Anda di halaman 1dari 8

EFEKTIVITAS PIJAT WOOLWICH TERHADAP PRODUKSI ASI POST PARTUM

DI PUSKESMAS PAYUNG SEKAKI PEKANBARU

Sukriana1, Yulia Irvani Dewi2, Sri Utami3


Fakultas Keperawatan
Universitas Riau
Email: Sukrianaria@gmail.com

Abstract

An important cause of breastfeeding failure is perceptions among mothers that they were not producing enough breast
milk to meet the nutritional needs of infants, which affected on oxytocin release. It can be solved by doing Woolwich
massage as pleasant forms of touch, gently stimulating the nipple can leads to oxytocin secretion. The purpose of this
research is to know the influence of Woolwich message against breast milk production at working area of Payung
Sekaki Health Center. Using quasi-experimental study designs with pre-post test intervention, a number of 34 normal
postpartum mothers were regarded as the control group. The measuring instruments used were Mabaki breast pump
and observation sheets. Applying univariate analysis to determine the frequency distribution of respondent
characteristic. Meanwhile, bivariate analysis with t-dependent and t-independent test showed that there were
differences in the breast milk production average between experiment group and control group. The outcomes were
80.92ml breast milk from experiment group (after given the treatment) and only 66.82ml breast milk from control group
with p value = 0.000 <α (0.05). This investigation indicated that Woolwich massages effectively increase breast milk
production during postpartum phase. Mothers are advised to utilize Woolwich massages as one of the methods to
intensify breast milk production.

Keywords : Breastmilk Production, Woolwich Massage, Postpartum

PENDAHULUAN (Saleha, 2009). Menurut Yanti dan Sundawati


Postpartum adalah masa beberapa jam (2011) didalam ASI mengandung berbagai zat
sesudah lahirnya plasenta sampai minggu yang penting untuk tumbuh kembang dan
keenam setelah melahirkan (Marmi, 2012). sesuai dengan kebutuhan bayi.
Menurut Saleha (2009) postpartum adalah Mengingat pentingnya ASI bagi bayi,
proses yang dimulai setelah selesainya ibu dan keluarga, maka pemerintah Indonesia
persalinan dan berakhir setelah alat-alat telah memberikan dukungan dan peraturan
reproduksi kembali seperti keadaan sebelum untuk penggunaan ASI seperti dalam
hamil atau tidak hamil sebagai akibat dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia
adanya perubahan fisiologi dan psikologi melalui SK Menkes No. 450/
karena proses persalinan. Menkes/SK/IV/2004 telah menetapkan
Pada masa postpartum ibu banyak rekomendasi pemberian ASI eksklusif selama
mengalami perubahan, mulai dari perubahan 6 bulan. Dalam rekomendasi tersebut,
dijelaskan bahwa untuk mencapai
fisik, psikologis menghadapi keluarga baru
pertumbuhan, perkembangan, kesehatan yang
dengan kehadiran buah hati yang sangat
optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif
membutuhkan perhatian dan kasih sayang dan
selama 6 bulan pertama.
masa laktasi (Sulistyawati, 2009).Perubahan Menurut Janiwarty dan Pieter (2013)
atau adaptasi pada masa postpartum ASI selain bermanfaat bagi bayi juga
dipengaruhi oleh kesiapan ibu pada awal bermanfaat bagi ibu. Pemberian ASI dapat
postpartum yang dapat memberikan dampak melindungi ibu dari berbagai penyakit seperti
terhadap keberhasilan ibu dalam pemberian kanker payudara atau kanker ovarium,
Air Susu Ibu (ASI) (Prasetyono, 2009). mengurangi anemia, dan dapat mempercepat
ASI adalah suatu cairan kehidupan proses involusi uteri. Meskipun ASI memiliki
terbaik yang sangat dibutuhkan oleh bayi manfaat yang sangat baik bagi ibu dan bayi,
(Maritalia, 2017). ASI merupakan nutrisi namun cakupan ASI masih kurang.
alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung Cakupan pemberian ASI ekslusif
kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan diIndonesia jika mengacu pada target renstra
selama enam bulan pertama kehidupan bayi tahun 2016 yang sebesar 42%, jika

