Anda di halaman 1dari 11

PERILAKU KEORGANISASIAN (EMA 224M BP)

“Konsep Dasar Perilaku Keorganisasian”

Disusun Oleh :

NI PUTU ARISTA DIANA PUTRI 1807521054

GEDE NANDA DHARMAWAN PULASARI 1807521057

DEWA AYU SHITA SETIARI 1807521058

Dosen Pengampu: Ni Wayan Mujiati, S.E., M.Si.

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

BALI

2019/2020
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmatnyalah penulis dapat menyelesaikan paper “Konsep Dasar Perilaku Keorganisasian” tepat
pada waktunya. Penulis mengucapkan banyak terimaksih kepada pihak yang telah membantu
menyelesaikan paper ini.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan paper ini. Penulis juga meminta
maaf jika ada kesaahan kata yang tersapat pada paper ini baik yang disengaja maupun yang tidak
disengaja. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Denpasar, 15 Februari 2020


1. Konsep Dasar Perilaku Keorganisasian
Perilaku organisasi adalah studi mengenai apa yang orang-orang lakukan dalam
sebuah organisasi dan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi kinerja orgnaisasi. Oleh
karena perilaku orgnaissasi sangat berpusat secara khusus pada situasi terkait pekerjaan, kerja,
ketidakhadiran, perputaran pegawai, produktivitas, kinerja manusia dan manajemen.

