PENDAHULUAN
Skabies adalah penyakit pada kulit yang disebabkan oleh kuman Sarcotes scabie
yaitu seperti tungau yang memparasitkan diri pada kulit manusia yang
mengakibatkan rasa gatal pada kulit dan menimbulkan papul, vesikel bahkan
menyebabkan ulkus dan erosi pada kulit. Insidensnya di Indonesia masih cukup
tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa Barat. Amiruddin dkk., dalam
penelitian skabies di Rumah Sakir Dr. Soetomo Surabaya, menunjukkan insidens
penderita skabies selama 2008-2010 adalah 2,7%. Abu A dalam penelitiannya di RSU
Dadi Ujung Pandang mendapatkan insidens skabies 0,6% pada tahun 1995-1998.
Perawat merupakan bagian dari tim kesehatan yang memiliki lebih banyak
kesempatan untuk melakukan intervensi kepada pasien, sehingga fungsi dan peran
perawat dapat dimaksimalkan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap
penderita seperti memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kesehatan fisik,
perawat juga dapat melakukan pendekatan spiritual, psikologis dan mengaplikasikan
fungsi edukatornya dengan memberikan penyuluhan kesehatan terhadap penderita
sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan penderita dan keluarga
yang nantinya diharapkan dapat meminimalisir resiko maupun komplikasi yang
mungkin muncul dari skabies tersebut.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat materi skabies dalam penulisan
makalah ilmiah.
1
1.2 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi
(kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. Humini.s (Adhi Djuanda. 2007).
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang mudah
menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya.
Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma’rufi, Soedjajadi K, Hari B N,
2005).
Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah menular dari
manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua
ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite)
Sarcoptes scabiei (Buchart, 1997).
Jadi menurut kelompok scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infeksi
kuman parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular manusia ke manusia, dari
hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan yang ada
dimuka bumi ini. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan
sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim dari
penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. Penyakit scabies
ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal Sarcoptes scabei tersebut, kutu
tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan
lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
2.2 Etiologi
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara morfologik
sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata berwarna putih kotor dan tidak memiliki mata. Sarcoptes betina
yang berada di lapisan kulit stratum corneum dan lucidum membuat terowongan ke
dalam lapisan kulit. Di dalam terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam
waktu singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yakni sarcoptes muda. Akibat
3
terowongan yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan
kulit itu, penderita mengalami rasa gatal.(Keperawatan Medikal Bedah, 2002).
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, super famili
Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scbiei var. hominis. Kecuali itu terdapat S.
Scabiei yang lain, misalnya kambing dan babi.
Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk seluruh kepala,
leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi infeksi sekunder berupa
impetigo, ektima sehingga terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat
di muka.
3. Skabies inkognito
Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan tanda skabies,
sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan dengan steroid toikal yang
lama dapat menyebabkan lesi bertambah hebat. Hal ini mungkin disebabkan oleh
karena penurunan respon imun seluler.
Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di tempat
tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.
Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur
bersama dan hubungan seksual.
Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal,
dan lain-lain.
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atai
kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var. animalis
yang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka yang banyak
memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.
1. Pruritus (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu
yang lebih lembab dan panas.
5
2. Kunikulus (adanya terowongan) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna
putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1
cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi
sekunder ruam kulit menjadi polimorfi (pustula, ekskoriasi, dll). Tempat
predileksi biasanya daerah dengan stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari
tangan, peregelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian
depan, areola mammae (wanita) dan lipatan glutea, umbilikus, bokong, genitalia
eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak
tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan orang
dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
Terdapat agen parasitik satu atau lebih stadium hidup agen parasitik ini, merupakan
hal yang paling diagnostik.
Pada pasien yang menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga
diagnosis kadangkala sangat sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama, dapat
timbul likenifikasi, impetigo, da furunkulosis.
2.4 Pathways
6
2.5 Komplikasi
Gatal Intens Yang Ditimbulkan Kudis Membuat Sulit Untuk Di Garuk Sering Di
Garuk Membuat Luka Terbuka Sehingga Dapat Menyebabkan Infeksi Kulit.
