Di Susun Oleh:
Dwi Pratiningsih
NIM: 25131764-2
Dosen Pengasuh:
Prof. M. Hasbi Amiruddin, MA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) AR-RANIRY
DARUSSALAM-BANDA ACEH
2014
2
KATA PENGANTAR
Ahamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia
yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat dan
salam kepada Rasulullah SAW yang telah mengeluarkan manusia dari alam kejahilan
dan kebidaban menuju ke alam berpengetahuan dan berakhlak mulia serta telah
berhasil memperjuangkan emansipasi kami kaum hawa.
Menyusun makalah merupakan suatu tuntutan yang harus kami kerjakan
untuk menunaikan tugas sebagai mahasiswa. Adapun judul yang penulis dapatkan
yaitu Sejarah Perubahan Sistem Pemerintahan Mulai pada Masa Nabi Muhammad
SAW Hingga Turki Usmani.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis menghadapi berbagai hambatan
yang disebabkan oleh keterbatasan ilmu yang penulis miliki, namun berkat
pertolongan Allah serta bantuan dari berbagai pihak penulis telah dapat
menyelesaikan dengan sebaik mungkin. Penulis menyadari, walaupun makalah ini
dipersiapkan semaksimal mungkin, namun sebagai insan yang sarat dengan
kelemahan dan keterbatasan sudah tentu terdapat kepincangan dn kekurangan dalam
penyusunan. Oleh karena itu kritikan dan saran yang positif dan konstruktif dari
semua pihak sangat kami harapkan dalam rangakaian penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya hanya kepada Allah hamba berserah diri, kiranya apa yang kami
rencanakan dapat terlaksana sebagaimana mestinya. Amin...
Dwi Pratiningsih
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3
A. Bentuk Sistem Pemerintahan dalam Islam......................................................3
1. Sistem Pemerintahan pada masa Nabi Muhammad SAW..........................3
2. Sistem Pemerintahan pada Masa Khulafaurrasyidin..................................5
3. Sistem Pemerintahan pada Daulah Umayyah.............................................7
4. Sistem Pemerintahan pada Masa Turki Utsmani........................................8
B. Perubahan Sistem Pemerintahan.....................................................................11
1. Penyebab berubahnya kekuasaan dari sistem khalifah ke monarki............11
2. Penyebab perubahan sistem pemerintahan Turki Usmani..........................13
BAB III KESIMPULAN.......................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah secara bahasa berarti pohon diambil dari bahasa arab syajaroh yang
mengandung konotasi geneologi yaitu pohon keluarga, yang menunjuk kepada asal
usul sesuatu marga. Dalam bahasa inggris history (istoria) yaitu ilmu pengetahuan
yang disusun secara kronologis, menganai hal ikhwal manusia, dengan demikian
sejarah dalam arti khusus adalah masa lampau umat manusia.1
Begitu juga dengan Islam yang sampai kepada kita sekarang ini merupakan
lanjutan proses sejarah umat sebelumnya dalam kurun waktu yang begitu panjang,
maka perlu dipelajari sebagai cerminan untuk dijadikan pedoman bagi masa kini dan
masa mendatang.
Islam adalah sistem peradaban yang sempurna meliputi urusan agama dan
duniawi, sebab Islam menghimpun keduanya baik dari segi rohani maupun
jasmaniah. Nabi Muhammad SAW telah mendirikan agama dan negara sekaligus.
Islam merupakan sistem agama dan politik. Tugas nabi Muhammad sebagai rasul
adalah pertama menyampaikan risalah (selama di Mekah) dan yang kedua sebagai
pemimpin kaum muslim atau kepala negara (selama di Madinah). Setelah wafatnya
nabi kepemimpinan dilanjutkan Khulafa Al-Rasyidun dengan memakai istilah
khalifah Namun pasca Khulafa Al-Rasyidun tepatnya di masa Dinasti Umayyah
terjadilah cara pemilihan khalifah berdasarkan sistem kerajaan dan mulailah terjadi
gesekan-gesekan antar umat Islam sehingga terjadinya gerakan-gerakan politik,
intrik-intrik politik, ambisi kekuasaan. Dari sinilah terjadinya sistem pemerintahan
yang sangat berbeda dengan pemerintahan sebelumnya, dari demokratis menjadi
minorki (kerajaan).
1
Nourouzzaman, Menguak Sejarah Muslim; Suatu Kritik Metodologis, (Yogyakarta: PLP2M,
1985), h. 9.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2
Bandri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), h. 18-
19.
