Anda di halaman 1dari 28

Makalah

Zakat barang tambang dan temuan

Mustopa Kamal
Rahmad Hidayat

Jinayah siyasah
fakultas syariah
UIN SUSKA RIAU, PEKANBARU
2014

KATA PENGANTAR
Assalamu ‘Alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin... puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, yamg telah

membentangkan jalan keselamatan buat insan dan menerangi mereka dengan pelita yang terang

benderang. Shalawat dan Salam atas Nabi Muhammad SAW yang membawa petunjuk buat

kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Demikian pula, ucapan keselamatan atas keluarga,

sahabat dan pengikut beliau sampai hari kiamat.

Alhamdulillah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan , kami menyadari bahwa makalah ini masih

sangat jauh dari kata sempurna, oleh karna itu kami sangat berterima kasih apabila ada kritik dan

saran yang membangun dari semua pihak, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Berlakang

Dalam masa sekarang ini banyak orang yang belum mengetahui bahwa manfaat zakat itu

sangat besar. Dan  kebanyakan orang  yang mampu zakat atau memenuhi syarat berzakat tidak

mengetahui bahkan tidak paham bahwa sebenarnya ia terkena wajib zakat, kebanyakan hanya

mengetahui tentang zakat fitri saja yang rutin dilaksanakan menjelang idul fitri. Hal ini disebabkan

karena pengetahuan mengenai zakat sangat sedikit.

Salah satu problematika mendasar yang saat ini tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia

adalah problematika kemiskinan. Berdasarkan data resmi, angka kemiskinan di negara kita

mencapai 36 juta jiwa, atau sekitar 16,4 persen dari total penduduk Indonesia (Data Biro Pusat

Statistika (BPS) 2004)  . Sementara itu, angka pengangguran juga sangat tinggi, yaitu sekitar 28

juta jiwa, atau 12,7 persen dari total penduduk (Data Biro Pusat Statistika (BPS) 2002).

Fakta ini merupakan hal yang sangat ironis, mengingat Indonesia adalah sebuah negara

yang dikaruniai kekayaan alam yang luar biasa hebatnya. Namun demikian, kondisi ini tidak

termanfaatkan dengan baik, sehingga yang terjadi justru sebaliknya. Di mana-mana kita

menyaksikan fenomena eksploitasi alam yang tidak terkendali.

Hutan-hutan dibabat habis, sehingga menyebabkan kerugian negara yang mencapai 30

trilyun rupiah (3 milyar dolar AS) setiap tahunnya (Data Departemen Kehutanan RI, 2004).

Sumberdaya alam lainnya, seperti mineral dan barang tambang, juga tidak dapat dioptimalkan

pemanfaatannya bagi sebesar-besarnya kepentingan rakyat. Yang terjadi adalah, semua


kekayaan tersebut, terkonsentrasi ditangan segelintir kelompok sehingga menciptakan

kesenjangan yang luar biasa besarnya. Padahal, Allah SWT telah mengingatkan bahwa

pemusatan kekayaan di tangan segelintir orang adalah perbuatan yang sangat dibenci-Nya.

Akibatnya adalah munculnya kesenjangan yang luar biasa di tengah-tengah masyarakat kita.

Hal yang tidak kalah menyedihkan adalah bahwa kesenjangan ini telah menyebabkan

terjadinya proses perubahan budaya bangsa yang sangat signifikan, dari bangsa yang berbudaya

ramah, suka bergotong royong, dan saling toleransi, menjadi bangsa yang hedonis, kasar,

pemarah, dan melupakan nilai-nilai kemanusiaan.

Yang kaya semakin arogan dengan kekayaannya, sementara yang miskin semakin terpuruk

dalam kemiskinannya. Akibatnya, potensi konflik sosial menjadi sangat besar. Dan hal ini telah

dibuktikan dengan beragamnya konflik sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat kita,

terutama dalam satu dasawarsa terakhir ini.

Kondisi ini sesungguhnya merupakan potret dari kemiskinan struktural. Artinya, kemiskinan

yang ada bukan disebabkan oleh lemahnya etos kerja, melainkan disebabkan oleh ketidakadilan

sistem. Kemiskinan model ini sangat membahayakan kelangsungan hidup sebuah masyarakat,

sehingga diperlukan adanya sebuah mekanisme yang mampu mengalirkan kekayaan yang dimiliki

oleh kelompok masyarakat mampu (the have) kepada kelompok masyarakat yang tidak mampu

(the have not).

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai zakat, khususnya masalah zakat barang tambang dan

temuan. Selain pendahuluan makalah ini juga nanti akan dilengkapi dengan pembahasan,

kesimpulan serta saran


B. Rumusan Masalah

Sebelum kita membahas jauh tentang zakat barang dan temuan ada baiknya kita

mengetahui rumusan masalah sebagai berikut:

1. Pengertian Zakat

2. Pengertian barang tambang dan temuan

3. Dasar kewajiban

4. Syarat, Ketentuan, Rukun

5. Dan lain-lain

C. Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain:

1. Agar kita mengetahui hukum-hukum zakat

2. Agar kita mengetahui berbagai permasalahan zakat

3. Agar kita paham tentang zakat barang tambang dan temuan

4. Agar kita bisa menerapkan hukum-hukum zakat dalam kehidupan kita

5. Dan lai-lain.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Zakat

Zakat adalah jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh orang yang beragama Islam

untuk diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya (fakir, miskin dan sebagainya)

menurut ketentuan yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.

