Anda di halaman 1dari 15

Agroteknose, Vol.VI, No.

2 Th 2015 Hasil Penelitian

MEMPELAJARI KUALITAS BIJI KAKAO KERING


YANG BEREDAR DI PASARAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN
KEMUNGKINAN PENGOLAHAN LANJUTAN

Siti Achadijah1, Ida Bagus Banyuro Partha2


Institut Pertanian Instiper Yogyakarta
1
sitiachadijah@gmail.com2 idabagusbp@gmail.com

ABSTRACT

Research on quality of dry beans circulating in the DIY market and the possibility of further
processing of the seed has been run. The purpose of this study was to determine the quality of dry
beans circulating in the DIY market in terms of some quality parameters and level of preference
panelist on processed products.
Cocoa beans come from the market Gunungkidul, Samigaluh and Pagilaran in the analysis of
the number of seeds / 100 grams, moisture content, fat content, impurities. Furthermore cocoa beans
processed into milk chocolate and sweet chocolate, tested favorite.
the result show that: dried cocoa beans from Mount Kidul and Pagilaran comprise less than 100/100
grams, the amount of dirt also meet the standard that is below 2%. While Samigaluh, numbered 137
seeds / 100 grams, the amount of dirt above the standard, amounting to 7.92%. The water content of
the three samples above the standard, which ranged from 8.89 to 10.39%. While the fat content of the
three samples as follows: beans from Gunungkidul 26.54%, from 31.97% Pagilaran and from
Samigaluh 22,01%.

Keywords: seed kakao kering, quality, test A

31
Agroteknose, Vol.VI, No. 2 Th 2015 Hasil Penelitian

PENDAHULUAN pembuatan cokelat manis dan cokelat susu


Petani rakyat mengusahakan diperkirakan akan menghasilkan tekstur
tanaman kakao di pekarangan rumah yang keras. Oleh karena itu jumlah gula
dengan jumlah sedikit, pemeliharaan pasir halus divariasi dengan gula cair yang
tanaman belum dilakukan sebagaimana ada di pasar. Dari penelitian ini diharapkan
mestinya, sehingga produktivitas tidak diketahui kualitas biji kakao kering yang
optimal. Selanjutnya pada saat panen dihasilkan petani rakyat di Gunung Kidul
belum sepenuhnya buah matang yang dan Samigaluh serta dari Pagilaran.
dipetik dan diikuti dengan tahapan proses Disamping itu ingin diketahui
pengolahan yang kurang sempurna. kemungkinan dilakukannya pengolahan
Sebagai contoh, fermentasi yang kurang terhadap biji tersebut menjadi produk jadi.
sempurna, sehingga biji yang diperoleh Tanaman kakao menghasilkan biji
tidak berwarna coklat merata serta tidak kakao yang apabila dilihat dari warna
berongga. Hasil akhir yang diperoleh tidak belahan bijinya, kakao dibedakan menjadi
dapat memenuhi standar yang sudah dua tipe, yaitu warna putih termasuk ke
ditentukan oleh pengguna. dalam grup Criollo, yang disebut juga
Biji kakao yang kurang baik dalam dengan fine cocoa atau kakao mulia.
pengolahannya, apabila dilakukan Sedangkan tanaman kedua, menghasilkan
pengolahan lebih lanjut, seperti dibuat keping biji berwarna ungu, termasuk grup
bubuk untuk minuman, untuk pembuatan Forastero. Dari segi citarasa dan aroma,
makanan, permen dan lain-lain, akan jenis pertama lebih baik tapi dari segi
menghasilkan produk yang kurang baik produktivitas, tanaman Forastero lebih
pula. Kualitas biji kakao kering yang tinggi. Biji kakao yang banyak
beredar di pasaran belum diketahui secara diperdagangkan mayoritas adalah jenis
pasti kualitasnya, maka pada penelitian ini kedua atau sering disebut biji kakao lindak
akan dilakukan studi pengujian kualitas atau bulk cocoa (Sri Mulato dan Edy
biji kakao kering yang beredar di pasar Suharyanto, 2011).
disekitar Daerah Istimewa Yogyakarta, A. Pengolahan Buah Kakao
yaitu pasar Kulonprogo, Gunungkidul dan Pemanfaatan buah kakao dimulai
Sleman.Dari biji kakao tersebut kemudian dari tahap pemanenan, pemeraman,
diolah lanjut menjadi cokelat manis dan pengeluaran biji, fermentasi, pengeringan,
cokelat susu. Penggunaan gula pasir dalam sortasi dan penyimpanan.
32
Agroteknose, Vol.VI, No. 2 Th 2015 Hasil Penelitian