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 512


berdasarkan Provinsi, terdapat 3 provinsi yang Berdasarkan data yang diperoleh dari
tidak mencapai target pemberian ASI ekslusif Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru (2017),
salah satunya adalah Provinsi Riau yaitu puskesmas dengan cakupan ASI ekslusif yang
sebesar 39,7% (Kemenkes RI, 2016). Di rendah ditemukan pada Puskesmas Payung
Pekanbaru sendiri cakupan ASI pada tahun Sekaki yakni 30,56% dari 1.378 bayi,
2016 mengalami penurunan dari tahun sementara jumlah persalinan cukup tinggi
sebelumnya, dimana pada tahun 2015 cakupan yaitu 2.341 pertahun. Berdasarkan wawancara
ASI mencapai 71, 26% sementara pada tahun pada salah satu petugas yang ada di POLI Ibu
2016 hanya 50,67% (Dinas Kesehatan Kota dan Anak pada tanggal 07 Maret 2018,
Pekanbaru, 2015; Dinas Kesehatan Kota rendahnya data cakupan ASI tersebut
Pekanbaru 2016). disebabkan karena adanya masalah dalam
Cakupan ASI yang rendah disebabkan menyusui yang dihadapi ibu postpartum.
oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya Masalah yang sering dihadapi oleh ibu
pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI, postpartum adalah sedikitnya ASI yang keluar
jenis pekerjaan ibu diluar rumah, dan dan atau ASI tidak keluar, sehingga ibu
kurangnya dukungan dari suami sehingga postpartum harus memberikan susu formula
mengakibatkan tidak munculnya motivasi kepada bayinya.
yang kuat dari diri ibu untuk memberikan ASI Berdasarkan wawancara selanjutnya
ekslusif (Nurheti, 2010). Ibu berhenti pada tanggal 12 Maret 2018 oleh peneliti
di wilayah kerja Puskesmas Payung Sekaki
menyusui bayinya pada bulan pertama
dengan mewawancarai 10 orang ibu
postpartum disebabkan karena puting lecet,
postpartum yang menyusui bayinya, diperoleh
payudara bengkak, kesulitan dalam melakukan bahwa 6 dari 10 (60%) orang ibu postpartum
perlekatan yang benar serta persepsi mereka mengatakan ASI nya sedikit, dan setelah
tentang ketidakcukupan produksi ASI, proses menyusui bayi menangis terlihat
sehingga ibu tidak yakin bisa memberikan ASI seperti tidak puas, dan 4 dari 10 (40%) orang
pada bayinya (Kosim, 2008). Hal ini didukung ibu postpartum mengatakan produksi ASI nya
oleh penelitian Fatimah, Mifbakhuddin dan cukup banyak. Sebagian besar belum
Kumalasari (2013) salah satu faktor yang pernah mendengar atau mendapatkan
menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI informasi tentang pijat woolwich yang dapat
adalah pengetahuan ibu yang kurang tentang memperlancar produksi ASI ibu postpartum.
ASI (83,3%). Namun penyuluhan tentang ASI sudah pernah
Berbagai alternatif dilakukan untuk ibu-ibu dapatkan dari tenaga kesehatan
meningkatkan produksi ASI pada ibu yang yang ada di Puskesmas. Berdasarkan latar
melahirkan secara normal. Salah satu tindakan belakang diatas, peneliti tertarik untuk
keperawatan untuk meningkatkan produksi melakukan penelitian tentang “Efektivitas
ASI adalah dengan pijat woolwich. Metode Pijat Woolwich Terhadap Produksi Air Susu
Ibu Postpartum”.
pijat woolwich ini didasarkan pada
pengamatan bahwa pengaliran ASI lebih
METODE PENELITIAN
penting dari sekresi ASI oleh kelenjar ASI Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja
(Moehyi, 2008). Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru.
Pijat woolwich dapat memicu Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
rangsangan sel-sel mioepitel disekitar kelenjar kuantitatif dengan desain penelitian yang
payudara yang kemudian diteruskan ke digunakan adalah Quasy Experiment dengan
hipotalamus sehingga memicu hipofisis rancangan penelitian Pre test-post test design
anterior untuk memproduksi hormon prolaktin with control group. Dalam rancangan ini,
(Pamuji, 2014). Hal ini didukung dalam kelompok eksperimen diberi intervensi
penelitian Nuraningsih, Machmudah, dan sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan
Sayono (2016) bahwa kecukupan ASI setelah intervensi (Setiadi, 2013).
diberikan pijat woolwich sebagian besar Populasi dalam penelitian ini adalah ibu
adalah banyak yaitu (62,5%). postpartum yang berdomisili di wilayah kerja

