Anda di halaman 1dari 21

1

Tugas Makalah Revisi

SEJARAH PERUBAHAN SISTEM PEMERINTAHAN


(MULAI MASA NABI MUHAMMAD SAW HINGGA TURKI USMANI)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Agama dan Ilmu Kemanusiaan

Di Susun Oleh:
Dwi Pratiningsih
NIM: 25131764-2

Dosen Pengasuh:
Prof. M. Hasbi Amiruddin, MA

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) AR-RANIRY
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2014
2

KATA PENGANTAR

Ahamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia
yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan
salam kepada Rasulullah SAW yang telah mengeluarkan manusia dari alam kejahilan
dan kebidaban menuju ke alam berpengetahuan dan berakhlak mulia serta telah
berhasil memperjuangkan emansipasi kami kaum hawa.
Menyusun makalah merupakan suatu tuntutan yang harus kami kerjakan
untuk menunaikan tugas sebagai mahasiswa. Adapun judul yang penulis dapatkan
yaitu Sejarah Perubahan Sistem Pemerintahan Mulai pada Masa Nabi Muhammad
SAW Hingga Turki Usmani.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menghadapi berbagai hambatan
yang disebabkan oleh keterbatasan ilmu yang penulis miliki, namun berkat
pertolongan Allah serta bantuan dari berbagai pihak penulis telah dapat
menyelesaikan dengan sebaik mungkin. Penulis menyadari, walaupun makalah ini
dipersiapkan semaksimal mungkin, namun sebagai insan yang sarat dengan
kelemahan dan keterbatasan sudah tentu terdapat kepincangan dn kekurangan dalam
penyusunan. Oleh karena itu kritikan dan saran yang positif dan konstruktif dari
semua pihak sangat kami harapkan dalam rangakaian penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya hanya kepada Allah hamba berserah diri, kiranya apa yang kami
rencanakan dapat terlaksana sebagaimana mestinya. Amin...

Meureudu, 11 Juli 2014

Dwi Pratiningsih
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Bentuk Sistem Pemerintahan dalam Islam......................................................3
1. Sistem Pemerintahan pada masa Nabi Muhammad SAW..........................3
2. Sistem Pemerintahan pada Masa Khulafaurrasyidin..................................5
3. Sistem Pemerintahan pada Daulah Umayyah.............................................7
4. Sistem Pemerintahan pada Masa Turki Utsmani........................................8
B. Perubahan Sistem Pemerintahan.....................................................................11
1. Penyebab berubahnya kekuasaan dari sistem khalifah ke monarki............11
2. Penyebab perubahan sistem pemerintahan Turki Usmani..........................13
BAB III KESIMPULAN.......................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah secara bahasa berarti pohon diambil dari bahasa arab syajaroh yang
mengandung konotasi geneologi yaitu pohon keluarga, yang menunjuk kepada asal
usul sesuatu marga. Dalam bahasa inggris history (istoria) yaitu ilmu pengetahuan
yang disusun secara kronologis, menganai hal ikhwal manusia, dengan demikian
sejarah dalam arti khusus adalah masa lampau umat manusia.1
Begitu juga dengan Islam yang sampai kepada kita sekarang ini merupakan
lanjutan proses sejarah umat sebelumnya dalam kurun waktu yang begitu panjang,
maka perlu dipelajari sebagai cerminan untuk dijadikan pedoman bagi masa kini dan
masa mendatang.
Islam adalah sistem peradaban yang sempurna meliputi urusan agama dan
duniawi, sebab Islam menghimpun keduanya baik dari segi rohani maupun
jasmaniah. Nabi Muhammad SAW telah mendirikan agama dan negara sekaligus.
Islam merupakan sistem agama dan politik. Tugas nabi Muhammad sebagai rasul
adalah pertama menyampaikan risalah (selama di Mekah) dan yang kedua sebagai
pemimpin kaum muslim atau kepala negara (selama di Madinah). Setelah wafatnya
nabi kepemimpinan dilanjutkan Khulafa Al-Rasyidun dengan memakai istilah
khalifah Namun pasca Khulafa Al-Rasyidun tepatnya di masa Dinasti Umayyah
terjadilah cara pemilihan khalifah berdasarkan sistem kerajaan dan mulailah terjadi
gesekan-gesekan antar umat Islam sehingga terjadinya gerakan-gerakan politik,
intrik-intrik politik, ambisi kekuasaan. Dari sinilah terjadinya sistem pemerintahan
yang sangat berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, dari demokratis menjadi
minorki (kerajaan).