Secara ringkas pelaksanaan Pengeringan biji kakao dapat dilakukan


masing-masing tahapan dapat diuraikan dengan cara penjemuran atau
sebagai berikut : panen ditujukan pada menggunakan pengering mekanis. Waktu
buah yang sudah tepat masak, ditandai dari penjemuran dapat mencapai lebih dari 14
perubahan warna kulit buah, atau dengan hari yang jika cuaca normal hanya
mendengarkan suara ketukan pada buah. membutuhkan waktu penjemuran 7 – 9
Pada buah yang sudah dipetik hari.
diperam beberapa hari untuk Sortasi dilakukan untuk
menyeragamkan sifat buah. Selanjutnya mengelompokkan biji kakao berdasarkan
biji dikeluarkan dari dalam buah dengan ukuran fisiknya dan sekaligus memisahkan
cara buah dipecah menggunakan alat kotoran-kotoran yang tercampur di dalam
pemukul kayu, supaya tidak melukai buah. nya. Pada petani rakyat jarang melakukan
Biji yang cacat dapat meningkat jumlah kegiatan ini.
biji cacat dan mudah terinfeksi jamur Hasil akhir dari pengolahan biji
(Wood and Lass, 1985 dalam Sri Mulato kakao ini seharusnya mengikuti standar
dan Edy Suharyanto 2011). Fermentasi mutu yang sudah ditetapkan oleh Badan
dilakukan dengan tujuan tertentu, yaitu Standarisasi Nasional dalam Standar
untuk membentuk citarasa khas coklat Nasional Indonesia Biji Kakao (SNI 01-
serta mengurangi rasa pahit dan sepat yang 2323-2002) seperti table 1 dan 2 berikut
ada dalam biji kakao (Rohan, 1963). ini.
Beberapa aspek penting dalam proses Dengan melihat tabel di atas, maka
fermentasi adalah berat biji yang akan di kadar air biji kakao kering tidak boleh
fermentasi, pengadukan (pembalikan), lebih dari 7%, serta tidak boleh ada bau
lama fermentasi dan rancangan kotak asing dan benda asing, sehingga pada
fermentasi. Warna jaringan biji yang pengamatan kualitas biji kakao kering,
semula ungu dan pejal berangsur berubah ketiga hal ini menjadi penting
menjadi lebih coklat dan berongga sebagai
fungsi waktu fermentasi (Wood and Lass,
1985 dalam Sri Mulato dkk 2005).
Proses pengeringan dilakukan
untuk menurunkan kadar biji kakao dari 50
-55% menjaadi 7% supaya biji kakao aman
disimpan sebelum dipasarkan atau diolah.
33
Agroteknose, Vol.VI, No. 2 Th 2015 Hasil Penelitian

Table 1. Persyaratan umum mutu biji kakao


No Jenis uji Satuan persyaratan
1 Serangga hidup - Tidak ada
2 Serangga mati - Tidak ada
3 Kadar air (b/b) % Maks 7
4 Biji berbau asap dan atau Tidak ada
abnormal dan atau berbau
5 Kadar biji pecah dan atau % Maks 3
pecahan kulit (b/b)
6 Kadar benda-benda asing (b/b) % Maks 0
Sumber : Haryadi dan Supriyanto (2011)
Table 2. Persyaratan khusus mutu biji kakao
Jenis Jumlah biji /100 gr Kadar biji Kadar biji Kadar biji Kadar
mutu Persyaratan (maks) berkapang tidak berserang biji pipih
(%) terfermenta ga (%) (biji/biji)
Persyaratan si (%) ( per Persyarat
(maks) biji-biji) syaratan an (maks)
(maks)
I-M Maks 85 2 3 10 1 2
I-A 86 – 100 2 3 10 1 2
I-B 101 – 110 2 3 10 1 2
I-C 111 – 120 2 3 10 1 2
I-S  120 2 3 10 1 2
II— Maks 85 4 8 30 2 4
AA 86 – 100 4 8 30 2 4
II-A 101 – 110 4 8 30 2 4
II-B 111 -120 4 8 30 2 4
II-C  120 4 8 30 2 4
II-S

