Anda di halaman 1dari 10

BAB III

I. Judul Praktikum : TITRASI IODOMETRI

II. Prinsip Praktikum :


a. Reaksi Oksidasi dan Reduksi (redoks)
b. Dalam suasana asam, kalium yodat/ kalium bromida/kalium dikromat akan
mengoksidasikan kalium yodida menjadi yod. bebas. Kemudia yod bebas
dititrasi dengan larutan baku natrium tio sulfat.

III. Maksud dan Tujuan Praktikum :


 Praktikan memahami konsep dasar reaksi oksidasi dan reduksi
 Untuk mengetahui konsentrasi larutan sampel secara oksidimetri

IV. Reaksi :
K2C2O7 + 6 KI + 14 HCl 3 I2 + 2 CrCl3 + 8 KCl + 7 H2O
I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + NaS4O6

V. Landasan Teori :
Iodin adalah sebuah agen pengoksidasi yang jauh lebih lemah dari
pada kalium permanganat, senyawa serium(IV), dan kalium dikromat. Dilain
pihak ion iodida adalah agen pereduksi yang termasuk kuat, lebih kuat,
sebagai contoh, ion Fe(II). Dalam proses-proses analitis, iodine dipergunakan
sebagai sebuah agen pereduksi (iodometri). Namun demikian, banyak agen
pereduksi yang cukup kuat untuk bereaksi dengan ion iodida, dan aplikasi
dari proses iodometrik cukup banyak.
Prinsip dari iodi/iodometri adalah reaksi reduksi oksidasi. Reaksi-
reaksi yang terjadi meliputi perubahan bilangan oksidasi atau perpindahan
elektron-elektron dari zat-zat yang bereaksi. Iodimetri adalah penyelidikan
untuk mengetahui kadar suatu zat dengan menggunakan larutan standar
iodium, sedangkan iodometri adalah titrasi terhadap iodium yang dibebaskan
dari suatu reaksi kimia.

1
Beberapa kimiawan lebih suka menghindari istilah iodi/iodometri,dan
sebagai gantinya mengatakan proses-proses iodometrik langsung dan tak
langsung. Sebab pada iodimetri iodium yang ada merupakan reagen yang
diberikan dalam reaksi tersebut, sedangkan pada iodometri iodium yang
terbentuk merupakan hasil reaksi.
Iodimetri dan iodometri termasuk titrasi reduksi oksidasi dimana dalam reaksi
redoks ini terjadi tranfer elektron dari pasangan pereduksi ke pasangan
pengoksidasi.
Iodium merupakan oksidator yang relatif lemah. I2 dapat bereaksi
secara kuantitaif dengan reduktor kuat dan reduktor lemah. Dalam keadaan
demikian oksidasi potensial dari reduktor tersebut menjadi minimal
sedangakan kekuatan mereduksinya menjadi maksimal. Dalam suasana basa,
iodium dapat bereaksi dengan ion hidorksil membentuk hipoiodit dan iodida.
Hiopidit ini sangat tidak stabil dan dengan segera dapat berubah menjadi
iodidat.

A. IODIMETRIK LANGSUNG (IODIMETRI)


Subtansi-subtasi penting yang cukup kuat sebagai unsur-unsur reduksi
untuk dititrasi langsung dengan iodin adalah tiosulfat, arsenik(III),
antimony(III), sulfida, sulfit, timah(II), dan ferosianida.

Pembuatan larutan iodin


Iodine hanya larut dalam sedikt air (0,00134 mol/liter pada 25ºC) namun larut
dalam cukup banyak larutan-larutan yang mengandung ion iodida. Suatu
kelebihan kalium iodide ditambahka untuk meningkatkan kelarutan dan untuk
menurunkan keatsirian iodin.

Standarisasi
Larutan-larutan iodin standard dapat dibuat melalui penimbangan langsung
iodin murni dan pengenceran dalam sebuah labu volumetrik. Standarisasi
terhadap sebuah standar primer, As2O3 paling sering dipergunakan. Jika
konsentarasi ion hidrogen diturunkan, reaksi dipaksa bergeser ke kanan dan
dapat dibuat cukup lengkap sehingga bisa digunakan untuk titrasi. Biasanya

2
larutan dinaggap apda pH sedikit diatas 8, menggunakan natriun bikarbonat,
dantitrsai akan memberikan hasil-hasil yang sempurna.

Indikator Kanji
Iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga
memberikan warna ungu atau violet yang intes untuk zat-zat pelarut seperti
karbontetraklorida dan klorofrom, dan terkadang kondisi ini dipergunakan
dalam mendeteksi titik akhir dari titrasi. Warna birugelap dari kompleks iodin-
kanji bertindak sebagai tes yang amat sensitif untuk iodin. Laruta-larutan kanji
dengan mudah didekomposisinya oleh bakteri dan biasanya sebuah subtansi,
seperti asam borat dutambahkan sebagai bahan pengawet.
Beberapa penentuaan yang dapat dilakukan melalui titrasi langsung dengan
sebuah larutan iodin standar. Dalam penentuan timah dan sulfit, larutan yang
sedang dititrasi harus dilindungi dari oksidasi oleh udara. Titrasi hidrogen
sulfida sering kali dipergunakan untuk menentukan belerang didalam besi atau
baja.

B. IODOMETRIK TAK LANGSUNG (IODOMETRI)


Banyak agen pengoksidasi yang membutuhkan suatu larutan asam untuk
bereaksi dengan iodin, natrium thiosulfat biasanya dipergunakan sebagai
titrannya. Titrasi dengan arsenic(III) membutuhkan sebuah larutan yang
sedikit alkalin.

Natrium Thiosulfat
Natrium thiosulfat umumnya dibeli sebagai penhidrat, Na2S2O3. 5H2O, dan
larutan-larutan tersebut tidak stabil pada jangka waktu yang lama, sehingga
boraks atau natrium karbonat seringkali ditambah sebagai bahan pengawet.
Iodin mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat :
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62-
Jika pH dari larutan diatas 9, tiosulfat teroksidasi secara parsial menjadi sulfat:
4I2 + S2O32- + 5H2O 8I- + 2SO42- + 10H+

3
Standarisasi larutan-larutan tiosulfat
Iodin murni adalah stnadar yang paling jelas namun jarang dipergunakan
karena kesulitannya dalam penanganan dan penimbangan yang lebih sering
dipergunakan adalah stanadar yang terbuat dari suatu agen pengoksidasi kuat
yang akan membaskan ion iodin dari iodida, sebuah iodometrik.

Kalium Dikromat
Senyawa ini bisa didapat dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Senyawa ini
mempunyai berat ekivalen yang cukup tinggi, tidak higroskipik, dan padat
serta larutanya amat stabil. Berat ekivalen dari kalium dikromat adalah
seperenam dari berat molekulnya. Untuk memperoleh hasil terbaik, seposi
kecil natrium bikarbonat atau es kering ditambahkan kelabu titrasi.

Kalium iodidat dan Kalium Bromat


Kedua garam ini mengoksidasi iodida secara kuantitaif menjadi iodin dalam
larutan asam. Reaksi iodatnya berjalan cukup cepat, reaksi ini juga hanya
membutuhkan sedikit ion hidrogen untuk menyelesaikan reaksi. Reaksi
bromat berjalan lebih lamabat, namun kecepatanya dapat ditingkatkan dengan
menaikan konsentrasi ion hidrogen. Biasanya sebuah amonium molibdat
ditambah sebagai katalis.
Kerugian utama dari kedua garam ini sebagai standar primer adalah bahwa
barat ekivalen mereka kecil. Bereat equivalen adalah seperenam dari berat
molekular, dimana berat ekivalen KIO3 adalah 35,67 dan KBrO3 adalah 27,84.
Garamkalium asam iodidat, KIO3. HIO3, dapat juga dipergunakan sebagai
standar primer namun berat ekivalenya juga kecil, seperduabelas dari berat
molekulnya atau 32,49.

Tembaga
Tembaga murni dapat dipergunakan sebgai standar primer untuk natrium
tiosulfat dan disarankan untuk dipakai ketika tiosulfatnya akan dipergunakan
untuk menentukan tembaga. Telah ditemukan bahwa iodin ditahan oleh
adsorpsi pada permukaan dari endapan tembaga(I) iodida dan harus
dipindahkan untuk mendapatkan hasil-hasil yang benar. Kalium tiosianat

4
biasanya ditambahkan sesaat sebelum titik akhir titrasi tercapai untuk
menyingkirkan iodin yang diadsorbsi.

Penentuan-penentuan Iodometrik
Penentuan iodometrik tembaga banyak dipergunakan baik untuk bijih maupun
paduannya. Metoda ini memberika hasil-hasil yang sempurna dan lebih cepat
daripada penentuan elektrolotik tembaga.

C. MENENTUKAN TITIK AKHIR TITRASI


Larutan iodium dalam air yang mengandung iodida berwarna kuning sampai
coklat tergantung kadarnya. Iodium dapat berlaku sebagai indikator sendiri
tapi penglihatan kurang dapat menagkap perubahan warnanya, maka
digunakan indikator amilum.
Dalam lingkungan asam kuat amilum tidak dapat digunakan sebagai indikator
karena amilum akan terhidrolisa. Kepekaan warna indikator akan menurun
apabila :
1. Suhu dinaikan
2. Larutan mengandung alkaohol, pada konsentrasi alkohol >50%
menjadi tidak berwarna
Keuntungan menggunakan indikator amilum :
1. Harganya murah
2. Mudah didapat
3. Perubahan warna pada titik akhirtitrasi jelas
Kerugian/keburukan menggunakan indikator amlilum :
1. Sukar larut dalam air dingin
2. Tidak stabil mudah terhidolisa menjadi dekstrin
3. Dalam suasana asam kuat akan terhidrolisa
4. Larutan amilum dengan iodium menjadi kompleks yang sukar larut
maka pemberian amilum mendekati t.a.t.
5. Jika larutanya sangat encera kan terjadi pergeseran titik akhir titrasi.
Mengatasi keburukan-keburukan tersebut, maka menggunakan tepung

5
Natrium glikolat (sebagai pengganti amilum) yang sifatnya lebih baik dari
pada amilum :
1. Tidak higroskopis
2. Mudah larut dalam air
3. Lebih stabil
4. Dengan iodium tidak membentuk kompleks yang sukar larut, sehingga
penambahanya tidak perlu mendekat t.a.t
5. Pada larutan yang encer, tidak terjadi pergeseran t.a.t
Na-glikolat dengan larutan iodium pekat berwarna hijau dan bila kadar
iodium turun berubah menjadi biru.
Zat-zat organik seperti CCl4, CHCl3, dan CS2 (tidak dapat bercampur dengan
air) pada saat mendekati t.a.t kadar larutan + CCl4/CS2/CHCl3 yang akan turu
ke dasar labu titrasi dengan warna merah violet karena I2 terlarut didalamnya.
Kemudian titrasi dilanjutkan sambil dikocok keras samapai warna merah
hilang.

LARUTAN STANDAR
1. LARUTAN STANDAR PRIMER
Iodium sukar larut dalam air, untuk mempertinggi larutannya maka iodium
dilarutkan dalam larutan KI sehingga terbentuk tri ioda. Dimana I2 diikat oleh
KI sehingga menpunyai tekanan uap yang lebih rendah dari pada air murni dan
hasrat penguapannya berkurang. Makin besar kadar KI, makin besar kelarutan
I2 didalamnya. Pada penggunaan larutan Iodium sebagai titran ada kesealahan
yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Hilanganya Iodium karena mudah menguap pada suhu kamar
b. Penurunan kadar larutan selama penyimpanan disebabkan oleh reaksi
Iodium dengan air
c. Reaksi ini dikatalisir oleh cahaya, tambah pula iodida yang ada dalam
larutan dapat dioksidasi oleh oksigen dari udara menjadi iodium

2. LARUTAN SEKUNDER
Larutan standar tiosulfat Na2S2O3 . 5H2O mempunyai kemurnian yang tinggi
tetapi kadar airnya tidak tetap. Karena itu dapat digunakan sebagai larutan
primer . larutan standar tiosulfat disebabkan oleh :
6
a. Adanya CO2 dalam air yang digunakan untuk membuat larutan
satandar dan juga karbon dioksida dari udara sehingga terjadi
pengendapan dari sulfur. Kekeruhan terjadi akibat endapan dari
belerang, tetapi reaksi ini lebih lambat dari pada reaksi S2 O3= denga
iodium, sehingga titrasi masih dapat dilakukan dalam suasana asam.
b. Larutan tiosulfat mudah diuraikan oleh bakteri, , misalnya thibacilus,
thioparus
Maka untuk menjaga kesetabilan larutan thiosulfat (supaya tahan lama),
dilakukan tidakan-tindakan sebagai berikut :
a. Larutan dibuat dengan aquadest yang venas carbón dioksida
b. Ditmbah pengawet 3 tetes CHCl3 atau 10 mg HgI2/liter larutan
c. Lindungi larutan dari cahaya.

VI. Alat dan Bahan


A. Alat :
1. Neraca/Timbangan
2. Erlenmeyer
3. Buret
4. Labu semprot
5. Bulf
6. Statif + Klaim
7. Labu ukur
8. Pipet volume
9. Corong

B. Bahan :
 Padatan K2Cr2O7
 Larutan Na2S2O3 0.1 N
 Larutan KI 10%
 Larutan HCl pekat
 Larutan kanji

7
VII. Prosedur :
Penetapan konsentrasi/pembakuan Na2S2O3 0.1 N dengan baku primer
K2Cr2O7
 Dibuat 100 ml larutan baku primer K2Cr2O7 0.1 N
 Dipipet 10 ml larutan tersebut ke dalam erlenmeyer
 Ditambahkan 5 ml larutan HCl pekat dan KI 10 % 5 ml
 Larutan dititar dengan Na2S2 O3 0.1 N di dalam buret dari warna
kuning coklat tua menjadi kuning muda
 Ditambahkan larutan amium sebagai indikator
 Titrasi dilanjutkan sampai titik akhir ( hijau terang/tosca)
 Percobaan dilakukan minimal tiga kali

VIII. Data Pengamatan dan Perhitungan


Vol. K2Cr2O7 = 10 ml
N. K 0.4903
x
1000
= 0.1000 N
2Cr2O7 =
gr 1000
BE x V 49.03 100

Pengerjaan Vol. Na2S2O3 (ml) N. Na2S2O3


Simplo 2 -
Duplo 2 -
Rata-rata 2 0.5 N

N. Na2S2O3 ?
V1N1 = V2N2
(10 ml) (0.1 N) = (11.1 ml) N2
10 ml x 0.1 N
N2 =
2 ml
N2 = 0.5 N

IX. Pembahasan

Pada percobaan iodometri digunakan larutan K2Cr2O7 0,1 N sebagai


larutan baku primer dan larutan sekundernya yaitu Na2S2O3. Pada langkah
awal siapkan larutan K2Cr2O7 0,1 N sebanyak 100 ml lalu dipipet
menggunakan pipet ukur sebanyak 10 ml dan masukkan ke dalam labu
8
erlenmeyer. Tambahkan larutan H2SO4 4 N sebanyak 5 ml lalu larutan KI 10%
sebanyak 5 ml. Terjadi perubahan warna menjadi coklat, segera tutup labu
erlenmeyer dengan plastik wrap untuk menghindari iod bebas bereaksi dengan
oksigen di udara. Kemudian titrasi dengan Na2S2O3 sampai terjadi perubahan
warna dari coklat menjadi hijau. Tambahkan indikator amilum/kanji sebanyak
1 pipet lalu dilanjutkan dengan titrasi kembali sampai titik akhir atau terjadi
perubahan warna menjadi hijau tosca. Catat perubahan volume Na2S2O3 dari
titrasi pertama sampai titrasi kedua. Setelah itu ulangi percobaan 2-3 kali.
Pada percobaan yang pertama ternyata volume Na2S2O3 yang
dihabiskan adalah 2 ml dan pada percobaan kedua dihabiskan 2 ml. Jadi, jumlah
rata-rata volume Na2S2O3 yang dihabiskan adalah 2 ml. Telah diketahui volume
rata-rata Na2S2O3 2 ml, volume K2Cr2O7 0.1 N sebanyak
10 ml. Kemudian masukkan ke dalam rumus : V1N1 = V2N2 dari hasil
perhitungan tersebut didapatkan hasil normalitas Na2S2O3 yaitu 0.5 N.

X. Kesimpulan
Dari hasil percobaan iodometri yang telah dilakukan dapat disimpulkan
normalitas Na2S2O3 dalam titrasi yaitu 0.09 N dengan volume rata-rata 11,1
ml.

XI. Tugas
1. Apakah titrasi iodometri harus menggunakan erlenmeyer asah/bertutup?
Jelaskan! Jika tidak ada apa yang harus dilakukan?
2. Mengapa indikator kanji tidak ditambahkan sebelum titrasi?
3. Apa fungsi penambahan HCl dan amilum pada titrasi iodometri?
4. Bisakah titrasi iodometri tidak menggunakan indikator kanji? Jelaskan!

Jawaban :
1. Iya, karena reaksi percobaan ini menghasilkan hasil iod bebas apabila
tidak ditutup atau tidak menggunakan Erlenmeyer asah maka iod bebas ini
akan bereaksi dengan oksigen diudara. Jika oksigen masuk maka ia akan
bereaksi dengan I2- pada larutan makan akan menyebabkan terbentuknya

9
I2. Jadi, penggunaan Erlenmeyer asah atau tutup berguna untuk
mengurangi jumlah oksigen yang masuk ke dalam sampel.
2. Penambahan kanji yang dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi
dimaksudkan agar kanji tidak membungkus iod karena akan menyebabkan
kanji sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus
dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan sifat I2 yang mudah
menguap.
3. Fungsi dari penambahan HCl yaitu hanya sebagai katalis atau
mempercepat suatu reaksi. Dan fungsi dari penambahan amylum yaitu
untuk mempermudah dan memperjelas melihat perubahan warna saat titik
akhir titrasi.
4. Bisa, dengan menggunakan tepung Natrium glikolat (sebagai pengganti
amilum) yang sifatnya lebih baik dari pada amilum :
a. Tidak higroskopis
b. Mudah larut dalam air
c. Lebih stabil
d. Dengan iodium tidak membentuk kompleks yang sukar larut,
sehingga penambahanya tidak perlu mendekat t.a.t
e. Pada larutan yang encer, tidak terjadi pergeseran t.a.t

10

Anda mungkin juga menyukai