1
Nourouzzaman, Menguak Sejarah Muslim; Suatu Kritik Metodologis, (Yogyakarta: PLP2M,
1985), h. 9.
5

Dalam makalah ini penulis membahas penyebab dari perubahan sistem


pemerintahan tersebut. Namun pembahasan ini hanya dibatasi mulai dari sistem
pemerintahan pada masa Nabi Muhammad SAW sampai Turki Usmani.
B. Rumusan Masalah
Adapan permasalahan yang dibahas pada pembahasan kali ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa sajakah bentuk pemerintahan dalam Islam?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perubahan sistem pemerintahan bila
ditijau dari segi politik, sosial dan perkembangan Tehnologi?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahu bentuk-bentuk sistem pemerintahan dalam Islam.
2. Untuk mengetahui faktor perubahan bentuk sistem pemerintahan dalam Islam
bila ditinjau dari segi politik, sosial dan perkembangan Tehnologi.
6

BAB II
PEMBAHASAN

A. Bentuk Sistem Pemerintahan dalam Islam


1. Sistem Pemerintahan pada masa Nabi Muhammad SAW.
a. Periode Mekkah
Pada saat usia Nabi menjelang empat puluh tahun, beliau sering
berkontempelasi di gua Hira yang berjarak kira-kira 3,5 mil atau hampir 6 km di
sebelah utara Makkah. Ditempat itulah wahyu pertama turun sebagai pembuka babak
baru atas kenabiannya. Pada periode awal yang berjalan kira-kira belasan tahun ini,
dakwah mula-mula dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan lebih terfokus pada
ajakan untuk mengesakan Tuhan, mensucikan jiwa dan anjuran untuk melakukan
shalat. Dan Nabi pun melaksanakan shalat secara sembunyi-sembunyi bersama para
sahabatnya.2
Tiga tahun setelah kerasulan beliau, turunlah perintah untuk mengumumkan
ajaran Islam secara terang-terangan. Berdasarkan perintah tersebut beliau
mengundang kerabat-kerabat beliau untuk menghadiri jamuan makanan sambil
berdakwah mengajak mereka untuk menyembah kepada Allah. Setelah menyeru
keluarga-keluarganya, objek seruan Islam diperluas lagi dengan menyeru seluruh
penduduk kota Makkah yang dilakukannya di atas bukit Shafa. Namun kegiatan yang
dilakukan oleh nabi tersebut tidak berjalan lancar, karena sebagian kaum Quraisy
selalu menghalangi pergerakan Nabi. Semakinbaertambah banyaknya pengikut Nabi,
maka semakin menambah kegusaran kaum Quraisy. Dari kegusaran itu mereka terus
berupaya menentang Islam dan mengintimidasi pengikutnya. Oleh karena itu Nabi
dan para pengikutnya sering melakukan hijrah karena hijrah merupakan salah satu
langkah nabi melindungi pengikutnya dari perlakuan jahat kaum Quraisy.3

2
Bandri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), h. 18-
19.
3
Bandri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,..., h. 20-21.
7

Sekilas gambaran di atas dapat menunjukkan bahwa situasi di Makkah pada


periode ini belum dapat menunjukkan atas terbentuknya masyarakat politik dalam
frame negara. Karena pada kenyataannya mereka digunakan untuk menerapkan
undang-undang yang mereka sepakati bersama. Atau dapat kita katakan bahwa pada
era ini orang-orang Islam belum dapat memperoleh kedaulatannya secara penuh.
Didukung lagi dengan faka bahwa ayat-ayat yang bersifat praktis dan politis nyaris
tidak ada yang diturunkan pada era ini.
b. Periode Madinah
Berbeda dengan periode Mekkah, pada periode Madinah Islam merupakan
kekuasaan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat
banyak turun di Madinah.4 Peran Nabi Muhammad Saw. di Madinah bukan hanya
sebagai seorang penyeru semata, melainkan juga sebagai seorang pemimpin
masyarkat dan kepala negara. Saat Nabi Muhammad SAW menjadi pemimpin negara
Madinah, beliau sendiri tidak memberikan nama jabatannya sebagai apa, demikian
juga masyarakat Madinah sendiri tidak memanggilnya sebagai apa, kecuali umat
Islam yang menganggapnya sebagai Nabi dan Rasulullah.5
Dalam rangka menuai sukses di dua bidang tersebut, ada beberapa langkah
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw yaitu Mendirikan masjid sebagai sentral
dan perkembangan kebudayaan, Mempersatukan Kaum Muslimin dalam Ikatan
Persaudaraan, Membangun Masyarakat Bernegara dengan Dukungan Seluruh Elemen
Masyarakat dengan Tanpa Menghiraukan garis keturunan dan agama, dan meletakkan
dasar-dasar politik, ekonomi dan sosial untuk masyarakat baru.6
Kemudian ada beberapa hal yang patut diperhatikan terkait corak
kepemimpinan Nabi yaitu:
a. Adanya musyawarah yang dilaksanakan oleh Nabi bersama para sahabat
baik secara terbuka maupun secara terbatas, terutama hal-hal yang