Sumber: Haryadi dan Supriyanto (2011)


34
Agroteknose, Vol.VI, No. 2 Th 2015 Hasil Penelitian

Dari Tabel tersebut, ukuran biji dan dipengaruhi oleh kondisi pasta, seperti
tingkat fermentasi, kematangan buah serta suhu, kadar air, ukuran partikel dan
serangga ikut menentukan kualitas biji tekanan kempa. Lemak kakao akan relative
kakao kering. Kandungan kimia biji kakao lebih mudah dikempa pada suhu antara 40
hanya merupakan syarat tambahan yaitu – 45 0C (Sri Mulato dan Edy Suharyanto,
yang meliputi kadar lemak dan asam 2005). Rendemen pasta diperkirakan
lemak bebas. sebesar 80%.
B. Pengolahan lanjutan kakao biji. Bungkil kakao hasil pengepresan
Biji kakao kering, yang sebaiknya dapat diolah lebih lanjut menjadi bubuk
berkualitas baik , dibersihkan dari kotoran kakao yang digunakan sebagai bahan baku
yang terikut, kemudian dilakukan minuman dan bahan baku makanan.
pengangraian dengan suhu 105 – 120 0C Dengan tahapan sebagai berikut, bubuk
dengan waktu antara 10 sampai 35 menit coklat dapat dihasilkan dari bungkil kakao,
tergantung pada jumlah biji kakao yang dihaluskan, kemudian diayak, diperoleh
disangrai dan kadar airnya. Selanjutnya bubuk coklat. Selanjutnya bubuk coklat
dilakukan pemisahan kulit. Pemisahan dicampur dengan gula, susu dan bahan lain
kulit dapat dilakukan secara mekanis sehingga menjadi bubuk coklat yang siap
maupun manual. Supaya dapat digunakan untuk menjadi minuman penyegar.
sebagai bahan makanan maupun minuman, Disamping minuman, makanan
nib atau biji yang semula berbentuk dapat juga dibuat dari pasta coklat ,
butiran padat kasar harus dihancurkan dicampur dengan gula, lemak kakao, susu,
sampai ukuran tertentu (<20 mu ) dan dan bahan-bahan lain untuk kemudian
menjadi bentuk pasta cair kental. Proses dicampur, dihaluskan, dibiarkan dalam
pemastaan umumnya dilakukan dalam dua ruang (tempering) kemudian dicetak dan
tahap, yaitu penghancuran untuk merubah dikemas.
biji kakao padat menjadi pasta dengan Formula dasar untuk adonan
kehalusan butiran > 40mu. Selanjutnya makanan coklat dapat digambarkan seperti
dilakukan pengempaan terhadap pasta proporsi bahan-bahan penyusun campuran
tersebut untuk mengeluarkan lemak kakao. adonan makanan coklat dapat dilihat pada
Rendemen pengempaan sangat Tabel 3 berikut ini.

35
Agroteknose, Vol.VI, No. 2 Th 2015 Hasil Penelitian

Table 3. proporsi bahan campuran adonan makanan coklat


Bahan baku Proporsi
Pasta cokelat 23,50
Lemak kakao 23,50
Susu 17,55
Gula halus (20 um) 35,00
Garam 0,05
Vanili 0,10
Lesitin 0,30
Jumlah 100

Sumber : Sri Mulato dkk (2005)