Setiap muslim diwajibkan memberikan sedekah dari rezeki yang dikaruniakan Allah.

Kewajiban ini tertulis di dalam Alquran. Pada awalnya, Alquran hanya memerintahkan untuk

memberikan sedekah (pemberian yang sifatnya bebas, tidak wajib). Namun, pada kemudian hari,

umat Islam diperintahkan untuk membayar zakat.

Zakat menjadi wajib hukumnya sejak tahun 662 M. Nabi Muhammad melembagakan

perintah zakat ini dengan menetapkan pajak bertingkat bagi mereka yang kaya untuk meringankan

beban kehidupan mereka yang miskin. 1 Sejak saat ini, zakat diterapkan dalam negara-negara

Islam. Hal ini menunjukan bahwa pada kemudian hari ada pengaturan pemberian zakat,

khususnya mengenai jumlah zakat tersebut.

Pada zaman khalifah, zakat dikumpulkan oleh pegawai sipil dan didistribusikan kepada

kelompok tertentu dari masyarakat. Kelompok itu adalah orang miskin, janda, budak yang ingin

membeli kebebasan mereka, orang yang terlilit hutang dan tidak mampu membayar. Syari'ah

mengatur dengan lebih detail mengenai zakat dan bagaimana zakat itu harus dibayarkan.

Pada masa Rasulullah kelompok harta yang ditetapkan menjadi obyek zakat terbatas pada

(1) emas dan perak;

(2) tumbuh-tumbuhan tertentu seperti gandum, jelai, kurma dan anggur;


1
M. Syakur Khoir. 2010. Risalah Zakat. Kediri: Duta Karya Mandiri. Hal 15
(3) hewan ternak tertentu seperti domba atau biri-biri, sapi dan unta;

(4) harta perdagangan (tijarah);

(5) harta kekayaan yang ditemukan dalam perut bumi (rikaz).

Sedangkan menurut ulama yang lain menyatakan bahwa harta yang wajib dikeluarkan

zakatnya adalah nuqud (emas dan perak), barang tambang dan temuan, harta perdagangan ,

tanaman dan buah-buahan, hewan atau binatang ternak.

Selain dari yang disebutkan itu, Qur’an hanya merumuskan apa yang wajib dizakati dengan

rumusan yang sangat umum yaitu ”kekayaan” 2, seperti firman Nya ”

...‫ص َد َق ًة أَ ْم َوال ِِه ْم مِنْ ُخ ْذ‬


َ ‫يه ْم ُت َط ِّه ُر ُه ْم‬
ِ ‫َو ُت َز ِّك‬

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan

mensucikan mereka”

‫ُوم لسَّائ ِِل َح ٌّق أَ ْم َوال ِِه ْم َوفِي‬ ْ


ِ ‫ل َِوال َمحْ ر‬
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin

yang tidak mendapat bahagian.

Yang harus diperhatikan adalah, apakah definisi dari kekayaan tersebut ? Di dalam sabda

Rasulullah SAW juga menegaskan tentang berzakat dan tentang azab orang yang tidak mau

mengeluarkannya, yaitu:

“Abu Hurairah r.a berkata : “Rasulullah SAW bersabda :

ْ ‫ه َر ْي َر َة أَبِى َع‬
‫ن‬ َ ‫ل َقا‬
ُ ‫ل عنه للَّ ِه ا رضى‬ َ ‫ل َقا‬
ُ ‫سو‬
ُ ‫ن وسلمعليه هالل صلى–ه الل َر‬
ْ ‫َم‬

2
M. Ali Hasan. Zakat Pajak, Asuransi dan Lembaga Keuangan. Jakarta; Rajawali Pers. Hal 17
‫م ُي َؤ ِدّ َز َكاتَ ُه َماال ً اللَّ ُه آتَا ُه‬
ْ َ‫ل لَ ُه يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة َفل‬ َ ‫جاعً ا أَ ْق َر‬
َ ّ‫ع ُم ِث‬ ُ ‫ن لَ ُه‬
َ ‫ش‬ ِ ‫ا ْل ِقيَا َم ِة يَ ْو َم لَ ُه ُيطَ َّو ُق ُه َزبِيبَ َتا‬

“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

bersabda: “Barangsiapa diberi harta oleh Allah, lalu dia tidak menunaikan (kewajiban) zakatnya,

pada hari kiamat hartanya dijadikan untuknya menjadi seekor ular jantan aqra’ (yang kulit

kepalanya rontok karena dikepalanya terkumpul banyak racun), yang berbusa dua sudut mulutnya.

Ular itu dikalungkan (di lehernya) pada hari kiamat.

(HR Bukhari II/508 no. 1338)

Jadi berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits diatas, maka jelaslah bahwa zakat itu wajib, jika

seseorang telah memenuhi syarat-syarat untuk berzakat, sedangkan dia tidak mau mengeluarkan

zakat tersebut, maka dia akan berdosa dan dia akan mendapatkan azab dari api neraka. Jenis-

jenis zakat ada dua macam, yaitu:

1.    Zakat Mal (zakat harta), yaitu zakat tumbuh-tumbuhan, (biji-bijian dan buah-buahan), zakat

binatang ternak, zakat emas dan perak dan zakat perniagaan.