4
Bandri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,..., h. 25
5
Hasbi Amiruddin, Republika Umar bin Khattab, (Yogyakarta: Total Media, 2010), h. 30.
6
Tim Penulis, Sejarah Peradaban Islam, (B. Aceh: PSW IAIN Ar-Raniry, 2009), h. 50-51.
8

berhubungan dengan kepentingan masyarakat umum dan tidak diatur oleh


wahyu.7
b. Dalam melaksanakan keputusa-kputusan hukum, misalnya eksekusi
hukuman, memeberi pengajaran kepada masyarakat dan juga dalam
memimpin perang, beliau memeberi kuasa kepada sahabat-sahabatnya.8
c. Apabila beliau keluar kota untuk beberapa lama, misalnya untuk
keperluan peperangan, beliau senantiasa mengangkat 'amil atas kota
Madinah

Dengan data tersebut diatas,dapat disimpulkan bahwa:


a. Pemerintahan Nabi saw bukanlah pemerinthan otokrasi, sekalipun
ditangannya terletak kekuasaan tertinggi.
b. Dalam menjalankan pemerinthan, ia dibantu oleh staf yang berfungsi sebagai
anggota musyawarah dan juga sebagai eksekutor.
c. Nabi Muhammad saw memberi kemugkinan pemisahan kekuasaan
pemerintahan.

2. Sistem Pemerintahan pada Masa Khulafaurrasyidin


Setelah Nabi Muhammad saw wafat, perannya sebagai rasul tidak dapat
diganti oleh para sahabat. Karena penunjukan Rasul merupakan otoritas Tuhan. Yang
dapat diteruskan oleh mereka adalah jabatannya sebagai kepala pemerintahan. Atas
dasar inilah, maka kepala negara pasca Rasul disebut khalifah, yang berarti pengganti
dan penerus Rasul.9

7
Ini terbukti dari peristiwa Hudaibiyah, dimana saat itu terjadi persengketaan dengan
pendududk Mekkah. Nabi Muhammad tidak mengambil keputusan secara pribadi tetapi melakukan
musyawarah/perundingan dengan sahabat dan pihak Mekkah, lihat di Bandri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam,..., h. 30.
8
Salah satunya terlihat pada beberapa peristiwa peperangan, Nabi sering mengutus para
sahabat untuk memimpin peperangan salah satunya yaitu Khalid bin Walid, lihat di Bandri Yatim,
Sejarah Peradaban Islam,..., h. 28.
9
Hasbi Amiruddin, Republika Umar bin Khattab, ...,h. 27.
9

Khalifah yaitu penerus Nabi SAW dan makna ini memberikan arahan
khilafah, karena penerus Nabi yaitu yang berjalan pada tapak tilas (sirah)nya dan juga
baginya kekuasaan penuh. Yang meletakkan sistem khilafah ini adalah Abu Bakar
melalui proses syura dari para sahabat, bahkan seluruh tatanan yang ada dibuat
melalui musyawarah dan mengambil pendapat para sahabat.10
Harus diakui ada beberapa kasus dan peristiwa pada masa Khalifah Usman
dan Ali yang tidak menyenangka, tapi perlu dicatat secara umum mengenai beberapa
hal yang dicontohkan oleh khulafa Al-Rasyidin dalam memimpin negara Madinah.
Pertama, mengenai pengangkatan empat orang sahabat Nabi terkemuka itu menjadi
Khalifah dipilih dan di angkat dengan cara yang berbeda, yaitu:11
1. Pemilihan bebas dan terbuka melalui forum musyawarah tanpa ada seorang
calon sebelumnya. Karena Rasulullah SAW tidak pernah menunjuk calon
penggantinya. Cara ini terjadi pada musyawarah terpilihnya Abu Bakar
dibalai pertemuan TsaqifahBani Syaidah.
2. Pemilihan dengan cara pencalonan atau penunjukan oleh khalifah sebelumnya
dengan terlebih dahulu mengadakan konsultasi dengan para sahabat
terkemuka dan kemudian memberitahukan kepada umat Islam, dan mereka
menyetujuinya. Penunjukan itu tidak ada hubungan keluarga antara khalifah
yang mencalonkan dan calon yang di tunjuk. Cara ini terjadi pada penunjukan
Umar oleh khalifah Abu Bakar.
3. Pemilihan team atau Majelis Syura yang di bentuk khalifah. Anggota team
bertugas memilih salah seorang dari mereka menjadi khalifah. Cara ini terjadi
pada Usman melalui Majelis Syura yang dibentuk oleh khalifah Umar yang
beranggotakan enam orang.
4. Pengangkatan spontanitas di tengah-tengah situasi yang kacau akibat
pemberontakan sekelompok masyarakat muslim yang membunuh Usman.
10
Yusuf al-‘Isy, Dinasti Umawiyyah, terj. Iman Nurhidayat dan Muhammad Khalil, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2007), h. 9.
11
Hasbi Amiruddin, Konsep Negara Menurut Fazlur Rahman, (Yogyakarta: UII Press, 2000),
h. 72.
10