Bahan-bahan mentah yang penting cokelat untuk minuman, es krim dan kue-
dalam pembuatan cokelat adalah nib kue.
kokoa, gula hasil pemurnian ulang, lemak Sebelum diproses menjadi
kakao, susu, lesitin dan penyedap. Untuk makanan dan minuman, biji kakao kering
pembuatan cokelat, penyangraian nib pada harus memenuhi syarat mutu fisik,
suhu rendah biasa dilakukan. Gula yang kimiawi dan kebersihan sesuai standard
digunakan sebaiknya bermutu tinggi, gizi, citarasa dan kesehatan. Penyangraian
kering dan bebas dari gula invert. Sedikit merupakan tahapan awal proses produksi
kadar air saja ataupun sedikit kadar gula makanan dan minuman cokelat dan
inert dapat mengganggu tahap pelembutan bertujuan untuk membentuk aroma dan
dan conching. Lemak kokoa yang dapat citarasa khas cokelat dari biji kakao.
digunakan untuk pembuatan cokelat susu Penyangraian dilakukan pada suhu 115 –
ialah lemak kokoa bercitarasa ringan. Susu 1200C. Biji kakao mengandung cukup
bubuk atau susu remah dapat digunakan banyak senyawa calon pembentuk citarasa
dalam pembuatan cokelat susu. Citarasa dan aroma khas cokelat antara lain asam
susu alami dapat sedikit diragamkan amino dan gula reduksi. Jika dipanaskan
dengan perlakuan panas. pada suhu dan waktu yang cukup,
Secara umum produk cokelat dapat keduanya akan bereaksi membentuk rasa
dibedakan menjadi dua, yaitu dalam dan aroma (Reaksi Maillard). Proses
bentuk padat (permen cokelat) dan bubuk sangrai juga menyebabkan penguapan air
36
Agroteknose, Vol.VI, No. 2 Th 2015 Hasil Penelitian

sehingga daging biji mengkerut dan mudah Prosentase bahan tambahan dalam
dikupas kulitnya. Kulit biji (shell) dibuang formula makanan cokelat memberikan
sebagai limbah, sedangkan daging biji konsekuensi pada penamaan produknya.
(nib) merupakan bagian yang bisa dimakan Sebagai contoh, pada Tabel 5 berikut
dan digunakan sebagai bahan baku cokelat. menunjukkan deversifikasi produk
Produk makanan umumnya diolah makanan cokelat pada berbagai jenis
dari campuran bahan baku utama dan formula dengan penamaan produk yang
bahan-bahan tambahan. Demikian juga mengikuti proporsi bahan bakunya.
dengan produk makanan cokelat. Secara visual, proporsi kandungan
Formulasi makanan cokelat terdiri atas pasta kakao, lemak kakao, susu dan gula
pasta kakao (sebagai bahan baku utama) dalam makanan cokelat akan
bahan pemanis dan bahan penyedap yang menghasilkan perbedaan warna produk
masing-masing mempunyai fungsi saling cokelat yang menyolok.
melengkapi. Senyawa-senyawa kimia Proporsi masing-masing bahan penyusun
dalam bahan tambahan akan saling formula makanan cokelat dapat dilihat
berinteraksi secara kimiawi menghasilkan pada Tabel 6.
citarasa dan warna produk akhir yang
spesifik.

Tabel 4. Jenis bahan baku produk cokelat dan fungsinya.


No Jenis bahan Fungsi
1 Pasta kakao citarasa dan aroma dasar (khas) cokelat
2 Lemak kakao pengikat dan pelapis berbagai jenis bahan makanan
3 Gula citarasa dan aroma manis
4 Susu citarasa, nutrisi tambahan, pewarna dan tekstur
5 Lesitin pengemulsi (emulsifier)

Sumber : Sri Mulato dan Edy Suharyanto (2011)

37
Agroteknose, Vol.VI, No. 2 Th 2015 Hasil Penelitian

Tabel 5. Proporsi pasta, lemak kakao, susu dan gula berbagai produk cokelat
Jenis produk Pasta kakao Lemak kakao susu Gula
Cokelat gelap (dark chocolate) +++ + + x
Cokelat putih (white chocolate) x +++ + ++
Cokelat susu (milk chocolate) + + +++ ++
Cokelat manis (sweet chocolate) + + + +++

Sumber : Sri Mulato dan Edy Suharhayanto (2011)

Tabel 6. Proporsi pasta kakao, lemak kakao, susu dan gula berbagai produk cokelat
Jenis Pasta Lemak Susu (%) Gula (%)
kakao (%) kakao (%)
Cokelat gelap (dark chocolate) 70 Maks 20 Maks 10 0
Cokelat putih ( white chocolate) 0 50 5 45
Cokelat susu (milk chocolate) 10 20 20 50
Cokelat manis (sweet chocolate) 15 15 5 65

Sumber : Sri Mulato dan Edy Suharyanto (2011)