 Definisi Perilaku Keorganisasian


Pengertian tentang perilaku organisasi telah di kemukakan oleh beberapa ahli.
Pengertian yang diajukan meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi bagaimana orang sebagai
individu maupun sebagai anggota kelompok berperilaku dalam organisasi serta pengaruhnya
terhadap struktur dan sistem organisasi. Sikap dan perilaku orang yang beraneka ragam dalam
organisasi ini dipelajari untuk mencari solusi tentang bagaimana manajemen dapat mengelola
organisasi secara efektif. George & Jones (2002) menyatakan perilaku organisasi adalah
sebagai suatu studi tentang berbagai faktor yang mempengaruhi tindakan (act) individu dan
kelompok dalam organisasi serta bagaimana organisasi mengelola lingkungannya. Dalam hal
ini George & Jones, memberi gambaran bahwa studi tentang perilaku organisasi ini
menyediakan serangkaian alat yaitu konsep-konsep dan teori-teori yang dapat membantu orang
memahami, menganalisis, dan menjelaskan perilaku dalam organisasi. Bagi para manajer,
mempelajari perilaku organisasi dapat membantu memperbaiki, mendorong, atau merubah
perilaku kerja, baik individu, kelompok maupun organisasi secara keseluruhan sehingga
organisasi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
perilaku organisasi sangat fokus pada “Human Side of Management” sehingga pendekatan
bidang ini dalam manajemen adalah pendekatan keperilakuan (Behavioral approach to
management).
Secara konseptual Robbins and Judge memberikan pengertian bahwa perilaku
keorganisasian merupakan sebuah bidang studi yang menginvestasi pengaruh individu,
kelompok, dan struktur terhadap perilaku di dalam organisasi, untuk tujuan penerapan
pengetahuan demi peningkata efektifitas organisasi. Perilaku organisasi menerapkan
pengetahuan tentang perilaku yang dikaitkan dengan aktivitas kerja dan hasil kerja aktivitas
organisasi. Ratmawati dan Herachwati menyatakan ada dua hal fokus perilaku organisasi yaitu
tindakan dan sikap dari orang-orang dalam organisasi.
Karena organisasi ada untuk mencapai tujuan yang telah disepakati, maka dibutuhkan
sebuah manajemen untuk mengatur dan mendelegasikan tugas-tugas yang harus dilaksanakan
agar tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai dengan baik. Hal ini mencakup ke empat fungsi
manajemen yaitu fungsi perencanaan mencakup mendefinisikan tujuan,menyusun strategi
keseluruhan untuk mencapai tujuan tersebut, serta mengembangkan serangkaian rencana untuk
mengintegrasikan dan mengkordinasikan aktivitas. Fungsi pengorganisasian mencakup
pembuatan struktur organisasi dan menetukan apa yang akan dikerjakan serta menentukan
pembagian tugas bagi setiap anggota di dalam organisasi. Fungsi kepemimpinan mencakup hal
dalam memotivasi anggota organisasi, mengarahkan aktivitasnya, memilih saluran komunikasi
yang paling efektif dan juga menyelesaikan konfllik yang terjadi di dalam organisasi. Fungsi
pengawasan atau pengendalian memiliki fungsi untuk mengawasi segala kegiatan yang terjadi di
dalam organisasi berjalan sebagaimana mestinya, mengawasi kinerja organisasi dan
membandingkan dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam mencapai tujuan organisasi sangat ditentukan oleh peran serta manajemen di
dalamnya. Henry Mintzberg mengemukakan peran manajemen antara lain; peran interpersonal,
peran informasional, dan peran memutuskan.
a) Peran interpersonal
Semua manajer diharuskan untuk melaksanakan tanggung jawab yang bersifat seremonial
dan simbolis. Selain itu manajer juga berperan sebagai perantara yaitu menghubungi pihak
lain yang memberi informasi kepada manajer.
b) Peran informasional
Semua manajer memperoleh informasi dari luar organisasi atau institusi, khususnya
melalui media berita ataupun berbicara dengan orang lain untuk mempelajari perubahan
selera masyarakat, apa yang sedang direncanakan pesaing dan sebagainya. Manajer juga
bertindak sebagai penyalur informasi kepada seluruh anggota organisasi.
c) Peran memutuskan
Mintzberg mengidentifikasi empat peran yang membutuhkan keputusan. Dalam peran
wirausaha, manajer mengawali proyek-proyek baru yang akan meningkatkan kinerja organisasi,
sebagai pengendali gejolak, manajer mengambil tindakan korektif untuk merespons masalah
yang tidak terduga. Sebagai pengalokasi sumber daya, manajer bertanggung jawab untuk
mengalokasikan sumber daya manusia, fisik, dan moneter. Manajer menjalankan peran
negosiator, yakni mereka mendiskusikan isu dan tawar-menawar dengan unit lain untuk
memperoleh keuntungan bagi untinya.
Cara untnuk mengetahui bagaimana cara organisasi mencapai tujuannya adalah dengan
mengetahui keterampilan dan juga kompetensi yang dimiliki oleh manajernya. Berikut
keterampilan manajer yang efektif untuk mencapai tujauan organisasi.
a) Keterampilan teknis
Keterampilan teknis mencakup kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan atau
keterampilan khusus.
b) Keterampilan manusia
Keterampilan manusia mencakup kemampuan untuk memahami, berkomunikasi,
memotivasi, dan mendukung orang lain, baik dalam individu maupun kelompok.
c) Keterampilan konseptual
Kemampuan konseptua meliputi manajer harus memiliki kemempuan mental untuk
menganalisis dan mendiagnosis situasi yang kompleks. Tugas-tugas ini membutuhkan
keterampilan konseptual.
Gordon (2002), mengatakan bahwa pada abad dua puluh satu ini untuk mencapai
efektivitas fungsi organisasi tersebut dibutuhkan kompetensi manajemen dalam hal sebagai
berikut:
i. Adaptability
manajer harus mempunyai kemampuan mengenal dan merespon perubahan yang terus
menerus dan tidak terduga sebelumnya.
ii. Knowledge about state of the art practice
Manajer membutuhkan pengetahuan tentang teknis-teknis mengenai masalah organisasi
secara praktis.
iii. Intercultural competencies
Kompetensi kultural manajer untuk organisasi yang berada di luar negaranya.
iv. Information technology skills
Manajer harus mempunyai technical skill yang kuat sehingga dengan cepat memahami
software baru maupun hardwarenya sehingga mampu mendiagnosis kebutuhan teknologi
informasi.
v. Critical thinking skills
Para manajer harus memilliki kemampuan memecahkan masalah yang memungkinkan
penerapan teknik-teknik yang tepat pada situasi tertentu.
vi. Creativity
Kemampuan manajer untuk berkreasi sehingga menemukan pilihan baru.
vii. Interpersonal effectiveness
Kompetensi manajer dalam hal menetapkan teamwork serta kolaborasi di dalam organisasi.

