Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM AGROKLIMATOLOGI

“Pengukuraan Suhu dan Kelembapan Pada Hutan, Lapangan Terbuka


dan Lahan Percobaan”

DOSEN PENGAMPU

1. Dr.Ir. Made Deviani Duaja, M.S.


2. Ir. Endriani, M.P.

ASISTEN LABORATORIUM

1. Riesca Wulanda Citra,S.P.


2. Martiningsih

DISUSUN OLEH

Preti Camelaini (D1A018080)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat
iklim, mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda , dan bagaimana
kaitan antara iklim dan dengan aktivitas manusia. Karena klimatologi
memerlukan interpretasi dari data2 yang banyak dehingga memerlukan
statistik dalam pengerjaannya, orang-orang sering juga mengatakan
klimatologi sebagai meteorologi statistik (Tjasyono, 2004)
Suhu udara adalah derajat panas dari aktifitas molekul dalam atmosfer.
Alat untuk mengukur suhu temperature atau derajat panas disebut
thermometer. Dimana pada praktikum ini menggunakan thermometer bola
kering dan thermometer bola basah.
Suhu menyatakan tingkat energi bahan rata-rata suatu benda. Ia
dinyatakan dalam satuan derajat. Ada tiga macam satuan penggolongan suhu
yang umum, yaitu sistim Reamur, sistem Fahreinheit, dan Celcius. Namun
yang paling populer adalah yang disebut dua terakhir.
Suhu dan kelembaban udara sangat erat hubungannya, karena jika
kelembaban udara berubah, maka suhu juga akan berubah. Di musim
penghujan suhu udara rendah, kelembaban tinggi, memungkinkan tumbuhnya
jamur pada kertas, atau kertas menjadi bergelombang karena naik turunnya
suhu udara.
Kelembaban udara berbanding terbalik dengan suhu udara. Semakin
tinggi suhu udara, maka kelembaban udaranya semakin kecil. Hal ini
dikarenakan dengan tingginya suhu udara akan terjadi presipitasi
(pengembunan) molekul air yang dikandung udara sehingga muatan air dalam
udara menurun.

I.2 Tujuan Prakrikum


Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui suhu udara pada hutan,
lapangan terbuka dan lahan percobaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara. Alat untuk
mengukur suhu udara atau derajat panas disebut thermometer. Biasanya pengukur
dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara
tertinggi dimuka bumi adalah didaerah tropis (sekitar ekuator) dan makin ke kutub
semakin dingin. Di lain pihak, pada waktu kita mendaki gunung, suhu udara
terasa terasa dingin jika ketinggian semakin bertambah. Kita sudah mengetahui
bahwa tiap kenaikan bertambah 100 meter maka suhu akan berkurang (turun) rata-
rata 0,6 ˚C. Penurunan suhu semacam ini disebut gradient temperatur vertikal atau
lapse rate. Pada udara kering, lapse rate adalah 1 ˚C  (Benyamin, 1997)
Suhu dipermukaan bumi makin rendah dengan bertambahnya lintang seperti
halnya penurunan suhu menurut ketinggian. Bedanya, pada penyeberan suhu
secara vertikal permukaan bumi merupakan sumber pemanas sehingga semakin
tinggi tempat maka semakin rendah suhunya. Rata-rata penurunan suhu udara
menurut ketinggian contohnya di Indonesia sekitar 5 ˚C – 6 ˚C tiap kenaikan 1000
meter. Karena kapasitas panas udara sangat rendah, suhu udara sangat pekat pada
perubahan energi dipermukaan bumi. Diantara udara, tanah dan air, udara
merupakan konduktor terburuk, sedangkan tanah merupakan konduktor terbaik
(Handoko, 1994)
Temperatur dan kelembaban umumnya penting dalam lingkungan daratan
dan demikian eratnya berhubungan sehingga diakui sebagai bagian yang paling
penting dari iklim. Interaksi antara temperature dengan kelembaban, seperti pada
kasus interaksi kebanyakan faktor, tergantung pada nilai nisbi dan juga nilai
mutlak setiap faktor. Sehingga temperatur memberikan efek membatasinya lebih
hebat lagi terhadap organisme apabila keadaan kelembaban adalah ekstrim, yakni
apakah keadaan tadi sangat tinggi atau sangat rendah, daripada keadaan itu adalah
sedang-sedang saja. Demikian juga, kelembaban memainkan peranan yang lebih
gawat dalam keadaan temperature ekstrim. Dengan kata lain, hal ini adalah aspek
laindari asas mengenai factor interaksi (Odum, 1994).
Pengaruh suhu terhadap makhluk hidup sangat besar sehingga
pertumbuhannya sangat tergantung pada keadaan suhu, terutama dalam
kegiatannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu dipermukaan bumi antara
lain:
1) Jumlah radiasi yang diterima pertahun, perbulan, perhari, dan permusim.
2) Pengaruh daratan atau lautan.
3) Pengaruh ketinggian tempat.
4) Pengaruh angin secara tidak langsung misalnya, angin yang membawa panas
dari sumbernya secara horizontal.
5) Pengaruh panas laten, yaitu panas yang disimpan dalam atmosfer.
6) Penutup tanah, yaitu tanah yang ditutupi vegetasi yang mempunyai temperatur
yang lebih rendah daripada tanah tanpa vegetasi.
7) Tipe tanah, tanah gelap indeks suhunya lebih tinggi.
8) Pengaruh sudut datang sinar matahari, sinar yang tegak lurus akan membuat
suhu lebih panas daripada yang datangnya miring
Seluruh makhluk hidup dikelilingi oleh suhu dan udara. Bahkan organisme
seperti yang terdapat dalam tanah yang kelihatannya terdapat pada medan lain.
Sebenarnya terdapat dalam air dan udara. Organisme didalam tanah yang terdapat
dalam ruangan antar partikel-partikel tanah. Dari antara kedua hal ini yakni air
dan udara, masing-masing sel individu dari organisme diudara hanya bisa aktif
bila dalam keadaan lembab (Kartasapoetra, 2002).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum dengan Judul “Pengukuraan Suhu dan Kelembapan Pada
Hutan, Lapangan Terbuka dan Lahan Percobaan” dilaksanakan pukul 13.00
WIB sampai dengan selesai pada tanggal 16 September 2019 di Hutan UNJA,
Lapanagn Terbuka depan Balairung dan Lahan Percobaan Fakultas pertanian.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
1. 2 thermomether yang sama
2. Tiang penyanga ±120 cm untuk tempat thermomether diikat
3. Air untuk diteteskan ke salah satu tissue thermometer
4. Tisu untuk menutupi Termometer
5. Karet gelang/tali untuk mengikattermometer pada tiang penyangga
6. Stopwatch untuk menghitung waktu suhu
7. Alat tulis untuk mencatat data yang didapat

