Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL BOOK REPORT

Pengantar Ilmu Pendidikan


Dosen Pengampu : Mahfuzi Irwan. S.Pd M.Pd

NAMA : Indah Ramadhani (1171151012)

KELAS : REG A BK 2017

PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang dimana makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan. Dalam pembuatan makalah ini, penulis banyak
mengalami hambatan-hambatan seperti kurangnya buku-buku referensi sebagai penunjang
kesempurnaan isi dari makalah ini. Namun penulis berusaha semampunya untuk
mensukseskan isi dari makalah ini agar dapat menjadi pelajaran bagi penulis maupun bagi
para pembaca. Penulis menyadari makalah ini belum layak dikatakan sempurna karena masih
banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca agar penulis dapat membentuk sebuah makalah
lain yang jauh lebih baik tentunya.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini mendapatkan hasil
yang memuaskan bagi penulis maupun bagi para pembaca.

Medan, Oktober 2018

Indah (1171151012)

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.....................................................................................................................
Rumusan Masalah................................................................................................................
Tujuan...................................................................................................................................
Identitas Buku.......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
Aliran-aliran Pendidikan......................................................................................................
Karakteristik Aliran Pendidikan...........................................................................................
BAB III PENUTUP
Kesimpulan...........................................................................................................................
Saran.....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan
dalam dunia pendidikan. Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi
berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikirn terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra
oleh pemikir berikutnya, sehingga timbul pemikiran yang baru, dan demikian seterusnya.
Agar diskusi berkepanjangan itu dapat dipahami, perlu aspek dari aliran-aliran itu yang harus
dipahami. Oleh karena itu setiap calon tenaga kependidikan harus memahami berbagai jenis
aturan-aturan pendidikan.
Aliran tersebut berbeda-beda dalam menafsirkan bagaimana karakter seseorang dapat
terbentuk, ada yang mengatakan bahwa pengalaman dan lingkungan membentuk karakter
seseorang, ada pula yang mengatakan bahwa seseorang telah terlahir dengan pembawaan baik
atau buruk, ada yang berpendapat bahwa anak terlahir baik dan adapula yang
menggabungkan pengalaman dan bawaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam aliran pendidikan?
2. Apa karakteristik dari setiap aliran pendidikan?

C. Tujuan
1. Mengetahui macam-macam aliran pendidikan.
2. Mengetahui setiap karakteristik dari masing-masing aliran pendidikan.

BAB II
PEMBAHASAN
Identitas Buku
Buku Utama:
Judul buku : Pengantar Ilmu Pendidikan
Penulis : Munib Anab
Tahun terbit : 2011
Kota terbit : Semarang
Penerbit : L3P Unnes

Buku Pembanding :
Judul buku : Ilmu Pendidikan
Penulis : Tim Dosen
Tahun Terbit : 2017
Kota terbit : Medan
Penerbit : UNIMED

Aliran-aliran Pendidikan

1. Aliran Klasik
A. Aliran Nativisme
Aliran nativisme (aliran pesimistik). Aliran nativisme menyatakan bahwa perkembangan
seseorang merupakan produk dari pembawaan yang berupa bakat. Bakat yang merupakan
pembawaan seseorang akan menentukan nasibnya. Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran
empirisme. Orang yang “berbakat tidak baik” akan tetap tidak baik, sehingga tidak perlu
dididik untuk menjadi baik. Orang yang “berbakat baik” akan tetap baik dan tidak perlu
dididik, karena ia tidak mungkin akan terjerumus menjadi tidak baik.
   
Tokoh tokoh aliran nativisme:
 ArthurSchopenhauer
Dilahirkan di Danzig pada tanggal 22 Februari 1788. Schopenhauer dibesarkan oleh keluarga
pembisnis. Ia merupakan seorang jenius dengan karyanya yang terkenal adalah The World as
Will and Representation. Ia mempunyai pandangan bahwa Pembawaanlah yang maha kuasa,
yang menentukan perkembangan anak. Lingkungan sama sekali tidak bisa mempengaruhi,
apalagi membentuk kepribadian anak. Perkembangan ditentukan oleh faktor pembawaannya,
yang berarti juga ditentukan oleh anak itu sendiri
 ImmanuelKant
Di lahirkan di Konigsberg pada 22 April 1724. Ia merupakan filsof Jerman dan karyanya
yang terkenal adalah Kritik der Reinen Vernunft.
  Gottfried Wilhemleibnitz
Merupakan filsuf Jerman yang lahir di Leipzig, pada 1 Juli 1646. Gottfried mempunyai
pandangan bahwa perkembangan manusia sudah ditentukan sejak lahir. Manusia hidup dalam
keadaan yang sebaik mungkin karena dunian ini diciptakan oleh Tuhan.

B. Aliran Empirisme
Aliran empirisme (aliran optimisme). Aliran empirisme mengutamakan perkembangan
manusia dari segi empirik yang secara eksternal dapat diamati dan mengabaikan pembawaan
sebagai sisi internal manusia. Dengan kata lain pengalaman adalah sumber pengetahuan,
sedangkan pembawaaan yang berupa bakat tidak diakui.
Manusia dilahirkan dalam keadaan kosong, sehingga pendidikan memiliki peran penting
yang dapat menentukan keberadaan anak. Aliran ini melihat keberhasilan seseorang hanya
dari pengalaman (pendidikan) yang diperolehnya, bukan dari kemampuan dasar yang
merupakan pembawaan lahir. Tokoh utamanya John Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini
adalah “The School of British Empircism” (aliran empirisme inggris). Namun, aliran ini lebih
berpengaruh terhadap para pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah aliran
filsafat bernama “environmentalisme” (aliran lingkungan) dan psikologi bernama
“environmental psychology” (psikologi lingkungan) yang relatif masih baru (Rober, 1988).
Doktrin aliran empirisme yang amat mashyur adalah “tabula rasa”, sebuah istilah bahasa
latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin
tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam arti
perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman
pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya.
Dalam hal ini para penganut empirisme (bukan empirisme) menganggap setiap anak lahir
seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa. Hendak
menjadi apa seorang anak kelak bergantung pada pengalaman/lingkungan yang
mendidiknya.Jika seorang siswa memperoleh kesempatan yang memadai untuk mempelajari
ilmu politik, tentu kelak ia akan menjadi seorang poliisi. Karena ia memiliki pengalaman
belajar di bidang politik, ia tak akan pernah menjadi pemusik, walaupun orang tuanya
pemusik sejati.
Tokoh- tokoh aliran ini adalah :
  Francis Bacon
Merupakan filsuf, negarawan, sekaligus penulis yang berasal dari Inggris. Francis Bacion
berpendapat bahwa "Untuk memahami dunia ini, pertama orang mesti
mengamatinya.Pertama, kumpulkan fakta-fakta.Kemudian ambil kesimpulan dari fakta-fakta
itu dengan cara argumentasi induktif yang logis

  Thomas Hobbes
Dilahirkan di Malmesbury (1588-1679). Hobbes berpendapat bahwa filsafat adalah suatu
ilmu pengetahuan tentang efek-efek atau akibat-akibat berupa fakta yang dapat diamati.
Segala yang ada ditentukan oleh sebab tertentu, yang mengikuti hukum ilmu pasti dan ilmu
alam.Yang nyata adalah yang dapat diamati oleh indera manusia dan sama sekali tidak
tergantung pada rasio manusia(bertentangan dengan rasionalisme).

  John Locke
John Locke lahir di Bristol Inggris pada tahun 1632. Jonh Lucke terkenal dengan teori
tabularasanya. Pemikiran John termuat dalam tiga buku pentingnya yaitu Essay Concerning
Human Understanding (1600), Letters on Tolerantion (1689-1692), dan Two Treatises on
Government (1690). John berpendapat bahwa anak yang baru dilahirkan dapat diumpamakan
seperti kertas putih yang belum ditulisi (a sheet of white paper avoid of all characters).
 DavidHume
David Hume lahir di Edinburgh pada 26 April 1711. Ia merupakan filosof Skotlandia,
ekonom, dan seorang sejarawan. David Hume berpendapat bahwa seluruh pemikiran
merupakan hasil dari pengalaman, yang disebut dengan istilah persepsi. Persepsi terdiri atas
kesan-kesan (impressions), dan gagasan (ideas).

Aliran empirisme dipandang berat sebelah, sebab hanya mementingkan peranan


pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak
sejak lahir dianggap tidak menentukan, menurut kenyataan dalam kehidupan sehari-hari
terdapat anak yang berhasil karena berbakat, meskipun lingkungan sekitarnya tidak
mendukung.
C. Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi (convergence) merupakan gabungan antara aliran empirisisme dengan
aliran nativisme. Aliran ini menggabungkan arti penting hereditas (pembawaan) dengan
lingkungan sebagai factor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan manusia.
Aliran filsafat yang dipeloporinya disebut “personali.
Tokoh-tokoh aliran ini adalah:
 WilliamStrern
William Strern lahir pada 29 april 1871, ia merupakan penemu konsep intelligence quotient
atau IQ. William berpendapat bahwa anak dilahirkan dengan pembawaan baik maupun
buruk. Baik buruknya seseorang tergantung dari pembawaan dan lingkungan.
  Al Ghazali
Al Ghazali lahir pada tahun 450 H atau 1058 M di desa Thus. Al Ghazali berpendapat bahwa
batas awal berlangsungnya pendidikan adalah sejak bersatunya sperma dan ovum sebagai
awal kejadian manusia. Adapun mengenai batas akhir pendidikan adalah tidak ada karena
selama hayatnya manusia dituntut untuk melibatkan diri dalam pendidikan sehingga menjadi
insan kamil. Kemakmuran dan kejayaan suatu bangsa sangat bergantung pada sejauhmana
keberhasilan dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Selain itu, pengajaran dan pendidikan
harus dilaksanakan secara step by step.sme”, sebuah pemikiran filosofis yang sangat
berpengaruh terhadap disiplin-disiplin ilmu yang berkaitan dengan manusia. Di antara
disiplin ilmu yang menggunakan asas personalisme adalah “personologi” yang
mengembangkan teori yang komprehensif (luas dan lengkap) mengenai kepribadian manusia
(Rober, 1988).

Berdasarkan uraian mengenai aliran-aliran doktrin filosofis yang berhubungan dengan


proses perkembangan diatas, penyusun pandangan bahwa factor yang memengaruhi tinggi
rendahnya mutu hasil perkembangan siswa pada dasarnya terdiri atas dua macam:
1. Faktor Internal yaitu faktor yang ada dalam diri siswa itu sendiri yang meliputi
pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri.
2. Faktor Eksternal yaitu hal-hal yang datang atau ada diluar diri siswa yang meliputi
lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa tersebut dengan
lingkungannya.
Penganut aliran ini berpendapat bahwa dalam proses perkembangan anak, baik factor
pembawaan maupun factor lingkungan sama-sama mempunyai peranan yang sangat penting.
Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya
dukungan lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan
yang baik tidak dapat menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada
diri anak tidak terdapat bakat yang diperlukan untuk mengembangkan itu. Sebagai contoh,
hakikat kemampuan anak manusia berbahasa dengan kata-kata, adalah juga hasil
konvergensi.
Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan. Aliran konvergensi
pada umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh-
kembang manusia. Meskipun demikian, terdapat variasi pendapat tentang faktor mana yang
paling penting dalam menentukan tumbuh-kembang itu. Dari sisi lain, variasi pendapat itu
juga melahirkan berbagai pendapat/gagasan tentang belajar mengajar, seperti peran guru
sebagai fasilitator ataukah informator, teknik penilaian pencapaian siswa dengan tes objektif
atau tes esai, perumusan tujuan pengajaran yang sangat behavioral, penekanan pada peran
tknologi pengajaran (The Teaching Machine, belajar berprogram, dan lain-lain). dan
sebagainya.
D. Aliran Naturalisme
Nature artinya alam atau yang di bawa sejak lahir. Aliran ini di pelopori oleh seorang
filusuf Prancis JJ. Rousseau(1712-1778). Berbeda dengan nativisme naturalisme berpendapat
bahwa semua anak yang baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik, dan tidak satupun
dengan pembawaan buruk. Bagaimana hasil perkembangannya kemudian sangant di tentukan
oleh pendidkan yang di terimanya atau yang mempengaruhinya. Jika pengeruh itu baik maka
akan baiklah ia akan tetapi jika pengaruh itu jelek, akan jelek pula hasilnya. seperti dikatakan
oleh tokoh aliran ini yaitu J.J. Rousseausebagai berikut:”semua anak adalah baik pada waktu
baru datang dari sang pencipta, tetapi semua rusak di tangan manusia”. Oleh karena itu
sebagai pendidik Rousseau mengajukan “pendidikan alam” artinya anak hendaklah di biarkan
tumbuh dan berkembang sendiri menurut alamnya, manusia atau masyarakat jangan banyak
mencampurinya.
Rousseau juga berpendapat bahwa pendidikan yang di berikan orang dewasa malahan
dapat merusak pembawaan anak yang baik itu, aliran ini juga di sebut negativisme.
Jadi menurut aliran ini pendidikan harus di jauhkan dari anak-anak, seperti di ketahui,
gagasan naturalism yang menolak campur tangan pendidikan, sampai saat ini malahan
terbukti sebaliknya pendidikan makin lama makin di perlukan.
Tokoh aliran ini adalah J.J. Rousseau. la adalah filosof Prancis yang hidup tahun 1712-
1778. Naturalisme mempunyai pandangan bahwa setiap anak yang lahir di dunia mempunyai
pembawaan baik, namun pembawaan tersebut akan menjadi rusak karena pengaruh
lingkungan, sehingga aliran Naturalisme sering disebut Negativisme.
Dalam aliran Naturalisme memiliki tiga prinsip tentang proses pembelajaran dintaranya
adalah :
a.Anak didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi
interaksi antara pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan
perkembangan didalam dirinya secara alami.
b. Pendidik hanya menyediakan lingkungan belajar yang
menyenangkan. Pendidik berperan sebagai fasilitator atau narasumber
yang menyediakan lingkungan yang mampu mendorong keberanian
anak didik ke arah pandangan yang positif dan tanggap terhadap
kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik.
Tanggung jawab belajar terletak pada diri anak didik sendiri.
c.Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan
bakat  dengan menyediakan lingkungan belajar yang berorientasi
kepada pola  belajar anak didik. Anak didik secara bebas diberi
kesempatan untuk menciptakan lingkungan belajarnya sendiri sesuai
dengan minat dan perhatiannya.
Aliran filsafat naturalisme didukung oleh tiga aliran besar yaitu realisme, empirisme
dan rasionalisme. Pada dasarnya, semua penganut naturalisme merupakan penganut realisme,
tetapi tidak semua penganut realisme merupakan penganut naturalisme. Imam Barnadib
menyebutkan bahwa realisme merupakan anak dari naturalisme. Oleh sebab itu, banyak ide-
ide pemikiran realisme sejalan dengan naturalisme. Salah satunya adalah nilai estetis dan etis
dapat diperoleh dari alam, karena di alam tersedia kedua hal tersebut
Dimensi utama dan pertama dari pemikiran aliran filsafat naturalisme di bidang
pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan alam. Manusia
diciptakan dan ditempatkan di atas semua makhluk, karena kemampuannya dalam berfikir.
Peserta didik harus dipersiapkan kepada dan untuk Tuhan. Untuk itu pendidikan yang
signifikan dengan pandangannya adalah pendidikan ketuhanan, budi pekerti dan intelek.
Pendidikan tidak hanya sebatas untuk menjadikan seseorang mau belajar, melainkan juga
untuk menjadikan seseorang lebih arif dan bijaksana..
Naturalisme dalam filsafat pendidikan mengajarkan bahwa guru paling alamiah dari
seorang anak adalah kedua orang tuanya. Oleh karena itu, pendidikan bagi penganut paham
naturalis perlu dimulai jauh hari sebelum proses pendidikan dilaksanakan. Sekolah
merupakan dasar utama dalam keberadaan aliran filsafat naturalisme karena belajar
merupakan sesuatu yang natural, oleh karena itu fakta bahwa hal itu memerlukan pengajaran
juga merupakan sesuatu yang natural juga. Paham naturalisme memandang guru tidak
mengajar subjek, melainkan mengajar murid.
Terdapat lima tujuan pendidikan paham naturalisme yang sangat terkenal yang
diperkenalkan Herbert Spencer melalui esai-esainya yang terkenal berjudul “Ilmu
Pengetahuan Apa yang Paling Berharga?”. Kelima tujuan itu adalah (1) Pemeliharaan diri;
(2) Mengamankan kebutuhan hidup; (3) Meningkatkan anak didik; (4) Memelihara hubungan
sosial dan politik; (5) Menikmati waktu luang. Spencer juga menjelaskan tujuh prinsip dalam
proses pendidikan beraliran naturalisme, adalah (1) Pendidikan harus menyesuaikan diri
dengan alam; (2) Proses pendidikan harus menyenangkan bagi anak didik; (3) Pendidikan
harus berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak; (4) Memperbanyak ilmu pengetahuan
merupakan bagian penting dalam pendidikan; (5) Pendidikan dimaksudkan untuk membantu
perkembangan fisik, sekaligus otak; (6) Praktik mengajar adalah seni menunda; (7) Metode
instruksi dalam mendidik menggunakan cara induktif; (Hukuman dijatuhkan sebagai
konsekuensi alam akibat melakukan kesalahan. Kalaupun dilakukan hukuman, hal itu harus
dilakukan secara simpatik.

2. Aliran Modern
A. Aliran Progesivisme
Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang
wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat menekan, ataupun
masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya.  Aliran ini memandang bahwa peserta
didik mempunyai akal dan kecerdasan. Hal itu ditunjukkan dengan fakta bahwa manusia
mempunyai kelebihan jika dibanding makhluk lain.
Manusia memiliki sifat dinamis dan kreatif yang didukung oleh ke-cerdasannya
sebagai bekal menghadapi dan memecahkan masalah. Peningkatan kecerdasan menjadi tugas
utama pendidik, yang secara teori mengerti karakter peserta didiknya. Peserta didik tidak
hanya dipandang sebagai kesatuan jasmani dan rohani, namun juga termanifestasikan di
dalam tingkah laku dan perbuatan yang berada dalam pengalamannya. Jasmani dan rohani,
terutama kecerdasan, perlu dioptimalkan. Artinya, peserta didik diberi kesempatan untuk
bebas dan sebanyak mungkin mengambil bagian dalam kejadian-kejadian yang berlangsung
di sekitarnya, sehingga suasana belajar timbul di dalam maupun di luar sekolah.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut
progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling
ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya
pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam
kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat
kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang
setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Progresvisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi
penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar “naturalistik”, hasil belajar “dunia
nyata” dan juga pengalaman teman sebaya
Tokoh-tokoh Progresivisme
1. William James
James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi
organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan
agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu
pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi
teologis, dan menempatkannya di atas dasar ilmu perilaku.
2. John Dewey
Teori Dewey tentang sekolah adalah “Progressivism” yang lebih menekankan pada
anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah “Child
Centered Curiculum”, dan “Child Centered School”. Progresivisme mempersiapkan anak
masa kini dibanding masa depan yang belum jelas
3. Hans Vaihinger
Hans VaihingerMenurutnya tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian
dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan; satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya
(dalam bahasa Yunani Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia. Segala
pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata; jika pengertian itu berguna. untuk menguasai
dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tahu saja bahwa kebenaran ini tidak lain kecuali
kekeliruan yang berguna saja.

Pandangan Progesivisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan

Anak didik diberikan kebebasan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna
mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya, tanpa terhambat oleh
rintangan yang dibuat oleh orang lain, Oleh karena itu filsafat progressivisme tidak
menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab, pendidikan otoriter akan mematikan tunas-tunas
para pelajar untuk hidup sebagai pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran. Dan
sekaligus mematikan daya kreasi baik secara fisik maupun psikis anak didik.
filsafat progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang bersifat luwes
(fleksibel) dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai dengan
zamannya.Sifat kurikulumnya adalah kurikulum yang dapat direvisi dan jenisnya yang
memadai, yaitu yang bersifat eksperimental atau tipe Core Curriculum.
Kurikulum dipusatkan pada pengalaman atau kurikulum eksperimental didasarkan atas
manusia dalam hidupnya selalu berinteraksi didalam lingkungan yang komplek.
Progresivisme tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan terpisah,
melainkan harus terintegrasi dalam unit. Dengan demikian core curriculum mengandung ciri-
ciri integrated curriculum, metode yang diutamakan yaitu problem solving.
Dengan adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam unit, diharapkan anak dapat
berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotor.

B.   Aliran Rekonstruktivisme


Rekonstruksionalisme memandang pendidikan sebagai rekonstruksi pengalaman-
pengalaman yang berlangsung terus dalam hidup. Sekolah yang menjadi tempat utama
berlangsungnya pendidikan haruslah merupakan gambaran kecil dari kehidupan sosial di
masyarakat.

 Tujuan pendidikan
Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan
perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Tujuan pendidikan
rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial,
ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan
kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut.

 Kurikulum dalam pendidikan rekonstruksionalisme berisi mata-mata pelajaran yang


berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan masyarakat masa depan. Kurikulum banyak
berisi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan politik yang dihadapi umat manusia.
Yng termasuk di dalamnya masalah-masalah pribadi para peserta didik sendiri, dan
program-program perbaikan yang ditentukan secara ilmiah.

C.   Aliran Esensialisme


Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang memprotes
gerakan progresivisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam warisan budaya/sosial.
Menurut esensialisme nilai-nilai yang tertanam dalam nilai budaya/sosial adalah nilai-nilai
kemanusiaan yang terbentuk secara berangsur-angsur dengan melalui kerja keras dan susah
payah selama beratus tahun dan di dalamnya berakar gagasan-gagasan dan cita-cita yang
telah teruji dalam perjalanan waktu. Peranan guru kuat dalam mempengaruhi dan mengawasi
kegiatan-kegiatan di kelas.

 Tujuan pendidikan dari aliran ini adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah
melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang
waktu dan dengan demikian adlah berharga untuk diketahui oleh semua orang.
Pengetahuan ini diikuti oleh ketrampilan. Ketrampilan, sikap-sikap dan nilai yang
tepat, membentuk unsur-unsur yang inti (esensial) dari sebuah pendidikan Pendidikan
bertujuan untuk mencapai standar akademik yang tinggi, pengembangan intelek atau
kecerdasan.
 Metode pendidikan:
a. Pendidikan berpusat pada guru (teacher centered).
b. Peserta didik dipaksa untuk belajar.
c. Latihan mental

 Kurikulum berpusat pada mata pelajaran yang mencakup mata-mata pelajaran


akademik yang pokok. Kurikulum sekolah dasar ditekankan pada pengembangan
ketrampilan dasar dalam membaca, menulis, dan matematika.Sedangkan kurikulum
pada sekolah menengah menekankan pada perluasan dalam mata pelajaran
matematika, ilmu kealaman, serta bahasa dan sastra.

D.  Aliran Idealisme


Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa.
Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di
antara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera.
Pertemuan antara jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini
memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Tugas ide adalah memimpin
budi manusia dalam menjadi contoh bagi pengalaman. Siapa saja yang telah menguasai ide,
ia akan mengetahui jalan yang pasti, sehingga dapat menggunakan sebagai alat untuk
mengukur, mengklasifikasikan dan menilai segala sesuatu yang dialami sehari-hari.
Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran idealisme sedang gencar-
gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan mendapatkan pendekatan (approach)
secara khusus. Sebab, pendekatan dipandang sebagai cara yang sangat penting. Para guru
tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan murid, atau tidak mengawasi satu persatu
muridnya atau tingkah lakunya. Seorang guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari
anak didik, sehingga kalau perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan
hanya membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang
tidak banyak bermakna.
Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme.
Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan
masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham
idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan
campuran antara keduanya.

 Tujuan Pendidikan
Agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki
kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai
tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk
hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah
perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu
pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya,
namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan
kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi.

 Kurikulum
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih
memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran
yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.
BAB III
PENUTUP

  Simpulan
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia,karena setiap
kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan
pendidikan yang lebih baik dari orangtuanya.

Dari pemaparan di atas dapat di simpulkan bahwa aliran yang sampai sekarang masih
di anut oleh masyarakat adalah aliran konvergensi, karena merupakan aliran yang
menggabungkan antara aliran nativisme dan empirisme dan juga merupakan aliran yang
sempurna. Sedangkan masyarakat Indonesia mayoritas juga menganut aliran konvergensi

  Saran
Di dalam proses belajar pembelajaran , guru harus memilih teori yang sesuai dengan
karakter siswanya agar kesuksesan dapat tercapai dengan baik.dengan itu antar guru dan
siswa akan terbentuk suatu hubungan yang aktif dan interaktif.
DAFTAR PUSTAKA

Munib Anab, dkk. 2011. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: LP3 Unnes.

Anda mungkin juga menyukai