BukuGerakanSosialBacaanUntukPemula PDF
BukuGerakanSosialBacaanUntukPemula PDF
net/publication/323238283
CITATION READS
1 33,174
1 author:
Joni Rusmanto
Universitas Palangka Raya
8 PUBLICATIONS 4 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Joni Rusmanto on 29 April 2018.
GERAKAN SOSIAL
Sejarah Perkembangan Teori
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
Penulis :
Joni Rusmanto
© 2013
Diterbitkan Oleh:
Bekerjasama dengan
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
ISBN : 978-602-18597-8-0
Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan seba-
gian atau seluruh isi buku ke dalam bentuk apapun, secara elektronis maupun mekanis,
termasuk fotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis
dari Penerbit. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Hak Cipta, Bab XII Keten-
tuan Pidana, Pasal 72, Ayat (1), (2), dan (6)
Daftar isi
III
Pengantar Penulis
Buku yang berjudul, “Sejarah Perkembangan Teori
Gerakan Sosial; antara Kekuatan dan Kelemahannya” Bahan
Bacaan untuk Pemula”, merupakan sebuah tulisan kecil yang
menyuguhkan sejarah dan dinamika studi gerakan sosial,
konteks sosial politik fenomena yang melahirkan gerakan,
latar pemikiran dan keilmuan yang mempengaruhinya teoritisi
gerakan, perspektif dan teori yang digunakan oleh teoritisi,
berbagai kekurangan dan kelemahan setiap paradigma hingga
ke perkembangan terakhir dari studi gerakan sosial masa kini
(state of the art).
Sistematisasi tema ini penting, sebagai frame logic untuk
melakukan sebuah pemetaan studi gerakan sosial dalam
keanekaragaman perspektif, sehingga titik tolak konstruksi
perspektif dan teori studi gerakan sosial itu dapat dipahami
secara utuh dan lengkap. Mulai dari teori yang didiskusikan
dan diperdebatkan oleh para teoritisi semula, hingga ke
perkembangan akhir studi pada masa kini. Karena setiap
paradigma studi gerakan sosial, satu sama lain dalam sejarah
perkembangannya saling mengisi kekurangan masing-masing
dan kekurangan paradigma yang dibangun itu menjadi sebuah
kekuatan baru dalam teori itu, dan kekuatan paradigmatik
semacam ini dapat dipandang sebagai sebuah konstruksi teori
yang dianggap lebih adekuat dari paradigma sebelumnya.
Demikian sesungguhnya yang terjadi dalam sejarah dinamika
studi gerakan sosial itu.
Oleh karenanya, dalam tulisan singkat yang sederhana
ini, disuguhkan tentang sejarah studi gerakan sosial periode
klasik atau yang lebih popular disebut paradigma klasik dan
neoklasik. Periode lama studi gerakan sosial ini mendapatkan
pengaruh pemikiran dari perspektif psikologi sosial klasik. Ciri-
ciri mendasar perspektif psikologi sosial dalam studi gerakan
sosial klasik, di mana asumsi dasar yang dibangun oleh para
IV
peneliti dalam studi adalah memahami perilaku individu yang
mengambil bentuk dalam tindakan atau aksi bersifat irasional.
Para individu yang ambil bagian dalam sebuah gerakan
dalam bentuk kelompok aksi seperti pemberontakan (revolt),
kerusuhan rakyat (riots), dan huru hara politik (mob) dan
sebagainya. Merupakan entitas orang-orang yang berperilaku
tidak rasional, tujuan dan motivasi yang ingin dicapai dalam
gerakan tidak jelas, para aktor gerakan bukanlah pada individu,
melainkan kumpulan orang-orang yang mengabungkan
diri dalam aksi kelompok yang anarkis, kejam, sadis, suka
membunuh, mengeroyok bahkan kadang-kadang tidak segan-
segan sebagai kelompok yang suka membunuh dan seterusnya.