3
Bandri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,..., h. 20-21.
7
4
Bandri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,..., h. 25
5
Hasbi Amiruddin, Republika Umar bin Khattab, (Yogyakarta: Total Media, 2010), h. 30.
6
Tim Penulis, Sejarah Peradaban Islam, (B. Aceh: PSW IAIN Ar-Raniry, 2009), h. 50-51.
8
7
Ini terbukti dari peristiwa Hudaibiyah, dimana saat itu terjadi persengketaan dengan
pendududk Mekkah. Nabi Muhammad tidak mengambil keputusan secara pribadi tetapi melakukan
musyawarah/perundingan dengan sahabat dan pihak Mekkah, lihat di Bandri Yatim, Sejarah
Peradaban Islam,..., h. 30.
8
Salah satunya terlihat pada beberapa peristiwa peperangan, Nabi sering mengutus para
sahabat untuk memimpin peperangan salah satunya yaitu Khalid bin Walid, lihat di Bandri Yatim,
Sejarah Peradaban Islam,..., h. 28.
9
Hasbi Amiruddin, Republika Umar bin Khattab, ...,h. 27.
9
Khalifah yaitu penerus Nabi SAW dan makna ini memberikan arahan
khilafah, karena penerus Nabi yaitu yang berjalan pada tapak tilas (sirah)nya dan juga
baginya kekuasaan penuh. Yang meletakkan sistem khilafah ini adalah Abu Bakar
melalui proses syura dari para sahabat, bahkan seluruh tatanan yang ada dibuat
melalui musyawarah dan mengambil pendapat para sahabat.10
Harus diakui ada beberapa kasus dan peristiwa pada masa Khalifah Usman
dan Ali yang tidak menyenangka, tapi perlu dicatat secara umum mengenai beberapa
hal yang dicontohkan oleh khulafa Al-Rasyidin dalam memimpin negara Madinah.
Pertama, mengenai pengangkatan empat orang sahabat Nabi terkemuka itu menjadi
Khalifah dipilih dan di angkat dengan cara yang berbeda, yaitu:11
1. Pemilihan bebas dan terbuka melalui forum musyawarah tanpa ada seorang
calon sebelumnya. Karena Rasulullah SAW tidak pernah menunjuk calon
penggantinya. Cara ini terjadi pada musyawarah terpilihnya Abu Bakar
dibalai pertemuan TsaqifahBani Syaidah.
2. Pemilihan dengan cara pencalonan atau penunjukan oleh khalifah sebelumnya
dengan terlebih dahulu mengadakan konsultasi dengan para sahabat
terkemuka dan kemudian memberitahukan kepada umat Islam, dan mereka
menyetujuinya. Penunjukan itu tidak ada hubungan keluarga antara khalifah
yang mencalonkan dan calon yang di tunjuk. Cara ini terjadi pada penunjukan
Umar oleh khalifah Abu Bakar.
3. Pemilihan team atau Majelis Syura yang di bentuk khalifah. Anggota team
bertugas memilih salah seorang dari mereka menjadi khalifah. Cara ini terjadi
pada Usman melalui Majelis Syura yang dibentuk oleh khalifah Umar yang
beranggotakan enam orang.
4. Pengangkatan spontanitas di tengah-tengah situasi yang kacau akibat
pemberontakan sekelompok masyarakat muslim yang membunuh Usman.
10
Yusuf al-‘Isy, Dinasti Umawiyyah, terj. Iman Nurhidayat dan Muhammad Khalil, (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar, 2007), h. 9.
11
Hasbi Amiruddin, Konsep Negara Menurut Fazlur Rahman, (Yogyakarta: UII Press, 2000),
h. 72.
10
Cara ini terjadi pada Ali yang dipilih oleh kaum pemberontak dan umat Islam
Madinah.
Kedua, Pemerintahan Khulafaur Rasyidin tidak mempunyai konstitusi yang
dibuat secara khusus sebagai dasar dan pedoman penyelenggaraan pemerintahan.
