Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ridhwan Nur Cahyo Saputro

NIM : 20180420157

Kelas : A

BAB 2

Filsafat, Aagama, Etika, dan Hukum


HAKIKAT FILSAFAT

Karaktersistik utama berfikir filsafat adalah sifatnya yang menyeluruh, sangat mendasar,
dan spekulatif. Menurut Suriasumantri (2000), pokok permasalahan yang dikaji filsafat
mencangkup tiga segi, yaitu: apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika), mana
yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika), serta apa yang dianggap indah dan
apa yang dianggap jelek (estetika).

HAKIKAT AGAMA

Dari beberapa definisi, dapat dirinci rumusan agama berdasarkan unsur-unsur penting
sebagai berikut:

1. Hubungan manusia dengan suatu yang tak terbatas, yang transendental, yang Ilahi-Tuhan
Yang Maha Esa.
2. Berisi pedoman tingkah laku (dalam bentuk larangan dan perintah), nilai-nilai, dan
norma-norma yang diwahyukan langsung oleh Ilahi melalui nabi-nabi.
3. Untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan hidup kekal di akhirat.

Sebenarnya dalam pengertian agama tarcakup unsur-unsur utama sebagai berikut:

1. Ada kitab suci


2. Kitab suci yang ditulis oleh Nabi berdasarkan wahyu langsung dari Tuhan
3. Ada suatu lembaga yang membina, menuntun umat manusia, dan menafsirkan kitab suci
bagi kepentingan umatnya
4. Setiap agama berisi ajaran dan pedoman tentang:
a. Tatwa, dogma, doktrin, atau filsafat tentang ketuhanan
b. Susila, moral, atau etika
c. Ritual, upacara, atau tata cara beribadah
d. Tujuan agama

HAKIKAT ETIKA

Untuk memperoleh pemahaman lebih lanjut mengenai etika, dibawah ini dikutip
beberapa pengertian etika.

1. Ada dua pengertian etika; sebagai praksis dan sebagai refleksi. Sebagai praksis, etika
berarti nilai-nilai dan norma-norma moral baik yang dipraktikkan atau justru tidak
dipraktikkan, walaupun seharusnya dipraktikkan. Etika sebagai refleksi adalah pemikiran
moral.
2. Etika secara etimologis dapat diartikan sebagai ilmu tentang apa yang bisa dilakukan,
atau ilmu tentang adat kebiasaan yang berkenaan dengan hidup yang baik dan yang buruk
(Knker, 2001).
3. Istilah lain dari etika adalah susila. Su artinya baik, dan sila artinya kebiasaan atau
tingkah laku.
4. Menurut kamus besar bahasa Indonesia terbitan Departemen Pndidikan dan Kebudayaan
(1988), etika dirumuskan dalam pengertian sebagai berikut:
a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak)
b. Kumpulan atas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golonganatau masyarakat
5. Menurut Webster’s Cllegiate Dictionary, sebagian dikutip oleh Duska dan Duska (2003),
ada empat arti ethic sebagai berikut:
a. The discipline dealing with what is good and bad and with moral duty and obligation
b. A set of moral principles or values
c. A theory or system of moral values
d. The principles of conduct governing an individual or group
6. Menurut Lawrence, Weber, dan Post (2005), etika adalah suatu konsepsi tentang perilaku
benar dan salah.
7. Menurut David P. Baron (2005), etika adalah suatu pendekatan sistematis atas penilaian
moral yang didasarkan atas penalaran, analisis, dan reflektif.

HAKIKAT NILAI

Untuk memahami pengertian nilai secara lebih mendalam, dibawah ini dikutip beberapa
definisi tentang nialai.

1. Doni Koesoema A. (2007) mendefinisikan nilai sebagai kualitas suatu hal yang
menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dan dihargai sehingga dapat
menjadi semacam objek bagi kepentingan tertentu.
2. Fuad Farid Ismail dan Hamid Mutawalli (2003) merumuskan nilai sebagai standar atau
ukuran (norma) yang kita gunakan untuk mengukur segala sesuatu.
3. Sorokin dalam Capra (2002) mengungkapkan tiga sistem nilai dasar yang melandasi
semua manifestasi suatu kebudayaan, yaitu: nilai indraiawi, ideasonal, dan identitas.
4. Sebenarnya pembahasan sekitar persoalan tatanan nilai secara lebih konseptual
diungkapkan oleh filsuf cemerlang asal Jerman, Max Scheller dalam bukunya setebal 590
halaman yang berjudul Der Formalisme in der Ethik und die Materiale Wertethik (dalam
Suseno, 2006).

