Anda di halaman 1dari 4

Nama : Tita Febriyanti

NIM : 023001814022
Nama Asdos : Elsefta
Lab Analisis Laporan Keuangan

PT AGUNG PODOMORO LAND Tbk

Profil Singkat Perusahaan

PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN) adalah pemilik, pengembang, dan pengelola real


estat terintegrasi terdiversifikasiterkemuka di segmen real estat ritel, komersial, dan
perumahan dengan kepemilikan yang beragam. Kami memiliki model pengembangan properti
terintegrasi, mulai dari pembebasan lahan dan / atau pengadaan, hingga desain dan
pengembangan, hingga manajemen proyek , penjualan, penyewaan dan pemasaran komersial,
hingga operasi dan manajemen pengembangan superblok, mal perbelanjaan, kantor, hotel, dan
apartemen dan rumah tinggal. Kami dikenal sebagai
pelopor pengembangan superblock . Proyek landmark kami yang berkualitas tinggi, untuk
beberapa nama adalah Kota Podomoro, Kota Kuningan, dan Kota Senayan.
 
APLN didirikan pada 30 Juli 2004 dengan nama PT Tiara Metropolitan Jaya. Pada tahun
2010, pemegang saham kami menyelesaikan restrukturisasi perusahaan, sesuai dengan mana
enam perkembangan dan perusahaan induknya dialihkan ke kendali kami. APLN,
adalah entitas terdaftar unggulan (IDX: APLN) dari Agung Podomoro Group (APG), adalah
salah satu pengembang real estat yang tumbuh paling cepat dan terbesar di Indonesia dengan
minat pada superblok, properti ritel, perkantoran, apartemen dan perumahan, dan hotel. APG
mendirikan pengembangan pertamanya, sebuah kompleks perumahan di daerah Simprug,
Jakarta Selatan, pada tahun 1969 dan menyelesaikan pembangunannya pada tahun 1973. Dari
tahun 1973 hingga sekarang, anggota APG menyelesaikan atau memulai pembangunan lebih
dari 70 proyek properti , dengan mayoritas ditujukan kepada kelas menengah
segmen masyarakat, dengan proyek-proyek mulai dari apartemen murah hingga apartemen
mewah di Jakarta Selatan, perumahan mewah, perumahan kelas atas dan mal, ruko, hotel, soho
dan menara perkantoran .
 
APLN menggabungkan pendekatan visioner untuk desain dengan penekanan pada eksekusi
cepat dan waktu ke pasar.Berdasarkan pengalaman dan sumber daya Grup Agung Podomoro ,
kami telah bertanggung jawab untuk menghadirkan sejumlah properti landmark di pasar
seperti Kompleks Kota Podomoro andalan kami dan Kota Senayan yang terkenal . Kami juga
memelopori konsep superblok, menyatukan perumahan, ritel, rekreasi dan ruang kantor dalam
satu kompleks pengembangan bertingkat terintegrasi untuk menciptakan ruang hidup
perkotaan yang menyenangkan dan sangat nyaman, dengan komponen penjualan dan sewa.
 
Superblok kami memberi konsumen cara hidup alternatif melalui pengembangan
Superblock berkualitas tinggi kami , yang menawarkan kemungkinan gaya hidup urban
yang seimbang dan menyenangkan bagi ribuan konsumen.
 
Dengan menerapkan jaringan dan nama merek kami yang baik, tim pemasaran kami yang kuat
dan berpengalaman biasanya mampu menghasilkan minat yang kuat untuk menghasilkan uang
melalui penjualan, deposito, dan cicilan. Kami juga memperhatikan dengan seksama
campuran aliran pendapatan yang berasal dari penjualan versus pendapatan berulang.

Visi Perusahaan

Terus bertumbuh menjadi pengembang terpadu dalam bisnis properti dan berkomitmen penuh
untuk memberikan nilai yang optimal bagi pelanggan, rekan usaha, pemegang saham, dan
masyarakat.

Misi Perusahaan

1. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan perumahan dan area komersial yang


berkualitas.
2. Mengoptimalkan pengembalian investasi dari rekan usaha dan pemegang saham.
3. Menjadi perusahaan pengembang yang mampu memberikan nilai lebih bagi para
karyawan.
4. mendukung program pemerintah dalam rangka mendorong pembangunan perkotaan
dan dalam meningkatkan indeks pengembangan manusia.

INTERPRETASI HASIL LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2017-2018

PT AGUNG PODOMORO LAND Tbk

1. LIQUIDITY RATIO
 Current Ratio: Kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya
dengan menggunakan current asset semakin buruk karena terjadi penurunan current ratio
dari tahun 2017 ke tahun 2018.
 Quick Ratio: Kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendeknya
dengan menggunakan asset yang liquid semakin buruk karena terjadi penurunan quick ratio
dari tahun 2017 ke tahun 2018.
2. PROFITABILITY RATIO
 Gross Profit Margin: Terjadi Penurunan rasio dari tahun 2017-2018 oleh karena itu
Perusahaan tidak mampu untuk mengukur gross profit yang dihasilkan dari penjualan.
 Operating Profit Margin: perusahaan belum mampu untuk mengukur operating income
yang dihasilkan dari penjualan, karena terjadi penurunan rasio dari tahun 2017-2018.
 Net Profit Margin: perusahaan belum mampu untuk mengukur operating income yang
dihasilkan dari penjualan, karena terjadi penurunan rasio dari tahun 2017-2018.

3. ASET UTILIZATION AND EFFICIENCY RATIO


 Inventory Turnover: Terjadi Penurunan rasio dari tahun 2017-2018 oleh karena itu
Perusahaan belum mampu mengukur seberapa efisien persediaan yang digunakan untuk
menghasilkan penjualan.
 Total Asset Turnover: Terjadi Penurunan rasio dari tahun 2017-2018 oleh karena itu
Perusahaan belum mampu mengukur seberapa efektif total aset yang digunakan untuk
menghasilkan penjualan.
 Fixed Asset Turnover: Terjadi Penurunan rasio dari tahun 2017-2018 oleh karena itu
Perusahaan belum mampu mengukur seberapa efektif fixed aset yang digunakan untuk
menghasilkan penjualan.

4. SOLVABILITY RATIO
 Debt Ratio: Perusahaan mampu untuk mengukur proporsi hutang kepada asset, karena
terjadi penururan pada deb ratio dari tahun2017-2018.
 Debt to Equity Ratio: Kemampuan perusahaan untuk mengukur seberapa perusahaan
dibiayai hutang jangka panjang dan jangka pendek semakin baik karena terjadi penurunan
debt to equity dari tahun 2017 ke tahun 2018.
 Long-term Debt to Equity: Kemampuan perusahaan untuk mengukur seberapa besar
perusahaan dibiayai hutang jangka panjang semakin baik karena terjadi penurunan
longterm debt to equity dari tahun 2017 ke tahun 2018.
5. CAPITAL RATIO
 Return On Asset: Perusahaan belum mampu menghasilkan laba diatas aset karena terjadi
penurunan rasio dari tahun 2017-2018.
 Return On Equity: Perusahaanbelum mampu mengembalikan investasi kepada pemegang
saham karena terjadi penurunan rasio dari tahun 2017-2018.
 Return On Investment: Perusahaan belum mampu menilai hubungan antara net profit
yang dihasilkan dengan capital karena terjadi penurunan rasio dari tahun 2017-2018.

Anda mungkin juga menyukai