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 513


Puskesmas Payung Sekaki, ibu postpartum Tabel 1
pervaginam, ibu yang memiliki bayi dan bayi Karakteristik Responden
sehat, dan ibu postpartum hari ke 8 sampai Kelompo
k Kelompo p
hari ke 10. Teknik yang digunakan untuk eksperime k kontrol Jumlah val
Karakteristik
pengambilan sampel dalam penelitian ini n (n=17) ue
(n=17)
adalah dengan menggunakan teknik non- n % N % N %
probability sampling dengan jenis purposive Umur
a. 20-35 1 82, 1 58, 2 67,
sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini tahun 4 4 0 8 4 6
0,4
adalah 34 orang, dengan rincian 17 orang b. >35 tahun 3 17, 7 41, 1 32,
95
6 2 0 4
responden untuk kelompok intervensi dan 17 Jumlah 1 100 1 100 3 100
Alat pengumpulaan data yang digunakan 7 7 4
Pendidikan
pada penelitian ini adalah data karakteristik terakhir:
responden yang berupa format pengkajian a. SD 2 11, 0 0.0 2 5,9
8 0
yang berisi data demografi responden yang b. SMP 3 17, 9 52, 1 35,
meliputi usia, pendidikan terakhir, dan status 6 9 2 3
pekerjaan responden. c. SMA 1 58, 7 41, 1 50, 0,0
0 8 2 7 0 79
Data produksi ASI, produksi ASI diukur d. Pergurua 2 11, 1 5,9 3 8,8
dengan melihat volume ASI ibu. Teknik perah n Tinggi 8
Jumlah 1 100 1 100 3 100
ASI yang digunakan dalam penelitian ini 7 7 4
adalah dengan menggunakan pompa ASI Status
Pekerjaan:
manual merk Mabaki. ASI yang diperah a. Bekerja 5 29, 1 5,9 6 17,
ditampung dan diukur langsung pada botol 4 6
b. Tidak 1 70, 1 94, 2 82, 0,1
susu yang terdapat pada pompa ASI. Perah bekerja 2 6 6 1 8 4 41
ASI dilakukan sebelum dan sesudah diberikan Jumlah 1 100 1 100 3 100
7 7 4
intervensi pada kelompok eksperimen dan
sebelum dan sesudah tanpa intervensi pada
Pada tabel 1 diatas menunjukkan bahwa
kelompok kontrol.
dari 34 responden yang telah diteliti,
Analisa data menggunakan analisa
distribusi responden menurut umur ibu
univariat dan bivariat. Analisa univariat
mayoritas adalah rentang umur 20-35 tahun
digunakan untuk menjelaskan data dan
dengan jumlah 24 orang (67,6%), distribusi
mendeskripsikan tentang karakteristik
menurut pendidikan sebagian besar adalah
responden (data umum) meliputi umur,
SMA dengan jumlah 17 orang (50,%), dan
pendidikan terakhir, dan status pekerjaan
responden menurut pekerjaan mayoritas
untuk memperoleh gambaran dari variabel
adalah tidak bekerja dengan jumlah 28 orang
yang diteliti yaitu produksi ASI. Hasil analisa
(82,4%).
disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi
2. Volume ASI sebelum (pre test) dan
dan persentase.
sesudah (post test) pada kelompok
Analisa bivariat yang digunakan pada
eksperimen dan kontrol
penelitian ini adalah uji beda dua mean Tabel 2
dependent sample T test dan uji beda dua mean Rata-Rata Volume ASI pada Kelompok
independent T test. Uji tersebut bertujuan Eksperimen dan Kelompok Kontrol Dalam 3
untuk melihat perbedaan rata-rata produksi Hari
volume ASI sebelum dan sesudah pemberian Volume ASI Rata-rata SD (ml)
intervensi pada kelompok eksperimen, dan (ml)
untuk melihat perbandingan rata-rata produksi Pretest
volume ASI pada kelompok eksperimen dan Kelompok kontrol 67,39 ml 4,31 ml
kelompok kontrol sebelum dan setelah Kelompok eksperimen 68,06 ml 4,63 ml
pemberian intervensi.
Posttest
Kelompok kontrol 66,82 ml 4,35 ml
HASIL PENELITIAN
A. Analisa Univariat Kelompok eksperimen 80,92 ml 4,33 ml
1. Karakteristik Responden

