Anda di halaman 1dari 13

KODE ETIK PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK

I. Etika Umum dan Etika Profesional


A. Etika Umum
Etika (umum) didefinisikan sebagai perangkat prinsip yang menentukan sesuatu
yang dianggap baik untuk individu dan masyarakat dengan menetapkan kewajiban
terhadap diri individu sendiri dan dengan pihak lain. Akan tetapi para ahli filsafat belum
mencapai kesepakatan tentang yang “baik” dan yang menjadi “kewajiban”, sehingga
terdapat dua kelompok yaitu kelompok ethical absolutists yang berpendapat bahwa ada
prinsip universal yang diterapkan pada setiap orang yang tidak berubah sepanjang masa
sedangkan kelompok ethical relativists berpendapat bahwa petimbangan etis ditentukan
oleh perubahan kebiasaan dan tradisi yang berlaku dalam masyarakat dimana mereka
hidup.
Berdasarkan dua pendapat berbeda tersebut para ahli etika mengembangkan suatu
kerangka pengambilan keputusan etika umum, yaitu:
a. Dapatkan fakta-fakta yang relevan untuk pengambilan keputusan.
b. Identifikasi masalah etika yang terkait dari fakta-fakta tersebut.
c. Tentukan siapa yang terpengaruh oleh keputusan tersebut dan bagaimana
pengaruhnya.
d. Identifikasi alternatif- alternatif pengambilan keputusan.
e. Identifikasi konsekuensi dari setiap alternatif.
f. Tetapkan pilihan etika.
B. Etika Profesional
Etika professional mencakup prinsip perilaku untuk orang-orang profesional
yang dirancang baik untuk tujuan praktis maupun tujuan idealistis. Maka, kode etik
profesional dibuat untuk mendorong perilaku ideal sehingga kode etik harus realistis dan
dapat dilaksanakan serta lebih tinggi daripada undang-undang namun dibawah ideal agar
kepercayaan masyarakat akan jasa yang diberikan oleh para profesi tetap terjaga.
Kepercayaan publik terhadap jasa yang diberikan akan meningkat jika profesi dapat
menetapkan standar kinerja yang tinggi yang harus dilaksanakan oleh semua praktisi.
Etika profesional ditetapkan oleh organisasi profesi bagi para anggotanya yang
secara sukarela menerima prinsip perilaku profesional yang lebih keras dari undang-
undang. Kode etik berpengaruh besar terhadap reputasi serta keprcayaan publik pada
profesi akuntan. Kode etik mengalami perkembangan seusia dengan perubahan dalam
praktik yang dijalankan oleh akuntan publik.
II. Kode Etik Profesi Akuntan Publik
Organisasi profesi akutan di Indonesia memiliki Kode Etik Akuntan Indonesia yang
ditetapkan pada Konggres VIII IAI pada tahun 1998 yang berlaku efektif pada mei 2000.
Kode etik ini bersumber pada Kode Etik AICPA, Edisi Juni 1998, dan berlaku untuk semua
profesi akuntan anggota IAI. Sejak berdirinya IAPI kode etik tersebut masih berlaku, namun
untuk anggota yang merupakan akuntan publik di berlakukan kode etik baru yaitu Kode Etik
Profesi Akuntan Publik yang berlaku efektif tanggal 1 Januari 2010. Kode etik ini mengacu
pada Code Of Ethics for Professional yang diterbitkan IESBA-IFAC edisi tahun 2008. Code
Of Ethics terdiri dari 3 bagian, yaitu Bagian A- General Application of the Code, Bagian B-
Professional Accountans in Public Practice, dan Bagian C- Professional Accountans in
Business. Namun, bagian C dianggap belum relevan maka IAPI hanya mengadopsi bagian A