Cara ini terjadi pada Ali yang dipilih oleh kaum pemberontak dan umat Islam
Madinah.
Kedua, Pemerintahan Khulafaur Rasyidin tidak mempunyai konstitusi yang
dibuat secara khusus sebagai dasar dan pedoman penyelenggaraan pemerintahan.
Undang-undang nya adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul ditambah dengan hasil
ijtihad khalifah dan keputusan Majelis Syura dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang timbul yang tidak ada penjelasannya dalam nash syariat. Ketiga, Pemerintahan
Khulafaur Rasyidin juga tidak mempunyai ketentuan mengenai masa jabatan bagi
setiap khalifah. Mereka tetap memegang jabatan itu selama berpegang kepada syariat
Islam.12 Keempat, dalam penyelenggaraan pemerintahan negara Madinah Khulafaur
Rasyidin telah melaksanakan prinsip musyawarah, prinsip persamaan bagi semua
lapisan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, prinsip kebebasan berpendapat,
prinsip keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat.13 Kelima, dasar dan pedoman
penyelenggaraan pemerintahan negara Madinah adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul,
hasil ijtihad penguasa, dan hasil keputusan Majelis Syura.
Karenanya corak negara Madinah pada periode Khulafaur Rasyidin tidak jauh
berbeda daripada zaman Rasulullah.

3. Sistem Pemerintahan pada Daulah Umayyah


Bani Umayyah adalah kekhalifahan Islam pertama setelah masa Khulafaur
Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya, serta
dari 756 sampai 1031 di kordoba, spanyol. Nama dinasti ini diambil dari nama tokoh
Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama bani umayyah
yaitu Muawiyah I. Masa keKhilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu
dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abi Sufyan ra dimana pemerintahan
yang bersifat Islamiyyah berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun
temurun), yaitu setelah al-Hasan bin 'Ali ra menyerahkan jabatan kekhalifahan
12
Hasbi Amiruddin, Konsep Negara Menurut Fazlur Rahman,..., h. 73.

13
Hasbi Amiruddin, Konsep Negara Menurut Fazlur Rahman,..., h. 73.
11

kepada Mu‟awiyah Ibn Abu Sufyan ra dalam rangka mendamaikan kaum muslimin
yang pada saat itu sedang dilanda fitnah akibat terbunuhnya Utsman Ibn Affan ra
perang jamal dan penghianatan dari orang-orang al-khawarij dan syi'ah. Suksensi
kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah Ibn Abu Sufyan
mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid Ibn
Muawiyah. Muawiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Dia
memang tetap menggunakan istilah khalifah, namun dia memberikan interprestasi
baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya
"khalifah Allah" dalam pengertian "penguasa" yang diangkat oleh Allah.14
Sistem khilafah monarki terus berlanjut hingga kerajaan islam dipegang oleh
Turki Ustmani yang timbul di Istambul pada 699 H/ 1299 M yang dipimpin oleh
Ustman l yang kemudian dikenal sebagai dinasti Utsmaniyah. Dinasti ini memerintah
hingga 1342H/1924M dengan khalifah terakhir Abdul Hamid ll. Tak pelak lagi sejak
Dinasti Umaiyyah hingga Dinasti Utsmani, system pemerintahan Islam sudah sangat
jauh dari kekhalifahan yang berbasis syura menjadi khilafah monarki.15

4. Sistem Pemerintahan pada Masa Turki Utsmani


Kerajaan Turki Utsmani berdiri tahun 1281. Pendiri kerajaan ini adalah
bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah mongol dan daerah utara
negeri Cina, yaitu Utsman bin Erthogril.16 Nama Utsmani diambil dari kakek mereka
yang pertama dan pendiri kerajaan ini yaitu Utsman bin Erthogril bin Sulaiman Syah
dari suku Qayigh, salah satu cabang keturunan Oghus Turki.17
Sebelum berdirinya kerajaan Turki Utsmani, diawali dengan pengembaraan
Sulaiaman Syah ke Anatolia tetapi sebelum mencapai tujuan meninggal di Azerbaijan
kemudian kedudukannya digantikan putranya yang bernama Erthogril, dan akhirnya
14
Bandri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,..., h. 42-43.
15
Muhammad Yani, Dinamika Politik dan Pemerintahan Islam, dalam buku Dinamika
Sejarah Politik Islam dalam Periode Awal, (Yogyakarta: AK Group, 2007), h. 136.
16
Bandri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,..., h. 129.
17
Ajib Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta : PT
RajaGrafindo Persada, 2004), h. 182.
12

sampailah ke Anatolia dan diterima penguasa Seljuk, Sultan Alaudin yang sedang
berperang denganBizantium. Berkat bantuan dari Erthogril, pasukan Sultan Alaudin
mendapatkan kemenangan, sehingga Erthogril mendapat hadiah sebidang wilayah di
perbatasan Bizantium serta memberi wewenang mengadakan ekspansi. Sepeninggal
Erthogril, atas persetujuan sultan Alaudin, digantikan putranya yang bernama Utsman
yang memerintah Turki Utsmani antara tahun 1281-1324 M. Akibat serangan Mongol
terhadap Bagdad termasuk Seljuk yang terjadi pada tahun 1300 M menyebabkan
terbunuhnya Sultan Alaudin dan akibatnya dinasti ini terpecah-pecah menjadi
sejumlah kerajaan kecil. Dalam kondisi kehancuran Seljuk inilah Utsman mengklaim
kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya sekaligus
memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki Utsmani.18 Dengan Utsman sebagai raja
pertama yang sering disebut Utsman I.19
Raja-raja Turki Utsmani bergelar Sultan dan Khalifah sekaligus. Sultan
menguasai kekuasaan duniawi dan khalifah berkuasa di bidang agama atau
spiritual/ukhrawi. Mereka mendapatkan kekuasaan secara turun temurun. Tetapi tidak
harus putra pertama yang menjadi pengganti sultan terdahulu, bahkan dalam
perkembangannya pergantian kekuasaan itu juga diseerahkan kepada saudara sultan
bukan kepada anaknya.20
Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi dibantu oleh
shadr al a’zham (perdana menteri) yang membawahi pasya (gubernur) , dan gubernur
mengepalai daerah tingkat I. Dibawahnya terdapat beberapa orang al zanaziq atau al
‘alawiyah (bupati). Untuk mengatur pemerintahan negara , di masa sultan Sulaiman I
disusun undang-undang (qanun) yang bernama Multaqa al Abhur, yang menjadi
pegangan hukum bagi kerajaan Turki Utsmani sampai datangnya reformasi pada abad
ke 19. Karena jasa Sultan Sulaiman I, diujung namanya diberi gelar al Qanuni.21

18
Ajib Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam,..., h. 182.
19
Bandri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,..., h. 130.
20
Ajib Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam,..., h. 53.
21
Bandri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,..., h. 135.
13

Sampai pada akhirnya pada tanggal 3 maret 1924, dengan tokoh reformisnya
Mustafa Kemal Attaturk disebuah organisasi Turki Muda22, secara resmi menghapus
lembaga kesultanan dan khilafah dari bumi Turki dan memproklamsikan negara
Republik Turki, sebagai negara sekuler dalam konstitusi.23
Dari beberapa uraian tentang bentuk sistem pemerintahan di atas, maka dapat
kita ambil kesimpulan dengan mengutip pendapat Hasbi Amiruddin mengatakan
bahwa dimasa Nabi Muhammad negara yang dibentuk adalah berbentuk republik
yang unik, dikarnakan sulit ditamukan coraknya dalam teori yang ada yang pernah
dirumuskan oleh pakar politik. Selain itu Kekuasaan Nabi dibimbing tidak hanya oleh
kebijakan manusia, tetapi juga oleh wahyu Tuhan dan karenanyalah pemerintahan
Nabi tidak dapat ditiru tetapi hanya dapat diambil teladan. Pada masa
Khulafaurrasyidin, negara telah berbentuk Republik Demokratik, sementara awal
periode Bany Umayyah negara telah bercorak monarki absolut. Kendatipun disini
disebut monarki absolut, tetapi tidak sama dengan tradisi diluar Islam yang semua
persoalan berdasarkan titah raja. Setidaknya hakim agama ataupun qadhi yang
memutuskan hukum.24 Kemudian di Turki Usmani kendatipun negaranya dalam
bentuk kerajaan ada yang menarik untuk diperhatikan bahwa di masa pemerintahan
Turki Utsmani negaranya dipegang oleh tiga pejabat penting yaitu, sulthan, wazir,
dan mufti. Dari gambaran dapat dikatakan bahwa walaupun negara berbentuk
kerajaan tetapi telah adanya pembagian kekuasaan dan karena itu kerajaan semacan
ini tidak dapat dikatakan kerajaan yang berkekuasaan absolut.25

B. Perubahan Sistem Pemerintahan


1. Penyebab berubahnya kekuasaan dari sistem khalifah ke monarki

22
Ahmad al- Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adab Hingga Abad XX, terj. Samson
Rahmat, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003), h. 372.
23
Ajib Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam,..., h. 161.
24
Hasbi Amiruddin, Republika Umar bin Khattab,...,h. 3.
25
Hasbi Amiruddin, Konsep Negara Menurut Fazlur Rahman,..., h. 76-77.
14