3.3 Langkah Kerja


1. Siapkan alat dan bahan yang akan dipakai.
2. Ikat thermomether ke tiang penyangan dengan dibalut tisu ( 1
thermomether dengan tisu kering dan 1 thermomether dengan tisu yang
telah diteteskan sedikit air).
3. Kemudian angkat/tegakan 2 tiang penyanga bersamaan di salah satu
tempat yang ditentukan selama 10 menit.
4. Lakukan hal yang sama di 2 tempat berikutnya
5. Setelah 10 menit catat hasil yang telah di dapatkan pada setiap pengukuran
dengan skala Celcius (C) dan Fahrenheit (F)
6. Kegiatan tersebut dilakukan selama 3 hari berturut-turut, 3 tempat berbeda
(hutan lapanga terbuka dan lahan percobaan) dan 3 waktu yang berbeda
(Pagi, Siang dan Sore hari).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Suhu Kering Suhu Lembab
No Hari Lokasi Jam
℃ ℉ ℃ ℉
Lapanga - - - - -
14.17 34℃ 92℉ 30℃ 86℉
n 18.11 29℃ 84℉ 24℃ 76℉
- - - - -
1. Senin Hutan 14.38 33℃ 91℉ 29℃ 84℉
17.54 29℃ 84℉ 24℃ 76℉
- - - - -
Lahan 15.05 34℃ 92℉ 29℃ 84℉
17.29 30℃ 86℉ 26℃ 79℉
Lapanga 06.47 25℃ 78℉ 24℃ 76℉
11.55 33℃ 92℉ 30℃ 86℉
n 17.50 31℃ 88℉ 26℃ 79℉
07.06 25℃ 78℉ 24℃ 76℉
2. Selasa Hutan 12.02 35,5℃ 95℉ 28,5℃ 83℉
18.03 30℃ 86℉ 26℃ 79℉
07.18 26℃ 79℉ 25℃ 78℉
Lahan 12.17 35℃ 95℉ 28,5℃ 83℉
17.29 31℃ 88℉ 27℃ 80℉
Lapanga 06.38 25℃ 78℉ 25℃ 78℉
12.21 36℃ 97℉ 30℃ 86℉
n 17.30 32℃ 90℉ 28℃ 82℉
06.53 25℃ 77℉ 24℃ 75℉
3. Rabu Hutan 12.36 32℃ 90 ℉ 27℃ 80℉
17.45 32℃ 90℉ 27℃ 80℉
07.08 26℃ 79℉ 26℃ 79℉
Lahan 13.03 35℃ 95℉ 30℃ 86℉
18.04 32℃ 90℉ 27℃ 80℉