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 514


Pada tabel 2 dapat dilihat distribusi rata- sebelum diberikan pijat woolwich adalah
rata volume ASI pre test pada kelompok homogen.
kontrol sebesar 67,39 ml dengan standar
deviasi 4,31 ml, sedangkan rata-rata volume 2. Perbedaan volume ASI pada kelompok
ASI pada kelompok eksperimen sebesar 68,06 kontrol sebelum dan setelah tanpa
ml dengan standar deviasi 4,63 ml. Distribusi diberi pijat woolwich
Setelah dilakukan uji normalitas data
rata-rata volume ASI post test pada kelompok
terdistribusi secara normal, maka dilakukan
kontrol adalah 66,82 ml dengan standar
analisa statistik dengan menggunakan uji t
deviasi 4,35 ml, sedangkan pada kelompok
dependent dan didapatkan hasil sebagai
eksperimen adalah 80,92 ml dengan standar
berikut:
deviasi 4,33 ml. Tabel 4
Perbedaan Volume ASI pada Kelompok
B. Analisa Bivariat Kontrol Sebelum dan Setelah Tanpa
Analisa bivariat digunakan untuk Perlakukan Pijat Woolwich Dalam 3 Hari
melihat perbedaan rata-rata volume ASI pada Variabel N Rata- SD Perbedaan p
kelompok eksperimen dan kontrol. rata (ml) (ml) rata-rata value
(ml)
Berdasarkan hasil pengolahan data dengan Pre test 17 67,39 ml 4,31 ml
perhitungan statistik menggunakan komputer 0,57 ml
0,12
Post test 17 66,82 ml 4,35 ml 1
diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Uji Homogenitas pre test volume ASI Pada tabel 4 di atas, didapatkan nilai
pada kelompok eksperimen dan rata-rata volume ASI sebelum tanpa
kelompok kontrol perlakuan pijat woolwich adalah 67,39 ml
Uji homogenitas dilakukan untuk dengan standar deviasi 4,31 ml, sedangkan
mengetahui varian antara kelompok data rata-rata volume ASI setelah tanpa perlakuan
satu dengan kelompok data yang kedua (Sabri adalah 66,82 ml dengan standar deviasi 4,35
& Hastono, 2014). Berdasarkan hasil ml. Hasil analisis statistik diperoleh p value =
pengolahan data statistik diperoleh hasil 0,121 > α (0,05) maka dapat disimpulkan
sebagai berikut: tidak terdapat perbedaan yang signifikan rata-
rata volume ASI sebelum dan sesudah tanpa
Tabel 3 pijat woolwich.
Uji Homogenitas Pre Test Volume ASI pada
Kelompok Eksperimen dan Kelompok 3. Perbedaan volume ASI pada kelompok
Kontrol eksperimen sebelum dan setelah
Kelompok n Rata-rata SD (ml) p value diberikan pijat woolwich
(ml) Setelah dilakukan uji normalitas
Kelompok 17 68,06 ml 4,63 ml
Eksperimen
didapatkan hasil data terdistribusi secara
0,535 normal maka dilakukan analisa statistik
Kelompok 17 67,39 ml 4,31 ml
Kontrol dengan menggunakan uji t dependent dan
didapatan hasil sebagai berikut:
Berdasarlan tabel 3 di atas, hasil uji
statistik didapatkan nilai rata-rata volume ASI Tabel 5
selama diberikan pijat woolwich pada Perbedaan Volume ASI pada Kelompok
kelompok eksperimen yaitu 68,06 ml Eksperimen Sebelum dan Setelah Diberikan
dengan standar deviasi 4,63 ml dan kelompok Pijat Woolwich Dalam 3 Hari
kontrol yaitu 67,39 ml dengan standar deviasi Variabel n Rata-rata SD Perbedaan p
(ml) (ml) rata-rata value
4,31 ml. Hasil analisis bivariat dengan (ml)
menggunakan uji t independent diperoleh p
value = 0,535 > α (0,05), maka dapat Pre test 17 68,06 ml 4,63 ml
disimpulkan bahwa volume ASI pada 12,86 0,000
Post test 17 80,92 ml 4,33 ml
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 515