dan B setelah diterjemahkan dan di modifikasi.Jika dibandingkan dengan kode etik yang
lama yang bersifat rule base, kode etik yang baru yang memiliki sifat principle base lebih
sesuai dengan standar yang diterbitkan IFAC.
Kode Etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan
oleh setiap individu dalam kantor akuntan publik (KAP) atau Jaringan KAP, baik yang
merupakan anggota IAPI maupun yang bukan merupakan anggota IAPI, yang memberikan
jasa profesional yang meliputi jasa assurance dan jasa selaina ssurance seperti yang
tercantum dalam standar profesi dan kode etik profesi. Untuk tujuan Kode Etik ini, individu
tersebut di atas selanjutnya disebut Praktisi. Anggota IAPI yang tidak berada dalam KAP
atau Jaringan KAP dan tidak memberikan jasa professional seperti tersebut di atas tetap harus
mematuhi dan menerapkan Bagian A dariKode Etik ini. Suatu KAP atau Jaringan KAP tidak
boleh menetapkan kode etik profesi dengan ketentuan yang lebih ringan daripada ketentuan
yang diatur dalam Kode Etik ini.
Setiap Praktisi wajib mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan etika
profesi yang diatur dalam Kode Etik ini, kecuali bila prinsip dasar dan aturan etika profesi
yang diatur oleh perundang-undangan, ketentuan hukum, atau peraturan lainnya yang berlaku
ternyata berbeda dari Kode Etik ini. Dalam kondisi tersebut, seluruh prinsip dasar dan aturan
etika profesi yang diatur dalam perundang-undangan, ketentuan hukum, atau peraturan
lainnya yang berlaku tersebut wajib dipatuhi, selain tetap mematuhi prinsip dasar dan aturan
etika profesi lainnya yang diatur dalam Kode Etik ini.
Kode Etik ini terdiri dari dua bagian, yaitu Bagian A dan Bagian B. Bagian A
menjelaskan prinsip-prinsip dasar etik aprofesi, yaitu prinsip integritas, objektivitas, dan
kompetensi, serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional, prinsip kerahasiaan, dan
prinsip perilaku profesional. Bagian B menjelaskan konsep ancaman (threats) dan
pencegahan (safeguards), serta memberikan pedoman mengenai aturan etika profesi dalam
berbagai situasi yang mencakup: (i) penunjukan praktisi, KAP, atau jaringan KAP, (ii)
benturan kepentingan, (iii) pendapat kedua, (iv) imbalan jasa profesional dan bentuk
remunerasi lainnya, (v) pemasaran jasa profesional, (vi) penerimaan hadiah atau bentuk
keramah-tamahan lainnya, (vii) penyimpanan aset milik klien, (viii) objektivitas dalam
semua jasa profesional, dan (ix) independensi dalam perikatan assurance.
Kode Etik ini berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2011 dan menggantikan Aturan
Etika yang berlaku sebelum diterbitkannya Kode Etik ini, menetapkan prinsip dasar dan
aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh setiap individu dalam KAP atau jaringan
KAP, baik yang merupakan anggota IAPI maupun yang bukan merupakan anggota IAPI,
yang memberikan jasa profesional (baik jasa assurance maupun jasa selain assurance) kepada
pengguna jasa.
III. Prinsip-prinsip Dasar Etika Profesi
A. Pendekatan kerangka konseptual
Profesi akuntan publik memiliki tanggung jawab melindungi kepentingan publik,
maka setiap praktisi harus mematuhi dan menerapkan seluruh prinsip dasar dan aturan
