KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatnya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang dimana makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan. Dalam pembuatan makalah ini, penulis banyak
mengalami hambatan-hambatan seperti kurangnya buku-buku referensi sebagai penunjang
kesempurnaan isi dari makalah ini. Namun penulis berusaha semampunya untuk
mensukseskan isi dari makalah ini agar dapat menjadi pelajaran bagi penulis maupun bagi
para pembaca. Penulis menyadari makalah ini belum layak dikatakan sempurna karena masih
banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca agar penulis dapat membentuk sebuah makalah
lain yang jauh lebih baik tentunya.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini mendapatkan hasil
yang memuaskan bagi penulis maupun bagi para pembaca.
Indah (1171151012)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang.....................................................................................................................
Rumusan Masalah................................................................................................................
Tujuan...................................................................................................................................
Identitas Buku.......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
Aliran-aliran Pendidikan......................................................................................................
Karakteristik Aliran Pendidikan...........................................................................................
BAB III PENUTUP
Kesimpulan...........................................................................................................................
Saran.....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan
dalam dunia pendidikan. Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi
berkepanjangan, yakni pemikiran-pemikirn terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra
oleh pemikir berikutnya, sehingga timbul pemikiran yang baru, dan demikian seterusnya.
Agar diskusi berkepanjangan itu dapat dipahami, perlu aspek dari aliran-aliran itu yang harus
dipahami. Oleh karena itu setiap calon tenaga kependidikan harus memahami berbagai jenis
aturan-aturan pendidikan.
Aliran tersebut berbeda-beda dalam menafsirkan bagaimana karakter seseorang dapat
terbentuk, ada yang mengatakan bahwa pengalaman dan lingkungan membentuk karakter
seseorang, ada pula yang mengatakan bahwa seseorang telah terlahir dengan pembawaan baik
atau buruk, ada yang berpendapat bahwa anak terlahir baik dan adapula yang
menggabungkan pengalaman dan bawaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam aliran pendidikan?
2. Apa karakteristik dari setiap aliran pendidikan?
C. Tujuan
1. Mengetahui macam-macam aliran pendidikan.
2. Mengetahui setiap karakteristik dari masing-masing aliran pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Identitas Buku
Buku Utama:
Judul buku : Pengantar Ilmu Pendidikan
Penulis : Munib Anab
Tahun terbit : 2011
Kota terbit : Semarang
Penerbit : L3P Unnes
Buku Pembanding :
Judul buku : Ilmu Pendidikan
Penulis : Tim Dosen
Tahun Terbit : 2017
Kota terbit : Medan
Penerbit : UNIMED
Aliran-aliran Pendidikan
1. Aliran Klasik
A. Aliran Nativisme
Aliran nativisme (aliran pesimistik). Aliran nativisme menyatakan bahwa perkembangan
seseorang merupakan produk dari pembawaan yang berupa bakat. Bakat yang merupakan
pembawaan seseorang akan menentukan nasibnya. Aliran ini merupakan kebalikan dari aliran
empirisme. Orang yang “berbakat tidak baik” akan tetap tidak baik, sehingga tidak perlu
dididik untuk menjadi baik. Orang yang “berbakat baik” akan tetap baik dan tidak perlu
dididik, karena ia tidak mungkin akan terjerumus menjadi tidak baik.
Tokoh tokoh aliran nativisme:
ArthurSchopenhauer
Dilahirkan di Danzig pada tanggal 22 Februari 1788. Schopenhauer dibesarkan oleh keluarga
pembisnis. Ia merupakan seorang jenius dengan karyanya yang terkenal adalah The World as
Will and Representation. Ia mempunyai pandangan bahwa Pembawaanlah yang maha kuasa,
yang menentukan perkembangan anak. Lingkungan sama sekali tidak bisa mempengaruhi,
apalagi membentuk kepribadian anak. Perkembangan ditentukan oleh faktor pembawaannya,
yang berarti juga ditentukan oleh anak itu sendiri
ImmanuelKant
Di lahirkan di Konigsberg pada 22 April 1724. Ia merupakan filsof Jerman dan karyanya
yang terkenal adalah Kritik der Reinen Vernunft.
Gottfried Wilhemleibnitz
Merupakan filsuf Jerman yang lahir di Leipzig, pada 1 Juli 1646. Gottfried mempunyai
pandangan bahwa perkembangan manusia sudah ditentukan sejak lahir. Manusia hidup dalam
keadaan yang sebaik mungkin karena dunian ini diciptakan oleh Tuhan.
B. Aliran Empirisme
Aliran empirisme (aliran optimisme). Aliran empirisme mengutamakan perkembangan
manusia dari segi empirik yang secara eksternal dapat diamati dan mengabaikan pembawaan
sebagai sisi internal manusia. Dengan kata lain pengalaman adalah sumber pengetahuan,
sedangkan pembawaaan yang berupa bakat tidak diakui.
Manusia dilahirkan dalam keadaan kosong, sehingga pendidikan memiliki peran penting
yang dapat menentukan keberadaan anak. Aliran ini melihat keberhasilan seseorang hanya
dari pengalaman (pendidikan) yang diperolehnya, bukan dari kemampuan dasar yang
merupakan pembawaan lahir. Tokoh utamanya John Locke (1632-1704). Nama asli aliran ini
adalah “The School of British Empircism” (aliran empirisme inggris). Namun, aliran ini lebih
berpengaruh terhadap para pemikir Amerika Serikat, sehingga melahirkan sebuah aliran
filsafat bernama “environmentalisme” (aliran lingkungan) dan psikologi bernama
“environmental psychology” (psikologi lingkungan) yang relatif masih baru (Rober, 1988).
Doktrin aliran empirisme yang amat mashyur adalah “tabula rasa”, sebuah istilah bahasa
latin yang berarti batu tulis kosong atau lembaran kosong (blank slate/blank tablet). Doktrin
tabula rasa menekankan arti penting pengalaman, lingkungan, dan pendidikan dalam arti
perkembangan manusia itu semata-mata bergantung pada lingkungan dan pengalaman
pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya.
Dalam hal ini para penganut empirisme (bukan empirisme) menganggap setiap anak lahir
seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong, tak punya kemampuan dan bakat apa-apa. Hendak
menjadi apa seorang anak kelak bergantung pada pengalaman/lingkungan yang
mendidiknya.Jika seorang siswa memperoleh kesempatan yang memadai untuk mempelajari
ilmu politik, tentu kelak ia akan menjadi seorang poliisi. Karena ia memiliki pengalaman
belajar di bidang politik, ia tak akan pernah menjadi pemusik, walaupun orang tuanya
pemusik sejati.
Tokoh- tokoh aliran ini adalah :
Francis Bacon
Merupakan filsuf, negarawan, sekaligus penulis yang berasal dari Inggris. Francis Bacion
berpendapat bahwa "Untuk memahami dunia ini, pertama orang mesti
mengamatinya.Pertama, kumpulkan fakta-fakta.Kemudian ambil kesimpulan dari fakta-fakta
itu dengan cara argumentasi induktif yang logis
Thomas Hobbes
Dilahirkan di Malmesbury (1588-1679). Hobbes berpendapat bahwa filsafat adalah suatu
ilmu pengetahuan tentang efek-efek atau akibat-akibat berupa fakta yang dapat diamati.
Segala yang ada ditentukan oleh sebab tertentu, yang mengikuti hukum ilmu pasti dan ilmu
alam.Yang nyata adalah yang dapat diamati oleh indera manusia dan sama sekali tidak
tergantung pada rasio manusia(bertentangan dengan rasionalisme).
John Locke
John Locke lahir di Bristol Inggris pada tahun 1632. Jonh Lucke terkenal dengan teori
tabularasanya. Pemikiran John termuat dalam tiga buku pentingnya yaitu Essay Concerning
Human Understanding (1600), Letters on Tolerantion (1689-1692), dan Two Treatises on
Government (1690). John berpendapat bahwa anak yang baru dilahirkan dapat diumpamakan
seperti kertas putih yang belum ditulisi (a sheet of white paper avoid of all characters).
DavidHume
David Hume lahir di Edinburgh pada 26 April 1711. Ia merupakan filosof Skotlandia,
ekonom, dan seorang sejarawan. David Hume berpendapat bahwa seluruh pemikiran
merupakan hasil dari pengalaman, yang disebut dengan istilah persepsi. Persepsi terdiri atas
kesan-kesan (impressions), dan gagasan (ideas).
2. Aliran Modern
A. Aliran Progesivisme
Aliran ini berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang
wajar dan dapat menghadapi serta mengatasi masalah yang bersifat menekan, ataupun
masalah-masalah yang bersifat mengancam dirinya. Aliran ini memandang bahwa peserta
didik mempunyai akal dan kecerdasan. Hal itu ditunjukkan dengan fakta bahwa manusia
mempunyai kelebihan jika dibanding makhluk lain.
Manusia memiliki sifat dinamis dan kreatif yang didukung oleh ke-cerdasannya
sebagai bekal menghadapi dan memecahkan masalah. Peningkatan kecerdasan menjadi tugas
utama pendidik, yang secara teori mengerti karakter peserta didiknya. Peserta didik tidak
hanya dipandang sebagai kesatuan jasmani dan rohani, namun juga termanifestasikan di
dalam tingkah laku dan perbuatan yang berada dalam pengalamannya. Jasmani dan rohani,
terutama kecerdasan, perlu dioptimalkan. Artinya, peserta didik diberi kesempatan untuk
bebas dan sebanyak mungkin mengambil bagian dalam kejadian-kejadian yang berlangsung
di sekitarnya, sehingga suasana belajar timbul di dalam maupun di luar sekolah.
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut
progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling
ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya
pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam
kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat
kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang
setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Progresvisme merupakan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi
penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar “naturalistik”, hasil belajar “dunia
nyata” dan juga pengalaman teman sebaya
Tokoh-tokoh Progresivisme
1. William James
James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi
organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan
agar fungsi otak atau pikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu
pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa dari prakonsepsi
teologis, dan menempatkannya di atas dasar ilmu perilaku.
2. John Dewey
Teori Dewey tentang sekolah adalah “Progressivism” yang lebih menekankan pada
anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah “Child
Centered Curiculum”, dan “Child Centered School”. Progresivisme mempersiapkan anak
masa kini dibanding masa depan yang belum jelas
3. Hans Vaihinger
Hans VaihingerMenurutnya tahu itu hanya mempunyai arti praktis. Persesuaian
dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan; satu-satunya ukuran bagi berpikir ialah gunanya
(dalam bahasa Yunani Pragma) untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia. Segala
pengertian itu sebenarnya buatan semata-mata; jika pengertian itu berguna. untuk menguasai
dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tahu saja bahwa kebenaran ini tidak lain kecuali
kekeliruan yang berguna saja.
Anak didik diberikan kebebasan baik secara fisik maupun cara berpikir, guna
mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya, tanpa terhambat oleh
rintangan yang dibuat oleh orang lain, Oleh karena itu filsafat progressivisme tidak
menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab, pendidikan otoriter akan mematikan tunas-tunas
para pelajar untuk hidup sebagai pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran. Dan
sekaligus mematikan daya kreasi baik secara fisik maupun psikis anak didik.
filsafat progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang bersifat luwes
(fleksibel) dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai dengan
zamannya.Sifat kurikulumnya adalah kurikulum yang dapat direvisi dan jenisnya yang
memadai, yaitu yang bersifat eksperimental atau tipe Core Curriculum.
Kurikulum dipusatkan pada pengalaman atau kurikulum eksperimental didasarkan atas
manusia dalam hidupnya selalu berinteraksi didalam lingkungan yang komplek.
Progresivisme tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan terpisah,
melainkan harus terintegrasi dalam unit. Dengan demikian core curriculum mengandung ciri-
ciri integrated curriculum, metode yang diutamakan yaitu problem solving.
Dengan adanya mata pelajaran yang terintegrasi dalam unit, diharapkan anak dapat
berkembang secara fisik maupun psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotor.
Tujuan pendidikan
Sekolah-sekolah rekonstruksionis berfungsi sebagai lembaga utama untuk melakukan
perubahan sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat. Tujuan pendidikan
rekonstruksionis adalah membangkitkan kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial,
ekonomi dan politik yang dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan
kepada mereka keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut.
Tujuan pendidikan dari aliran ini adalah menyampaikan warisan budaya dan sejarah
melalui suatu inti pengetahuan yang telah terhimpun, yang telah bertahan sepanjang
waktu dan dengan demikian adlah berharga untuk diketahui oleh semua orang.
Pengetahuan ini diikuti oleh ketrampilan. Ketrampilan, sikap-sikap dan nilai yang
tepat, membentuk unsur-unsur yang inti (esensial) dari sebuah pendidikan Pendidikan
bertujuan untuk mencapai standar akademik yang tinggi, pengembangan intelek atau
kecerdasan.
Metode pendidikan:
a. Pendidikan berpusat pada guru (teacher centered).
b. Peserta didik dipaksa untuk belajar.
c. Latihan mental
Tujuan Pendidikan
Agar anak didik bisa menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki
kepribadian yang harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai
tekanan hidup, dan pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk
hidup lebih baik. Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah
perlunya persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu
pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak pribadinya,
namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam hubungan
kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi.
Kurikulum
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih
memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran
yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia,karena setiap
kelompok manusia selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan
pendidikan yang lebih baik dari orangtuanya.
Dari pemaparan di atas dapat di simpulkan bahwa aliran yang sampai sekarang masih
di anut oleh masyarakat adalah aliran konvergensi, karena merupakan aliran yang
menggabungkan antara aliran nativisme dan empirisme dan juga merupakan aliran yang
sempurna. Sedangkan masyarakat Indonesia mayoritas juga menganut aliran konvergensi
Saran
Di dalam proses belajar pembelajaran , guru harus memilih teori yang sesuai dengan
karakter siswanya agar kesuksesan dapat tercapai dengan baik.dengan itu antar guru dan
siswa akan terbentuk suatu hubungan yang aktif dan interaktif.
DAFTAR PUSTAKA
Munib Anab, dkk. 2011. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: LP3 Unnes.