Tujuan penelitian PELAKSANAAN PENELITIAN


Penelitian ini bertujuan untuk Bahan yang digunakan untuk
mengevaluasi kualitas biji kakao kering penelitian berupa biji kakao kering berasal
dari Gunungkidul, Samigaluh dan kebun daripasarGunungkidul, Kulonprogo dan
Pagilaran dan menentukan perbandingan Pagilaran, aquades , kloroform, gula dan
gula halus dan gula cair yang tepat dalam susu’
pembuatan cokelat susu dan cokelat manis Alat yang digunakan : seperangkat alat
destilasi soxhlet , kompor , penggiling
Manfaat penelitian kakao, alat sangrai, soxlet, cetakan permen
Dapat diketahui kualitas biji kakao dari cokelat dan alat-alat untuk uji
masing-masing daerah dan kemungkinan organoleptik.
perbaikannya, serta kemungkinan untuk Metode Penelitian
membuat permen cokelat secara sederhana Pada penelitian ini akan dilakukan 2
kegiatan, yang meliputi :
38
Agroteknose, Vol.VI, No. 2 Th 2015 Hasil Penelitian

1. Pengamatan kualitas biji kakao yang Sangrai lagi, sampai aroma khas
berasal dari Gunungkidul, Kulonprogo dan coklat keluar dan warna biji
Pagilaran menjadi lebih tua
2. Pembuatan kakao pasta yang dilanjutkan d. Masukkan biji kakao sangrai ke
dengan pembuatan cokelat susu dan dalam blender, di blender
cokelat manis sampai berminyak (keluar
Pelaksanaan Penelitian minyak dari bubuk kakao).
1. Pengamatan kualitas biji kakao e. Tambahkan susu 20 gram ,
kering yang berasal dari blender lagi, sampai homogen.
Gunungkidul, Kulonprogo dan f. Pasta kakao dan susu yang
Kebun Pagilaran, dengan urutan sudah homogen dipindahkan ke
kerja sebagai berikut : panci, kemudian ditambah gula
a. Ditimbang 100 gram biji kakao 50 gr yang terdiri atas 40 gram
dari ketiga sampel gula halus dan 10 gram gula cair
b. Kemudian dihitung berapa serta air 10 ml (perlakuan B1) .
jumlah biji kakao yang ada g. Variasi yang lain sebagai B2
dalam setiap 100 gram sampel. adalah penambahan 50 gram
c. Dihitung juga benda asing yang gula yang terdiri atas 35 gram
terikut dalam 100 gram biji gula halus dan 15 gram gula cair
kakao dan daging buah yang serta air 15 ml (perlakuan B2) .
masih melekat h. Dipanaskan dengan api kecil
d. Dilakukan analisis kadar air dan sampai mengental, matikan
kadar lemak kompor, kemudian dicetak.
2. Pembuatan cokelat susu (milk i. Dilakukan uji organoleptik
chocolate) terhadap kesukaan warna, rasa,
a. Ditimbang 30 gram biji kakao aroma dan tekstur
kering dari ketiga sampel (A1= 3. Pembuatan cokelat manis
wonosari, A2= kulonprogo dan a. Ditimbang 30 gram biji kakao
A3= pagilaran) kering dari ketiga sampel (A1,
b. Disangrai dengan menggunakan A2 dan A3)
wajan, sambil diaduk, sampai b. Disangrai dengan menggunakan
kulit ari mudah lepas wajan, sambil diaduk, sampai
c. Selanjutnya kulit dipisahkan kulit ari mudah di lepas.
39
Agroteknose, Vol.VI, No. 2 Th 2015 Hasil Penelitian