Berdasarkan tabel 5 di atas, didapakan Hasil penelitian yang dilakukan pada
rata-rata volume ASI sebelum intervensi yaitu 34 responden didapatkan umur responden
68,06 ml dengan standar deviasi 4,63 ml, mayoritas adalah rentang 20-35 tahun
sedangkan rata-rata volume ASI setelah sebanyak 67,6%. Hal ini sesuai dengan
diberikan pijat woolwich sebesar 80,92 ml penelitian Hastuti (2017) yang
dengan standar deviasi 4,33 ml. Perubahan mendapatkan hasil sebagian besar
rata-rata antara sebelum dan sesudah responden ibu post partum berada pada
intervensi adalah sebesar 12,86 ml. Hasil rentang usia 20-35 tahun sebanyak 77%.
analisis statistik diketahui p value = 0,000 < α Menurut Maritalia (2017) usia akan
(0,05), maka dapat disimpulkan bahwa pada mempengaruhi kemampuan dan kesiapan
kelompok eksperimen terdapat perbedaan diri ibu dalam melewati masa nifas dan
volume ASI sebelum dan sesudah diberikan menyusui.
pijat woolwich. Usia 20-35 tahun adalah usia
reproduksi sehat dan usia aman untuk
4. Perbedaan volume ASI pada kelompok kehamilan, persalinan, dan menyusui. Oleh
eksperimen dan kelompok kontrol karena itu rentang usia 20-35 tahun adalah
setelah diberikan pijat woolwich (post masa reproduksi yang sangat baik dan
test) mendukung dalam pemberian ASI ekslusif.
Setelah dilakukan uji normalitas Umur yang kurang dari 20 tahun masih
didapatkan data terdistribusi normal, maka dianggap belum matang secara fisik,
dilakukan analisa statistik dengan mental, dan psikologi dalam menghadapi
menggunakan uji t independent. kehamilan, persalinan serta pemberian ASI,
sedangkan untuk umur yang lebih dari 35
Tabel 6 tahun dianggap berbahaya, sebab alat
Perbedaan Volume ASI pada Kelompok reproduksi dan fisik ibu sudah jauh
Eksperimen dan Kelompok Kontrol Setelah berkurang dan menurun (Rahmawati,
Diberikan Pijat Woolwich (Post Test)Dalam 3 Bahar, & Salam, 2013).
Hari b. Pendidikan terakhir
Variabel N Rata-rata SD Perbedaan p
(ml) (ml) Rata-Rata value Hasil penelitian menggambarkan
(ml) bahwa tingkat pendidikan responden
Eksperime 17 80,92 ml 4,33 ml mayoritas adalah SMA terbanyak 17 orang
n 14.1 0,000
kontrol 17 66,82 ml 4,39 ml
(50%). Maritalia (2017), menjelaskan
bahwa semakin tinggi pendidikan
seseorang maka tuntutannya terhadap
Pada tabel 6 di atas, hasil analisis
kualitas kesehatan akan semakin tinggi.
didapatkan rata-rata volume ASI setelah
Akan tetapi tingkat pendidikan seseorang
perlakuan pijat woolwich pada kelompok
tidak dapat dijadikan pedoman bahwa
eksperimen yaitu sebesar 80,92 ml dengan
seseorang akan berhasil pada saat proses
standar deviasi 4,33 ml, sedangkan rata-rata
menyusui, namun informasi yang benar
volume ASI pada kelompok kontrol yaitu
dan diterima tentang proses menyusui
sebesar 66,82 ml dengan standar deviasi 4,39
sebelumnya akan menentukan keberhasilan
ml. Perbedaan rata-rata post test antara
proses menyusui. Hal ini sejalan dengan
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
penelitian yang dilakukan oleh Reni,
adalah sebesar 14,1 ml. Hasil analisis p value=
Rinawati, dan Aryono (2014)
0,000 < α (0,05), dapat disimpulkan bahwa ada
menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
pengaruh pijat woolwich terhadap produksi
tidak mempengaruhi pemberian ASI
ASI. ekslusif.
PEMBAHASAN c. Status pekerjaan
A. Pembahasan Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa
1. Karakteristik Responden mayoritas responden tidak bekerja
a. Umur berjumlah 28 orang (82,4%). Ibu yang
tidak bekerja kemungkinan lebih sering

