HACCP
HACCP
DOSEN PENGAMPU :
DISUSUN OLEH:
S1 KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan tentang Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP) ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Dan juga kami berterima kasih Bapak Arga Buntara, SKM. M.PH selaku Dosen mata
kuliah Higiene dan Sanitasi Makanan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan pembaca. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan laporan yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Kelompok 7
A. Hasil Turun Lapangan
1. Kelompok 7
Nama Kelompok :
Annissa Nuraini 1610173028
Windy Nurul Aningtyas Putri 1610713049
Bagus Aryoseno Aji 1610713063
Salsabila Zahra 1610713076
2. Tema : HACCP 3 makanan yang disajikan panas termasuk berkuah
3. Hari : Sabtu
Tanggal : 19 Mei 2019
Waktu : 13:13 WIB
Tempat : Jl. Raya Limo no. 54 Limo, Kota Depok, Jawa Barat 16514 Indonesia
Bahan Tambahan :
Saos
Kecap
Gula
Garam
Minyak goreng
Pewadahan : menggunakan piring beling, (apabila take away, nasi gila dibungkus
steroform)
Distribusi : langsung disajikan ke konsumen
Umur disimpan : 3-4 jam, disarankan langsung dikonsumsi
D. Diagram Proses (flow diagram) pembuatan makanan dari mentah hingga siap saji
E. Tabel HACCP
1.1 Analisis Bahan Mentah
Kimia: -
Minyak Biologi : Semut, Pemilihan Memilih minyak Warna cerah Melihat Simpan minyak goreng
Goreng Nyamuk, Lalat Penyimpana goreng dengan Tidak secara fisik di suhu yang cukup
Fisik : Debu, n kondisi yang baik terdapat minyak Simpan di wadah
Ampas Sisa Simpan di wadah ampas di goreng yang tertutup
Penyulingan tertutup dalam memiliki Meminimalisir
Kimia : - minyak warna cerah pembelian minyak
dan tidak goreng jelantah
terdapat
ampas di
dalamnya
Biologi:
bakteri
3. Penumisan Fisik: Menggunakan Tidak Alat masak Memastikan Memastikan alat masak
kontaminasi alat masak menggunakan dengan alat yang akan yang digunakan baik
alat, yang aman alat masak yang keamanan digunakan Memastikan kebersihan
kontaminasi seperti tidak aman terjamin sudah penjamah/kebersihan
penjamah stainless steel Menggunakan Kebersihan terstandar dan personal
dan alat yang alat perantara penjamah aman
bersih antara bahan digunakan
Menghindari dengan Memastikan
kontak penjamah penjamah
langsung paham
dengan kebersihan
penjamah personal
Penyajian Biologi: -Plating Mencuci dan Jumlah Observasi : Peralatan makan dan
E.Coli dan -Serving membersihkan mikroorgani Melihat visual piring dicuci dengan
coliform (dari -Pengemasan peralatan makan sme masih dari peralatan sabun dan dibilas
piring dan alat -Penyimpanan dengan air yang dalam tahap makan yang dengan air yang
masak) -Perpindahan mengalir dan yang dapat digunakan mengalir
makanan dari sabun ditolerir telah bersih
Fisik: Kotoran pengolah tubuh sebelum Tidak mencuci
sisa makanan makanan ke Mengeringkan digunakan peralatan makan di
atau minyak pembeli peralatan makan Tidak tempat cuci piring yang
menempel dan yang telah terdapat airnya menggenang
debu dicuci kotoran dan
sisa bahan Selama penyimpanan,
Kimia: Sabun Menyimpan makanan jaga peralatan agar
dari peralatan makan yang tidak terkena debu
pembilasan di tempat yang melekat
piring dan alat kering dan pada Apabila dikemas,
masak yang bersih peralatan gunakan pengemas
tidak bersih, makan yang cocok untuk
migrasi bahan mewadahi makanan
styrofoam (food grade)
apabila
makanan di
take away
F. Narasi HACCP (Analisis Bahaya, CCP, CL, Monitoring, Corrective Action)
Pada bahan sawi, bahaya yang ada bisa berupa biologi, fisik serta kimia. Adapun
bahaya biologi bisa berupa ulat serta lalat. Lalu bahaya fisiknya adalah tanah dan debu.