Jadi, gambaran para peneliti paradigma studi gerakan sosial
lama ini memahami perilaku sebagai kolektivitas yang liar
(crowd) dalam perilaku kolektif (collective behavior) pada sebuah
gerakan yang terjadi di masyarakat.
Paradigma studi gerakan sosial perspektif psikologi sosial
klasik itulah yang selanjutnya dikaji kembali oleh paradigma
studi gerakan sosial baru~GSB (New Social Movement). Menurut
paradigma ini fenomena gerakan sosial yang terjadi sekitar
tahun 1960 lebih tepat memasuki tahun 1970-an, di Eropah dan
Amerika, perilaku individu maupun kolektif dalam berbagai
gerakan yang terjadi adalah aksi yang bukan lagi kumpulan
orang-orang yang berperilaku irasional sebagaimana yang
dipahami dalam paradigma klasik di atas. Melainkan terdiri-
dari individu-individu sebagai anggota gerakan sebagai
kumpulan orang-orang yang berpikiran rasional dan waras
dan aksi gerakan yang dilakukan diperhitungkan secara
matang, para aktor dan anggota gerakan adalah orang-orang
yang jelas, memiliki wawasan luas dan visi ke depan yang
jelas serta diperhitungkan secara matang dalam gerakan yang
dilakukan.
Perlu pembaca ketahui bahwa, tulisan ini hanyalah
sekedar bahan ringan yang sifatnya memperkaya keaneragaman
V
eksositas mengenai dinamika studi gerakan sosial yang ada.
Karya yang tidak melebihi dari tulisan-tulisan yang ada,
karena hasil ramuan yang dikumpukan secara amatiran
dari beberapa catatan kecil, tugas-tugas formal Matakuliah
Penunjang Disertasi (MkPD), yang belum selesai didiskusikan
dengan para dosen pengasuh matakuliah ini. Oleh karena itu,
maka karya ini tidak dapat dihindari dari berbagai kekurangan
dan kelemahan yang ada. Semoga bermanfaat,. dan selamat
membaca.
Penulis
VI
Data Penulis
VII
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
S
ejarah Perkembangan 0. Pendahuluan
Teori Gerakan Sosial; Berbagai hasil studi
antara Kekuatan dan tentang gerakan sosial di-
Kelemahannya pengaruhi oleh beragamnya
paradigma yang digunakan
Bahan Bacaan untuk Pemula
untuk memahami fenomena
gerakan sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat. Beragam
varian teoritik dan pendekatan perspektif tidak muncul
dengan sendirinya, melainkan dikonstruksi berdasarkan
dinamika bentuk dan model gerakan yang terjadi di masyarakat.
Dinamika sosial gerakan inilah yang kemudian melahirkan
komunitas-komunitas intelektual studi terhadap gerakan
sosial dengan beragam perspektif yang kemudian di antaranya
saling mempengaruhi satu dengan lain. Paradigma adalah
sebuah pendekatan yang digunakan oleh para ilmuwan
untuk memahami sebuah pokok persoalan di bidang ilmu
pengetahuan yang mereka geluti (Kuhn, 1962).
Sebuah paradigma dalam dimensinya memiliki kekuatan
dan kelemahan pada dirinya sendiri. Sebuah paradigma yang
adekuat pada masanya, kemudian pada kesempatan lain telah
ditemukan berbagai kelemahannya. Paradigma yang lebih
adekuat ini dibangun berdasarkan temuan-temuan baru,
konstruksi dan analisa yang berbeda berdasarkan data-data
penelitian yang diperoleh peneliti gerakan sosial atas berbagai
karakteristik fenomena gerakan masyarakat yang terus
menerus mengalami gejala perubahan tersendiri.