4.2 Pembahasan
1. Perhitungan
Kelembapan = Suhu Kering - Suhu Lembab = Rh
a. Di lapangan terbuka
1) Hari I
 Pagi
-
 Siang pukul 14.17-14.27
Kelembapan = 34˚C - 30˚C
=4
Rh =70%
 Sore pukul 18.11-18.22
Kelembapan = 29˚C - 24˚C
=5
Rh =60%
2) Hari II
 Pagi pukul 06.47-06.57
Kelembapan = 25˚C- 24˚C
=1
Rh =90%
 Siang pukul 11.55-12.05
Kelembapan = 33˚C - 30˚C
=3
Rh =76%
 Sore pukul 17.50-18.00
Kelembapan = 31˚C - 26˚C
=5
Rh =62%
3) Hari III
 Pagi pukul 06.38-06.48
Kelembapan = 25˚C- 25˚C
=0
Rh =100%
 Siang pukul 12.21-12.31
Kelembapan = 36˚C - 30˚C
=6
Rh =58%
 Sore pukul 17.30-17.40
Kelembapan = 32˚C - 28˚C
=6
Rh =57%

b. Di hutan
1) Hari I
 Pagi
-
 Siang pukul 14.38-14.48
Kelembapan = 33˚C - 29˚C
=4
Rh =69%
 Sore pukul 17.54-18.04
Kelembapan = 29˚C - 24˚C
=5
Rh =60%
2) Hari II
 Pagi pukul 07.06-07.16
Kelembapan = 25˚C- 24˚C
=1
Rh =90%
 Siang pukul 12.02-12.12
Kelembapan = 35,5˚C - 28,5˚C
=7
Rh =52%
 Sore pukul 17.50-18.00
Kelembapan = 31˚C - 26˚C
=5
Rh =61%
3) Hari III
 Pagi pukul 06.53-07.03
Kelembapan = 25˚C- 24˚C
=1
Rh =90%
 Siang pukul 12.36-12.46
Kelembapan = 32˚C - 27˚C
=5
Rh =62%
 Sore pukul 17.45-17.55
Kelembapan = 32˚C - 27˚C
=5
Rh =62%

c. Di lahan percobaan
1) Hari I
 Pagi
-
 Siang pukul 15.05-15.15
Kelembapan = 34˚C - 29˚C
=5
Rh =63%
 Sore pukul 17.29-17.39
Kelembapan = 30˚C - 26˚C
=4
Rh =68%
2) Hari II
 Pagi pukul 07.18-07.28
Kelembapan = 26˚C- 26˚C
=0
Rh =100%
 Siang pukul 12.17-12.27
Kelembapan = 35˚C - 28,5˚C
= 6,5
Rh =55%
 Sore pukul 17.29-17.39
Kelembapan = 31˚C - 27˚C
=6
Rh =57%
3) Hari III
 Pagi pukul 07.08-07.18
Kelembapan = 26˚C- 26˚C
=1
Rh =91%
 Siang pukul 13.03-13.13
Kelembapan = 35˚C - 30˚C
=5
Rh =64%
 Sore pukul 18.04-18.14
Kelembapan = 32˚C - 27˚C
=5
Rh =62%

