Anda di halaman 1dari 9

1.

Pengertian
Peritonitis adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi atau kondisi aseptik pada
selaput organ perut (peritoneum). Peritoneum adalah selaput tipis dan jernih yang
membungkus organ perut dan dinding perut bagian dalam. Lokasi peritonitis bisa
terlokalisir atau difus dan riwayat akut atau kronik. Peritonitis merupakan suatu
kegawatdaruratan yang biasanya disertai dengan bakteremia atau sepsis. Kejadian
peritonitis akut sering dikaitkan dengan perforasi viskus (secondary peritonitis). Apabila
tidak ditemukan sumber infeksi pada intraabdominal, peritonitis dikategorikan sebagai
primary peritonitis.

2. Etiologi
Penyebab terjadinya peritonoitis adalah bakteri, bakteri ini masuk ke rongga
peritoneum dan terjadi peradangan. Bakteri yang sering menyebabkan peritonoitis yaitu
Escheria coli (40%), Klebsiella pneumoniae (7%), Streptococcus pneumoniae (15%0,
Pseudomonas species, Proteu species, dan gram negatif lainnya (20%), Streptoccous
lainnya (15%), Staphylococcus (3%). Peritonis juga bisa disebabkam secara langsung dari
luar seperti operasi yang tidak seteril, terkontaminasi talcum veltum, lypodium, dan
sulfonamida, serta trauma pada kecelakaan seperti ruptur limpa, dan ruptur hati.

3. Klasifikasi
Peritonitis dapat diklasifikasikan menjadi peritonitis primer, peritonitis sekunder, dan
peritonitis tersier.
a. Peritonitis primer disebabkan oleh penyebaran infeksi melalui darah dan kelenjar
getah bening di peritoneum dan sering dikaitkan dengan penyakit sirosis hepatis.
b. Peritonitis sekunder disebabkan oleh infeksi pada peritoneum yang berasal dari
traktus gastrointestinal yang merupakan jenis peritonitis yangpaling sering terjadi.
Peritonitis sekunder umum yang bersifat akut disebabkan oleh berbagai penyebab.
Infeksi traktus gastrointestinal, infeksi traktus urinarius, benda asing seperti yang
berasal dari perforasi apendiks, asam lambung dari perforasi lambung, cairan empedu
dari perforasi kandung empedu serta laserasi hepar akibat trauma.
c. Peritonitis tersier merupakan peritonitis yang disebabkan oleh iritan langsung yang
sering terjadi pada pasien immunocompromised dan orang-orang dengan kondisi
komorbid.
4. Patofisiologi
Peritonitis menyebabkan penurunan aktivikas fibrinolitik intra abdomen (peningkatan
aktivitas inhibitor aktivator plasminogen) dan fibrin karantina dengan pembentukan
adhesi berikutnya. Produksi eksodakt fibrinosa merupakan reaksi penting pertahanan
tubuh tetapi sejumlah bakteri dapat dikarantina dalam matriks fibrins. Matrin fibrin
tersebut yang memproteksi bakteri dari mekanisme pembersih tubuh.
Pembentukan abses merupakan strategi pertahanan tubuh untuk mencegah penyebaran
infeksi, namun proses ini dapat menyebabkan infeksi paristen dan sepsis yang
mengancam jiwa. Awal pembentukan abses melibatkan pelepasan bakteri dan agen
potensi abses ke lingkungan yang steril. Pertahanan tubuh tidak dapat mengeliminasi agen
infeksi dan mencoba mengontrol penyebaran melalui sistem kompartemen. Proses ini
dibantu oleh kombinasi faktor-faktor yang memiliki fitur yang umum yaitu fagositosis.
Kontaminasi transien bakteri pada peritoneal (yang disebabkan oleh penyakit viseral
primer) merupakan kondisi umum.
Respon peradangan peritonitis juga menimbulkan akumulasi cairan karena kapiler dan
membran mengalami kebocoran. Jika defisit cairan tidak dikoreksi dengan cepat dan
agresif, maka akan menyebabkan kematian sel. Pelepasan berbagai mediator misal
interleukin, dari kegagalan organ. Oleh karena tubuh mencoba untuk mengompensasi
dengan cara retensi cairan dan elektrolit oleh ginjal, produk buangan juga ikut
menumpuk. Takikardi awalnya meningkatkan curah jantung, tetapi kemudian akan segera
terjadi badikardi begitu terjadi syok hipovolamik. Organ – organ di dalam vakum
peritoneum termasuk dinding abdomen mengalami edema. Edema disebabkan oleh
parmeabilitas pembuluh darah kapiler organ- organ tersebut meninggi. Pengumpulan
cairan di dalam rongga peritoneum dan lumen – lumen usus, serta edem seluruh organ
intraperitoneal dan edema dinding abdomen termasuk jaringan retroperitoneal
menyebabkan hipovolemia. Hipovolemik bertambah dengan adanya kenaikan suhu,
intake yang tidak ada, serta muntah. Terjebaknya cairan di rongga peritoneum dan lumen
usus, lebih lanjut meningkatkan tekanan intraabdomen, membuat usaha pernafasan penuh
menjadi sulit dan menimbulkan perfusi.
5. WOC

Invasi kuman ke lapisa peritoneum oleh berbagai kelainan oleh system


gastrointestinal dan penyebaran infeksi dari organ abdomen atau perforasi
organ panca trauma abdomen

Respon peradangan pada peritoneum


dan organ didalamnya

Peritonitis

Penurunan aktivitas fibrinolitik intra abdomen

Pembentukaneksudat fibrinosa atau abses pada peritonium

Respon local saraf Gangguan Syok sepsis


terhadap inflamasi gastrointestinal

Respon
Distensi abdomen Mual, mantah, kardiovaskuler
kembung,
anoreksia
Nyeri Curah jantung
menurun
Intake nutrisi
anoreksia Supali darah ke
otak menurun
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Penurunan perfusi
kebutuhan tubuh serebral

6. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala dari peritonitis yaitu syok (neurologik dan hipovolemik) terjadi pada
penderita peritonitis umum, demam, distensi abdomen, nyeri tekan abdomen, bising usus
tidak terdengar, nausea, dan vomiting.

7. Penatalaksanaan.
Ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang perlu diketahui yaitu test laboratorium :
a. leukositosis,
b. hematokrit meningkat dan asidosis metabolik meningkat. Untuk
c. pemeriksaan X-Ray : foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), akan
didapatkan ileus, usus halus dan usus besar dilatasi, dan udara dalam rongga
abdomen terlihat pada kasus perforasi
Pemeriksaan dapat membantu dalam mengevaluasi kuadran kanan misal prihepatic
abses, kolesistitis biloma, pankreatitis, pankreas pseudocyst dan kuadran kiri misal
appendiksitis, abses tuba ovarium, abses douglas, tetapi kadang pemeriksaan terbatas
karena adanya nyeri distensi abdomen dan gangguan gas usus, USG juga dapat untuk
melihat jumlah cairan dalam peritoneal.

8. Asuhan Keperawatan Peritonitis


A. Pengkajian
1. Identitas
Nama pasien, Umur, Jenis kelamin, Suku /Bangsa, Pendidikan, Pekerjaan, Alamat
2. Keluhan utama:
Keluhan utama yang sering muncul adalah nyeri kesakitan di bagian perut sebelah
kanan dan menjalar ke pinggang.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Peritinotis dapat terjadi pada seseorang dengan peradangan iskemia, peritoneal
diawali terkontaminasi material, sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus
eritematosus, dan sirosis hepatis dengan asites.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Seseorang dengan peritonotis pernah ruptur saluran cerna, komplikasi post
operasi, operasi yang tidak steril dan akibat pembedahan, trauma pada kecelakaan
seperti ruptur limpa dan ruptur hati.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Secara patologi peritonitis tidak diturunkan, namun jika peritonitis ini disebabkan
oleh bakterial primer, seperti: Tubercolosis. Maka kemungkinan diturunkan ada.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Sistem pernafasan
Pola nafas irregular (RR> 20x/menit), dispnea, retraksi otot bantu pernafasan
serta menggunakan otot bantu pernafasan.
b. Sistem kardiovaskuler
Klien mengalami takikardi karena mediator inflamasi dan hipovelemia
vaskular karena anoreksia dan vomit. Didapatkan irama jantung irregular
akibat pasien syok (neurogenik, hipovolemik atau septik), akral : dingin,
basah, dan pucat.
c. Sistem Persarafan
Klien dengan peritonitis tidak mengalami gangguan pada otak namun hanya
mengalami penurunan kesadaran.
d. Sistem Perkemihan
Terjadi penurunan produksi urin.
e. Sistem Pencernaan
Klien akan mengalami anoreksia dan nausea. Vomit dapat muncul akibat
proses ptologis organ visceral (seperti obstruksi) atau secara sekunder akibat
iritasi peritoneal. Selain itu terjadi distensi abdomen, bising usus menurun, dan
gerakan peristaltic usus turun (<12x/menit).
f. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen
Penderita peritonitis mengalami letih, sulit berjalan, nyeri perut dengan
aktivitas. Kemampuan pergerakan sendi terbatas, kekuatan otot mengalami
kelelahan, dan turgor kulit menurun akibat kekurangan volume cairan.

7. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi tidak adekuat
c. Penurunan perfusi serebral berhubungan dengan suplai darah ke otak menurun
8. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan NOC NIC Rasional
Nyeri Manajemen Pain management 1. Untuk
berhubungan Nyeri 1. Kaji secara mengathui
dengan agen Setelah kimprehensif nyeri pasien
cedera fisik dilakukan tentang nyeri 2. Agar pasien
tindakan asuhan 2. Ajarkan bisa
keperawatan menggunakan melakukannya
selama teknik non setiap saat
...x...menit farmakologi unntuk
diaharapkan 3. Anjurkan pasien mengurangi
sesuai dengan untuk berdikusi nyeri
kriteria hasil: tentang nyerinya 3. Agar perawat
1. Mampu 4. Kolaborasi mampu
mengontrol dengan dokter mengetahui
nyeri untuk pemberian keluhan
2. Nyeri analgesic pasien
berkurang 4. Untuk
mengurangi
nyeri
Ketidakseimban Status Nutrisi: Nutrisional 1. Untuk
gan nutrisi nutrient inatke management mengetahui
kurang dari Setelah 1. Monitor input input dan
kebutuhan tubuh dilakukan dan output output nutrisi
Penurunan tindakan asuhan nutrisi pasien
perfusi serebral keperawatan 2. Berikan makanan 2. Agar pasien
selama yang terpilih lebih suka
...x...menit 3. Anjurkan pasien makan
diaharapkan makan sedikit 3. Agar
sesuai dengan tapi sering masuknya
kriteria hasil: 4. Kolaborasi nutrisi
1. Kebutuhan dengan ahli gizi 4. Agar nurisi
nutrisi untuk tetap
terpenuhi menentukan seimbang
jumlah kalori
yang dibutuhkan
Penurunan Sirculation Pheripheral 1. Untuk
perfusi serebral status sensation mengetahui
berhubungan Setelah management perubahan
dengan suplai dilakukan 1. Monitor adanya terhadap
darah ke otak tindakan asuhan perubahan status pasien
menurun keperawatan mental, kesdaran 2. Agar nyeri
selama dan tanda vital dapat
...x...menit 2. Batasi gerakan terkontol
diaharapkan kepala, leher, 3. Agar pasien
sesuai dengan punggung tetap merasa
kriteria hasil: 3. Anjurkan pasien nyaman
1. Tekanan berbaring dengan 4. Agar nyeri
darah dalam posisi nyaman berkurang
batas normal 4. Kolaborasi
dengan dokter
untuk pemberian
analgesic

9. Implementasi Keperawatan
Diagnosa Implementasi Respon/ Evaluasi Proses
Keperawatan
Nyeri berhubungan 1. Mengkaji secara DS:
dengan agen cedera kimprehensif tentang
Pasien mengatakan nyeri
fisik nyeri
sedikit berkurang
2. Mengajarkan
menggunakan teknik DO:
non farmakologi
Pasien masih terlihat
3. Menganjurkan pasien
sedikit tampak meringis
untuk berdikusi
tentang nyerinya
4. Berkolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian analgesic
Ketidakseimbangan 1. Memonitor input dan DS:
nutrisi kurang dari output nutrisi
Pasien mengatakan nafsu
kebutuhan tubuh 2. Memberikan
makan berkurang
berhubungan dengan makanan yang
intake nutrisi tidak terpilih DO:
adekuat 3. Menganjurkan pasien
Porsi makan pasien hanya
makan sedikit tapi
½ porsi
sering
4. Berkolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori yang
dibutuhkan
Penurunan perfusi 1. Memonitor adanya DS:
serebral berhubungan perubahan status
Pasien mengatakan sedikit
dengan suplai darah mental, kesdaran dan
nyeri kepala
ke otak menurun tanda vital
2. Membatasi gerakan DO:
kepala, leher,
Pasien Nampak lebih
punggung
sering terlihat tidur
3. Menganjurkan pasien
berbaring dengan
posisi nyaman
4. Berkolaborasi dengan

dokter untuk

pemberian analgesic

Dafus:
Triyadi.2014. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Peritonitis.
http://repository.ump.ac.id.pdf
Zahari, Asri dkk. 2016. Pola Kasus dan Penatalaksanaan Peritonitis Akut di Bangsal
Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang. http://jurnal.fk.unand.ac.id

Anda mungkin juga menyukai