7
2.6 Penatalaksanaan
Pada pasien dianjurkan untuk menjaga kebersihan dan mandi secara teratur
setiap hari. Semua pakaian, sprei, dan handuk yang telah digunakan harus
dicuci secara teratur dan bila perlu direndam dengan air panas. Demikian
pula dengan anggota keluarga yang beresiko tinggi untuk tertular, terutama
bayi dan anak-anak, juga harus dijaga kebersihannya dan untuk sementara
8
a. Higiene perorangan : penderita harus mandi bersih, bila perlu
diberikan setiap malam selama tiga hari. Obat ini sulit diperoleh, sering
1% dalam krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap
Pemberiannya cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala diulangi seminggu
kemudian.
9
d. Krotamiton 10% dalam krim atau losio juga merupakan obat pilihan,
mempunyai dua efek sebagai anti skabies dan anti gatal. Harus dijauhkan dari
jam. Bila belum sembuh diulangi setelah seminggu. Tidak anjurkan pada bayi
10
BAB III
PEMBAHASAN DAN HASIL
3.1 Pengkajian Data
1.1. Identitas
1.
a. Identitas klien
Nama : Ny.s
Umur : 54 Tahun
kecamatan kedawung
Dx medis : dyspepsia
No.MedRek : 022-420
Nama : Nn.D
Umur : 24 Tahun
11
2. Keluhan Utama
Klien Mengeluh Gatal
3.2 Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan pada pagi hari pukul 10:00 wib tanggal 12-11-
seperti ini dan tidak pernah di rawat di Rumah sakit, Klien juga
Klien mengatakan tidak ada dan tidak memiliki penyakit menular dan
12
3.3 Psikososial
1. Pola persepsi
Menurut klien penyakit yang di deritanya karna sering beraktivitas
2. Pola psikologis
cepat sembuh.
1. Penampilan umum
Klien Tampak Pucat Lemas,Letih, Lesu, Banyak Bekas Luka Garukan Dan
2. Tanda-Tanda Vital TD :
120/80mmhg
N : 100x/mnt
R : 24x/mnt
o
S : 36,7 C
3. Wajah
Berbentuk bulat dan simetris ,rambut berwarna putih dan lurus,tidak terdapat
4. Mata
Bentuk mata simetris warna sama dengan sekitar, tidak ada luka,
dapat membuka dan menutup dengan sempurna, fungsi baik, terbukti dapat
Bentuk simetris antara kanan dan kiri ,warna kulit sama dengan sekitar fungsi
6. Hidung
8. Leher
Bentuk simetris warna sama dengan sekitar dapat bergerak dengan bebas,
9. Dada
Bentuk dada simetris warna sama kulit dengan sekitar, pergerakan dada
10. Abdomen
Warna kulit sama dengan sekitar, terdapat nyeri pada abdomen bagian bawah
11. Genitalia
Klien mengatakan tidak mau di periksa demi menjaga privacy nya maka
genitalia.
12. Ekstremitas
Atas : Warna kulit sama dengan sekitar, pergerakan sedikit terganggu karna
1. Cari terowongan dan amati ujung yang terdapat papul atau vesikel, kemudian
papul vesikel di congkel denangan jarum dan diletakkan di atas kaca objekdan
di tutup dengan kaca penutup untuk diamati dengan mikrosop cahaya
2. Dengan cara menyikat dengan sikat dan di tamping di atas kertas putih dan di
amati dengan kaca pembesar.
3. Membuat biopsi irisan yaitu dengan menjepit lesi dua jari kemudian buat
irisan dengan pisau dan di periksa dengan mikrosop.
3.8 Terapi Obat
1. Permetrim 5%
2. Krotamitan 10% krim / losio
3. Gameksan 1%
3.9 Analisa data
Khusus
PENUTUP
Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal
sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk
kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang
disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya
0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan
ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk
kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin.
Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang
bercabang.
Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak
menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai
pakaian, mudah diperoleh dan harganya murah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Introduction
Good personal hygiene in primary school children could be effective towards preventing infectious
diseases. Cleanliness in individuals in communities can reduce threats especially by communicable
diseases, thereby improving the overall health of a community. Based on population health analysis
Winslow CEA (1920), Sixty-two percent and 31% of all deaths in Africa and Southeast Asia,
respectively, are caused by infectious disease Curtis VA (2009). This trend is especially notable in
developing countries where acute respiratory and intestinal infections are the primary causes of
morbidity and mortality among young children WHO (2009). Previous hand hygiene studies have
indicated that children with proper hand washing practices are less likely to report gastrointestinal and
respiratory symptoms Ejemot RI (2008), Snow M (2008). Hand washing with soap has been reported
to reduce diarrheal morbidity by 44% and respiratory infections by 23% UNCF, (2009), WHO (2009).
However, globally, the rates at which hands are washed with soap range from only 0-34% of the time
GHD (2009). A study conducted by the Global Public–Private Partnership for Hand Washing
(PPPHW) which included several sub- Saharan African countries (i.e. Kenya, Senegal, Tanzania, and
Uganda) reported that 17% of participants washed their hands with soap after using the toilet, while
45% used only water WHO (2009).
2. Definition
The word Hygiene has evolved from the Greek term “Hygeia” which means “Goddess of Health”.
Hygiene can be defined as, “The science and art which is associated with the preservation and
promotion of health”, Keshav (2008).
3. Concept of Personal Hygiene
Personal hygiene includes different habits i.e., washing hands and brushing teeth which keep bacteria,
viruses and fungal far away from our bodies. Moreover these habits will help us to protect our mental
health and activity. Also good personal hygiene will help us to keep feeling good about ourselves.
Since those who do not take care of their personal hygiene i.e., dirty clothes, body odor and bad
breath will suffer from discrimination and this will mainly lead to mental problems. But the most
important point in this subject is that all people have their own hygiene but some people do it better
than others, this mainly depends on each person’s culture, society and family norm, Rasool (2012). As
hands are important mode of transmission of infectious disease among school-aged children, simple
hand washing with soap helps to protect children from the two common global paediatric killers
(diarrhoea and lower respiratory infection) Kinley Britt (2011), Aiello AE (2008), hand hygiene
significantly reduce illness-related absences in elementary school students by 26% Nandrup-Bus
(2009). Critical times for hand washing include after using the toilet, after cleaning a child, and before
handling food, Scott BRT (2007), WHO (2004), Suresh Lal (2008). Attitudes, knowledge, and beliefs are
some of the measures which are thought to be on the causal pathway to behaviour. Poor knowledge
and practice of, and attitudes to personal hygiene has negative consequences for a child’s long term
overall development Scott BRT (2007). A study conducted in Ethiopia found that 60% of children
surveyed did not know about the possible transmission of diseases through human waste Kumie A
(2005). Awareness of health aspects of sanitation behaviour is important because it determines the
degree of sustainability of an intervention in sanitation. Perception strongly influences one’s hand
washing beliefs and practices Suresh Lal (2015).
Hypotheses Knowledge of personal hygiene leads to healthy life Positive attitude of the children make
practice personal hygiene
5. Results
Demographic information Demographic and education details related to sample respondents are
presented in Table-1. Among the 100 school going children, 44 % are in the age group of 15-16yrs,
35% children are in 13-14 yrs age group and remaining 21% children are in 10-12 yrs. This study
indicates that majority children are from backward class i.e., 45% whereas schedule caste children are
accounting 25% and the schedule tribe and others community children are equally accounts 15%. This
study observed that majority school going boys are adolescents, this is very crucial stage for boys.
Tabe; 1:
The table also provides the information about education of the children as well as their parents
education. Out of 100 children 37% from class VII. 23% children from class IX. While 21% children
from class VIII, whereas 19% children from class VI. Information regarding parents’ education levels
reveals that majority i.e., 44% out of 100 are illiterates, 28% parents are having primary level
education and remaining 28% having SSC and above levels of education. The study is carried out from
rural area, most of the parents of the school going children are illiterates.
Table 2 :
Awareness of Personal Hygiene Practices Table-2: provides the information on awareness of personal
hygiene practice of school going children. Cent percent children are doing bath regularly. 43 %
children do head bath between 2-4 days, 36% children do between 4-6 days and remaining 21%
children do daily. 91% children brush their teeth daily morning and remaining nine percent brush
their teeth morning and night. Majority students replied that they don’t have any bad smell from
their mouth.
Tabel 3 :
Assessment of Personal Hygiene Practices Table-3: reveals that hundred percent students practicing
hand wash. The material use for hand wash is soap for 48% and only water 52%. The hundred percent
students practicing hand wash before eating. A question was asked as to hand wash after toilet. 66%
students replied that yes and remaining 34% said no. About the maintenance of clothes neat and
clean, 85% students replied yes and 15% said no. The table further reveals that 65% students wash
their clothes weekends and remaining 35% wash daily. Most of the students of the rural areas usually
dry their clothes in the sunlight only.
Table 4:
Knowledge level of Personal Hygiene Education Table-4: depicts that hundred percent students
learning personal hygiene education as part of their curriculum. Every day in the school hours
teachers inspect personal hygiene practices aspects. 56% students get awareness from their teachers,
whereas 24% students’ gets awareness through books and remaining 20% get from their parents. 64
students out of 100 share their comb with other students while 34% students share their towels with
other student friends. 84% students trim their nails regularly and 16% trim their nails now and then.
58% students replied that they use hand kerchief while cough and sneezing. Further this table
provides 84% use protected water and hundred percent eating healthy and balanced diet.
ANOVA :
From the table it can be inferred that hypothesis is accepted. Hence it can be said that Use hand
Kerchief while cough and sneezing is having knowledge of personal hygiene that leads to healthy life.
It can be said that hypothesis is accepted. This indicates that trimming nails proves students having
awareness and knowledge about personal hygiene.
From the table it can be inferred that hypothesis is accepted. Hence it can be said that closed water
container provides protected water.
From the table it can also be inferred that hypothesis is accepted. Hence it can be said that washing
hands after toilet and doing head bath regularly are good habits to the students, it leads to maintaining
personal hygiene and healthy life.
6. Discussion
Children are “agent of change” in pacing the behavior and practice of their family and community at
large. The determinant of hygiene behaviours’ of school children was inadequately studied in Warangal
district. In this study, the analysis and interpretation of the findings by comparing the key hygiene
behaviour outcomes among school children provided a better understanding of the factors that
influence hygiene behaviours.
Out of 100 schools going children 44 percent are in the age group of 15-16 yrs.
Nearly 44 percent belong to backward class.
out of 100 children 37 percent are pursuing class VII and 44 percent parents are illiterates.
The hundred percent children do regular bath.
International Journal of Science and Research (IJSR) ISSN
(Online): 2319-7064 Index Copernicus Value (2013): 6.14 |
Impact Factor (2015): 6.391
International Journal of Science and Research (IJSR) ISSN (Online): 2319-7064 Index
Copernicus Value (2013): 6.14 | Impact Factor (2015): 6.391 Volume 5 Issue 8, August 2016
www.ijsr.net Licensed Under Creative Commons Attribution CC BY
Nearly 91 percent children brush their teeth daily morning and they replied that they don’t have any
bad smell from their mouth.
About 100 percent students practicing hand wash and 48 percent use soap for hand wash.
It is learnt that hundred percent students are practicing hand wash before eating.
66 percent students replied that they wash hands after toilet.
Nearly 85 percent students answered they are maintaining their clothes clean and neat.
The hundred percent students learning personal hygiene education as part of their curriculum.
56 percent students out of 100 get awareness on personal hygiene issues from their teachers.
It is also observed that 64 percent students share their combs with other students.
About 84 percent students trim their nails regularly and 58 percent students used handkerchief at the
time of cough and sneezing and,
Nearly 84 percent students used protected water.
7. Conclusion
As a conclusion, the findings of this study illustrate that there is no relation between knowledge and
personal hygiene practices in the public, even at the higher levels of education. In addition, it is vital to
increase public awareness of personal hygiene practices, especially, among adolescent people in
schools. Furthermore, it is crucial to increase the focus on the effects of media, which increases the
level of knowledge at the community level, and encourage the personal hygiene behaviors in daily life
routines among the Warangal district population. Future practical studies (depending on observation
and collecting samples) are necessary to assess the actual practices, as well as further evaluation of
public awareness of the personal hygiene.