 Tujuan Adanya Perilaku Keorganisasian


pentingnya adanya perilaku keorganisasian memiliki tujuan meliputi;
a) untuk dapat memahami dan menjelaskan kejadian-kejadian yang terjadi dalam
organisasi
b) kita harus mampu meramalkan dan menjelaskan kejadian-kejadian yang terjadi
dalam organisasi
agar bisa memahami dan mengendalikan perilaku

 Ruang Lingkup Perilaku Keorganisasian


McShane and Glinow (2008), menyatakan bahwa dalam mempelajari perilaku
organisasi perhatian dipusatkan pada tiga karakteristik yaitu; perilaku, struktur, dan proses.
1. Perilaku
Focus dari perilaku keorganisasian adalah perilaku individu dan organisasi. Untuk dapat
memahami perilaku keorganisasian maka harus mampu memahami perilaku berbagai
individu dalam organisasi.
2. Struktur
Struktur berkaitan dengan hubungan yang bersifat tetap dalam organisasi, bagaimana
pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi itu dirancang. Struktur organisasi berpengaruh
besar terhadap perilaku organisasi atau orang-orang dalam organisasi serta efektivitas dari
organisasi tersebut.
3. Proses
Proses organisasi berkaitan dengan interaksi yang terjadi antara anggota organissasi.
Proses organisasi meliputi komunikasi, kepemimpinan, proses pengambilan keputusan
dan kekuasaan. Salah satu pertimbangan utama dalam merancang struktur organisasi
yang efektif adalah adalah berbagai proses tersebut dapat dilakukan dengan efisien dan
efektif.

2. Disiplin yang berkontribusi dalam perilaku keorganisasian


Perilaku organisasi merupakan sebuah ilmu perilaku terapan yang dibangun atas
kontribusi sejumlah disiplin perilaku, terutama psikologi dan psikologi sosial, sosiologi
serta antropologi. Kntribusi psikologi terutama pada individu atau analisis tingkat mikro
sedangkan disiplin lainnya berkontribusi dalam pemahaman konsep-konsep makro seperti
proses kelompok da organisasi.

a. Psikologi
Psikologi mencoba untuk mengukur, menjelaskan, serta kadang–kadang
mengubah perilaku manusia dan hewan-hewan lainnya. Pihak-pihak yang telah
berkontribusi dan menambah pengetahuan tentang perilaku organisasi adalah yang
paling penting psikologi industry dan organisasi. psikologi industri/organisasi awal
mempelajari masalah kelesuan, kebosanan, dan kondisi pekerjaan lainnya yang dapat
mengurangi kinerja yang efisien.
b. Psikologi Sosial
Psikologi sosial, umumnya dianggap cabang psikologi, menggabungkan konsep
psikologi dan sosiologi untuk fokus pada pengaruh manusia terhadap sesamanya. Satu
area kajian utama adalah perubahan - bagaimana mengimplementasikannya dan
bagaimana mengurangi rintangan untuk menerimanya. Psikologi sosial juga
berkontribusi untuk mengukur, memahami, dan mengubah perilaku, mengidentifikasi
pola komunikasi, serta membangun kepercayaan.
c. Sosiologi
Sosiologi mempelajari manusia dalam kaitannya dengan lingkungan sosial atau
budayanya. Sosiologi berkontribusi pada perilaku organisasi melalui kajian perilaku
kelompok pada organisasi, terutama organisasi formal dan kompleks. Yang paling
penting, sosiologi mempelajari budaya organisasi, teori dan struktur organisasi formal,
teknologi organisasi, komunikasi, kekuasaan, serta konflik.
d. Antropologi
Antropologi adalah ilmu tentang masyarakat untuk mempelajari keberadaan
manusia dan aktivitasnya. Pekerjaan antropologi pada budaya dan lingkungan membantu
kita memahami perbedaan nilai-nilai dasar , sikap, dan perilaku antara orang-orang di
negara-negara yang berbeda dan dalam organisasi yang berbeda.