Secara Sosiologi perubahan sistem pemerintahan pada saat itu dikarnakan


perubahan tabiat kehidupan materi, masyarakat telah berpindah dari hidup yang susah
dan zuhud terutama pada awal-awal pemerintahan khulafaur rasyidin menjadi
masyarakat yang bergelimang kemewahan yang tidak sesuai dengan arah kebijakan
pemimpin pada saat itu. Perubahan dalam tatanan masyarakat dengan sebab
munculnya kaum Arab Badui dan orang-orang yang murtad pada masa dua khalifah
pertama dimarginalkan, munculnya mereka mempunyai pengaruh yang besar dalam
merubah keadaan masyarakat, terutama pada waktu terhentinya pembukaan daerah
untuk beberapa masa.26 Perubahan besar dalam masyarakat dengan juga disebabkan
munculnya generasi baru di masyarakat, mereka adalah bukan dari generasi sahabat
dan hidup tidak bersama sahabat sehingga sifat mereka tidak sama dengan sifat para
sahabat terdahulu, mereka menjadi generasi anarkis dan frontal, dengan tidak rela
dengan realita budaya yang dianut oleh generasi sahabat sebelumnya. Semua
perubahan tersebut telah membentuk masyarakat dengan cara berpikir yang baru dan
jauh sekali dengan cara berpikir para sahabat yang mendapat petunjuk, mereka tidak
memahami lagi rasionalitas berpikir dan tidak menjiwainya dalam menetapkan
keputusan-keputusan.27
Selain itu, hal ini juga disebabkan oleh telah meluasnya Islam keberbagai
daerah sehingga musyawarah yang seperti di Madinah tidak dapat dilaksanakan lagi
sehingga dibentuklah sistem warisan untuk mempermudah dan menghindari
perpecahan yang telah terjadi.28
Dengan adanya semua faktor-faktor diatas maka kekuasaan khulafaurrasyidin
sangat susah untuk bertahan lama, karena masyarakat baru dengan genarasi pemikiran
barunya baik Arab maupun bukan tidak dapat menyesuaikan dengan kekuasaan
khulafaurasyidin, sehingga kekuasaan harus digamti dengan corak modern beserta
pemikiran dan cara pandang hidupnya terhadap kehidupan. Kecenderungan
26
Yusuf Al-‘Isy, Dinasti Umawiyah, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar), h. 161.
27
Yusuf Al-‘Isy, Dinasti Umawiyah,..., h. 161.
28
Muhammad Yani, Dinamika Politik dan Pemerintahan Islam, dalam buku Dinamika
Sejarah Politik Islam dalam Periode Awal, (Yogyakarta: AK Group, 2007), h. 135.
15

masyarakat baru ini lebih menghendaki kekuasaan dipimpin oleh raja-raja yang masih
ada hungan kekeluargaan. Menurut mereka Muawiyahlah sosok yang tepat.
Tinjauan secara politik, berubahnya sistem pemerintahan tidak terlepas dari
persengketaan yang pernah terjadi antara Ali dan Mu’awiyah yang masih ada
pengaruhnya hingga setelah Mu’awiyah menjadi khlafah Umayyah. Pada masa itu
terdapat dua rezim yang berbeda yaitu pemerintahan Khilafaurrasyidah dan
pemerintahan Umayyah. Dari pemerintahan ini, beberapa daerah Arab bertikai, antara
Syam disatu pihak, Hijaz dan Irak di pihak lain. Masing-masing dari pihak ini
mempunyai sosok yang menurut mereka patut untuk dijadikan khalifah untuk
menggntikan Mu’awiyah tetapi mewakili akan kepentingan politik yang berbeda
dengan Mu’awiyyah, yaitu Ibnu Umar dari politik Hijaz, dan Ibnu Abbas cenderung
dengan politik Mu’awiyah tapi tidak ada dukungan di Syam, dan Abdurrahman bin
Khalid bin Walid cenderung politik Hijaz meskipun mempunyai pendukung di Syam.
Karena tidak ada yang mampu mewakili kepentingan politik Syam, jadi Mu’awiyyah
berpikir bahwa Yazidlah yang cocok untuk menjadi khalifah, hal itu juga didukung
karena menurut Mu’awiyah, Yazid tumbuh dan berkembang di Syam dan telah
dididik tentang kekuasaan dan jihad.29
Oleh karena itulah Mu’awiyyah meletakkan dasar Khilafah pada masa
pemerintahanya yaitu sesuai dengan keturunanya.
Bila ditinjauan dari sudut perkembangan Tehnologi, perubahan terjadi
dikarnakan sebelum kota Syam dijadikan pusat pemerintah, orang-orang Romawi
telah ikut menguasai mereka dalam waktu yang lama. 30 Persentuhan dua budaya ini
tentunya berpengaruh terhadap bidang pemerintahan, militer, ilmu pengetahuan dan
tehnologi. Adapun sistem pemerintahan Romawi pada saat itu adalah Absolutisme.
Kemudian pada masa itu Romawi juga terkenal dengan segi kemiliterannya yaitu
kecanggihan alat persenjataannya. Hal inilah yang membuat kota Syam lebih maju

29
Yusuf Al-‘Isy, Dinasti Umawiyah,..., h. 194-195.
30
Yusuf Al-‘Isy, Dinasti Umawiyah,..., h. 163.
16

dari kota lain yang ada didamaskus. Sehingga membuat daerah ini lebih cocok untuk
mengubah sistem pemerintahan.
2. Penyebab perubahan sistem pemerintahan di Turki Usmani
Bila ditinjau secara politik perubahan sistem pemerintahan disebabkan adanya
pemikiran dan gerakan perubahan sebagai upaya menyikapi kemunduran Turki
Usmani. Seperti pergerakan-pergerakan pada masa Tanzimat, tokoh-tokoh Usmani
Muda, dan Turki Muda yang berpandangan bahwa kemunduran Turki disebabkan
pada sistem pemerintahan dan militer. Perubahan sistem pemerintahan berubah
dikarenakan diantara tahun 1839-1871 M ada satu masa yang disebut dengan
Tanzimat dimana di masa ini terdapat beberapa usaha pembaharuan yang mengatur
dan menyusun serta memperbaiki struktur organisasi pemerintahan, sosial, ekonomi
dan kebudayaan. Pembaharuan yang dilaksanakan oleh tokoh-tokoh pembaharuan di
zaman Tanzimat tidaklah seluruhnya mendapat dukungan bahkan mendapat kritikan
baik dari dalam atau di luar Kerajaan Usmani karena gerakan-gerakan tanzimat untuk
mewujudkan pembaharuan didasari oleh pemikiran liberalisme Barat dan
meninggalkan pola dasar syariat agama, hal ini salah satu sebab yang utama sehingga
gerakan tannzimat mengalami kegagalan dalam usaha pembaharuannya.31
Pembaharuan juga dilakukan oleh Usmani Muda. Usmani Muda pada asalnya
merupakan perkumpulan manusia yang didirikan di tahun 1865 dengan tujuan untuk
mengubah pemerintahan absolut kerajaan Usmani menjadi pemerintahan
konstitusional. Tokoh-tokoh Usmani Muda ini Ketika berada di Eropa itulah banyak
pengalaman yang didapatkannya. Beberapa pemikirannya akhirnya menjurus kepada
usaha pembaharuan.  Usaha-usaha pembaharuannya antara lain, kerajaan Usmani
menurut pendapatnya harus dengan sistem pemerintahan konstitusional, tidak dengan
kekuasaan absolut. Beberapa tokoh dari gerakan itu membawa angin baru tentang
demokrasi dan konstitusional pemerintahan yang menjunjung tinggi kekuasaan rakyat
bukan kekuasaan absolut. Menurutnya negara Eropa maju disebabkan tidak terdapat

31
Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia
Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), h.19-21.
17

lagi pemerintahan yang absolut, semuanya dengan sistem pemerintahan


konstitusional. Menurutnya Turki saat ini mundur karena lemahnya politik dan
ekonomi. Untuk bisa memajukan ekonomi dan politik Turki harus ada perubahan
dalam sistem pemerintahan. Untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang ideal,
penguasa harus menjunjung tinggi kepentingan rakyat. Karena kepentingan rakyat
menjadi asas negara, maka negara mesti demokratis, yaitu pemerintahan yang
didasarkan atas dukungan dan kepentingan.32
Segera setelah kemenangan dari perundingan di Lausanne dapat dipastikan,
Mustafa Kemal menyatakan bahwa ia punya gagasan-gagasan baru mengenai
pembaruan Turki. Langkah pertama yang ia lakukan adalah menghapuskan
kesultanan, sementara khalifah tetap dipertahankan sebagai pemegang jabatan
keagamaan tanpa memiliki keuasaan politik. Kemal beralasan, ketika Khalifah
Abbasiyah telah kehilangan seluruh kekuasaannya pada masa-masa terakhir
pemerintahannya, ia tetap dianggap sebagai lambang persatuan dan kebenaran Islam.
Lagi pula dualisme dalam pemerintahan Turki harus segera diakhiri karena Konstitusi
1921 dengan jelas menyebutkan Majelis Agung Nasional adalah satu-satunya wakil
sah rakyat. Pada dasarnya, Kemal bisa mempertahankan kekhalifahan sebagai alat
bagi pengaruh Turki diantara negara Muslim, atau memperkuat mandat yang
diterimanya dengan legitimasi dari khalifah, disamping membebaskan Turki dari
implikasi internasional kekhalifahan. Namun, Kemal berpandangan bahwa negara
modern hanya dapat diwujudkan dengan pemutusan hubungan secara menyeluruh
dari lembaga politik dan sosial Islam yang lama. Kemal percaya bahwa negara
modern dapat ditopang oleh “agama rakyat”, sehingga yang diperlukan adalah
membentuk lembaga baru yang dapat mendorong pertumbuhan agama dan rakyat dan
mengembangkan tanggung jawab individual, tempat agama itu tumbuh.33

32
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam Bagian 3, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1999), h. 77-78.
33
Tim Penulis LESFI, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern,
(Yogyakarta: LESFI, 2002), H. 150-160.
18