etika profesi yang diatur dalam kode etik. Bagian A dari Kode Etik menetapkan prinsip
dasar etika profesi untuk setiap praktisi dan memberikan kerangka konseptual untuk
penerapan prinsip guna mengidentifikasi ancaman (threats) terhadap kepatuhan prinsip
dasar etika profesi dalam mengevaluasi signifikansi ancaman tersebut dan menerapkan
pencegahan (safeguard).
Identifikasi ancaman dan penerapan pencegahan selalu disebutkan dalam Bagian B
Kode Etik, yaing harus di lakukan ketika terlibat dalam melakukan pekerjaan
profesionalnya yaitu:
1. Ancaman terhadap kepatuhan Praktisi pada prinsip dasar etika profesi dapat
terjadi dalam situasi tertentu. Dalam situasi yang tidak pasti itu, kerangka
konseptual mengharuskan Praktisi untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi serta
menangani setiap ancaman terhadap kepatuhan prinsip dasar dengan tujuan untuk
melindungi kepentingan publik, serta tidak hanya mematuhi seperangkat
peraturan khusus yang dapat bersifat subjektif.
2. Jika ancaman tersebut merupakan ancaman selain ancaman yang secara jelas tidak
signifikan, maka pencegahan yang tepat harus dipertimbangkan dan diterapkan
untuk menghilangkan ancaman tersebut atau dengan mengurangi ke tingkat yang
dapat di terima, sehingga kepatuhan terhadap prinsip dasar etika profesi tetap
terjaga.
3. Setiap praktisi harus mengevaluasi setiap ancaman terhadap kepatuhan pada
prinsip dasar etika profesi ketika ia mengetahui, atau seharusnya dapat
mengetahui, keadaan atau hubungan yang dapat mengakibatkan pelanggaran
terhadap etika profesi.
4. Setiap Praktisi harus memperhatikan signifikansi suatu ancaman.
5. Praktisi dapat melanggar suatu ketentuan dalam Kode Etik ini secara tidak
sengaja. Tergantung dari sifat dan signifikansi, pelanggaran tersebut mungkin saja
tidak mengurangi kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi jika pelanggaran
tersebut dapat dikoreksi sesegera mungkin ketika ditentukan dan pencegahan
yang telah ditetapkan.
B. Ancaman dan Pencegahan
Evaluasi ancaman seperti yang disebutkan dalam paragraf 100.6 Kode Etik
memberikan catatan kepada Praktisi untuk tidak hanya menerima informasi atas
adanya ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar, tetapi harus mengupayakan
untuk mengetahui atas sesuatu yang sesungguhnya dapat diketahui yang merupakan
ancaman terhadap prinsip dasar tersebut.
Ancaman terhadap prinsip dasar etika profesi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
1. Ancaman kepentingan pribadi, yaitu ancaman yang terjadi yang berasal
dari pihak Praktisi sendiri atau orang terdekat praktisi.
2. Ancaman telaah-pribadi, yaitu ancaman yang terjadi saat pertimbangan
yang diberikan dievaluasi kembali oleh praktisi yang bertanggung jawab atas
pertimbangan tersebut.
3. Ancaman advokasi, yaitu ancaman yang terjadi saat Praktisi menyatakan
sikap atau pendapat mengenai suatu hal yang dapat mengurangi objektivitas
dari Praktisi sendiri.
4. Ancaman kedekatan, yaitu ancaman yang terjadi karena faktor kedekatan
antara Praktisi dengan pihak lain yang menimbulkan rasa simpati.
5. Ancaman intimidasi, yaitu ancaman yang terjadi karena praktisi dihalangi
untuk bersikap objektif.

Untuk menghilangkan ancaman tersebut atau mengurangi ke tingkat yang dapat


diterima, pencegahan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-undangan, atau peraturan.


Pencegahan ini mencakup, antara lain:
 Persyaratan pendidikan, pelatihan, dan pengalaman untuk memasuki
profesi
 Persyaratan pengembangan dan pendidikan profesional berkelanjutan
 Peraturan tata kelola perusahaan
 Standar profesi
 Prosedur pengawasan dan pendisiplinan dari organisasi profesi atau
regulator.
 Penelaahan eksternal oleh pihak ketiga yang diberikan kewenangan
hukum atas laporan, komunikasi, atau informasi yang dihasilkan oleh
Praktisi.
2. Pencegahan dalam lingkungan kerja. Pencegahan ini mencakup:
 Pencegahan tertentu yang dapat menimbulkan kemungkinan untuk
mengidentifikasi atau menghalangi prilaku yang tidak sesuai dengan
etika profesi. Pencegahan ini dibuat oleh profesi, perundang-undangan,
atau peraturan, yang mencakup:
a) Sistem pengaduan yang efektif dan dapat diketahui secara
umum yang dikelola oleh pemberi kerja, profesi atau regulator,
yang memungkinkan para pengguna jasa Praktisi untuk
melaporkan perilaku praktisi yang tidak professional atau tidak
sesuai dengan etika profesi.
b) Kewajiban yang dinyatakan secara tertulis dan eksplisit untuk
melaporkan pelanggran etika profesi yang terjadi.
 Sifat pencegahan yang diterapkan sangat beragam tergantung pada
situasinya. Pencegahan ini mengharuskan Praktisi untuk
mempertimbangkan kembali pertimbangan yang telah dibuat agar
dapat diterima secara rasional dan memiliki pengetahuan informasi
yang relevan termasuk untuk tingkat signifikansi ancaman serta
pencegahan yang ditetapkan.
C. Penyelesaian Masalah yang Terkait Dengan Etika Profesi
Dalam mengevaluasi kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi, praktisi
mungkin diharuskan untuk menyelesaikan masalah dalam penerapan dasar etika
profesi. Ketika proses penyelesaian masalah yang terkait dengan etika profesi, baik
secara formal maupun informal, setiap Praktisis secara individu maupun bersama
koleganya harus mempertimbangkan hal- hal sebagai berikut:
a. Fakta yang relevan
b. Masalah etika profesi yang terkait
c. Prinsip dasar etika profesi yang terkait dengan masalah etika profesi yang
dihadapi
d. Prosedur internal yang berlaku
e. Tindakan alternatif

Setelah mempertimbangkan hal-hal tersebut, praktisi harus menentukan


tindakan yang sesuai dengan prinsip dasar etika profesi yang diidentifikasi dan selalu
mempertimbangkan juga akibat dari setiap tindakan yang dilakukan. Jika masalah
tersebut tetap tidak dapat diselesaikan, maka praktisi harus berkonsultasi dengan
pihak yang tepat pada KAP untuk membantu menyelesaikan permasalahan etika
profesi tersebut. Jika permasalahan etika profesi melibatkan klien maka praktisi harus
melakukan konsultasi dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola
perusahaan, seperti komite audit.

Jika masalah etika professional yang signifikan tidak dapat diselesaikan, maka
praktisi dapat meminta nasehat professional dari organisasi profesi yang relevan atau
penasehat hukum untuk memperoleh pedoman dalam penyeleasaian masalah etika
profesi yang terjadi tanpa melanggar prinsip kerahasiaan. Jika setelah mendalami
semua kemungkinan yang relevan namun masalah tersebut tetap tidak dapat diatasi,
maka praktisi harus menolak untuk dikaitkan dengan hal yang menimbulkan masalah
etika profesi tersebut. Dalam hal tertentu, praktisi dapat membatalkan keterlibatatan
dirinya dalam tim perikatan atau penugasan tertentu atau bahkan mengundurkan diri
dari perikatan tersebut atau dari KAP atau Jaringan KAP tempatnya bekerja. Bagian
B dari Kode Etik ini mencakup contoh-contoh yang memberikan ilustrasi mengenai
penerapan kerangka konseptual bagi Praktisi.