3. Beberapa hal mutlak dalam perilaku keorganisasian

Manusia itu kompleks, serta sedikit, jika ada, prinsip yang sederhana dan universal yang
menjelaskan perilaku organisasi. Oleh karena kita tidak serupa, kemampuan kita untuk
membuat generalisasi yang sederhana, akurat, dan berlaku untuk umum menjadi terbatas.
Seperti dua orang bertindak sangat berbeda dalam situasi yang sama. Ini tentu saja tidak berarti
bahwa kita tidak dapat menawarkan penjelasan yang secara wajar akurat mengenai perilaku
manusia atau membuat prediksi yang valid. Ini berarti bahwa konsep perilaku organisasi harus
merefleksikan kondisi yang situsional atau kebetulan. Kita dapat mengatakan bahwa X
berujung pada Y, tetapi hanya dalam kondisi tertentu Z-variabel kontigensi. Ilmu perilaku
organisasi dikembangkan dengan menerapkan konsep-konsep umum dalam situasi, orang, atau
kelompok tertentu.
4. Tantangan dan peluang dalam perilaku keorganisasian

Memahami prilaku organisasi sekarang menjadi sangat penting bagi manajer. Resesi
global telah membawa ke permukaan tantangan bekerja dengan orang dan mengelola orang
selama waktu-waktu yang tidak pasti. tantangan saat ini membawa peluang bagi manajer untuk
menggunakan konsep perilaku organisasi. Dalam bagian ini, Robbin and Judge menyatakan
beberapa isu-isu terpenting yang di hadapi manajer dalam perilaku organisasi dapat
menawarkan solusi atau setidaknya pandangan yang berarti untuk mencapai solusi.

 Merespon Tekanan Ekonomi


Mengelola pekerjaan dengan baik pada waktu-waktu sulit sama beratnya dengan pada
waktu baik. Namun pendekatan perilaku organisasi kadang-kadang berbeda. Pada waktu baik
memahami bagaimana memberikan penghargaan, memuaskan, dan mempertahankan pekerja
menjadi prioritas. Pada waktu sulit, isu isu seperti stress, pengambilan keputusan dan bertahan
muncul ke permukaan.
 Merespon globalisasi
Organisasi tidak lagi di batasi oleh batasan-batasan negara. Burger king di miliki oleh
perusahaan inggris dan MCDonald menjual burger di lebih dari 100 perusahaan di enam benua.
Karena dengan adanya globalisasi dunia seakan tiada batasnya sehingga menjadi peluang yang
menguntungkan untuk suatu perusahaan dalam mengembangkan usahanya di luar negaranya.
 Meningkatnya layanan pelanggan
Pekerja lainnya termasuk perwakilan pembatu teknis, pekerja konter cepat saji, pegawai,
penjualan, perawat, teknis perbaikan mobil, konsultan, perencana keuangan, dan pramugari.
Karakteristik bersama dari pekerjaan mereka adalah interaksi substansial dengan pelanggan
organisasi.

 Bekerja dalam organisasi jaringan


Organisasi jaringan memungkinkan orang-orang untuk berkomunikasi dan bekerja
bersama-sama meskipun terpisah jarak jauh. Programer perangkat lunak, desainer grafis, analisis
sistem, penulis teknis, peneliti foto, editor buku dan media, dan penulis artikel medis adalah
beberapa contoh orang yang dapat bekerja dari rumah atau lokasi bukan kantor lainnya.
Pekerjaan manajer dalam organisasi jaringan berbeda. Memotivasi dan memimpin
orang dan membuat keputusan kolaboratif online membutuhkan teknik-teknik yang berbeda
dibandingkan saat individu hadir secara fisik di suatu lokasi tunggal. Dengan orang lain, manajer
harus mengembangkan keterampilan baru.
 Meningkatkan kesejahteraan pekerja saat Bekerja
Satu tantangan terbesar untuk memelihara kesejahterahan pekerja adalah realitas
baru yang banyak pekerja tidak akan pernah dapat hindari dari tempat kerja virtual. Teknologi
komunikasi memungkinkan banyak pekerja teknis dan profesional melakukan pekerjaannya di
rumah, di mobil mereka, tetapi itu juga berarti banyak merasa bahwa mereka tidak pernah benar
benar mendapatkan istirahat.
 Menciptakan lingkungan kerja yang positif
Meskipun tekanan kompetitif di kebanyakan organisasi semakin kuat dari sebelumnya,
beberapa organisasi mencoba merealisasikan suatu keunggulan kompetitif dengan mendorong
sebuah lingkungan kerja yang positif. Kadang- kadang mereka melakukan hal ini dengan
menciptakan lingkungan kerja fisik yang menyenangkan dengan lokasi kerja modern menarik,
tempat kerja “menarik” seperti makan siang gratis. Namun, lebih sering, pekerja menghargai
suatu lingkungan kerja sebagai positif atau negatif dari segi pengalaman kerja mereka dengan
pekerja lainnya, dibadingkan dengan kualitas lingkungan fisik.