c. Selanjutnya kulit ari dipisahkan kering, hasilnya dibandingkan dngan


dari biji kako. standar, sehingga dapat ditentukan biji
d. Disangrai lagi, sampai aroma kakao kering masing-masing sampel
khas colat keluar dan warna biji masuk dalam kualitas mana.
menjadi lebih tua Selanjutnya pada hasil olahan
e. Masukkan biji kakao sangrai ke lanjutan diuji organoleptik tingkat
dalam blender, digiling sampai kesukaan terhadap tekstur, warna dan
berminyak citarasa .
f. Tambahkan susu 5 gram,
diblender lagi sampai homogen HASIL DAN PEMBAHASAN
dan berminyak Biji kakao kering diperoleh dari petani
g. Pasta kakao dan susu yang gunungkidul, Samigaluh dan perkebunan
sudah homogen dipindahkan ke Pagilaran. Pada masing-masing biji kakao
panci, kemudian ditambah gula tersebut diamati kualitasnya melalui
65 gr yang terdiri atas 55 gram beberapa parameter kualitas. Kemudian
gula halus dan 10 gram gula cair dari masing-masing contoh biji kakao
serta air 10 ml (perlakuan B1) . tersebut diolah menjadi cokelat susu dan
h. Variasi yang lain sebagai B2 cokelat manis, yang kemudian duji
adalah penambahan 65 gram kesukaan untuk mengetahui penerimaan
gula yang terdiri atas 50 gram konsumen terhadap produk yang
gula halus dan 15 gram gula cair dihasilkan. Hasil yang diperoleh disajikan
serta air 15 ml (perlakuan B2) . pada Tabel-tabel di bawah ini
i. Dipanaskan dengan api kecil A. Mutu biji kakao.
sampai mengental, matikan Mutu biji kakao diamati dengan
kompor, kemudian dicetak. menggunakan 100 gram sampel
j. Dilakukan uji organoleptik biji kakao dari masing-masing
terhadap kesukaan warna, rasa, contoh biji kakao tersebut
aroma dan tekstur kemudian dihitung jumlah biji
yang ada, jumlah kotoran yang
Evaluasi hasil. terikut dan dianalisis kandungan air
Pada biji kakao kering dianalisis serta kadar lemak biji kakao .
kadar air, kadar lemak, kadar kotoran hasilnya seperti disajikan pada
dan jumlah biji per 100 gr biji kakao Tabel 7 berikut ini.
40
Agroteknose, Vol.VI, No. 2 Th 2015 Hasil Penelitian

Tabel 7. Hasil pengamatan biji kakao


Asal kakao Jumlah Juml kotoran (%) Kadar air Kadar lemak (%)
biji/100 g (%))
Gunungkidul 92 1,90 10,39 26,54
Samigaluh 137 7,92 11,42 22,01
Pagilaran 99 0,35 8,89 31,97

Dengan melihat hasil pada Tabel 7, ditentukan yaitu 7%. Sedangkan kadar
maka dapat dikatakan bahwa, jumlah biji lemak sampel dari samigaluh (kulonprogo)
pada 100 gram biji kakao dari gunungkidul mempunyai kada lemak paling rendah
dan pagilaran berjumlah kurang dari 100, yaitu 22,01%, biji kakao dari gunungkidul
berarti kedua sapel tersebut termasuk biji mempunyai kadar lemak sebesar 26,54%
kakao yang mempunyai ukuran besar , dan dari Pagilaran mengandung lemak
masuk kelompok I-A yaitu jumlah biji 86 sebesar 31,97%. Apabila dibandingkan
– 100 untuk 100 gram biji. Sedangkan dengan SNI dinyatakan kadar lemak biji
sampel biji kakao dari kulonprogo kakao berkisar 55%. Artinya kadar lemak
berjumlah 137 biji, berarti masuk pada ketiga sampel ada di bawah standar ketiga
kelompok S yaitu jumlah biji > dari 120 nya. Hal ini kemungkinan disebabkan
biji per 100 gram kakao. Jumlah kotoran karena jenis kakao yang diusahakan
biji kakao dari gunungkidul dan pangilaran berbeda, tingkat kematangan buah pada
masih masih dibawah batas maksimum, saat panen tidak tepat dan pengolahan hasil
sedangkan kotoran dalam biji kakao dari yang kurang tepat.
kulonprogo sebanyak 7,92, artinya lebih
besar daripada standar yaitu 2%. Hal ini B. Uji kesukaan cokelat manis
seperti yang disampaikan dalam syarat Pada cokelat manis yang dihasilkan
khusus mutu biji kakao (Haryadi dan disajikan pada 20 panelis untuk dinilai
Supriyanto, 2012). rasa, warna, aroma dan tekstur. Kemudian
Kadar air pada ketiga sampel hasil penilaian dirata-rata untuk
besarnya antara 8,89 sampai dengan mengetahui kesukaan panelis terhadap
10,39%, artinya kadar air ketiga sampel parameter kesukaan tersebut. Hasil
tersebut lebih besar daripada standard yang
41
Agroteknose, Vol.VI, No. 2 Th 2015 Hasil Penelitian

penilaian kesukaan panelis disajikan pada Tabel 8 berikut.