Undang-undang nya adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul ditambah dengan hasil
ijtihad khalifah dan keputusan Majelis Syura dalam menyelesaikan masalah-masalah
yang timbul yang tidak ada penjelasannya dalam nash syariat. Ketiga, Pemerintahan
Khulafaur Rasyidin juga tidak mempunyai ketentuan mengenai masa jabatan bagi
setiap khalifah. Mereka tetap memegang jabatan itu selama berpegang kepada syariat
Islam.12 Keempat, dalam penyelenggaraan pemerintahan negara Madinah Khulafaur
Rasyidin telah melaksanakan prinsip musyawarah, prinsip persamaan bagi semua
lapisan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, prinsip kebebasan berpendapat,
prinsip keadilan sosial dan kesejahteraan rakyat.13 Kelima, dasar dan pedoman
penyelenggaraan pemerintahan negara Madinah adalah Al-Qur’an dan Sunnah Rasul,
hasil ijtihad penguasa, dan hasil keputusan Majelis Syura.
Karenanya corak negara Madinah pada periode Khulafaur Rasyidin tidak jauh
berbeda daripada zaman Rasulullah.
13
Hasbi Amiruddin, Konsep Negara Menurut Fazlur Rahman,..., h. 73.
11
kepada Mu‟awiyah Ibn Abu Sufyan ra dalam rangka mendamaikan kaum muslimin
yang pada saat itu sedang dilanda fitnah akibat terbunuhnya Utsman Ibn Affan ra
perang jamal dan penghianatan dari orang-orang al-khawarij dan syi'ah. Suksensi
kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah Ibn Abu Sufyan
mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid Ibn
Muawiyah. Muawiyah bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Dia
memang tetap menggunakan istilah khalifah, namun dia memberikan interprestasi
baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya
"khalifah Allah" dalam pengertian "penguasa" yang diangkat oleh Allah.14
Sistem khilafah monarki terus berlanjut hingga kerajaan islam dipegang oleh
Turki Ustmani yang timbul di Istambul pada 699 H/ 1299 M yang dipimpin oleh
Ustman l yang kemudian dikenal sebagai dinasti Utsmaniyah. Dinasti ini memerintah
hingga 1342H/1924M dengan khalifah terakhir Abdul Hamid ll. Tak pelak lagi sejak
Dinasti Umaiyyah hingga Dinasti Utsmani, system pemerintahan Islam sudah sangat
jauh dari kekhalifahan yang berbasis syura menjadi khilafah monarki.15
sampailah ke Anatolia dan diterima penguasa Seljuk, Sultan Alaudin yang sedang
berperang denganBizantium. Berkat bantuan dari Erthogril, pasukan Sultan Alaudin
mendapatkan kemenangan, sehingga Erthogril mendapat hadiah sebidang wilayah di
perbatasan Bizantium serta memberi wewenang mengadakan ekspansi. Sepeninggal
Erthogril, atas persetujuan sultan Alaudin, digantikan putranya yang bernama Utsman
yang memerintah Turki Utsmani antara tahun 1281-1324 M. Akibat serangan Mongol
terhadap Bagdad termasuk Seljuk yang terjadi pada tahun 1300 M menyebabkan
terbunuhnya Sultan Alaudin dan akibatnya dinasti ini terpecah-pecah menjadi
sejumlah kerajaan kecil. Dalam kondisi kehancuran Seljuk inilah Utsman mengklaim
kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya sekaligus
memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki Utsmani.18 Dengan Utsman sebagai raja
pertama yang sering disebut Utsman I.19
Raja-raja Turki Utsmani bergelar Sultan dan Khalifah sekaligus. Sultan
menguasai kekuasaan duniawi dan khalifah berkuasa di bidang agama atau
spiritual/ukhrawi. Mereka mendapatkan kekuasaan secara turun temurun. Tetapi tidak
harus putra pertama yang menjadi pengganti sultan terdahulu, bahkan dalam
perkembangannya pergantian kekuasaan itu juga diseerahkan kepada saudara sultan
bukan kepada anaknya.20
Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi dibantu oleh
shadr al a’zham (perdana menteri) yang membawahi pasya (gubernur) , dan gubernur
mengepalai daerah tingkat I. Dibawahnya terdapat beberapa orang al zanaziq atau al
‘alawiyah (bupati). Untuk mengatur pemerintahan negara , di masa sultan Sulaiman I
disusun undang-undang (qanun) yang bernama Multaqa al Abhur, yang menjadi
pegangan hukum bagi kerajaan Turki Utsmani sampai datangnya reformasi pada abad
ke 19. Karena jasa Sultan Sulaiman I, diujung namanya diberi gelar al Qanuni.21
18
Ajib Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam,..., h. 182.
19
Bandri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,..., h. 130.
20
Ajib Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam,..., h. 53.