Irama pergeseran paradigma di dalam cabang sosiologi
gerakan sosial itu rumit, karena setiap sumber perubahan
memiliki arahnya sendiri yang kurang lebih (tetapi tidak
seluruhnya) lepas dari yang lain. Akan tetapi, tiga tahapan
yang khas dapat diperlihatkan. Setiap tahapan punya tema-
tema yang khas terkandung di dalam ungkapan-ungkapan
kuncinya, objek risetnya, metodologi risetnya dan orientasi-
1
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
2
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
I
Perspektif studi Studi gerakan sosial
klasik maupun neoklasik
gerakan sosial merupakan studi gerakan sosial
tradisi klasik yang terbilang relatif lama. Pada
dan neoklasik periode ini penekanan utama
(lama) pada unsur-unsur irasionalitas
perilaku kolektif (collective
behavior) menjadi perhatian yang mendasar di dalam berbagai
kajian gerakan sosial. Oleh karenanya, tidaklah mengherankan
jika periode ini oleh sejumlah analis disebut periode klasik
(McAdam, 1987, Mayer, 1991), atau periode tradisional
(McCarthy & Zald, 1979; Jengkins, 1982).
Pada tahun 1930-an hingga memasuki era tahun 1960an
studi gerakan sosial lebih difokuskan pada perspektif teori
psikologi sosial, termasuk juga sebagai reaksi terhadap
popularitas psikonalisis dan pengaruh “dunia nyata”
Nazisme, fasisme, Stalinisme, tindakan main hakim sendiri
misalnya dengan mengeroyok atau membunuh, termasuk juga
kerusuhan-kerusuhan yang berbau ras. Menurut R. Mirsel,
pada tahapan pertama ini teori gerakan sosial meneliti asal-usul
irasional dari setiap gerakan yang muncul di bawah beberapa
pemikiran yang saling berhubungan seperti dalam berbagai
unit analisis kajian pada tema misalnya perkumpulan massal
(mass society) dan tingkahlaku kolektif (collective behavior)
(Robert Mirsel, 2004:21).
Secara umum studi gerakan sosial klasik berorientasi
pada teori-teori psikologi sosial, yang menurut Rajendra Singh,
merupakan ciri khas perspektif gerakan sosial klasik walaupun
kemudian mendapat dimensi baru dalam studi gerakan sosial
tradisi neoklasik. Hal yang paling mendasar dalam tradisi
klasik bahwa sebagian besar studi dalam perilaku kolektif
(collective behavior), diarahkan pada berbagai bentuk perilaku
kelompok kerumunan yang disebut crowd, dan crowd di sini
merupakan kolektivitas yang liar, haus darah, rasional seperti
3
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
4
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
5
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
6
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
7
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
8
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
9
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
10
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
11
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
12
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
13
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
14
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
15
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
16
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
17
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
18
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
19
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
20
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
21
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
22
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
23
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
24
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
25
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
26
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
27
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
28
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
29
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
30
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
31
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
structure).
Paradigma ketegangan struktural Gurr tentang teori relative
deprivation mengandung kelemahan mendasar karena gagal
mempertimbangkan bagaimana para individu mengalami
perampasan sebagai yang tertanam dalam struktur sosial
yang lebih luas. Masyarakat yang paling lemah dan orang-
orang yang terpinggirkan biasanya kurang tepat diposisikan
sebagai yang terlibat dalam tindakan-tindakan politik
yang sangat beresiko. Kurangnya jaminan secara ekonomi
dan tidak adanya pendapatan, mereka tidak mampu
mengambil banyak risiko. Menghadapi diskriminasi dari
mayoritas lebih kuat, mereka mungkin berusaha untuk
tetap terlihat atau juga untuk terlibat namun dalam bentuk
perlawanan simbolis sebagai suatu upaya dan mekanisme
mereka untuk tetap bertahan.
