Anda di halaman 1dari 15

TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH FARMAKOLOGI

MAKALAH OBAT ANTI PRE EKLAMSI EKLAMSI

Disusun oleh:

Rini Dwi Mulyani NIM : P1337424519048

Rofyatus Sarofah NIM : P1337424519063

Kelas : Eugenia 5

PROGRAM DIPLOMA SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MAGELANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG

TAHUN 2019

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul..................................................................................................
Daftar Isi ..........................................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................
BAB I
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................
BAB II
A. Pengertian pre eklamsi dan ekalmsi......................................................
B. Macam-macam obat pre ekalmsi-eklamsi............................................
C. Farmakokinetik ....................................................................................
BAB III
A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

21
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya.

            Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah FARMAKOLOGI ,
sehingga dengan adanya makalah ini, dapat membantu mahasiswa untuk menangani
masalah Anemia pada Ibu hamil dan memberikan terapi yang tepat agar tidak
membahayakan janin dan Ibunya.

            Dalam menyusun makalah ini kami banyak di bantu oleh Dosen Mata Kuliah,
untuk itu kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah terlibat dalam
penulisan Makalah  ini, baik secara langsung atau pun tidak langsung.

            Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangannya, oleh sebab itu kami meminta saran dan masukan  dari teman-teman
dan Dosen, yang sifatnya membangun, terutama dari pembaca sangat kami harapkan
sarannya jika ada kekurangan  makalah ini kami dapat melakukan perbaikan makalah
ini, terimakasih.

Semarang, 20 Agustus 2019

                                                                                               

                                                                                                            Penulis

20
C. Macam-macam obat pre eklamsi eklamsi
1. Magnesium Sulfat
Magnesium sulfat kini menjadi obat pilihan untuk mencegah serangan
kejang yang lebih lanjut pada keaadan eklamsi yang sudah ditegakkan
diagnosisnya. Dalam penelitian magnesium sulfat lebih efektif daripada
pemberian diazepam atau fenitoin dalam pencegahan serangan kejang
rekuren dan pemberian obat ini disertai dengan jumlah kematian ibu yang
lebih sedikit, selanjutnya kini peranan fenitoin kini dibatasi.
Farmakokinetik MGSO4
Magnesium merupakan unsur yang sangat vital untuk metabolism,
regulasi otot polos hantaran syaraf dan transmisi impuls ( Rude &
Oldham, 1990). Hipermagnesia akan menekan aktifitas semua jaringan
yang dapat dieksitasi oleh :
a. Penurunan masuknya kalsium kedalam :
1) Sel-sel saraf : ion – ion magnesium akan bersaing dengan ion-
ion kalsium dalam memasuki ujung terminal presinaptip saraf.
persaingan ini akan mengurangi pelepasan neurotransmitter
pada sinaps. Berkurangnya pelepasan asetikolin pada
sambungan mioneural menyebabkan relaksasi otot skeletal.
Demikian pula berkurangnya pelepasan noradrenalin
(norepineprin) dari saraf simpatik yang mempersarafi otot
polos vaskuler menyebabkan hipotensi
2) Otot jantung yang menyebabkan blok jantung. Hipermagnesia
mengurangi masukknya io-ion kalsium kedalam sel-sel otot
yang akan menimbulkan relaksasi otot polos dan dengan
konsentrasi yang tinggi, otot jantung. Kerjanya yang kompetitif
antara kalsium dan magnesium berarti bahwa kalsium
merupakan antidote jangka pendek yang efektif untuk
toksisitas magnesium (Rude & Oldham,1990).

