IV. Reaksi :
K2C2O7 + 6 KI + 14 HCl 3 I2 + 2 CrCl3 + 8 KCl + 7 H2O
I2 + 2 Na2S2O3 2 NaI + NaS4O6
V. Landasan Teori :
Iodin adalah sebuah agen pengoksidasi yang jauh lebih lemah dari
pada kalium permanganat, senyawa serium(IV), dan kalium dikromat. Dilain
pihak ion iodida adalah agen pereduksi yang termasuk kuat, lebih kuat,
sebagai contoh, ion Fe(II). Dalam proses-proses analitis, iodine dipergunakan
sebagai sebuah agen pereduksi (iodometri). Namun demikian, banyak agen
pereduksi yang cukup kuat untuk bereaksi dengan ion iodida, dan aplikasi
dari proses iodometrik cukup banyak.
Prinsip dari iodi/iodometri adalah reaksi reduksi oksidasi. Reaksi-
reaksi yang terjadi meliputi perubahan bilangan oksidasi atau perpindahan
elektron-elektron dari zat-zat yang bereaksi. Iodimetri adalah penyelidikan
untuk mengetahui kadar suatu zat dengan menggunakan larutan standar
iodium, sedangkan iodometri adalah titrasi terhadap iodium yang dibebaskan
dari suatu reaksi kimia.
1
Beberapa kimiawan lebih suka menghindari istilah iodi/iodometri,dan
sebagai gantinya mengatakan proses-proses iodometrik langsung dan tak
langsung. Sebab pada iodimetri iodium yang ada merupakan reagen yang
diberikan dalam reaksi tersebut, sedangkan pada iodometri iodium yang
terbentuk merupakan hasil reaksi.
Iodimetri dan iodometri termasuk titrasi reduksi oksidasi dimana dalam reaksi
redoks ini terjadi tranfer elektron dari pasangan pereduksi ke pasangan
pengoksidasi.
Iodium merupakan oksidator yang relatif lemah. I2 dapat bereaksi
secara kuantitaif dengan reduktor kuat dan reduktor lemah. Dalam keadaan
demikian oksidasi potensial dari reduktor tersebut menjadi minimal
sedangakan kekuatan mereduksinya menjadi maksimal. Dalam suasana basa,
iodium dapat bereaksi dengan ion hidorksil membentuk hipoiodit dan iodida.
Hiopidit ini sangat tidak stabil dan dengan segera dapat berubah menjadi
iodidat.
Standarisasi
Larutan-larutan iodin standard dapat dibuat melalui penimbangan langsung
iodin murni dan pengenceran dalam sebuah labu volumetrik. Standarisasi
terhadap sebuah standar primer, As2O3 paling sering dipergunakan. Jika
konsentarasi ion hidrogen diturunkan, reaksi dipaksa bergeser ke kanan dan
dapat dibuat cukup lengkap sehingga bisa digunakan untuk titrasi. Biasanya
2
larutan dinaggap apda pH sedikit diatas 8, menggunakan natriun bikarbonat,
dantitrsai akan memberikan hasil-hasil yang sempurna.
Indikator Kanji
Iodin dapat bertindak sebagai indikator bagi dirinya sendiri. Iodin juga
memberikan warna ungu atau violet yang intes untuk zat-zat pelarut seperti
karbontetraklorida dan klorofrom, dan terkadang kondisi ini dipergunakan
dalam mendeteksi titik akhir dari titrasi. Warna birugelap dari kompleks iodin-
kanji bertindak sebagai tes yang amat sensitif untuk iodin. Laruta-larutan kanji
dengan mudah didekomposisinya oleh bakteri dan biasanya sebuah subtansi,
seperti asam borat dutambahkan sebagai bahan pengawet.
Beberapa penentuaan yang dapat dilakukan melalui titrasi langsung dengan
sebuah larutan iodin standar. Dalam penentuan timah dan sulfit, larutan yang
sedang dititrasi harus dilindungi dari oksidasi oleh udara. Titrasi hidrogen
sulfida sering kali dipergunakan untuk menentukan belerang didalam besi atau
baja.