Ada juga bahaya fisik berupa pestisida. Untuk indikator control measurement bisa
dilakukan pada saat pemilihan, pencucian serta penyimpanan. Untuk critical control
point bisa melakukan pencucian sawi dengan air mengalir, menyimpan di wadah yang
tertutup serta memilih sawi dengan benar. Untuk critical limit nya sendriri, yaitu terlihat
bersih, tidak adanya bercak hitam, dan tidak busuk. Monitoring bisa dilakukan dengan
cara melihat secara fisik dari sawi tersebut. Corrective action yang seharusnya dilakukan
adalah Memastikan tempat penyimpanan aman dan terpisah dari bahan jadi, memastikan
pemilihan sawi yang baik dan apabila diperlukan, cuci menggunakan cairan desinfektan.
Pada bahan kol, bahaya yang ada juga bisa berupa fisik, kimia dan biologi.
Adapun faktor bahaya fisik yang dimaksud adalah tanah dan debu. Selain itu, ada bahaya
kimia berupa paparan pestisida. Ada juga bahaya biologi berupa ulat dan lalat. Untuk
indikator control measurement bisa dilakukan pada saat pencucian, penyimpanan dan
pemilihan. Untuk critical control point bisa melakukan pencucian kol dengan air
mengalir, menyimpan di wadah tertutup dan memilih kol yang segar. Untuk critical limit
nya sendiri, yaitu terlihat bersih, terlihat segar, dan tidak busuk. Monitoring bisa
dilakukan dengan cara melihat secara fisik dari kol tersebut. Corrective action yang
seharusnya dilakukan adalah memastikan tempat penyimpanan aman, memilih kol yang
baik serta apabila diperlukan cuci kol dengan cairan desinfektan.
Pada bahan bakso sendiri dapat juga terdapat bahaya biologi, fisik serta kimianya.
Bahaya biologi yang dimaksud adalah bakteri, ulat serta lalat. Sedangkan bahaya fisik
bisa berupa tulang serta debu. Adapun yang dimaksud dengan bahay kimia bisa berupa
adanya bahan pengawet. Untuk indikator control measurement bisa dilakukan pada saat
pengolahan, penyimpanan dan pemilihan. Untuk critical control point bisa melakukan
pemilihan bakso yang tepat, menyimpan di tempat tertutup serta melakukan perebusan
hingga air mendidih. Untuk critical limit nya sendriri, yaitu terlihat bersih, tidak berbau
menyengat serta warna terlihat cerah. Monitoring bisa dilakukan dengan cara identifikasi
secara fisik dari mulai penampilan yang bersih dan cerah. Serta tidak berbau menyengat.
Corrective action yang seharusnya dilakukan adalah menyimpan di tempat tertutup
dengan suhu jauh dari danger zone serta melakukan perebusan bakso dengan benar
Bawang goreng merupakan bahan jadi yang menjadi pelengkap dalam menu Nasi
Gila ini. Pada bawang goreng terdapat bahaya fisik yaitu bawang yang busuk. Bahaya
dari bawang goreng dapat dikendalikan dengan cara memastikan dan memilih bawang
yang akan digunakan dalam keadaan baik dan tidak ada yang busuk. Kritikal limit dari
bawang goreng yaitu bawang tidak boleh ada yang busuk. Bahaya dari bawang goreng
dapat dipantau dengan pemilihan visual bawang pada saat pembelian dan saat akan
diolah.
Pada bahan minyak goreng, bahaya yang ada juga bisa berupa fisik dan biologi.
Adapun faktor bahaya fisik yang dimaksud adalah ampas sisa penyulingan dan debu. Ada
juga bahaya biologi berupa semut, nyamuk dan lalat. Untuk indikator control
measurement bisa dilakukan pada saat penyimpanan dan pemilihan. Untuk critical
control point bisa melakukan memilih minyak goreng dengan kondisi baik, dari
cairannya dan kemasannya serta penyimpanan di wadah tertutup. Untuk critical limit nya
sendriri, yaitu warna cerah dan tidak terdapat ampas di dalam minyak. Monitoring bisa
dilakukan dengan cara melihat secara fisik minyak goreng yang memiliki warna cerah
dan tidak terdapat ampas di dalamnya. Corrective action yang seharusnya dilakukan
adalah memastikan tempat penyimpanan aman tertutup, simpan di suhu yang tepat serta
meminimalisir pembelian minyak goreng jelantah.
Bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan Nasi Gila ini seperti garam
untuk menambah cita rasa. Garam memiliki bahaya fisik seperti terdapat batu, rambut
dan debu serta bahaya biologi seperti semut, lalat dan serangga. Bahaya tersebut dapat
dikendalikan dengan cara memastikan bahwa garam yang akan dipakai tidak tercampur
dari bahaya fisik dan biologi. Kritikal limit dari garam yaitu garam tidak boleh ada
gumpalan, garam terlihat berish dan tidak terdapat binatang. Pemantauan bahaya dari
garam dapat dilihat dari visual bagus atau tidak.
Gula merupakan bahan tambahan juga yang digunakan dalam pembuatan menu
Nasi Gila. Pada gula terdapat bahaya fisik seperti batu dan bahaya biologi seperti semut.
Bahaya dari gula dapat dikendalikan dengan cara penyimpanan gula di tempat yang
tertutup dan bersih. Kritikal limit dari gula yaitu tidak ada batu dan semut serta gula
terlihat bersih. Bahaya dari kecap dapat dipantau dengan pemilihan visual, dan fisik
bahan.
Saus merupakan bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan menu “Nasi
Gila Paijo” untuk menciptakan cita rasa pedas pada makanan. Pada saus, terdapat hazard
biologi seperti lalat dan serangga serta hazard fisik yaitu tanggal kadaluarsa pada
kemasan, kemasan yang rusak, dan debu. Bahaya dari saus dapat dikendalikan dengan
cara menyimpan saus dalam wadah yang bersih dan tertutup serta tidak mengonsumsi
saus tersebut jika telah melewati tanggal kadaluarsa. Kritikal limit dari saus yaitu saus
tidak berwarna kecoklatan, tidak mencair, tidak berasa asam, dan tidak ada binatang.
Bahaya dari saus dapat dipantau dengan melihat dari visual saus sehingga dapat diambil
tindakan korektifnya yaitu dengan menggunakan wadah untuk menyimpan saus yang
bersih, tertutup, serta hindarkan dari paparan sinar matahari secara langsung. Saus juga
harus diganti dengan yang baru jika telah melewati tanggal kadaluarsa atau jika saus
sudah mengalami perubahan rasa, bentuk, wujud, dan bau karena dapat berbahaya bagi
kesehatan manusia.
Kecap merupakan bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan menu “Nasi
Gila Paijo” untuk menciptakan cita rasa manis pada makanan. Pada kecap, terdapat
hazard biologi seperti lalat dan serangga serta hazard fisik yaitu tanggal kadaluarsa pada
kemasan, kemasan yang rusak, dan debu. Bahaya dari kecap dapat dikendalikan dengan
cara menyimpan kecap dalam wadah yang bersih, tertutup, dan jauhkan dari tempat
tinggal serangga atau hewan lainnya serta tidak mengonsumsi kecap tersebut jika telah
melewati tanggal kadaluarsa. Kritikal limit dari kecap yaitu kecap tidak berjamur, tidak
menggumpal, tidak berasa asam, dan tidak ada binatang. Bahaya dari kecap dapat
dipantau dengan melihat dari visual kecap sehingga dapat diambil tindakan korektifnya
yaitu dengan menggunakan wadah untuk menyimpan kecap yang bersih, tertutup, serta
hindarkan dari paparan sinar matahari secara langsung. Kecap juga harus diganti dengan
yang baru jika telah melewati tanggal kadaluarsa atau jika kecap sudah mengalami
perubahan rasa, bentuk, wujud, dan bau karena dapat berbahaya bagi kesehatan manusia.
