November 2002
Satu sketsa wajah kembali dipublikasikan. Sementara itu Abu Bakar Ba'asyir yang
disebut-sebut punya hubungan dengan Amrozi membantah. Ba'asyir menilai
pengakuan Amrozi saat diperiksa di Polda Jatim merupakan rekayasa pemerintah dan
Mabes Polri yang mendapat tekanan dari Amerika Serikat.

 8 November 2002
Status Amrozi dinyatakan resmi sebagai tersangka dalam tindak pidana terorisme.

 9 November 2002
Tim forensik menemukan residu bahan-bahan yang identik dengan unsur bahan
peledak di TKP. Sementara Jenderal Da'i Bachtiar, Kapolri pada saat itu mengatakan
kesaksian Omar Al-Farouq tentang keterlibatan Ustad Abu Bakar Ba'asyir dan
Amrozi dalam kasus bom valid.

 10 November 2002
Amrozi membeberkan lima orang yang menjadi tim inti peledakan. Ali Imron, Ali
Fauzi, Qomaruddin adalah eksekutor di Sari Club dan Paddy's. Sementara M Gufron
dan Mubarok menjadi orang yang membantu mempersiapkan peledakan. Polisi pun
memburu Muhammad Gufron (kakak Amrozi), Ali Imron (adik Amrozi), dan Ari
Fauzi (saudara lain dari ibu kandung Amrozi). Kakak tiri Amrozi, Tafsir. Tafsir
dianggap tahu seluk-beluk mobil Mitsubishi L-300 dan meminjamkan rumahnya
untuk dipakai Amrozi sebagai bengkel.
 11 November 2002
Tim gabungan menangkap Qomaruddin, petugas kehutanan yang juga teman dekat
Amrozi di Desa Tenggulun, Solokuro, Lamongan. Qomaruddin diduga ikut
membantu meracik bahan peledak untuk dijadikan bom.

Peristiwa peledakan Bom Bali terjadi pada 12 Oktober 2002 (Bom Bali I) di
Sari Club, Paddy’s Pub, dan Kantor Konsulat Amerika Serikat. Korban meninggal
tercatat sebanyak 202 orang dan melukai sekitar 209 orang. Di samping itu, 4 buah
bangunan roboh, 20 bangunan rusak berat, 27 mobil rusak berat, dan 7 motor rusak
berat.
Peristiwa bom Bali membawa akibat langsung pada Pulau Bali. Kunjungan
wisata menurun hampir 80% beberapa hari pascaperistiwa tersebut. Penurunan terjadi
karena beberapa negara, seperti Jepang, Inggris, Amerika, Singapura, Taiwan, dan
Australia menerapkan larangan berkunjung ke Indonesia, khususnya Pulau Bali bagi
warga negara mereka. Hingga muncul istilah “sebelum bom” yang merujuk pada
masa kejayaan pariwisata Bali.
Dalam bidang sosial, muncul keretakan antara kelompok masyarakat dan
kelompok lain karena adanya sikap saling curiga. Hal ini terlihat dari pemberitaan
mengenai penyelidikan ke beberapa pesantren dan tempat yang dicurigai. Harmoni
sosial yang tercipta sebelumnya terganggu. Kasus Bom Bali menelan banyak korban
bukan hanya kewarganegaaraan Indonesia, namun banyak dari pendatang luar negeri
yang sedang berada di Bali.

Berikut data korban dalam Bom Bali :


Indonesia 38
Britania Raya 26
Amerika Serikat 7
Jerman 6
Swedia 5
Belanda 4
Prancis 4
Denmark 3
Selandia Baru 3
Swiss 3
Brasil 2
Kanada 2
Jepang 2
Afrika Selatan 2
Korea Selatan 2
Ekuador 1
Yunani 1
Italia 1
Polandia 1
Portugal 1
Taiwan 1