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 516


memberikan ASI, sehingga produksi ASI sedih, dan tegang dapat menghambat kerja
meningkat. Semakin sering bayi menyusu oksitosin sehingga dapat mempengaruhi
pada payudara ibu, maka produksi dan produksi ASI ibu (Maritalia, 2017; IDAI,
pengeluaran ASI akan semakin banyak. 2010).
Isapan dari mulut bayi akan menstimulus Peningkatan produksi ASI yang terjadi
kelenjar hipotalamus pada bagian hipofisis pada kelompok eksperimen disebabkan karena
posterior. Hipofisis anterior menghasilkan pijatan atau rangsangan yang diberikan pada
rangsangan (prolaktin) untuk ibu dapat menimbulkan rasa rileks dan nyaman
meningkatkan pengeluaran hormon sehingga dapat meningkatkan hormon
prolaktin untuk memproduksi ASI oksitosin, dan pengeluaran oksitosin juga
(Maritalia, 2017). Akan tetapi pada dipengaruhi oleh suatu reseptor yang terletak
penelitian ini pada kelompok kontrol lebih pada sistem duktus. Apabila duktus melebar
banyak ibu yang tidak bekerja akan tetapi atau menjadi lunak, maka secara reflektoris
produksi ASI menurun. Hal ini dikeluarkan oksitosin oleh hipofisis yang
kemungkinan disebabkan oleh faktor berperan untuk memeras keluar air susu dari
pekerjaan ibu dirumah. Faktor kelelahan, alveoli (Saleha, 2009).
stress, yang dialami ibu yang tidak bekerja 3. Efektifitas pijat woolwich terhadap
juga dapat menurunkan produksi ASI. produksi ASI
Apabila ibu kurang istirahat maka produksi Hasil analisis rata-rata produksi ASI
ASI juga akan berkurang (Maritalia, 2017). setelah intervensi ataupun tanpa intervensi
Ibu yang mengalami stres akan pada kelompok eksperimen dan kelompok
mengakibatkan terjadinya blokade dari kontrol diperoleh p value = 0,000 < α (0,05).
refleks letdown. Hal ini disebabkan karena Disimpulkan bahwa pijat woolwich efektif
adanya pelepasan dari adrenalin (epinefrin) meningkatkan produksi ASI pada ibu
yang menyebabkan fasokontriksi pembuluh postpartum.
darah alveoli sehingga menghambat Peningkatan produksi ASI tersebut
oksitosin untuk mencapai target disebabkan oleh proses pembentukan ASI
mioepitelium. Hal ini sejalan dengan yang terjadi setelah adanya sentuhan atau
penelitian Hardiani (2017) bahwa ada rangsangan pada pemijatan yang dilakukan.
hubungan antara status pekerjaan ibu Rangsangan tersebut merangsang produksi
dengan pengeluaran ASI ibu menyusui 0-6 oksitosin yang menyebabkan kontraksi sel-sel
bulan. mioepithel, proses ini disebut sebagai “ refleks
2. Perbedaan rata-rata volume ASI pada prolaktin” yang membuat ASI tersedia bagi
kelompok kontrol dan eksperimen bayi. Hisapan atau rangsangan pada payudara
Rata-rata pre test kelompok kontrol dapat memicu pelepasan ASI dari alveolus
67,39 ml post test 66,82 ml dan pre test pada mammae melalui duktus ke sinus laktiferus.
kelompok eksperimen 68,06 ml post test 80,92 Selanjutnya akan merangsang produksi
ml. Dilihat dari hasil tersebut, nilai rata-rata oksitosin oleh kelenjar hipofisis posterior,
pre test dan post test produksi ASI antara kemudian oksitosin memasuki darah dan
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen menyebabkan kontraksi pada sel-sel
terdapat perbedaan. myoepithel yang mengelilingi alveolus
Perbedaan produksi ASI ibu postpartum mammae dan duktus laktiferus. Kontraksi pada
pada kelompok eksperimen dan kelompok sel-sel khusus ini kemudian mendorong ASI
kontrol dapat terjadi karena adanya faktor- keluar dari alveoli melalui duktus laktiferus
faktor dari diri ibu yang dapat mempengaruhi menuju sinus laktiferus tempat dimana ASI
produksi ASI. Terjadinya penurunan produksi akan disimpan. Sehingga ketika ada hisapan
ASI pada ibu postpartum kelompok kontrol pada payudara ASI didalam sinus tertekan
dapat disebabkan oleh faktor-faktor pada diri keluar (Sulistyawati, 2009).
ibu seperti faktor kelelahan, ketenangan jiwa Penghisapan atau rangsangan pada
dan pikiran. Untuk memproduksi ASI yang payudara tidak saja memicu pelepasan
baik kondisi kejiwaan dan pikiran ibu harus oksitosin tetapi juga merangsang produksi
tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, prolaktin. Selama laktasi, setiap kali ada