D. Prinsip Dasar
Prinsip Dasar yang disajikan Bagian A Kode Etik terdiri dari 5 prinsip, yaitu:
1. Prinsip Integritas
Prinsip ini mewajibkan setiap Praktisi untuk tegas, jujur dan adil dalam
hubungan professional dan hubungan bisnisnya. Praktisi tidak boleh terkait
dengan laporan, komunikasi atau informasi lainnya yang diyakininya terdapat:
a. Kesalahan yang material atau pernyataan yang menyesatkan
b. Pernyataan atau informasi yang diberikan secara tidak hati-hati
c. Penghilangan atau penyembunyian yang dapat menyesatkan atas informasi
yang seharusnya dapat diungkapkan

Praktisi tidak melanggar paragraph di atas (paragraph 110.2 dari Kode Etik
ini) jika ia memberikan laporan yang dimodifikasi sesuai dengan yang telah diatur
dalam paragraph 110.2 tersebut.

2. Prinsip Objektifitas
Prinsip ini mengharuskan Praktisi untuk tidak membiarkan adanya tindakan
subjektivitas, benturan kepentingan atau pengaruh yang tidak layak dari pihak
pihak yang dapat mempengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan
bisnisnya.
3. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian professional.
Prinsip ini mewajibkan Praktisi untuk:
a. Memelihara pengetahuan dan keahlian professional yang dibutuhkan untuk
menjamin pemberian jasa yang profesional kepada klien.
b. Menggunakan kemahiran profesionalnya sesuai dengan standar dan kode etik
profesi.
c. Pemberian jasa profesional yang kompeten dibutuhkan pertimbangan yang
cermat.
d. Pemeliharaan kompetensi profesional membutuhkan kesadaran dan
pemahaman yang berkelanjutan terhadap perkembangan teknis profesi.
e. Praktisi diharuskan untuk memiliki sikap kecermatan dan kehatian-hatian
profesional.
f. Setiap Praktisi harus memastikan tersedianya pelatihan dan penyeliaan yang
tepat bagi yang bekerja dibawah wewenang dalam kapasitas profesional.
g. Bila perlu Praktisi harus menjelaskan keterbatasan jasa profesional yang
diberikan kepada klien, pemberi kerja, atau pengguna jasa professional untuk
menghindari terjadinya kesalahtafsiran atas pernyataan pendapat yang terkait
dengan jasa.
4. Prinsip Kerahasiaan mewajibkan setiap Praktisi untuk:
a. Tidak mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia dari pihak luar KAP
maupun jaringan KAP tempatnya bekerja tanpa adanya wewenang khusus.
b. Tidak menggunakan Informasi yang bersifat rahasia.
c. Praktisi harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan termasuk dalam lingkungan
sosialnya.
d. Setiap praktisi harus mempertimbangkan pentingnya kerahasiaan informasi
yang terjaga dalam KAP atau jaringan KAP tempatnya bekerja.
e. Setiap Praktisi harus menerapkan semua prosedur yang dianggap perlu untuk
memastikan terlaksanakannya prinsip kerahasiaan.
f. Kebutuhan untuk mematuhi prinsip kerahasiaan terus berlanjut, bahkan
setelah berakhirnya hubungan antara Praktisi dengan klien atau pemberi kerja.
g. Dalam situasi tertentu memungkinkan Praktisi untuk mengungkapkan
informasi yang bersifat rahasia ketika diperbolehkan oleh hukum dan di
setujui klien serta diharuskan oleh hukum.
h. Dalam mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia Praktisi harus
mempertimbangkan kerugian tidaknya semua pihak, diketahui atau tidak
semua informasi yang relevan, serta tepat tidak komunikasi yang di tuju.
5. Prinsip perilaku professional. Prinsip ini mewajibkan para Praktisi untuk
mematuhi ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari
tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Dalam memasarkan dan