2.    Zakat fithrah (zakat jiwa), yaitu zakat yang dikeluarkan berdasarkan jumlah jiwa atau anggota

keluarga. Zakat fithrah ini dikeluarkan pada saat melaksanakan ibadah puasa Ramadhan.

Dari jenis-jenis zakat diatas, jika kita tidak mengeluarkan zakatnya, sedangkan kita mampu

membayarnya, maka kita akan mendapatkan azab yang pedih dari Allah SWT dan kita akan

langsung dimasukan didalam neraka jahannam.

Menurut Yusuf Qardhawi (Yusuf Qardhawi, 123, 2002) kekayaan atau amwal (kata jamak

dari maal) menurut bahasa Arab adalah segala sesuatu yang diinginkan sekali oleh manusia untuk
menyimpan dan memilikinya. Atas dasar tersebut setiap benda berwujud yang diinginkan manusia

untuk disimpan atau dimilikinya setelah memenuhi syarat-syarat wajib zakat, harus dikeluarkan

zakatnya

Seiring perkembangan zaman, jenis obyek zakat terus berkembang. Para ahli fiqih terus

mengadakan pengkajian, melakukan ijtihad untuk menentukan harta-harta obyek zakat yang

belum dikenal di zaman Rasulullah. Imam Syafi’i, Imam Maliki, Imam Hambali & Imam Hanafi

banyak memberikan tambahan harta obyek zakat.

Pada zaman Umar bin Abdul Azis, sudah dikenal zakat penghasilan yaitu zakat dari upah

karyawannya. Didin Hafidhuddin menjelaskan bahwa sektor-sektor ekonomi modern juga

merupakan obyek zakat yang potensial. Misalnya penghasilan yang diperoleh dari keahlian,

peternakan ayam, lebah, perkebunan, usaha-usaha properti, dan surat-surat berharga seperti

saham, dan lainnya

B. Pengertian Barang Tambang

Secara bahasa Barang tambang (ma’dan) berasal dari kata ya’danu, ‘adnan yaitu menetap

pada suatu tempat, sedangkan menurut istilah adalah segala sesuatu yang berasal dari dalam

bumi dan mempunyai nilai berharga. 3 Barang tambang di sini bisa berupa emas, perak, besi,

minyak bumi, aspal dan sebagainya. Adapun pengertian barang tambang menurut para ulama

adalah sebagai berikut4:

3
M. Syakur Khoir. 2010. Risalah Zakat. Kediri: Duta Karya Mandiri.
4
Mahyuddin Syaf.1978. Fikih Sunnah. Bandung; PT. Al-Ma,arif
1. Mazhab Hanbali mengartikan barang tambang sebagai harta yang dikeluarkan dari dalam bumi

yang diciptakan Allah SWT, yang bukan dari jenis bumi itu sendiri, bukan pula harta yang sengaja

dipendam yang berwujud padat maupun cair.

2. Menurut mazhab Syafi’i barang tambang adalah harta yang dikeluarkan dari suatu tempat yang

diciptakan Allah SWT dan hanya khusus berkaitan dengan emas dan perak. Barang tambang

lainnya tidak wajib dikeluarkan zakatnya.

3. Menurut mazhab Hanafi barang tambang, rikaz dan harta terpendam adalah sama yaitu setiap

harta yang terpendam dibawah bumi.

4. Menurut mazhab Maliki barang tambang adalah harta yang diciptakan oleh Allah SWT di dalam

tanah, baik berupa emas, perak maupun lainnya, dan untuk mengeluarkan barang tambang

diperlukan pekerjaan yang berat dan proses pembersihan yang terus-menerus.

Menurut beberapa ulama Terdapat tiga jenis kepemilikan barang tambang yaitu :

1. Barang tambang yang didapatkan dari tanah yang tidak dimiliki oleh seseorang. Harta itu dimiliki

oleh pemerintah, harta tersebut dibagikan kepada kaum muslimin atau disimpan di baitul mal untuk

kemaslahatan umat dan bukan untuk kepentingan pemerintah.

2. Barang tambang yang didapatkan dari tanah yang dimiliki oleh seseorang. Harta ini dapat

dimiliki pemerintah dan juga pemilik tanah.

3. Barang tambang yang didapatkan dari tanah yang dimiliki bukan oleh seseorang, misalnya

tanah penaklukan, maka kepemilikannya oleh pemerintah.

Jadi yang wajib zakat adalah pada jenis barang tambang nomor dua. 5
5
M. Ali Hasan. Zakat Pajak, Asuransi dan Lembaga Keuangan. Jakarta; Rajawali Pers.
C. Pengertian Barang Temuan

Secara bahasa Barang temuan (rikaz) berasal dari kata rokaza, yarkazu artinya

tersembunyi6. Menurut Hanbali ialah harta terpendam pada zaman jahiliyah, yakni harta orang

kafir. Yang diambil pada zaman Islam, baik dalam jumlah sedikit maupun banyak.

Menurut Imam Malik bahwa barang temuan merujuk kepada harta karun yang terpendam,

selama tidak ada modal yang dikeluarkan, tidak ada kerja berat dan kesulitan yang muncul dalam

menemukannya, maka wajib keluarkan zakatnya sebesar 20%.

Sedangkan menurut beberapa pendapat perbedaan antara barang temuan dan barang

tambang ialah bahwa rikaz itu waktu ditemukannya dalam keadaan jadi dan tidak memerlukan

tenaga untuk mengolahnya, sedangkan barang tambang dikeluarkan dari perut bumi dalam bentuk

belum jadi, jadi perlu pengolahan yang maksimal.