HUBUNGAN AGAMA, ETIKA, DAN NILAI

Semua agama melalui kitab sucinya masing-masing mengajarkan tentang tiga hal pokok ,
yaitu:

1. Hakikat Tuhan (God, Allah, Gusti Allah, Budha, Brahman, Kekuatan tak terbatas, dan
lain-lain)
2. Etika, tata susila
3. Ritual, tata cara beribadah

Akhirnya, tingkat keyakinan dan kepasrahan kepada Tuhan Yang Mah Kuasa,
tingkat/kualitas peribadatan, dan tingkat/kualitas moral seseorang akan menentukan
gugus/hierarki nilai kehidupan yang telah dicapai.
PARADIGMA MANUSIA UTUH

Sebelum membahas model paradigma pembangunan manusia seutuhnya, perlu terlebih dahulu
dipahami pengertian beberapa konsep dan atau hubungan antar berbagai konsep penting yang
terkait dengan pembangunan manusia seutuhnya, antara lain: karakter, kepribadian, kecerdasaan,
etika, gelombang otak, tujuan hidup, agama, dan meditasi/zikir.

Karakteristik dan Kepribadiaan

Walaupun beberapa definisi tentang karakter sebagaimana telah diuraikan sebelumnya


terlihat berbeda, namun sebenarnya dapat ditarik benang merahnya sebagai berikut:

a. Karakter adalah kopetensi yang harus dimiliki oleh seseorang. Konsep ini mencangkup
pengembangan secara seimbang dan utuh ketiga lapisan, yaitu fisik (body), pikiran
(mind), dan jiwa/roh (spiritual).
b. Karakter menentukan keberhasilan seseorang (Sentanu menyebutnya sebagai “nasib”)
c. Karakter dapat diubah, dibentuk, dipelajari melalui pendidikan dan pelatihan tiada henti
serta melalui pengalaman hidup.
d. Tingkat keberhasilan seseorang ditentukan oleh tingkat kecocokan karakter yang
dimilikinya dengan tuntutan kenyataan/ realita.

Kecerdasan, Karakter, dan Etika

Hal yang juga sangat menarik disampaikan oleh Wahyuni Nafis (2006), seorang penulis
cendekia muda Indonesia yang patut dibanggakan. Melalui pemahamannya atas pemikiran/ajaran
tradisional Islam dan diinspirasi oleh beberapa pemikiran Stephen R. Covey, ia menyebut tiga
jenis kecerdasan dengan tiga golongan etika, yaitu: (1) psiko etika, (2) sosio etika, dan (3) teo
etika.

Karakter dan Paradigma Pribadi Utuh

Walaupun ilmu pengetahuan dan tekologi telah mengantarkan umat manusia pada
pertumbuhan ekonomi dan kemajuan pembangunan fisik yang menggabungkan, namun itu tidak
serta-smerta bahwa kebahagiaan bagi umat manusia. Justru sebagai kemajuan tersebut disertai
dengan kemunculan berbagai masalah, seperti: makin banyak manusia yang miskin, melebarnya
jurang antara golongan kaya dan miskin, berkurangnya pemimpin yang berkarakter, keresahan,
kegelisahan, teror, serta kekerasan makin meluas, korupsi dan kolusi makin menjadi-jadi, dan
sebagainya.

Karakter dan Proses Transformasi Kesadaran Spiritual

Merumuskan karakter memang diperlukan, tetapi berhenti pada tahap permusuhan saja
belum mencukupi karena dikhawatirkan rumusan karakter tersebut hanyalah akan menjadi
semacam doktrin atau slogan yang disakralkan saja.

Sebenarnya yang lebih penting adalah langkah konkret berikutnya, yaitu bagaimana cara
melakukan proses transformasi diri untuk mencapai atau bergerak menuju idialisme karakter
tersebut.

Pikiran, Meditasi, dan Gelombang otak

Oleh pikiran (brainware managemen) adalah suatu konsep dan keterampilan untuk
mengatur gelombang otak manusia yang paling sesuai dengan aktivitasnya sehingga bisa
mencapai hasil optimal (Sentanu, 2007). Otak akan memancarkan gelombang sesuai dengan
tingkat keadaan pikiran/kejiwaan seseorang. Saat ini gelombang otak telah dapat diukur dengan
menggunakan Elektroensefalogram (EEG).

Model Pembangunan Manusia Utuh

Berdasarkan berbagai konsep/pemikiran yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dibuat


dua model tentang hakikat keberadaan manusia. Yang pertama yaitu menjelaskan suatu model
hakikat manusia yang dilandasi paradigma tidak utuh (paradigma materilisme) sehingga
menimbulkan berbagai permasalahan yang memunculkan ketidak bahagiaan. Yang kedua
merupakan suatu model yang dikembangkan untuk kembali kepada paradikma tentang hakikat
manusia seutuhnya.

Anda mungkin juga menyukai