Sambal merupakan bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan menu
“Nasi Gila Paijo” untuk menciptakan cita rasa pedas pada makanan. Pada sambal,
terdapat hazard biologi seperti Salmonella, S.aureus, B.cereus, L.monocytogens,
A.flavus, A.niger (dari bahan dasar cabai, bawang merah, bawang putih, dan lain-lain),
lalat, dan serangg, hazard fisik yaitu debu dan rambut penjamah makanan, serta hazard
kimia yaitu residu pestisida dari bahan-bahan dasar pembuatan sambal. Bahaya dari
sambal dapat dikendalikan dengan cara m emilih bahan dasar sambal seperti cabai, bawang
putih, bawang merah, dan lain-lain yang masih segar dan tidak layu serta mengambil kotoran
yang ada pada bahan dasar sambal seperti debu, tanah, kerikil dengan menggunakan tangan yang
bersih atau dengan sendok. Menurut SNI 7388-2009 - tentang Batasan Maksimum Cemaran
Mikroba dalam Pangan, kritikal limit dari sambal yaitu maksimum 1 x 105 koloni/gr (5,0 log
cfu/gr) jumlah mikroorganisme yang boleh dikonsumsi oleh manusia. Bahaya dari sambal
dapat dilihat dari kualitas bahan, visual, dan pemilihan bahan saat berbelanja s ehingga dapat
diambil tindakan korektifnya yaitu memasak sambal hingga matang, menyimpan sambal
dalam wadah yang tertutup, menyediakan sendok yang bersih untuk menjamah sambal,
dan memperbarui sambal dengan yang baru setiap harinya
Analisis Alat:
Penjual menggunakan piring untuk menyajikan Nasi Gila Paijo ke pengunjung. Piring
memiliki bahaya biologi seperti mikroorganisme, serangga, bahaya kimia seperti asap
rokok, sabun dari pembilasan piring yang tidak bersih, bahaya fisik seperti debu. Control
measures dari piring yaitu pencucian, pengeringan, penyimpanan. Menentukan Critical
Control Point pada piring dengan mencuci dan membersihkan dengan air dan sabun
hingga bersih, mengeringkan alat yang sudah dicuci, menyimpan ditempat yang kering
dan bersih. Piring memiliki batas kritikal yaitu tidak terdapat kotoran dan sisa bahan
makanan yang melekat pada piring, tidak berbau. Hal itu dapat diketahui dengan melakukan
monitoring yaitu dengan memastikan tidak terdapat hazard baik fisik, kimia atau biologi
pada piring, menggunakan air bersih serta sabun pencuci piring, memastikan alat
disimpan ditempat yang kering dan bersih sehingga dapat diambil tindakan korektif yaitu
mencuci kembali setelah digunakan dan disimpan ditempat yang bersih dan kering,
mencuci menggunakan air mengalir, mengelap piring dengan kain bersih sebelum
digunakan.
Penjual menggunakan sendok untuk menyajikan Nasi Gila Paijo ke pengunjung. Sendok
memiliki bahaya biologi seperti mikroorganisme, serangga, bahaya kimia asap rokok, sabun
dari pembilasan sendok yang tidak bersih, bahaya kimia seperti debu, berkarat. Control
measures dari sendok yaitu pada tahap pencucian, pengeringan, penyimpanan. Menentukan
Critical Control Point pada sendok dengan mencuci dan membersihkan dengan air dan
sabun hingga bersih, mengeringkan alat yang sudah dicuci, menyimpan ditempat yang
kering dan bersih. Sendok memiliki batas kritikal yaitu tidak terdapat kotoran dan sisa
bahan makanan yang melekat pada sendok, tidak terdapat karat pada sendok, tidak
berbau. Hal itu dapat diketahui dengan melakukan monitoring yaitu dengan memastikan tidak
terdapat hazard baik fisik, kimia atau biologi pada sendok, menggunakan air bersih serta
sabun pencuci piring, memastikan alat disimpan ditempat yang kering dan bersih
sehingga dapat diambil tindakan korektif yaitu mencuci kembali setelah digunakan dan
disimpan ditempat yang bersih dan kering, mencuci menggunakan air mengalir,
mengelap sendok dengan kain bersih sebelum digunakan.
