Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERSALINAN KALA IV

DOSEN PENGAMPUH :

Fatmawati, S.Kep, Ns.

OLEH:

Nama: Siska Cahyati Fatimah

Nim: (A.18.10.057)

Kelas : B Keperawatan

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“TAHAP PERSALINAN KALA IV”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah “TAHAP PERSALINAN KALA IV” ini
dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bulukumba,19 Maret 2020

penyusun

i
DAFTAR ISI

SAMPUL

Halaman:

KATA PENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Maksud Dan Tujuan.........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

KONSEP PERAN PERAWAT

A. Defenisi Persalinan...........................................................................................................2
B. Tahap Persalinan .............................................................................................................2
C. Defenisi Kala IV Persalinan ............................................................................................3
D. Pemantauan Kala IV........................................................................................................3
E. Tindakan Kala IV ...........................................................................................................7
F. Penyulit Kala IV ...........................................................................................................8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kala IV adalah masa dua jam setelah plasenta lahir. Dalam kala IV ini, ibu
membutuhkan pengawasan yang intensif karena dikhawatirkan akan terjadi
pendarahan. Pada keadaan ini atonia uteri masih mengancam. Pada saat proses
persalinan terkadang harus dilakukan episiotomi misalnya kepala bayi terlalu besar
atau mencegah ruptur perineum totalis. Oleh karena itu kala IV penderita belum boleh
dipindahkan kekamarnya dan tidak boleh ditinggalkan. Selama masih dalam proses
kala IV ibu berada dalam masa kritis maka harus selalu dilakukan pemantauan kala
IV.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa saja yang dilakukan pada saat persalinan kala IV?
b. Apa saja yang harus dipantau pada kala IV?
c. Apa saja tindakan pada kala IV?
C. TUJUAN
a. Untuk mengetahui dan memahami yang harus dilakukan pada kala IV
b. Untuk mengetahui hal0hal yang perlu dipantau pada kala IV
c. Untuk mengetahui dan memahami tindakan pada kala IV

1
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI PERSALINAN
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup di
luar uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan normal atau persalinan spontan
adalah bila bayi lahir dengan letak belakang kepala tanpa melalui alat-alat atau
pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung
dalam waktu kurang dari 24 jam 1.
B. TAHAP PERSALINAN
Tahap persalinan dibagi menjadi 4 fase/kala yaitu :
1) Kala I : Dinamakan kala pembukaan, pada kala ini serviks membuka sampai
terjadi pembukaan 10 cm. Proses membukanya serviks dibagi atas 2 fase :
a) Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat
lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
b) Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2
jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal
dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4
menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali
dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm. Kala
I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap. Pada
primigravida kala I berlangsung kira-kira 12 jam sedang pada
multigravida 8 jam. Pembukaan primigravida 1 cm tiap jam dan
multigravida 2 cm tiap jam.
2) Kala II : Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan
janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung 1,5 jam pada
primigravida dan 0,5 jam pada multipara. Batasan persalinan kala II yaitu
dimulai saat pembukaan serviks lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya
seluruh tubuh janin. Kontraksi pada kala II ini biasanya sangat kuat sehingga
kemampuan ibu untuk menggunakan otot-otot abdomen dan posisi presentasi
mempengaruhi durasi kala II. Kala II persalinana dirasakan oleh ibu bersalin
sebagai hal yang lebih berat beban penderitaannya dibandingkan dengan kala
I. Transisi kala II ini biasanya berlangsung singkat dan umumnya terjadi hanya
dalam tempo beberapa menit saja. Periode ini dapat menakutkan karena

2
onsetnya yang begitu cepat. Sehingga pada saat ini banyak ibu mengatakan
“saya mau pulang‟ ibu akan kehilangan kendali atas dirinya dan akan merasa
tertekan sehingga pengendalian saat ini sangat penting bagi ibu.
3) Kala III : Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan.
Prosesnya 6-15 menit setelah bayi lahir.
4) Kala IV : Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam, hal ini
dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum. Observasi
yang dilakukan melihat tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda
vital (tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya
pendarahan.
C. DEFINISI KALA IV PERSALINAN
Kala IV persalinan adalah waktu setelah plasenta lahir sampai empat jam
pertama setelah melahirkan.
Hal – hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus
kembali dalam bentuk normal. Hal ini dapat dilakukan dengan rangsangan taktil
(masase) untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat. Perlu juga dipastikan
bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa dalam uterus serta
benar-benar dijamin tidak terjadi perdarahan lanjut.
D. PEMANTAUAN PADA KALA IV
1. PEMANTAUAN KEADAAN UMUM
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah proses
tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV:
1) Tingkat kesadaran
2)   Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernafasan
3) Kontraksi uterus
4) Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika
jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