Struktur peluang politis (political opportunity structure)
atau bentuk lembaga-lembaga politis adalah faktor utama
di dalam perilaku gerakan yang kemudian bisa saja
memaksa strategi-strategi gerakan untuk mengikuti pola
yang tergaris dalam struktur tersebut. Dalam konteks
ini, kelemahan mendasar Gurr adalah hanya membatasi
struktur peluang politis sebagai faktor utama, dan ia
tidak melihat keanekaragaman faktor lain yang dapat
mempengaruhi atau memunculkan dinamika perilaku
gerakan serta strategi-stategi yang kemungkinan diambil
oleh para individu dalam gerakan.
Paradigma ketegangan struktural terlalu berlebihan dan
tendensius memformulasikan struktur yang bersifat eksis
secara obyektif, struktur obyektif cuma konstruksi dalam
angan-angan para pengikut sebuah gerakan, entah persepsi
tentang ketegangan dan tujuan sebuah gerakan rasional
atau tidak, atau bentuk simbolis mana yang diberikan oleh
pengikut sebuah gerakan kepada ketegangan yang ada.
Dalam paradigma ketegangan struktural khususnya pada
32
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
33
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
34
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
35
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
36
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
37
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
38
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
39
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
40
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
41
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
Kelemahan perspektif
Paradigma ini menempatkan aksi kolektif (collective action)
cenderung diperas menjadi teori pasar dan konsumerisme.
Misalnya asumsi Olson tentang The Logic of Collective Action
1965, menjelaskan bahwa para aktor yang termobilisasi
ke dalam aksi kolektif adalah dia yang layaknya atom
terurai terpisah sendiri-sendiri dan pada umumnya tak
terorganisir, jadinya layak dipertanyakan. Pandangan
Olson ini mengandung kelemahan, ternyata pada
kenyataan hidup sehari-hari individu-individu telah siap
hidup dan beraksi dalam kelompok-kelompok solider.
Paradigma ini menempatkan para individu yang
42
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
43
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
44
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
45
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
46
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
47
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
48
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
49
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
50
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
51
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
52
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
53
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
54
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
III
Kesimpulan Ciri khas paling mendasar
dalam tradisi klasik dan neoklasik
adalah bahwa sebagian besar studi dalam perilaku kolektif
(collective behavior), dipahami dalam bingkai konseptualisasi
teoritik (frame of logic) analisis pada fenomena perilaku
kerumunan (crowd). Crowd merupakan kolektivitas yang
irasional, liar, haus darah yang muncul dalam berbagai aksi
atau tindakan; kerusuhan (revolts) huru-hara (mob), keributan
dan kerisauan (riots) hingga kepada pemberontakan (rebels).
Konseptualisasi pemikiran itu ditemukan dalam karya para
psikolog sosial klasik seperti, Gustav LeBon, The Crowd, (1987),
Gabriel Tarde, The Laws of Imitation, (1903), karya William
Mac Dougall, The Group Mind (1920), karya E.D. Martin, The
Behaviour of Crowd (1929).
Para peneliti perspektif ini mengajukan pertanyaan
mendasar, mengapa dan bagaimana individu-individu
menggabungkan diri dalam sebuah gerakan, dan pada
ciri-ciri yang khas yang membedakan individu-individu
yang terlibat pada sebuah gerakan dari mereka yang tidak
terlibat. Kekuatan-kekuatan kultural menjadi riil dan dapat
diteliti secara empiris takkala mereka dialih bentukan ke
dalam motivasi, predisposisi, dan kecendrungan pribadi. Konsep
mengenai kepribadian, merupakan cara yang bermanfaat dan
sahih guna memperlihatkan konsistensi di dalam motivasi,
perilaku, keyakinan, dan predisposisi individu. Konsistensi ini
kemudian tetap terus bertahan lintas waktu dan lintas peran-
peran sosial.