Pada proses pembuatan Nasi Gila, penjual menggunakan pisau untuk memotong-
motong bahan makanan. Bahaya fisik yang dihasilkan pisau yaitu berkarat dan bahaya
biologi yaitu bakteri. Control measures dari pisau yaitu saat pembelian yang anti karat
dan pencucian yang harus bersih. Kritikal limit dari pisau yaitu tidak berkarat dan tidak
terdapat bakteri. Monitoring yang dapat dilakukan adalah melihat dari visual pisau
berkarat atau tidak dan bernoda atau tidak. Tindakan korektif yang dilakukan dengan
memastikan pisau anti karat dan sudah dalam keadaan bersih.
Talenan merupakan alat yang digunakan sebagai alas pemotongan dalam proses
pembuatan Nasi Gila ini. Talenan memiliki bahaya fisik seperti talenan yang kotor dan
bahaya biologi yaitu bakteri. Control measures dari talenan yaitu pencucian talenan yang
sesuai sehingga tidak terdapat sisa kotoran dan sisa bahan makanan. Hal itu dapat
diketahui dengan melakukan monitoring yaitu dengan melihat visual talenan yang bersih
sehingga tindakan korektif yang bisa dilakukan adalah mencuci bersih talenan yang akan
digunakan dan mengganti talenan apabila talenan sudah tidak layak pakai.
Pada proses pembuatan “Nasi Gila Paijo”, penjual menggunakan wajan untuk menumis
bahan-bahan makanan. Wajan terbuat dari bahan stainless steel. Wajan memiliki bahaya biologi
seperti mikroorganisme, bahaya fisik seperti kotoran sisa makanan atau minyak menempel,
berkarat, dan debu, serta bahan kimia yaitu sabun dari pembilasan piring dan alat masak yang
tidak bersih. Control measures dari wajan yaitu pada tahap pencucian, pengeringan, dan
penyimpanan. Wajan memiliki batas kritikal yaitu tidak terdapat kotoran dan sisa bahan makanan
yang melekat pada wajan dan tidak berbau. Hal itu dapat diketahui dengan melakukan monitoring
yaitu dengan melihat visual dari alat yang digunakan telah bersih sebelum digunakan sehingga
dapat diambil tindakan korektif yaitu spesifikasi wajan sesuai standar, wajan dicuci bersih
menggunakan sabun serta penjamah makanan harus mencuci tangan sebelum menyentuh
wajan, dan tidak mencuci wajan pada tempat cuci piring yang airnya menggenang.
Pada proses pembuatan “Nasi Gila Paijo”, penjual menggunakan sodet besi untuk
mengaduk bahan makanan yang sedang ditumis. Sodet besi terbuat dari bahan besi. Sodet
memiliki bahaya biologi seperti mikroorganisme, bahaya fisik seperti kotoran sisa makanan atau
minyak menempel, berkarat, dan debu, serta bahan kimia yaitu sabun dari pembilasan piring dan
alat masak yang tidak bersih. Control measures dari wajan yaitu pada tahap pencucian,
pengeringan, dan penyimpanan. Sodet memiliki batas kritikal yaitu tidak terdapat kotoran dan
sisa bahan makanan yang melekat pada sodet, tidak berbau, dan tidak berkarat. Hal itu dapat
diketahui dengan melakukan monitoring yaitu dengan melihat visual dari alat yang digunakan
telah bersih sebelum digunakan sehingga dapat diambil tindakan korektif yaitu s odet dicuci
bersih menggunakan sabun serta penjamah makanan harus mencuci tangan sebelum
menyentuh sodet, tidak menggunakan sodet untuk mengaduk masakan yang berbeda, dan
mengganti sodet dengan yang lain jika terdapat karat.
Pada alat garpu, bahaya yang ada juga bisa berupa fisik dan biologi. Adapun
faktor bahaya fisik yang dimaksud adalah karat dan debu. Ada juga bahaya biologi
berupa bakteri dan lalat. Untuk indikator control measurement bisa dilakukan pada saat
penyimpanan dan pencucian. Untuk critical control point bisa penyimpanan di tempat
tersendiri serta menyuci garpu hingga bersih. Untuk critical limit nya sendriri, yaitu tidak
karatan, apabila dipegang tidak berminyak dan berbau harum. Monitoring bisa dilakukan
dengan cara melihat secara fisik garpu tersebut. Corrective action yang seharusnya
dilakukan adalah mencuci garpu menggunakan air mengalir dan cairan desinfektan serta
simpan garpu di tempat tersendiri dan tertutup.