Pokok penting yang harus diperhatikan pada kala 4 : 

1) Kontraksi uterus harus baik


2) Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain
3) dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap
4) Kandung kencing harus kosong
5) Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma

3
6) Resume keadaan umum bayi
7) Resume keadaan umum ibu.
2. PEMANTAUAN KALA IV
Pemantauan pada kala IV yaitu:
1) Lakukan rangsangan taktil (seperti pemijatan) pada uterus, untuk
merangsang uterus berkontraksi.
2)   Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara
melintang antara pusat dan fundus uteri.
3) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
4) Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserasi
atau episotomi).
5) Evaluasi kondisi ibu secara umum
6) Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan
di halaman belakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau
setelah penilaian dilakukan.
3. PEMANTAUAN KEADAAN IBU
Hal-hal yang perlu dipantau selama dua jam pertama pasca persalinan.
1) Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih, dan
perdarahan setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30
menit dalam satu jam kedua pada kala IV.
2) Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras, setiap 15
menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua
kala IV.
3) Pantau suhu ibu satu kali dalam jam pertama dan satu kali pada jam
kedua pascapersalinan.
4) Nilai perdarahan, periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam
satu jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
4. EVALUASI UTERUS
Setelah kelahiran plasenta, periksa kelengkapan dari plasenta dan
selaput ketuban. Jika masih ada sisa plasenta dan selaput ketuban yang
tertinggal dalam uterus akan mengganggu kontraksi uterus sehingga
menyebabkan perdarahan.
Jika dalam waktu 15 menit uterus tidak berkontraksi dengan baik,
maka akan terjadi atonia uteri. Oleh karena itu, diperlukan tindakan

4
rangsangan taktil (massase) fundus uteri dan bila perlu dilakukan Kompresi
Bimanual.
5. PEMERIKSAAN SERVIK, VAGINA, DAN PERINEUM
Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka
periksa daerah perineum, vagina dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan
mengalami peregangan, oleh kemungkinan edema dan lecet. Introitus vagina
juga akan tampak terkulai dan terbuka. Sedangkan vulva bisa berwarna merah,
bengkak dan mengalami lecet-lecet.
Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau hemoroid yang keluar,
maka periksa anus dengan rectal toucher.
Laserasi dapat dikategorikan dalam :
1) Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak
perlu dijahit.
2) Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan
jaringan perineum (perlu dijahit).
3) Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit,
jaringan perineum dan spinkter ani.
4) Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit,
jaringan perineum dan spinkter ani yang meluas hingga ke rektum.
Rujuk segera.

Prinsip Penjahitan Luka Episiotomi / Laserasi Perineum

Indikasi Episiotomi

5
a) Gawat janin
b) Persalinan per vaginam dengan penyulit (sungsang, tindakan vakum
ataupun forsep).
c) Jaringan parut (perineum dan vagina) yang menghalangi kemajuan
persalinan.
Tujuan Penjahitan
a) Untuk menyatukan kembali jaringan yang luka.
b) Mencegah kehilangan darah.
Keuntungan Teknik Jelujur
Selain teknik jahit satu-satu, dalam penjahitan digunakan teknik
penjahitan dengan model jelujur. Adapun keuntungannya adalah:
 Mudah dipelajari.
 Tidak nyeri.
 Sedikit jahitan.

Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam melakukan penjahitan perlu


diperhatikan tentang:

1) Laserasi derajat satu yang tidak mengalami perdarahan, tidak perlu


dilakukan penjahitan.
2) Menggunakan sedikit jahitan.
3) Menggunakan selalu teknik aseptik.
4) Menggunakan anestesi lokal, untuk memberikan kenyamanan ibu.

6
E. TINDAKAN PADA KALA IV
1. Tindakan Baik:
a. Mengikat tali pusat.
b. Memeriksa tinggi fundus uteri.
c. Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi.
d. Membersihkan ibu dari kotoran.
e. Memberikan cukup istirahat.
f. Menyusui segera.
g. Membantu ibu ke kamar mandi.
h. Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan tanda
bahaya baik bagi ibu maupun bayi.
2. Tindakan Yang Tidak Bermanfaat:
a. Tampon vagina – menyebabkan sumber infeksi.
b. Pemakaian gurita – menyulitkan memeriksa kontraksi.
c. Memisahkan ibu dan bayi.
d. Menduduki sesuatu yang panas – menyebabkan vasodilatasi, menurunkan
tekanan darah, menambahperdarahan dan menyebabkan dehidrasi.
DIAGNOSIS KALA IV

DIAGNOSIS
NoKategori Keterangan
Tonus – uterus tetap berkontraksi.
Posisi – TFU sejajar atau dibawah pusat.
1. Involusi normal
Perdarahan – dalam batas normal (100-300ml).
Cairan – tidak berbau.
Sub involusi – kontraksi uterus lemah, TFU diatas pusat.