Ditinjau Secara Sosial, perubahan sistem pemerintahan disebabkan oleh


berubahnya kondisi sosial kemasyarakatan yang disebabkan karena adanya interaksi
antara masyarakat dengan bangsa Eropa. Dalam mencari solusi terhadap kemunduran
Turki Usmani, mengirimkan para pemuda berbakat dan duta ke Eropa merupakan
salah satu solusinya. Tidak hanya pengiriman pemuda Turki, bangsa Eropa juga
sengaja didatangkan ke Turki dalam rangka melatih tenatara Turki dalam ilmu militer
modern.Selain itu didirikannya sekolah-sekolah pada masa Mahmud, sehingga siswa
diperkenalkan dengan ide-ide modern Barat dan filsafat tentang kebebasan
berkehendak.34Interaksi inilah yang kemudian mempengaruhui pemikiran para
masyarakat Turki terhadap pentingnya perubahan sistem pemerintahan.
Bila ditinjau dari Perkembangan Tehnologi, perubahan sistem
pemerintahannya disebabkan oleh salah satu penyebab kemunduruan kerajaan Turki
yaitu stagnasi bidang ilmu tehnologi. Kemajuan militer Turki Usmani yang tidak
diimbangi dengan ilmu dan tehnologi. Sementara itu pihak Eropa berhasil
mengembangkan tehnologi persenjataan. Maka ketika terjadi kontak senjata, pihak
Usmani berkali-kali menderita kekalahan. Menyadari akan perlunya bidang militer,
pembaharuan pun direalisasikan dengan pengiriman utusan ke Eropa dan dengan
mendirikan sekolah-sekolah militer.35

BAB III
KESIMPULAN

34
Tim Penulis LESFI, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern,..., h. 140.
35
K. Ali, Sejarah Islam dari Awal hingga Runtuhnya Dinasti Usmani (Tarikh PraModern),
( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), h. 374.
19

Dari pembahasan makalah diatas maka dapat diambil beberapa kesimpulan:


1. dimasa Nabi Muhammad negara yang dibentuk adalah berbentuk republik
yang unik, dikarnakan sulit ditamukan coraknya dalam teori yang ada yang
pernah dirumuskan oleh pakar politik. Selain itu Kekuasaan Nabi dibimbing
tidak hanya oleh kebijakan manusia, tetapi juga oleh wahyu Tuhan dan
karenanyalah pemerintahan Nabi tidak dapat ditiru tetapi hanya dapat diambil
teladan. Pada masa Khulafaurrasyidin, negara telah berbentuk Republik
Demokratik, sementara awal periode Bany Umayyah negara telah bercorak
monarki absolut. Kendatipun disini disebut monarki absolut, tetapi tidak sama
dengan tradisi diluar Islam yang semua persoalan berdasarkan titah raja.
Setidaknya hakim agama ataupun qadhi yang memutuskan hukum. Kemudian
di Turki Usmani kendatipun negaranya dalam bentuk kerajaan ada yang
menarik untuk diperhatikan bahwa di masa pemerintahan Turki Utsmani
negaranya dipegang oleh tiga pejabat penting yaitu, sulthan, wazir, dan mufti.
Dari gambaran dapat dikatakan bahwa walaupun negara berbentuk kerajaan
tetapi telah adanya pembagian kekuasaan dan karena itu kerajaan semacan ini
tidak dapat dikatakan kerajaan yang berkekuasaan absolut.
2. Adapun faktor yang mempengaruhi perubahan bentuk sistem
pemerintahannya, bila ditinjau dari segi politik yaitu adanya gerakan-gerakan
politik yang tidak terlepas dari persengketaan yang terjadi pada pemerintahan
sebelumnya juga disebabkan banyak gerakan-gerakan pembaharuan yang
dilakukan sebagai protes sistem pemeritahan kerajaan yang absolut. Dan bila
ditinjau dari segi sosial perubahan sistem pemerintahan disebabkan perubahan
kondisi sosial dimasing-masing jaman yang disebabkan oleh heterogenitas
masyarakat pada saat itu. Dan bila ditinjau dari perkembangan tehnologi
perubahan terjadi karena pada saat itu negara Romawi merupakan negara yang
maju dibidang kemiliteran, dan negara ini maju dikarenakan sistem
pemerintahannya yang memisahkan antara agama dengan negara. Hal-hal
20

inilah yang mendorong perubahan sistem pemerintahan di zaman masing-


masing.

DAFTAR PUSTAKA
21

Ajib Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, Jakarta : PT


RajaGrafindo Persada, 2004

Ahmad al- Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adab Hingga Abad XX, terj.
Samson Rahmat, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003

Bandri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010


Hasbi Amiruddin, Konsep Negara Menurut Fazlur Rahman,Yogyakarta: UII Press,
2000

Hasbi Amiruddin, Republika Umar bin Khattab, Yogyakarta: Total Media, 2010
K. Ali, Sejarah Islam dari Awal hingga Runtuhnya Dinasti Usmani (Tarikh
PraModern), Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000

Muhammad Yani, Dinamika Politik dan Pemerintahan Islam, dalam buku Dinamika
Sejarah Politik Islam dalam Periode Awal, Yogyakarta: AK Group, 2007

Nourouzzaman, Menguak Sejarah Muslim; Suatu Kritik Metodologis,Yogyakarta:


PLP2M, 1985

Tim Penulis LESFI, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern,
Yogyakarta: LESFI, 2002
Tim Penulis, Sejarah Peradaban Islam, B. Aceh: PSW IAIN Ar-Raniry, 2009

Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam


Dunia Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998

Yusuf Al-‘Isy, Dinasti Umawiyah, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007

Anda mungkin juga menyukai