mempromosikan diri setiap praktisi tidak boleh merendahkan martabat profesi.
Setiap praktisi diharuskan bersikap jujur dan tidak melakukan tindakan membuat
pernyataan berlebihan, serta merendahkan hasil pekerjaan praktisi lain.
IV. Aturan Etika Profesi
Bagian B Kode Etik memuat Aturan Profesi yang terdiri dari 10 seksi yang tersebar
dalam 224 paragraf. Bagian B ini berisikan tentang penerapan kerangka konseptual dan
contoh pencegajan yang diperlukan untuk mengatasi ancaman terhadap kepatuhan pada
prinsip dasar. Kesepuluh seksi itu adalah :
1. Seksi 200 Anacaman dan Pencegahan, berisikan tentang situasi-situasi yang dapat
menimbulkan ancaman seperti ancaman intimidasi, advokasi, kepentingan pribadi
bagi Praktisi, kedekatan, serta berisikan bagaimana cara mencegah situasi-situasi
tersebut.
2. Seksi 210 Penunjulan Praktisi, KAP atau Jaringan KAP, berisikan tentang syarat-
syarat dalam penerimaan klien danpenerimaan perikatan.
3. Seksi 220 Benturan Kepentingan, berisikan tentang bagaimana seorang praktisi dapat
mengambil keputusan agar tidak terjadi benturan kepentingan dan bagaimana
pencegahannya.
4. Seksi 230 Pendapat Kedua, berisikan tentang bagaimana sikap seorang praktisi ketika
diminta untuk memberikan pendapat kedua agar tidak menimbulkan ancaman serta
bagaimana pencegahannya.
5. Seksi 240 Imabalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi, berisikan tentang
bagaimana sikap seorang praktisi dalam melakukan negosiasi jasa dan mengusulkan
jumlah imbalan jasa yang dipandang sesuai agar tidak menimbulkan ancaman serta
bagaimana cara pencegahannya.
6. Seksi 250 Pemasaran Jasa Profesional, berisikan tentang bagaimana sikap seorang
praktisi jika mendapatkan suatu perikatan melalui iklan atau bentuk pemasaran
lainnya.
7. Seksi 260 Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramah-Tamahan, berisikan tentang
bagaimana sikap seorang praktisi ketika ditawari suatu hadiah atau bentuk
keramahtamahan oleh klien.
8. Seksi 270 Penyimpanan Aset Milik Klien, berisikan tentang sikap seorang praktisi
yang tidak boleh mengambil tanggung jawab penyimpanan uang atau aset lainnya
milik klien.
9. Sekai 280 Objektivitas-Semua Jasa Profesional, berisikan tentang sikap praktisi
dalam mempertimbangkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar
objektivitas.
10. Seksi 290 Independensi dalam Perikatan Assurance.
V. Independensi
Independensi yang diatur dalam kode etik ini mewajibkan setiap Praktisi untuk
bersikap :
a. Independensi dalam pemikiran, sikap mental yang memungkinkan pernyataan
pemikiran yang tidak dipengaruhi oleh hal-hal yang dapat mengganggu pertimbangan
profesional, yang memungkinkan seorang individu untuk memiliki integritas dan
bertindak secara objektif, serta menerapkan skeptisisme profesional.
b. Independensi dalam penampilan, sikap yang menghindari tindakan atau sistuasi yang
dapat menyebabkan pihak ketiga meragukan integritas, objektivitas, atau skeptisisme
profesional dari anggota tim assurance, KAP, atau Jaringan KAP.
Independensi yang berdiri sendiri dapat menimbulkan kesalahpahaman sehingga
mengakibatkan pengamat beranggapan bahwa seseorang yang menggunakan pertimbangan
harus bebas dari pengaruh hubungan baik ekonomi, keuangan, dan lainnya.
Ancaman yang diilustrasikan timbul ketika adanya :
1. Kepentingan keuangan, dapat menimbulkan ancaman kepentingan pribadi.
Pertimbangan mengenai sifat dan setiap kepentingan keuangan harus dilakukan
