MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
ASWAJA dan Ke NU an
Yang dibina oleh H. Musta’in, M.PdI
Oleh
Anita Zakya Suryaningtyas (1886206026)
Ciput Dyan Saputro (1886206042)
Erla Yunanda Saputri (1886206037)
Muhammad Adib Khoirul Ngibad (1822201010)
Desember 2018
Kata Pengantar
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................i
DAFTAR ISI
ii
1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
2
2. PEMBAHASAN
3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
6
3.2 Saran
7
DAFTAR RUJUKAN
8
1. PENDAHULUAN
Itu semua tidak lepas dari hasil ijtihad dan sudah tentu
masing-masing mujtahid berupaya untuk menemukan hukum
yang terbaik. Justru dengan ijtihad, Islam menjadi luwes,
dinamis, fleksibel sesuai dengan dinamika zaman. Oleh karena
itu, sesungguhnya ijtihad adalah suatu cara untuk mengetahui
hukum sesuatu melalui dalil-dalil agama, yaitu al-Qur’an dan
al-hadis dengan jalan istinbat. Adapun mujtahid itu ialah ahli
fikih yang menghabiskan atau mengerahkan seluruh
kemampuannya untuk memperoleh persangkaan kuat
terhadap sesuatu hukum agama. Sudah sepatunya kita
berterima kasih kepada para mujtahid yang telah
mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran untuk menggali
hukum tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh umat
Islam baik yang sudah lama terjadi di zaman Rasullullah
maupun yang kekinian.
2) Mengetahui As-Sunnah
اَلَّ ِذ ْينَ َجاءُوْ ا ِم ْن بَ ْع ِد ِه ْم يَقُوْ لُوْ نَ َربَّنَا ا ْغفِرْ لَنَا َو ِال ْخ َوانِنَاالَّ ِذ ْينَ َسبَقُوْ نَا بِاْ ِالءْيم ِن
“Orang-orang yang datang setelah mereka berkata, yaa Allah ampunilah kami
dan saudara kami yang telah mendahului kami dengan beriman.”(Al-Hasyr:10)
Juga termasuk mengetahui ayat yang berlaku umum atau ‘aam ( )عامdan
yang khusus atau khas ( ;)خاصyang mutlak (tanpa kecuali) dan yang muqayyad
(yang terbatas); yang nasikh (hukum yang mengganti) dan yang mansyukh
(hukum yang diganti); dan asbaabun nuzul (sebab turunnya) ayat untuk
membantu dalam memahami ayat tersebut.
Ketiga, menguasai Hadits Rasulullah SAW baik dari segi riwayat hadits
untuk dapat membedakan antara hadits yang shahih dan yang dlaif. Mengapa
harus menguasai hadits? Karena yang berhak pertama kali untuk menjelaskan
Al-Qur’an adalah Rasulullah SAW, maka apabila tidak menguasa ihadits,
dikhawatirkan menarik kesimpulan suatu hokum bertentangan dengan hadits
yang shahih tentu ijtihad tersebut tidak dapat dibenarkan artinya bathil.
َاس َمانُ ِز َل اِلَيِ ِه ْم َولَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكرُوْ ن َ َوأَ ْن َز ْلنَا اِلَ ْي
ِ َّك ال ِذ ْك َر لِتُبَيِنَ لِلن
“Kami turunkan kepada engkau peringatan (Al-Qur’an) supaya engkau
terangkan kepada manusia apa yang diturunkan kepada mereka mudah-
mudahan mereka memikirkan.” (An-Nahl: 44).
ِ َو َما َء اتَ ُك ُم ال َّرسُوْ َل فَ ُخ ُذوْ هُ َو َمانَهَ ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهَوْ ا َواتَّقُوْ اهللاَ اِ َّن هللا َش ِد ْي ُ~د ْا ِلعقَا
ب
“Dan apa yang rosul berikan kepadamu hendaklah kamu ambil, dan apa yang
Rosul larang kepadamu hendaklah kamu hentikan, dan takutlah kepada Allah,
sesungguhnya Allah keras siksan-Nya.” (Al-Hasyr:7)
https://www.nu.or.id/post/read/10335/fasal--tentang-ijtihad
(Diakses tanggal 23 Desember 2018).
3.2.1 Apa syarat-syarat untuk menjadi mujtahid?
3.2.2 Apa saja tingkatan mujtahid?
3.2.3 Bagaimana pandangan ulama Ahlussunnah Waljama’ah
tentang kriteria menjadi mujtahid?