Tabel 8. Hasil uji kesukaan panelis terhadap cokelat manis
Warna Aroma Rasa Tekstur
A1B1 4,85 5,15 4,15 4,85
A2B1 4,85 4,65 4,75 3,85
A3B1 4,90 4,60 4,70 4,00
A1B2 5,30 5,30 4,90 4,85
A2B2 4,60 4,60 4,20 4,05
A3B2 6,65 4,35 4,30 3,50

Keterangan : A1B1 : Gk + gula 55+ 10 A1B2 : Gk + gula 50 + 15


A2B1 : sg + gula 55 + 10 A2B2 : sg + gula 50 + 15
A3B1 : p + gula 55 + 10 A3B2 : p + gula 50 + 15

Dengan melihat Tabel 8 di atas adanya bahan tambahan yang digunakan


dapat dikatakan bahwa, warna yang paling dalam pengolahan ini.
disukai yaitu sangat disukai (6,65) adalah Rasa cokelat manis mendapatkan
cokelat manis yang berasal dari biji kakao penilaian netral (4) sampai dengan agak
pagilaran yang ditambah gula halus suka (5). Hal ini disebabkan rasa cokelat
sebesar 50 gram dan 15 gula halus serta 15 manis masih asli belum ada bahan
ml air, sedangkan produk yang lain tambahan yang digunakan untuk
mendapat nilai kesukaan 4,8 (agak suka). memvariasi rasa.
Hal ini disebabkan karena bahan dasar Tekstur cokelat manis
yang digunakan memang paling baik mendapatkan nilai agak tidak suka (3)
kualitasnya adalah sampel A3 yaitu dari sampai dengan netral (4). Hal ini
Pagilaran, sehingga setelah diolah pun disebabkan tekstur cokelat manis yang
menghasilkan warna yang lebih baik dihasilkan belum lemb ut dan keras,
daripada yang lain. pelembutan yang harusnya dilakukan
Aroma cokelat manis dinilai antara dalam waktu yang lama dengan suhu agak
netral (4) sampai agak suka (5). Hal ini tinggi belum dapat dilakukan karena alat
disebabkan karena keterbatasan alat yang memadai belum ada, sehingga masih
pencampur dan pelembut sehingga hasil perlu perbaikan dan perhatian pada tekstur
olahan tidak sempurna, serta belum cokelat manis.

42
Agroteknose, Vol.VI, No. 2 Th 2015 Hasil Penelitian

C. Uji kesukaan Cokelat susu warna, aroma , rasa dan tekstur.


Pada cokelat susu yang dihasilkan Hasilnya seperti terlihat pada Tabel
disajikan kepada 20 panelis yang 9 berikut ini.
kemudian memberikan penilaian

Tabel 9. Hasil uji kesukaan panelis terhadap cokelat susu (chocolate milk)
Warna Aroma Rasa Tekstur
A1B1 5,00 5,05 4,15 4,25
A2B1 4,40 5,05 4,75 3,85
A3B1 5,00 4,25 4,70 4,00
A1B2 5,00 4,60 4,90 4,85
A2B2 5,65 4,55 4,20 4,05
A3B2 4,40 4,70 4,30 3,50