21
3) Otot polos, kontraksi semua otot polos yang meliputi otot polos
pembuluh darah, uterus dan usus akan dihambat. Keaadaan ini
membalikkan vasospasme serebri tetapi menimbulkan
hipotensi.
b. Berkurangnya percepatan hantaran syaraf yaitu melambatkan transmisi
impuls syaraf
c. Penyekatan reseptor eksitorik dalam SSP
Diperkirakan bahwa magnesium mengatasi serangan eklamsi dengan
mengurangi spasme pembuluh darah serebral sehingga perfusi
serebralsehingga perfusi cerebral diperbaiki (Naidu et al, 1996).
Magnesium juga melindungi endotel kapiler dari kerusakan oleh
radikal bebas
Efek samping magnesium
Magnesium sulfat merupakan preparat yang sangat poten dan hari
diberikan dengan hati-hati sekali karena efek sampingnya amat
beragam serta berbahaya dan dapat mengenai semua system didalam
tubuh. Penggabunagan magnesium dengan pelbagai system didalam
tubuh akan menyebabkan maslah yang berkisar dari gangguan rasa
nyaman yang menyeluruh hingga henti jantung. Efek smaping tersebut
diantaranya adalah :
a. Pada otot polos pembuluh darah, uterus dan usus akan terjadi
flushing, perspirasi, hipotensi, hipotermia dan Kolaps
kardiovaskuler
b. Pada jantung bias menyebabkan henti jantung
c. Odem pulmo
d. Pada otot skeletal terjadi paralisis flaksid dan henti pernafasan
e. Pada system saraf pusat bias menyebebkan somnolen dan
penurunan kesadaran
f. Konsentrasi kalsium plasma mengalami tetani

20
g. Perubahan koagulasi dengan meningkatnya waktu pembekuan
darah dan mengurangi produski thrombin
h. Mual muntah dan hilangnya protein yang tinggi lewat ginjal
i. Hipokalsemia
j. Pada neonatus menyebabkan depresi pernafasan bahkan apnea
neonates

Kewaspadaan dan kontraindikasi

Lok jantung, penyakit jantung atau mistenia gravis yang sudah diderita
sebelumnya cenderung bertambah parah pada pemberian magnesium
sulfat. Tindakan yang berhati-hati perlu dianjurkan dalam menghadapi
ibu hamil dengan penyakit renal, hepar dan pernafasan.

Interaksi dengan magnesium sulfat

a. Peningkatan depresi SSP ysng menimbulksn gejala konfusi dan


kehilangan kesadaran dapat terjadi jika pasien mendapatkan
preparat sedative seperti preperat opioid, obat golongan
benzodiazepine, alcohol, fenotiazin, dan obat anestesi
b. Magnesium akan menghasilkan potensiasi dan memperpanjang
kerja semua obat yang menghambat transmisi impuls
neuromuskuler, anestesi local, antagonis kalsium (nifedipin), dan
antibiotic golongan aminoglikosid (gentamisin)
c. Kombinasi dengan preparat agoins beta 2 (ritodrin untuk tokolisis
atau salbutamol untuk asma) akan meningkatkan odem pulmo

Dosis magnesium sulfat untuk terapi Pre Eklamsi :

a. Dosis awal :
1. 4 gram 40 % MG SO4 diberikan IV bolus selama 10-15 menit
2. Segera dilanjutkan 6 gram MGSO4 40% habis dalam 6 jam

21
3. Jika kejang berulang setelah 15 menit berikan 2 gram MGSO4
40% diberikan IV bolus selam 5 menit
b. Dosis maintenance
Larutan MGSO4 40% 1 gram/jam dimasukkan melalui cairan
ringer laktat diberikan sampai 24 jam pascapersalinan.

2. Diazepam

Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine dengan rumus molekul 7-


kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on
(C 16 H 13 Cl N 2 O). Merupakan senyawa Kristal tidak berwarna atau agak
kekuningan yang tidak larut dalam air. Diazepam masuk dalam golongan
long acting benzodiazepine dengan waktu paruh lebih dari 24 jam.

Diazepam

Farmakodinamik
Memodulasi efek postsynaptic dari transmisi GABA-A, sehingga
mengakibatkan peningkatan hambatan presynaptic. Bekerja pada bagian
sistem limbik, talamus, dan  hipotalamus, untuk  menimbulkan efek yang
menenangkan.
 Dalam sistem saraf pusat

20
Dapat menimbulkan amnesia, anti kejang, hipnotik, relaksasi otot
dan mepunyai efek sedasi, efek analgesik tidak ada, menurunkan
aliran darah otak dan laju metabolisme.
 Efek Kardiovaskuler
Menyebabkan vasodilatasi sistemik yang ringan dan menurunkan
cardiac out put. Tidak mempengaruhi frekuensi denyut jantung,
perubahan hemodinamik mungkin terjadi pada dosis yang besar
atau apabila dikombinasi dengan opioid.
 Sistem Respiratori
Mempengaruhi penurunan frekuensi nafas dan volume tidal ,
depresi pusat nafas mungkin dapat terjadi pada pasien dengan
penyakit paru atau pasien dengan retardasi mental.
 Efek terhadap saraf otot
Menimbulkan penurunan tonus otot rangka yang bekerja di tingkat
supraspinal dan spinal, sehingga sering digunakan pada pasien
yang menderita kekakuan otot rangka.