Natrium Thiosulfat
Natrium thiosulfat umumnya dibeli sebagai penhidrat, Na2S2O3. 5H2O, dan
larutan-larutan tersebut tidak stabil pada jangka waktu yang lama, sehingga
boraks atau natrium karbonat seringkali ditambah sebagai bahan pengawet.
Iodin mengoksidasi tiosulfat menjadi ion tetrationat :
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62-
Jika pH dari larutan diatas 9, tiosulfat teroksidasi secara parsial menjadi sulfat:
4I2 + S2O32- + 5H2O 8I- + 2SO42- + 10H+
3
Standarisasi larutan-larutan tiosulfat
Iodin murni adalah stnadar yang paling jelas namun jarang dipergunakan
karena kesulitannya dalam penanganan dan penimbangan yang lebih sering
dipergunakan adalah stanadar yang terbuat dari suatu agen pengoksidasi kuat
yang akan membaskan ion iodin dari iodida, sebuah iodometrik.
Kalium Dikromat
Senyawa ini bisa didapat dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Senyawa ini
mempunyai berat ekivalen yang cukup tinggi, tidak higroskipik, dan padat
serta larutanya amat stabil. Berat ekivalen dari kalium dikromat adalah
seperenam dari berat molekulnya. Untuk memperoleh hasil terbaik, seposi
kecil natrium bikarbonat atau es kering ditambahkan kelabu titrasi.
Tembaga
Tembaga murni dapat dipergunakan sebgai standar primer untuk natrium
tiosulfat dan disarankan untuk dipakai ketika tiosulfatnya akan dipergunakan
untuk menentukan tembaga. Telah ditemukan bahwa iodin ditahan oleh
adsorpsi pada permukaan dari endapan tembaga(I) iodida dan harus
dipindahkan untuk mendapatkan hasil-hasil yang benar. Kalium tiosianat
4
biasanya ditambahkan sesaat sebelum titik akhir titrasi tercapai untuk
menyingkirkan iodin yang diadsorbsi.
Penentuan-penentuan Iodometrik
Penentuan iodometrik tembaga banyak dipergunakan baik untuk bijih maupun
paduannya. Metoda ini memberika hasil-hasil yang sempurna dan lebih cepat
daripada penentuan elektrolotik tembaga.
5
Natrium glikolat (sebagai pengganti amilum) yang sifatnya lebih baik dari
pada amilum :
1. Tidak higroskopis
2. Mudah larut dalam air
3. Lebih stabil
4. Dengan iodium tidak membentuk kompleks yang sukar larut, sehingga
penambahanya tidak perlu mendekat t.a.t
5. Pada larutan yang encer, tidak terjadi pergeseran t.a.t
Na-glikolat dengan larutan iodium pekat berwarna hijau dan bila kadar
iodium turun berubah menjadi biru.
Zat-zat organik seperti CCl4, CHCl3, dan CS2 (tidak dapat bercampur dengan
air) pada saat mendekati t.a.t kadar larutan + CCl4/CS2/CHCl3 yang akan turu
ke dasar labu titrasi dengan warna merah violet karena I2 terlarut didalamnya.
Kemudian titrasi dilanjutkan sambil dikocok keras samapai warna merah
hilang.
LARUTAN STANDAR
1. LARUTAN STANDAR PRIMER
Iodium sukar larut dalam air, untuk mempertinggi larutannya maka iodium
dilarutkan dalam larutan KI sehingga terbentuk tri ioda. Dimana I2 diikat oleh
KI sehingga menpunyai tekanan uap yang lebih rendah dari pada air murni dan
hasrat penguapannya berkurang. Makin besar kadar KI, makin besar kelarutan
I2 didalamnya. Pada penggunaan larutan Iodium sebagai titran ada kesealahan
yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Hilanganya Iodium karena mudah menguap pada suhu kamar
b. Penurunan kadar larutan selama penyimpanan disebabkan oleh reaksi
Iodium dengan air
c. Reaksi ini dikatalisir oleh cahaya, tambah pula iodida yang ada dalam
larutan dapat dioksidasi oleh oksigen dari udara menjadi iodium
2. LARUTAN SEKUNDER
Larutan standar tiosulfat Na2S2O3 . 5H2O mempunyai kemurnian yang tinggi
tetapi kadar airnya tidak tetap. Karena itu dapat digunakan sebagai larutan
primer . larutan standar tiosulfat disebabkan oleh :
6
a. Adanya CO2 dalam air yang digunakan untuk membuat larutan
satandar dan juga karbon dioksida dari udara sehingga terjadi
pengendapan dari sulfur. Kekeruhan terjadi akibat endapan dari
belerang, tetapi reaksi ini lebih lambat dari pada reaksi S2 O3= denga
iodium, sehingga titrasi masih dapat dilakukan dalam suasana asam.
b. Larutan tiosulfat mudah diuraikan oleh bakteri, , misalnya thibacilus,
thioparus
Maka untuk menjaga kesetabilan larutan thiosulfat (supaya tahan lama),
dilakukan tidakan-tindakan sebagai berikut :
a. Larutan dibuat dengan aquadest yang venas carbón dioksida
b. Ditmbah pengawet 3 tetes CHCl3 atau 10 mg HgI2/liter larutan
c. Lindungi larutan dari cahaya.
B. Bahan :
Padatan K2Cr2O7
Larutan Na2S2O3 0.1 N
Larutan KI 10%
Larutan HCl pekat
Larutan kanji
7
VII. Prosedur :
Penetapan konsentrasi/pembakuan Na2S2O3 0.1 N dengan baku primer
K2Cr2O7
Dibuat 100 ml larutan baku primer K2Cr2O7 0.1 N
Dipipet 10 ml larutan tersebut ke dalam erlenmeyer
Ditambahkan 5 ml larutan HCl pekat dan KI 10 % 5 ml
Larutan dititar dengan Na2S2 O3 0.1 N di dalam buret dari warna
kuning coklat tua menjadi kuning muda
Ditambahkan larutan amium sebagai indikator
Titrasi dilanjutkan sampai titik akhir ( hijau terang/tosca)
Percobaan dilakukan minimal tiga kali
N. Na2S2O3 ?
V1N1 = V2N2
(10 ml) (0.1 N) = (11.1 ml) N2
10 ml x 0.1 N
N2 =
2 ml
N2 = 0.5 N
IX. Pembahasan
X. Kesimpulan
Dari hasil percobaan iodometri yang telah dilakukan dapat disimpulkan
normalitas Na2S2O3 dalam titrasi yaitu 0.09 N dengan volume rata-rata 11,1
ml.
XI. Tugas
1. Apakah titrasi iodometri harus menggunakan erlenmeyer asah/bertutup?
Jelaskan! Jika tidak ada apa yang harus dilakukan?
2. Mengapa indikator kanji tidak ditambahkan sebelum titrasi?
3. Apa fungsi penambahan HCl dan amilum pada titrasi iodometri?
4. Bisakah titrasi iodometri tidak menggunakan indikator kanji? Jelaskan!
Jawaban :
1. Iya, karena reaksi percobaan ini menghasilkan hasil iod bebas apabila
tidak ditutup atau tidak menggunakan Erlenmeyer asah maka iod bebas ini
akan bereaksi dengan oksigen diudara. Jika oksigen masuk maka ia akan
bereaksi dengan I2- pada larutan makan akan menyebabkan terbentuknya
9
I2. Jadi, penggunaan Erlenmeyer asah atau tutup berguna untuk
mengurangi jumlah oksigen yang masuk ke dalam sampel.
2. Penambahan kanji yang dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi
dimaksudkan agar kanji tidak membungkus iod karena akan menyebabkan
kanji sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus
dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan sifat I2 yang mudah
menguap.
3. Fungsi dari penambahan HCl yaitu hanya sebagai katalis atau
mempercepat suatu reaksi. Dan fungsi dari penambahan amylum yaitu
untuk mempermudah dan memperjelas melihat perubahan warna saat titik
akhir titrasi.
4. Bisa, dengan menggunakan tepung Natrium glikolat (sebagai pengganti
amilum) yang sifatnya lebih baik dari pada amilum :
a. Tidak higroskopis
b. Mudah larut dalam air
c. Lebih stabil
d. Dengan iodium tidak membentuk kompleks yang sukar larut,
sehingga penambahanya tidak perlu mendekat t.a.t
e. Pada larutan yang encer, tidak terjadi pergeseran t.a.t
10