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 517


hisapan pada payudara terjadi letupan sekresi 2. Bagi Ibu
prolaktin. Impuls-impuls aferen yang dipicu Terapi ini dapat dijadikan alternatif
diputing payudara oleh penghisapan dibawa sebagai terapi non farmakologis untuk
oleh medulla spinalis ke hipotalamus. Refleks meningkatkan produksi ASI secara efisien
ini menyebabkan pelepasan prolaktin oleh dan efektif. Selain itu, diharapkan ibu
hipofisis anterior. Stimulasi yang bersamaan mencoba terapi non farmakologi dalam
antara penyemprotan dan produksi susu oleh mengatasi masalah produksi ASI sebelum
hisapan atau rangsangan memastikan bahwa menggunakan obat-obatan medis.
kecepatan produksi susu seimbang dengan 3. Bagi peneliti selanjutnya
kebutuhan bayi akan susu. Semakin sering Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
bayi menyusui, semakin banyak susu yang untuk menambahkan karakteristik
keluar melalui penyemprotan maka semakin responden yang dapat mempengaruhi
banyak susu yang diproduksi untuk pemberian produksi ASI seperti pengalaman ibu
berikutnya (Sherwood, 2011). menyusui sebelumnya, jumlah anak, dan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan lain-lain, dan mengkaji faktor psikologis
oleh Pamuji, Supriyana, Rahayu, dan ibu.
Suhartono (2014) pijat woolwich ini efektif
meningkatkan kadar hormon prolaktin dan UCAPAN TERIMA KASIH
volume ASI dengan p value 0,005 < α (0,05). Terima kasih yang tak terhingga atas bantuan
Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian dan bimbingan dari berbagai pihak dalam
yang dilakukan oleh Barokah dan Utami menyelesaikan skripsi ini
(2017) bahwa ada perbedaan yang bermakna
1
produksi ASI (berat badan bayi) sebelum dan Sukriana: Mahasiswa Fakultas Keperawatan
sesudah dilakukan pijat woolwich dengan p Universitas Riau, Indonesia
2
value = 0,026 < α (0.05). Ns. Yulia Irvani Dewi, M. Kep., Sp. Mat:
Dari hasil penelitian yang telah Dosen Departemen Keperawatan Maternitas
dipaparkan pijat woolwich yang dilakukan 1 Fakultas Keperawatan Universitas Riau,
kali 15 menit dalam sehari dan dilakukan 3 Indonesia
3
kali dalam seminggu pada ibu postpartum Ns. Sri Utami, S. Kep., M. Biomed: Dosen
efektif meningkatkan produksi ASI. Selain itu Departemen Keperawatan Maternitas Fakultas
peneliti juga beramsumsi bahwa produksi ASI Keperawatan Universitas Riau, Indonesia
yang meningkat juga dipengaruhi oleh faktor
psikologis ibu. DAFTAR PUSTAKA
Barokah, L., & Utami, F. (2016). Pengaruh
SIMPULAN Pijat Woolwich Terhadap Produksi ASI
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di BPM APPI Amelia Bibis Kasihan
karakteristik responden mayoritas berada pada Bantul. Diperoleh dari
rentang umur 20-35 tahun 24 orang (67,6%) http://jurnal.lppm.unsoed.ac.id/ojs/index.
yang bersatatus tidak bekerja 28 orang php/Prosiding/article/view/427/0. Pada
(82,4%). Sebagian responden memiliki latar 01 February 2018.
belakang pendidikan SMA yaitu 17 orang Departemen Kesehatan RI. Kepmenkes RI No.
(50,0%). Hasil analisis statistik didapatkan 450/MENKES/IV/2004 tentang
bahwa pijat woolwich efektif terhadap Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara
produksi ASI ibu postpartum degan p value Ekslusif pada Bayi Indonesia. Jakarta:
(0,000) < α (0,05). Departemen Kesehatan RI.
http://www.depkes.do.id/pdf.php?id=116
SARAN
7. Diperoleh tanggal 25 February
1. Bagi perkembangan ilmu keperawatan
2018.
Pijat woolwich dapat dijadikan
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. (2015).
sebagai bahan pembelajaran serta menjadi
Cakupan ASI ekslusif Kota Pekanbaru
salah satu intervensi secara non
tahun 2015. Pekanbaru: Dinas Kesehatan
farmakologis dalam menangani masalah
Kota Pekanbaru.
produksi ASI.

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 518


Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. (2016). Nuraningsih, W., Machmudah., & Sayono.
Cakupan ASI ekslusif Kota Pekanbaru (2016). Efektivitas Pijat Marmet dengan
tahun 2016. Pekanbaru: Dinas Kesehatan Pijat Woolwich terhadap Kecukupan ASI
Kota Pekanbaru. Bayi pada Ibu Postpartum di BPM HJ.
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. (2017). Nawaningsing Semarang. Diperoleh dari
Cakupan ASI ekslusif Kota Pekanbaru http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id. Pada
tahun 2017. Pekanbaru: Dinas Kesehatan 04 Maret 2018.
Kota Pekanbaru. Fatimah, N., Mifbakhuddin., & Novita, K.,
Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru. (2017). (2013). Faktor-faktor yang Berhubungan
Rekap laporan PWS-KIA tahun 2017. dengan Kegagalan Ibu dalam
Pekanbaru: Dinas Kesehatan Kota Memberikan ASI Ekslusif pada Bayi Usia
Pekanbaru. 0-6 Bulan Di Puskesmas Bangetayu
Hardiani, S. R. (2017). Status Paritas dan Semarang. Diperoleh dari
Pekerjaan Ibu terhadap Pengeluaran http://digilib.unimus.ac.id. Pada 05 Maret
ASI pada Ibu Menyusui 0-6 Bulan. 2018.
Diperoleh dari Pamuji, S. E. B., dkk., (2014). Pengaruh
http://repository.unej.ac.id. Pada tanggal Kombinasi Metode Pijat Woolwich dan
20 Juli 2018. Endorphine Terhadap Kadar Hormon
Hastuti, P., & Wijayanti, I. T. (2017). Analisis Prolaktin dan Volume ASI (Studi Pada Ibu
Deskriptif Faktor yang Mempengaruhi Postpartum Di Griya Hamil Sehat Mejasem
Pengeluaran ASI pada Ibu Nifas di Desa Kabupaten Tegal). BHAMADA, JITK, Vol.
Sumber Kecamatan Sumber Kabupaten 5.
Rembang.Jurnal Universitas Prasetyono. (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif.
Muhamadiyah Magelang Yogyakarta: DIVA Press.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2010). Rahmawati, A., Bahar, B., & Salam, A.
Indonesia Menyusui. Jakarta: Badan (2013). Hubungan antara Karakteristik
Penerbit IDAI. Ibu, Peran Petugas Kesehatan dan
Janiwarty, B., & Pieter, Z. H. (2013). Dukungan Keluarga dengan Pemberian
Pendidikan Psikologi untuk Bidan – ASI Ekslusif Di Wilayah Kerja Puskesmas
Suatu Teori dan Terapannya. Bonto Cani Kabupaten Bone. Diperoleh
Yogyakarta: Rapha Publishing. dari http://repository.unhas.ac.id. Pada 25
Kemenkes RI. (2016). Profil Kesehatan Juli 2018.
Indonesia. Retrieved from Reni, F., Rinawati, R,. & Aryono, H. (2014).
http://www.depkes.go.id/downloads/publi Faktor yang Mempengaruhi Pemberian
kasi/profil kesehatan indonesia 2016.pdf. ASI ekslusif pada Bayi Cukup Bulan yang
Kosim, M. S., dkk. (2008). Buku Ajar Dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
Neonatologi. Jakarta: IDAI. http://saripediatri.org.
Maritalia, D. (2017). Asuhan Kebidanan pada Sabri, L., & Hastono, S. P. (2014). Statistik
Ibu Nifas. Yogyakarta: Goysen Kesehatan. Jakarta: Rajawali Pers.
Publishing. Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan pada
Marmi. (2012). Panduan Lengkap Manajemen Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Laktasi Cetakan Pertama. Yogyakarta: Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan
Pustaka Pelajar. Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha
Moehyi, S. (2008). Bayi Sehat dan Cerdas Ilmu.
Melalui Gizi dan Makanan Pilihan : Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia dari
Panduan Asupan gizi untuk bayi dan Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
balita. Jakarta: Pustaka Mina. Sulistyawati, A. (2009). Buku Ajar Asuhan
Nurheti, Y. (2010). Makanan Terbaik untuk Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
Kesehatan, Kecerdasan, dan Kelincahan ANDI.
Si Kecil. Yogyakarta: ANDI. Yanti, D., & Sundawati, D. (2011). Asuhan
http://books.google.co.id/books?i. Kebidanan Masa Nifas. Bandung: PT
Refika Aditama.

JOM FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) 2018 519

Anda mungkin juga menyukai