References
[1] Aiello AE, Coulborn RM, Perez V, Larson EL (2008): Effect of hand hygiene on infectious disease
risk in the community setting: a meta-analysis. Am J Public Health 2008, 98:1372–1381.
[2] B. Suresh Lal, (2015): Socio-Economic and Health Issues of Banjaras in the Era of Globalization:
A Study in Telangana Tribal Villages, International Journal of Physical and Social Sciences (IJPSS),
Vol-5, Issue-6, June, pp 195-211 http://www.ijmra.us/2015ijpss_june.php
[3] B. Suresh Lal and G. Kavitha, (2013): Economic Impact of Inadequate Sanitation on Women’s
Health: A Study in Warangal District, International Journal of Environment & Development, Vol.10,
No-2, July- December.
[4] B. Suresh Lal, (2011): Economic Analysis of Healthcare Services: A Study in Tribal Areas of
Andhra Pradesh – India, International Journal of Health Management and Information (IJHMI)
Volume 2, Number 2, pp. 119- 131.
[5] B. Suresh Lal, (2008): A Study on Sanitation and Women’s Health Problems in Rural Areas, in
Environmental Concerns of Economic Development, Serial Publications, New Delhi.
[6] Curtis VA, Danquah LO, Aunger RV, (2009). Planned, motivated and habitual hygiene behaviour:
an eleven country review. Health Educ Res.; 4:655–673. [PubMed: 19286894]
[7] Ejemot RI, Ehiri JE, Meremikwu MM, Critchley JA (2008). Hand washing for preventing
diarrhoea. Cochrane Database Syst Rev. 2008; 1 CD004265.
[8] Global Handwashing Day (GHD) (2009). Global Public-Private Partnership for Hand Washing.
[Accessed August 5, 2009]. Available at: www.globalhandwashingday.org.
[9] Keshav Swarnkar, (2008): Community Health Nursing, NR Brothers, Indore.
[10] Kinley Britt T (2011): Identifying and Modeling Perceptions of Risk Factors in Hand Hygiene
during Healthcare Operations. North Carolina State University: Industrial and Systems Engineering;
2011.
[11]Kumie A, Ali A (2005): An overview of environmental health status in Ethiopia with particular
emphasis to its organization, drinking water and sanitation: A literature survey. Ethiop J Health Dev
2005, 19(2):89–103.
[12]Nandrup-Bus I (2009): Mandatory handwashing in elementary schools reduces absenteeism due to
infectious illness among pupils: a pilot intervention study. Am J Infect Control 2009, 37:820–826.
[13]Rasool Hassan BA (2012) Importance of Personal Hygiene. Pharmaceut Anal Acta 3:e126.
doi:10.4172/2153-2435.1000e126.
[14] Scott BRT, Curtis V, Garbrah-Aidoo N (2007): Health in our hands, but not in our heads:
understanding hygiene motivation in Ghana. Health Policy Plan 2007, 22(4):225–233.
[15]Snow M, White GL Jr. Kim HS (2008). Inexpensive and time-efficient hand hygiene interventions
increase elementary school children’s hand hygiene rates. J Sch Health. 2008; 78:230–233. [PubMed:
18336683]
[16] United Nations Children’s Fund (2009). Soap, Toilets, and Taps. A Foundation for Healthy
Children. [Accessed August 5, 2009]. Available at: www.unicef.org/wash/files/FINAL
[17]WHO (2004): Water, sanitation and hygiene links to health; Facts and figures. Geneva: WHO;
2004.
[18]Winslow CEA (1920). The untilled fields of public health. Science 1920;51(1306):23-33.
[19]World Health Organization (2009). Hand-washing could save the lives of millions of children.
[Accessed August 5, 2009]. Available at: http://www.scielosp.org/scielo.php?lng=en.