Dasar kewajiban zakat atas barang tambang secara umum adalah disebutkan dalam surat

At-Taubah : 103.

‫ين أَيُّ َها يَا‬ ِ َّ ِ ِ ِ ‫مِم‬ ِ ِ ‫ألر‬


َ ‫َخَر ْجنَا َو َّا َك َسْبتُ ْم َما طَيِّبَات م ْن أَنْف ُقوا‬
َ ‫اآمنُوا لذ‬ ْ ‫ض م َن لَ ُك ْم أ‬ ْ

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang

baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.” (Al Baqarah: 267)

D. Syarat dan Ketentuan Zakat Barang Tambang dan Temuan

6
Mahyuddin Syaf.1978. Fikih Sunnah. Bandung; PT. Al-Ma,arif
Dalam setiap kewajiban yang dibebankan kepada umatnya, ajaran Islam selalu menetapkan

standar umum, begitupun dalam penetapan barang tambang menjadi sumber atau obyek zakat

terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi. Apabila hal tersebut tidak memenuhi salah satu

ketentuan, maka harta tersebut belum menjadi sumber atau objek yang wajib dizakati. Adapun

persyaratan barang tambang menjadi sumber atau objek zakat adalah sebagai berikut 7:

1. Barang tambang tersebut harus didapatkan dengan cara yang baik dan halal. Artinya barang yang

haram, baik substansi bendanya maupun cara mendapatkannya jelas tidak dapat dikenakan

kewajiban zakat. Sesuai firman Allah dalam QS. An-Nisa : 29

ِ ‫يا أ َُّيها الَّ ِذين آَمنُوا اَل تَأْ ُكلُوا أَموالَ ُكم بينَ ُكم بِالْب‬
‫اط ِل إِاَّل أَ ْن تَ ُكو َن تِ َج َارةً َع ْن َت َرا‬َ ْ َْ ْ َ ْ َ َ َ َ

‫ض ِم ْن ُك ْم‬ ِ ِ
ً ‫َواَل َت ْق ُتلُوا أَْن ُف َس ُك ْم إِ َّن اللَّهَ َكا َن ب ُك ْم َرح‬
ٍ ‫يما‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan

yang batil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.

Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu”.

Sedangkan apabila harta tersebut diperoleh dengan cara yang haram, maka zakat atas harta

tersebut tidaklah wajib, sebab harta tersebut harus dibebaskan dari tugasnya dengan cara

dikembalikan kepada yang berhak atau ahli warisnya. Dengan demikian zakat tidak diterima dari

barang yang ghulul yaitu barang yang didapatkan dengan cara menipu, kecuali dari hasil usaha

yang halal dan bersih.

7
M. Ali Hasan. Zakat Pajak, Asuransi dan Lembaga Keuangan. Jakarta; Rajawali Pers.
1. Milik penuh, pada hakekatnya kepemilikan mutlak pada harta adalah Allah SWT, tetapi

Allah SWT memberikan hak kepemilikan harta kepada manusia secara terbatas. Harta

yang dimiliki manusia secara penuh maksudnya bahwa manusia ia berkuasa memiliki dan

memanfaatkannya secara penuh. Artinya barang tersebut berada dibawah kontrol dan

didalam kekuasaan pemiliknya secara penuh, sehingga memungkinkan orang tersebut

dapat menggunakan dan mengambil seluruh manfaat dari barang tersebut. Alasan

penetapan syarat ini adalah penetapan kepemilikan yang jelas, seperti dalam firman Allah

QS. Al-Ma’arij 24-25:

ِ ‫والَّ ِذينَ فِي أَ ْم َوالِ ِه ْم َوا ْل َم ْح ُر‬.


‫وم‬ َ

‫ق َم ْعلُو ٌم‬
ٌّ ‫َح‬

“Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu bagi orang (miskin) yang meminta

dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)” .

Alasan lain dikemukakan bahwa zakat itu pada hakikatnya adalah pemberian kepemilikan pada

para mustahik dari para muzaki, adalah suatu hal yang tidak mungkin apabila seorang muzaki

memberikan kepemilikan kepada mustahik sementara dia sendiri bukanlah pemilik yang

sebenarnya.

3. Tidak ditentukan haul

Ulama tabi'in dan fuqoha sepakat tentang ketentuan haul pada beberapa harta yang wajib dizakati

seperti emas, perak, perdagangan, hewan dan lainlain. Dan haul tidak berlaku pada zakat

pertanian, rikaz, dan barang tambang. Zakat barang tambang tidak terkait dengan ketentuan haul,
ia harus dikeluarkan pada saat memetiknya atau memanennya jika mencapai nishab, seperti zakat

pertanian, Seperti disebutkan dalam surat Al An'am ayat 141:

َ ‫وآتُوا َحقَّهُ َي ْو َم َح‬...


...‫صا ِد ِه‬ َ

“Dan tunaikanlah haknya dihari memetik hasilmu (dengan dikeluarkan zakatnya)”.

