Kimed 4
Kimed 4
Sifat kimia fisika dapat mempengaruhi aktivitas biologis obat oleh karena dapat mempengaruhi
distribusi obat dalam tubuh dan proses interaksi obat-reseptor. Beberapa sifat kimia fisika penting yang
berhubungan dengan aktivitas biologis antara lain adalah ionisasi, pembentukan kelat, potensial redoks
dan tegangan permukaan.
A. Ionisasi Dan Aktivitas Biologis
Ionisasi sangat penting dalam hubungannya dengan proses penembusan obat kedalam membran
biologis dan interaksi obat-reseptor. Untuk dapat menimbulkan aktivitas biologis, pada umumnya obat
dalam bentuk tidak terionisasi, tetapi ada pula yang aktif adalah bentuk ionnya.
1. Obat yang Aktif Dalam Bentuk Tidak terionisasi
Sebagian obat yang bersifat asam atau basa lemah, bentuk tidak terionisasinya dapat memberikan
efek biologis. Hal ini dimungkinkan bila kerja obat terjadi di membran sel atau di dalam sel.
Contoh: fenobarbital, turunan asam barbiturat yang bersifat asam lemah, bentuk tidak terionisasinya
dapat menembus sawar darah otak dan menimbulkan efek penekan fungsi sistem saraf pusat dan
pernafasan.
2. Obat yang Aktif dalam Bentuk Ion
Beberapa senyawa obat menunjukkan aktivitas biologis yang makin meningkat bila derajat
ionisasinya meningkat. Seperti diketahui dalam bentuk ion senyawa obat umumnya sulit menembus
membran biologis, sehingga diduga senyawa obat dengan tipe ini memberikan efek biologisnya diluar sel.
Contoh: aktivitas sulfonamida mencapai maksimum bila mempunyai nilai pKa 6-8. Pada pKa tersebut
sulfonamida terionisasi ±50%. Pada pKa 3-5, sulfonamida terionisasi sempurna dan bentuk ionisasi ini
tidak dapat menembus membran sehingga aktivitas antibakterinya rendah. Bila kadar bentuk ion kurang
lebih sama dengan kadar bentuk molekul pKa 6-8, aktivitas antibakterinya akan maksimal.
Menurut Cowles (1942), sulfonamida menembus membran sel bakteri dalam bentuk tidak terionisasinya,
dan sesudah mencapai reseptor yang bekerja adalah bentuk ion.
B. Pembentukan Kelat Dan Aktivitas Biologis
Kelat adalah senyawa yang dihasilkan oleh kombinasi senyawa yang mengandung gugus elektron
donor dengan ion logam, membentuk suatu struktur cincin. Gugus-gugus kimia yang dapat membentuk
kelat antara lain adalah gugus amin primer, sekunder dan tersier, oksim, imin, imin tersebstitusi, tioter,
keto, tioketo, hidroksil, tioalkohol, karboksilat, fosfonat, dan sulfonat. Sebagai contohh adalah
pembentukan kelat antara etilendiamin tetraasetat (EDTA) dengan ion Ca.
Ligan adalah senyawa yang dapat membentuk struktur cincin dengan ion logam karena mengandung
atom yang bersifat elektron donor, sperti N, S, dan O. Struktur cincin yang umum terdapat dan cukup
stabil adalah struktur cincin dengan jumlah atom 5 dan 6. Ligan mempunyai afinitas yang besar terhadap
ion logam, sehingga dapat menurunkan kadar ion logam yang toksis dalam jaringan dengan membentuk
kelat yang mudah larut dan kemudian diekresikan melalui ginjal. Penggunaan ligan dalam bidang
farmakologi antara lain adalah :
1. Membunuh mikroorganisme parasit, dengan cara membentuk kelat dengan logam esensial yang
diperlikan untuk pertumbuhan sel (aksi bakterisida, fungisida, dan virisida).
2. Untuk menghilangkan logam yang tidak diinginkan atau yang membahayakan organisme hidup
(antidotum keracunan logam).
3. Untuk studi fungsi logam dan metaloenzim pada media biologis.
Contoh Ligan :
1. Dimerkaprol ( British Anti-Lewisite=BAL)
2. (+) Penisilamin
3. Oksin (8-hidroksikuinolin)
4. Isoniazid, tiasetazon, dan etambutol.
5. Tetrasiklin
C. Potensial Redoks dan Aktivitas Biologis
Potensial redoks adalah ukuran kuantitatif kecenderungan senyawa untuk memberi dan menerima
elektron. Reaksi redoks adalah perpindahan elektron dari satu atom ke atom molekul yang lain. Tiap
reaksi pada organisme hidup terjadi pada potensial redoks optimum, dengan kisaran yang bervariasi,
sehingga diperkirakan bahwa potensial redoks senyawa tertentu berhubungan dengan aktivitas
biologisnya.pengaruh potensial redoks tidak dapat diamati secara langsung karena hanya berlaku untuk
sistem keseimbangan ion tunggal yang bersifat reversibel, sedang reaksi pada sel hidup merupakan reaksi
yang serentak, termasuk oksidasi ion tunggal yang bersifat reversibel adapula yang ireversibel. Hubungan
potensial redoks dengan aktivitas biologis secara umum hanya terjadi pada senyawa dengan struktur dan
sifat fisik yang hampir sama. Pada sistem interaksi obat secara redoks, pengaruh sistem distribusi dan
faktor sterik sangat kecil. Contoh:
1. Turunan kuinon
2. Sb dan As
3. Riboflavin
D. Aktivitas Permukaan dan Aktivitas Biologis
Surfaktan adalah suatu senyawa yang karena orientasi dan pengaturan molekul pada permukaan
larutan, dapat menurunkan tegangan permukaan. Strukur surfaktan terdiri dari dua bagian yang berbeda,
yitu bagian yang bersifat hidrofilik atau polar dan bagian lipofilik atau non polar, sehingga dikatakan
surfaktan bersifat ampifilik.bila surfaktan dimasukkan kedalam air maka pada permukaan akan teratur
sedemikian rupa sehingga bagian non polar, ,isal rantai hidrokarbon,, berorientasi ke fasa uap, sedang
bagian polar, misal gugus-gugus COOH, OH, NH2, dan NO2 berorientasi ke fasa air. Bila surfaktan
dimasukkan kedalam campuran pelarut polar dan non polar, maka pada batas cairan polar dan non polar,
bagian non polar berorientasi ke pelarut non polar, sedang gugus polar berorientasi ke pelarut polar. Pada
orientasi ini terlibat ikatan van der waal’s, ikatan hidrogen dan ikatan ion-dipol.berdasarkan sifat gugus
yang dikandungnya, surfaktan dibagi menjadi empat kelompok, yaitu:
1. Surfaktan anionik
2. Surfaktan kationik
3. Surfaktan non ionik
4. Surfaktan amfoterik.