Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

Ilmu pengetahuan, teknologi, dan juga industri di dunia maupun di Indonesia


sekarang ini berkembang dengan sangat pesat. Oleh karenanya, lembaga perguruan tinggi
sebagai sarana untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkepribadian
baik, dan memiliki intelektual yang tinggi, senantiasa dituntut untuk meningkatkan metode
pendidikannya agar siap untuk menghadapi perkembangan dunia yang sangat pesat
tersebut.
Untuk itu, Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, sebagai salah satu institusi (perguruan tinggi) di
Indonesia yang berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi memberi kesempatan
bagi para mahasiswanya untuk megembangkan diri agar mampu menyesuaikan dengan
perkembangan dan tuntutan dunia industri sekarang ini. Sejalan dengan upaya tersebut,
maka Jurusan Teknik Elektro ITS memasukkan program kerja praktek dalam kurikulum
yang diwajibkan oleh mahasiswanya.
Pemahaman tentang permasalahan di dunia industri akan banyak diharapkan
dapat menunjang pengetahuan dan wawasan secara teoritis yang didapat dari materi
perkuliahan, sehingga mahasiswa dapat menjadi salah satu sumber daya manusia yang
siap dan mampu untuk menghadapi tantangan dalam era globalisasi.
Dengan syarat kelulusan yang ditetapkan, maka mata kuliah kerja praktek telah
menjadi salah satu pendorong utama bagi mahasiswa untuk mengenal kondisi di lapangan
kerja dan utnuk melihat keselarasan antara ilmu pengetahuan yang diperoleh di
perkuliahan dengan aplikasi praktis di dunia kerja, khususnya dunia industri. Selain itu,
mahasiswa dituntut untuk belajar dan mempraktekkan secara langsung pekerjaan yang ada
di lapangan agar dapat mengembangkan diri dengan memperluas wawasannya. Selain itu,
mahasiswa juga dituntut memiliki keterampilan dan kemampuan untuk menerapkan ilmu
yang dimilikinya selama berada di perkuliahan, agar ilmu pengetahuan yang telah
didapatkan dapat berkembang dengan mengetahui masalah yang akan dihadapi di
lapangan nantinya.
Pengetahuan dan wawasan mahasiswa tentang dunia kerja yang berkaian dengan
dunia industri sangat diperlukan sehubungan dengan kondisi negara Indonesia yang
merupakan salah satu negara berkembang, dimana ilmu pengetahuan dan teknologi akan
1
Proposal Kerja Praktek
Teknik Elektro FTI-ITS Surabaya 2011
diaplikasikan oleh industri terlebih dahulu. Untuk itu mahasiswa diharapkan sebgai calon
output dari sebuah perguruan tinggi akan lebih mengenal perkembangan industri terlebih
dahulu sebelum masuk ke dalamnya.
Kebijakan link and match yang telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan
Nasional merupakan salah satu cara dari pihak pemerintah untuk menjembatani atau
membuat hubungan perguruan tinggi dengan dunia kerja khususnya dunia industri dalam
rangka memberikan sumbangan yang lebih besar dan bermanfaat bagi kemajuan dan
perkembangan bangsa dan negara kita.

II . LATAR BELAKANG

Pemahaman tentang permasalahan di dunia industri akan banyak diharapkan


dapat menunjang pengetahuan secara teoritis yang didapat dari materi perkuliahan,
sehingga mahasiswa dapat menjadi salah satu sumber daya manusia yang siap menghadapi
tantangan era globalisasi. Atas dasar pemikiran tersebut, kerja praktek menjadi salah satu
kurikulum wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa S-1 Teknik Elektro ITS.
Dengan syarat kelulusan yang ditetapkan, mata kuliah kerja praktek telah
menjadi salah satu pendorong utama bagi tiap-tiap mahasiswa untuk mengenal kondisi di
lapangan kerja dan untuk melihat keselarasan antara ilmu pengetahuan yang diperoleh di
bangku kuliah dengan aplikasi praktis di dunia kerja.

TUJUAN

Tujuan pelaksanaan kerja praktek :


III. 1 . Umum

1. Menciptakan hubungan antara dunia industri dan perguruan tinggi,


dimana output perguruan tinggi merupakan sumber daya manusia dalam dunia
industri.
2. Sebagai perwujudan peran serta dunia industri dalam memberikan
kontribusinya pada sistem pendidikan nasional.
3. Membuka wawasan mahasiswa agar dapat mengetahui dan memahami
aplikasi ilmunya di dunia industri.
2
Proposal Kerja Praktek
Teknik Elektro FTI-ITS Surabaya 2011
4. Sebagai sarana pembelajaran sosialisasi dalam lingkungan dunia kerja.
5. Mahasiswa dapat memahami dan mengetahui sistem kerja di dunia
industri sekaligus mampu mengadakan pendekatan masalah yang ada.
6. Menumbuhkan dan menciptakan pola berpikir konstruktif yang lebih
berwawasan bagi mahasiswa.

III .2. Khusus

1. Untuk memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang harus


ditempuh sebagai persyaratan akademis di jurusan Teknik Elektro ITS.
2. Memperdalam pengetahuan mahasiswa dengan mengenal dan
mempelajari secara langsung sistem pengaman atau proteksi generator PT
BADAK NGL.
3. Mengembangkan pengetahuan, sikap, ketrampilan dan kemampuan
profesi melalui penerapan ilmu, latihan kerja dan pengamatan teknik yang
diterapkan di PT BADAK NGL.

IV. BENTUK KEGIATAN

Kerja praktek akan dilaksanakan di PT BADAK NGL mulai tanggal 6 Juli


2011 s/d 3 September 2011. Perincian kegiatan yang akan dilakukan meliputi
kegiatan sebagai berikut :

MINGGU
NO. KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. Pengenalan perusahaan dan lapangan

2. Observasi lapangan

3. Pengumpulan Data

4. Penyusunan laporan

3
Proposal Kerja Praktek
Teknik Elektro FTI-ITS Surabaya 2011
PESERTA

Peserta dalam kerja praktek ini adalah mahasiswa Bidang Studi Teknik Sistem
Tenaga, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember Surabaya yaitu :

1. Nama : Shinta Kartika sari


NRP : 2208 100 006
2. Nama : Anesya Violita
NRP : 2208 100 169

VI. PELAKSANAAN

a. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Tempat : PT BADAK NGL
• Alamat : Plant Site
Bontang Selatan, Bontang , Kalimantan Timur, Indonesia
• Waktu : 6 Juli 2011 s/d 3 September 2011

b. Rencana Metoda Pelaksanaan


• Kerja praktek dan pengamatan langsung terhadap kegiatan-kegiatan
PT BADAK NGL, khususnya tentang sistem pengaman tenaga listrik.
• Studi pustaka.
• Diskusi dengan pembimbing yang ditunjuk oleh PT BADAK NGL dan dengan
karyawan perusahaan.
• Penyusunan laporan kerja praktek.

BIDANG YANG DIMINATI


Pada pelaksanaan kerja praktek ini, kami akan mengkaji sistem pengaman
generator PT BADAK NGL. Suatu sistem proteksi berfungsi untuk mengisolasi gangguan.
Gangguan yang sering terjadi umumnya disebabkan oleh gangguan hubung singkat. Arus
hubung singkat ini dapat menyebabkan gangguan serius pada peralatan dan juga
terhentinya pelayanan daya bagi pemakai. Untuk itu gangguan tersebut sedapat mungkin
harus dapat dideteksi oleh rele karena jika gangguan telah terdeteksi maka rele akan

4
Proposal Kerja Praktek
Teknik Elektro FTI-ITS Surabaya 2011
bekerja melepaskan sistem yang terganggu dari sistem yang masih normal melalui
pemutus daya (CB).

Rele-rele proteksi harusah memenuhi beberapa kriteria-kriteria tertentu seperti :


1. Keandalan (reliability)
Reliability menyangkut keandalan dari rele. Rele harus bekerja untuk setiap
gangguan yang telah direncanakan untuk rele tersebut. Untuk kondisi normal, rele
diharapkan tidak bekerja sedangkan untuk kondisi abnormal rele diharuskan
bekerja.
2. Selektivitas (selectivity)
Selectivity berkaitan dengan zona prokteksi. Untuk gangguan yang terjadi di luar
zonanya rele tidakboleh bekerja, demikian sebaliknya.
3. Kecepatan (speed)
Kecepatan kerja rele perlu diperhitungkan untuk melepaskan bagian yang
terganggu sesuai dengan waktu operasinya, untuk mengurangi kemungkinan
berkembangnya gangguan yang lebih parah.
4. Sensitivitas (sensitivity)
Kepekaan adalah kemampuan rele untuk tanggap terhadap gangguan yang sesuai
dengan karakteristiknya serta dengan penyimpangan sekecil mungkin.
5. Kesederhanaan (simplicity)
Perlengkapan dan rangkaian dari rele proteksi sederhana dan mudah dioperasikan
sistem proteksi yang optimum serta dengan biaya sekecil mungkin.

Selain syarat di atas, perlu pula diperhatikan hal-hal yang dapat menyebabkan
kegagalan dalam operasi suatu sistem proteksi, yaitu :
• Kesalahan pemilihan jenis rele
• Kesalahan dalam penentuan setting
• Human error
• Kegagalan / kerusakan alat proteksi beserta komponennya.
Generator merupakan salah satu subsistem dari suatu sistem kelistrikan.
Sebagaimana subsistem lain dalam pengoperasiannya generator tidak terlepas dari adanya
kondisi gangguan yang bervariasi. Mengingat penting dan mahalnya biaya pengadaan

5
Proposal Kerja Praktek
Teknik Elektro FTI-ITS Surabaya 2011
generator baru, maka tingkat kerusakan akibat gangguan harus dibatasi sampai sekecil
mungkin. Untuk itu pada generator ini perlu dipasang pengaman (proteksi).
Dalam ruang kalibrasi, dapat diperoleh data setting rele. Berdasarkan data setting
rele, dapat dianalisa range arus pick-up rele, delay waktu rele, kesesuaian CT dan PT yang
digunakan, penentuan tap setting, dan time dial rele.
Pada sistem pengaman dikenal adanya sistem pengaman primer (main protection
system) dan sistem pengaman cadangan (back up protection system). Demikian pula
halnya proteksi pada generator. Yang menjadi pertanyaan adalah rele mana yang berfungsi
sebagai pengaman utama (main) dan yang mana merupakan pengaman cadangan (back up)
dalam mengatasi gangguan pada generator.
Generator adalah suatu mesin AC yang dapat mengubah energi mekanis menjadi
energi listrik. Prinsip kerjanya berdasarkan Hukum Faraday tentang induksi
elektromagnetik, yaitu bila suatu konduktor digerakkan dalam medan magnet maka akan
dibangkitkan gaya gerak listrik atau sebaliknya.

Konstruksi generator sinkron merupakan susunan ferromagnetic yang terdiri dari


dua bagian utama, yaitu :
1. Bagian diam disebut stator atau jangkar, mempunyai alur-alur yang
memanjang dan di dalamnya terdapat lilitan kumparan stator.
2. Bagian berputarnya disebut rotor, yaitu tempat melilitnya lilitan medan yang
dicatu dengan arus DC.

MMF (Magnetomotif Force) yang sangat tinggi dihasilkan oleh arus dalam lilitan
medan bergabung dengan MMF yang dihasilkan oleh arus dalam lilitan stator, sehingga
fluks resultan pada celah udara antara stator dan rotor akan membangkitkan tegangan
dalam kumparan stator dan menyebabkan terjadinya kopling megnetik antara medan stator
dan rotor. Dan dari lilitan stator inilah akan dialirkan arus dari generator ke beban listrik
atau sistem.
Jika beban ditambahkan pada generator AC yang sedang bekerja pada kecepatan
konstan dan eksitasi medan konstan, tegangan terminal akan berubah. Besarnya perubahan
bergantung pada rancangan mesin dan factor daya beban. Faktor daya dari generator dapat
ditentukan dengan karakteristik beban yang sedang dicatu.

6
Proposal Kerja Praktek
Teknik Elektro FTI-ITS Surabaya 2011
Pengaturan generator AC didefinisikan sebagai persentase kenaikan tegangan
terminal ketika beban dikurangi dari arus beban penuh sampai bebannya menjadi nol
dengan kecepatan dan eksitasi medan dijaga konstan.

Persen pengaturan (factor daya tertentu)

Factor-faktor yang memepengaruhi pengaturan generator adalah sebagai berikut :


1. Penurunan tegangan I.R pada lilitan jangkar.
2. Penurunan tegangan I. pada lilitan jangkar.
3. Adanya reaksi jangkar.
Terjadinya perubahan beban yang disuplai oleh generator alan menyebabkan
perubahan frekuensi jika alat pengaturan dari mesin penggerak mula dikonstankan, maka
kecepatan putaran generator akan turun, sehingga frekuensi akan turun pula. Untuk
mengatasi hal itu, semua mesin penggerak mula dilengkapi dengan putaran yang diset
governor, yang merupakan alat untuk mengatur daya dan frekuensi.
Kenaikan beban pada sistem menyebabkan kecepatan putaran dan frekuensi
generator akan turun, sebab kenaikan permintaan daya akan dipenuhi oleh energi kinetik
dari mesin penggerak mula.
Kenaikan permintaan daya ini menyebabkan meningkatnya fluida kerja yang
masuk ke turbin, karena governor, turbin akan membuka lebih besar dan dengan demikian
terdapat keseimbangan beban yang baru.

Di samping menghasilkan daya aktif, generator sinkron akan menghasilkan daya


reaktif. Generator akan menyerap daya reaktif dari sistem bila penguat medannya kurang.
Kemampuan dari generator untuk membangkitkan daya reaktif dibatasi oleh thermal rating
daripada stator dan rotor serta keluaran eksitasi.
Pada generator-generator yang bekerja secara interkoneksi, pengaliran daya
reaktif yaitu dari tegangan yang lebih tinggi ke tegangan yang lebih rendah. Jika
penguatan dari generator tersebut diatur sehingga tegangannya berubah artinya tegangan
yang rendah menjadi tinggi ataupun sebaliknya, maka arah pengaliran daya reaktif pun

7
Proposal Kerja Praktek
Teknik Elektro FTI-ITS Surabaya 2011
akan berubah. Meskipun pengaturan tegangan dipisahkan dengan pengaturan frekuensi
namun seringkali perubahan tegangan disertai dengan perubahan frekuensi.

PERMANEN MAGNET GENERATOR (PMG)


PMG merupakan generator 1 fasa kutub dalam, dimana magnet permanen sebagai
penguat medan tetap berfungsi sebagai pembangkit mula. PMG ini mempunyai 8 pasang
kutub yang terpasang di sekeliling rotor. PMG ini membangkitkan tegangan arus bolak-
balik 1 fasa karena turbin mempunyai putaran 3000 rpm, maka frekuensi tegangan yang
dibangkitkan oleh PMG sebesar 400 Hz. Tegangan keluaran dari permanen magnet stator
sebesar 120 volt AC diturunkan menjadi 60 volt untuk sistem pengaturan secara manual
dan otomatis, yang selanjutnya diserahkan untuk diberikan ke sistem penguat generator.

GENERATOR PENGUAT
Generator penguat merupakan generator 3 fasa kutub luar, dimana belitan stator
mendapat tegangan arus searah sebagai penguat medan. Kumparan jangkar terletak di
rotor yang membangkitkan tegangan induksi 3 fasa. Tegangan tersebut disearahkan oleh
penyearah berputar (rotating rectifier). Peralatan penyearah ini terdiri dari 12 dioda
penyearah dan masing-masing dioda dipasangkan sebuah sekering (fuse) sebagai
pengaman. Arus searah ini digunakan sebagai penguat kumparan medan utama generator.

GENERATOR UTAMA
Generator utama merupakan generator 3 fasa kutub dalam, dimana kumparan
medan utama yang terletak di rotor mendapat tegangan arus searah dari penyerah berputar
(rotating rectifier) untuk membangkitkan medan putar. Akibat adanya medan tersebut dan
gerakan relative motor terhadap kumparan jangkar, maka kumparan jangkar yang terletak
di stator membangkitkan tegangan induksi arus bolak-balik 3 fasa.

GANGGUAN PADA GENERATOR


Pada dasarnya jenis gangguan pada generator terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Gangguan pada stator
2. Gangguan pada rotor
3. Kondisi operasi abnormal

8
Proposal Kerja Praktek
Teknik Elektro FTI-ITS Surabaya 2011
GANGGUAN PADA STATOR
Gangguan pada stator meliputi :
• Hubung singkat fasa-tanah
• Hubung singkat antar-fasa
• Hubung singkat antar lilitan
Bahaya terbesar dari gangguan tersebut adalah kerusakan pada isolasi inti stator
dan lilitan stator akibat panas yang dibangkitkan pada pusat gangguan. Dari ketiga jenis
gangguan tersebut gangguan yang sering terjadi dalam belitan stator dan hubungannya
adalah fasa-tanah.

GANGGUAN PADA ROTOR


Gangguan pada rotor dapat berupa gangguan ke tanah atau gangguan antar
belitan. Hal ini disebabkan karena adanya tekanan termis atau mekanik yang kuat pada
isolasi lilitan rotor.
Lilitan rotor ini merupakan lilitan eksitasi dan pada umumnya dalam keadaan
normal mempunyai tahanan isolasi yang sangat tinggi. Gangguan ke tanah satu tempat
yang terjadi pada sirkuit eksitasi tidak akan segera menimbulkan kerusakan bila arus
gangguan ke tanah dibatasi. Gangguan ke tanah ini akan menimbulkan fluks yang tidak
seimbang. Akibat langsung yang segera dirasakan adalah adanya gaya yang tidak
seimbang pada masing-masing kutub dan akan menimbulkan getaran pada rotor serta
dapat merusak bantalan generator yang akhirnya dapat menyebabkan kerusakan pada
stator ataupun rotor karena terjadinya pergeseran. Dengan demikian adanya gangguan satu
fasa ke tanah di satu tempat harus segera dideteksi oleh rele.

KONDISI OPERASI ABNORMAL


Kondisi operasi abnormal ini meliputi antara lain :
1. Hilangnya penguatan (loss of excitation)
2. Gangguan beban lebih (overload)
3. Gangguan tegangan lebih (overvoltage)
4. Hilangnya penggerak mula (loss of primemover)
5. Gangguan arus fasa urutan negatif (negative phase sequence)
6. Putaran lebih (overspeed)
7. Temperature lebih
9
Proposal Kerja Praktek
Teknik Elektro FTI-ITS Surabaya 2011
HILANGNYA PENGUATAN (LOSS OF EXCITATION)
Hilangnya penguatan medan menyebabkan putaran generator akan bertambah
cepat dan akan menyerap daya reaktif dari sistem. Induksi arus pada rotor, baji (wedge)
akan menimbulkan torsi pada poros (shaft) sebagai hasil kondisi ini menyebabkan
pemanasan lebih yang membahayakan rotor.

GANGGUAN BEBAN LEBIH (OVERLOAD)


Gangguan beban lebih terjadi karena generator tidak mampu memikul beban yang
melebihi batas nominalnya. Beban lebih tersebut dapat mengakibatkan penurunan
frekuensi dan tegangan keluaran generator. Untuk mengatasi hal ini pengaturan tegangan
(AVR) menaikkan arus penguatan namun kenaikan arus penguatan ini bila berlebihan
dapat menimbulkan pemanasan lebih pada rotor dan stator.

GANGGUAN TEGANGAN LEBIH (OVERVOLTAGE)


Gangguan tegangan lebih terjadi karena putaran generator melebihi batas
nominalnya yang disebabkan oleh hilangnya beban atau gangguan pada penggerak mula.
Putaran yang meningkat dapat meningkatkan frekuensi meningkat pula, hal ini dapat
menggangu sinkronisasi pada jaringan dan dapat pula mengakibatkan terjadinya kerusakan
pada generator.

KEGAGALAN PENGGERAK MULA (LOSS OF PRIMEMOVER)


Gangguan kegagalan penggerak mula pada generator akan mengakibatkan
generator berubah menjadi motor. Hal ini terjadi karena generator mendapat suplai daya
dari jaringan. Sebelum kehilangan penggerak mula secara keseluruhan, biasanya terjadi
penurunan putaran pada turbin secara bertahap. Untuk turbin uap kemungkinan uap yang
dibutuhkan untuk menggerakkan turbin tidak cukup untuk memutar turbin pada kecepatan
nominalnya. Dengan demikian tegangan yang dihasilkan generator juga menurun. Pada
saat terjadi perbedaan tegangan tersebut maka arus listrik akan megalir ke generator.

10
Proposal Kerja Praktek
Teknik Elektro FTI-ITS Surabaya 2011
GANGGUAN ARUS FASA URUTAN NEGATIF (NEGATIVE PHASE
SEQUENCE)
Dalam keadaan normal, arus pada genertor tiga fasa seimbang. Tetapi jika terjadi
gangguan pada jaringan maka keseimbangan tersebut terganggu.
• Gangguan fasa-tanah
• Gangguan fasa-fasa
• Pembebanan tidak simetris
• Putusnya salah satu fasa saluran
Arus fasa urutan negatif ini akan membangkitkan fluks pada stator yang
mempunyai kecepatan yang sama dengan rotor, tetapi berputar dengan arah yang
berlawanan. Dengan demikian kecepatan relatif putaran fluks ini terhadap rotor akan
berputar pada dua kali dari frekuensi sistem. Hal ini terjadi karena rotor berputar ke kanan
sedangkan fluks stator akibat fasa urutan negatif berputar ke kiri. Kejadian ini dapat
mengakibatkan arus pusar pada rotor.
Arus pusar dengan frekuensi tinggi menyebabkan bagian luar dari rotor dan lilitan
pada rotor menjadi panas. Selanjutnya arus pusar ini mengalir pada batang-batang
peredam, gigi alur rotor dan dinding alur rotor yang akan mengubah sifat mengubah
mekanis dan sifat listrik bagian yang dialirinya.

PUTARAN LEBIH (OVERSPEED)


Bila suatu generator bekerja sendiri menanggung beban, tiba-tiba melepas
bebannya karena suatu gangguan dan bila generator yang bekerja yang bekerja paralel
terlepas dari sistem, akibatnya akan ada putaran lebih. Bila generator yang bekerja sendiri
akibat hal ini menyebabkan kenaikan frekuensi dan bila tidak dilengkapi dengan AVR,
maka putaran lebih akan menaikkan tegangan generator. Bila kenaikkan mendadak ini
terjadi akan membahayakan isolasi belitan generator dan juga pada sistem beban.

TEMPERATUR LEBIH
Timbulnya panas yang berlebihan dalam stator umumnya disebabkan oleh beban
lebih atau terjadinya hubung singkat di luar atau di dalam generator serta dapat pula
disebabkan oleh kegagalan dari sistem pendinginan. Bila hal ini terjadi akan
mengakibatkan perubahan sifat mekanis dan elektris dari bahan isolasi.

11
Proposal Kerja Praktek
Teknik Elektro FTI-ITS Surabaya 2011
RELE PROTEKSI PADA GENERATOR
Rele proteksi yang digunakan pada generator antara lain :
1. Rele fasa arus lebih tegangan restraint (51V)
2. Rele fasa stator diferensial (87G)
3. Rele urutan fasa negatif generator (46)
4. Rele anti motoring (32)
5. Rele stator diferensial tanah (87GG)
6. Rele kehilangan penguat (40)
7. Rele tegangan seimbang dan time delay (60 & 62)
8. Rele arus lebih tahanan netral generator (51GN)
9. Rele tegangan lebih (59)
10. Rele thermal overload (49)

12
Proposal Kerja Praktek
Teknik Elektro FTI-ITS Surabaya 2011
VIII. PENUTUP
Demikianlah proposal ini kami susun, sebagai acuan dalam melaksanakan kerja
praktek. Besar harapan kami akan bantuan segenap direksi dan karyawan PT BADAK
NGL demi kelancaran pelaksanaan kerja praktek yang akan kami laksanakan.

Surabaya, 16 September 2010


Hormat kami,

Pemohon I Pemohon II

Shinta Kartika Sari Anesya Violita


NRP. 2208 100 006 NRP. 2208 100 169

Mengetahui,

Dosen Pembimbing Kerja Praktek Koordinator Kerja Praktek

IGN Satriadi H, ST.,MT Ir. Sjamsjul Anam, MT


NIP. 1973 01 23 2002 12 1001 NIP. 1963 07 25
1990 03 1002

13
Proposal Kerja Praktek
Teknik Elektro FTI-ITS Surabaya 2011

Anda mungkin juga menyukai