Berbeda dengan sumber-sumber zakat perdagangan, peternakan, emas dan perak yang

ditentukan waktu satu tahun untuk kepemilikan harta tersebut. Hasil tambang zakatnya wajib

dibayar ketika barang itu telah digali. Hal ini mengingat bahwa haul disyaratkan untuk menjamin

perkembangan harta, sedang dalam hal ini perkembangan tersebut telah terjadi sekaligus, seperti

dalam zakat tanaman, jadi zakatnya harus segera dibayar ketika barang tambang itu digali dan

dibersihkan karena haul ditetapkan untuk memberikan kesempatan barang itu berkembang dan hal

itu telah terpenuhi seperti hasil tanaman dan buah-buahan yang keduanya juga tidak disyaratkan

haul.

Hikmah adanya ketentuan nishab yaitu bahwa zakat merupakan kewajiban yang dikenakan

atas orang kaya kepada orang miskin dan untuk berpartisipasi bagi kesejahteraan Islam dan kaum

muslimin8. Oleh karena itu zakat tentulah harus dipetik dari kekayaan yang mampu memikul

kewajiban itu. Zakat hasil tambang itu wajib dikeluarkan segera, tanpa menunggu berlalunya satu

haul, jadi dalam hal ini perhitungan nishab tetap disyaratkan, karena dalil-dalil tentang persyaratan

nishab itu bersifat umum, tidak membedakan haul karena persyaratan haul pada harta yang

lainnya hanyalah agar harta itu dapat dikembangkan untuk memperoleh keuntungan, ini tidak

berlaku pada hasil tambang sebab penghasilan itu sendiri sudah merupakan suatu keuntungan.

8
Aliy As’ad. 1976. Terjemah Fathul Muin. Yogyakarta; Menara Kudus
Untuk barang tambang nishabnya sama dengan emas, perak dan harta perniagaan yaitu 20

mitsqal (20 dinar) atau 200 dirham yang padanannya adalah 90 gram emas (1 dinar =4,5 gr) atau

600 gr perak (1 dirham = 3 gr).44

Meskipun para ulama telah sepakat tentang wajibnya zakat barang

tambang dan temuan, tetapi mereka berbeda pendapat tentang jenis-jenis barang tambang yang

wajib dikeluarkan zakatnya dan kadar zakat untuk setiap barang tambang dan rikaz.Seperti Abu

Hanifah beliau berpendapat bahwa harta yang dikeluarkan dari dalam tanah ada 2 jenis yaitu harta

benda kekayaan yang disimpan oleh manusia didalam tanah yang disebut kanz dan yang kedua

adala ma'dan yaitu harta kekayaan yang secara alamiyah sudah ada didalam tanah dan kata-kata

rikaz untuk menunjuk kedua jenis harta tersebut, sehingga dalam menentukan kadar zakat hasil

tambang pun sama dengan rikaz, sesuai dengan sabda Nabi:

‫وفِى‬
َ ‫م ِِّركَا ِز‬ ُ ‫سا ْل‬
ُ ‫خ‬ ُ
“Dalam rikaz itu ada 1/5 bagian yang harus dikeluarkan”.(Bukhari)

Imam Syafi’i dan Malik berpendapat kadar zakat yang dikeluarkan untuk barang tambang

sebesar 2,5% berdasar kepada zakat uang, sesuai dengan ijma tentang itu.

Al-Qardhawi berpendapat bahwa perbedaan antara 20% dan 2,5% bukanlah perbedaan

yang kecil, dalam hal ini al-Qardhawi menyamakannya dengan zakat pertanian dengan ketetapan

10% atau 5% sesuai dengan perbandingan antara barang yang dihasilkan dengan usaha

dan biaya yang dihabiskan. Penganalogian zakat barang tambang dengan hasil pertanian ini dilihat
dari pertumbuhannya pada tanaman dan hasil yang konkrit untuk barang tambang. Yang mana

barang tambang merupakan lahan sumber penghasilan yang mendatangkan masukan yang besar

bagi sementara orang.

Mengeluarkan Zakat adalah salah satu kewajiban diantara kewajiban-kewajiban Islam yang

lain, ia adalah salah satu dari rukun-rukunya, dan termasuk rukun yang terpenting setelah

syahadat dan solat. Kitab dan sunnah serta ijma' telah menunjukan kewajibanya, barang siapa

mengingkari kewajibanya maka ia adalah kafir dan murtad  dari islam harus diminta agar

bertaubat, jika tidak bertaubat dibunuh, dan barang siapa kikir dengan enggan mengeluarkan zakat

atau mengurangi sesuatu derinya maka ia termasuk orang-orang dzolim yang berhak atas sangsi

dari Allah SWT.

Zakat merupakan salah satu ciri dari sistem ekonomi Islam, karena zakat merupakan salah

satu implementasi azas keadilan dalam sistem ekonomi Islam. Menurut M.A Mannan (1993) zakat

mempunyai enam prinsip yaitu :

1.  Prinsip keyakinan keagamaan; yaitu bahwa orang yang membayar zakat merupakan salah satu

manifestasi dari keyakinan agamanya;

2. Prinsip pemerataan dan keadilan; merupakan tujuan sosial zakat yaitu membagi kekayaan yang

diberikan Allah lebih merata dan adil kepada manusia.

3. Prinsip produktifitas; menekankan bahwa zakat memang harus dibayar karena milik tertentu

telah menghasilkan produk tertentu setelah lewat jangka waktu tertentu.

4. Prinsip nalar; sangat rasional bahwa zakat harta yang menghasilkan itu harus dikeluarkan.

5. Prinsip kebebasan; zakat hanya dibayar oleh orang yang bebas


6. Prinsip etika dan kewajaran; yaitu zakat tidak dipungut secara semena-mena

Dan dalam sohih Muslim dari abu Hurairoh, bahwa Nabi saw bersabda:

" Tidaklah pemilik emas atau perak yang tidak menunaikan zakatnya, kecuali di hari kiamat   akan

di bentangkan baginya lempengan logam dari api, lalu dibakar denganya dahi, lambung dan

punggungnya, setiap kali lempengan itu dingin dipanaskan lagi pada hari yang hitunganya lima

puluh ribu tahun, hingga Dia memutuskan perkara hamaba-hambanya, maka ia melihat jalanya,

apakah ke surga atau ke neraka."

D. Tujuan Zakat

Menurut Monzer Kahf, tujuan utama dari zakat adalah untuk mencapai keadilan sosial

ekonomi. Zakat merupakan transfer sederhana dari bagian dengan ukuran tertentu harta si kaya

untuk dialokasikan kepada si miskin.

Muhammad Daud Ali menerangkan bahwa tujuan zakat adalah :

(1) mengangkat derajat fakir miskin

(2) membantu memecahkan masalah para gharimin, ibnu sabil dan mustahik lainnya

(3) membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada

umumnya

(4) menghilangkan sifat kikir dan loba para pemilik harta

(5) menghilangkan sifat dengki dan iri (kecemburuan sosial) dari hati orang-orang miskin

(6) menjembatani jurang antara si kaya dengan si miskin di dalam masyarakat


(7) mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang terutama yang memiliki

harta

(8) mendidik manusia untuk berdisiplin menunaika kewajiban dan menyerahkan hak orang lain

padanya;

(9) sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan sosial

Sedangkan menurut M.A. Mannan, secara umum fungsi zakat meliputi bidang moral, sosial

dan ekonomi. Dalam bidang moral, zakat mengikis ketamakan dan keserakahan hati si kaya.

Sedangkan dalam bidang sosial, zakat berfungsi untuk menghapuskan kemiskinan dari

masyarakat. Di bidang ekonomi, zakat mencegah penumpukan kekayaan di tangan sebagian kecil

manusia dan merupakan sumbangan wajib kaum muslimin untuk perbendaharaan Negara

(Mannan, M.A. Islamic Economics : Theory and Practice. Lahore. 1970). 9

Ada beberpa hal yang perlu diketahui tenang harta yang wajib dikeluarkan zakatnya, yaitu:

1- Kepemilikan penuh. Maksudnya, penguasaan seseorang terhadap harta kekayaan sehingga

bisa menggunakannya secara khusus. Karena Allah swt. mewajibkan zakat ketika harta itu sudah

dinisbatkan kepada pemiliknya.

Adapun kepemilikan umum, aset negara, waqaf khairi dan harta yang tidak ada pemiliknya tidak

diambil zakatnya

Tidak wajib zakat pada harta haram, yaitu harta yang diperoleh manusia dengan cara haram,

seperti ghasab (ambil alih semena-mena), mencuri, pemalsuan, suap, riba, harta yang didapatkan

dari menimbun untuk memainkan harga, menipu. Cara-cara ini tidak membuat seseorang menjadi

pemilik harta. Ia wajib mengembalikan kepada pemiliknya yang sah.


9
google
2- Berkembang. Artinya, harta yang wajib dikeluarkan zakatnya harus harta yang berkembang

aktif, atau siap berkembang, yaitu harta yang lazimnya memberi keuntungan kepada pemilik.

Beberapa ulama berpendapat bahwa rumah tempat tinggal dan perabotannya serta kendaraan

tidak wajib dikeluarkan zakatnya. Karena harta itu disiapkan untuk kepentingan pribadi, bukan

untuk dikembangkan.

3- Mencapai nishab, yaitu batas minimal yang jika harta sudah melebihi batas itu, wajib

mengeluarkan zakat; jika kurang dari itu, tidak wajib zakat. Jika seseorang memiliki kurang dari

lima ekor onta atau kurang dari empat puluh ekor kambing, atau kurang dari dua puluh dinar emas

atau dua ratus dirham perak, maka ia tidak wajib zakat. Syarat mencapai nishab adalah syarat

yang disepakati oleh jumhurul ulama. Hikmahnya adalah orang yang memiliki kurang dari nishab

tidak termasuk orang kaya,

4- Pemilik lebih dari nishab itu tidak berhutang yang menggugurkan atau mengurangi nishabnya.

Karena membayar hutang lebih didahulukan waktunya daripada hak orang miskin, juga karena

kepemilikan orang berhutang itu lemah dan kurang. Orang yang berhutang adalah orang yang

diperbolehkan menerima zakat, termasuk dalam kelompok gharimin, dan zakat hanya wajib atas

orang kaya.

5- Telah melewati masa satu tahun. Harta yang sudah mencapai satu nishab pada pemiliknya itu

telah melewati masa satu tahun qamariyah penuh. Syarat ini disepakati untuk harta seperti hewan

ternak, uang, perdagangan. Sedangkan pertanian, buah-buahan, tambang, dan penemuan

purbakala, tidak berlaku syarat satu tahun ini. Harta ini wajib dikeluarkan zakatnya begitu
mendapatkannya. Dalil waktu satu tahun untuk ternak, uang, dan perdagangan adalah amal

khulafaur rasyidin yang empat, juga berdasarkan hadits Ibnu Umar dari Nabi saw.,

Sabda Rasulallah saw: “Tidak wajib zakat pada harta sehingga ia telah melewati masa satu tahun.”

(At-Tirmidzi)

Meskipun para ulama telah sepakat tentang wajibnya zakat pada barang tambang dan

barang temuan, tetapi mereka berbeda pendapat tentang makna barang tambang (ma’din), barang

temuan (rikaz), atau harta simpanan (kanz), jenis-jenis barang tambang yang wajib dikeluarkan

zakatnya dan kadar zakat untuk setiap barang tambang dan temuan.

Kewajiban zakat atas rikaz, ma’din dan kekayaan laut ini dasar hukumnya adalah

keumuman nash dalam QS Al Baqarah, 2 : 267.

‫كم ل أخرجنا ومما كسبتم ما طيبات من أنفقوا آمنوا الذين يأيها‬


‫أن إال بآخذيه ولستم تنفقوا منه الخبيث ا تيمموا ول األرض من‬
.‫حميد غني ه لل ا واعلموا فيه تغمضوا‬

“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang

baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu

memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan dari padanya, padahal kamu sendiri tidak mau

mengambil-nya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah

Mahakaya lagi Mahaterpuji”. (QS. 2:267)

Rikaz menurut jumhur ulama adalah harta peninggalan yang terpendam dalam bumi atau

disebut harta karun. Rikaz tidak disyaratkan mencapai haul, tetapi wajib dikeluarkan zakatnya
pada saat didapatkan. Kadar zakat rikaz yaitu seperlima (20%). Hal ini dijelaskan di dalam Hadist

Nabi s.a.w :

‫وفِى‬
َ ‫م ِِّركَا ِز‬ ُ ‫سا ْل‬
ُ ‫خ‬ ُ

Artinya :

Dari Abu Hurairah, telah berkata Rasullullah s.a.w : ”zakat rikaz seperlima” (HR Bukhari dan

Muslim).

F. Manfaat dan Hikmah Zakat

Pertama, sebagai perwujudan iman kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya,

menumbuhkan akhlak mulia dengan memiliki rasa kepedulian yang tinggi, menghilangkan sifat

kikir dan rakus, menumbuhkan ketenangan hidup, sekaligus mengembangkan dan mensucikan

harta yang dimiliki .

Kedua, karena zakat merupakan hak bagi mustahik, maka berfungsi untuk menolong,

membantu dan membina mereka, terutama golongan fakir miskin, ke arah kehidupan yang lebih

baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dengan layak,

dapat beribadah kepada Allah SWT, terhindar dari bahaya kekufuran, sekaligus menghilangkan

sifat iri, dengki dan hasad yang mungkin timbul dari kalangan mereka ketika melihat golongan kaya

yang berkecukupan hidupnya.

Zakat, sesungguhnya bukan sekedar memenuhi kebutuhan yang bersifat konsumtif yang

sifatnya sesaat, akan tetapi memberikan kecukupan dan kesejahteraan pada mereka, dengan cara

menghilangkan atau memperkecil penyebab kehidupan mereka menjadi miskin dan menderita.
Ketiga, sebagai pilar jama`i antara kelompok aghniya yang berkecukupan hidupnya, dengan

para mujahid yang waktunya sepenuhnya untuk berjuang di jalan Allah, sehingga tidak memiliki

waktu yang cukup untuk berusaha bagi kepentingan nafkah diri dan keluarganya (QS. 2: 273)

ِ ْ‫يل فِي أُح‬


… ‫صرُوا الَّ ِذينَ فُقَ َرا ِء ْل ِل اَل‬ ِ ِ‫ضرْ بًا ا يَ ْستَ ِطيعُونَ اَل هَّلل ِ َسب‬ ِ ْ‫ف ِمنَ أَ ْغنِيَا َء ْال َجا ِه ُل يَحْ َسبُهُ ُم اأْل َر‬
َ ‫ض فِي‬ ِ ُّ‫التَّ َعف‬

ِ ‫اس يَسْأَلُونَ بِ ِسي َماهُ ْم تَع‬


‫ْرفُهُ ْم‬ َ َّ‫إِ ْل َحافًا الن‬

“(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat

(berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri

dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada

orang secara mendesak.”

Keempat, sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana

yang harus dimiliki umat Islam, seperti sarana pendidikan, kesehatan, maupun sosial ekonomi dan

terlebih lagi bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Kelima, untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, karena zakat tidak akan diterima

dari harta yang didapatkan dengan cara yang bathil (Al-Hadits). Zakat mendorong pula umat Islam

untuk menjadi muzakki yang sejahtera hidupnya.

Keenam, dari sisi pembangunan kesejahteraan umat, zakat merupakan salah satu

instrumen pemerataan pendapatan. Dengan zakat yang dikelola dengan baik, dimungkinkan

membangun pertumbuhan ekonomi sekaligus pemerataan pendapatan, atau yang dikenal dengan

konsep economic growth with equity (AM Saefuddin, 1986). Monzer Kahf (1995) menyatakan
bahwa zakat dan sistem pewarisan Islam cenderung kepada distribusi harta yang egaliter, dan

bahwa sebagai akibat dari zakat, harta akan selalu beredar.