21
Bandri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,..., h. 135.
13
Sampai pada akhirnya pada tanggal 3 maret 1924, dengan tokoh reformisnya
Mustafa Kemal Attaturk disebuah organisasi Turki Muda22, secara resmi menghapus
lembaga kesultanan dan khilafah dari bumi Turki dan memproklamsikan negara
Republik Turki, sebagai negara sekuler dalam konstitusi.23
Dari beberapa uraian tentang bentuk sistem pemerintahan di atas, maka dapat
kita ambil kesimpulan dengan mengutip pendapat Hasbi Amiruddin mengatakan
bahwa dimasa Nabi Muhammad negara yang dibentuk adalah berbentuk republik
yang unik, dikarnakan sulit ditamukan coraknya dalam teori yang ada yang pernah
dirumuskan oleh pakar politik. Selain itu Kekuasaan Nabi dibimbing tidak hanya oleh
kebijakan manusia, tetapi juga oleh wahyu Tuhan dan karenanyalah pemerintahan
Nabi tidak dapat ditiru tetapi hanya dapat diambil teladan. Pada masa
Khulafaurrasyidin, negara telah berbentuk Republik Demokratik, sementara awal
periode Bany Umayyah negara telah bercorak monarki absolut. Kendatipun disini
disebut monarki absolut, tetapi tidak sama dengan tradisi diluar Islam yang semua
persoalan berdasarkan titah raja. Setidaknya hakim agama ataupun qadhi yang
memutuskan hukum.24 Kemudian di Turki Usmani kendatipun negaranya dalam
bentuk kerajaan ada yang menarik untuk diperhatikan bahwa di masa pemerintahan
Turki Utsmani negaranya dipegang oleh tiga pejabat penting yaitu, sulthan, wazir,
dan mufti. Dari gambaran dapat dikatakan bahwa walaupun negara berbentuk
kerajaan tetapi telah adanya pembagian kekuasaan dan karena itu kerajaan semacan
ini tidak dapat dikatakan kerajaan yang berkekuasaan absolut.25
22
Ahmad al- Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adab Hingga Abad XX, terj. Samson
Rahmat, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003), h. 372.
23
Ajib Thohir, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam,..., h. 161.
24
Hasbi Amiruddin, Republika Umar bin Khattab,...,h. 3.
25
Hasbi Amiruddin, Konsep Negara Menurut Fazlur Rahman,..., h. 76-77.
14
masyarakat baru ini lebih menghendaki kekuasaan dipimpin oleh raja-raja yang masih
ada hungan kekeluargaan. Menurut mereka Muawiyahlah sosok yang tepat.
Tinjauan secara politik, berubahnya sistem pemerintahan tidak terlepas dari
persengketaan yang pernah terjadi antara Ali dan Mu’awiyah yang masih ada
pengaruhnya hingga setelah Mu’awiyah menjadi khlafah Umayyah. Pada masa itu
terdapat dua rezim yang berbeda yaitu pemerintahan Khilafaurrasyidah dan
pemerintahan Umayyah. Dari pemerintahan ini, beberapa daerah Arab bertikai, antara
Syam disatu pihak, Hijaz dan Irak di pihak lain. Masing-masing dari pihak ini
mempunyai sosok yang menurut mereka patut untuk dijadikan khalifah untuk
menggntikan Mu’awiyah tetapi mewakili akan kepentingan politik yang berbeda
dengan Mu’awiyyah, yaitu Ibnu Umar dari politik Hijaz, dan Ibnu Abbas cenderung
dengan politik Mu’awiyah tapi tidak ada dukungan di Syam, dan Abdurrahman bin
Khalid bin Walid cenderung politik Hijaz meskipun mempunyai pendukung di Syam.
Karena tidak ada yang mampu mewakili kepentingan politik Syam, jadi Mu’awiyyah
berpikir bahwa Yazidlah yang cocok untuk menjadi khalifah, hal itu juga didukung
karena menurut Mu’awiyah, Yazid tumbuh dan berkembang di Syam dan telah
dididik tentang kekuasaan dan jihad.29
Oleh karena itulah Mu’awiyyah meletakkan dasar Khilafah pada masa
pemerintahanya yaitu sesuai dengan keturunanya.
