Anda di halaman 1dari 9

BAGIAN - BAGIAN TRANSFORMER RECTIFIER

Pengetahuan secara umum mengenai komponen-komponen yang ada dalam Transformer


Rectifier (TR)  harus diketahui oleh teknisi proteksi katodik dikarenakan adanya potensi
bahaya besar dalam mengoperasikan TR.

Komponen dasar yang terdapat dalam sebuah TR adalah :

1. AC Supply
2. Circuit Breaker
3. Transformer
4. Rectifying Element
5. Meter
6. DC output Terminal
7. Fuses
8. Surge Protector

Gambar 1. Komponen Dasar TR


1. AC Supply
AC supply biasanya berada dalam blok terminal yang berada dI belakang atau dibawah
TR.  Jika TR mempunyai dual AC voltage input, maka Transformer primer dibagi menjadi
dua bagian yaitu higher voltage input dan lower voltage input. Biasanya switch/saklar
berada di dekat AC supply dengan keterangan Higher atau lower AC Input. TR tetap dapat
beroperasi ketika saklar di set pada posisi higher AC input tapi menggunakan supply lower
AC voltage. Kerusakan dapat terjadi jika TR diset pada posisi lower AC input tetapi
mendapat supply dari higher AC voltage.
Gambar 2. Higher AC Input Setting

Gambar 3. Lower AC Input Setting


2. Circuit Breaker
Fungsi utama sebuah circuit breaker adalah untuk melindungi komponen-komponen utama
TR dari adanya lonjakan arus dan overload. Namun juga bisa berfungsi sebagai pemutus
input AC pada TR.

Circuit breaker dipasang pada jalur AC input dengan tuas berada pada panel TR. Untuk AC
input sebesar 115 V biasanya digunakan satu Circuit breaker,sedangkan untuk AC input
sebesar 230 Volt atau lebih maka menggunakan 2 buah circuit breaker. Untuk TR 3 fasa
menggunakan masing masing satu circuit breaker untuk 3 line.

Terdapat 3 jenis circuit breaker yaitu :


 Thermal Breaker

Jenis ini mempunyai element bimetal yang dialiri oleh arus listrik. Kelebihan arus yang
mengalir akan membuat bimetal panas yang kemudian mengembang dan bergerak
berlawanan arah sehingga koneksi terputus. Agar bisa terhubung kembali maka elemen
bimetal harus dingin terlebih dahulu.

Gambar 4. Mekanisme Kerja Thermal Breaker

 Magnetic Breaker

Magnetic breaker tediri dari inti besi yang dililit kawat (Coil) berfungsi sebagai
electromagnet. Saat terjadi aliran arus yang menimbulkan medan magnet diatas spesifikasi
medan electromagnet normal dari lilitan inti besi maka akan mendorong tuas menjauh
sehingga akan memutus arus. Saat terjadi lonjakan arus listrik, magnetic breaker akan
memutus arus dengan sangat cepat. Karena itulah TR saat ini pada umumnya menggunakan
thermal breaker sebagai pemutus arus.

Gambar 5. Mekanisme Kerja Magnetic Breaker

 Thermal Magnetic Breaker

Prinsipnya sama dengan Thermal Breaker namun ditambahkan sebuah magnetic plate yang
tujuannya adalah mempercepat reaksi ketika terjadi lonjakan arus. Ketika terjadi lonjakan
arus istrik maka akan timbul medan electromagnetic pada plate yang kemudian menarik
plate pemutus arus dan memutus arus sebelum bimetal element menjadi panas. Thermal
magnetic breaker lebih cepat responnya dari pada thermal breaker namun sedikit lebih
lambat daripada magnetic breaker.
3. Transformer
Transformer berfungsi untuk menurunkan atau menaikkan supply AC voltage tergantung
kebutuhan. Transformer terdiri dari inti besi yang terbuat dari besi lunak berlapis-lapis,
lilitan primer yang terhubung dengan input AC voltage dan lilitan sekunder sebagai ouput
AC voltage. Untuk Transformer step down akan memiliki lilitan sekunder lebih sedikit dari
pada lilitan primernya, sedangkan untuk transformer step up mempunyai lilitan sekunder
yang lebih besar daripada lilitan primernya.