Demikian juga persoalan yang menyangkut ideologi
sebagai yang menjadi keyakinan para peserta terlibat dalam
sebuah gerakan yakni sistem kepercayaan yang dibangun,
dipahami bersifat sekunder, dan elemen yang terdeterminasi
ketimbang elemen penentu. Dalam konteks ini, keyakinan-
keyakinan para individu dibentuk oleh kepribadian, yakni
55
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
56
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
57
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
58
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
59
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
lengkap dan telaten, pada kurun waktu abad ke-18 s.d bad ke-
20 dalam sejarah Perancis dan Inggris. Para sejarawan sosial
telah berhasil menerangkan crowd dalam cetakan konseptual
baru bersama-sama, dan hal ini ditemukan dalam beberapa
hasil penelitian seperti; Singha Roy dalam The Crown in the
French Revolution, (1959) dan The Study of Popular Disturbances in
the Pre-Industrial Age; Historical Studies, (1963), Lars Rudebeck,
dalam When Democracy Makes Sense, (1992), Charles Tilly,
et.al dalam The Rebelious Century, 1830-1930, (1975), dan E.P
Thompson dalam The Making of the English Working Class, (1981)
dan sebagainya.Rajendra Singh, 2010:117).
Dalam konteks ini, perspektif analisa para sejarawan,
crowd diperlakukan sebagai entitas sosial bertujuan dengan
suatu alasan untuk ada, dan suatu peran untuk bertindak dalam
sejarah. Berdasarkan bukti dalam hasil penelitiannya tentang
sejarah Perancis dan Inggris, George Rude menyatakan bahwa
crowd bukanlah abstraksi tidak berwujud, melainkan ia terdiri
dari orang-orang. Dalam konteks, analisanya terhadap data
sejarah tersebut, ia membedakan antara gejolak masyarakat
pra industri dengan masyarakat industrial dalam masyarakat
di dunia negara itu. Menurutnya gejolak pra industri dicirikan
oleh kerusuhan pangan (foot riots), gerakan milenarian, dan
pemberontakkan petani (peasant revolt). Sedangkan gejolak
industrial ditandai dengan pemogokan, demonstrasi dan
pertemuan massa publik berjangkauan ke depan. Singkat
kata, dalam menanggapi keberadaan entitas crowd yang tidak
berkewajahan, George Rude menyatakan sebagai berikut:
“peran yang dimainkan oleh petani dan penduduk desa di
Inggris, kecendrungan khusus para pemintal dan penambang
untuk menghancurkan mesin dalam pertikaian industrial di
Inggris,...bagian yang dimainkan kaum perempuan dalam
perjalanan tertentu Revolusi Perancis, peran petani dan buruh
tani dalam kerusuhan (riot) pedesaan Inggris..dan seterusnya”
(George Rude, 1964:194). Studi-studi mereka ini, menunjukkan
60
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
61
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
62
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
63
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
64
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
65
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
66
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
67
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
68
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
69
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
70
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
71
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
72
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
73
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
74
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
75
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
76
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
77
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
78
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
79
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
80
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
81
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
82
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
83
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
84
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
85
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
86
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
87
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
4 Pragmatisme
88
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
5 Kesimpulan
89
Sejarah Perkembangan Teori Gerakan Sosial;
Antara Kekuatan dan Kelemahannya
baik, akan tetapi ada salah satu cara untuk membalikkan itu
yakni melalui debat teoritis dan sintesis. Misalnya, Collins
(1998), menunjukkan bahwa perjuangan antara beberapa
paradigma yang berbeda adalah situasi bermanfaat bagi
disiplin akademik. Artinya, jika kita mengabaikan teori dalam
studi gerakan sosial, maka kita akan membuat lebih banyak
kesalahan konseptual. Akan tetapi cara yang paling produktif
untuk melakukan teori hari ini mungkin untuk menghindari
teori-teori besar dan berkonsentrasi pada hal yang kecil.
Singkat kata, menurutnya, sebuah teori yang eksplisit tetapi
aksi atau tindakan yang realistis agar dapat membantu kita
mendapatkan sedikit hal yang benar.
90
Sumber Bacaan