Anda di halaman 1dari 6

TUGAS EQUITY ANALYSIS

MYOPIC LOSS AVERSION AND THE EQUITY PREMIUM


PUZZLE

By: Shlomo BENARTZI DAN RICHARD H. Thaler

Disusun Oleh :
01619190006 - Kevin Pratama

JURUSAN INVESTMENT MANAGEMENT


FAKULTAS MANAGEMENT
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

JAKARTA

2020
I. PENDAHULUAN
Ada perbedaan besar antara pengembalian saham dan surat berharga pendapatan
tetap. Sejak 1926 pengembalian riil tahunan pada saham telah sekitar 7 persen,
sedangkan pengembalian riil treasury bills telah kurang dari 1 persen. Meskipun
faktanya demikian, para peneliti jurnal menyadari bahwa sedikit investor yang mau
menyimpan uangnya dalam bentuk saham meski marjin keuntungannya cukup menarik.
Mereka mempertanyakan mengapa para investor lebih menyukai investasi dalam
bentuk saham premium maupun menahan obligasi yang mereka punya sampai jatuh
tempo meski keuntungannya lebih sedikit ? Selain itu, para peneliti juga memiliki
perhatian khusus pada perilaku investor yang sebenarnya memiliki waktu untuk
mengevaluasi portofolionya, tetapi tetap tidak mau mengambil resiko untuk
berinvestasi pada instrument yang lebih beresiko. Untuk menjawab pertanyaan
tersebut,terdapat 3 variabel dalam menentukannya yaitu loss aversion dan mental
accounting dan mental accounting.
Variabel pertama adalah konsep loss aversion. Loss aversion adalah konsep
perilaku ekonomi yang menjelaskan bahwa manusia cenderung menghindari kerugian,
karena rasa sakit akibat kerugian, lebih besar dibandingkan potensi keuntungan yang
akan diterima dimasa depan. Sebagai contoh, seseorang akan merasa sakit ketika
kehilangan uang sebesar Rp 10.000.000, dibandingkan ketika memenangkan undian
dengan nilai uang yang sama. Dalam kesempatan lain, Kahneman bahkan pernah
menegaskan bahwa rasa sakit akibat kehilangan adalah 2 kali lipat dibandingkan rasa
bahagia ketika mendapatkan sesuatu. Seseorang dikatakan loss averse apabila dia tidak
menyukai taruhan yang simetrik (50:50), serta tingkat penghindaran mereka terhadap
taruhan akan meningkat sesuai dengan peningkatan ukuran absolut taruhannya.
Variabel ini diukur dengan formula v(x) = x,x ≥ 0, v(x) = 2.25 x,x < 0.
Variabel kedua adalah konsep mengenai mental accounting. Mental accounting
merupakan serangkaian tindakan kognitif yang dilakukan para pelaku ekonomi dalam
mengelola, mengevaluasi, dan menjaga aktivitas keuangannya baik konsumsi,
investasi, bahkan judi.
Variabel ketiga adalah equity premium puzzle, merupakan perilaku investor
dalam berinvestasi yang lebih aman dengan mengabaikan tingkat return yang lebih
tinggi merupakan fenomena dalam pasar modal yang sangat sulit dijelaskan dengan
model ekonomi dan menjadi teka-teki.
Research Question:

Apakah Equity Premium Puzzle yang menyatakan bahwa Stock performanya jauh
lebih baik dibanding Bond benar?
Hipotesis:

H0 = Equity Premium Puzzle salah

H1 = Equity Premium Puzzle benar

II. LANDASAN TEORI

Kekuatan premium equity telah dibuat oleh Siegel (1991,1992) yang memeriksa
returns sejak 1802. Dia menemukan kembalinya equity yang stabil.Keuntungan
investasi dalam jumlah besar selama periode 1876-1990 didokumentasikan dalam
cara yang berbeda oleh MaCurdy dan Shoven (1992). Mereka melihat bukti historikal
dari cara pandang cadangan anggota fakultas untuk pensiun. Asumsi mereka 10% gaji
member fakultas diinvestasikan tiap tahun, dan tanyakan bagaimana member fakultas
akan berinvestasi dalam portofolio dalam seluruh stock/seluruh ikatan selama
kerjanya.

Menurut Mehra dan Prescott adalah memperlihatkan penghindaran risiko saja


tidak mungkin menghasilkan jawaban yang memuaskan. Mereka menemukan orang
perlu memiliki coefficient dari penghindaran risiko relatif diatas 30 untuk
menjelaskan pola sejarah dari return / pengembalian. Dalam menginterpretasikan
angka ini, perlu untuk mengingat bahwa fungsi logaritmik memiliki coefficient
penghindaran risiko relatif 1.0. Perumpamaan ada seorang individu ditawarkan
bertaruh dengan 50% mendapatkan $100.000 dan 50% kesempatan mendapatkan
$50.000. Seseorang dengan coefficient penghindaran risiko relatif 30 akan tidak
peduli dengan pertaruhan ini dan akan mendapatkan $51.209.