Gambar 6. Bagian Sebuah Transformer

Hubungan antara jumlah lilitan dan voltase output adalah sebagai berikut :

Contohnya adalah ketika  sebuah transformer dengan 400 kali lilitan primer dan 100 kali
lilitan sekunder diberi voltase input sebesar 115 Volt maka voltase outputnya dapat dicari
dengan memasukkan nilai tersebut ke persamaan (asumsi tidak ada kehilangan beban)
sebagai berikut :

E secondary (Voltase output) = (E primary x Secondary turn)/ Primary Turns

                                                           = (115 x 100)/400 

                                                           = 28,75 Volt AC

4. Rectifying Circuit
Rectifier terbagi menjadi satu fasa dan 3 fasa. Selain itu berdasarkan jumlah diode yang
dipakai maka dapat dibagi menjadi setengah gelombang (1 dioda), center Tap (2 dioda) dan
gelombang penuh yakni 4 gelombang. Saat ini tipe rectifier gelombang penuh menjadi
standard dalam pembuatan TR.

Gambar 7. Sirkuit TR 1 fasa

Gambar 8. Sirkuit TR 3 Fasa

TR 3 fase mempunyai efisiensi 96,5 % sedangkan TR yang 1 fasa mempunyai efisiensi 81


%. Namun harganya mahal. Modern rectifier menggunakan diode selenium atau diode
silicon. Fungsi diode adalah sebagai penyearah arus dengan cara meneruskan arus satu arah
dan menahan arus yang berlawanan arah.
Gambar 9. Sinyal input dan output dari Dioda Bridge 1 fasa
5. Meter
DC voltmeter dan ampere meter terinstall pada panel TR dan befungsi untuk memudahkan
monitoring operasional TR. DC voltmeter digunakan untuk mengukur voltase arus yang
keluar dari terminal. DC ampere meter mempunyai internal shunt, tetapi pada banyak jenis
TR, shunt terpasang pada panel TR. Amperemeter harus dikalibrasi sesuai dengan shunt
rating nya.

Kebanyakan panel meter setelah sekian lama terpasang tidak pernah dikalibrasi, karena itu
sebaiknya meter digunakan untuk sebagai indicator saja, sedangkan untuk mendapatkan
nilai actual output, tetap diukur dengan menggunakan multimeter.
Gambar 10. Komponen TR
6. DC Output Terminal
DC output terminal diberi label positif (+) dan negative (–) . Dan juga harus diberi tanda
agar terminal positif harus dihubungkan ke kabel anoda dan terminal negative dihubungkan
ke pipa. Jika hubungan ini sampai terbalik maka system proteksi katodik tidak akan bekerja
dan malah akan mempercepat reaksi korosi pada pipa

Gambar 11. Terminal TR


7. Fuse
Fuse terbuat dari elemen logam yang mempunyai titik lebur rendah yang berfungsi untuk
melindungi  komponen yang lebih mahal pada TR dari kerusakan akibat adanya lonjakan
arus listrik internal atau overload. Fuses yang baik saat diukur tidak ada nilai voltase yang
mengalir, jika ada voltase yang mengalir berarti fuse sudah rusak. Fuse pada TR terdiri dari
AC fuse dan DC fuse. AC fuse dipasang antara lilitan sekunder Transformer dan rectifier.
Fungsinya untuk melindungi elemen-elemen rectifier dan sisi sekunder transformer. DC
fuse dipasang diantara elemen rectifier dan Terminal DC output. Tujuannya untuk
melindungi elemen rectifier dari lonjakan arus yang berasal dari pipa. DC fuse bersifat
optional, sehingga tidak semua TR ada.
Gambar 12. AC Fuse

Gambar 13. DC Fuse


8. Surge Protector
Surge protector terdiri dari dua jenis, yaitu AC surge protector dan DC surge protector. AC
surge protector terletak pada circuit breaker atau pada AC supply. Fungsi dari AC surge
protection adalah untuk mencegah powerline faults mengalir menuju ground lewat rectifier.
Biasanya jika ada lonjakan arus listrik akibat powerline fault atau petir, maka AC breaker
akan trip dan memutuskan koneksi ke AC input.

DC surge protector fungsinya adalah untuk mengarahkan lonjakan arus DC dari pipa
menuju anoda untuk digrounding tanpa melewati TR sehingga kerusakan komponen TR
dapat dihindari.

Gambar 14. DC Surge Protector


Referensi :

1. NACE International “CP-2 Cathodic Protection Technician Manual”, Houston, 2009


2. Appalchian Underground Corrosion Short Course, “Advanced Course Modul”, West
Virginia, 2013
3. Suwandi, “Air cooled Transformer Rectifier”, Reka Cipta makmur Sejahtera, Bekasi,
2013
4. Brian Holtsbaum “Cathodic Protection Survey Procedures”, NACE International,
Houston, 2009

Anda mungkin juga menyukai