2 . 2 . Tanggapan Masyarakat atau Publik


Orang Bali pun mengerti bahwa tindakan terorisme ini juga mengarah ke
mereka karena banyak orang Bali yang turut menjadi korban. Namun, meski orang
Bali mengutuk tindakan kekerasan ini, seperti yang diungkapkan oleh Annette
Hornbacher, responsorang Bali berbeda dengan tanggapan masyarakat Barat
(Hornbacher 2009: 34–53).
Namun, orang Hindu Bali memiliki pemahaman yang berbeda. Masyarakat
Hindu Bali tidak mengenal konsep Tuhan sebagai pencipta segala kebaikan, juga
konsep Kejahatan absolut dan peperangan sebagai penyelamatan akhir.
Pandangan ini menjadi dasar bagaimana sikap masyarakat Bali terhadap teror
Bom Bali. Hornbacher menyebut sikap hidup (etos) orang Bali bersifat kosmosentris.
Berbeda dengan ketika antroposentris orang Barat yang menekankan manusia sebagai
subjek dan agen tindakan, etos orang Bali menempatkan tanggung jawab manusia
dalam lingkup alam semesta secara keseluruhan di mana tindakan manusia menjadi
bagian darinya.
Implikasinya pada kasus bom Bali adalah bahwa penyelesaian terhadap kasus
tersebuttidak terbatas pada tindakan subjektif manusia untuk memaafkan atau
menghukum pelaku teror semata, tapi meluas pada hubungan manusia dengan alam
semesta. Manusia memiliki tanggung jawab tidak sebatas hanya pada sesama
manusia, tetapi bertanggung jawab untuk menjaga keseimbangan alam semesta.
Alih-alih mengadakan serangan balasan, masyarakat Bali mengadakan ritual
penyucian, dan deklarasi perdamaian berlangsung hampir di semua wilayah pulau,
terutama diKuta yang menjadi lokasi peledakan. Bagi orang Bali, langkah pertama
yang harus diambil adalah mengembalikan keseimbangan melalui berbagai macam
upacara keagamaan.
Intinya, ketika kekuatan “jahat” mengguncang keseimbangan, solusinya
bukanlah menghancurkan kekuatan jahat itu dengan kekerasan yang hanya akan
menambah masalah. Yang mereka lakukan adalah memperkuat kekuatan “baik”
melalui berbagai ritual sehingga keseimbangan terjadi.
Memang ada percikan-percikan tindakan balas dendam, tapi hanya dilakukan
olehkelompok kecil yang langsung bisa ditangani karena tidak mendapat dukungan
dari masyarakat luas.Sikap masyarakat Bali ini cukup mengejutkan, mengingat
besarnya dampak yang diderita oleh masyarakat Bali akibat serangan bom yang
terjadi dua kali.
Memperkuat kekuatan “baik” juga berarti introspeksi terhadap diri mereka
sendiri. Orang Bali sering menanggapi musibah sebagai tanda bahwa mereka telah
keluar dari dharma sehingga ketidakbaikan menjadi dominan dan hidup menjadi tidak
lagi seimbang.
Musibah-musibah tersebut menjadi tanda bagi mereka untuk kembali pada
dharma. Ritual-ritual dilakukan untuk meluruskan kembali setiap penyimpangan
sehingga hidup kembaliseimbang. Dengan ini, kedamaian akan tercipta kembali.