Analisis Proses
Pada proses pembelian bahan, bahaya yang ada juga bisa berupa fisik dan biologi.
Adapun faktor bahaya fisik yang dimaksud adalah debu, tanah dan pasir. Ada juga
bahaya biologi berupa bakteri dan lalat. Untuk indikator control measurement bisa
dilakukan pada saat penyimpanan dan pemilihan. Untuk critical control point bisa
penyimpanan di tempat tersendiri serta memilih bahan dengan warna segar. Untuk
critical limit nya sendriri, yaitu tidak ada debu, tidak ada lalat yang hinggap serta tidak
busuk. Monitoring bisa dilakukan dengan cara melihat bahan secara fisik tidak menempel
debu, tidak terlihat lalat yang hinggap dan tidak adanya tanda tanda kebusukan.
Corrective action yang seharusnya dilakukan adalah pilih bahan yang segar dan
menggunakan wadah tertutup untuk membawa bahan agar tidak terkontaminasi udara
jalanan.
Tahap pengolahan. Dalam proses pembuatan Nasi Gila pencucian adalah hal
penting yang tidak boleh dilewati. Bahaya kimia dalam pencucian adalah logam berat dan
bahaya biologi yaitu E. Coli. Kontrol yang dapat dilakukan adalah dengan pencucian
berulang yang dapat mengurangi bahaya tersebut. Hal itu dapat diketahui melalui
moitoring dengan memastikan bahan yang sudah dicuci tetap dalam keadaan bersih
sehingga tindakan korektif yang dapat dilakukan adalah dengan mencuci dengan
menggunakan air bersih dan emnjaga keberrsihan individu.
Pemotongan merupakan proses setelah pencucian dan sebelum memulai untuk dimasak.
Bahaya fisik dalam pemotongan yaitu pisau berkarat dan alas pemotong yang kotor, lalu
bahaya kimia yaitu logam berat serta bahaya biologi adalah bakteri. Kontrol yang dapat
dilakukan yaitu dengan menggunakan alat dan bahan stainless steel serta pembersihan
alat masak yang baik. Monitoring yang dapat dilakukan yaitu dengan mastikan alat
pemotong dan alas pemotong yang akan digunakan sudah bersih dan aman sehingga
tindakan korektif yang dapat dilakukan dengan selalu memperhatikan kebersihan
peralatan masak.
Penumisan merupakan proses terakhir dalam pembuatan Nasi Gila. Bahaya fisik yang
dapat terjadi yaitu kontaminasi dengan alat masak yang aman seperti stainless steel serta
menghindari kontak langsung dengan penjamah. Kontrol yang dapat dilakukan yaitu
dengan memastikan peralatan masak yang akan digunakan sudah terstandar dan aman
serta memastikan penjamah sudah paham dengan pentingnya kebersihan individu serta
tindakan korektif yang dapat dilakukan dengan menggunakan alat masak yang digunakan
sudah baik dan kebersihan individu harus dijaga.
Kesimpulan
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu pendekatan sistem
dalam pengamanan makanan. Dengan pendekatan HACCP ini, maka pengawasan
keamanan makanan baik yang dikelola oleh perusahaan makanan, jasa boga, rumah
makan, restoran, maupun yang dikelola sebagai makanan jajanan dan makanan rumah
tangga, dapat lebih terjamin mutunya, karena setiap tahapan proses pengolahan
dikendalikan risikonya dan bahaya yang mungkin timbul.
Saran
Saran yang dapat diberikan kepada pihak perusahaan dengan adanya penelitian ini
adalah:
1. Dalam rangka mencapai penerapan sistem HACCP secara maksimal, perlu komitmen
tinggi dari manajemen untuk melaksanakan HACCP ini secara berkesinambungan
dan menyeluruh pada semua sektor.
2. Meningkatkan mutu sumber daya manusia sehingga pendekatan sistem ini dapat
mencapai sasaran.
3. Perlu penelitian lebih lanjut dan pengujian laboratorium untuk mengetahui tingkat
paparan kontaminasi yang mungkin terjadi selama proses produksi.
Dokumentasi