Zakat, menurut Mustaq Ahmad, adalah sumber utama kas negara sekaligus merupakan

soko guru dari kehidupan ekonomi yang dicanangkan Al-Qur’an. Zakat akan mencegah terjadinya

akumulasi harta pada satu tangan, dan pada saat yang sama mendorong manusia untuk

melakukan investasi dan mempromosikan distribusi. Zakat juga merupakan institusi yang

komprehensif untuk distribusi harta, karena hal ini menyangkut harta setiap muslim secara praktis,

saat hartanya telah sampai atau melewati nishab. Akumulasi harta di tangan seseorang atau

sekelompok orang kaya saja, secara tegas dilarang Allah SWT.

Selain manfaat diatas, Zakat juga memiliki beberapa faedah keagamaan, akhlak dan

sosial, kita sebutkan diantaranya di bawah ini:

1.     Zakat dapat menutupi kebutuhan fakir miskin yang mayoritas di kebanyakan negeri.

2.     Zakat dapat memperkokoh kaum muslimin dan meninggikan derajat mereka, karena itu salah

satu dari sasaran zakat adalah jihad fi sabilillah, seperti yang akan kamisebutkan insyaa  Allah.

3.     Zakat dapat menghapus rasa iri dengki dan cemburu dari dalam dada kaum fakir miskin,

orang miskin jika melihat orang-orang kaya menikmati hartanya tanpa ia dapat mengambil manfaat

sedikit pun darinya, terkadang  tumbuh dalam dirinya rasa cemburu dan permusuhan terhadap

orang-orang kaya akibat mereka tidak memberikan perhatian terhadap haknya, tidak pula

memenuhi kebutuhanya, jika orang kaya memberikan sebagian hartanya kepada si miskin pada

setiap putaran tahunya, maka semua perasaan ini akan  lenyap dan tumbuhlah rasa cinta dan

kebersamaan.
4.     Zakat dapat menumbuhkan harta dan memperbanyak berkah, sebagaimana dalam hadits,

bahwa Nabi saw bersabda: 

"Tidaklah zakat itu dapat mengurangi harta", yakni meski zakat itu mengurangi jumlah nominal

harta, namun ia tidak mengurangi berkah bertambahnya di masa depan, bahkan Allah SWT akan

menggantinya dan memberikan berkah pada diri dan hartanya.

5.     Di dalam pembayaran zakat terdapat perluasan daerah harta, karena suatu harta jika

dicairkan sebagian darinya, maka akan meluas jangkauanya, dan banyak orang yang mengambil

manfaat darinya, berbeda jika harta hanya berputar di antara orang-orang kaya saja sedang orang-

orang miskin tidak mendapatkan sedikitpun darinya.

Seluruh faedah yang terdapat dalam zakat ini menunjukan bahwa zakat adalah perkara yang

penting dalam memperbaiki pribadi dan masyarakat. Maha Suci Allah Yang Maha Mengetahui dan

Maha Bijaksana. Dan lain sebagainya.

BAB III

PENUTUP

1.  Kesimpulan

Zakat, sebagai rukun Islam yang ketiga, merupakan salah satu instrumen utama dalam

ajaran Islam, yang berfungsi sebagai distributor aliran kekayaan dari tangan the have kepada the
have not. Ia merupakan institusi resmi yang diarahkan untuk menciptakan pemerataan dan

keadilan bagi masyarakat, sehingga taraf kehidupan masyarakat dapat ditingkatkan.

Sumber-zumber zakat mencakup berbagai harta dari berbagai aspek kehidupan yang

dimiliki oleh seorang manusia di dunia ini. Manfaat dan hikmah zakat sangat luar biasa bagi

manusia, diantaranya menunjukan keimanan seseorang. Pentingnya Zakat dapat dilihat dari Al

Quran dimana perintah wajib zakat banyak yang berdampingan dengan perintah sholat wajib.

Zakat merupakan ekonomi Islam yang sangat bermanfaat di dunia khususnya di Indonesia

yang falam masalah krisis moral, karena pengaaruh budaya asing yaitu individualisme. Yang kaya

semakin kaya dan yang miskin semakin merana.

2.  Saran

Umat Islam harus memenuhi kewajiban zakatnya bagi yang mampu dan memenuhi syarat

wajib untuk zakat, dikarenakan sangat pentingnya zakat bagi umat manusia, khususnya di

Indonesia yang masih banyak kemiskinan di mana-mana, ingaatlah bahwa kita (umat islam)

seseungguhnya bersaudara, apakah kita tega membiarkan saudara-saudara kita dalam

kesusahan.

Maka dari itu berzakatlah karena zakat merupakan salah satu cara untuk membantu

mereka. Janganlah menjadi orang yang kufur nikmat yang selalu tidak mensyukuri nikmat yang

telah Allah SWT berikan karena sesungguhnya semua yang ada di dunia ini hanyalah milik Dia

semata dan akan kembali pada-Nya.


DAFTAR PUSTAKA

Aliy, As’ad. 1976. Terjemah Fathul Muin. Yogyakarta; Menara Kudus

Hasan , M. Ali. Zakat Pajak, Asuransi dan Lembaga Keuangan . Jakarta; Rajawali Pers.

Khoir, M. Syakur. 2010. Risalah Zakat. Kediri: Duta Karya Mandiri.

Syaf , Mahyuddin.1978. Fikih Sunnah. Bandung; PT. Al-Ma,arif

Said, Imam Ghazali. 1989. Terjemah Bidayatul Mujtahid. Jakarta. Pustaka amani

Anda mungkin juga menyukai