Dari data hasil pengamatan yang diperoleh dengan  3 kali pengulangan


yaitu pagi (06.00-07.00) , siang (12.00-13.00) dan sore (16.00-17.00) dalam
waktu selama 10 menit, dan selama 3 hari. Pengukuran dilakukan hutan
UNJA, lahan percobaan, dan lapangan terbuka.
Dari data tersebut dapat dilihat nila RH(%) yang paling tinggi terjadi
waktu pagi hari dan rendah pada sore hari, jadi suhu paling tinggi adalah
ketika waktu pagi dan rendah ketika sore hari. Tetapi tidak hanya sore hari
memiliki suhu rendah, pada hutan hari kedua (selasa) suhu siang hari lebih
rendah dari sore hari. Pada lahan percobaan di hari pertama dan kedua (senin
dan selasa) suhu sing hari juga lebih rendah dari sore hari.
Pada pagi hari suhu tertingi terjadi dilahan percobaan di hari kedua, dan
hari ketiga suhu tertingi terjadi di lapangan terbuka. dan hutan memiliki suhu
yang stabil pada hari kedua dan ketiga.
Pada siang hari suhu tertingi terdapat di lapangan terbuka ketika hari
pertama dan kedua. Suhu paling rendah terdapat pada lapangan terbuka di
hari pertama dan hutan pada hari kedua. Pada hari ketiga suhu tertingi
terdapat di lahan percobaan dan rendah di lapangan.
Pada sore hari suhu tertingi terdapat pada lahan percobaan di hari
pertama, hutan dan lapangan memiliki suhu yang sama pada hari pertama. Di
hari kedua suhu tertingi terdapat di lapangan dan rendah pada lahan. Di hari
ketiga suhu tertingi terjadi di hutan dan lahan, suhu terendah terjadi di
lapangan terbuka pada hari ketiga.
Kesimpulan dari ketiga tempat tersebut adalah lapangan lebih banyak
memiliki suhu tertingi. Pada hutan dan lahan percobaan memiliki banya suhu
lebih rendah dari lapangan dikarenakan, Pada pengukuran suhu dihutan dan
lahan dipengaruhi oleh banyaknya perpohonan dan tanam sehingga radiasi
sinar matahari banyak diserap oleh tumbuhan dan pada daerah tersebut
memiliki lelembapan lebih tingi dari lapangan terbuka. Sehinga pengukuran
suhu dilapangan menjadi meningkat. Hal ini sesuai dengan literatur dari
Lakitan (2002) yang menyatakan bahwa pengukuran suhu suatu benda dan
pengukuran diberbagai tempat pada dasarnya merupakan pengukuran yang
tidak langsung.
Housenbuiller (2000) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi suhu juga sangat erat dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi kelembapan udara dalam berbagai hubungan yaitu :

1. Pengaruh tanah dan air, semakin banyak jumlah uap air baik diudara
maupun didalam tanah, maka kelembapan akan semakin tinggi.
2. Ada atau tidaknya vegetasi, semakin rapatnya jarak antara vegetasi maka
kelembapan makin tinggi, namun suhu akan menjadi sangat rendah.
3. Pengaruh ketinggian tempat, semakin tingginya suatu tempat maka suhu
ditempat tersebut akan semakin rendah dan kelembapan udara semakin
tinggi.
4. Pengaruh aktivitas manusia dipersemaian terbuka.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Suhu lebih tinggi di daerah yang terbuka dan kelembapan tinggi pada
daerah yang memiliki banyak tumbuhan. Karena kelembaban udara berbanding
terbalik dengan suhu udara. Semakin tinggi suhu udara, maka kelembaban udaranya
semakin kecil. Ada beberapa faktor yang mempengaruhu suhu dan kelembapan yaitu:
1. Pengaruh tanah dan air
2. Ada atau tidaknya vegetasi
3. Pengaruh ketinggian tempat
4. Pengaruh aktivitas manusia

5.2 Saran

Pada praktikum ini dan seterusnya di harapkan para praktikan membawa


buku penuntun terlebih dahulu agar praktikum  dapat berjalan dengan lancar. Dan
semoga dalam menyusun laporan kedepannya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Mediapen, 2016. Laporan Praktikum Agroklimatologi Pengukuran Suhu Udara


dan Suhu Tanah di Beberapa Vegetasi. Di unduh dari
http://meidapane05.blogspot.com/2016/02/laporan-praktikum-
agroklimatologi_13.html (Diakses pada 23 September 2019)

Bangday, 2015. Cuaca dan Iklim - Pengertian, Unsur Pembentuk dan Alat
Ukurnya. Di unduh dari http://www.climate4life.info/2018/09/cuaca-dan-
iklim-pengertian-unsur-pembentuk-dan-alat-ukurnya.html (Diakses pada 23
September 2019)

Harni, 2015. Laporan Praktikum Klimatologi Kelembaban Udara. Di unduh dari


http://harnisuci06.blogspot.com/2015/01/laporan-praktikum-
klimatologi_1.html (Diakses pada 23 September 2019)

Weldy, 2013. Penetapan Suhu dan Kelembaban di Beberapa


Permukaan Bervegetasi. Di unduh dari
https://weldyarnikhosiregar.wordpress.com/laporan-kuliah-2/laporan-
agroklimatologi/penetapan-suhu-dan-kelembaban-di-beberapa-permukaan-
bervegetasi/ (Diakses pada 23 September 2019)

Rianfrendysidauruk1, 2014. Pengukuran Suhu dan Kelembaban Pada Lapangan


Terbuka,Hutan dan Permukaan Aspal. Di unduh dari
https://rianfrendysidauruk1.wordpress.com/bahan-kuliah/laporan/pengukuran-
suhu-dan-kelembaban-pada-lapangan-terbukahutan-dan-permukaan-aspal/
(Diakses pada 23 September 2019)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai