Anda di halaman 1dari 4

Ade Rizki Hermawan

11916020
ZZZat

Pengertian Zat Ekstraktif


Menurut Achmadi (1990), selain selulosa, hemiselulosa dan lignin, komponen kimia lainnya
yang terdapat dalam kayu adalah substansi yang biasa disebut dengan zat ekstraktif. Zat ekstraktif
biasanya berada di dalam pori-pori dan dinding sel tanaman berkayu dalam jumlah yang sedikit. Zat
ekstraktif tersebut tidak semuanya bisa larut dalam pelerut kimia, hal ini disebabkan karena adanya
struktur lain dalam zat ekstraktif tersebut seperti mineral atau getah yang mempunyai derajat
kondensasi yang tinggi. Zat ekstraktif yang umumnya mempunyai gugus alkohol dan berikatan
dengan lignin, kadang dapat diekstraksi dengan pelarut netral.
Zat ekstraktif umumnya adalah zat yang mudah larut dalam pelarut seperti eter, alkohol,
bensin dan air. Persentase zat ekstraktif ini rata-rata 3-8% dari berat kayu kering tanur. Termasuk di
dalamnya minyak-minyakan, resin, lilin, lemak, tannin, gula pati dan zat warna. Zat ekstraktif ini
merupakan bagian struktur dinding sel, tetapi terdapat dalam rongga sel. Dalam arti yang sempit, zat
ekstraktif merupakan senyawa-senyawa yang larut dalam pelarut organik dan dalam pengertian ini,
nama zat ekstraktif digunakan dalam analisis kayu (Fengel dan Wegener, 1995).

Sumber dan Penyebaran Zat Ekstraktif


Dumanauw (1990) menyatakan bahwa zat ekstraktif bukan merupakan bagian struktur
dinding sel, tetapi terdapat dalam rongga sel. Sedangkan Sjöström (1995) berpendapat bahwa zat
ekstraktif tidak tersebar secara merata dalam batang dan dinding sel serat. Ekstraktif terdapat pada
tempat tertentu, sebagai contoh asam dalam tumbuhan resin banyak terdapat dalam saluran resin
dalam kulit kayu, sedangkan lemak dan lilin banyak terdapat dalam sel parenkim jari-jari baik pada
kayu daun jarum dan kayu daun lebar. Umumnya kayu daun lebar mempunyai kandungan zat
ekstraktif yang lebih banyak dibandingkan dengan kayu daun jarum.
Selanjutnya Fengel dan Wegener (1995), mengemukakan bahwa zat ekstraktif berpusat pada
resin kanal dan sel parenkim jari-jari. Pada lamela tengah juga terdapat zat ekstraktif dengan kadar
yang lebih rendah jika dibandingkan dengan interseluler dan dinding sel trakeid serta serat libriform.
Zat Ekstraktif dalam kayu dapat berupa karbohidrat, gula, pektin, zat warna dan asam-asam tertentu
yang berasosiasi dan mudah larut dalam air dingin. Zat yang terlarut dalam air panas antara lain
lemak, zat warna, tanin, damar dan flobatannin. Selanjutnya yang terlarut dalam NaOH terdiri dari
senyawa karbohidrat dan lignin (Achmadi, 1990).

Kegunaan Zat Ekstraktif


Zat ekstraktif dapat digunakan untuk mengenali suatu jenis kayu. Jenis kayu yang berbeda
menyebabkan kandungan zat ekstraktif yang berbeda pula, sehingga dapat dijadikan sebagai alat
identifikasi/ pengenalan kayu (Dumanauw, 1982). Sedangkan menurut Sjostrom (1995) bahwa tipe-
tipe ekstraktif yang berbeda adalah perlu untuk mempertahankan fungsi biologi pohon yang
bermacam-macam. Sebagai contoh lemak merupakan sumber energi sel-sel kayu, sedangkan
terpenoid-terpenoid rendah, asam-asam resin, dan senyawa-senyawa fenol melindungi kayu terhadap
kerusakan secara mikrobiologi atau serangan serangga.
Ekstraktif tidak hanya penting untuk taksonomi dan biokimia pohon-pohon, tetapi juga
penting bila dikaitkan dengan aspek-aspek teknologi. Ekstraktif merupakan bahan dasar yang
berharga untuk pembuatan bahan-bahan kimia organik dan mereka memainkan peranan penting dalam
proses pembuatan pulp dan kertas.

Metode Isolasi (Ekstraksi) Zat ekstraktif


Ø  Ekstraksi dengan pelarut
·          Cara Dingin
1. Maserasi yaitu proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali
pengocokan atau pengadukan pada suhu kamar.
2. Perkolasi yaitu estraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction)
umumnya dilakukan pada suhu kamar.
Cara Panas
1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan
jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
2.  Soxhlet
Soxhlet merupakan ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan
alat khusus sehingga terjadi ektraksi kontiniu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik.
3   Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontiniu) pada temperatur yang lebih tinggi dari
suhu kamar. Secara umum dilakukan pada suhu 40-50 C.
4.  Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (benjana infus tercelup dalam
penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98 C) selama waktu tertentu (15-20 menit).
5.  Dekok
Dekok merupakan infus pada waktu yang lebih lama dan (>30 C) dan temperatur sampai titik didih
air.

Ø  Destilasi Uap

Destilasi uap merupakan ekstraksi senyawa dengan kandungan yang mudah menguap
(minyak atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air berdasarkan peristiwa tekanan parsial.
Digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki titik didih mencapai 200 °C atau lebih.
Dapat menguapkan senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer
dengan menggunakan uap atau air mendidih.
Terpenoid
Dalam tumbuhan biasanya terdapat senyawa hidrokarbon dan hidrokarbon teroksigenasi yang
merupakan senyawa terpenoid. Kata terpenoid mencakup sejumlah besar senyawa tumbuhan, dan
istilah ini digunakan untuk menunjukkan bahwa secara biosintesis semua senyawa tumbuhan itu
berasal dari senyawa yang sama. Jadi, semua terpenoid berasal dari molekul isoprene
CH2==C(CH3)─CH==CH2 dan kerangka karbonnya dibangun oleh penyambungan 2 atau lebih
satuan C5 ini. Kemudian senyawa itu dipilah-pilah menjadi beberapa golongan berdasarkan jumlah
satuan yang terdapat dalam senyawa tersebut, 2 (C10), 3 (C15), 4 (C20), 6 (C30) atau 8 (C40).
Terpenoid merupakan derivat dehidrogenasi dan oksigenasi dari senyawa terpen. Terpen
merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan sebagian
kelompok hewan. Rumus molekul terpen adalah (C5H8)n. Terpenoid disebut juga dengan isoprenoid.
Hal ini disebabkan karena kerangka karbonnya sama seperti senyawa isopren. Secara struktur kimia
terenoid merupakan penggabungan dari unit isoprena, dapat berupa rantai terbuka atau siklik, dapat
mengandung ikatan rangkap, gugus hidroksil, karbonil atau gugus fungsi lainnya.
Terpenoid terdiri atas beberapa macam senyawa, mulai dari komponen minyak atsiri, yaitu
monoterpena dan sesquiterepena yang mudah menguap (C10 dan C15), diterpena menguap, yaitu
triterpenoid dan sterol (C30), serta pigmen karotenoid (C40). Masing-masing golongan terpenoid itu
penting, baik dalam pertumbuhan dan metabolisme maupun pada ekologi tumbuha. Terpenoid
merupakan unit isoprena (C5H8). Terpenoid merupakan senyawa yang kerangka karbonnya berasal
dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 siklik yaitu
skualena. Senyawa ini berstruktur siklik yang nisbi rumit, kebanyakan berupa alcohol, aldehid atau
atom karboksilat. Mereka berupa senyawa berwarna, berbentuk kristal, seringkali bertitik leleh tinggi
dan aktif optic yang umumnya sukar dicirikan karena tak ada kereaktifan kimianya.
Secara umum terpenoid terdiri dari unsur-unsur C dan H dengan rumus molekul umum
(C5H8)n.
Klasifikasi biasanya tergantung pada nilai n.
Nama Rumus Sumber
Monoterpen C10H16 Minyak Atsiri
Seskuiterpen C15H24 Minyak Atsiri
Diterpen C20H32 Resin Pinus
Triterpen C30H48 Saponin, Damar
Tetraterpen C40H64 Pigmen, Karoten
Politerpen (C5H8)n  n  8 Karet Alam

Isolasi Dan Identifikasi Terpenoid


Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu: melalui sokletasi dan
maserasi. 
1. Sekletasi
Dilakukan dengan melakukan disokletasi pada serbuk kering yang akan diuji dengan 5L n-
hexana. Ekstrak n-hexana dipekatkanlalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana
dikentalkan lalu diujifitokimia dan uji aktifitas bakteri.
2. Teknik maserasi menggunakan pelarut methanol.
Ekstrak methanol dipekatkan lalu lalu dihidriolisis dalam 100 mL HCl4M.hasil hidrolisis
diekstraksi dengan 5 x 50 mL n-heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan dalam 10 mL
KOH 10%. Ekstrak n-heksanadikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktivitas bakteri. 

Kegunaan Terpenoid
Kegunaan terpenoid bagi tumbuhan antara lain :
a.  Fitoaleksin
Fitoaleksin adalah suatu senyawa anti-mikrobial yang dibiosintesis (dibuat) dan diakumulasikan
oleh tanaman setelah terjadi infeksi dari mikroorganisme patogen atau terpapar senyawa kimia
tertentu dan radiasi dengan sinar UV.
b.  Insect antifectan, repellant
c.  Pertahanan tubuh dari herbifora
d. Feromon Hormon tumbuhan.
Feromon adalah sejenis zat kimia yang berfungsi untuk merangsang dan memiliki daya
pikat    seks pada hewan jantan maupun betina.
Selain kegunaan diatas juga mempunyai manfaat sebagai berikut:
1) sebagai pengatur pertumbuhan (seskuiterpenoid absisin dan diterpenoid giberellin)
2) sebagai antiseptic, ekspektoran, spasmolitik, anestetik dan sedative, sebagai bahan pemberi aroma
makan dan parfum (monoterpenoid)
3) sebagai tumbuhan obat untuk penyakit diabetes,gangguan menstruasi, patukan ular, gangguan kulit,
kerusakan hati dan malaria (triterpenoid).
4) sebagai hormon pertumbuhan tanaman, podolakton inhibitor pertumbuhan tanaman, antifeedant
serangga, inhibitor tumor, senyawa pemanis, anti fouling dan anti karsinogen (diterpenoid)
5) Sebagai anti feedant, hormon, antimikroba, antibiotik dan toksin serta regulator pertumbuhan
tanaman dan pemanis (seskuiterpenoid)
6) penghasil karet (politerpenoid)
7) Karotenoid memberikan sumbangan terhadap warna tumbuhan dan juga diketahui sebagai pigmen
dalam fotosintesis 
8) Monoterpen dan seskuiterpen juga memberikan bau tertentu pada tumbuhan.

Anda mungkin juga menyukai