Kala IV dengan penyulit


Perdarahan – atonia, laserasi, sisa plasenta / selaput ketuban
2.

7
F. PENYULIT KALA IV
1. PENDARAHAN MASA NIFAS
Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah
perdarahan dengan jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir. Ada dua jenis
menurut waktunya, yaitu perdarahan dalam 24 jam pertama setelah melahirkan
dan perdarahan nifas.
Penyebab tersering adalah atoni uteri, yakni otot rahim tidak
berkontraksi sebagaimana mestinya segera setelah bayi lahir. Normalnya,
setelah bayi dan plasenta lahir otot-otot rahim akan berkontraksi sehingga
pembuluh darah akan menutup dan perdarahan akan berhenti. Namun, terjadi
atoni uteri, rahim tidak dapat berkontraksi dengan baik, sehingga pembuluh
darah tetap terbuka. Dengan demikian terjadilah perdarahan postpartum.
2. INFEKSI PASCA PERSALINAN (POSTPARTUM)
Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan.
Keadaan ini ditandai oleh peningkatan suhu tubuh, yang dilakukan pada dua
kali pemeriksaan, selang waktu enam jam dalam 24 jam pertama setelah
persalinan. Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius dan tidak ditemukan
penyebab lainnya (misalnya bronhitis), maka dikatakan bahwa telah terjadi
infeksi post partum.
Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan
adalah infeksi pada rahim, daerah sekitar rahim, atau vagina. Infeksi ginjal
juga terjadi segera setelah persalinan.
Beberapa keadaan pada ibu yang mungkin dapat meningkatkan resiko
terjadinya infeksi post partum, antara lain anemia, hipertensi pada kehamilan,
pemeriksaan pada vagina berulang-ulang, penundaan persalinan selama lebih
dari enam jam setelah ketuban pecah, persalinan lama, operasi caesar,
tertinggalnya bagian plasenta didalam rahim, dan terjadinya perdarahan hebat
setelah persalinan.
Gejalanya antara lain menggigil, sakit kepala, merasa tidak enak
badan, wajah pucat, denyut jantung cepat, peningkatan sel darah putih, rasa
nyeri jika bagian perut ditekan, dan cairan yang keluar dari rahim berbau
busuk. Jika infeksi menyerang jaringan disekeliling rahim, maka nyeri dan
demamnya lebih hebat.

8
3. RUPTURA UTERI
Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim
tidak utuh. Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri,
misalnya ibu yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya.
Selain itu, kehamilan dengan janin yang terlalu besar, kehamilan dengan
peregangan rahim yang berlebihan, seperti pada kehamilan kembar, dapat pula
menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek. Gejala yang
sering muncul adalah nyeri yang sangat berat dan denyut jantung janin yang
tidak normal.
Apabila terjadi perdarahan  yang hebat dalam perut ibu, hal ini
mengakibatkan suplai darah ke plasenta dan janin menjadi berkurang,
sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan ibu. Jika ibu memiliki
riwayat ruptur uteri pada kehamilan sebelumnya, disarankan untuk tidak hamil
lagi sebab beresiko terjadinya ruptur uteri yang berulang.

9
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kala IV adalah dimulai sejak plasenta lahir 1-2 jam sesudahnya,hal-hal ini
yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus kembali kebentuk
normal.Hal itu dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan taktil (masase) untuk
merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat.perlu juga diperhatikan bahwa plasenta
telah lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa sedikitpun dalam uterus serta benar-
benar dijamin tidak terjadi perdarahan lanjut. Perkiraan pengeluaran darah, laserasi
atau luka episiotomi serta pemantauan dan evaluasi lanjut  juga perlu diperhatikan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, P, 2003, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal,


YBP SP, Jakarta.

Ujiningtyas, Sri hari. 2009. Asuhan Keperawatan Persalinan Normal. Jakarta:


Salemba Medika
Saswita, Reni.2011. Asuhan Keperawatan Perawatan Normal. Jakarta: Salemba Medika
Mochtar, R, 1998, Sinopsis Obstetri, Edisi 2 Jilid 1, EGC, Jakarta.

Pusdiknakes, 2003, Buku 3 Asuhan Intrapartum, Jakarta.

Cunningham FG etc, editor. Williams Obstetrics 21th edition. Connecticut: Applenton Lange.
2001

11

Anda mungkin juga menyukai