Farmakokinetik
Proses farmakokinetik meliputi beberapa tahapan mulai dari proses absorpsi
atau penyerapan obat, distribusi atau penyaluran obat ke seluruh tubuh,
metabolisme obat hingga sampai kepada tahap ekskresi obat itu sendiri atau
proses pengeluaran zat obat tersebut dari dalam tubuh. Fase-fase tersebut
diantaranya adalah:
1. Absorpsi
Absorpsi adalah pergerakan partikel-partikel obat dari saluran
gastrointestinalke dalam cairan tubuh melalui absorpsi pasif, absorpsi
aktif, atau pinositosis. Kebanyakan obat oral diabsorpsi di usus halus
melalui kerja permukaan vili mukosa yang luas.Jika sebagain dari vili ini
berkurang, karena pengangkatan sebagian dari usus halus, maka absorpsi
juga berkurang. Obat-obat yang mempunyai dasar protein, seperti insulin

21
dan hormon pertumbuhan, dirusak di dalam usus halus oleh enzim-enzim
pencernaan. Absorpsi pasif umumnya terjadi melalui difusi (pergerakan
darikonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah). Dengan proses difusi, obat
tidak memerlukan energi untuk menembus membran. Absorpsi aktif
membutuhkan karier (pembawa) untuk bergerak melawan perbedaan
konsentrasi. Sebuah enzim atauprotein dapat membawa obat-obat
menembus membran. Pinositosis berarti membawa obat menembus
membran dengan proses  menelan.
Absorpsi obat dipengaruhi oleh aliran darah, rasa nyeri, stres,
kelaparan,makanan dan pH. Sirkulasi yang buruk akibat syok, obat-obat
vasokonstriktor, ataupenyakit yang merintangi absorpsi. Rasa nyeri, stres,
dan makanan yang padat, pedas,dan berlemak dapat memperlambat masa
pengosongan lambung, sehingga obat lebih lama berada di dalam
lambung. Latihan dapat mengurangi aliran darah dengan mengalihkan
darah lebih banyak mengalir ke otot, sehingga menurunkan sirkulasi
kesaluran gastrointestinal. Obat-obat yang diberikan secara intramuskular
dapat diabsorpsi lebih cepat diotot-otot yang memiliki lebih banyak
pembuluh darah, seperti deltoid, daripada otot-otot yang memiliki lebih
sedikit pembuluh darah, sehingga absorpsi lebih lambatpada jaringan yang
demikian.
2. Distribusi
Distribusi adalah proses di mana obat menjadi berada dalam cairan tubuh
dan jaringan tubuh. Distribusi obat dipengaruhi oleh aliran darah, afinitas
(kekuatanpenggabungan) terhadap jaringan,dan efek pengikatan dengan
protein. Ketika obat didistribusi di dalam plasma, kebanyakan berikatan
denganprotein (terutama albumin) dalam derajat (persentase) yang
berbeda-beda. Obat-Obatyang lebih besar dari 80% berikatan dengan
protein dikenal sebagai obat-obat yang berikatan dengan tinggi protein.
Salah satu contoh obat yang berikatan tinggi dengan protein adalah
diazepam (Valium) : yaitu 98% berikatan dengan protein. Aspirin 49%

20
berikatan dengan protein clan termasuk obat yang berikatan sedang
dengan protein.
Abses, eksudat, kelenjar dan tumor juga mengganggu distribusi obat.
Antibiotika tidak dapat didistribusi dengan baik pada tempat abses dan
eksudat. Selain itu, beberapa obat dapat menumpuk dalam jaringan
tertentu, seperti lemak,tulang, hati, mata, dan otot.
3. Biotransformasi
Fase ini dikenal juga dengan metabolisme obat, diman terjadi proses
perubahan struktur kimia obat yang dapat terjadi didalam tubuh dan
dikatalisis olen enzim.
4. Eskresi atau eliminasi
Rute utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-rute lain
meliputi empedu, feses, paru-paru, saliva, keringat, dan air susu ibu. Obat
bebas, yang tidak berikatan, yang larut dalam air, dan obat-obat yang tidak
diubah, difiltrasi oleh ginjal. Obat-obat yang berikatan dengan protein
tidak dapat difiltrasi oleh ginjal. Sekali obatdilepaskan ikatannya dengan
protein, maka obat menjadi bebas dan akhirnya akan diekskresikan
melalui urin.
pH urin mempengaruhi ekskresi obat. pH urin bervariasi dari 4,5 sampai
8.Urin yang asam meningkatkan eliminasi obat-obat yang bersifat basa
lemah. Aspirin, suatu asam lemah, dieksresi dengan cepat dalam urin yang
basa. Jika seseorangmeminum aspirin dalam dosis berlebih, natrium
bikarbonat dapat diberikan untuk mengubah pH urin menjadi basa. Juice
cranberry dalam jumlah yang banyak dapat menurunkan pH urin, sehingga
terbentuk urin yang asam.
Dosis untuk terapi eklamsi : 10 mg diberikan secara perlahan kurang lebih
selam 2 menit. Jika kejang berulang dapat diulang sesuai dosis awal. Jika
kejang teratasi, dosis rumatan yang dipakai adala 40 mg diazepam
dilarutkan dalam 500 cc RL habis dalam 24 jam.

21
Efek samping pada kehamilan bisa menyebabkan depresi pernafasan pada
janin dalam kandungan.
3. Fenitoin
Fenitoin sebagai obat untuk anti konvulsi atau mencegah kejang. Adanya
gugus atom C5 penting untuk pengendalian bangkitan tonik klonik dan
gugusan alkil dengan efek sedasi.
Farmakologi
Fenitoin berefek antikonvulsan tanpa menyebabkan depresi SSP. Dosis
toksik menyebabkan eksitasi dan dosis letal menimbulkan rigiditas
deserebrasi. Sifat antikonvulsan fenitoin didasarka pada penghambatan
penjalaran rangsang dari focus ke bagian lain di otak. Efek stabilisasi
membrane sel terlihat pada saraf tepi dan membrane sel lainnya yang
mudah terpacu missal system konduksi di jantung. Fenitoin
mempengaruhi perpindahan ion melintasi membrane sel khususnya
dengan menggiatkan pompa Na+ neuron.
Farmakokinetik
Pengikatan fenitoin oleh protein, metabolit utamanya adalah derivate
parahidroksifenil. Biotransformasi oleh enzim mikrosom hati sudah
mengalami kadar kejenuhan pada kadar terapi. Sebagian besar metabolit
fenitoin diekskresi bersama empedu, kemudian mengalami reabsorbsi dan
biotransformasi lanjutan dan diekskresi melalui ginjal. Di ginjal,
metabolitnya mengalai ekskresi oleh tubuli, sedangkan bentuk utuhnya
mengalami reabsorbsi.
Interaksi obat
Kadar fenitoin dalam plasma akan meninggi bila diberikan bersama
kloramfenikol, disulfram, INH, cimetidine, dikumarol, dan beberapa
sulfonamide tertentu, karena obat-obat tersebut menghambat
biotransformasi fenitoin. Teofilin menurunkan kadar fenitoin bila
diberikan bersamaan, karena teofilin meningkatkan biotransformasi
fenitoin juga mengurang absorbsinya. Interaksi fenitoin dengan

20
fenobarbital akan menurunkan kadarnya karena fenobarbital menginduksi
enzim mikrozom hati, tetapi kadang-kadang kadar fenitoin dapat
meningkat akibat inhibisi kompetitif dalam metabolisme.
Indikasi : bangkitan tonik klonik dan bangkitan parsial atau total.
Neuralgia trigeminal dan aritmia jantung dan pada terapi renjatan listrik
(ECT) untuk meringankan konvulsinya dan bermanfaat terhadap kelainan
extrapyramidal iatrogenic.

Intoksikasi dan efek samping :


1. Susunan saraf pusat : diplopia,ataksia, vertigo, nystagmus, sukar
bicara, tremor, gugup, kantuk, rasa lelah, gangguasn mental yang
sifaatnya berat.
2. Saluran cerna dan gusi : nyeri ulu hati , anoreksia, mual, muntah
3. Kulit : ruam morbiliform, hiperpireksia, eosinophilia, limfadenopati
4. Lain-lain : icterus, hepatitis, anemia megaloblastik

21
KASUS

Seorang ibu 2 jam postpartum P2A0, melahirkan dengan cara section caesaria di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta, atas indikasi pre eklamsi berat dengan umur
kehamilan 37 minggu, post SC pasien diobservasi di ruang HCU maternitas RSUD
Dr. Moewardi Surakarta. Keaadaan umum post operasi kondisi umum, lemah,
kesadaran compos mentis, TD 160/90, nadi 90x/menit, respirasi 22x/menit, suhu 36.5
derajat celcius. Sesuai dengan advise dokter Sp.Og, bidan memberikan terapi MgSo4
4 gr MgSO4 dalam 100cc NaCl, habis dalam 10-15 menit dengan pemakaian syring
pump, segera dilanjutkan 6 gram MGSO4 40% habis dalam 6 jam dengan pemakaian
syring pump, selanjutnya diberikan dosis maintenance 1 Gram/jam MgSO4, sampai
24 jam postpartum. Selanjutnya dilakukan monitoring terhadap kondisi umum ibu,
tanda-tanda kejang, tanda-tanda perdarahan, vital sign, reflek patella, produksi urin,
dan tanda-tanda intoksikasi MgSO4 per jam. Setelah 24 jam postpartum kondisi
umum ibu stabil dengan TD 140/90 mmhg, kemudian pasien dipindah diruang rawat
inap bangsal.

PEMBAHASAN

1. Dalam kasus tersebut pasien mengalami pre eklamsi berat dalam umur kehamilan
yang aterm, sehingga dilakukan terminasi kehamilan dengan cara section caesaria,
untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
2. Penanganan pre eklamsi postpartum dalam kasus tersebut sudah sesuai dengan
prosedur penanganan pre eklamsi dengan pemberian MgSO4 dengan prosedur
dan dosis sesuai dengan teori.
3. Dalam pemberian MgSO4 pada kasus diatas sudah dilakukan monitoring terhadap
frekuensi nafas, reflek patella, dan volume urin setiap jam, hal ini sesuai dengan
teori tentang sfek samping dari pemberian MgSO4.
4. Dalam kasus diatas sudah dalam penanganan kasus pre eklamsi berat dilakukan
pemantauan di ruang HCU maternitas.

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pre eklamsi adalah suatu gangguan kehamilan, persalinan dan nifas yang
berdampak buruk untuk ibu dan bayi, ditandai dengan tanda-tanda hipertensi,
proteinurin, edema. Jika pre eklamsi tidak ditangani dengan baik maka dapat
mengakibatkan eklamsi. Eklamsi adalah kelainan akut pada wanita hamil,
persalinan dan nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan karena
kelainan neurogenic) atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-
gejala pre eklamsi.
Macam-macam obat pre eklamsi dan eklamsi yaitu magnesium sulfat,
diazepam, fenitoin untuk mengatasi kejang dan obat hipertensi yaitu nifedipin,
labetolol.
B. Saran
Karena kesehatan adalah nikmat yang paling berharga yang diberikan oleh
Tuhan Maha Esa, maka dari itu keseharan perlu di pelihara, dan dipertahankan.
Demikian makalah ini kami buat, semoga bermanfaat bagi kita semua. Kami
sebagai penulis menyadari bahwa apa yang kami tulis dan kami paparkan jauh
dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi perbaikan makalah ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Syarif, Amir dkk.2007.Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta : FKUI

Katzung BG.2002. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Jakarta: EGC

Jordan Sue, alih Bahasa Andry Hartono. 2004. Farmakologi Kebidanan. Jakarta:
EGC

20

Anda mungkin juga menyukai