Volume 5 Issue 8, August 2016 www.ijsr.net Licensed Under
Creative Commons Attribution CC BY
Jurnal Internasional Ilmu Pengetahuan dan Penelitian (IJSR) ISSN (Online): 2319-
7064 Nilai Indeks Copernicus (2013): 6.14 | Impact Factor (2015): 6.391 Volume 5
Edisi 8, Agustus 2016 www.ijsr.net Dilisensikan di bawah Atribusi Creative
Commons CC DENGAN Penilaian Pengetahuan dan Praktek Kebersihan Pribadi:
Studi Empiris tentang Anak-anak Sekolah di Warangal Dr. B. Suresh Lal1, Dr G.
Kavitha2 Departemen Ekonomi, Universitas Kakatiya, Warangal-TS, India Abstrak:
Kebersihan pribadi adalah masalah yang sangat penting bagi siswa remaja. Karena
tangan adalah cara penularan penyakit menular yang penting di antara anak-anak usia
sekolah, mencuci tangan sederhana dengan sabun membantu melindungi anak-anak
dari dua pembunuh anak global yang umum - diare dan infeksi saluran pernapasan
bawah. Studi ini mengamati bahwa sebagian besar anak laki-laki yang bersekolah
sedang mempraktikkan kebersihan pribadi. Moe dari 90% anak-anak adalah remaja.
37% anak-anak mengejar kelas VII dan 44% orang tua buta huruf. 100% anak laki-
laki mandi secara teratur dan 91% menyikat gigi setiap hari. 100% siswa berlatih
mencuci tangan dan 48% menggunakan sabun untuk mencuci tangan. 66% siswa
menjawab bahwa mereka mencuci tangan setelah toilet. 85% siswa menjaga pakaian
mereka bersih dan rapi. Juga diamati bahwa 64% siswa berbagi sisir mereka dengan
siswa lain. 84% siswa memotong kuku mereka secara teratur dan 58% siswa
menggunakan sapu tangan pada saat batuk dan bersin. 56% siswa mendapatkan
kesadaran tentang masalah kebersihan pribadi dari guru mereka. Kata kunci:
Kebersihan pribadi, Sikap Pengetahuan, Praktek, Anak sekolah dasar, Warangal.
1. Perkenalan
Kebersihan pribadi yang baik pada anak-anak sekolah dasar bisa efektif untuk
mencegah penyakit menular. Kebersihan pada individu dalam masyarakat dapat
mengurangi ancaman terutama oleh penyakit menular, sehingga meningkatkan
kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Berdasarkan analisis kesehatan populasi
Winslow CEA (1920), Enam puluh dua persen dan 31% dari semua kematian di
Afrika dan Asia Tenggara, masing-masing, disebabkan oleh penyakit menular Curtis
VA (2009). Kecenderungan ini terutama menonjol di negara-negara berkembang di
mana infeksi saluran pernapasan dan usus akut merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas di antara anak-anak muda WHO (2009). Studi kebersihan
tangan sebelumnya telah mengindikasikan bahwa anak-anak dengan praktik mencuci
tangan yang benar cenderung melaporkan gejala gastrointestinal dan pernapasan
Ejemot RI (2008), Snow M (2008). Mencuci tangan dengan sabun telah dilaporkan
mengurangi morbiditas diare sebesar 44% dan infeksi pernafasan sebesar 23% UNCF,
(2009), WHO (2009). Namun, secara global, tingkat di mana tangan dicuci dengan
sabun berkisar hanya 0-34% dari waktu GHD (2009). Sebuah penelitian yang
dilakukan oleh Global Public-Private Partnership for Hand Washing (PPPHW) yang
mencakup beberapa negara Afrika sub-Sahara (yaitu Kenya, Senegal, Tanzania, dan
Uganda) melaporkan bahwa 17% peserta mencuci tangan dengan sabun setelah
menggunakan toilet. , sedangkan 45% hanya menggunakan air WHO (2009).
2. Definisi
Kata Hygiene telah berevolusi dari istilah Yunani "Hygeia" yang berarti "Dewi
Kesehatan". Kebersihan dapat didefinisikan sebagai, "Ilmu pengetahuan dan seni
yang terkait dengan pelestarian dan promosi kesehatan", Keshav (2008).