Bila ditinjauan dari sudut perkembangan Tehnologi, perubahan terjadi
dikarnakan sebelum kota Syam dijadikan pusat pemerintah, orang-orang Romawi
telah ikut menguasai mereka dalam waktu yang lama. 30 Persentuhan dua budaya ini
tentunya berpengaruh terhadap bidang pemerintahan, militer, ilmu pengetahuan dan
tehnologi. Adapun sistem pemerintahan Romawi pada saat itu adalah Absolutisme.
Kemudian pada masa itu Romawi juga terkenal dengan segi kemiliterannya yaitu
kecanggihan alat persenjataannya. Hal inilah yang membuat kota Syam lebih maju
29
Yusuf Al-‘Isy, Dinasti Umawiyah,..., h. 194-195.
30
Yusuf Al-‘Isy, Dinasti Umawiyah,..., h. 163.
16
dari kota lain yang ada didamaskus. Sehingga membuat daerah ini lebih cocok untuk
mengubah sistem pemerintahan.
2. Penyebab perubahan sistem pemerintahan di Turki Usmani
Bila ditinjau secara politik perubahan sistem pemerintahan disebabkan adanya
pemikiran dan gerakan perubahan sebagai upaya menyikapi kemunduran Turki
Usmani. Seperti pergerakan-pergerakan pada masa Tanzimat, tokoh-tokoh Usmani
Muda, dan Turki Muda yang berpandangan bahwa kemunduran Turki disebabkan
pada sistem pemerintahan dan militer. Perubahan sistem pemerintahan berubah
dikarenakan diantara tahun 1839-1871 M ada satu masa yang disebut dengan
Tanzimat dimana di masa ini terdapat beberapa usaha pembaharuan yang mengatur
dan menyusun serta memperbaiki struktur organisasi pemerintahan, sosial, ekonomi
dan kebudayaan. Pembaharuan yang dilaksanakan oleh tokoh-tokoh pembaharuan di
zaman Tanzimat tidaklah seluruhnya mendapat dukungan bahkan mendapat kritikan
baik dari dalam atau di luar Kerajaan Usmani karena gerakan-gerakan tanzimat untuk
mewujudkan pembaharuan didasari oleh pemikiran liberalisme Barat dan
meninggalkan pola dasar syariat agama, hal ini salah satu sebab yang utama sehingga
gerakan tannzimat mengalami kegagalan dalam usaha pembaharuannya.31
Pembaharuan juga dilakukan oleh Usmani Muda. Usmani Muda pada asalnya
merupakan perkumpulan manusia yang didirikan di tahun 1865 dengan tujuan untuk
mengubah pemerintahan absolut kerajaan Usmani menjadi pemerintahan
konstitusional. Tokoh-tokoh Usmani Muda ini Ketika berada di Eropa itulah banyak
pengalaman yang didapatkannya. Beberapa pemikirannya akhirnya menjurus kepada
usaha pembaharuan. Usaha-usaha pembaharuannya antara lain, kerajaan Usmani
menurut pendapatnya harus dengan sistem pemerintahan konstitusional, tidak dengan
kekuasaan absolut. Beberapa tokoh dari gerakan itu membawa angin baru tentang
demokrasi dan konstitusional pemerintahan yang menjunjung tinggi kekuasaan rakyat
bukan kekuasaan absolut. Menurutnya negara Eropa maju disebabkan tidak terdapat
31
Yusran Asmuni, Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia
Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), h.19-21.
17
32
Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam Bagian 3, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1999), h. 77-78.
33
Tim Penulis LESFI, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern,
(Yogyakarta: LESFI, 2002), H. 150-160.
18
BAB III
KESIMPULAN
34
Tim Penulis LESFI, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern,..., h. 140.
35
K. Ali, Sejarah Islam dari Awal hingga Runtuhnya Dinasti Usmani (Tarikh PraModern),
( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000), h. 374.
19
DAFTAR PUSTAKA
21
Ahmad al- Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adab Hingga Abad XX, terj.
Samson Rahmat, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003
Hasbi Amiruddin, Republika Umar bin Khattab, Yogyakarta: Total Media, 2010
K. Ali, Sejarah Islam dari Awal hingga Runtuhnya Dinasti Usmani (Tarikh
PraModern), Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2000
Muhammad Yani, Dinamika Politik dan Pemerintahan Islam, dalam buku Dinamika
Sejarah Politik Islam dalam Periode Awal, Yogyakarta: AK Group, 2007
Tim Penulis LESFI, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern,
Yogyakarta: LESFI, 2002
Tim Penulis, Sejarah Peradaban Islam, B. Aceh: PSW IAIN Ar-Raniry, 2009