dalam mengevaluasi signifikansi dari ancaman dan pencegahan yang tepat yang
harus diterapkan untuk menghilangkan ancaman ketingkay yang dapat diterima.
2. Pinjaman dan penjaminan yang diberikan oleh klien assurance serta simpanan
yang ditempatkan pasa klien assurance, bank atau institusi sejenis tidak akan
menimbulkan ancaman terhadap independensi jika pinjaman tersebut diberikan
melalui prosedur, kondisi dan persyaratan yang lazim serta kumlah pinjaman
tidak material bagi KAP dan klien assurance.
3. Hubungan bisnis yang dekat dengan klien assurance, hubungan ini akan
melibatkan kepentingan keuangan yang bersifat komersial atau umum, serta dapat
menimbulkan ancaman kepentingan pribadi dan ancaman intimidasi.
4. Hubungan keluarga dan hubungan pribadi dengan klien assurance, hal ini terjadi
antara tim assurance dengan karyawan tertentu, direktur, maupun pejabat lainnya
yang dapat menimbilkan ancaman kepentingan pribadi, kedekatan atau intimidasi.
5. Personil KAP yang bergabung dengan klien assurance, dapat terancam ketika
direktur maupun pejabat lainnya yang dalam kedudukannya memiliki pengaruh
langsung dan signifikan atas informasi hal pokok dari perikatan assurance, pernah
menjadi anggota tim assurance atau rekan KAP.
6. Personil klien assurance yang bergabung dengan KAP, ancaman kepentingan
pribadi, telaah pribadi dan kedekatan dapat terjadi ketika mantan pehabat, direktur
maupun karyawan bergabung dengan KAP dan menjadi bagian dari tim
assurance.
7. Rangkap jabatan personil KAP sebagai direktur atau pejabat klien assurance,
ketika rekan atau karyawan KAP juga merupakan direktur atau pejabat klien
assurance, ancaman telaah prinadi atau kepentingan pribadi yang dapat terjadi
demikian signifikan, sehingga tidak ada satupun pencegajan yang dapat
mengurangi ancaman tersebut ke tingkat yang dapat diterima.
8. Keterkaitan yang cukup lama antara personil senior KAP dengan klien assurance,
ancaman kedekatan dapat terjadi ketika personil senipr yang sama digunakan
dalam perikatan assurance untuk suatu periode yang cukup lama.
9. Imbalan jasa profesional, terdiri dari
 Suatu besaran yang relatif, ancaman kepentingan pribadi dapay terjadi ketika
proporsi jumlah imbalan profesional yang diperoleh dari suatu klien assurance
demikian signifikan dibandingkan dengan jumlah keseluruhan imbalan yang
diperoleh pleh KAP atau Jaringan KAP, yang menyebabkan ketergantungan KAP
maupun jaringan pada suatu klien.
 Yang telah lewat waktu, ancaman kepentingan pribadi dapat terjadi ketika
imbalan jasa profesional dari klien assurance belum terlunasi untuk jangka waktu
yang cukup lama, terutama ketika bagian yang signifikan dari imbalan jasa
profesional tersebut belum terlunasi sebelum terbitnya laporan assurance
berikutnya.
 Besaran imbalan jasa profesional, ancaman kepentingan pribadi dapat terjadi
ketika KAP menerima perikatan assurance dengan jumlah imbalan jasa
profesional yang secara signifikan lebih temdah dari jumlah yang dikenakan oleh
KAP sebelumnya atau yang ditawarian oleh KAP lainnya.
Yang bersifat kontijen, merupakan inbalan jasa profesional yang besarannya
ditentukan berdasarkan hasil dari suatu transaksi atau pekerjaan yang dilakukan.
DAFTAR REFERENSI
http://iapi.or.id/detail/62-Kode-Etik-Profesi-Akuntan-Publik (diakses tanggal 28 februari 2016)
Jusup, Al. Haryono. 2011. Auditing Edisi II. Yogyakarta: Bagian  Penerbitan STIE YKPN.
Mulyadi. 2013. Auditing Edisi 6 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

I.

Anda mungkin juga menyukai