Perilaku Organisasi Positif

Luthans (2002) mendefinisikan perilaku organisasi positif sebagai sebuah studi dan
pengaplikasian dari orientasi positif kekuatan sumber daya manusia dan kapasitas psikologi yang
bisa diukur, dikembangkan, dan dikelola dengan efektif untuk meningkatkan peforma di tempat
kerja saat ini. Disamping positifnya, untuk dimasukkan sebagai kapasitas sumber daya psikologi
diatara kerangka perilaku organisasi positif, seharusnya sesuai dengan kriteria sebagi berikut: a).
kapasitas harus teori dan berdasarkan penelitian dan validasi yang terukur. b). kapasitas juga
harus state-lake dalam kata lain terbuka untuk perubahan dan pengembangan.

Selebihnya, membedakan perilaku organisasi positif dari kebanyakan psikologi yang


positif dan gagasan positif lainnya dalam perilaku keorganisasian yang tradisional, perilaku
organisasi positif terfokus pada kapasitas sumber daya psikologi yang state-like (terbuka untuk
perubahan dan berkembang). Yang mana memiliki makna perilaku organisasi positif siap terbuka
dan lunak untuk berubah dan berkembang.

 Meningkatkan prilaku etis

Dalam sebuah dunia orgaisasi dengan karakter ekspektasi produktivitas yang meningkat,
dan kompetisi yang ketat, tidak mengejutkan banyak pekerja merasa tekanan untuk melakukan
jalan pintas, melanggar peraturan dam terlibat dalam praktik-praktik lain yang dipertanyakan.

Apa yang menentukan prilaku etis yang baik tidak pernah ditetapkan secara jelas, dan
dalam tahun-tahun terakhir, batas pembeda antara benar dan salah telah samar. Manajer dan
organisasinya sedang merespons masalah perilaku yang tidak etis dalam sejumblah cara. Mereka
menulis dan menyebarkan kode etik untuk memandu pekerja saat dalam dilema. Mereka
menawarkan seminar, workshop, dan program pelatihan lainnya untuk mencoba meningkatkan
prilaku etis. Mereka menyediakan penasihat dalam kantor untuk menghadapi isu-isu dan mereka
menciptakan mekanisme perlindungan untuk pekerja yang mengungkapkan praktik tidak etis
internal.

Pandangan lain mengenai tantangan perilaku keorganisasian

Selain pandangan dari Robbin and judge, George and Jones (2002) memberikan lima
tantangan untuk mengelola perilaku organisasi yaitu;

1) Bagaimana menggunakan teknologi informasi untuk mendorong kreativitas


2) Bagaimana menggunakan sumber daya organisasi guna mencapai keunggulan bersaing
3) Bagaimana membangun organisasi yang etis atau beretika
4) Bagaimana mengelola beragam tenaga kerja
5) Bagaimana mengelola lingkungan global yaitu mengelola organisasi sebagai perluasan
organissasi secara internasional.
DAFTAR PUSTAKA

Robbin, Stephen P. Judge, Timoty A. 2015. Perilaku Organisasi. Edisi 16. Salemba Empat
Supartha, Gede W. Sintaasih, Ketut D. 2017. Pengantar Perilaku Organisasi. CV. Setia Bakti
Carolyn, M Youssef. Fred Luthans. 2007. Positive organizational behavior in the workplace: the
impact of hope, optimism, and resilience. Journal of Management

Anda mungkin juga menyukai