Dari Tabel 9 dapat dikatakan sehingga memang ketersediaan alat yang


bahwa penilaian panelis terhadap warna lebih memungkinkan untuk eksplorasi
cokelat susu yang dihasilkan adalah netral komponen-komponen yang ada di dalam
(4) sampai dengan agak suka (5). Warna biji kakao bisa berjalan dengan sempurna
cokelat susu pada umumnya adalah warna Tekstur, juga dinilai belum disukai,
coklat sesuai dengan warna bahan dasar karena memang cokelat susu mempunyai
yang kemudian menjadi agak muda karena tekstur yang keras dan butiran-butiran
ada tambahan susu. Pada hasil pabrikan masih terasa, seperti permen keras. Hal ini
cokelat susu memberikan kilap yang disebabkan penggunaan gula tebu yang
meningkatkan kesukaan konsumen, masih tinggi persentase dan penambahan
sementara pada hasil penelitian ini kurang air dalam pengolahan, apabila
mengkilap karena lemak yang ada dalam dibandingkan dengan teori memang
biji kakao belum semuanya bisa penambahan air sesedikit mungkin.
dimunculkan di permukaan. Dengan demikian penilaian
Aroma dan rasa juga mendapatkan kesukaan terhadap cokelat manis dan
penilaian yang sama, yaitu antara 4 – 5 cokelat susu masih belum tinggi, tetapi
atau netral – agak suka. Dimungkinkan sudah dapat menerima produk tersebut
juga sama dengan alasan yang pertama, dengan catatan pada tekstur.
43
Agroteknose, Vol.VI, No. 2 Th 2015 Hasil Penelitian

5. Pada umum nya catatan panelis


KESIMPULAN DAN SARAN menyatakan bahwa warna, aroma
A. Kesimpulan dan rasa sudah dapat diterima,
Berdasarkan hasil pengamatan dan sedangkan tekstur masih kurang
analis yang dilakukan terhadap biji kakao halus dan terlalu keras.
dan produk olahannya, maka dapat B. Saran
disimpulkan sebagai berikut: Secara umum panelis masih
1. Biji kakao yang beredar di pasar merasakan kekurangan pada tekstur
Daerah Istimewa Yogyakarta cokelat manis dan cokelat susu,
mempunyai kualitas sebagai sehingga disarankan untuk
berikut : biji kakao berasal dari perbaikan formula secara umum,
gunung kidul, samigaluh dan terutama jenis gula dan jumlah
pagilaran mempunyai kadar air penambahan air. Disamping itu
berturut-turut : 10,39%, 11,42% yang berhubungan dengan proses
dan 8,89 %, kadar lemak 26,54%, homogenisasi dan penghalusan
22,01% dan 31,97 %, kadar yaitu peralatan dan waktu
kotoran 1,9%, 7,92%, 0,35 % dan homogenisasi perlu ditambah.
jumlah biji 92, 137 , 99 biji per 100
gram DAFTAR PUSTAKA
2. Semua biji kakao yang berasal [1] Harian Jogja.com. kulon-progo,
gunungkidul, samigaluh dan selasa 30 Juli 2013. Produksi

pagilaran memungkinkan untuk Kakao di kabupaten Kulon-


progomengalami penurunan.
diolah lebih lanjut
[2] Haryadi dan M.Supriyanto, 1991.
3. Cokelat manis yang dihasilkan
Pengolahan kakao menjadi bahan
mendapatkan penilaian kesukaan
pangan. Pusat antar universitas
panelis hampir sama, yaitu antara
pangan dan gizi, Universitas
netral dan agak suka atau 4 sampai Gadjah Mada. Yogyakarta
dengan 5. [3] Siregar, S. Riyadi, N. Laeli, 2005.
4. Demikian pula cokelat susu yang Pembudidayaan, pengolahan dan
dihasilkan mendapat nilai kesukaan pemasaran coklat. Penebar
antara netral dan agak suka atau 4 Swadaya. Jakarta
sampai dengan 5. [4] Sri Mulato, Sukrisno Wdyotomo,
Misnawi dan Edy Suharyanto,

44
Agroteknose, Vol.VI, No. 2 Th 2015 Hasil Penelitian

2005. Pengolahan produk primer Pemasaran Cokelat, cetakan XVII.


dan sekunder kakao. Pusat Penebar Swadaya.
Penelitian Kopi dan Kakao [7] www. Suksma inspirasi.com 1 feb.
Indonesia, Jember. 2013 Kulon-progo targetkan
[5] Sri Mulato dan Edy Suharyanto , produksi kakao kualitas SNI.Harian
2011. Kakao, Cokelat dan Jogja.com. kulon-progo. Selasa 30
Kesehatan. Pusat Penelitian Kopi Juli 2013.
dan Kakao Indonesia, Jember.
[6] Tumpal H.S.Siregar, Slamet Riyadi
dan Laeli Nuraeni, 2005.
Pembudidayaan, Pengolahan, dan

45

Anda mungkin juga menyukai