III. TEKNIK PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA

Metode ini mengambil contoh dari sejarah (1926-1990) return bulanan pada
saham, obligasi, dan surat berharga yang disediakan oleh CRSP. Variabel diukur
dengan menggunakan rentang waktu evaluasi sebagai variabel y dan prospective
utility sebagai variabel x. Kedua variabel ini dipakai untuk perhitungan Stocks dan
Bonds. Variabel x sendiri (prospective utility) dihitung dengan mencampurkan 100%
portfolio Stocks dan 100% portfolio Bonds dengan kenaikan 10%.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Simulasi perbandingan antara return Stocks dengan Bonds dalam periode evaluasi
18 bulan sehingga didapatkan rasio portfolio Stocks & Bonds yang memberikan
Prospective Utility yang paling tinggi. Diakhiri dengan analisa persentase Equity
Premium per tahun (evaluasi) dalam kurun waktu 20 tahun (horizon)

Pada Figure 1, stocks menjadi lebih menarik karena periode evaluasi meningkat.
Observasi ini mengarah pada pertanyaan alami : dengan seberapa banyak
keseimbangan equity premium jatuh jika periode evaluasi meningkat?
Hasil pada Gambar II, menggunakan nominal kembali. Seperti terlihat pada
gambar, portofolio antara sekitar 30 persen dan 55 persen saham semua Yield punya
nilai yang sama. hasil ini kurang lebih konsisten dengan perilaku yang diamati.
Sebagai contoh, Greenwich Associates melaporkan bahwa lembaga berinvestasi,
rata-rata, 47 persen dari aset pada obligasi dan 53 persen pada saham. Untuk
perorangan, pertimbangkan peserta di TIAA-CREF, program pensiun iuran pasti di
banyak universitas, dan yang terbesar dari jenisnya di Amerika Serikat. Alokasi
yang paling sering antara CREF (saham) dan TIAA (kebanyakan obligasi) adalah
50-50, dengan alokasi rata-rata untuk saham di bawah 50 persen.

Gambar III menunjukkan hasil analisis ini menggunakan hasil nyata pada saham,
dan kembali nyata pada obligasi lima tahun sebagai aset perbandingan. Dengan
parameter kita telah menggunakan, premi ekuitas yang sebenarnya dalam data 6,5
persen per tahun konsisten dengan periode evaluasi satu tahun. Jika periode evaluasi
dua tahun, premi ekuitas akan jatuh ke 4,65 persen. Selama lima, sepuluh, dan
periode evaluasi dua puluh tahun, yang sesuai angka yang 3,0 persen, 2 0 persen, dan
1,4 persen. Salah satu cara untuk berpikir tentang hasil ini adalah bahwa untuk
seseorang dengan horizon investasi dua puluh tahun, perkiraan biaya mengevaluasi
portofolio setiap tahunnya adalah 5,1 persen per tahun!Artinya, seseorang dalam
waktu dua puluh tahun akan menjadi acuh tak acuh antara saham dan obligasi jika
premium ekuitas hanya 1,4 persen, dan remaming 5.1% adalah potensi bayar sewa ke
orang yang mampu menahan godaan untuk sering menghitung uang mereka. Dalam
arti 5,1 persen adalah harga kewaspadaan berlebihan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan Hasil yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa Equity


Premium benar terjadi (H0 ditolak) dengan catatan bahwa semakin lama periode
evaluasinya maka akan semakin kecil persentasenya. Hal ini sesuai dengan pendapat
Mehra dan Prescott, mustahil untuk merekonsiliasi tingkat pengembalian yang tinggi
atas saham dengan tingkat bebas risiko yang sangat rendah.

5.2 Saran

Solusi untuk teka-teki ini adalah menggabungkan sensitivitas tinggi terhadap


kerugian dengan kecenderungan bijaksana untuk sering memantau kekayaan
seseorang. Kecenderungan sebelumnya menggeser domain fungsi utilitas dari
konsumsi ke pengembalian, dan yang terakhir membuat orang menuntut premi besar
untuk menerima variabilitas pengembalian. Dalam model kami, investor tidak mau
menerima variabilitas pengembalian bahkan jika pengembalian jangka pendek tidak
berpengaruh pada konsumsi.Mungkin pengenalan beberapa struktur preferensi lain
akan melakukan pekerjaan. Namun, agar upaya tersebut berhasil, mereka harus
meyakinkan profesi bahwa struktur preferensi alternatif yang diusulkan lebih berguna
daripada yang sekarang standar untuk mengatur dan menafsirkan tidak hanya ini
pengamatan atas pengembalian aset rata-rata, tetapi juga pengamatan lain dalam teori
pertumbuhan, teori siklus bisnis, perilaku pasar tenaga kerja, dan sebagainya

Referensi :
Benartzi, Shlomo, and Richard H. Thaler. 1995. “Myopic Loss Aversion And The
Equity Premium Puzzle,” Quarterly Journal of Economics, vol. 110, pp. 73–92.

Anda mungkin juga menyukai