2 . 3 . Kajian terhadap Pancasila


Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup sekaligus juga
merupakan ideologi negara. Sebagai ideologi negara berarti bahwa pancasila
merupakan gagasan dasar yang berkenaan dengan kehidupan negara. Sebagaimana
setiap ideologi memiliki konsep mengenai wujud masyarakat yang dicita-citakan,
begitu juga dengan ideologi pancasila. Masyarakat yang dicita-citakan dalam ideologi
pancasila adalah masyarakat yang dijiwai dan mencerminkan nilai-nilai dasar yang
terkandung dalam Pancasila, yaitu masyarakat yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan serta bertoleransi, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, masyarakat yang
bertsatu dalam suasana perbedaan, berkedaulatan rakyat dengan mengutamakan
musyawarah, serta masyarakat yang berkeadilan sosial. Hal itu berarti bahwa
pancasila bukan hanya sesuatu yang bersifat statais melandasi berdirinya negara
Indonesia, akan tetapi Pancasila juga membawakan gambaran mengenai wujud
masyarakat tertentu yang diinginkan serta prinsip-prinsip dasar yang harus
diperjuangkan untuk mewujudkannya.
Pancasila sebagai ideologi membawakan nilai-nilai tertentu yang digali dari
realitas sosio budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu ideologi Pancasila
membawakan kekhasan tertentu yang membedakannya dengan ideologi lain.
Kekhasan itu adalah keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa, yang membawa
konsekuensi keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kemudian
juga penghargaan akan harkat dan martabat kemanusiaan, yang diwujudkan dengan
penghargaan terhadap hak azasi manusia dengan memperhatikan prinsip
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Kekhususan yang lain adalah bahwa
ideologi Pancasila menjunjung tinggi persatuan bangsa dengan menempatkan
terwujudnya persatuan bangsa itu di atas kepentingan pribadi, kelompok, atau
golongan.
Indonesia sebagai negara multikultur dari segi agama, suku, bahasa tidak
dapat dibuat menjadi satu kesamaan. KeTuhanan yang Maha Esa artinya Tuhan satu
tapi tidak berarti kita harus menyeragamkan agama kita, kita harus saling toleransi
agar Pancasila khususnya sila pertama dapat diterapkan dengan baik.
2 . 4 . Hasil Analisis Kasus
Berdasarkan uraian kasus diatas dapat kita analisis bahwa kejadian tersebut berasal
dari oknum yang tidak bertanggung jawab dan tidak memiliki jiwa persatuan yang
ada dalam sila 3 pancasila,, tidak hanya itu oknum tersebut tidak menerapkan sila
pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Dimana mereka ingin membuat negara
kita menjadi satu paham yang sama namun, perlu dimengerti bahwa negara kita
adalah negara yang multikultur sehingga tidak bisa disama ratakan. Indonesia adalah
negara yang berlandaskan Pancasila, bukan berdasarkan suku dan agama. Mengapa
Pancasila? Karena Pancasila sebagai alat pemersatu, sebagai ideologi bangsa dalam
menjalankan kehidupan. Mengapa tidak berdasarkan suku dan agama? Karena suku
Indonesia sangatlah beragam, jika hanya berdasarkan 1 suku saja Indonesia akan
menjadi negara yang penuh dengan peperangan tanpa adanya kerukunan begitu pula
dengan agama. Di Indonesia terdapat 6 Agama berbeda sangatlah tidak mungkin jika
hanya 1 agama saja yang kita jadikan landasan kehidupan. Oleh karena itu, Pancasila
lah yang dijadikan sebagai landasan Ideologi bangsa walaupun sampai saat ini masih
banyak oknum yang tidak taat terhadap nilai pancasila salah satu contohnya adalah
kasus Bom Bali ini.
BAB III. PENUTUP
3 . 1 . Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kasus di atas adalah kita harus saling
menghargai satu sama lain sehingga kita mampu hidup dengan rasa aman.
Mengamalkan dengan baik serta mengerti makna disetiap sila Pancasila dengan benar
sehingga tidak ada lagi oknum yang ingin mengubah ideologi bangsa kita.
3 . 2 . Saran
Dengan memupuk nilai pancasila sejak dini akan membuat kita memiliki jiwa
solidaritas yang tinggi. Mari sebagai warga negara Indonesia, kita amalkan sila
bangsa sebagai pedoman hidup kita agar kenyamanan dan kerukunan antar bangsa
tetap terjaga. Sila 3 Persatuan Indonesia, dengan memahami salah satu sila berikut
kita dapat terhindar dari ancaman dari dalam maupun luar dan juga kejadian seperti
Bom Bali ini tidak akan terulang kembali di Indonesia
Referensi
https://arumpakardoc.blogspot.com/2012/03/terorisme-dan-hubungannya-
dengan.html?m=1
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Bom_Bali_2002
https://1001indonesia.net/bom-bali-dan-respons-orang-bali-terhadap-aksi-terorisme/
https://titiknol.co.id/peristiwa/peristiwa-12-oktober-2002-tragedi-bom-bali-i-yang-
menggemparkan-dunia/

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai