Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENGANTAR PERPAJAKAN

Kewajiban Pembukuan dan Pencatatan


Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak

Disusun Oleh:

KELOMPOK 3

3154062 – FAUZAN ALWIYANSYAH

3154053 – NURUL FUADHA ULMI

3154031– NURUL SOFYANINGSIH

3154014 – RABIUL DESMAILYNA

3154025 – WAHYU ILLAHI

D 4 AKUNTANSI - 2B

PROGRAM STUDI AKUNTANSI KEUANGAN

POLITEKNIK POS INDONESIA

2015

Kewajiban Pembukuan dan Pencatatan


1. Pengertian Pembukuan dan Pencatatan
 Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca,
dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut.

 Pencatatan yaitu pengumpulan data yang dikumpulkan secara teratur tentang


peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk
menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek
pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.

2. Wajib Pajak Yang Wajib dan Dikecualikan Dari Kewajiban Pajak


1) WP yang wajib menyelenggaraan wajib pajak :
a. Wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia wajib menyelenggarakan
pembukuan.
b. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas yang peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari
Rp4.800.000.000,00 (empat milyar delapan ratus juta rupiah), Wajib Pajak
Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
dapat menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma
penghitungan penghasilan neto, dengan syarat memberitahukan ke Direktur
Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun pajak yang
bersangkutan.
2) WP yang dikecualikan dari kewajiban wajib pajak :
a. WP OP yang tidak wajib untuk menyampaikan SPT
b. WP OP yang melakukan kegiatan usaha dan/atau pekerjaan bebas yang
diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma
penghitungan penghasilan neto yaitu yang peredarannya kurang dari
Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) pertahun dan WP OP yang
tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. Bagi Wajib Pajak
yang diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan menggunakan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto, wajib pajak orang pribadi yang
yang peredaran brutonya dalam 1 (satu) tahun kurang dari Rp
4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah sesuai Pasal 14
ayat (2) UU PPh 1984 amandemen 2008. 

3. Yang Harus Diperhatikan Dalam Pembukuan dan Pencatatan

Pembukuan atau pencatatan penting bagi Wajib Pajak dengan alasan:

a. Akan memudahkan Wajib Pajak pada saat menghitung dan memperhitungkan


serta melaporkan pajak terutang baik pada SPT Masa maupun SPT Tahunan.
b. Perhitungan pajak terutang lebih akurat.
c. Jika Wajib Pajak tidak dapat menunjukkan dokumen pembukuan atau pencatatan
pada saat pemeriksaan sehingga tidak dapat dihitung penghasilan kena pajak, maka
penghasilan kena pajak dapat dihitung secara jabatan berdasarkan data lain yang
diperoleh pada saat pemeriksaan.
d. Laporan keuangan memberikan informasi posisi keuangan dan kemajuan dari usaha
Wajib Pajak dan banyak keuntungan yang lain.

4. Sanksi Tidak Menyelenggarakan Pembukuan dan Pencatatan


a. Sanksi Kenaikan 50 % atas WP Wajib Pembukuan/Pencatatan yang tidak
Menyelenggarakan Pembukuan/Pencatatan
Dasar Hukum :
- Pasal 14 ( 5) Undang-undang PPh No 7 Tahun 1983 s.t.d.t.d Undang-undang No 17 Tahun
2000
- Pasal 13 ( 3) Huruf a Undang-undang KUP No 6 tahun 1983 s.t.d.t.d Undang-undang No 16
Tahun 2000
- Kep DJP No. KEP - 536/PJ./2000

b. Setiap orang yang dengan sengaja :


1) Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
2) Tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain.
3) Tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang
dikelola secara elektronik atau diselngarakan secara program aplikasi online di
Indonesia.
Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak
1.    Pengertian Pemeriksaan Pajak

Pengertian pemeriksaan pajak menurut Mardiasmo (2009:50) adalah sebagai berikut:

 Pemeriksaan pajak  adalah serangkaian kegiatan untuk mencari,


mengumpulkan,mengolah data dan atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undang perpajakan.

Sedangkan definisi pemeriksaan dijelaskan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor


82/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi:

 Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,


keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.    Tujuan Pemeriksaan

a. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam rangka memberikan


kepastian hokum keadilan dan pembinaan kepada wajib pajak, yang dapat dilakukan
dalam hal:
1) Surat pemberitahuan menunjukan kelebihan pembayaran pajak, termasuk yang
telah diberikan pengendalian pendahuluan kelebihan pajak.
2) Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan menunjukan rugi.
3) Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak pada waktu
yang telah ditetapkan.
4) Surat Pemberitahuan yang memenuhi kriteria seleksi yang ditentukan oleh
Direktur Jenderal Pajak.
5) Ada indikasi kewajiban perpajakan selain kewajiban tersebut pada point
3)tidak dipenuhi.

b. Tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan


perpajakan, yang dapat dilakukan dalam hal:

a)   pemberian NPWP secara jabatan


b)   penghapusan NPWP
c)   pengukuhan atau pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak
d)   Wajib pajak mengajukan keberatan
e)   pengumpulan bahan guna menyusun Norma Perhitungan Penghasilan Netto
f)    pencocokan data dan/atau alat keterangan
g)   penentuan wajib pajak berlokasi di daerah terpencil
h)   penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN
i)    pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak
j)    penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu kompensasi
kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas perpajakan; dan/atau
k)   memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda

3.    Sasaran Pemeriksaan

Menurut Mardiasmo (2009:51) yang menjadi sasaran pemeriksaan maupun penyelidikan


adalah untuk mencari adanya :
a.   Interpretasi undang-undang yang tidak benar;
b.   Kesalahan hitung;
c.   Penggelapan secara khusus dari penghasilan;
d.   Pemotongan dan pengurangan tidak susungguhnya, yang dilakukan wajib pajak dalam
melaksanakan kewajiban perpajakannya.

4. Wewenang Pemeriksaan

Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan


pemenuhan kewajiban perpajakan dan tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-perundang perpajakan.

5. Prosedur Pemeriksaan
a. Petugas pemeriksa harus dilengkapi dengan Surat Perintah Pemeriksaan dan harus
memperlihatkan kepada Wajib Pajak yang diperiksa.
b. Wajib Pajak yang diperiksa harus:
1) Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasarnya dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak.
2) Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang dipandang perlu
dan memberikan bantuan, guna kelancaran pemeriksaan.
3) Memberi keterangan yang diperlukan.
c. Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta
keterangan yang diminta, Wajib Pajak terikat oleh suatu kewajiban untuk
merahasiakan, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan.
d. Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan penyegelan tempat atau ruang tertentu,
bila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban huruf b diatas.

Penyidikan Pajak
1. Pengertian Penyidikan

Menurut undang-undang no 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara


Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang no 28 Tahun 2007,
pengertian penyidikan adalah sebagai berikut :

“Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya”.
Penyidikan tindak pidana bidang perpajakan dilaksanakan menurut ketentuan yang diatur
dalam UU no 8/1981 tentang KUHAP.

2. Wewenang Penyidik
a. Menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan
dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau Laporan tersebut
menjadi lebih lengkap dan jelas;
b. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana di bidang perpajakan.
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan
dengan tindak pidana di bidang perpajakan
d. Memeriksa buku, catatan, dokumen lain berkenaan dengan tndak pidana di bidang
perpajakan.
e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan,
dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut.
f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan.
g. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang untuk meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang,
benda, dan atau dokumen yang dibawa
h. Memotret seorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan.
i. Memanggil orang untuk dipanggil keterangannya untuk diperiksa sebagai tersangka
atau saksi.
j. Menghentikan penyidikan.
k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di
bidang perpajakan menurut ketentuan perundang-undangan.

3. Kewajiban penyidik

Kewajiban Penyidik adalah :
a. Penyidik Pajak sebagai penegak hukum wajib memelihara dan meningkatkan sikap
terpuji sejalan dengan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawabnya;
b. Penyidik Pajak wajib menunjukkan Tanda Pengenal Penyidik Pajak dan Surat Perintah
Penyidikan pada saat melakukan Penyidikan;
c. Penyidik Pajak dapat dibantu oleh petugas pajak lain atas tanggung jawabnya
berdasarkan izin tertulis dari atasannya;
d. Penyidik Pajak dalam setiap tindakan penyidikan wajib membuat laporan dan berita
acara;
e. Penyidik Pajak harus berpedoman pada kode etik yang berlaku.

Selain itu dalam melakukan Penyidikan, Penyidik Pajak wajib memperhatikan asas-asas


hukum yang berlaku, termasuk: (KEP-272/PJ/2002 Ps 8)
a. Asas praduga tak bersalah, yaitu bahwa setiap orang yang disangka, dituntut, dan atau
dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya
putusan 
pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap;
b. Asas persamaan di muka hukum, yaitu bahwa setiap orang mempunyai hak dan
kewajiban yang sama dimuka hukum, tanpa ada perbedaan;

5.

Anda mungkin juga menyukai